Anda di halaman 1dari 9

KEMAMPUAN EMPAT JENIS TANAMAN DALAM MENYERAP CEMARAN

MERKURI DI MEDIA TAILING


The Ability Of Four Variety of Plant In Absorb Mercury Contamination in Tailings
Linda Mardekawati, Burhanudin, Iswan Dewantara
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak 78124
Email : lindamardekawati@ymail.com

ABSTRACT
This study aims to determine the level of absorption mercury contamination in plants and would
like to know which plants are best at absorbing mercury contamination in tailings. plants used
were Casuarina junghuniana, Cinnamomum porrectum (Roxb.), Melastoma affine and Dillenia
suffruticosa Griff ex Hook. This study uses RCD (randomized completely design) with 8
treatments on plants and each treatment was repeated 5 times. The analysis showed that the
Casuarina junghuniana, Cinnamomum porrectum (Roxb.), Melastoma affine and Dillenia
suffruticosa Griff ex Hook has the ability to absorb mercury contamination in tailing and the
tolerance to mercury contamination. The results showed that the higher the growth rate, the
higher the mercury is absorbed in plant tissues. The best types of plants to absorb mercury
contamination is Melastoma affine and Dillenia suffruticosa Griff ex Hook because this plant is
a plant that tolerance and is a pioneer plant that can grow in soil that has a low nutrient
content, has rapid growth and are able to grow in the open and logged over . The analysis
showed that the levels of mercury in the tissues of plants and media higher than 0.02 ppm.
However, the levels of mercury in the media on the treatment of P3, P5, P6, and P7 contains
mercury <0.02 ppm.

Keywords : Casuarina junghuniana, Cinnamomum porrectum (Roxb.), Melastoma affine and


Dillenia suffruticosa Griff ex Hook, Phytoremediation and Tailings.

PENDAHULUAN jadi adalah penerapan metode


Saat ini fenomena kerusakan bioremediasi di atas permukaan tanah
lingkungan terjadi di seluruh sektor, (ex situ) dan di dalam tanah (in situ).
salah satunya adalah sektor per- Bioremediasi dapat dilakukan dengan
tambangan. Pertambangan sebagai pola fitoremediasi. Fitoremediasi
industri yang mempunyai resiko merupakan proses penurunan kadar
lingkungan yang tinggi selalu polutan tanah dengan menggunakan
mendapatkan perhatian khusus oleh tanaman sebagai indikator dalam
publik. Salah satu masalah yang sampai menemukan polutan (Baker et al.1984
saat ini masih menjadi pekerjaan rumah sebagaimana dikutip oleh Widyati,
bagi Departemen Energi dan 2004). Salah satu cara pemulihan
Sumberdaya Mineral (DESDM) adalah lingkungan yang tercemar oleh logam
maraknya kegiatan pertambangan tanpa berat dengan metode fitoremediasi.
ijin (PETI). Lingkungan yang telah Pemilihan jenis tanaman yang adaptif
rusak dan tercemar itu harus segera dan perbaikan fisik lahan melalui
ditanggulangi. penambahan top soil maupun bahan
Metode yang digunakan dalam organik di sekitar perakaran tanaman
menanggulangi pencemaran yang ter- merupakan upaya dalam kegiatan

52
1
fitoremediasi. Menurut Mangkoe- METODOLOGI PENELITIAN
dihardjo (2005), bahwa fitoremediasi
(phytoremediation) merupakan suatu Penelitian ini dilakukan di
sistem dimana tanaman tertentu secara Kawasan Konservasi Ex-situ dan
sendiri atau bekerjasama dengan Pengembangan Anggrek Alam
mikroorganisme dalam media tanam, Lembaga Penelitian Universitas
dapat mengubah zat kontaminan Tanjungpura. Penelitian ini meng-
menjadi kurang atau tidak berbahaya. gunakan Rancangan Acak Lengkap
Tanaman yang digunakan dalam (RAL) dengan 8 perlakuan tanaman
fitoremediasi adalah tanaman yaitu cemara gunung (P1), MEDANG
hiperakumulator yang mentrans- (P2), cengkodok (P3), simpur air (P4),
lokasikan unsur pencemar seperti cemara gunung dan medang (P5),
merkuri dengan konsentrasi sangat cengkodok dan simpur air (P6), cemara
tinggi ke jaringan dan tanpa membuat gunung, medang, cengkodok dan
tanaman tumbuh dengan tidak normal simpur air (P7), control tanpa vegetasi
(kerdil dan mengalami fitoksitas). (P8). Masing -masing perlakuan diulang
Berdasarkan penelitian Lisnawati sebanyak 5 kali serta diberi konsentrasi
(2006) di areal riparian sekitar HgCl2 20 ppm untuk setiap perlakuan
penambangan emas kecamatan Mandor kecuali kontrol . Adapun bahan yang
Kabupaten Landak terdapat beberapa digunakan antara lain bibit cemara
jenis tanaman pioner yang dapat gunung, medang, cengkodok dan
mengakumulasi merkuri yaitu tanaman simpur air, media tailing yang dicampur
cengkodok (Melastoma affine) dengan kompos (1:1), larutan HgCl2 20 ppm,
kandungan merkuri sebesar <0,001 dan aquadest. Alat yang digunakan
mg/kg dan simpur (Dillenia pentagyna dalam penelitian ini antara lain polibeg
ROXB) dengan kandungan merkuri berdiameter 30cm, Thermo-
sebesar 0,298 mg/kg. Tanaman lain Hygrometer, kertas label, ember, bak,
seperti cemara gunung dan medang hand sprayer, caliper, penggaris, table
dimungkinkan juga dapat digunakan tally sheet, alat tulis, kamera dan alat
dalam upaya fitoremediasi di bekas penunjang lainnya.
areal penambangan. Tanaman cemara Data yang diperoleh berupa tinggi
gunung, medang cengkodok dan simpur , diameter, berat kering akar dan pucuk
air mampu tumbuh dikawasan sekitar dianalisis dengan analisis sidik ragam
areal penambangan emas yang diduga (uji F) menggunakan program SAS.13.
tercemar merkuri. Namun belum Jika terdapat perbedaan nyata pada uji F
diketahui kemampuan tanaman tersebut dengan taraf 5%, maka akan dilanjutkan
dalam menyerap cemaran merkuri serta dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
jenis tanaman mana yang mampu untuk menentukan perlakuan terbaik.
menyerap cemaran merkuri paling baik. Kandungan merkuri pada akar, daun
dan media tanam diperoleh berdasarkan
hasil analisis Laboratorium Balai Riset
dan Standarisasi Industri Pontianak

53
dengan menggunakan alat Atomic dan analisis unsur hara makro, serapan
Absorbtion Spectometry. Metode N dan P, faktor biokensentrasi, faktor
analisis yang dilakukan berdasarkan translokasi dan indeks toleransi
SNI 06-6992.2-2004. Data yang
diperoleh selanjutnya rasio pucuk akar, HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Ragam Pertumbuhan Tanaman (Recapitulation Variety
Analysis of Plant Growth)

Rerata Rerata Bobot


Bobot Kering
Perlakuan Tinggi Diameter Kering Akar
Pucuk (g/tan)
(cm) (mm) (g/tan)
P1 15,1 2 0,26 0,72
P2 10,7 2,5 0,12 0,36
P3 27,4 2,9 0,48 0,62
P4 10,6 3,2 0,48 0,94
P5 13 2,2 0,07 0,45
P6 16,3 3,25 0,7 0,66
P7 13,856 2,7 0,184 0,412
F hitung 17,12** 12,29** 2,25tn 1,98tn

Keterangan : ** = Sangat nyata


* = nyata
tn = Tidak nyata
cengkodok dan simpur air terhadap
Hasil analisis sidik ragam untuk kadar merkuri dalam media tanam
tinggi akhir tanaman cemara gunung, berbeda-beda. Untuk mengetahui
medang, cengkodok dan simpur air perlakuan mana yang memberikan
menunjukkan hasil yang berbeda sangat pengaruh yang baik maka dilakukan
nyata. Hal ini dapat terjadi karena Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
respons pertumbuhan yang diberikan Gambar 1
tanaman cemara gunung, medang,

54
Gambar 1. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Tinggi Tanaman (cm) Berdasarkan Perbedaan
Perlakuan Tanaman . (Least Significant Difference Test (LSD)
LSD) Height growth
(cm) Based Differences of Treatment Plants)

30 a
P1 = Cemara gunung
25
P2 = Medang
Tinggi Semai (cm)

20
b b P3 = Cengkodok
15 bc bc
c c P4 = Simpur air
10
P5 = Cemara + Medang
5
P6 = Cengkodok + Simpur
0 air
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P7 = Cemara + Medang +
Kombinasi Jenis Tanaman Cengkodok + Simpur air

Keterangan : huruf yang sama pada histogram tidak berbeda nyata.

