Anda di halaman 1dari 28

SISTEM IMUN DAN REPRODUKSI MANUSIA

Disusun oleh :

Arachis Arumawati (F18025)

MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

2018

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................ii

PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................1

PEMBAHASAN............................................................................................2

1. SISTEM IMUN..................................................................................2
A. Pengertian dan Macam-macam Sistem Imun..............................2
1. Sistem Imun Non Spesifik.....................................................2
2. Sistem Imun Spesifik.............................................................4
B. Antibodi.......................................................................................6
C. Cara Kerja Antibodi.....................................................................8
D. Antigen.........................................................................................9
E. Kelainan pada Sistem Imun.........................................................10
2. SISTEM REPRODUKSI MANUSIA...............................................12
A. Sistem Reproduksi pada Pria.......................................................12
1. Organ Dalam..........................................................................12
2. Organ Luar.............................................................................13
3. Hormon pada Laki-laki..........................................................14
4. Spermatogenesis....................................................................15
B. Sistem Reproduksi pada Wanita..................................................17
1. Organ Reproduksi Luar..........................................................17
2. Organ Reproduksi Dalam......................................................17
3. Oogenesis ..............................................................................20
C. Kelainan pada Sistem Reproduksi...............................................22

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................23

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem imun adalah bagian terpenting dari sistem pertahanan tubuh
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014). Sistem imun melindungi tubuh dari
masuknya berbagai mikroorganisme seperti bakteri dan virus yang banyak
terdapat di lingkungan hidup. Dengan adanya sistem imun, tubuh mampu
mempertahankan diri dari infeksi yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, dimana mikroorganisme akan selalu mencari inang untuk
diinfeksi. Penurunan sistem imun akan meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi.
Sistem imun melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen.
Sistem imun mampu menghasilkan sel-sel serta molekul yang secara
spesifik dapat mengenali dan memberi respon berupa eliminasi berbagai
unsur patogen (Kindt et al., 2006).
Imunomodulator merupakan senyawa yang dapat mempengaruhi
sistem imun dengan cara meningkatkan atau menekan faktor-faktor yang
berperan dalam sistem imun (Stites & Terr, 1990). Imunomodulator
membantu tubuh untuk mengoptimalkan fungsi sistem imun yang
merupakan sistem utaman yang berperan dalam pertahanan tubuh dimana
kebanyakan orang mudah mengalami gangguan sistem imun (Suhirman &
Winarti, 2007). Obat-obatan yang bersifat imunosupresan,
imunomodulator dan vaksin dirasa penting utamanya untuk membantu
mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan karena adanya kerusakan
sistem imun seperti kanker dan juga AIDS (Shen & Louie, 1999).
Menurut Karmana (2008: 272) Salah satu ciri makhluk hidup
adalah dapat berkembang biak (bereproduksi) pada manusia reproduksi
hanya dapat terjadi secara seksual (generative), yakni terjadi peleburan
antara sel telur dan sperma (fertilisasi). Fertilisasi pada manusia dapat
terjadi di dalam tubuh (fertilisasi internal). Untuk melakukan fertilisasi
manusia dilengkapi dengan alat reproduksi pada pria dan wanita.

1
PEMBAHASAN

1. SISTEM IMUN
A. Pengertian dan Macam-Macam Sistem Imun
Sistem imun melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen.
Sistem imun mampu menghasilkan sel-sel serta molekul yang secara
spesifik dapat mengenali dan memberi respon berupa eliminasi berbagaii
unsur patogen (Kindt et al., 2006). Sistem imun harus dapat mengenali
antigen yang terdapat pada permukaan patogen dan merespon patogen
tersebut dengan menyingkirkannya melalui reaksi-reaksi yang tepat
(Kresno, 1996). Sistem imun mampu mengenali antigen dari substansi
kimiawinya yang menjadi pembeda antara satu antigen dengan antigen
lainnya. Setelah dikenali dan dibedakan antara antigen self dan nonself,
sistem imun kemudian menyingkirkan antigen nonself dengan berbagai
macam respon (Kindt et al., 2006). Dalam melaksanakan fungsinya
sebagai pertahanan utama dari tubuh, sitem imun memiliki dua jenis
sistem imun yaitu :
a. Sistem Imun Non Spesifik
Respon imun non spesifik bekerja dengan memberi respon
pada antigen meskipun tidak ada ingatan mengenai antigen
tersebut. Sistem ini bersifat alami dengan pengertian bahwa sistem
ini didapatkan sejak lahir dan tidak diakibatkan oleh kontak
terdahulu dengan agen penular penyakit (Delves et al., 2011).
Sistem imun non spesifik bekerja dengan memberikan respon
langsung, dan biasanya cepat, apabila terjadi infeksi oleh patogen
potensial yang banyak terdapat di lingkungan tanpa menunjukkan
spesisfisitas terhadap patogen tertentu.
Jalan yang termudah menghindar dari infeksi adalah
mencegah mikroorganisme-mikroorganisme berhasil masuk ke
dalam tubuh. Garis pertahanan utama adalah kulit, yang apabila
utuh, tidak dapat ditembus oleh hampir seluruh agen-agen penular

