Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

TES BAKAT NUMERIKAL UNTUK MEMPREDIKSI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


SISWA SMA

Paul Arjanto
Universitas Pattimura
e-mail: paul.arjanto@gmail.com

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Tes bakat numerikal merupakan tes yang dirancang untuk
Diterima September mengidentifikasi seberapa baik seseorang dapat mengerti ide-ide dan
2017 konsep-konsep yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka serta
seberapa mudah seseorang dapat berpikir dan memecahkan masalah-
Disetujui Nopember
masalah yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Prestasi belajar
2017
matematika adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan
Dipublikasikan berhitung yang nampak dari hasil/prestasi belajar yang diperoleh
Desember 2017 siswa SMA. Penelitian menggunakan design kuantatif dengan jumlah
Kata Kunci: subjek 154 siswa SMA. Instumen yang digunakan adalah Differential
bakat numerikal, Apptitude Test (DAT). Hasil uji statistik dengan menggunakan
prestasi belajar analisis regresi linear menunjukkan prestasi belajar matematika siswa
matematika SMA dipengaruhi secara signifikan oleh kemampuan bakat numerikal
dengan persamaan regresi sebagai berikut: prestasi belajar matematika
Keywords:
= 8.084 + (2.549 x bakat numerikal).
Numerical Ability,
Mathematics learning
achievement
Abstract
A numerical aptitude test is a test designed to identify how well a person can
understand ideas and concepts expressed in the form of numbers and how
easily one can think and solve the problems stated in the form of numbers.
Mathematics learning achievement is the mastery of knowledge or numeracy
skills that appear from the results / achievements learned by high school
students. The study used quantitative design with the number of subjects 154
high school students. The instrument used is Differential Apptitude Test
(DAT). The result of statistical test by using linear regression analysis shows
that the achievement of learning mathematics of high school students is
significantly influenced by numerical talent ability with regression equation
as follows: mathematics learning achievement = 8,084 + (2,549 x numerical
talent).
DOI: https://doi.org/10.24176/jkg.v3i2.2259
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 166
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

PENDAHULUAN diwujudkan dalam angka atau pernyataan


Prestasi akademik adalah istilah yang (Cangelosi, 1995).
menunjukan derajat keberhasilan siswa dalam Penilaiaan terhadap hasil belajar yang
mencapai tujuan belajar, setelah melakukan diperoleh siswa, maka setiap sekolah tentu
proses belajar dari suatu program yang telah memiliki Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
ditentukan atau berkaitan dengan penguasaan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada
pengetahuan atau keterampilan yang kompleksitas, daya dukung, dan intake
dikembangkan melalui mata pelajaran. peserta didik. Di samping itu KKM digunakan
Dengan demikian, siswa yang berhasil atau sebagai acuan untuk menyatakan peserta
berprestasi dalam mata pelajaran apabila didik tuntas dalam mengikuti pembelajaran.
memperoleh standar nilai yang merupakan Sehubungan dengan hal tersebut Sekolah
akumulasi dari aspek pengetahuan, Menengah Atas memiliki standar KKM
keterampilan dan sikap. Keberhasilan siswa di yang beragam untuk semua mata pelajaran.
kelas tercermin dalam aspek pengetahuan Hal ini diharapkan agar siswa lebih
yang telah diterima ketika proses belajar meningkatkan motivasi belajar baik di
mengajar (Ahmadi & Supriyono, 1991). sekolah maupun di rumah. Standar KKM
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang juga merupakan aspek penilaian tentang
terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan berhasil atau tidaknya pencapaiaan
belajar. Prestasi dan belajar mengandung ketuntasaan belajar baik secara tertulis atau
pengertian yang berbeda namun memiliki lisan. Hasil observasi dan wawancara
makna yang sama yaitu hasil yang ingin menunjukkan bahwa hasil atau prestasi
dicapai dari suatu kegiatan. Perbedaan kedua belajar matematika siswa-siswi secara rata-
kata ini akan dideskripsikan permasalahnya rata tidak mencapai KKM.
masing-masing agar lebih dipahami dengan Tes psikologi adalah suatu
baik. Hal ini juga untuk memudahkan dalam pengukuran yang objektif dan terstandar
memahami lebih mendalam tentang terhadap sampel dari suatu perilaku (Crocker
pengertian prestasi belajar itu sendiri. Prestasi & Algina, 2009). Tujuan dari tes psikologi
Belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu sendiri adalah untuk mengukur perbedaan
prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia antar individu atau juga mengukur reaksi
menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. individu yang sama pada situasi yang berbeda
Prestasi belajar adalah penguasaan (Anastasi, 1988). Penggunaan tes psikologi
pengetahuan atau keterampilan yang saat ini menjadi suatu bagian yang sangat
dikembangkan melalui mata pelajaran, penting dalam pengukuran terhadap individu.
lazimnya ditunjukan dengan nilai yang Tes psikologi berperan sebagai alat untuk
diberikan oleh guru (Djamarah, 2008). Winkel, mengetahui atribut psikologi individu.
dalam (Muhibbin, 2008) mengemukakan Terdapat tujuh jenis tes psikologi yang
bahwa prestasi belajar merupakan bukti beragam tergantung tujuan pengukurannya.
keberhasilan yang telah dicapai oleh Pertama, tes intelegensi untuk mengukur
seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar kemampuan individu dalam cakupan umum.
merupakan hasil maksimum yang dicapai Kedua, tes bakat untuk mengetahui bakat atau
oleh seseorang setelah melaksanakan usaha- potensi khusus seseorang. Ketiga, tes
usaha belajar. Dengan demikian dapat kreativitas untuk mengukur kapasitas
dikatakan bahwa prsetasi belajar adalah hasil individu untuk menemukan solusi yang tidak
yang diporelah dari proses belajar karena biasa dan tidak terduga khususnya dalam
belajar adalah proses perubahan tingkah laku, memecahkan masalah yang masih samar.
keterampilan dan pengetahuan dan kemudian Keempat, tes kepribadian untuk mengukur
akan diukur dan dinilai yang kemudian trait, kualitas, atau perilaku yang