Berdasarkan Gambar 1 diketahui pertumbuhan tinggi cemara sebesar


bahwa perlakuan kombinasi jenis 29,14% dibanding medang ((P2) dan
tanaman, menunjukkan perbedaan yang 29,80% dibanding simpur air ((P4).
nyata terhadap parameter tinggi Peningkatan pertumbuhan tinggi
tanaman. Jenis tanaman cengkodok (P3) kombinasi tanamann cengkodok dan
menunjukkan perbedaan yang nyata simpur air (P6) sebesar 34,36%
dibandingkan dengan semua perlakuan dibanding medang (P2) dan 34,97%
yang lain. Terjadi peningkatan dibanding simpur air ((P4). Perlakuan
pertumbuhan tinggi cengkodok (P3) tanaman cengkodok (P3) menunjukkan
sebesar 44,89% dibanding cemara (P ( 1), perbedaan yang lebih baik dalam
60,94% dibanding medang (P ( 2), 61,31% meningkatkan tinggi tanaman karena
dibanding simpur air (P4) , 52,55% tanaman cengkodok merupakan
dibanding kombinasi cemara
cema gunung tumbuhan semak yang adaptif, tumbuh
dan medang (P5), 40,51% dibanding dengan cepat, dan mampu tumbuh di
kombinasi cengkodok dan simpur air tempat agak terbuka.
(P6) dan 49,43% dibanding kombinasi
cemara gunung, medang, cengkodok, Hasil analisis sidik ragam untuk
dan simpur air (P7). Perlakuan jenis diameter akhir tanaman cemara gunung,
tanaman cemara (P1) dan kombinasi medang, cengkodok dan simpur air
tanaman cengkodok dan simpur air (P ( 6) menunjukkan hasil yang berbeda sangat
menunjukkan perbedaan yang nyata nyata,, sehingga perlu dilakuka
dilakukan Uji
terhadap perlakuan tanaman medang Beda Nyata Terkecil (BNT) pada
(P2) dan simpur air (P4). Peningkatan Gambar 2.

55
Gambar 2. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) Diameter Tanaman (mm) Berdasarkan Perbedaan
Perlakuan Tanaman. (Least Significant Difference Test (LSD) Diameter (mm)
Based Differences of Treatment Plants)

3.5 P1= Cemara gunung


a a
3 ab
Diameter Semai (mm)

bac P2 = Medang
bdc
2.5
dc
2 d P3 = Cengkodok

1.5 P4 = Simpur air


1 P5 = Cemara + Medang
0.5
P6 = Cengkodok + Simpur
0 air
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P7 = Cemara + Medang +
Kombinasi Jenis Tanaman Cengkodok + Simpur air

Keterangan : huruf yang sama pada histogram tidak berbeda nyata.

Berdasarkan Gambar 3 diketahui merupakan tanaman pioner yang banyak


bahwa perlakuan kombinasi jenis ditemukan di hutan-hutan yang telah
tanaman, menunjukkan perbedaan yang ditebangi, sehingga simpur air termasuk
nyata terhadap parameter diameter tanaman adaptif dan mampu tumbuh di
tanaman. Tanaman simpur air (P4) dan tempat terbuka.
kombinasi tanaman cengkodok dan Hasil analisis N dan P yang
simpur air (P6) menunjukkan perbedaan dilakukan di Laboratorium Kimia dan
yang nyata terhadap perlakuan (P1), (P2) Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian
dan (P5). Terjadi peningkatan UNTAN menunjukkan bahwa kadar N
pertumbuhan diameter simpur air (P4) dan P yang tersimpan pada tanaman
sebesar 37,5% dibanding cemara (P1). berkisar antara 0-1%. Hal ini
Peningkatan pertumbuhan diameter dari mengindikasikan bahwa media yang
kombinasi cengkodok dan simpur air tercemar merkuri memiliki unsur hara N
(P6) sebesar 38,46% dibanding cemara dan P yang sangat kecil. Rendahnya
(P1) dan 32,31% dibanding kombinasi unsur hara N dan P dapat dilihat juga
cemara dan medang. Jenis tanaman dari kadar N dan P yang terserap di
simpur air yang di tanam individu jaringan tanaman seluruhnya < 1 artinya
maupun dikombinasikan dengan serapan N dan P yang terjadi pada
cengkodok menunjukkan perbedaan tanaman sangat kecil.
yang lebih baik dalam meningkatkan
diameter tanaman. Tanaman simpur air

56
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Rerata Rasio Pucuk Akar, Kandungan Merkuri (Hg), Faktor
Biokonsentrasi, Faktor Translokasi, dan Indeks Toleransi (Recapitulation of
Results The mean of shoot-root ratio, Mercury Content (Hg), Bioconcentration
Factor, Translocation Factor and Tolerance Index)

Rerata Faktor
Kandungan Merkuri Faktor Indeks
Rasio Biokonsentrasi
Perlakuan (Hg) (ppm) Translokasi Toleransi
Pucuk (ppm)
(ppm) (%)
Akar Akar Tajuk Media Akar Tajuk
P1 Normal 0,2 0,2 1,46 0,1369 0,1369 1 233,33
Tidak
P2 0,2 0,2 1.44 0,1389 0,1389 1 100
Normal
P3 Normal 1,2 0,2 <0,002 600 100 0,1667 119,57
P4 Normal 1 0,2 0,278 35,971 0,7194 0,2 94,67
Tidak
P5 0,2 0,2 <0,002 100 100 1 120,93
Normal
Tidak
P6 1,25 0,2 <0,002 625 100 0,16 261,54
Normal
P7 Normal 0,925 0,2 <0,002 462,5 100 0,2162 135,45
P8 - - - 0,758 - - - -
tanaman relative sama untuk semua
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan perlakuan yaitu 0,2 ppm. Hal ini
bahwa nilai rasio pucuk akar diantara menunjukkan bahwa tanaman cemara
0,9:1 sampai 6,4:1. Hal ini gunung, medang, cengkodok dan
mengindikasikan bahwa tanaman simpur air merupakan tumbuhan
cemara gunung, medang, cengkodok, akumulator merkuri, karena mampu
dan simpur air tumbuh normal dan ada menyerap logam merkuri yang di
tanaman yang tidak normal. Tanaman simpan di akar maupun di pucuk dengan
yang menunjukkan tanaman tidak kandungan merkurinya sangat tinggi di
normal atau mengalami keracunan yaitu akar dan di pucuk lebih rendah dan
perlakuan P2 medang yang di tanam relatif sama untuk semua perlakuan.
individu dengan rasio pucuk akar 3,0:1, Seperti halnya yang disimpulkan oleh
P5 kombinasi tanaman cemara gunung Rugh (2000), merkuri dapat diserap
dan medang dengan rasio pucuk akar oleh tumbuhan dan kemudian menguap
6,4:1, P6 kombinasi tanaman cengkodok melalui daun dalam bentuk Hg0.
dan simpur air dengan rasio pucuk akar Sebagian tumbuhan mengakumulasi
0,9:1. Menurut Supriyanto (1999), merkuri lebih banyak terdapat di bagian
perkembangan yang seimbang antara akar daripada di bagian atas tumbuhan,
bagian pucuk tanaman dan akar artinya ada kemungkinan merkuri
menunjukkan pertumbuhan yang baik. terserap dari tanah melalui akar atau
Analisis dilakukan di xylem kemudian mengendap di dalam
Laboratorium Balai Riset dan akar tumbuhan.
Standarisasi Industri Pontianak dengan Logam berat termasuk merkuri
pada perlakuan lebih besar di akar P3 yang ada dalam tanah tidak baik untuk
(1,2 ppm), P4 (1 ppm) dan P6 (1,25 pertumbuhan tanaman. Pada kondisi
ppm). Kadar merkuri pada pucuk tercemar, secara umum logam berat