2
penyakit (Delves et al., 2011). Kebanyakan mikroba tidak dapat
menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh
melalui kelenjar sebaseus dan folikel rambut. pH asam keringat
dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit
mempunyai efek denaturasi terhadap protein membran sehingga
dapat mencegah infeksi yang dapat terjadi melalui kulit (Kresno,
1996). Pertahanan lain terdapat pada saluran penapasaan,
pencernaan dan saluran urogenital. Pada saluran pernapasan
terdapat mukosa dan sel-sel silia yang dapat rusak karena pengaruh
lingkungan, ataupun karena kerusakan bawaan. Pada saluran
pencernaan, terdapat banyak enzim dan juga empedu yang
menyebabkan sebagian besar bakteri tidak mampu bertahan dari
kerusakan. Saluran urogenital bertahan dengan adanya mukosa
pada vagina dan uretra (Flaherty, 2011).
Apabila mikroorganisme berhasil masuk ke dalam tubuh,
dua cara pertahanan utama berperan yaitu penghancuran
mikroorganisme oleh senyawa penghancur seperti enzim
bakterisidal dan mekanisme fagositosis yang arti sesungguhnya
“dimakan” oleh sel (Delves et al., 2011). Fagosit, sel Natural
Killer (NK), sel mast dan eosinophil berperan dalam sistem imun
non spesifik untuk pertahanan selular. Sel-sel imun tersebut dapat
ditemukan dalam sirkulasi atau jaringan (Baratawidjaja &
Renggaanis, 2009). Beberapa komplemen serta mediator sisstem
imun, seperti interferon dan interleukin juga berperan dalam sistem
imun non spesifik (Burnester & Pezzuto, 2003). Komplemen
merupakan glikoprotein yang dapat secara langsung berinteraksi
dengan permukaan bakteri tanpa adanya keterlibatan dari antibodi.
Jalur alternatif yang melibatkan faktor komplemen, seperti missal
C3, dapat menyebabkan kerusakan jaringan secara signifikan
akibat adanya inflamasi akut. Interferon (IFN), kumpulan
glikoprotein antiviral, diklasifikasikan menjadi IFN-α, IFN-β dan

3
IFN-γ. IFN-α dihasilkan oleh limfosit dan makrofag (Shen &
Louie, 1999).
Inflamasi merupakan salaah satu respon imun kibat
masuknnya agen penginfeksi. Mekanisme respon akibat adaany
inflamasi adalah sebagai berikut: terjadi pelepasan mediator sistem
imun, menyebabkan pembuluh darah melebar dan menjadi lebih
dah ditembus. Granulosit kemudian muncul pada lokasi terjadinya
infamasi, yang disusul oleh makrofag sebagai salah satu komponen
respon imun non spesifik untuk difagositosis (Burnester &
Pezzutto, 2003).
b. Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk
mengenal partikel, molekul atau benda yang diaanggap asing oleh
tubuh. Hal yang membedakan antara sistem imun spesifik dan non
spesifik antara lain adalah dalam hal spesifitas dan pembentukan
memori terhadap antigen tertentu. Sistem imun spesifik akan
segera “mengingat” benda/partikel yang dianggap asing yang
masuk ke tubuh dan menimbulkan sensitisasi. Dari ingatan
tersebut, apabila terdapat antigen yang sama kembali masuk ke
dalam tubuh, sistem imun spesifik akan mengenali dan segera
menghancurkannya (Baratawidjaja & Rengganis, 2009).
Dalam hal spesifisitas, sistem imun spesifik mampu
membedakan antara 1 molekul denga molekul lainnya. Perbedaan
antar molekul ini terkadang hanya disebabkan perbedaan satu asam
amino saja. Selain spesifisitas, kemampuan mengingat dan
kemampuan mengenali ribuan struktur berbeda, sistem imun
spesifik juga mampu membedakan antara antigen self dengan
nonself (Kindt et al., 2006). Sistem imun spesifik terdiri atas
sistem humoral dan sistem selular. Secara umum, sistem imun
spesifik terdiri dari sistem imun humoral dan selular. Sistem imun
humoral bekerja dengan sekresi antibodi oleh sel B. Sementara

