Anda di halaman 1dari 35

TUGAS BESAR

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING GEDUNG


APARTEMEN EMPAT LANTAI

Disusun Oleh :
AULIA ARIEF NURSAID
15513213
ASISTEN:
EKO SISWOYO., S.T.,M.Sc.,ES.,Ph.D.
DOSEN:
YEBI YURIANDALA.,S.T.,M.Eng.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017

i
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
GEDUNG APARTEMEN EMPAT LANTAI

Disusun oleh:

AULIA ARIEF NURSAID

15513213

Disetujui Oleh: Diperiksa Oleh:


Dosen Mata Kuliah Plambing Asisten Pembimbing

YEBI YURIANDALA, S.T.,M.Eng. EKO SISWOYO, S.T.,M.Sc.ES.,Ph.D.

ii
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR ISI

TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PLAMBING GEDUNG


APARTEMEN EMPAT LANTAI............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
GEDUNG APARTEMEN EMPAT LANTAI.........................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
BAB I PENADAHULUAN.....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN............................................................................2
1.3 RUANG LINGKUP.......................................................................................3
BAB II KRITERIA PERENCANAAN...................................................................4
2.1Gambaran Umum Gedung Perencanaan.........................................................4
2.2 Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih...................................................4
2.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih...........................................4
2.2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih.................................................................6
2.2.3 Tekanan Air dan Kecepata Aliran...........................................................8
2.2.4 Penentuan Kebutuhan Air Bersih............................................................8
2.2.5 Kapasitas Ground Reservoir (Tangki Air Bawah)................................17
2.2.6 Kapasitas Roof Tank (Tangki Air Atas).................................................18
2.3 Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan dan Ven............................20
2.3.1 Jenis Air Buangan..................................................................................20
2.3.2 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Buangan.......................................20
2.3.3 Jenis-Jenis Pipa Pembuangan................................................................21
2.3.4 Ukuran Pipa Pembuangan......................................................................22
2.3.5 Sistem Vent............................................................................................22
2.3.6 Tujuan Sistem Vent...............................................................................22

iii
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.4 Perencanaan Jaringan Air Hujan..................................................................23


2.4.1 Sistem Air Hujan...................................................................................23
2.4.2 Perencanaan Pipa, Kemiringan dan Perubahan Arah............................23
2.4.3 Drainase Atap........................................................................................24
2.4.4 Perangkap Pada Saluran Pembuangan Air Hujan..................................24
2.3.5 Ukuran Jaringan Drainase......................................................................25
2.5 Sistem Plambing Untuk Pemadam Kebakaran.............................................25
2.5.1 Umum....................................................................................................25
2.5.2 Jenis Fire Hydrant..................................................................................26
BAB III DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING.............................................28
3.1 PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH............................................28
3.2 PERENCANAAN JARINGAN AIR BUANGAN......................................28
3.3 PERENCANAAN JARINGAN AIR HUJAN (SISTEM DRAINASE U/
BANGUNAN)....................................................................................................28
3.4 PERENCANAAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN.........................28
BAB IV RAB DAN BOQ......................................................................................29

iv
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR TABEL

v
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

vi
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB I
PENADAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertambahan penduduk yang sangat padat berbanding lurus dengan


bertambah padatnya pemukiman masyarakat. Hal ini membuat berkurangnya
lahan hijau serta area lahan sebagai tempat membangun rumah tempat tinggal,
oleh Karena itu pembangunan bangunan sebagai tempat tinggal sekarang
beroreintasi ke arah pembangunan vertical(apartemen) dan tidak lagi
pembangunan horizontal(rumah pedesaan).

Dalam pembangunan horizontal(gedung bertingkat) banyak hal hal


penting yang harus diperhatikan. Terdapat teknik teknik tertentu yang digunakan
dalam membangun gedung bertingkat. Banyak hal penting yang harus
diperhatikan dan salah satunya adalah system plambing. System plambing adalah
sesbuah system yang mengatur penyediaan air bersih, serta system penyaluran air
buangan dan segala perlengkapannya termasuk pipa alat saniter dll.

Plambing adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berkonsentrasi


pada teknologi pemipaan dan perlatan untuk menyediakan air bersih pada sebuah
tempat yang dikehendaki baik dalam segi kuantitas dan kualitas. Tidak hanya
berkutat pada penyediaan air bersih. Plambing juga membahas tentang pengaliran
pembuangan air bekas(kotor) sehingga tidak mencemari area tertentu.

Pada jaman sekarang plambing juga telah membahas tentang hal hal
mengenai penghematan energi dan keterbatasan ketersidiaan air bersih. System
plambing pada jaman sekarang terdiri dari penyediaan air bersih. Penyaluran air
buangan, system pemadam kebakran, serta konsep konsep green building seperti
pemanfaatan air hujan

1
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

System plambing bertujuan untuk menjamin pendistribusian sumber daya


air bersih terjaga dalam kualitas maupun kuntitas nya secara kontinu, serta
penyaluran air buangan atau vent sehingga tidak mencemari area area tertentu
yang dapat menurunkan tingkat kenyaman bagi orang yang tinggal di gedung
tersebut. Dalam arti lain system plambing yang baik ini bermaksud meningkat kan
taraf kualitas hidup dari segi kualitas lingkungan hidup yang ada.

Tujuan yang akan dicapai dalam perencanaan sistem plambing ini adalah:

1. Mendistribusikan sumber daya air bersih dari asal sampai dengan


kuantitas dan kualitas yang baik pada setiap ujung saluran nya.

2. Mengalirkan air buangan atau kotor dengan sistem yang aman tanpa
menimbulkan pencemaran

3. Penyediaan fire protection system, salah satu yang ada di dalamnya


adalah fire hydrant sehingga gedung tersebut memenuhi kriteria safety
building.

4. Penerapan konsep konsep green building seperti pemanfaatan air hujan.

Semua perencanaan laju aliran tersebut haruslah dirancang dan dibuat


sebaiknya, mengalirkan air menggunakan bantuan dengan pompa maupun dengan
gravitasi. Pemipaan harus dibuat secara efisien, tanpa terlalu banyak
menggunakan sambungan yang dapat menghambat laju aliran dan tetap
memperhatikan syarat lingkungan yang menyangkut segi etika dan estetika.

2
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam tugas plambing untuk gedung apartemen ini


adalah sebagai berikut:
Prosedur perencanaan sistem plambing, yaitu:
 Perencanaan sistem jaringan air bersih yakni merencanakan kebutuhan
air, reservoir ,pompa serta pipa air bersih.

