Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI

Pembimbing :

dr. Shirley Astrid

Disusun Oleh :

Fatimah B Usman

PUSKEMAS MRICAN KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MALANG

2019
TA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanallahuwata’ala

karena atas rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan kasus dengan judul HIPERTENSI di Puskesmas Mrican Kediri.

Dengan selesainya tugas ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah Subhanallhu wata’ala, sebagai dzat yang Maha segala-segalanya.

2. Nabi Muhammad Sallahu’alaihi wasalam, sebagai penerang dan panutan

makhluk dibumi ini.

3. dr. Shirley Astrid, yang telah membimbing kami selama di puskesmas

Akhir kata semoga tugas laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis, pembaca, dan menjadi sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu

pengentahuan kedepan.

Wassalamu’allaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Kediri, 14 Agustus 2019

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring dengan terjadinya transisi epidemiologi saat ini, terjadi perubahan


pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi non infeksi (penyakit degeneratif)
seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak
terjadi di masyarakat. Penyakit-penyakit diatas digolongkan kedalam penyakit
tidak menular yang frekuensi kejadiannya mulai meningkat seiring dengan
perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan
ekonomi bangsa.

Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta


kematian pada tahun 2005 (WHO), dan 80% kematian tersebut terjadi di negara-
negara yang berpendapatan rendah dan menengah akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah (30%), penyakit pernapasan kronik dan penyakit kronik lainnya
(16%), kanker (13%), cedera (9%), dan diabetes mellitus. PTM seperti hipertensi,
stroke, kanker, diabetes mellitus, penyakit paru kronik obstruktif, dan cedera
terutama di negara berkembang, telah mengalami peningkatan kejadian dengan
cepat yang berdampak pula pada peningkatan angka kematian dan kecacatan
(Depkes RI, 2010).

Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah


meningkat di atas tekanan darah normal.The seventh report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan hipertensi jika
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolic 90
mmhg atau lebih. Hipertensi adalah faktor risiko keempat dari enam faktor risiko
terbesar penyebab penyakit kardiovaskular (PERKI, 2010).

Penderita hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Institute nasional


Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang menderita
hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Orang yang sudah menyadari hipertensi

1
2

pada dirinya hanya melakukan sedikit tindakan untuk mengontrolnya, dimana


hanya 27% pasien hipertensi yang mengontrol tekanan darahnya secara adekuat
(Hahn & Payne, 2003).Pasien baru menyadari kondisinya jika hipertensi sudah
menimbulkan komplikasi pada jantug, penyumbatan pembuluh darah, hingga
pecahnya pembuluh darah di otak yang berakibat kematian. Hal inilah yang
membuat hipertensi dikenal sebagai the silent killer yang berdampak pada
tingginya angka kematianakibat penyakit dan pembuluh darah (Aziza, 2007)

Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya


hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World Health
Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta (proporsi
34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di negara
berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2010).

Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 menunjukkan


prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan dari 96 per 1000
penduduk pada tahun 2000 menjadi 110 per 1000 penduduk pada tahun 2005.
Prevalensi hipertensi pada golongan umur diatas 25 tahun meningkat dari 8 %
pada tahun 2000 menjadi 28 % tahun 2009 (Depkes RI, 2010)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sehat


Arti kesehatan secara harfiah adalah sesuatu yang berhubungan dengan
kondisi fisik seseorang yaitu orang dikatakan sehat apabila terbebas dari
serangan penyakit atau sebaliknya dikatakan sakit apabila kondisi fisiknya
tidak baik akibat penyakit menular atau penyakit tidak menular.Kondisi ini
dinamakan konsep sehat-sakit. Sejak tahun 1948 WHOtelah mendefinisikan
yang dimaksud sehat sebagai berikut :Health is a state of physical, mental
and social well being and not merely the absence of disease or
infirmity.Dikatakan bahwa sehat itu adalah keadaan fisik, mental dan sosial
yang baik, tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat atau kelemahan.Menurut
pengertian tersebut definisi sehat mempunyai makna yang sempurna dan
lengkap. Misalnya seseorang yang mengalami sakit lalu ada bekas luka parut,
menurut pengertian WHO belum termasuk kriteria sehat (Suyono, 2010)
Di Indonesia kriteria sehat ini ditetapkan melalui Undang-undang Nomor
1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan dan telah diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 23Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 1 ayat 1
yang bunyinya : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (Suyono, 2010)