4
sistem imun selular bekerja dengan aktivasi makrofag oleh sel Th
dan degradasi seloleh Tc.
1) Sistem imun spesifik humoral
Dalam sistem imun spesifik humoral, limfosit yang
berperan adalah limfosit B atau sel B. sel B yang dirangsang oleh
benda asing akan berpoliferasi, berdiferensiasi, dan berkembang
menjadi sel plasma yang memproduksi antibodi (Baratawidjaja &
Rengganis, 2009). Sel B akan memproduksi antibody yang
berbeda-beda. Supaya limfosit B berdiferensiasi dan membentuk
antibodi, diperlukan bantuan limfosit T-helper (CD4+ cell/Th)
yang attas sinyal-sinyal tertentu baik melalui Major
Histocompatibility Complex (MHC) maupun sinyal yang
dilepaskan oleh makrofag merangsang produksi antibodi. Sel Th
juga membantu menghasilkan antibodi yang memiliki afinitas
tinggi pada antigen. Proses ini membantu meningkatkan kualitas
dari respon imun humoral (Abbas et al., 2011). Selain oleh sel Th,
produksi antibodi juga diatur oleh sel-sel T-supressor, sehingga
produksi antibodi seimbang dan sesuai dengan yang dibutuhkan
(Kresno, 1996).
Sel B dan sel T dibedakan berdasarkan pada jenis protein
dan lipid yang berada pada permukaannya yang disebut cluster of
differentiation (CD) markers. Secara morfologi sel T dan sel B
sulit dibedakan Karen morfologinya mirip. Seluruh sel B
mengekspresikan penanda CD19-21 (Flaherty, 2011).
2) Sistem imun spesifik selular
Limfosit yang lebih berperan dalam sistem imun ini adalah
limfosit T atau sel T. sel t bermaturasi di organ timus. Sel T
berdiferensiasi menjadi 2 macam sel T, yaitu sel T-penolong dan
sel T-sitotoksik. Sel T-penolong akan mengenali suatu antigen
melalui ikatan dengan MHC kelas II yang terdapat pada
permukaan sel makrofag. Sementara sel Tc menghancurkan

5
mikroorganisme intrasel yang disajikan melalui MHC kelas1
secara langsung (cell to cell) (Kresno, 1996). Sel Th yang
teraktivasi akan berpoliferasi menjadi beberapa sel efektor.
Kemudian dapat menghasilkan sitokin-sitokin, menghasilkan
suubstansi yang membantu fagositosis, menstimulasi
pembentukan antibody dan juga limfosit. Sel Tc berpoliferasi dan
bertanggung jawab untuk membunuh mikroba dalam sitoplasma
(Abbas et al., 2011).
Adapun fungsi dari sistem imun yaitu:
1. Pembentukan kekebalan tubuh.
2. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang
masuk ke dalam tubuh.
3. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi, dan patogen yang
membahayakan.
4. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