57
yang diangkut terbatas hanya sampai yang tidak mungkin diserap ke dalam
pada akar tanaman. Kemungkinan hal batang tumbuhan. Zat – zat tersebut
ini terjadi karena beberapa mekanisme menempel erat pada akar sehingga tidak
tidak dikenal yang mencegah pemuatan akan terbawa oleh aliran air dalam
logam ke dalam xylem secara berlebih, media (Abdul G.Khan ,2005).
yaitu mekanisme dari pengikat logam Sedangkan dalam proses fitoekstraksi
spesifik di dalam akar untuk melindungi dimana logam berat diserap oleh akar
tanaman dari konsentrasi logam yang tanaman dari media sehingga
tinggi. (Liao et al.,2000 dalam berakumulasi disekitar akar tumbuhan.
Reichman, 2000). Tanaman cemara gunung,
Perhitungan faktor biokonsentrasi medang, cengkodok dan simpur air
dilakukan untuk mengetahui di bagian merupakan tanaman yang mempunyai
mana yang terdapat kandungan merkuri tingkat toleransi tinggi terhadap Hg. Hal
apakah di jaringan tanaman atau di ini ditunjukkan oleh nilai indeks
media. Berdasarkan hasil perhitungan toleransi tanaman pada masing-masing
faktor biokonsentrasi tanaman cemara perlakuan menunjukkan nilai > 50%.
gunung, medang, cengkodok dan Menurut Rabie (2005), apabila nilai IT
simpur air terhadap merkuri yang > 50% maka ini mengindikasikan
ditampilkan pada Tabel 10 bahwa tanaman tersebut mempunyai
menunjukkan bahwa P1 cemara gunung tingkat toleransi yang tinggi.
dan P2 medang akumulasi merkuri lebih Adanya kecenderungan akumulasi
besar di media dengan FB < 1. merkuri di akar yang lebih tinggi dari
Sedangkan P3, P4, P5, P6, P7 akumulasi pada di daun disebabkan karena akar
merkuri lebih besar di jaringan tanaman merupakan organ tanaman yang
daripada di media dengan FB > 1. berfungsi menyerap unsur hara dari
Terlihat pada Tabel 8, hasil FT yang media tanam dan sekaligus organ yang
dihasilkan < 1 (P3, P4, P6, dan P7), serta kontak langsung dengan media tanam.
nilai FT = 1 (P1, P2 dan P5). Nilai FT < Hasil serapan yang diperoleh berupa
1 mengindikasikan bahwa translokasi unsur merkuri untuk kemudian
internal merkuri lebih besar ke bagian ditranslokasikan ke bagian organ lain,
akar tanaman dibandingkan dengan dalam hal ini adalah daun. Menurut
bagian pucuk tanaman dan sebaliknya. Fitter (1982) dalam Arisandi (2001),
Hal ini membuktikan bahwa bahwa tumbuhan mampu untuk
tanaman cemara gunung, medang, menyerap ion-ion dari lingkungannya
cengkodok dan simpur air yang diberi melalui dua sifat penyerapan ion, yaitu
perlakuan kombinasi jenis tanaman faktor konsentrasi (kemampuan
dapat digunakan sebagai tanaman tumbuhan dalam mengakumulasi ion
fitoremediasi khususnya pada proses sampai tingkat konsentrasi tertentu) dan
rizofiltrasi yaitu proses pengendapan zat perbedaan kuantitatif akan kebutuhan
kontaminan oleh akar untuk menempel hara yang berbeda pada tiap jenis
di akar, dan proses fitostabilisasi yaitu tumbuhan.
penempelan zat kontaminan pada akar

