Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

“PARAMETER KIMIA AIR”

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Alfinda Kusuma Wardani (P21345119005)

Alisa Zahron (P21345119007)

Dania Octavia Harisa (P21345119018)

Gita Nur Anggraini (P21345119031)

Muhammad Nur Alif (P21345119048)

Kelas :

1 D3 A

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Telp. 021.7397641, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah


memberikan limpahan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa halangan yang berarti. Dalam
penyelesaian makalah dari tugas ini, tidak lepas dari bimbingan dan arahan serta
bantuan dari berbagai pihak. Pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Kimia Lingkungan, yang berjudul “Parameter Kimia Air”.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif, selalu
penyusun harapkan. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 22 Oktober 2019


(KELOMPOK 7)

i
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Parameter Kimia Air............................................................................. 3


2.2 Pengawasan Kimia Air......................................................................... 3
2.3 Hubungan terhadap Kesehatan Manusia .............................................. 5
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 7
4.2 Saran .................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari
suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh : kualitas air untuk keperluan irigasi
berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum.
Kualitas air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air
ntuk  penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan dan irigasi,
industri, rekreasi dansebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk
menjamin keamanan dankelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui
dengan melakukan pengujiantertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa
dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).
Parameter kimia air mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan
budidaya biota perairan. Air, sebagai media hidup biota perairan berpengaruh langsung
terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan keberadaan berbagai
jenis organisme yang ada dalam ekosistem lingkungan budidaya, baik terhadap kultivan
yang dibudidayakan maupun biota lainnya sebagai penyusun ekosistem lingkungan
budidaya.
Air juga merupakan faktor penentu berhasil tidaknya dalam suatu usaha budidaya
ikan. Faktor penentu ini dikarenakan biota air sangat bergantung pada kondisi air, antara
lain ; untuk kebutuhan respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis serta ruang
gerak. Untuk mengetahui kondisi air yang dibutuhkan biota air, maka diukur dengan
parameter air, antara lain ; kandungan gas terlarut, kandungan bahan kimia terlarut,
suspensi partikel,dll.
Faktor-faktor tersebut dalam suatu tempat terus mengalami perubahan dinamis
karenaadanya faktor dari luar dan dalam dari sistem yang kemudian saling mempengaruhi
antar faktor tersebut. Perubahan lingkungan secara fisika dan kimia yang terjadi secara
alamiah dan akibat ulah manusia yang terjadi di lingkungan perairan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud parameter kualitas air ?

1
2. Bagaimana pengawasan kualitas air ?
3. Apa hubungan pengawasan kualitas air dengan kesehatan manusia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan parameter kualitas air.
2. Untuk mengetahui pengawasan kualitas air.
3. Untuk mengetahui hubungan pengawasan kualitas air dengan kesehatan manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Parameter Kimia Air


1. pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur
dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari
ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak
banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan
demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan
cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air
tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi
keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh
hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi),  kandungan oksigan terlarut
akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan
selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas
dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5
– 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).
2. Oksigen Terlarut / DO
Menurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu,
makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen
terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan
dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan
oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi
kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana
oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga
terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air.
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya
didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota
akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua

3
aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif
yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
3. CO2 
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan
air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun
peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun
kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu secara
langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan
Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi
keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida
memiliki kelarutan yang relatif banyak.
4. Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3)
lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul
dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia
oleh  ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa
diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein
ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :

Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)

Keterangan :  

NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto

Protein : protein dalam pakan

6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

5. Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae
memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen
yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen
(organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun

4
akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara
lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak
terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada
kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga
mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah
1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya
blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
6. Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi
tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti.
Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya
tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan
sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam
air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi
yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan
fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat
dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu
perairan, secara alami terdapat  sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup
diperairan tersebut.

2.2 Pengawasan Kualitas Air


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990
Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Menteri Kesehatan Republik
Indonesia pada Bab III tentang Pengawasan.

Pasal 3

1. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan


penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air.
2. Pengawasan kualitas air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II.

