Anda di halaman 1dari 14

RESUME

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLIKASI PERDARAHAN


SELAMA KEHAMILAN

Disusun oleh :
Kelompok 3
S16C

1. Ikha Yulia W (S16154) 7. Kiki Nia Hastuti (S16160)


2. Ilham Aziz P (S16155) 8. Latifatul Isnaini (S16161)
3. Indah Novitasari (S16156) 9. Listia Aprilia O (S16162)
4. Indriani Safitri (S16157) 10. Mawar I (S16163)
5. Irvan Nova D (S16158) 11. Merlyn R (S16165)
6. Janurika P (S16159)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH ILMU TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018/2019
A. Definisi
Pendarahan adalah salah satu kejadian yang menakutkan selama
kehamilan. Pendarahan ini dapat bervariasi mulaidari jumlah yang sangat
kecil (binti-bintik), sampai pendarahan hebat dengan gumpalan dank ram
perut. Karena itu,pendarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu
keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak,sampai dapat
menimbulkan kematian.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa
kehamilan dimana umur kehamilan telah melebihi 2 minggu atau berat janin
lebih dari 1000 gram (Manuaba 2010)
Perdarahan kehamilan muda adalah perdarahan pada usia kehamilan
kurang dari 22 minggu atau kurang dari usiakehamilan 5 bulan (Maulana :
2008)
Perdarahan kehamilan lanjut adalah perdarahan dari saluran genital di
akhir kehamilan setelah usia gestasi 24minggu dan sebelum awitan persalinan
(Fraser Cooper : 2009)

B. Etiologi
Perdarahan pada trimester pertama biasanya akibat abortus, blighted
ovum, hamil anggur, dan kehamilan ektopik pada trimester kedua diakibatkan
plasenta previa dan penyakit atau kelainan mulut rahim. Dan perdarahan pada
trimester ketiga diakibatkan oleh plasenta previa, solusio plasenta dan
preklamsia