B. Antibodi
Antibodi merupakan bagian dari sistem imun humoral. Antibodi
dikenal juga sebagai immunoglobin. Antibodi merupakan salah satu
penentu kemampuan tubuh untuk mempertahankan imunitas. Antibodi
dihasilkan untuk melawan antigen asing, yang masuk ke dalam tubuh
melalui proses peradangan. Antibodi memiliki 2 fungsi utama: 1) antibodi
secara spesifik berikatan dengan patogen yang akan menginisiasi respon
imun dan 2) antibodi “mengundang” sel-sel imun yang lain akan
menghancurkan patogen segera setelah terjadi ikatan antara antibodi
dengan antigen. Molekul antiibodi sangat bervariasi sehingga dengan
adanya variasi dimungkinkan antibodi berinteraksi dengan banyak antigen.
Variasi ini muncul karena masing-masing sel B menghasilkan antibodi
dengan spesifisitas yang berbeda-beda.
Antibodi berinteraksi dengan antigen melalui bagian kecil dari
antigen yang disebut epitop. Antibodi memiliki struktur berupa empat

6
rantai polipeptida dengan 2 rantai berat dan 2 rantai ringan. Kedua jenis
rantai dihubungkan oleh suatu jembatan disulfide untuk membentuk suatu
molekul yang berbentuk Y. pada kedua ujung molekul yang berbentuk Y
terdapat daerah yang disebut daerah variabel (V). Daerah V rantai berat
dan ringan membentuk suatu kontur yang berfungsi sebagai tempat
pengikatan antigen. Selain daerah variabel, terdapat pula daerah konstan
(C). Daerah C bertanggung jawab atas persebarannya dalam tunuh dan
mekanisme pembuangan antigen yang dikenalinya. Perbedaaan daerah
konstan merupakan dasar dari pengelompokan kelas-kelas utama antibodi:
IgG, IgA, IgM, IgE, dan IgD (Janeway, 2001).
Berikut penjelasan dari jenis-jenis antibodi
a) Immunoglobulin G (IgG)
 Immunoglobulin G akan terbawa aliran darah dan langsung
menuju tempat antigen berada dan menghamatnya begiu
terdeteksi.
 Senyawa ini memiliki efek kuat antibakteri maupun virus, dan
menetralkan racun.
 IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat dipindahkan
melalui plasenta dari ibu hamil ke janin dalam kandungannya.
b) Immunoglobulin A (IgA)
 Immunoglobulin A (IgA) ditemukan pada bagian-bagian tubuh
yang dilapisi oleh selaput lendir.
 IgA juga ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh lainnya,
seperti air liur, ASI, getah lambung.
 IgA terdapat dalam ASI akan melindungi sistem pencernaan
bayi dari mikroba.
c) Immunoglobulin M (IgM)
 Immunoglobulin M merupakan antibodi pertama yang
dihasilkan tubuh untuk melawan antigen tersebut.
 Janin dalam rahim mampu memproduksi IgM pada umur
kehamilan enam bulan.

7
d) Immunoglobulin D
 Immunoglobulin D atau IgD terdapat dalam darah, getah
bening, dan pada permukaan sel-sel B, tetapi dalam jumlah
sedikit.
 Mereka tidak mampu bertindak sendiri-sendiri. Dengan
menempelkan dirinya pada permukaan sel-sel , mereka
membantu sel-sel T menangkap antigen.
e) Immunglobulin E (IgE)
 Antibodi ini kadang menimbulkan reaksi alergi akut pada
tubuh. Oleh karena itu, tubuh seseorang yang sedang
mengalami alergi memiliki kadar IgE yang tinggi.
 IgE penting dalam melawan infeksi parasit.

C. Cara Kerja Antibodi


1. Penetralan
Antibodi menetralkan racun atau toksin yang dihasilkan oleh
bakteri (antigen) dan menjadikannya tidak berbahaya sehingga dapat
disekresi dari tubuh melalui tubulus-tubulus ginjal.
2. Pengendapan
Antibodi mengendapkan molekul-molekul antigen dengan cara
menjadikan mereka gumpalan-gumpalan yang tidak larut. Dalam
bentuk demikian, antigen-antigen dapat ditelan oleh sel-sel fagosit,
dicerna, dan dijadikan tidak berbahaya.
3. Pelekatan
Antibodi melekat pada sel-sel mikroorganisme (antigen) sehingga
antigen tersebut dapat difagositosis dan dihancurkan oleh neutrofil.
4. Aktivasi Protein Komplemen
Antibodi bekerja sama dengan protein komplemen dalam plasma,
melekat pada dinding sel antigen, dan mengindentifikasi mereka untuk
sel-sel T.