5
Pasal 4

1. Kegiatan pengawasan kualitas air mencakup :


a. Pengamatana lapangan dan pengambilan contoh air termasuk pada proses
produksi dan distribusi.
b. Pemeriksaan contoh air.
c. Analisis hasil pemeriksaan.
d. Perumusan saran dan cara pemecahan masalah yang timbul dari hasil kegiatan
a,b, dan c
e. Kegiatan tindak lanjut berupa pemantauan upaya penanggulangan/perbaikan
termasuk kegiatan penyuluhan.
2. Hasil pengawasan kualitas air dilaporkan secara berkala oleh Kepala Dinas
Kesehatan Daerah Tingkat II secara berjenjang dengan tembusan kepada Direktur
Jenderal.
3. Tata cara penyelenggaraan pengawasan dan syarat-syarat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) serta kualifikasi tenaga pengawas ditetapkan oleh
Direktur Jenderal.

Pasal 5

Pemeriksaan contoh air dilaksanakan oleh laboratorium yang ditetapkan oleh


Menteri Kesehatan

Pasal 6

1. Penyampaian dari syarat-syarat kualitas air seperti yang tercantum dalam Peraturan
Menteri ini tidak dibenarkan, kecuali dalam keadaan khusus di bawah pengawasan
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II setelah berkonsultasi dengan Kakanwil;
2. Kakanwil dalam Memberikan pertimbangan setelah mendapat petunjuk Direktur
Jenderal.

Pasal 7

1. Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di tingkat Pusat dilakukan oleh
Direktur Jenderal;
2. Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di tingkat propinsi dilakukan oleh
Kakanwil;

6
3. Pembinaan teknis terhadap pengawasan kualitas air di Daerah Tingkat II dilakukan
oleh Kakandep;

Pasal 8

Pembiayaan pemeriksaan contoh air yang dimaksudkan dalam Peraturan Menteri


ini di bebankan kepada Pemerintah dan masyarakat termasuk swasta berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9

Air yang digunakan untuk kepentingan umum wajib diuji kualitas airnya.

2.3 Hubungan terhadap Kesehatan Manusia


Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit
menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menukar umumnya disebabkan
oleh makhluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan
oleh makhluk hidup.
Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara
masyarakat disebut penyakit bawaan air (waterborne diseases). Hal ini dapat terjadi
karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent.
Menurut Slamet (2002) beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di
Indonesia diantaranya :

1. Cholera adalah penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri vibrio cholerae. Masa tunasnya berkisar beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps. Gejala
khususnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.
2. Typhus Abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan
penyebabnya adalah Salmonella typi. Gejala utamanya adalah panas yang terus
menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu (rata-rata 2
minggu) setelah infeksi. Salmonella typi tumbuh dalam suasana yang cocok bagi
dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas. Namun bila tinja seseorang
yang sakit mengandung bakteri tersebut masuk ke badan air, maka bakteri ini
dapat hidup beberapa hari sebelum mati. Bila air tersebut diminum oleh manusia

7
maka Salmonella typi tersebut akan masuk lagi ke usus manusia dan akan
berkembang hingga menyebabkan penyakit. Jadi air berfungsi sebagai media
penyebar penyakit.
3. Hepatitis A disebabkan oleh virus hepatitis A. gejala utama adalah demam akut,
dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan sclera mata menjadi
kuning oleh Karena itu orang awam menyebut Hepatitis ini sebagai penyakit
kuning.
4. Dysentrie amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolytica.
Gejala utamanya tinja yang tercampur lender dan darah.

Selain penyakit menular, penggunaan air dapat juga memicu terjadinya penyakit
tidak menular. Penyakit tidak menular terutama terjadi karena air telah terkontaminasi
zat-zat berbahaya atau beracun. Beberapa kasus keracunan akibat mengkonsumsi air
yang terkontaminasi diantaranya :
1. Kasus keracunan Kobalt (Co) yang terjadi di Nebraska (Amerika) merupakan satu
contoh penyakit tidak menular yang diakibatkan kontaminasi Kobalt di dalam air.
Akibat keracunan Kobalt dapat berupa gagal jantung, kerusakan kelenjar gondok,
tekanan darah tinggi dan pergelangan kaki membengkak.
2. Penyakit Minamata, yang disebabkan pencemaran pantai Minamata oleh Mercury
(air raksa). Sumber utama keracunan air raksa itu adalah pembuangan limbah
pabrik penghasil polivinil klorida yang menggunakan Mercury sebagai katalis. Di
dalam air, Mercury diubah menjadi Methyl Mercury oleh bakteri. Methyl Mercury
akhirnya mengkontaminasi ikan di pantai yang dikonsumsi penduduk yang tinggal
di wilayah tersebut. Dengan adanya proses biological magnification (akumulasi
biologis), maka kadar air raksa yang terdapat di dalam ikan yang terdapat di laut
tersebut menjadi berlipat ganda. Keracunan air raksa menyebabkan cacat bawaan
pada bayi. Keracunan ini menyebabkan 111 orang menjadi cacat dan 41 orang
diantaranya meninggal.
3. Keracunan Cadnium di kota Toyoma, Jepang. Keracunan ini menyebabkan
terjadinya pelunakan tulang sehingga tulang-tulang punggung menjadi nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata bahwa beras yang dimakan penduduk
Toyoma berasal dari tanaman padi yang selama bertahun-tahun mendapatkan air
yang telah tercemar Cadmium.