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 167
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

menunjukkan individualitas seseorang. memungkinkaknnya mencapai suatu


Kelima, tes prestasi untuk mengukur kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan
pencapaian individu setelah mempelajari khusus misalnya, kemampuan berbahasa,
sesuatu. Keenam, tes inventori minat untuk kemampuan bermain musik,dan lain-lain
mengukur kecenderungan seseorang pada (Domino & Domino, 2011). Woodworth dan
aktifitas atau topik-topik tertentu. Dan Marquis dalam (Asmani, 2012:19) menyatakan
terakhir, tes neuropsikologi untuk bahwa bakat (aptitude) termasuk kemampuan
mendapatkan data mengenai keluhan (ability). Aiken dan Groth Marnat, 2006 dalam
gangguan kognitif (Gregory, 2011). Hasil tes (Gladding, 2012) mendefinisikan bakat sebagai
psikologi digunakan sebagai dasar informasi kemampuan untuk melakukan suatu tugas
dalam pengambilan keputusan. Informasi atau jenis keahlian dan tes bakat sebagai
individu yang diidentifikasi melalui suatu tes sesuatu yang mengukur kemampuan
psikologi dapat menjadi prediktor yang seseorang mendapatkan manfaaat dari
meramalkan performa individu dalam suatu pelatihan atau pengalaman dalam suatu
tugas. Oleh karena itu, tes psikologi yang akan pekerjaan keahlian. Pengukuran terhadap
dipergunakan harus memenuhi kualitas bakat individu memerlukan instrumen tes. Tes
psikometri yang baik agar dapat diterapkan bakat yang digunakan yaitu DAT yang mana
dalam mengukur suatu atribut psikologi pada terdiri atas delapan macam subtes, yaitu
individu (Cronbach, 1990). Tes psikologi (Bennett et all, 1982): berpikir verbal (verbal
digunakan dalam konteks industri organisasi, Reasoning), kemampuan numerikal
pendidikan atau sekolah serta dalam konteks (numerical ability), kecepatan dan ketelitian
klinis (Ferna´ndez-Ballesteros, 2003). Dalam klerikal (clerical speed relations), pemakaian
konteks industri organisasi tes psikologi bahasa I (language usage I), pemakaian
memainkan peran yang sangat penting, bahasa II (language usage II). Tes bakat yang
terutama dalam proses perekrutan dan seleksi akan peneliti administrasikan adalah tes bakat
karyawan. Tes psikologi yang digunakan numerikal. Tes bakat numerikal yaitu tes
diantaranya tes kemampuan kognitif, tes yang dirancang untuk melihat seberapa baik
situasional, serta tes kepribadian objektif dan seseorang dapat mengerti ide-ide dan
proyektif. Tes psikologi dalam konteks konsep-konsep yang dinyatakan dalam
pendidikan berperan untuk memeriksa bentuk angka-angka. Juga untuk melihat
intelegensi atau IQ, prestasi akademik, seberapa mudah seseorang dapat berpikir dan
kepribadian, minat serta bakat. Dalam konteks memecahkan masalah –masalah yang
klinis peran tes sebagai alat untuk memeriksa dinyatakan dalam bentuk angka-angka
orang-orang yang mengalami masalah (Bennett et all, 1982). Pemberian tes dilakukan
perilaku untuk kemudian menetapkan untuk mengetahui kemampuann seseorang
keputusan-keputusan terapeutik (Anastasi, dalam menguasai suatu bidang tertentu
1988). peneliti menggunakan tes bakat dengan
Bakat merupakan potensi yang di tujuan untuk membantu dan memberikan
miliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak gambaran mengenai kemampuan seseorang
lahir, suatu bentuk kemampuan khusus yang diberbagai area (Cohen, 2009). Oleh karena
memungkinkan seseorang memperoleh itu, sekolah merupakan salah satu sarana
keuntungan dari haisl pelatihannya sampai untuk mendidik anak menjadi seseorang
satu tingkat lebih tinggi, potensi dan bukan yang bisa mengembangkan bakat, karena
sesuatu sudah benar-benar nyata, karakteristik termasuk dalam bakat akademik salah
unik individu yang membuatnya mampu satunya adalah bakat numerik atau
melakukan suatu aktifitas dan tugas secara kemampuan memahami konsep yang
mudah dan sukses serta kondisi pada berkaitan dengan angka-angka (Asmani,
seseorang dengan suatu latihan khusus 2012).