C. Klasifikasi Perdarahan Antepartum


1. Plasenta previa
a. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yg letaknya abnormal, yaitu
plasentanya berada di segmen bawah rahim, sehingga menutupi
sebagian atau keseluruhan jalan lahir (ostium uteri internum).
b. Ciri-ciri plasenta previa
1) Perdarahan namun tidak terasa nyeri;
2) Perdarahan yang terjadi secara berulang-ulang;
3) Warna darah merah segar;
4) Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya
darah;
5) Timbulnya secara perlahan-lahan;
6) Waktu terjadinya pada saat hamil;
7) Tidak ada his;
8) Rasa tidak tegang (biasa) saat dipalpasi;
9) Ada denyut jantung janin;
10) Teraba jaringan plasenta pada saat diperiksa di dalam vagina;
11) Penurunan kepala, kepala tidak masuk pintu atas panggul;
12) Presentasi yang terjadi mungkin abnormal.
c. Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu:
1) Plasenta previa totalis: apa bila seluruh pembukaan jalan lahir
tertutup oleh plasenta.
2) Plasenta previa lateralis: apa bila hanya sebagian pembukaan
jalan lahir tertutup oleh plasenta.
3) Plasenta previa marginalis: apa bila pinggir plasenta berada
tepat pada pinggir pembukaan jalan lahir.
4) Plasenta previa letak rendah: apa bila plasenta berada 3-4 cm
diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.
d. Etiologi plasenta previa belum jelas.
e. Diagnosis plasenta previa.
1) Anamnesis: adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan
lebih 20 minggu dan berlangsung dengan tanpa sebab.
2) Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
3) USG untuk menentukan letak plasenta.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan
langsung melalui kanalis servikalis tetapi pemeriksaan ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan perdarahan yang
banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja
operasi.
f. Penatalaksanaan plasenta privia.
1) Penanganan konservatif bila :
a) Kehamilan kurang 37 minggu.
b) Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam
batas normal).
c) Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (tidak
lebih dari 15 menit)
Perawatan konservatif berupa :
 Istirahat.
 Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi
anemia.
 Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
 Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Apabila selama kurang lebih 3 hari tidak terjadi perdarahan
setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan
mobilisasi secara bertahap. Pasien boleh dipulangkan bila tidak
ada perdarahan. Bila timbul perdarahan pasien harus segera
dibawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
2) Penanganan aktif bila :
a) Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c) Anak mati
Penanganan aktif berupa :
 Persalinan per vaginam.
 Persalinan per abdominal.
Pasien disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja
operasi (double set up) yaitu dalam keadaan siap operasi. Bila
pada pemeriksaan dalam didapatkan:
a) Plasenta previa marginalis;
b) Plasenta previa letak rendah;
c) Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan
serviks sudah matang; kepala sudah masuk pintu atas
panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
perdarahan maka dilakukan amniotomi yang diikuti
dengan drips oksitosin pada partus per vaginam, bila gagal
drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan); bila
terjadi perdarahan banyak , maka lakukan seksio sesar.
Indikasi melakukan seksio sesar :
 Plasenta previa totalis
 Perdarahan banyak tanpa henti.
 Presentase abnormal.
 Panggul sempit.
 Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum
matang).
 Gawat janin
 Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan
seksio sesar maka lakukan pemasangan cunam Willet
atau versi Braxton Hicks.
2. Solusio plasenta
a. Pengertian
Solusi plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta pada implantasi normal sebelum janin lahir.
b. Ciri-ciri solusio plasenta
1) Perdarahan dengan nyeri;
2) Perdarahan tidak terjadi berulang;
3) Warna perdarahan merah coklat;
4) Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya
darah;
5) Timbulnya secara tiba-tiba;
6) Waktu terjadinya saat hamil inpartu;
7) Adanya his;
8) Rasa tegang saat dilakukan palpasi;
9) Denyut jantung janin biasanya tidak ada;
10) Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina;
11) Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul;
12) Tidak berhubungan dengan presentasi.
c. Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat
pelepasan plasenta, yaitu:
1) Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta
kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih
120 mg%.
2) Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda
pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan
plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
120-150 mg%.
3) Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
renjatan, janin mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.
d. Etiologi solusio plasenta belum jelas.
e. Penatalaksanaan solusio plasenta:
1) Pada solusio plasenta ringan
a) Istirahat
b) Pemberian terapi/sedative lalu tentukan apakah gejala
semakin progresif atau akan berhenti. Bila proses berhenti
secara berangsur, pasien dilakukan mobilisasi.
c) Lakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, dan trombosit.
2) Pada solusio plasenta sedang dan berat
a) Penanganan dikhususkan pada renjatan
b) Menangani anemia
c) Menghentikan perdarahan
d) Mengosongkan uterus secepat mungkin
Penatalaksanaan terpentingnya adalah:
1) Pemberian transfusi darah
2) Pemecahan ketuban (amniotomi)
3) Pemberian infus oksitosin
4) Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
3. Vasa previa.
a. Pengertian
Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah
umbilikalis janin berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput
ketuban.
b. Etiologi vasa previa belum jelas.
c. Diagnose vasa previa
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada
selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo
atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti
dengan denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau
bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau beberapa saat
setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk
mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-
Betke serta hapusan darah tepi.
d. Penatalaksanaan vasa previa
Penatalaksanaan pada status janin. Bila ada keraguan tentang
viabilitas janin, tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin,
maturitas paru dan pemantauan kesejahteraan janin dengan USG dan
kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup matur dapat dilakukan
seksio sesar segera namun bila jading sudah meninggal atau imatur,
dilakukan persalinan pervaginam.

D. Komplikasi
1. Perdarahan kehamilan muda
a. Abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat-akibat
tertentu pada atau sebelum kehamilan 22 minggu / buah kehamilan
belum mampu hidip diluar kandungan.
Komplikikasi utama dapat mencakup hemoragi, syok, renal
failure (faal ginjal rusak), infeksi kadang-kadang sampai terjadi
sepsis
b. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah
fertilisasi implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri
seperti diovarium, serviks dan tuba fallopi.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu : Pada pengobatan
konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini
merupakan indikasi operasi.
2. Perdarahan kehamilan lanjutan
a. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplementasi pada tempat abnormal, yaitu pada sekmen bawah
rahim sehingga menutup sebagian atau seluruh jalan lahir.
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan
endometritis pasca persalinan. Pad janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
b. Solusio plasenta
Solusi plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya
normal sebelum janin lahir.
Komplikasi :
1) Langsung (immediate)
a) Perdarahan
b) Infeksi
c) emboli dan syok abtetric.
2) Tidak langsung (delayed)
a) couvelair uterus, sehinga kontraksi tak baik,
menyebabkan perdarahan post partum
b) hipofibrinogenamia dengan perdarahan post partum.
c) nikrosis korteks neralis, menyebabkan anuria dan uremi
d) kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis.
3) Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya solusio
plasenta berlangsung.
Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koalugopati
konsumtif (kadar fibrinogen kurang dari 150 mg % dan
produk degradasi fibrin meningkat), oliguria, gagal ginjal,
gawat janin, kelemahan janin dan apopleksia utero plasenta
(uterus couvelar). Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi
komplikasi asfiksia, berat badan lahir rendah da sindrom
gagal nafas.