3
4

Hendrik L Blummenggambarkan status kesehatan seseorang atau masyarakat


dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut : (Suyono, 2010)
5

Gambar 1.Konsep status Kesehatan menurut HL. Blum

Ke empat faktor tersebut diatas saling berpengaruh positif satu dengan


yang lain dan tentu saja sangat berpengaruh terhadap status kesehatan
seseorang. Status kesehatan akan tercapai optimal apabila ke empat faktor
tersebut positif mempengaruhi secara optimal pula. Apabila salah satu faktor
tidak optimal maka status kesehatan akan bergeser kearah dibawah optimal.
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu ke empat faktor tersebut sebagai
berikut : (Suyono, 2010)
1. Faktor Keturunan (Biologi)
Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan
asal usul keluarga, ras dan jenis golongan darah. Beberapa penyakit
tertentu disebabkan oleh faktor keturunan antara lain : hemophilia,
hypertensi, kelainan bawaan, albino dll.
2. Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang
diberikan. Hal ini berhubungan dengan tersedianya sarana dan prasarana
institusi kesehatan antara lain : Rumah Sakit, Puskesmas, Labkes, Balai
Pengobatan, serta tersedianya fasilitas pada institusi tersebut : tenaga
kesehatan, obat-obatan, alat-alat kesehatan yang kesemuanya tersedia
dalam kondisi baik dan cukup dan siap pakai.
3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat,
perilaku petugas kesehatan dan perilaku para pejabat pengelola negeri ini
(Pusat dan Daerah) serta perilaku pelaksana bisnis.
- Perilaku individu atau masyarakat yang positif pada kehidupan
sehari-hari misalnya : membuang sampah / kotoran secara baik,
minum air masak, saluran limbah terpelihara, mandi setiap hari
secara higienis dll.
- Perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang baik
antara lain : ramah, cepat tanggap, disiplin tinggi, terapi yang tepat
6

sesuai diagnosa, tidak malpraktek pemberian obat yang rasional, dan


bekerja dengan penuh pengabdian.
- Perilaku pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyikapi suatu
permasalahan kesehatan masyarakat secara tanggap dan penuh
kearifan misalnya : cepat tanggap terhadap adanya penduduk yang
gizinya buruk, adanya wabah penyakit, serta menyediakan sarana
dan prasarana kesehatan dan fasilitas umum ( jalan, parit, TPA,
penyediaan air bersih, jalur hijau, pemukiman sehat) yang didukung
dengan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan lingkungan hidup dan menerapkan sanksi hukum yang
tegas bagi pelanggarnya.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan,
terlihat dari diagram di atas dengan panah yang lebih besar dibanding
faktor lainnya. Faktor Lingkungan terdiri dari 3 bagian besar :
- Lingkungan Fisik
Terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dirasakan antara
lain : bangunan, jalan, jembatan, kendaraan, gunung, air, tanah.
Benda mati yang dapat dilihat dan dirasakan tapi tidak dapat diraba :
api, asap, kabut dll.. Benda mati yang tidak dapat diraba, tidak dapat
dilihat namun dapat dirasakan : udara, angin, gas, bau-bauan, bunyi-
bunyian / suara dll.
- Lingkungan Biologis
Terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat
maupun tidak : manusia, hewan, kehidupan akuatik, amoeba, virus,
plankton. Makhluk hidup tidak bergerak : tumbuhan, karang laut,
bakteri dll.
- Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah bentuk lain selain fisik dan biologis di
atas. Lingkungan sosial tidak berbentuk secara nyata namun ada
dalam kehidupan di bumi ini.Lingkungan sosial terdiri dari sosio-
7