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 168
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

konsep-konsep yang dinyatakan dalam


METODE bentuk angka-angka atau dapatkan dikatakan
Penelitian ini menggunakan bahwa melihat mudah seseorang dapat
pendekatan kuantitatif berdasarkan fenomena berpikir dan memecahkan masalah-maslah
objektif yang dikaji secara kuantitatif dengan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
menggunakan angka-angka, pengelohan Teknik yang digunakan untuk mengolah dan
statistik dan terstruktur (Arikunto, 2011). menganalisis data dalam penelitian ini adalah
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dengan menggunakan teknik kategori dan
SMA Negeri 4 Ambon yang berjumlah 428 teknik presentase. Norma Penilaian tes bakat
siswa. Teknik pengambilan sampel numerikal diambil dari buku manual tes bakat
menggunakan purposive sampling yaitu differensial. Kategori presentil tersebut dapat
hanya siswa Kelas X SMA Negeri 4 Ambon kelompokan sebagai berikut: presentil 1 s/d
karena belum melakukan 49 = bakat rendah, presentil 50 s/d = bakat
peminatan/penjurusan sehingga memperoleh sedang, dan presentil 75 s/d 100 = bakat
154 siswa sebagai subjek penelitian. tinggi. Lebih lanjut, uji regresi dengan
Instrument penelitian yang peneliti gunakan menggunakan program SPSS 20.0 for
adalah Differential Aptitude Test (DAT). Windows.
Instrument penelitian ini peneliti dapatkan di
laboratorium program studi Bimbingan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Konseling. Instrument penelitian ini sudah Hasil
teruji keabsahanya. Dari serangkaian Hasil tes bakat siswa diperoleh
instrument tes bakat DAT yaitu tes bakat dengan menggunakan instrumen tes bakat –
numerikal. Hal ini dikarenakan tes bakat differential aptitude test (DAT). Pelaksanaan
numerikal dirancang untuk melihat seberapa tes dilakukan di SMA Negeri 4 Ambon. Pada
baik seseorang dapat mengerti ide-ide dan Gambar 1 disajikan hasil tes bakat numerikal.

Gambar 1. Bakat Numerikal


Gambar 1 menunjukkan bahwa 89,7% nilai Ujian Akhir Semester (UAS) semester
siswa memiliki bakat numerikal yang rendah, genap 2016-2017, yang mengacu kepada
6,9% siswa memiliki bakat numerikal sedang kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata
dan 3,4% memiliki bakat numerikal tinggi. pelajaran Matematika yaitu 75. Berikut hasil
Prestasi belajar siswa diidentifikasi melalui pengukuran prestasi belajar siswa.