8
Air juga dapat berperan sebagai serang insekta yang membawa/menyebarkan
penyakit pada masyarakat. Insekta demikian disebut sebagai vector penyakit.
Beberapa penyakit yang disebarkan vector penyakit antara lain :

1. Filariasis, dikenal juga sebagai penyakit kaki gajah. Penyebabnya adalah cacing
bulat kecil, yang disebut filaria. Sebagai pembawa atau vector penyakit ini adalah
nyamuk jenis culex fatigans. Manusia yang menderita penyakit kaki gajah akan
menjadi reservoir cacing filaria. Larva cacing ini akan menuju ke peredaran darah
periferi pada malam hari sehingga jika penderita digigit nyamuk, maka nyamuk
tersebut akan membawa larva filaria. Gigitan nyamuk berikutnya akan
memindahkan microfilaria kepada korban baru. Selanjutnya microfilaria tersebut
akan mengikuti peredaran darah manusia dan masuk ke dalam saluran limfatik
dan menjadi dewasa. Filaria ini dapat menyebabkan penyumbatan saluran limfatik
sehingga mengakibatkan cairan tubuh tidak bisa mengalir seperti biasanya
sehingga kemudin terjadi pembengkakkan yang semakin lama semakin membesar
dan mengeras.
2. Demam Berdarah disebut juga Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) karena
disertai gejala demam dan pendarahan. Penyakit ini terus menyebar diantara
masyarakat melalui vector berupa nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini suka
bersarang di air bersih.

Untuk mencegah terjadinya penyakit yang diakibatkan penggunaan air,


kualitas badan air harus dijaga sesuai dengan baku mutu air. Baku mutu air adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
Untuk mengetahui hal tersebut, perlu dilakukan pengukuran atau pengujian
kualitas (mutu) air berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001, mutu air ditetapkan melalui
pengujian parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktivitas. Pengujian
parameter fisika meliputi pengukuran temperature air, pengukuran kadar residu dalam
air dan kadar residu tersuspensi dalam air. Pengujian parameter kimia dilakukan
melalui pengukuran kadar zat kimia anorganik dan zat kimia organic dalam air.

9
10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Parameter kimia air mempunyai peran yang sangat penting dalam keberhasilan
budidaya biota perairan. Air sebagai media hidup biota perairan berpengaruh
langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan
keberadaan berbagai jenis organisme yang ada dalam ekosistem lingkungan budidaya,
baik terhadap kultivan yang dibudidayakan maupun biota lainnya sebagai penyusun
ekosistem lingkungan budidaya.
Yang termasuk parameter kimia air yaitu pH, oksigen terlarut, amonia, nitrat
nitrogen, CO2, orthophospat. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah
penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan
kesehatan, serta meningkatkan kualitas air.
Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit
menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menukar umumnya disebabkan
oleh makhluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan
oleh makhluk hidup.

3.2 Saran
Disarankan agar semua orang yang bekerja atau mempelajari tentang
parameter kimia air tidak salah dalam mengasumsikan dan mempraktekkannya.
Supaya mengerti dan mengaplikasikannya ke masyarakat luas sehingga tidak terjadi
kesalahan yang fatal dan merugikan orang lain. Bagi para pembaca diharapkan dapat
memanfaatkan makalah ini dengan sebaik-baiknya sebagai penambah
ilmu pengetahuan.

11
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/USER-PC/Downloads/PerMenKes%20416_90.pdf

http://inilingkunganku.blogspot.com/2014/01/kualitas-air-dan-parameter-kualitas-air.html

12

Anda mungkin juga menyukai