 Perencanaan perpipaan untuk air buangan dan untuk sistem vent serta
pipa pembuangan gedung menuju septic tank.
 Perencanaan kebutuhan air dan unit pemadam kebakaran serta pompa.
 Perencanaan pengaliran air hujan untuk ditampung dan dimanfaatkan
ulang

3
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB II
KRITERIA PERENCANAAN

2.1Gambaran Umum Gedung Perencanaan


Gedung yang direncakan ini dimaksudkan sebagai salah suatu gedung
apartemen berlantai 4 yang memperhatikan segala aspek dalam lingkungan.
Perencanaan system plambing dibuat sebaik baiknya agardapat beroprasi dengan
maksimal dan tidak mengganggu atau menimbulkan kerugian-kerugian disisi lain nya.

2.2 Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih


2.2.1 Prinsip Dasar Sistem Penyediaan Air Bersih
Dalam perencanaan maupun perancangan sistem penyediaan air bersih
terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu:

1. Kualitas Air
Sesuai dengan tujuannya, sistem penyediaan air bersih dalam gedung bertingkat
merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk menyediakan air bersih ke seluruh
gedung dengan kualitas maupun kuantitas yang cukup. Dari segi kuantitas, tercapai
tidaknya tujuan tersebut dapat dilihat dari merata tidaknya penyediaan air bersih ke
seluruh bagian gedung dengan jumlah maupun tekanan yang cukup. Sedangkan dari
segi kualitas, dapat dilihat dari kualitas air yang sampai pada konsumen di seluruh
gedung tidak tercemar (kotor).Sistem penyediaan air bersih dapat dikatakan tercapai
apabila kualitas air tersebut memenuhi standar persyaratan air minum seperti yang
dikeluarkan Menteri Kesehatan ataupun peraturan lainnya yang terkait. Penyediaan air
minum dengan kualitas yang tetap baik merupakan prioritas utama. Air tersebut juga
haruslah terbebas dari bahan pencemar seperti masuknya air kotor dari pipa buangan,
gas berbau atau beracun, masuknya serangga ataupun kotoran tikus ke dalam tangki
penyimpanan air, dan sebagainya.
Apabila air bersih yang dialirkan dalam gedung diperoleh dari PDAM atau
perusahaan penyedia air minum lainnya dimana kualitas airnya telah memenuhi
persyaratan yang ada, maka pengelolaan tinggal difokuskan pada bagaimana cara
mengalirkan air tersebut agar sampai pada konsumen dalam gedung dengan kualitas

4
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

yang sama. Sedangkan apabila lokasi gedung tidak terjangkau oleh layanan
penyediaan air bersih dan air yang dialirkan dalam gedung bersumber dari sungai
ataupun air tanah, maka sebelum distribusikan ke seluruh gedung air tersebut harus
diolah terlebih dulu hingga tercapainya standar kualitas air yang telah ditetapkan.

2. Pencegahan Pencemaran Air


Pencegahanan pencemaran yang terjadi di air adalah hal yang paling utama dalam
penyediaan air bersih, walaupun pada kenyataannya pencemaran dapat dengan mudah
terjadi. Oleh karena itu langkah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
pencemaran tersebut haruslah benar-benar diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa
kemungkinan penyebab pencemaran beserta langkah pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu :

a. Larangan Hubungan Pintas (cross connection)


Yang dimaksud dengan hubungan pintas yaitu suatu hubungan secara
fisik antar dua sistem perpipaan yang berbeda, misalnya antara sistem pipa untuk air
bersih dengan sistem pipa lain yang berbeda kualitas airnya. Contohnya membuat
hubungan pintas antara sebuah tangki air minum dengan tangki untuk air bukan
minum. Hal tersebut memungkinkan terjadinya aliran air dari satu sistem ke sistem
lainnya sehingga dapat menimbulkan perpaduan antar dua air yang dari system yang
berbeda sehingga dapat mempengaruhi kualitas airnya. Hubungan pintas ini dapat
dihindari salah satunya dengan tidak memasang pipa air bersih ataupun peralatannya
dalam posisi terendam air buangan atau bahan pencemar lainnya.
b. Aliran Balik (backflow)
Aliran balik merupakan aliran air atau fluida lain yang berasal dari sistem
perpipaan atau peralatan lain yang bukan air bersih ke dalam sistem perpipaan air
bersih sehingga sering kali menyebabkan pencemaran. Aliran balik ini terjadi karena
timbulnya tekanan negatif dalam pipa sehingga air bersih mengalir ke arah sebaliknya
diikuti dengan masuknya air dari sistem perpipaan lain. Pencegahan aliran balik dapat
dilakukan dengan menggunakan celah atau rongga udara dan pemecah vakum.
c. Pukulan Air (water hammer)
Pukulan air atau water hammer dapat terjadi apabila aliran air dalam pipa
dihentikan secara mendadak misalnya dengan menggunakan katup atau keran.
Penghentian secara tiba-tiba ini menyebabkan kenaikan tekanan yang tajam dalam

5
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

pipa sehingga seringkali menimbulkan getaran pada pipa. Selain itu, apabila pukulan
air ini mengenai peralatan plambing dapat menyebabkan kerusakan. Seperti patahnya
pipa, kebocoran dan suara berisik. Artinya, dapat mengurangi umur kerja peralatan
dan sistem pipa. Langkah pencegahan pukulan air dapat dilakukan dengan cara :
-Menghindari tekanan kerja yang terlalu tinggi pada sistem perpipaan
-Menghindari kecepatan pengaliran air yang terlalu tinggi
-Memasang rongga udara atau alat pencegah pukulan air
-Menggunakan dua katup bola pelampung dalam tangki air

2.2.2 Sistem Penyediaan Air Bersih


Menurut [ CITATION Noe93 \l 1057 ] pada sistem penyediaan bersih terdapat
beberapa variasi yang saat ini biasa digunakan, diantaranya adalah :

1) Sistem sambungan langsung


Sistem sambungan langsung mengalirkan air dari pipa utama milik perusahaan
penyedia air minum langsung menuju pipa distribusi dalam gedung. Sistem ini kurang
cocok diimplementasikan pada gedung-gedung tinggi karena terbatasnya tekanan pada
pipa utama serta dibatasi ukuran pipa cabang dari pipa utama sehingga dikhawatirkan
tidak dapat mengalirkan air hingga lantai teratas karena tekanan yang tidak
mencukupi. Biasanya sistem ini diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung
rendah. Begitupun sama halnya dengan sistem tanpa tangki atau booster system.

