Disusun Oleh:
4. Christina (2014210043)
Grup : A.2.1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik
dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal
atau wadah dosis ganda. (FI III hal 13).
Syarat sedian injeksi :
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis
2. Harus jernih, berarti tidak ada partikel padat kecuali yang berbentuk suspensi
3. Tidak berwarna kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isotonis, dibuat isotonis agar tidak terasa sakit bila disuntikkan
Alasan
Nama Zat Sifat Fisika dan Cara
Konsentrasi Kegunaan Pemilihan
Tambahan Kimia Sterilisasi
Bahan
Aqua Pro Pemerian: Sampai Pelarut injeksi Uji sterilitas Aqua pro
Injeksi Cairan jernih, tidak
100% (Larutan yang tertera injection
(FI III hlm. berwarna, tidak
97; FI IV hlm. berbau. pembawa) pada uji digunakan
112) Definisi:
keamanan sebagai bahan
Air untuk injeksi yang
disterilkan dan hayati. pelarut injeksi,
dikemas dengan cara
Dididihkan karena
yang sesuai
Stabilitas: selama 30 Difenhidramin
Mudah terurai jika
menit HCl dapat larut
berhubungan dengan
zat organik yang dapat dalam air
teroksidasi, dengan
logam tertentu dengan
senyawanya atau
dengan alkali
Wadah &
Penyimpanan:
Dalam wadah dosis
tunggal, dari kaca atau
plastik, tidak lebih
besar dari 1 liter
Nama Zat Sifat Fisika dan Konsentrasi Kegunaan Cara Alasan
Tambahan Kimia Sterilisasi Pemilihan
Bahan
Natrium Pemerian: 0,01 – 1 % Antioksidan Dengan Karena
Metabisulfit Tidak berwarna,
(Handbook Autoklaf Difenhidramin
(Handbook of berbentuk kristal
Pharmaceutica prisma atau serbuk of (Handbook HCl memiliki
l Excipients 6th
kristal berwarna Pharmaceutic of sifat mudah
Editon hlm
654)
putih hingga putih teroksidasi oleh
al Excipients Pharmaceutic
kecoklatan yang
berbau sulfur 6th Editon al Excipients cahaya.
dioksida dan asam. hlm 654) 6th Editon
hlm 654)
Kelarutan: larut
dalam 1,9 bagian air
dan larut dalam 1,2
bagian air pada suhu
100oC, sedikit larut
dalam etanol 95%
dan mudah larut
dalam gliserin
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th Editon
hlm 654)
pH: 3,5 – 5,0
OTT: derivat
alkohol,
kloramfenikol, dan
fenil merkuri asetat
Stabilitas:
Teroksidasi secara
perlahan dalam
udara panas dan
lembab
Wadah &
Penyimpanan:
Dalam wadah
tertutup rapat,
terlindung dari
cahaya, dalam
tempat yang sejuk
dan kering
Teknologi Farmasi
Ampul adalah wadah gelas yang disegel rapat sebagai wadah dosis tunggal
yang dapat berisi bahan padat atau larutan obat jernih atau suspensi halus,
dimaksudkan untuk penggunaan parenteral. Biasanya kecil, dari 1 sampai 50 ml,
tetapi mungkin mempunyai kapasitas sampai 100 ml.
Ampul merupakan kemasan obat tunggal yang berbentuk cair. Dengan
volume obat 1 – 10 ml atau lebih. Terbuat dari kaca, berbentuk botol kecil dan
berleher. Warna garis pada leher menunjukkan tempat tersebut mudah dipotong
untuk membuka kemasan ampul tersebut.
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1,
2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas
tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan
gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat
sebagai ampul minum untuk pemakaian peroral (R. Voigt hal. 464).
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis karena bervolume kecil
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan asam
prasetat
Farmakologi
Diphenhydramine HCl adalah derivat monoetanolamin yang digunakan
sebagai antihistamin dengan antimuskarinik yang sedatif. Diphenhydramine HCl
biasanya digunakan untuk gejala alergi termasuk urtikaria dan angioderma, rhinitis
dan konjungtivitis, dan kelainan pada kulit. Diphenhydramine HCl juga biasa
digunakan sebagai antiemetik pada pengobatan mual dan muntah. Terutama
digunakan dalam pencegahan dan pengobatan dari suatu penyakit yg mempengaruhi
pergerakan, dan pengobatan bagi penderita vertigo untuk berbagai penyebab.
