Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN AJARAN ISLAM

Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-
Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadist atau Sunnah Rasulullah.
unsur utama ajaran agama Islam dikembangkan dengan ra’yu, ra’yu yaitu akal pikiran
manusia yang memenuhi syarat untuk mengembangkan ajaran agama islam.

AL-QUR’AN DAN SISTEMATIKANYA

Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara
oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut :
َ‫اِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬
innā naḥnu nazzalnaż-żikra wa innā lahụ laḥāfiẓụn
Artinya : “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang
memeliharanya”. (QS. Al-Hijr:9).

ْ ‫اَفَاَل يَتَ َدبَّرُوْ نَ ْالقُرْ ٰانَ ۗ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هّٰللا ِ لَ َو َج ُدوْ ا فِ ْي ِه‬
‫اختِاَل فًا َكثِ ْيرًا‬
Afalaa yatadabbaruunal quraana
wa lau kaana min 'indi ghairillahi lawajaduu fiihiikhtilaafan katsiiraa(n)
Artinya : "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu
bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya.“(QS. An-Nisa:82).
Al-Qur’an sumber ajaran Islam pertama dan utama. Pengertian secara harafiah
berarti sesuatu yang harus dibaca atau dipelajari. Sedangkan secara istilah,Al-Qur’an adalah
firman Allah yang diturunkan melalui malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW dan
sebagai salah satu mukzijat Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari,
mula-mula di Mekah kemudian di Medinah. Tujuannya untuk menjadi pedoman atau
petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia
ini dan kebahagiaan di akhirat kelak.
AS-SUNNAH (AL-HADITS)
Al-Hadits menurut pengertian bahasa ialah berita atau sesuatu yang baru. Dalam ilmu
hadis istilah tersebut berarti segala perkataan, perbuatan dan sikap diam Nabi tanda setuju
(taqrir).
Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, Al-Hadits mempunyai peranan yang
penting setelah Al-Qur’an. AL-Hadits mempunyai 3 perana, yaitu :
1. Menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam Al- Qur’an.
2. menjelaskan apa yang dikehendaki Al-Qur’an. Rasulullah mempunyai tugas
menjelaskan Al-Qur’an sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl ayat 44.
3. Menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. 
MACAM-MACAM HADITS DAN FUNGSINYA
Bayan Al-taqrir
Bayan Al-taqrir disebut juga dengan bayan Al-ta’kid dan bayan Al-itsbat.
Yang dimaksud dengan bayan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan didalam Al Quran. Dalam hal ini hadits hanya
berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan Al Quran, Seperti dalam (QS.Al-
Maidah : 6)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu samapai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.
Ayat diatas di-taqrir oleh hadits Nabi SAW., Yang artinya:
“Rasulullah SAW. Telah bersabda: tidak diterima shalat seseorang yang
berhadats sebelum ia berwudhu” (HR.Bukhari)