ekonomi, sosio-budaya, adat istiadat, agama/kepercayaan, organisasi


kemasyarakatan dll.
Melalui lingkungan sosial manusia melakukan interaksi dalam bentuk
pengelolaan hubungan dengan alam dan buatannya melalui pengembangan
perangkat nilai, ideologi, sosial dan budaya sehingga dapat menentukan arah
pembangunan lingkungan yang selaras dan sesuai dengan daya dukung
lingkungan yang mana hal ini sering disebut dengan “etika lingkungan”.

2.2 Konsep Penyakit Hipertensi


2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah penyakit
tekanan darah tinggi.Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah
tekanan sistolik dan tekanan diastolic. Berdasarkan JNC VIII, seorang
dewasa dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140
mmHg atau lebih dan diastolic 90 mmHg atau lebih pada umur 60
tahun (PERKI, 2010).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi


Klasifikasi hipertensi yang dipakai saat ini beredoman pada Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment on High Blood Pressure yang ke VIII.Berikut ini adalah
tabel tentang klasifikasi hipertensi.
8

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat diklasifikaskan menjadi


dua yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder Berikut ini adalah
pembagian hipertensi berdasarkan penyebabnya.

a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer disebut juga dengan istilah hipertensi esensial
atau idiopatik. Etiologi hipertensi jenis ini adalah multifaktorial
yang masing-masing akan saling berinteraksi mengganggu
homeostasis secara bersama, sehingga tekanan darah baik sistolik
maupun diastolic akan mengalami peningkatan (Black & Hawks,
9

2005). Pada kasus ini terjadi peningkatan kerja jantung akibat


penyempitan pembuluh darah tepi.Hipertensi jenis ini mempunyai
kecenderungan genetic yang dan dipengaruhi oleh faktor kontribus,
seperti obesitas, stress, merokok, dan konsumsi garam berlebih
(Sherwood, 2001). Hipertensi jenis ini biasanya diderita oleh 90%
sampai 95% psien yang mengalami peningkatan tekanan darah
(Hahn & Payne, 2007).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh gangguan sistem lain,
misalnya sistem vaskuler (arteriosklerosis), sistem renal (stenosis
arteri renal), sistem endokrin (hipertiroidisme) dan sistem neuron
(peningkatan tekanan intracranial).Kehamilan juga dapat
menyebabkan hipertensi sekunder (Davis, 2004).Kejadian
hipertensi sekunder kurang dari 5% pada individu dewasa, tetapi
lebih dari 80% pada anak-anak. Menurut Dirksen, Heitkemper, dan
Lewis (2000) penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut:
(1) penyempitan congenital aorta; (2) penyakit ginjal misalnya
stenosis arteri ginjal; (3) gangguan endokrin misalnya sindrom
Chusing dan hiperaldosteron; (4) gangguan neurologi misalnya
tumor otak dan cedera kepala; (5) sleep apnea; (6) pengobatan jenis
stimulant simpatetik misalnya kokain, terapi penggantian estrogen,
obat kontrasepsi oral, dan obat anti inflamasi non steroid; (7)
kehamilan yang menstimulasi hipertensi.

2.2.3 Faktor Risiko Hipertensi


Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa semua jenis hipertensi
dipengaruhi oleh faktor genetic daan lingkungan. Faktor-faktor ini
dapat diklasifikasikan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan
faktor yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
10

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi terdiri dari riwayat keluarga


(genetic), umur, jenis kelamin.
- Riwayat Keluarga (Genetik)
Kejadian hipertensi khususnya hipertensi primer sangat
dipengaruhi oleh faktor riwayat keluarga. Faktor genetik ini
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
membrane sel. Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita
hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya.
- Umur
Risiko hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Black dan Hawks (2005) menyatakan bahwa seseorang rentan
mengalami hipertensi pada umur 30-50 tahun, dimana hipertensi
yang dialami adalah hipertensi primer. Tingginya hipertensi
seiring dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan
struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi
lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik.
- Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin mempunyai pengaruh yang bermakna
terhadap kejadian hipertensi. Pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan dara sistolik. Pria diduga memiliki gaya
hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki
menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat.
Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh
faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih
tinggi terdapat pada wanita.
11

b. Faktor yang dapat dimodifikasi


Selain dipengaruhi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, hipertensi
dipengaruhi faktor yang dapat dimodifkasi.Tingkat kejadian
hipertensi dapat diturunkan dengan mengendalikan faktor ini.Faktor
yang dapat dimodifikasi ini terdiri dari kegemukan (obesitas), stress,
konsumsi zat berbahaya, aktivitas fisik, nutrisi.
- Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah presentase abnormalitas lemak
yang dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index)
yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan
kuadrat dalam meter.Kaitan erat antara kelebihan berat badan
dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa
studi.Risiko relative untuk menderita hipertensi pada orang-
orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang
yang badannya normal.Sedangkan, pada penderta hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih
(overweight).
- Stress
Stress mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap tingkat
kejadian hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jonas
(2000) dilaporkan bahwa seseorang yang mengalami depresi
berisiko 1,78 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan
yang tidak mengalami depresi. Seseorang yang berada dalam
kondisi stress telah terjadi proses fisiologis dimana sistem saraf
simpatis teraktivasi yang selanjutnya dapat menstimulus
pengeluaran hormone adrenalin dan kortisol. Respon fisiologis
ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah.
- Konsumsi Zat Berbahaya
Konsumsi zat berbahaya adalah faktor lain yang mempengaruhi
kejadian hipertensi dan dapat dimodifikasi. Konsumsi zat
12

berbahaya ini meliputi rokok, konsumsi alkohol berlebih, dan


obat-obatan terlarang.Penggunaan substansi ini secara terus-
menerus dapat membuat tekanan darah cenderung tinggi.
Nikotin yang dihisap melalui rokok dapat meningkatkan denyut
jantung dan menyebabkan vasokonstriksi perifer, yang akan
meningkatkan tekanan darah arteri pada jangka waktu yang
pendek, selama dan setelah merokok. Nikotin yang masuk ke
dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah ateri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis, dan
tekanan darah tinggi.
Alkohol termasuk salah satu substansi berbahaya yang jika
dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan efek negative
bagi tubuh.Konsumsi alkohol dapat meningkatkan angka
kejadian hipertensi, penurunan sensitivitas tubuh terhadap obat
antihipertensi, dan hipertensi yang sulit disembuhkan.
Kopi mengandung kafein yang jika digunakan dalam jumlah
adekuatakan bermanfaat bagi tubuh. Hal ini didukung oleh
studi-studi yang dilakukan Mayo Clinic, Harvard School of
Public Health dan institusi-institusi lain yang mengungkapkan
bahwa minum kopi 2-4 cangkir sehari dapat menurunkan kanker
kolon, mengurangi risiko penyakit batuu empedu, dan mencegah
sirosis hati. Akan tetapi, konsumsi kopi yang berlebih yaitu 10
cangkir atau lebih per hari dapat menyebabkan kecemasan,
diare, kelelahan, sulit tidur, pusing, dan palpitasi jantung.
- Aktivitas fisik
Aktivitas fisik aerobic yang adekuat dan teratur akan menjaga
fungsi kardiovaskuler yang baik dan menurunkan berat badan
bagi pasien hipertensi dengan obesitas, serta menurunkan risiko
penyakit kardiovaskular yang dapat meningkatkan mortalitas.
- Nutrisi
13

Nutrisi adalah salah satu faktor yang dapat dimodifikasi untuk


mengendalikan kejadian hipertensi.Pola makan yang tinggi
kalori, natrium, dan lemak, tetapi rendah protein dapat
meningkatakn tekanan darah. Diet tinggi sodium akan
menstimulasi pengeluaran hormone natriuretik dan mekanisme
vaspresor dalam sistem saraf pusat, yang akan berkontribusi
pada peningkatan tekanan darah. Penelitian yang dilakukan oleh
Sugiharto (2007) menunjukkan bahwa seseorang yang terbiasa
mengkonsumsi makanan asin berisiko menderita hipertensi 3,95
kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi
makanan asin.
Diet tinggi lemak jenuh juga berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Konsumsi lemak jenuh berlebih berakibat pada
peningkatan kadar kolesterol yang merupakan faktor risiko utam
aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah dan penyakit kardiovaskular misalnya iskemia
atau infark miokard.

2.2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi


Manifestasi klinis hipertensi antara lain:
- Sakit/nyeri kepala
- Gelisah
- Jantung berdebar-debar
- Pusing
- Leher kaku
- Penglihatan kabur, dan
- Rasa sakit di dada.
- Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman kepala, mudah
lelah.
14

2.2.5 Tatalaksana Hipertensi


a. Non-Farmakologis
Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya
hidup. (Depkes RI, 2013)

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi Rekomendasi Rerata penurunan TDS


Penurunan berat badan Jaga berat badan ideal 5 – 20 mmHg/10kg
(BMI : 18,5 – 24,9 kg/m2)
Dietary Approches to Diet kaya buah, sayuran, 8 - 14 mmHg
Stop Hypertension produk rendah lemak
(DASH) dengan jumlah lemak
total dan lemak jenuh
yang rendah
Pembatasan intake Kurangi hingga < 100 2 - 8 mmHg
natrium mmol per hari (2.0 g
natrium atau 6 5 g
natrium klorida atau 1
sendook teh garam per
hari)
Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobic 4 - 9 mmHg
yang teratur (mis : jalan
cepat) 30 menit seharu,
hampir setiap hari dalam
seminggu.
Pembatasan konsumsi Laki-laki : dibatasi 2 – 4 mmHg
alcohol hingga < 2 kali per hari.
Wanita dan orang yang
lebih kurus : dibatasi
hingga < 1 kali per hari.

b. Farmakologis
15

Alur tatalaksana hipertensi


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. S
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Ngampel
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Waktu Pemeriksaan : 14 Agustus 2019

3.2 Anamnesis

- Keluhan Utama
Sakit kepala, terasa tegang pada belakang leher
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien meneluhkan sakit kepala sejak 5 hari .Sakit kepala terutama dirasakan
pada seluruh bagian kepala, sakit kepala hilang timbul di sertai leher tegang
sejak 5 hari. kadang timbul rasa mual bila sakit kepala dan tegang pada
belakang leher. Pasien juga mengeluh ulu hati terasa nyeri dan sering tersa
penuh setelah makan kurang lebih sudah 3 hari..
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi (+). DM (-), Gastritis (+)
- Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi (+) yaitu tiga orang saudara pasien.Riwayat hipertensi pada
orang tua tidak diketahui.

16
17
Pasien

Meninggal
Hipertensi

- Riwayat Pribadi
 Pasien merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Pasien tinggal
di rumah bersama istrinya. Pasien memiliki 3 orang anak.
 Rumah pasien berada di kelurahan Ngampel, yang sebenarnya cukup
dekat dengan Puskesmas Mrican dan Pustu Ngampel, namun pasien
jarang control ke PKM Mrican maupun ke Pustu Ngampel saat obatnya
habis tanpa alasan yang jelas.
 Pasien merupakan seorang petani.
 Pasien kurang bergerak dan tidak pernah berolahraga.
 Pola makan pasien tidak teratur. Riwayat sering makan makanan
bersantan dan pedas.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

- Denyut nadi : 88 x/menit, irama teratur, kuat angkat


- TD : 160/90 mmHg
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,7ºC

Status Generalis

Kepala
18

- Ekspresi wajah : normal


- Bentuk dan ukuran : normal
- Rambut : normal
- Edema : (-)
- Malar rash : (-)

Mata

- Simetris
- Exophtalmus : (-)
- Ptosis : (-)
- Strabismus : (-)
- Edema palpebra : (-)
- Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-)
- Sklera : ikterik (-/-), hiperemis (-/-), pterygium (-/-)
- Pupil : isokor, bulat, refleks (+/+)
- Kornea : normal
- Lensa : normal, katarak (-/-)

Telinga

- Bentuk : normal
- Lubang telinga : normal, secret (-/-)
- Nyeri tekan : (-)
- Pendengaran : normal

Hidung

- Simetris, deviasi septum (-)


- Perdarahan (-), secret (-)
- Penciuman : normal

Mulut

- Simetris
19

- Bibir : sianosis (-)


- Gusi : hiperemis (-), perdarahan (-)
- Lidah : glositis (-), atrofi papil lidah (-)
- Mukosa : kering

Leher

- Simetris
- Kaku kuduk : (-)
- Scrofuloderma : (-)
- Pembesaran KGB : (-)
- Trakea : di tengah
- JVP : normal
- Pembesaran otot sternokleidomastoideus : (-)
- Pembesaran tiroid : (-)

Thoraks

Cor

- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak


- Palpasi : iktus cordis teraba di ICS 5 midklavikula sinistra
- Perkusi : redup
- Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

- Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan dinding dada simetris,


penggunaan otot bantu nafas (-), pelebaran sela iga (-), frekuensi
pernapasan 20 x/menit.
- Palpasi : pergerakan dinding dada simetris
- Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
- Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen
20

- Inspeksi : distensi (-), skar (-).


- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-)
- Perkusi : timpani

Inguinal-genital-anus : tidak diperiksa

Ekstremitas atas

- Akral hangat : (+/+)


- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal

Ektremitas bawah

- Akral hangat : (+/+)


- Kulit : normal
- Deformitas : (-/-)
- Sendi : dalam batas normal
- Edema : (-/-)
- Sianosis : (-/-)
- Kekuatan : normal

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

3.5 Diagnosis Kerja

Hipertensi Stage II

Dyspepsia
21

3.6 Penatalaksanaan

- Amlodipin 10 mg 1x1
- Ranitidin 150 mg 3x1 tab

3.7 Prognosis

Dubia

3.8 Konseling

Konseling yang diberikan pada pasien ini adalah tentang pola hidup sehat
untuk mencegah dan mengontrol hipertensi, seperti :

- Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam, dan lemak. Asupan garam
maksimal 5 g sehari.
- Mempertahankan berat badan dan lingkar pinggang ideal.
- Menganjurkan gaya hidup aktif/olahraga teratur
- Menganjurkan untuk kontrol rutin di puskesmas
- Menjelaskan kepada pasien tentang komplikasi dari penyakit hipertensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengn hipertensi grade II. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
dilakukan di Puskesmas

Berdasarkan hasil anamnesis, pasien datang dengan keluhan sakit kepala yang
mulai dirasakan sejak 5 hari yang lalu.Sakit kepala terutama dirasakan di bagian
belakang kepala dan sakit kepala hilang timbul. Nyeri uluhati sejak 3 hari yang
lalu.Pada pemeriksaan fisik, ditemukan tekanan darah pasien adalah 160/90
mmHg. Berdasarkan klasifikasi menurut JNC VII, pasien ini digolongkan pada
hipertensi grade II. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan
pemberian terapi farmakologis dengan menggunakan obat antihipertensi yaitu
amlodipine 10 mg sehari. Selain terapi farmakologis, diberikan juga terapi non
farmakologis dengan pemberian konseling tentang diet untuk pasien hipertensi,
gaya hidup aktif, komplikasi hipertensi, dan menganjurkan pasien kontrol rutin di
puskesmas.

Menurut teori H.L. Blum terdapat empat faktor yang mendasari munculnya
suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain : faktor biologi, faktor lingkungan,
faktor pelayanan kesehatan, dan faktor perilaku. Mengacu pada teori tersebut,
kejadian hipertensi pada pasien ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Faktor biologi
Faktor biologi pada pasien ini adalah terdapat riwayat hipertensi dalam
keluarga yakni ketiga saudara pasien. Selain itu, terdapat faktor yang lain yaitu
usia pasien 50 tahun.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan tidak mempengaruhi terhadap penyakit pasien karena rumah
tinggal pasien yang cukup dekat dengan PUSTU ataupun Puskesmas.

22
23

3. Faktor perilaku
Faktor perilaku merupakan faktor yang dominan dalam proses terjadinya
hipertensi. Pada pasien ini, didapatkan kebiasaan mengkonsumsi makanan
bersantan.Selain itu, kebiasaan tidak berolahraga dan mau berobat ke
Puskesmas tanpa alasan yang jelas berperan terhadap terjadinya hipertensi pada
pasien.

Terdapat
Terdapat riwayat
riwayat hipertensi
hipertensi
dalam
dalam keluarga
keluarga

Usia
Usia pasien
pasien 50
50 tahun
tahun

GENETIK

Jarang
Jarang berolahraga
berolahraga
HIPERTENSI
HIPERTENSI
PERILAKU LINGKUNGAN
LINGKUNGAN

Sering
Sering mengkonsumsi
mengkonsumsi
santan
santan

Tidak
Tidak mau
mau berobat
berobat ke
ke
Puskesmas
Puskesmas PELAYANAN
KESEHATAN

Tersedia
Tersedia tensimeter
tensimeter
untuk
untuk mengukur
mengukur TDTD

Terdapat
Terdapat 11 orang
orang
programmer
programmer dandan
beberapa
beberapa kader
kader yang
yang
mengurusi
mengurusi masalah
masalah
PTM
PTM

Tersedia
Tersedia media
media
untuk
untuk penyuluhan
penyuluhan
24

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hipertensi masih merupakan masalah yang dominan dan masuk dalam 10
besar penyakit di Puskesmas Mrican
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
pasien, yaitu : faktor genetik, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.
3. Kesimpulan terkait hipertensi pada pasien ini adalah menderita hipertensi.

5.2 Saran
1. Perlu disusun suatu program yang efektif dan berbasis masyarakat untuk
mengelola penyakit hipertensi.
2. Melakukan kerjasama lintas program dengan program gizi maupun
promkes dalam mengelola penyakit hipertensi.
3. Pemberian penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat
25

DAFTAR PUSTAKA

Aziza, L. (2007). Hipertensi : The Sillent Killer. Jakarta : Yayasan Penerbitan


Ikatan Dokter Indonesia
Black, J.M & Hawks, J.H. (2007).Clinical Management for Positive
Outcome.USA : Lippincolt Williams & Willkins
Depkes RI. (2010). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan PTM. Jakarta.
Depkes RI. (2010). Seminar Strategi Pencegahan Penyakit Tidak Menular.Jakarta
: Direktorat Penyehatan Lingkungan
Depkes RI. (2010). Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nusa Tenggara
Barat 2007.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Depkes RI
Depkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta; Kementrian Kesehatan RI
Depkes RI. (2013). Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta.
Hahn, D.B & Payne, W.A. (2007).Focus on Health Sixth Edition. USA : Mc Graw
Hill
PERKI.(2010). Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular di
Indonesia.Jakarta : Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia
Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Sudoyo.(2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI
Suyono.Kesehatan Lingkungan. Available in http://e-
journal.kopertis4.or.id/file.php?file=karyailmiah&id=742 (1 April 2015)

Anda mungkin juga menyukai