Farmakokinetik : Diphenhydramine HCl diabsorpsi secara baik dalam
saluran gastrointestinal, meskipun pelepasan metabolisme yang tinggi muncul untuk
mempengaruhi bioavailabilitas sistemik. Tingkat konsentrasi plasma mencapai 1
sampai 4 jam setelah pemberian dosis per oral. Diphenhydramin HCl tersebar ke
seluruh tubuh termasuk Sistem Saraf Pusat. Diphenhydramine juga terdiri dari
kumpulan plasma protein yang tinggi dan dieksresikan ke dalam urin sebagai
metabolit.
Farmakodinamik : Difenhidramin HCl memblokir aksi histamin, yaitu suatu
zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat
pelepasan histamin (H1) dan asetilkolin (menghilangkan ingus saat flu). Hal ini
memberi efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga
mengurangi kemerahan, hipertermia dan edema yang terjadi selama reaksi
peradangan. Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada perifer nociceptors
sehingga mengurangi sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang
berhubungan dengan reaksi alergi. Memberikan respon yang menyebabkan efek
fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer untuk mengatasi
gejala-gejala alergi dan penekanan susunan saraf pusat (efek sekunder).
Indikasi :Untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi, seperti:
polinosis, urtikaria dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
Kontraindikasi :Hipersensitifitas terhadap difenhidramin, gangguan saluran
napas bagian bawah (termasuk asma) pengobatan bersama MAO-inhibitor dan tidak
boleh untuk neonatus.
Interaksi Obat : secara umum difenhydramin HCL menghambat isoenzim
CYP2D6 sitokrom P450 yang sebagian bertanggung jawab untuk memetabolisme
beta blocker, termasuk metoprolol dan antidepresan venlafaxine.
Efek samping : Berhubungan dengan efek sentral, seperti: sedasi,vertigo,
tinitus, lelah, pusing, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopis,euforia, gelisah,
insomnia, tremor. Efek samping lainnya : nafsu makan berkurang,
mual,muntah,keluhan pada epigastrium, konstipasi, diare, mulut kering,
disuria,palpitasi, hipotensi,sakit kepala,rasa berat dan lemah pada tangan
IV. Pembuatan
A. Perhitungan
Volume ampul = 1 mL + 0,10 mL = 1,10 mL
B. PENIMBANGAN
B. QC (Quality Control)
a. Uji sterilitas ( FI IV hal 855 )
Asas : Larutan uji + media perbenihan → inkubasi pada 20º - 25ºC →
kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril ).
Prosedur uji : Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi
2 bagian), lalu diinkubasi.
b. Penetapan Kadar Difenhidramin HCl (Farmakope Indonesia edisi V hal 307)
Prosedur uji :Lakukan penetapan kadar dengan cara KCKT.
c. Uji Kebocoran (Lachman Teori dan Praktek Industri hal 1354)
Prosedur uji : Letakkan ampul dengan posisi terbalik dalam beaker glass
yang beralaskan kapas basah pada saat autoklaf. Indikasi adanya kebocoran
setelah diuji jika volume pada ampul berkurang maka terjadinya kebocoran
pada ampul.
d. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
Metode : Visual
Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
Syarat : Tiap partikel yang terlihat harus dibuang.
e. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044 )
Prosedur uji I:
a). Pilih 1 atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau
lebih bila volume 3 ml sampai 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3
ml atau kurang.
b). Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran
tidak lebih dari 3 kali vloume yang akan diukur dan dilengkapi dengan
jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
c). Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntuk dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke
dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume
yang ditampung, bukan yang dituang).
Prosedur uji II:
a). Isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah
ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat (g)
dibagi bobot jenis cairan.
b). Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk
pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk
mengambil isi tiap wadah.
c). Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka
wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas
piala yang telah ditara.