Bayan At-Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan al-tafsir adalah bahwa kehadiran hadits
berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran
yang masih bersifat global (mujmal), memberikan persyaratan/batasan (taqyid)
ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan (takhsish)
terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat umum, Oleh karena itulah
Rasulullah SAW., melalui haditsnya menafsirkan dan menjelaskan masalah-
masalah tersebut.
a. Merinci ayat-ayat yang mujmal
Yang dimaksud dengan mujmal adalah ayat yang ringkas atau singkat. Dari
ungkapan yang singkat terkandung banyak makna yang perlu dijelaskan. Hal
tersebut karena belum jelas makna yang dimaksudkannya, kecuali setelah
adanya penjelasan atau perincian. Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang
mujmal, yang memerlukan perincian. Contohnya ayat tentang perintah shalat
dan zakat (Q.S.Al-Baqarah : 43)
Untuk memperjelas ayat tersebut, maka Nabi memberikan perincian dengan
sabdanya:
Yang artinya: “…Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat…”
(H.R.Bukhari)
B. Mentaqyid ayat-ayat yang mutlaq
Kata mutlaq artinya kata yang menunjuk pada hakikat kata itu sendiri, apa
adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah maupun sifatnya. Mentaqyid
yang mutlaq, artinya mmbatasi ayat-ayat yang mutlaq dengan sifat, keadaan
atau syarat-syarat tertentu. Penjelasan nabi SAW; berupa taqyid adalah seperti
beliau mentaqyid ayat Al Quran (QS. Al Maidah :38).
Ayat tersebut di-taqyid oleh hadits riwayat Muslim :
Yang Artinya: “Rasulullah Saw. Didatangi seorang yang membawa pencuri,
maka beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan.
C. Mentakhsis ayat yang ‘am
Kata takhsis atah khas ialah kata yang menunjukan arti khusus tertentu atau
tunggal. Sedangkan kata ‘am ialah kata yang menunjukan atau memiliki
makna dalam jumlah yang banyak (umum).
Yang dimaksud mentakhsis yang ‘am disini ialah membatasi keumuman ayat
Al Quran sehingga tidak berlaku pada bagian-bagian tertentu. Contoh hadits
yang berfungsi untuk mentakhsis keumuman ayat-ayat Al Quran ialah sabda
Nabi SAW. yang Artnya : “Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta
orang yang dibunuhnya.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i).
Hadits tersebut mentakhsis keumuman firman Allah (QS. An Nisa : 11)
Yang Artinya : Allah mensyaria’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka
untuk) anak-anakmu, yaitu bahagian seorang anak laki-laki sama dengan
bahagian dua orang anak perempuan.
Bayan At-tasyri’
Kata At-tasyri’ artinya pembuatan, mewujudkan atau menetapkan aturan atau
hukum maka yang dimaksud dengan bayan At-tasyri’ disini ialah penjelasan
hadits yang berupa mewujudkan, mengadakan atau menetapkan suatu hukum
atau aturan-atauran syara’ yang tidak didapati nash-nya dalam Al-Quran.
Rasulullah SAW., dalam hal ini berusaha menunjukan suatu kepastian hukum
terhadap persoalan yang muncul pada saat itu, dengan sabdanya sendiri.
Misalnya hadits tentang zakat fitrah yaitu:
Yang Artinya: “bahwasannya Rasulullah SAW., telah mewajibkan zakat fitrah
pada bulan ramadhan satu sukat (shaa’) kurma atau gandum untuk setiap
orang, baik merdeka atupun hamba, laki-laki atau perempuan”. (H.R.Muslim)
Bayan An-Nasakh
Kata An-nasakh secara bahasa mempunyai arti diantaranya berarti al-ibhral
(membatalkan), al-ijalah (menghilangkan), at-tahwil (memindahkan), atau at-
tagyir (mengubah). Dari pengertian diatas, bahwa ketentuan yang datang
kemudian dapat menghapus ketentuan yang datang terdahulu. Hadits sebagai
ketentuan yang datang kemudian dari Al-Quran dalam hal ini dapat
menghapus ketentuan atau isi Al-Quran.
Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh para ulama ialah sabda Rasulullah
SAW., dari Abu Umamah Al-bahali, Yang Artinya: “Maka Tidak ada wasiat
bagi ahli waris”. (H.R.Ahmad dan al-Arba’ah kecuali nasa’i).
Hadits diatas menurut sebagian ulama dapat men-askah-kan kandungan Al-
Quran (Q.S.Al-baqarah : 180)
Artinya: “diwajibkan atas kamu apabila seorang diantara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk
ibu-bapak dan karir kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas
orang-orang bertakwa”.

RA’YU YANG DILAKSANAKAN DENGAN IJTIHAD

Ra’yu sebagai Sumber ajaran Islam yang ketiga adalah ra’yu atau sering disebut
dengan kata ijtihad. Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seseorang
atau beberapa orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan pengalaman tertentu yang
memenuhi syarat untuk mencari, menemukan, dan menetapkan nilai dan norma yang kurang
jelas atau tidak terdapat patokannya di dalam al-Quran dan al-Hadits. Orang yang
menetapkan hukum dengan jalan ini disebut mujtahid.
Ijtihad hanya diperbolehkan bagi orang-orang yang memenuhi syarat sebagai
mujtahid. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami al-Qur’an dan kitab-kitab hadits .
2.      Mengetahui isi dan sistem hukum al-Qur’an serta ilmu-ilmu untuk memahami
al-Qur’an.
3.      Mengetahui hadits-hadits hukum dan ilmu-ilmu hadits yang berkenaan dengan
pembentukan hukum.
4.      Menguasai sumber-sumber hukum islam.
5.      Menguasai dan mengetahui kaidah-kaidah fiqih.
6.      Mengetahui rahasia dan tujuan-tujuan hukum islam.
7.      Jujur dan ikhlas.
8.      Menguasai ilmu-ilmu sosial (Antropologi, Sosiologi).
9.      Dilakukan secara kolektif (jama’i) bersama para ahli disiplin ilmu lain.
METODE IJTIHAD’
1. ijma
Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau
wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari
Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang
untuk diikuti seluruh umat.
Contoh Ijma’:
Penetapan awal ramadhan dan syawal berdasarkan ru’yatul hilal.
2. Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata
lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contoh Qiyas :
Harta anak wajib dikeluarkan zakat disamakan dengan harta dewasa. Menurut syafei karena
sama-sama dapat tumbuh dan berkembang, dan dapat menolong fakir miskin.
3. Istihsan
Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih
kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum
ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan
atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal,
sedangkan barangnya dikirim kemudian.
4. Mushalat Murshalah
Mushalat murshalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah
adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia.
Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi
kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah
Sududz dzariah menurut bahasa menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan
memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,
padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan
sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa lalu
hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
Contohnya: seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti
ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus
berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
7. Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan.
Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran
atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah
dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

Anda mungkin juga menyukai