2) Sistem tangki atap


Untuk sistem tangki atap, air dari pipa utama milik perusahaan penyedia air
minum ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (ground reservoir) lalu
dipompakan ke atas menuju tangki atap (roof tank). Tidak seperti sistem tangki tekan,
perubahan tekanan air dalam pipa tidaklah begitu besar sehingga ketersediaan air di
tiap waktunya cukup stabil.Perawatannya juga lebih mudah dibandingkan dengan
tangki tekan yang harus dikuras setiap beberapa hari sekali. Dengan menggunakan
sistem ini, tekanan air yang rendah dari pipa utama juga tidak begitu menjadi masalah
karena air akan dipompa terlebih dahulu ke tanki atap baru dialirkan ke seluruh
gedung dengan menggunakan gaya gravitasi. Pada setiap tangki bawah dan tangki atap
biasanya dipasangkan alarm guna memberikan tanda bahwa muka air telah rendah dan
air penuh. tanda atau alarm ini juga bisa difungsikan sebagai pemicu pompa untuk

6
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

agar berkerja otomatis sehingga tidak harus bekerja terlalu sering yang dapat
memperpendek usia pompa.

Gambar 2.1 Sistem Tangki Atap

3) Sistem tangki tekan


Untuk sistem tangki tekan, harga awal pemasangan memang lebih rendah
daripada menggunakan sistem tangki atap. Namun, kekurangan dari sistem ini adalah
akan terjadi fluktuasi tekanan dalam pipa sehingga aliran air tidak akan stabil.
Padahal, untuk sistem penyediaan air bersih pada gedung apartemen, air harus selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumen dalam gedung. Selain itu, setiap
beberapa hari sekali harus ditambahkan udara ke dalam tangki atau dengan menguras
seluruh air dari dalam tangki. Hal ini bertujuan untuk mengganti kembali udara yang
hilang atau terlarut ke dalam air yang tersimpan dalam tangki sehingga tekanan dapat
kembali normal. Jumlah air efektif yang tersimpan dalam tangki juga relatif sedikit
sehingga pompa akan lebih sering bekerja untuk mengisi kembali air ke dalam tangki.

4) Sistem tanpa tangki (booster system)


Pada sistem ini tidak digunakan tanki sama sekali, air dipompakan langsung ke
sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama. Pada
system tanpa tanki ini dapat mengurangi resiko pencermaran terhadap air karna tidak

7
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

menggunakan tanki atap atau pun tanki bawah, namun untuk penyediaan air sangat
bergantung pada pelayanan penyedia air minum dalam hal ini PDAM.

2.2.3 Tekanan Air dan Kecepata Aliran


Tekanan dan kecepatan aliran air cukup vital dalam kaitannya dengan
pergerakan air dalam pipa. Tekanan air yang terlalu tinggi dapat mempercepat
kerusakan peralatan plambing karena seringnya terjadi pukulan air. Selain itu
pancaran air yang keluar dari pipa juga akan terlalu keras sehingga apabila terkena
pemakai akan menimbulkan rasa sakit dan mengurangi kenyamanan. Sedangkan
apabila tekanan airnya terlalu rendah akan menyebabkan beberapa kesulitan seperti
penyediaan air yang kurang merata ke seluruh lantai gedung atau tidak dapat
beroperasinya alat plambing yang membutuhkan tekanan tinggi, seperti contohnya
kloset yang menggunakan katup gelontor.
Adapun untuk kecepatan aliran air, apabila terlalu tinggi akan menyebabkan
seringnya terjadi pukulan air yang dapat merusak peralatan plambing, menimbulkan
suara bersisik dari pipa dan meyebabkan cepat ausnya permukaan pipa. Ausnya
permukaan pipa tersebut tentu saja dapat mengurangi kekuatan pipa dan menimbulkan
kemungkinan terjadinya kebocoran yang tidak diinginkan. Sedangkan apabila
kecepatan terlalu rendah, akan memicu terjadinya pengendapan kotoran pada dinding
pipa dan juga korosi.
Menurut (Noerbambang & Morimura, 1993), secara umum tekanan standar
ditetapkan sebesar 1,0 kg/cm2 sedangkan untuk tekanan statisnya bagi hotel dan
perumahan (termasuk juga apartemen) diusahakan sebesar 2,5-3,5 kg/cm2. Sedangkan
untuk kecepatan air, umumnya digunakan standar kecepatan sebesar 0,3-2,5 m/detik.

2.2.4 Penentuan Kebutuhan Air Bersih


Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk bangunan bertingkat,
kapasitas peralatan dan dimensi pipa maupun tangki dibuat berdasarkan pada jumlah
dan laju aliran air yang harus disediakan pada bangunan tersebut. Menurut
(Noerbambang & Morimura, 1993), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menaksir besarnya kebutuhan air tersebut, diantaranya adalah :
1. Metode berdasarkan jumlah pemakai
2. Metode berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
3. Metode berdasarkan unit beban alat plambing

8
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Dari ketiga metode tersebut, yang dinilai paling akurat yaitu melalui metode
berdasarkan jumlah pemakai. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa jumlah penghuni
dalam gedung (dalam hal ini adalah gedung apartemen) telah diketahui secara pasti
jumlahnya, sehingga upaya penaksiran kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan
lebih baik.
Tabel 2.1. Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari
Jangka
Perbanding
waktu
an luas
Pemakaian rata- pemakaian
No Jenis gedung lantai Keterangan
rata sehari (liter) air rata-
efektif/tota
rata sehari
l (%)
(jam)
1. Perumahan mewah 250 8-10 42-45 Setiap penghuni
2. Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 Setiap penghuni
3. Apartemen 200-250 8-10 45-50 Mewah : 250 liter
Menengah : 180 liter
4. Asrama 120 8 Bujangan : 120 liter
Bujangan
5. Rumah sakit Mewah >1000 8-10 45-48 (Setiap tempat tidurpasien)
Menengah 500- Pasien luar : 8 liter
1000 Staf/pegawai : 120 liter
Umum 350-500 Keluarga pasien : 160 liter

Guru : 100 liter


6. Sekolah dasar 40 5 58-60 Guru : 100 liter
7. SLTP 50 6 58-60 Guru/dosen : 100 liter
8. SLTA dan lebih tinggi 80 6 Penghuninya :160 liter
9. Rumah-toko 100-200 8 Setiap pegawai
10 Gedung kantor 100 8 60-70 Pemakaian air hanya untuk
11. Toserba (Toko serba 3 7 55-60 kakus, belum termasuk untuk
ada, department store) bagian restorannya
Per orang, setiap giliran
(kalau kerja lebih dari 8 jam
12. Pabrik/industri Buruh pria : 60 8 sehari)
Wanita : 100 Setiap penumpang (yang tiba
maupun berangkat)
13. Stasiun/terminal 3 15 Untuk penghuni : 160 liter
Untuk penghuni : 160 liter;
14. Restoran 30 5 Pelayan : 100 liter; 70% dari
jumlah tamu perlu 15

9
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

15. Restoran umum 15 7 liter/orang untuk kakus, cuci


tangan dsb
Kalau digunakan siang dan
malam, pemakaian air
16. Gedung pertunjukan 30 5 53-55 dihitung per penonton.
Jam pemakaian air dalam
tabel adalah untuk satu kali
pertunjukan
-idem-
Pedagang besar : 30 liter/
tamu, 150 liter/staf atau 5
17. Gedung bioskop 10 3 liter per hari tiap m2 luas
18. Toko pengecer 40 6 lantai
Untuk setiap tamu, untuk
staf : 120-150 liter;
penginapan : 200 liter.
19. Hotel/penginapan 250-300 10 Didasarkan jumlah jamaah
per hari.
Untuk setiap pembaca yang
20. Gedung peribadatan 10 2 tinggal.
Setiap tamu
21. Perpustakaan 25 6 Setiap tamu
Setiap tempat duduk
22. Bar 30 6 Setiap tamu
23. Perkumpulan sosial 30 Setiap staf
24. Kelab malam 120-350
25. Gedung perkumpulan 150-200
26. Laboratorium 100-200 8
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 48 hal.

Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa untuk keperluan gedung perkantoran
besarnya pemakaian air per orang setiap harinya yaitu 100 liter/orang.hari dengan rata-
rata pemakaian air dalam sehari adalah 8 jam.

Adapun langkah-langkah perhitungan kebutuhan air bersih dalam gedung adalah


sebagai berikut :
 Berdasarkan Jumlah Penghuni
1. Dihitung jumlah penghuni total dalam seluruh gedung perkantoran

10
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Jumlah penghuni =
Perbandingan luaslantai efektif total ( % ) x Luas Gedung
......
Luasan akses bagi setiap orang
(2.1)
2. Dihitung pemakaian air untuk satu gedung dalam sehari (Qd)

Qd(ℓ/hari) = ∑penghuni x Pemakaian air per orang per hari


.................(2.2)
3. Dihitung nilai Qd apabila terdapat tambahan pemakaian air (misalnya untuk
menyiram tanaman, mengatasi kebocoran, mengisi air kolam renang, dsb)

Qdtotal = (100% + %tambahan pemakaian air) x Qd


.................(2.3)
4. Dihitung besarnya kebutuhan air rata-rata (Qrata-rata puncak = Qh) yang nilainya
tergantung pada rata-rata lama pemakaian per harinya (t)

Qd
Qh (ℓ/dt) =
T
.............................................................(2.4)
Dimana :Qh = Pemakaian air rata-rata selama rata-rata jam operasi (ℓ/detik)

Qd= Pemakaian air rata-rata sehari (ℓ/hari)

t = Jangka waktu rata-rata pemakaian air dalam 1 hari (jam)

5. Dihitung pemakaian air pada jam puncak (Qh-maks)

Qh-maks = C1 . Qh

..................................................(2.5)
Dimana : Qh-maks = Pemakaian air pada jam puncak (ℓ/detik)

C1= Konstanta → berkisar antara 1,5 – 2,0

6. Dihitung pemakaian air pada menit puncak (Qm-max)

Qm-max = C2 x Qh
.......................................................(2.6)
Dimana :Qm-maks = Pemakaian air pada menit puncak (ℓ/detik)

C2 = Konstanta → berkisar antara 3,0 – 4,0

Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan
untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, pompa dan sebagainya. Sedangkan

11
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

ukuran yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air dan bukan untuk
menentukan ukuran pipa-pipa dalam jaringan.

 Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing


Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian air dapat diketahui. Juga harus
diketahui pula jumlah dari setiap jenis alat plambing yang digunakan dalam gedung
tersebut. Dalam metode ini juga diperkirakan adanya faktor pemakaian serentak daripada
alat-alat plambing yang dipakai secara bersamaan, karena apabila ada saat tertentu alat-
alat plambing pada suatu gedung dipakai secara bersamaan maka debit air yang
dikeluarkan semakin besar, apabila alat-alat itu tidak dipakai secara bersama agar suplai
air yang dibutuhkan oleh para pemakai alat plambing dapat terpenuhi. Oleh karena itu
adapun tabel yang memuat prosentase pemakaian air serentak alat plambing (faktor
pemakaian (%)) dan jumlah alat-alat plambing dapat dilihat pada tabel 2.2. Sedangkan
pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya dan ukuran pipa cabang pipa air dapat
dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.2. Faktor pemakaian (%) dan jumlah alat plambing


Jumlah Alat 1 2 4 8 12 16 24 32 40 50 70 100
Plambing

Kloset dengan 1 50 50 40
30 27 23 19 17 15 1210
katup gelontor Satu 2 34 5 6 7 7 8 9 10

Alat plambing 1 100 75 55


48 45 42 40 39 38 3533
biasa Dua 3 56 7 10 13 16 19 25
33

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,


PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 66 hal.

Untuk menghitung faktor pemakaian dapat dilihat pada rumus berikut ini :

12
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

( X n−X 1)
[
Y n=Y 1− ( Y 1−Y 2) ×
( X 2−X 1 ) ]
Dimana : Yn = Faktor pemakaian (%)
Y1 = Jenis alat plambing pada jumlah 1
Y2 = Jenis alat plambing pada jumlah 2
X1 = Jumlah alat plambing 1
X2 = Jumlah alat plambing 2
Xn = Jumlah alat plambing yang akan dicari
Untuk mencari pemakaian air untuk setiap alat plambing dapat digunakan
tabel 2.3 sebagai berikut.

Tabel 2.3. Pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran airnya, dan ukuran
pipa cabang pipa air
No Pemakaian air Waktu Pipa Pipa cabang air
Nama alat untuk Penggu Laju aliran air untuk sambung bersih ke alat
plambing penggunaan satu naan per (liter/menit) pengisian an alat plambing (mm)
kali (liter) jam (detik) plambing
Pipa Tembaga
(mm)
4)
baja

1 Kloset 13,5-16.51) 6-12 110-180 8,2-10 24 322) 25


(dengan katup
gelontor)
2 Kloset 13-15 6-12 15 60 13 20 13
(dengan tangki
gelontor)
3 Peturasan 5 12-20 30 10 13 203) 13
(dengan katup
gelontor)
4 Peturasan, 2-4 9-18 12 1,8-3,6 300 13 20 13
orang (@4,5)
(dengan tangki
gelontor)
5 Peturasan, 5-7 22,5-31,5 12 4,5-6,3 300 13 20 13
orang (@4,5)
(dengan tangki
gelontor)
6 Bak cuci tangan 3 12-20 10 18 13 20 13

13
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

kecil
7 Bak cuci tangan 10 6-12 15 40 13 20 13
biasa
(lavatory)
8 Bak cuci dapur 15 6-12 15 60 13 20 13
(sink)
dengan keran 13
mm
9 Bak cuci dapur 25 6-12 25 60 20 20 20
(sink)
dengan keran 22
mm
10 Bak mandi 125 3 30 250 20 20 20
rendam
(bathtub)
11 Pancuran mandi 24-60 12 120-300 13-20 20 13-20
(shower)
12 Bak mandi gaya Tergantung 3 30 20 20 20
Jepang ukurannya

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,


PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 49 hal.
Catatan :
1)
Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali penggunaan adalah 15
liter selama 10 detik.
2)
Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi untuk mengurangi
kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm.
3)
Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi untuk
mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm.
4)
Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja, maka
ukurannya bisa lebih kecil.
Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang sama dengan pipa tembaga.

Adapun rumus yang dipakai untuk mencari debit pada metode ini sama seperti rumus
pada metode berdasarkan jumlah pemakai (penghuni).

 Penaksiran berdasarkan unit beban alat plumbing


Dalam metode ini, untuk setiap alat plumbing ditetapkan suatu unit beban (fixture
unit). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing

14
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran dengan gambar 2.2 dan gambar
2.3 dengan cara memplotkan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.
Apabila jumlah penghuni diketahui atau sudah ditetapkan untuk suatu perencanaan
gedung maka angka yang sudah diketahui tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian
air rata-rata sehari berdasarkan “standar” pemakaian air per orang per hari di dalam
penggunaan gedung tersebut. Namun, kalau jumlah penghuni tidak dapat diketahui, akan
dilakukan penaksiran berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas
lantai efektif.

Gbr. 2.2. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran
(untuk unit beban sampai 250 – skala diperbesar).).
Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor.

Gbr. 2.3. Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.

15
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(untuk unit beban sampai 3000).


Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar dengan katup gelontor.
Kurva (2) untuk sistem yang sebagian besar dengan tangki gelontor

Kurva ini memberikan hubungan antara jumlah unit beban plumbing dengan laju
aliran air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat
plambing. Untuk jumlah unit beban alat plambing dapat dapat dilihat pada tabel 2.4,
sebagai berikut.

Tabel 2.4. Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin.1)

Jenis alat plambing2) Jenis penyediaan air Unit alat plambing3) Keterangan
Untuk Untuk
pribadi4) umum5)

Kloset Katup gelontor 6 10


Kloset Tangki gelontor 3 5
Peturasan, dengan tiang Katup gelontor - 10
Peturasan terbuka (urinal stall) Katup gelontor - 5
Peturasan terbuka (urinal stall) Tangki gelontor - 3
Bak cuci (kecil) Keran 0,5 1
Bak cuci tangan Keran 1 2
Bak cuci tangan, untuk kamar operasi Keran - 3
Keran pencampur air 2 4
Bak mandi rendam (bath tub) dingin dan panas
Keran pencampur air 2 4
Pancuran mandi (shower) dingin dan panas
Keran pencampur air 2 -
Pancuran mandi tunggal dingin dan panas
Kloset dengan katup 8 -
Satuan kamar mandi dengan bak gelontor
mandi rendam Kloset dengan tangki 6 -
Satuan kamar mandi dengan bak gelontor
mandi rendam (untuk tiap keran) - 2 Gedung kantor, dsb
Bak cuci bersama Keran 3 4 Untuk umum : hotel
Bak cuci pel Keran 2 4 atau restoran,
Bak cuci dapur Keran - 5 dsb
Bak cuci piring Keran 3 -
Bak cuci pakaian (satu sampai tiga) Keran air minum - 2
Pancuran minum Katup bola - 2
Pemanas air
Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo, (2000), “ Plambing”,
PT. Pradnya Paramita, Jakarta,68 hal.

16
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Catatan :
1)
Alat plambing yang airnya mengalir secara kontinyu harus dihitung secara terpisah, dan
ditambahkan pada jumlah unit alat plambing.
2)
Alat plambing yang tidak ada di daftar dapat diperkirakan, dengan membandingkan dengan
alat plambing yang mirip/terdekat.
3)
Nilai unit alat plambing dalam tabel ini adalah keseluruhan. Kalau digunakan air dingin dan
air panas, unit alat plambing maksimum masing-masing untuk air dingin dan air panas diambil
tigaperempatnya.
4)
Alat plambing untuk keperluan pribadi dimaksudkan pada rumah pribadi atau apartment,
dimana pemakaiannya tidak terlalu sering.
5)
Alat plambing untuk keperluan umum dimaksudkan yang dipasang dalam gedung kantor,
sekolah, pabrik, dsb, dimana pemakaiannya cukup sering.

Adapun rumus untuk mencari debit pada metode ini sama seperti rumus pada
metode berdasarkan jumlah pemakai.
2.2.5 Kapasitas Ground Reservoir (Tangki Air Bawah)
Dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih dengan sistem tangki atap,
dibutuhkan penaksiran volume ground reservoir yang selanjutnya dapat digunakan untuk
menentukan dimensinya. Perhitungan volume ground reservoir dapat dilakukan dengan
metode berikut ini :
1. Perhitungan dimensi ground reservoir berdasarkan suplai air dari
PDAM
2. Perhitungan dimensi ground reservoir berdasarkan rumus

Perhitungan dimensi ground reservoir berdasarkan suplai air dari PDAM


terutama didasarkan pada fluktuasi suplai air dari PDAM dan pemompaan yang
disesuaikan dengan kebutuhan air. Oleh karena itu, cara ini dirasa kurang dapat mewakili
besarnya volume ground reservoir yang sebenarnya karena hanya terbatas pada waktu
puncak saja dimana pemakaian air dalam kondisi maksimal. Padahal dalam suatu sistem
penyediaan air bersih, pemenuhan akan kebutuhan air harus selalu terpenuhi setiap kali
dibutuhkan, yaitu tidak hanya terbatas pada jam-jam puncak saja.
Untuk perhitungan dimensi ground reservoir berdasarkan rumus, hasilnya dirasa
lebih dapat mewakili karena perhitungannya tidak hanya terbatas untuk waktu-waktu
tertentu saja.

17
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Adapun formula yang digunakan dalam perhitungan volume dan penentuan


dimensi ground reservoir berdasarkan rumus menurut [ CITATION Noe93 \l 1057 ] yaitu :

1. Dihitung besarnya kapasitas pipa dinas (Qs)

2
Q s= Qh
3 ................... (2.7)
Dimana: Qh = Jumlah kebutuhan air rata-rata per jam (m 3/jam)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)

2. Dihitung besarnya volume ground reservoir

Volume Ground Reservoir =[Qd−( Qs× T ) ]


....................(2.8)
Dimana: Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari)
Qs = Kapasitas pipa dinas (m3/jam)
T = Rata-rata jangka waktu pemakaian (jam/hari)

3. Ditentukan Dimensi ground reservoir


Setelah dihitung volume dari ground reservoir tersebut, selanjutnya dapat
ditentukan dimensi untuk masing-masing ground reservoir yang mencakup :
o Panjang (m)
o Lebar (m)
o Tinggi Efektif (m)
o Tinggi Free Board (m)
o Tinggi Total (m)

2.2.6 Kapasitas Roof Tank (Tangki Air Atas)


Dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih dengan sistem tangki
atap, selain ground reservoir tentunya diperlukan juga perencanaan akan dimensi
dari roof tank atau tangki atap itu sendiri. Penentuan dimensi keduanya biasanya
didahului dengan perhitungan volume air yang harus ditampung pada kedua
tangki tersebut.

18
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Berikut ini merupakan metode-metode yang sering digunakan untuk


menghitung tangki atap atau roof tank, yaitu :

1. Perhitungan dimensi roof tank berdasarkan suplai air dari PDAM


2. Perhitungan dimensi roof tank berdasarkan rumus

Perhitungan dimensi roof tank berdasarkan suplai air dari PDAM terutama
didasarkan pada fluktuasi kebutuhan air dan pemompaan yang disesuaikan dengan
waktunya. Dalam perhitungan dengan metode ini, porsentase pemompaan hanya
diperhitungkan pada jam-jam puncak saja. Padahal dalam suatu sistem penyediaan
air bersih, pemenuhan akan kebutuhan air harus selalu terpenuhi tidak hanya
terbatas pada jam-jam puncak saja, akan tetapi setiap kali dibutuhkan maka air
tersebut harus ada. Oleh karena itu, cara ini dirasa kurang dapat mewakili kondisi
yang sebenarnya karena hanya terbatas pada waktu puncak saja dimana
pemakaian air dalam kondisi maksimal.

Sedangkan untuk perhitungan dimensi roof tank berdasarkan rumus,


hasilnya dirasa lebih dapat mewakili karena perhitungannya tidak hanya terbatas
untuk waktu-waktu tertentu saja.

Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan volume dan


penentuan dimensi roof tank berdasarkan rumus menurut [ CITATION Noe93 \l
1057 ] yaitu :

1. Dihitung besarnya volume roof tank

VE={( Qp –Qh-max )Tp –( Qpu Tpu )} ..........................(2.9)


Dimana : VE = Volume efektif roof tank (m3)
Qp = Kebutuhan puncak (m3/menit) = Qm-max
Qh-max = Kebutuhan jam puncak (m3/menit)
Qpu = Kapasitas pompa pengisi (m3/menit)
Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit)
Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit)
2. Ditentukan dimensi roof tank

19
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Setelah dihitung volume dari roof tank tersebut, selanjutnya dapat ditentukan dimensi
untuk masing-masing roof tank yang mencakup :

- Panjang (m)
- Lebar (m)
- Tinggi Efektif (m)
- Tinggi Free Board (m)
- Tinggi Total (m)

2.3 Perencanaan Sistem Pembuangan Air Buangan dan Ven


2.3.1 Jenis Air Buangan
Di dalam sistem pembuangan suatu gedung apartemen, umumnya jenis-jenis air
buangan yang di salurkan dapat di golongkan dalam tiga jenis yaitu :
1. Air Kotor (Black Water)
Air kotor mencakup seluruh air buangan yang mengandung kotoran atau sisa
metabolisme manusia. Umumnya air buangan ini berasal dari kloset ataupun peturasan.
2. Air Bekas (Grey Water)
Air bekas merupakan air buangan yang umumnya berasal dari bekas kegiatan manusia
seperti mandi, cuci tangan, cuci piring, dan lain sebagainya. Untuk gedung apartemen, air
bekas ini umumnya berasal dari lavatory, sink, ataupun air bekas cuci dan mandi yang
keluar lewat floor drain.
3. Air Hujan
Air hujan yang dimaksud di dalam sistem pembuangan ini yaitu air hujan yang jatuh ke
atap ataupun ke halaman.

2.3.2 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air Buangan


Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi sistem pembuangan air yang
umumnya dilakukan untuk sistem pembuangan air dalam apartemen, yaitu :
 Klasifikasi menurut cara pembuangan air :
1. Sistem pembuangan air campuran
Sistem pembuangan dimana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu
saluran dan dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis air buangan.
2. Sistem pembuangan air terpisah

20
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sistem pembuangan dimana setiap jenis air buangan dikumpulkan dalam suatu saluran
terpisah yang kemudian dialirkan ke luar gedung secara terpisah juga.
3. Sistem pembuangan tak langsung
Sistem pembuangan dimana air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat
digabungkan dalam satu kelompok.

Adapun untuk sistem pembuangan air secara terpisah, umumnya jenis-jenis air
buangan tersebut disalurkan sesuai denga klasifikasi di bawah ini :
 Klasifikasi menurut jenis air buangan:
1. Sistem pembuangan air kotor
Sistem pembuangan air yang berasal dari kloset, peturasan dan lain-lain dalam gedung
yang selanjutnya dialirkan keluar gedung atau menuju riol umum.
2. Sistem pembuangan air bekas
Sistem pembuangan dimana air bekas pakai yang umumnya berasal dari peralatan
lavatory ataupun sink di dalam gedung akan dikumpulkan dan dialirkan ke luar
melalui suatu saluran.
3. Sistem pembuangan air hujan
Sistem pembuangan khusus untuk air hujan yang jatuh pada atap gedung ataupun
tempat lainnya, yang kemudian dikumpulkan dan dialirkan ke luar melalui suatu
saluran.
4. Sistem pembuangan air dari dapur
Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci dapur harus diperlakukan secara
khusus guna mencegah timbulnya pencemaran akibat aliran balik dari saluran air kotor
atau air bekas. Sedangkan apabila air buangannya banyak mengandung lemak, maka
perlu dilengkapi dengan perangkap lemak.

2.3.3 Jenis-Jenis Pipa Pembuangan


Pada perencanaan ini akan digunakan pipa PVC karena tidak mempunyai sifat
korosif sehingga tahan lama dan juga lebih ringan serta haganya lebih murah
dibanding pipa lain.
Berikut ini merupakan jenis-jenis pipa yang umumnya menjadi bagian dari sistem
pembuangan, yaitu antara lain :
1. Pipa Pembuangan Alat Plambing

21
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap pada alat plambing dengan


pipa pembuangan lainnya. Pipa ini biasanya di pasang tegak dan ukurannya harus
sama atau lebih besar dari lubang keluar perangkap pada alat plambing.
2. Pipa Cabang Mendatar
Pipa pembuangan yang dipasang mendatar dan menghubungkan pipa
pembuangan dari alat plambing dengan pipa tegak air buangan.
3. Pipa Tegak Air Buangan
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air buangan dari pipa-
pipa cabang mendatar.
4. Pipa Tegak Air Kotor
Pipa pembuangan yang dipasang tegak untuk mengalirkan air kotor dari pipa-
pipa cabang mendatar.
5. Pipa atau Saluran Pembuangan Gedung
Pipa pembuangan yang mengumpulkan air kotor maupun air bekas dari pipa-pipa
tegak. Di dalam sistem pembuangan air dalam gedung, pipa pembuangan gedung
ini umumnya dibatasi hingga jarak satu meter ke arah luar dari dinding terluar
gedung.
6. Riol Gedung
Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan gedung dengan
riol umum ataupun instalasi pengolahan.

2.3.4 Ukuran Pipa Pembuangan


Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air buangan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan daerah atau jalur tiap sistem pada ruang saniter. Jalur setiap sistem
tersebut ditentukan karena penentuan dimensi pipa air buangan dilakukan
berdasarkan unit alat plambing kumulatif.
2. Menentukan besarnya beban unit alat plambing dari alat plambing pada setiap jalur
yang telah ditetapkan.

2.3.5 Sistem Vent


Dalam perencaan sistem plambing ini sistem vent yang digunakan adalah sistem
vent loop. Dalam sistem ini mempunyai 2 atau lebih alat plambing (paling banyak 8)
dipasang pada cabang mendatar pipa air buangan dan disambung pada vent pipa tegak.

22
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Penentuan sistem vent harus sesuai dengan SNI 03-7065-2005 Tata Cara Sistem
Plambing dan SNI 8153:2015 Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung.

2.3.6 Tujuan Sistem Vent


Pipa vent merupakan bagian penting dari suatu sistem buangan. Tujuan
pemasangan pipa vent adalah sebagai berikut :
• Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan.
• Menjaga aliran tekanan yang lancar dalam pipa pembuangan.
• Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan.
Karena tujuan utamanya adalah menjaga agar perangkap tetap mempunyai sekat air,
maka pipa vent harus dipasang sedemikian rupa agar mencegah hilangnya sekat air
tersebut. Sekat air dalamnya harus sekurang-kurangnya 50 mm.

2.4 Perencanaan Jaringan Air Hujan


2.4.1 Sistem Air Hujan
Ketentuan umum
1) Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk menyalurkan air
hujan dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam
persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota. Pada
daerah yang tidak terdapat saluran tersebut, pengaliran air hujan dilakukan
sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Setiap persil berhak menyalurkan air hujan ke saluran air hujan kota.
2.4.2 Perencanaan Pipa, Kemiringan dan Perubahan Arah
1. Perencanaan pipa air hujan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
(1) Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan:
a) dalam ruang tangga,
b) sumuran alat pengangkat,
c) dibawah lift atau dibawah beban imbangan lift,
d) langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan,
e) di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekanan,
f) di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan persiapan pembungkusan
penyimpanan atau peragaan makanan.
(2) Penempatan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan, kecuali bila
diperlukan untuk memperpanjang pipa lubang pembersih.
2. Kemiringan dan perubahan arah pipa air hujan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:

23
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(1) Pipa air hujan datar yang berukuran sampai dengan 75 mm harus dipasang
dengan kemiringan minimal 2% dan untuk pipa yang berukuran lebih besar
minimal 1%. Kemiringan yang lebih kecil hanya diperbolehkan apabila secara
khusus dibenarkan oleh pejabat yang berwenang.
(2) Perubahan arah pipa air hujan harus dibuat Y 45 o, belokan jari-jari besar 90o,
belokan 60o, 45o, 22,5o atau gabungan belokan tersebut atau gabungan
menyambung ekivalen yang dibenarkan kecuali dinyatakan lain dalam SNI
03-6481- 2000 Sistem Plambing.
(3) Belokan jari-jari pendek, dan T saniter tunggal atau ganda hanya diijinkan
pemasangannya pada pipa air hujan.

3. Fitting dan Penyambungan yang dilarang


(1) Ulir menerus, sambungan klem atau sadel tidak boleh dipergunakan pada pipa
air hujan.
(2) Fitting, sambungan, peralatan dan cara penyambungannya tidak boleh
menghambat aliran air atau udara dalam pipa air hujan.
(3) Soket ganda tidak boleh dipakai pada pemasangan pipa air hujan. Soket harus
dipasang berlawanan dengan arah aliran. Cabang T pipa air hujan tidak boleh
dipakai sebagai cabang masuk pipa air buangan,
(4) Tumit atau belokan 45o dengan lubang masuk samping tidak boleh digunakan
sebagai penyambungan ven pada pipa air hujan dan pipa air buangan apabila
tumit atau lubang masuk sampng tersebut ditempatkan mendatar.

2.4.3 Drainase Atap


Drainase atap dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Drainase atap harus kedap air
2. Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak. Saringan harus menonjol
sekurang kurangnya 10 cm diatas permukaan atap atau talang datar diukur dari
lubang masuk talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh lebih kecil
dari 1,5 kali luaspenampang talang tegak. Saringan pada drainase atap atau
geladak tempat menjemur, geladak parkir atau tempat sejenis itu yang dipelihara
teratur dapat digunakan jenis saringan rata yang dipasang rata dengan permukaan
geladak, untuk jenis saringan itu jumlah luas lubangnya idak boleh kurang dari 2
kali luas penampang talang tegak.

24
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.4.4 Perangkap Pada Saluran Pembuangan Air Hujan


1. Penggunaan Perangkap
Perangkap individu harus dipasang pada cabang datar untuk melayani
tiap talang tegak atau tiap daerah drainase, bila talang tegak dan saluran
pembuangan air hujan disambungkan pada drainase gedung gabungan atau
saluran pembuangan gedung gabungan. Sebuah perangkap tunggal harus
dipasang pada pipa utama pembuangan air hujan sebelum disambungkan
dengan pipa drainase gedung gabungan, saluran pembuangan gedung
gabungan atau saluran pembuangan umum gabungan.

2. Lubang Pembersih Perangkap


Perangkap yang dipasang pada pipa pembuangan air hujan harus
dilengkapi dengan lubang pembersih yang ditempatkan pada bagian masuk
aliran yang mudah dicapai.

2.3.5 Ukuran Jaringan Drainase


1. Pembuangan Air Hujan Gedung dan Cabang-Cabang Mendatarnya
Ukuran saluran pembuangan air hujan gedung dan setiap pipa cabang
datarnya dengan kemiringan 4% atau lebih kecil harus didasarkan pada jumlah
daerah drainase yang dilayaninya.
2. Drainase Tanah Bawah
Ukuran drainase tanah bawah yang dipasang bawah lantai kelder
(besmen) atau disekeliling tembok (dinding) luar suatu gedung harus lebih
besar atau sama dengan 100 mm.
3. Pipa Tegak Air Hujan
Ukuran talang air hujan didasarkan pada luas atap yang dilayani dan dan
sesuai dengan Tabel 12 yang diijinkan untuk talangnya. Apabila atap tersebut
mendapat tambahan airhujan dari dinding yang berdekatan harus ditambah
dengan memperhitungkan 50% luas dinding terluas yang dianggap sebagai
atap.

25
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.5 Sistem Plambing Untuk Pemadam Kebakaran


2.5.1 Umum
Sistem pemadaman mutlak harus ada terutama pada gedung-gedung dan fasilitas
– fasilitas umum. Sistem ini merupakan sistem perpipaan di dalam dan di luar untuk
pemakaian dari bahaya kebakaran.
Air untuk memadamkan api di dalam gedung dapat di suplai dari pipa tegak
dengan automatic, sprinkler, atau pompa. Cara-cara tersebut dapat saling melengkapi
di mana tambahan air sering di perlukan. Air tersebut dapat di ambil dari public suplai
dan sumber lainnya, seperti: sungai dan laut.

Penempatan fire hydrant perlu di perhatikan melalui hal-hal sebagai berikut:


1. Mudah di capai dan terlihat dari arah manapun
2. Mampu menjangkau seluruh gedung
3. Mudah mendapat suplai udara

Hal-hal yang di perlukan dalam perencanaan penyediaan air untuk pemadaman


kebakaran antara lain :
1. Penempatan lokasi fire hydrant
Ada 3 hal yang perlu untuk di perhatikan antara lain :
- Mudah di capai dan terlihat dari arah manapun
- Mampu menjangkau seluruh gedung
- Mudah mendapat suplai udara
2. Kebutuhan air
Harus tersedia yang cukup bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran yang cukup
besar. Untuk keperluan ini biasanya air di simpan dan selalu tersedia dalam
ground reservoar. Demikian menjadi lebih aman dari pada bila mengandalkan air
dari pipa dinas (PDAM) saja.
3. Tekanan air
Tekanan air yang di butuhkan untuk pemadaman kebakaran cukup besar. Hal ini
di sebabkan karena fire hydrant harus mampu mensuplai air dengan debit air yang
besar dengan pancaran kuat. Hanya sisa air yang biasanya di ambil dalam
pemancaran sistem fire hydrant adalah sebesar 1 kg/cm2 kolam air.
4. Stasiun fire hydrant
Jarak antara fire hydrant untuk pipa 2,5 inci tidak boleh lebih dari 100 ft.

26
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2.5.2 Jenis Fire Hydrant


Pengolahan fire hydrant menurut lokasinya sebagai berikut :
1. Fire hydrant di luar gedung
- Flush hydrant yaitu, tipe hydrant yang di letakkan di dalam kotak besi dan di
tanamkan di dalam tinggi permukaan kotak rata-rata dengan muka tanah.
- Post hydrant vyaitu,yang mempunyai ketinggian sekitar 1 m dari muka tanah
2. Fire hydrant di dalam gedung
- Sprinkler yaitu,jenis fire hydrant yang terletak di atas tiap lantai dalam bentuk
jaring-jaring di mana tiap outletnya di tutup dengan material tertentu,yang
tidak tahan api.Sehingga bila ada kebakaran,tutup tersebut akan pecah dan
akan menyemprotkan air dari outlet temperatur fushible plug.
Kerugian penggunaan spinkler yaitu:
• Kemungkinan rusak karena adanya kebocoran
• Bahaya adanya pembekuan
• Fushible plug yang meleleh yang akan melepas air panas
- Fire hose yaitu tipe fire hydrant yang terdiri dari suatu model dari pipa elastis
(misalnya rubber lined cotton pipe) yang di tempatkan dalam suatu kotak yang
di tempelkan di tembok,biasanya tiap balok kaca di lengkapi martil untuk
memecah area bila terjadi kebakaran.

27
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB III
DETAIL DESAIN SISTEM PLAMBING

3.1 PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH

3.2 PERENCANAAN JARINGAN AIR BUANGAN

3.3 PERENCANAAN JARINGAN AIR HUJAN (SISTEM DRAINASE


U/ BANGUNAN)

3.4 PERENCANAAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

28
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213
TUGAS PERENCANAAN SISTEM PLAMBING
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

BAB IV
RAB DAN BOQ

29
AULIA ARIEF NURSAID | 15513213

Anda mungkin juga menyukai