Gambar 2. Prestasi Belajar Siswa

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 169
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Gambar 2 menunjukkan bahwa numerikal dan prestasi belajar siswa, maka


prestasi belajar siswa pada mata pelajaran peneliti melakukan analisis lanjutan dengan
matematika tidak tuntas 100%. Hasil menggunakan SPSS 20.0 pada persamaan
penelitian yang dilakukan pada SMA Negeri 4 regresi linear dengan hasil sebagai berikut.
Ambon menunjukkan bahwa ada siswa yang Hipotesis:
memiliki bakat numerikal yang tinggi sampai Ho: Bakat numerikal tidak mempengaruhi
rendah. Lebih lanjut, pada prestasi belajar prestasi belajar matematika secara nyata.
siswa, terkategori tidak tuntas secara Ha: Bakat numerikal berpengarhuh nyata
keseluruhan. Berdasarkan hasil tes bakat terhadap prestasi belajar.

Tabel 1. Model Summary


Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
1 .895a .801 .915 4.387 2.107
a. Predictors: (Constant), BAKAT_NUMERIKAL
b. Dependent Variable: PRESTASI_BELAJAR_MATEMATIKA

Berdasarkan table 1 diketahui bahwa dijelaskan oleh variasi dari bakat numerikal.
angka R sebesar .895a menunjukan bahwa Sedangkan sisanya (100% - 80,1% = 19,9%)
korelasi hubungan antara prestasi belajar dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Nilai uji
dengan bakat numerikal adalah kuat. Korelasi statistik Durbin-Watson = 2.107, jadi dapat
antara pretasi belajar dan bakat numerikal dipastikan tidak terjadi autocorrelation.
bersifat positif artinya jika bakat numerikal Standard Error of Estimate (SEE) adalah 4.387
naik maka akan direspon dengan kenaikan semakin kecil SEE akan membuat model
prestasi belajar. Nilai R2 (R Square) atau regresi semakin tepat dalam memprediksi
Koefisien Determinasi adalah .801 hal ini variabel dependent.
berarti 80,1% variasi dari prestasi belajar dapat
Tabel 2. ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5854.590 1 5854.590 304.212 .000a
Residual 519.617 27 19.245
Total 6374.207 28
a. Predictors: (Constant), BAKAT_NUMERIKAL
b. Dependent Variable: PRESTASI_BELAJAR_MATEMATIKA
Dari uji ANOVA atau F test seperti 0.000. karena probabilitas (0.000) jauh lebih
tercantum pada table 2, didapat F hitung kecil dari 0.05 maka model regresi bisa dipakai
adalah 304.212 dengan tingkat signifikansi untuk memprediksi Y.
Tabel 3. Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 8.084 2.072 3.902 .001
BAKAT_NUME
2.549 .146 .958 17.442 .000
RIKAL
a. Dependent Variable: PRESTASI_BELAJAR_MATEMATIKA

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 170
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Dari table 3 diketahui konstanta (3,4%) siswa memiliki bakat tinggi.


sebesar 8.084 . Koefisien regresi 2.549 Berdasarkan hal tersebut maka Sekolah
Menyatakan bahwa setiap penambahan “1 Menengah Atas, terlebihi khusus para siswa
nilai bakat numerikal akan kelas X merupakan kelas persiapan dalam
meningkatkan/mengurangi “prestasi belajar menghadapi kelas penjurusan yaitu kelas MIA
matematika” sebesar .958 dengan tingkat dan IIS yang nantinya akan ditempatkan pada
signifikansi “0,000”. kelas XI dan siswa diseleksi berdasarkan hasil
Persamaan regresi : Ý = ß + (b1 .X1) belajar yang diperoleh selama proses belajar
Prestasi belajar matematika = 8,084 + (2.549 x mengajar berlangsung dalam kurung waktu
X1) satu semester. Dengan demikian dapat
Ý = Y prediksi dikatakan bahwa untuk berada dalam kelas
ß = konstanta penjurusan bukanlah hal yang mudah
b = koefisien regresi melainkan melalui prosuder yang tepat dan
X1 = skor bakat numerikal benar. Kelas Penjurusan ini akan semakin
berkembang dan tingkat kesulitannya
Untuk menguji signifikansi masing- semakin sulit (Muhibbin, 1995). Para siswa
masing koefisien regresi gunakan uji T (t- yang memiliki skor rendah pada tes bakat
hitung = 17.442). Hipotesis : Ho : koefisien numerikal akan mengalami kesulitan dalam
regresi tidak signifikan; Ha : koefisien regresi menjalani proses belajar pada jurusan MIA,
signifikan. Dasar pengambilan keputusan: Jika karena keseluruhan mata pelajaran sains ini
probabilitas > 0.05, maka Ho diterima; Jika menuntut siswa harus memiliki bakat pada
probabilitas <0.05, maka Ho ditolak. bidang numerikal (Slameto, 2003).
Berdasarkan kolom sig. variabel bakat Peran Guru Bimbingan dan Konseling
numerikal memiliki taraf signifikan <0.05 sangat penting dalam memberikan layanan
yaitu 0.000, artinya variabel bakat numerikal penempatan dan penyaluran karena fungsi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dari layanan ini yaitu membantu
prestasi belajar matematika. menempatkan siswa dalam lingkungan yang
sesuai untuk perkembangan potensi dan
Pembahasan memantapkan penguasaan karier atau jabatan
Bakat merupakan kemampuan yang yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian,
lebih menonjol atau istimewa dari pada yang dan ciri-ciri kepribadian lainnya (Drummond
lain (Sadli, 1991). Pada sekolah menengah atas & Jones, 2010). Di samping itu penempatan ke
dan kejuruan, bakat siswa sangat diutamakan. dalam kelompok belajar, pemilihan kegiatan
Bakat atau kemampuan khusus siswa perlu ekstrakurikuler yang diikuti, penyaluran ke
sekali dieksplorasi agar tampil dan dapat jurusan/program studi, penyaluran untuk
diaplikasikan dengan tepat sesuai bidangnya. studi lanjutan atau untuk bekerja dengan
Hal ini penting sekali diterapkan khususnya tujuan agar setiap individu dapat
dalam rangka program layanan bimbingan mengembangkan diri secara optimal sesuai
karir. Untuk mengetahui bakat siswa secara dengan potensi dan kekuatan yang
tepat, perlu dilakukan pengukuran psikologis dimilikinya. Sebagai orientasi bimbingan dan
dengan menggunakan beberapa instrument konseling yang berakibat pada perkembangan
tes bakat (Sadli, 1991). Berdasarkan hasil konseli maka komponen program bimbingan
penelitian yang penulis laksanakan, diperlu berikan untuk memudahkan,
ditemukan bahwa pada tes bakat dalam hal mendudukkan peran testing dalam bimbingan
ini, bakat numerikal hasil yang dimiliki oleh (Nurihsan, 2010). Sesuai dengan pendapat
para siswa SMA yang berjumlah 154 orang tersebut Shertzer dan Stone dalam (Hukubun
yaitu sebanyak (89,7%) siswa memiliki hasil et all, 2015) mengemukakan enam komponen
tes yang menunjukan bakat rendah, (6,9%) atau layanan program bimbingan, yaitu
memiliki bakat sedang pada tes ini, sedangkan

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 171
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

komponen: (1) appraisal, (2) information, (3)