8
D. Antigen
Antigen (imunogen) adalah suatu bahan bila dimasukkan ke dalam
tubuh dapat membangkitkan respons imun baik respons imun selular
maupun humoral. Karakteritik antigen sangat menentukan
imunogenitas respon imun adalah sebagai berikut:
a) Asing (berbeda dari self): pada umumnya, molekul yang
bersifat self tidak bersifat imunogenik, untuk menimbulkan
respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself.
b) Ukuran molekul: molekul dengan berat kurang dari 10.000
(misalnya asam amino) tidak bersifat imunogenik. Mereka
hanya bisa menjadi imunogenik hanya jika bergabung dengan
protein pembawa.
c) Komplekstisitas kimiawi dan struktural: jumlah tertentu
kompleksitas kimiawi yang diperlukan. Contohnya: homo
polimer lebih imunogenik dibanding heteropolimer.
d) Determinan antigenik (epitop): unit terkecil dari suatu antigen
kompleks yang dapat diikat oleh antibodi tersebut antigen atau
epitop.
e) Tatanan genetik penjamu: dua strain bintang dari spesies yang
sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang
sama karena perbedaan komposisi gen respon.
f) Dosis, cara dan pemberian antigen: respon imun dapat
dioptimalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan
cermat.

E. Kelainan pada Sistem Imun

9
1) Alergi (T78.4)
Alergi merupakan sensitivitas secara berlebihan terhadap
sesuatu atau yang disebut sebagai anaphylaxis (T78.2) (suatu
reaksi alergi yang parah dan berpotensi mengancam nyawa).
Proses terjadinya alergi disebabkan karena tingginya kadar
antibodi atau imunoglobin E (IgE) yang spesifik terhadap zat
tertentu yang dapat menimbulkan zat allergen atau zat yang yang
dapat menyebabkan reaksi alergi. Pada jaringan tubuh, IgE dapat
bereaksi dengan zat allergen dengan cara menempel pada mast
yaitu sebuah sel yang berperan dalam peradangan dan alergi.
Apabila IgE menerima kontak dengan zat allergen yang
sama untuk kesekian kalinya, maka sel mast lama kelamaan akan
mengalami degranulasi atau pecah sehingga kemudian akan
mengeluarkan zat-zat diantaranya histamine, kinin dan bradikinin
dari dalam granula. Zat-zat inilah yang kemudian dapat
menimbulkan pengaruh yang kita rasakan sebagai gejala seperti
gatal-gatal, asma, muntah, diare, dan sebagainya.
2) Autoimun (M35.9)
Autoimun merupakan penyakit dimana item kekebalan
tubuh yang diproduksi menyerang sel lainnya di dalama tubuh
(salah sasaran). Disini sel tubuh lainnya dianggap oleh sel limfosit
T seolah olah bukan merupakan bagian dari tubuh itu sendiri
dengan kata lain dianggap seperti antigen sehingga harus
diperangi.
Beberapa abnormal yang dipengaruhi oleh autoimun antara
lain:
a. Myasthenia gravis (G70.0) yaitu suatu keabnormalan dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang sel pada otot lurik sehingga
terjadi degradasi otot dan berkurangnya kemampuan otot dalam
berkontraksi. Hal yang nampak misalnya mata yang tidak
simetris.

10
b. Lupus erythematosus (L93.0) yaitu suatu keabnormalan dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuh lainnya. Sel-
sel tubuh dianggap seperti benda asing yang berbahaya
sehingga perlu dilawan. Penyakit ini sangat sulit untuk
dideteksi karena memiliki gejala-gejala yang bersifat umum.
c. Addison’s disease (E27.1) yaitu suatu keabnormalan dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar adrenalin dan sel-
sel yang menghasilkan hormon adrenalin sehingga dapat
menyebabkan infeksi, tubuh cepat lelah, berat badan turun,
darah rendah, peningkatan pigmentasi kulit dan timbul rasa
tertekan.
d. Multiple sclerosis (G35) yaitu suatu keabnormalan dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan saraf di otak dan
tulang belakang. Penderita penyakit ini dapat mengalami
gangguan stress, pusing dan gangguan penglihatan.
e. Diabetes mellitus (E14.9) yaitu suatu keabnormalan dimana
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel beat di dalam
pankreas yang memproduksi hormon insulin. Gejalanya hampir
sama dengan penderita diabetes, misalnya kadar gula tinggi.
3) AIDS (B24)
AIDS singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome
yakni penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency
Virus (HIV), yakni sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh pada manusia. Jadi istilah AIDS dan HIV memiliki makna
yang berbeda.
AIDS baru akan muncul setelah vius HIV menyerang
manusia. Penyerangan tersebut dapat berlangsung dalam kurun
waktu yang cukup lama, bisa sampai bertahun-tahun (2-5 tahun).
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menurun sehinggan tubuh
manusia akan mudah terserang penyakit seperti kanker, kerusakan
otak, dan sebagainya.