58
Proses fitoremediasi tergantung paling baik dalam menyerap cemaran
pada bahan pencemar yang akan merkuri di media tailing.
dikendalikan, berupa bahan organik Perlu dilakukan penelitian lanjutan
atau anorganik. Menurut abdul G.Khan untuk mengetahui pengaruh kombinasi
(2005) fitoremediasi terbagi menjadi 5 jenis tanaman terhadap pertumbuhan
kategori yaitu fitoekstraksi, tanaman cemara gunung, medang,
fitodegradasi, fitostabilisasi, rizofiltrasi cengkodok, dan simpur air di lokasi
dan fitovolatilisasi pertambangan emas Mandor. Penelitian
Mekanisme yang mungkin terjadi selanjutnya diharapkan dapat
ketika tanaman cemara gunung, mengetahui berapa besar kemampuan
medang, cengkodok dan simpur air tanaman cemara gunung, medang,
mengakumulasikan merkuri ke dalam cengkodok, dan simpur air dalam
jaringannya adalah mekanisme menyerap kandungan merkuri dengan
rizofiltrasi dan fitoekstraksi. Mekanisme menggunakan tiga kombinasi tanaman.
ini terjadi ketika akar tumbuhan
mengabsorpsi larutan polutan sekitar UCAPAN TERIMA KASIH
akar ke dalam akar, yang selanjutnya Saya mengucapkan terima kasih kepada
ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan Ibu Ir. Wiwik Ekyastuti, M.Si yang
melalui pembuluh xylem. Proses ini telah memberikan bantuan finansial,
cocok digunakan untuk dekontaminasi support, saran dan bimbingan kepada
zat-zat anorganik seperti logam-logam saya dalam menyelesaikan penelitian
berat (Erakhrumen & Agbontalor, ini. Saya juga mengucapkan terima
2007). kasih kepada Bapak Dr. Ir. Burhanudin,
KESIMPULAN DAN SARAN MP dan Bapak Ir. Iswan Dewantara
Tanaman cemara gunung, medang, untuk semua arahan dan bimbingan
cengkodok dan simpur air merupakan yang telah diberikan.
tanaman yang memiliki kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
dalam menyerap cemaran merkuri dan
toleran terhadap cemaran merkuri serta Arisandi, P. 2001. Mangrove Jenis Api-
api (Avicennia marina)
memiliki pertumbuhan yang baik
Alternatif Pengendalian
sehingga dapat digunakan sebagai Pencemaran Logam Berat
tanaman fitoremediasi. Tanaman Pesisir, Lembaga Kajian Ekologi
cengkodok dan simpur memiliki tingkat dan Konservasi Lahan Basah,
penyerapan paling tinggi dari pada jenis (Online), (diakses 11 Desember
pohon cemara gunung dan medang. 2012).
Jenis tanaman cengkodok dan simpur
Erakhrumen dan Agbontalor, A. 2007.
air memiliki pertumbuhan yang cepat Phytoremediation: An
serta penyerapan merkuri yang tinggi Environmentally Sound
dibanding jenis cemara gunung dan Technology for Pollution
medang. Sehingga tanaman cengkodok Prevention, Control and
dan simpur air merupakan jenis yang Remediation in Developing
Countries, Educational

59
Research and Review, (Online), Tolerance Grow in Heavy Metal
Vol. 2 (7), (diakses 11 Desember Polluted Soil, Africah Journal
2012). Biotechnology vol.4(4).

Khan AG. 2005 . Rule of Soil Microbes Reichman SM. 2002 . The Responses of
in the Rhizospheres of Plants Plants to Metal Toxicity: A
Growing on Trace Metal Review Focusing on Copper,
Contaminated Soils in Manganese and Zinc. The
Phytoremediation. Journal of Australian Minerals Energy
Trace Elements in Medicine and Environment Foundation
Biology. Published as Orcasional Paper
No.14
Lisnawati, N. 2006 . Analisis
Kandungan Merkuri (Hg) Pada Rugh CL, Bizily SP, Meagher. 2000.
Vegetasi dan Tanah Di Areal Phytoreduction of Enviromental
Riparian Sekitar Penambangan Merkuri Pollution, (di dalam)
Emas Kecamatan Mandor Raski, I., dan Ensley, B. D
Kabupaten Landak. Skripsi (penyunting), Phytoreduction of
Fakultas Kehutanan Universitas Toxic Metal Using Plants to
Tanjungpura, Pontianak. Clean Up The Enviroment.New
York: Wiley Interscience
Mangkoedihardjo, S. 2005. Publication, Jhon Wiley and
Fitoteknologi dan Ektoteknologi Sons.Inc
dalam Desain Operasi
Pengomposan Sampah, Seminar Supriyanto. 1999. The effectiveness of
Nasional Teknologi Lingkungan some ectomycorrhizal fungi in
III ITS (Online) alginate beads in promoting the
(http://www.its.ac.id/personal/file growth of several Dipterocarp
s/pub/170-sarwoko- seedlings. Biotropika 12: 59-77.
enviroseminar%20sampah%20TL
.pdf. (diakses 11 Desember Widyati, E. 2004. Tinjauan Tentang
2012). Peranan Mikroba Tanah Dalam
Remediasi Lahan Terdegradasi.
Rabie, H.G. 2005 . Contribution of Tesis Program Pascasarjana IPB,
Arbuscular Mycorrhizal Fungus Bogor.
to Red Kidney and Wheat Plants

60

Anda mungkin juga menyukai