counseling, (4)consultation, (5) KESIMPULAN
planning,placement,dan follow-up, dan (6) Berdasarkan deskripsi data-data yang
evaluation. telah dibahas pada bab-bab sebelumnya maka
Enam komponen program Bimbingan dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
menunjukkan dengan sangat jelas bahwa matematika siswa SMA dipengaruhi secara
penggunaan tes dalam Bimbingan dan signifikan oleh kemampuan bakat numerikal.
Konseling sangat penting hal tersebut tidak Saran-saran: 1) sekolah dapat memberikan tes
dapat dipungkiri karena hasil yang awal masuk bagi para siswa, khususnya tes
diharapkan dari penyelenggara program bakat sehingga para siswa dapat diketahui
bimbingan di sekolah adalah menjadi lebih bakat mereka. Sekolah memfasilitasi
lancarnya proses pendidikan, dan siswa lebih perkembangan bakat siswa secara optimal; 2)
berhasil belajarnya dan lebih baik penyesuaian guru BK dapat memberikan penjelasan lebih
pribadinya. Namun pada komponen lanjut terhadap hasil belajar siswa khususnya
appraisal sangat ditekankan bahwa hasil belajar matematika yang rendah (tidak
penggunaan tes dalam bimbingan dan tuntas). Namun demikian Guru BK harus
konseling sangat bermanfaat bagi siswa dapat memberikan motivasi kepada para
karena komponen appraisal dirancang untuk siswa khususnya yang memiliki bakat
mengumpulkan, menganalisa dan numerikal rendah; 3) peneliti yang tertarik
mengunakan data objektif dan subjektif dengan bakat siswa dapat memperbanyak
pribadi, psikologi, dan sosial mengenai siswa jumlah sampel penelitian. Macam/jenis bakat
untuk memperoleh baik pemahaman yang yang diteliti pun dapat diperbanyak seperti:
lebih lengkap mengenai siswa maupun untuk bakat verbal, relasi ruang, mekanik, abstrak,
membantu siswa memahami dirinya dan lain-lain.
(memerlukan data tes).
Cronbach, L.J. (1990). Essentials of Psychological
DAFTAR PUSTAKA
Testing (5th Ed.). New York: Harper
Ahmadi, A. & Supriyono, W. (1991). Psikologi
Collins Publishers.
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S. B.(2008). Psikologi Belajar. Jakarta:
Anastasi, A. (1988). Psychological Testing. New
Rineka Cipta
York : McMillan Publishing Company
Djoemadi, D. et. (1976). Pengembangan
Arikunto, S. (2011). Prosuder Penelitian Suatu
Seperangkat Tes Bakat berganda. Malang :
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Proyek Peningkatan/pengembangan
Cipta
Pendidikan Tinggi. IKIP MALANG.
Asmani, J. M. (2012). Kiat Mengembangkan
Domino, G. & Domino, M.L. (2011).
Bakat Anak di Sekolah. Jogjakarta: DIVA
Psychological Testing: An Introduction (2nd
Presss
Ed.). Cambridge: Cambridge University
Bennet, G. K. et all. (1982). Differensial Aptitude
Press
Tests: Manual. New work : The
Drummond, R. & Jones, K. D. (2010).
Psychological Corp.
Assessment Procedures For Counselors And
Cangelosi, J. S. (1995). Merancang Tes untuk
Helping Professionals (7th Ed.). Boston:
menilai Prestasi siswa. Bandung : ITB
Pearson Education, Inc.
Cohen, S. (2009). Psychological Testing and
Ferna´ndez-Ballesteros, R. (2003). Encyclopedia
Assessment: An Introduction to Tests and
of Psychological Testing. London: Sage
Measurement (7th Ed.). McGraw−Hill
Publications.
Primis
Ferguson, G. A. (1985). Statistical Analysis In
Crocker, L. & Algina, J. (2009). Introduction to
Psychology and Education (5th Ed.).
Classical and Modern Test Theory. Ohio:
Singapore: McGraw-Hill.
Cengage Learning

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 172
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Gladding, S T. (2012). Konseling Prefesi yang Muhibbin, S. (2008). Psikologi Belajar. Bandung:
Menyeluruh. Jakarta: Indeks Remaja Rosdakarya
Gregory, R.J. 2011. Psychological Testing : Muhibbin, S. (1995). Psikologi Pendidikan.
History, Principles, And Applications (6th Bandung: Remaja Rosdakarya
Ed.) . Boston : Allyn and Bacon Nurihsan, A. J. (2010). Bimbingan dan Konseling
Guilford, J. P., & Fruchter B. (1973). dalam berbagai Latar Kehidupan. Bandung:
Fundamental Statistics In Psychology and PT Refika Aditama.
Education (5th Ed.). Tokyo: McGRAW- Sadli, S. (1991). Intelegensi, Bakat dan Tet IQ.
HIL Jakarta: Gaya Favorit
Hikmawati, F. (2010). Bimbingan dan Konseling. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Mempengaruhui. Jakarta: Rineka Cipta.
Howard, E. (1997). Foundation and Fundamental Sugiyono. (2008). Statistik untuk
Concept of Mathhematics. Boston : PWS Penelitian.Bandung: ALFABETA
Hukubun, N., Resley, I. & Arjanto, P. (2015). Sugiyono. (2011). Metode Penilitian Kuantitatif,
Pemahaman Individu Teknik Tes. Kualitatif dan R & D. Bandung :
Surabaya: Unesa University Press ALFABETA
Indrawati, F. (2012). Pengaruh Kemampuan Suryabarta, S. (1998). Psikologi Pendidikan.
Numerik dan cara belajar terhadap prestasi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
belajar Matematika .Volume 3 hal 215-223
.

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 173

Anda mungkin juga menyukai