11
2. SISTEM REPRODUKSI
A. Sistem Reproduksi pada Pria
1. Organ Dalam
a. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada manusia. Testis
berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis dibungkus oleh
skrotum, kantong kulit dibawah perut. Pada manusia, testis
terletak diluar tubuh, dihubungkan dengan tubulus spermatikus
dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa
proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien
dengan suhu rendah dari suhu tubh (<37oC).
b. Saluran Reproduksi
 Epididimis (tempat pematangan sperma), berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai
sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas
deferens.
 Vas deferens (saluran sperma dari testis ke kantong
sperma), merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas
dan merupakan lanjutan dari epididimis. Berfungsi sebagai
aluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju
kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis).
 Saluran ejakulasi, merupakan saluran pendek ang
menghubungkan kantung semen dengan uretra. Berfungsi
untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
 Uretra, merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat
di dalam penis. Berfungsi sebagai saluran kelamin yang
berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang
urin dari kantung kemih.

12
c. Kelenjar Kelamin
 Vesikula seminalis (tempat penampungan sperma),
merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di
belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis
menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber
makanan bagi sperma.
 Kelenjar prostat (penghasil cairan basa untuk melindungi
sperma), adalah kelenjar pensekresi terbesar. Cairan
prostat bersifat encer dan seperti susu, mengandung enzim
antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), sedikit asam,
kolestrol, garam, dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma.
 Kelenjar cowper (penghasil lendir untuk melumasi saluran
sperma), merupakan kelenjar yang salurannya langsung
menuju uretra. Kelenjar cowper menghasilkan getah yang
bersifat alkali (basa).
2. Organ Luar
a. Penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar katanya
sama dengan phallus, yang berarti sama) adalah alat kelamin
jantan. Fungsinya yaitu sebagai alat pembuangan sisa
metabolisme berwujud cairan (urinasi) dan sebagai alat bantu
reproduksi.
b. Skrotum
Skrotum adalah kantung yang membungkus testis atau buah
zakar, skrotum terletak diantara penis dan anus serta depan
perineum. Fungsi skrotum adalah untuk memberikan kepada
testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8 oC lebih dingin
dibandingkan temperatur rongga tubuh. Fungsi ini dapat
terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh sistem otot

13
rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk
memanasi.

Gambar alat reproduksi pada laki-laki

14
3. Hormon pada Laki-laki
a. Testosteron
Testosteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di
antara tubulus seminiferous. Hormon ini penting bagi tahap
pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit
sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk menekresi testosteron.

c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)


FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior
dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini,
pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi
oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein
pengikat androgen yang mengikat testosteron dan estrogen
serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus
seminiferous. Kedus hormon ini teredia untuk pematangan
sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus
meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

4. Spermatogenesis

15
Peristiwa pembentukan sperma atau spermatozoa. Yatim
(1994: 40) berpendapat spermatogonia mengalami miosis berkali-
kali, sehingga menjadi spermatogonia yang siap mengalami
meiosis. Spermatogonia asal yang mengalami poliferase disebut
spermatogonium tipe A, dan hasil poliferase disebut
spermatogonium tipe B. Sperrmatogonium tipe B memiliki inti
bundar dan nukleus agak di tengah. Spermatogonium tipe B
bermitosis lagi menjadi spermatosit 1 (primer).
Campbell, et all (2008: 176) menjelaskan bahwa
spermatogenesis pembentukan dan perkembangan sperma
berlangsung secara terus menerus dan dalam jumlah pada laki-laki
dewasa. Untuk menghasilkan ratusan juta sperma setiap hari,
pembelahan dan pematangan sel terjadi sepanjang tubulus
seminiferous yang menggulung di dalam kedua testis. Sel-sel
germinal awal atau primodil dari testis embrionik membelah dan
berdiferensiasi ke dalam sel-sel yang membelah secara mitosis
hingga membentuk spermatogonium, yang nantinya menghasilkan
spermatosit juga melalui mitosis. Setiap spermatosit memunculkan
empat spermatid melalui pembelahan sel miosis yang mengurangi
jumlah kromosom dari diploid (2n = 46 pada manusia) menjadi
haploid (n = 23). Spermatid mengalami perubahan ekstensif dalam
bentuk dan organisasi sel sehingga berdiferensiasi menjadi sperma.

16
Gambar siklus spermatogenesis

17
B. Sistem Reproduksi pada Wanita
1. Organ Reproduksi Luar
a. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus
dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi
dan saluran persalinan (tempat keluarnya bayi). Sehingga
sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina
ditemukan selaput dara.
b. Vulva merupakan suatu celah yang terdapat dibagian luar dan
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
 Labium mayor merupakan sepasang bibir besar yang
terletak dibagian luas dan membatasi vulva.
 Labium minor merupakan sepasang bibir kecil yang terletak
di bagian dalam dan membatasi vulva.
c. Mons veneris, pertemuan antara kedua bibir vagina dengan
bagian atas yang tampak membukit.
d. Payudara, disebut juga kelenjar mamae. Payudara akan
menghasilkan ASI untuk nutrisi bayi.
2. Organ Reproduksi Dalam
a. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus
dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ kopulasi
dan saluran persalinan (tempat keluarnya bayi). Sehingga
sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina
ditemukan selaput dara.
b. Ovarium merupakan organ utama pada wanita. Berjumlah
sepasang dan terletak di dalam rongga perut pada daerah

18
pinggang sebelah kiri da kanan. Berfungsi untuk menghasilkan
sel ovum dan hormon wanita seperti:
 Estrogen yang berfungsi untuk mempertahankan sifat
sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam
proses pematangan sel ovum.
 Progesterone yang berfungsi dalam memelihara masa
kehamilan.
Ovarium diselubungi oleh kapsul pelindung dan
mengandung beberapa folikel. Tiap folikel mengandung satu
sel telur. Folikel adalah struktur seperti bulatan-bulatan yang
mengelilingi oosit dan berfungsi menyediakan makanan dan
melindungi perkembangan sel telur.
c. Fimbriae merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di
bagian pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran
oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah
matang yang dikeluarkan oleh ovarium.
d. Infundibulum merupakan bagian ujung oviduct yang
berbentuk corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae.
Berfungi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh
fimbriae.
e. Tuba fallopi merupakan saluran memanjang setelah
infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan
bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada
dindingnya.
f. Oviduct nerupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba fallopi.
Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi sel ovum
menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya. Oviduct
berjumlah sepasang dan menghubungkan ovarium dengan
rahim.
g. Rahim/uterus merupakan organ yang berongga dan berotot.
Berbentuk seperti buah pir dengan bagian bawah yang

19
mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe
uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan
yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai 3 macam
lapisan dinding yaitu:
 Perimetrium yaitu lapisan terluar yang berfungsi
sebagai pelindung uterus.
 Myometrium yaitu lapisan yang kaya akan sel otot dan
berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan
melebar dan kembali ke bentuk semula setiap bulannya.
 Endometrium merupakan lapisan terdalam yang kaya
akan sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahan
maka dinding endometrium inilah yang akan meluruh
bersamaan dengan sel ovum matang.
h. Cervix merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya
menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.
Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai
jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran vagina.
i. Saluran vagina merupakan saluran lanjutan dari cervix dan
sampai pada vagina. Berbentuk tabung berlapis otot. Dinding
vagina lebih tipis daripada rahim dan banyak memiliki lipatan.
Hal ini untuk mempermudah jalan kelahiran bayi. Vagina juga
memiliki lendir yang dihasilkan oleh dinding vagina dan
kelenjar Bartholin.
j. Klitoris merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva.
Sering disebut dengan klentit. Organ utamanya ialah:
 Indung telur (ovarium)
 Oviduk (tuba fallopi)
 Uterus
 Vagina

20
Gambar alat reproduksi pada wanita

21
3. Oogenesis
Lestari (2009: 324) mendefinisikan bahwa oogenesis adalah
prose gametogenesis betina, mulai dari pembentukan,
perkembangan dan pematangan telur atau gamet betina sesudah
terjadi pembuahan. Menurut Yatim (1994: 80) Seperti halnya pada
jantan, oogenesis pun memiliki tahap poliferase, meiosis
transformasi atau pematangan. Campbell, et al (2008: 175)
menambahkan bahwa oogenesis perkembangan oosit yang matang
terbentuk di dalam ovarium perempuan, namun tidak
menyelesaikan perkembangannya hingga bertahun-tahun seringkali
hingga beberapa decade kemudian.
Yatim (1994: 81) berpendapat berbeda dengan
spermatogenesis, oogenesis sudah berlangsung sejak embrio awal,
namun berhenti sebagian waktu lahir dan dilanjutkan setelah akil
baligh.

22
Gambar Siklus Oogenesis

23
C. Kelainan/Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia
1. Sifilis (A53.9)
Menurut Purnomo (2007: 334) penyakit ini disebabkan oleh
Treponema pallidum, yaitu sebuah spirochet (bakteri yang
berbentuk spiral). Banyak terjadi di seluruh dunia, terutama dapat
menyerang manusia usia 20-35 tahun. Lebih lazim terjadi di daerah
perkotaan. Diperkirakan terdapat kenaikan jumlah penderita di
beberapa Negara industri seiring dengan meningkatnya
penggunaan narkoba dan pelacuran. Penularan terjadi melalui
kontak langsung antara (yang bernanah atau yang membengkak) di
kulit dengan selaput lendir atau cairan tubuh (air mani, darah,
cairan vagina) selama berhubungan seksual. Penularan bisa terjadi
melalui transfusi darah bila donor darah berada dalam tahap awal
infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu hamil yang
terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya.
2. Herpes Simplex (B00.9)

24
Menurut Lestari (2009: 358) bahwa Herpes simplex
genitalis merupakan gangguan pada bagian luar kelamin berupa
gelembung-gelembung berisi cairan. Gelembung ini juga bisa
timbul di rahim yang sangat gatal dan sakit. Gelembung air
diakibatkan karena infeksi virus Herves (HSV2). Gejalanya dapat
berupa demam dan menimbulkan sensasi perih bila tersentuh. Bila
menginfeksi sampai bagian dalam organ imtim wanita, virus ini
menyebabkan nyeri sendi hingga rasa pegal di area pinggang.
Pengobatan penyakit ini dengan obat anti virus. Pencegahannya
dilakukan dengan menjaga daerah organ intim agar tidak terlalu
lembab dan tetap bersih.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?
q=http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/82181/potongan/S1-2015-315698-
introduction.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwj87IKQs-
TeAhUNOSsKHdrdBu8QFjACegQICRAB&usg=AOvVaw3MHNjTrd0lnxIlnHngQppR

http://blog.unnes.ac.id/hamidah/2016/04/28/makalah-imunologi/

https://www.google.co.id/url?q=http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2014/05/Sistem-
Reproduksi.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjTg43Hi-
neAhVGf30KHclzCZIQFjADegQICBAB&usg=AOvVaw39cORuPafgPmKlxUMpYgEX

https://www.google.co.id/url?
q=http://digilib.uinsgd.ac.id/6743/5/5_bab2.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjorpOg6eneAhUK
vY8KHcYwDZMQFjAIegQIAxAB&usg=AOvVaw1lnfo4DRq3Vot69AVc-qNO

http://www.google.co.id/url?q=http://dinus.ac.id?
repository/docs/ajar/sitem_reproduksi_pria1.pdf&sa=U&ved=2ahUKEwjm2d3LgujeAhV
FLo8KHeJODc8QFjADegQICRAB&usg=AOvVaw0d79RmCstDNeCN_SonVJbP

25
26

Anda mungkin juga menyukai