E. Peran Perawat
Pemberian asuhan keperawatan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar pelayanan kesehatan reproduksi kepada klien
1. Sebagai Edukator : meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan pada
klien, mengenai tanda dan gejala perdarahan selama kehamilan
2. Sebagai kolaborator : mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi / tukar pendapat. Contohnya : perawat harus
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien dengan baik dan
memberikan solusi
3. Sebagai advokal klien : membantu pasien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari memberi pelayanan dan
melindungi hak-hak pasien
4. Pembaharuan dan peneliti : perawat memberikan rencana asuhan
keperawatan kepada klien seperti intervensi yang akan dilakukan dan
tindakan yang diberikan
5. Konsultan : menjadi konsultan pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan agar tidak terjadi perdarahan selama kehamilan.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan : Keluhan utama, Riwayat Kesehatan Keluarga,
Riwayat Kehamilan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
2) Eliminasi
3) Kulit
4) Mata
5) Uterus
d. Psikososial
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan
nyeri akibat benturan (00132)
b. Resiko perdarahan b.d komplikasi kehamilan ditandai dengan
riwayat jatuh (00206)
c. Ansietas b.d ancaman pada status terkini ditandai dengan gelisah
(adanya perdarahan saat kehamilan) (00146)
3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : manajemen nyeri NIC : manajemen nyeri
berhubungan dengan (1843) (1400)
agen cidera fisik
ditandai dengan nyeri Setelah dilakukan  Kaji tingkat nyeri
tindakan keperawatan
akibat benturan (00132) pada pasien
selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri pasien  Berikan informasi
berkurang dengan
kriteria hasil : mengenai nyeri
 Pembatasan  Ajarkan teknik
aktivitas dapat relaksasi
terkontrol  Kolaborasikan dengan
dokter jika tindakan
tidak berhasil/nyeri
pada pasien semakin
bertambah
Resiko perdarahan b.d NOC : status maternal NIC : pencegahan
komplikasi kehamilan antepartum (2509) perdarahan (4010)
ditandai dengan riwayat  Monitor resiko
jatuh (00206) Setelah dilakukan terjadinya perdarahan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam  Lindungi pasien dari
diharapkan resiki trauma yang
perdarahan pasien
berkurang dengan menyebabkan
kriteria hasil : perdarahan
 Edukasi pasien untuk
 Nyeri abdomen dari
tetap berbaring jangan
skala 1 ke skala 3
terlalu banyak gerak
 Tekanan darah
 Kolaborasikan dengan
dapat terkontrol
doketr SPOG jika
perdarahan semakin
bertambah

Ansietas b.d ancaman NOC : tingkat NIC : pengurangan


pada status terkini kecemasan (1211) kecemasan (5820)
ditandai dengan gelisah
(adanya perdarahan Setelah dilakukan  Observasi tingkat
tindakan keperawatan
saat kehamilan) kecemasan klien
selama 1 x 24 jam
(00146) diharapkan tingkat  Bantu klien
berkurang dengan
kriteria hasil : mengidentifikasi
situasiyang memicu
 Perasaan gelisah kecemasan
terhadap terjadinya  Instruksikan klien
perdarahan untuk menggunakan
berkurang teknik relaksasi
 Distres berkurang  Kolaborasikan dengan
dokter untuk
konsultasi lebih
mendalam akibat
perdarahan

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Bari saifuddin, ed., 2010. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Fadlun, Faryabto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba


Medika

Fakultas Kedokteran UNPAD, Edisi ke-2, Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri


Patologis. Bandung : EGC

Nugroho Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetrik Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai