Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN STERIL

“LARUTAN INJEKSI DIFENHIDRAMIN HCl DALAM AMPUL”

Disusun Oleh:

Nama : 1. Aisyah Rahma Afifah (2014210008)

2. Anggoen Nirwana (2014210017)

3. Azahra Friza (2014210033)

4. Christina (2014210043)

5. Clarissa Putri F. (2014210051)

6. Dessy Aulia Rachma (2014210061)

Tanggal Praktikum: 13 Maret 2017

Grup : A.2.1

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2017
I. PENDAHULUAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau selaput lendir. Injeksi diracik
dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat kedalam
sejumlah pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat kedalam wadah dosis tunggal
atau wadah dosis ganda. (FI III hal 13).
Syarat sedian injeksi :
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis
2. Harus jernih, berarti tidak ada partikel padat kecuali yang berbentuk suspensi
3. Tidak berwarna kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isotonis, dibuat isotonis agar tidak terasa sakit bila disuntikkan

II. Tinjauan Kepustakaan


A. Farmasetika (Sifat fisika dan kimia, serta sterilisasi)

Nama Zat Cara Cara


Sifat fisika dan Kimia Khasiat Dosis
Aktif Sterilisasi Penggunaan
Diphenhidra Rumus Molekul : Sebagai Untuk dewasa Di autoklaf Intramuskular
min HCl C17H21NO.HCl antihistamin (IM atau IV) : dengan dan Intravena
Titik lebur : dan 10-50 mg. tekanan 15
167o-172o C antimuskarin Dosis psi, 121 C
Pemerian: Serbuk ik maksimum dalam waktu
hablur putih,tidak (Martindale dewasa (IM 15 menit dan
berbau, serbuk kristal 36th hlm. atau IV) filtrasi
yang perlahan 577) adalah 400 mg membran
menghitam dalam perhari. (DI. (Martindale
cahaya terang, rasa pahit 88 hlm. 17) 28thhlm.1311
disertai rasa tebal. (FI )
III hal 228; FI IV hal
330; DI 88 hal 16).
Kelarutan: larut sekitar
1 g/mL dalam air dan
larut dalam 0,5 g/mL
dalam alkohol pada suhu
25oC (DI 2010 hlm 6)
pH :
5% larut dalam air dan
memiliki pH 4 - 6
(Martindale 36th hal.
577)
OTT : amphotericin B,
cefmetazole sodium,
cefalotion sodium,
hydrocortisone sodium
succinate, beberapa larut
dalam golongan
barbiturat, dan larut
dalam alkalis atau asam
kuat.(Martindale 36th
hal. 577)
Stabilitas:
Diphenhydramin HCl
sebaiknya disimpan
dalam wadah yang tahan
terhadap cahaya dan
dalam suhu ruangan
yang terkontrol. Dan
sebaiknya hindari proses
pembekuan.
(Handbook of Injectable
Drugs 14thEdition hlm
535)

Alasan
Nama Zat Sifat Fisika dan Cara
Konsentrasi Kegunaan Pemilihan
Tambahan Kimia Sterilisasi
Bahan
Aqua Pro Pemerian: Sampai Pelarut injeksi Uji sterilitas Aqua pro
Injeksi Cairan jernih, tidak
100% (Larutan yang tertera injection
(FI III hlm. berwarna, tidak
97; FI IV hlm. berbau. pembawa) pada uji digunakan
112) Definisi:
keamanan sebagai bahan
Air untuk injeksi yang
disterilkan dan hayati. pelarut injeksi,
dikemas dengan cara
Dididihkan karena
yang sesuai
Stabilitas: selama 30 Difenhidramin
Mudah terurai jika
menit HCl dapat larut
berhubungan dengan
zat organik yang dapat dalam air
teroksidasi, dengan
logam tertentu dengan
senyawanya atau
dengan alkali
Wadah &
Penyimpanan:
Dalam wadah dosis
tunggal, dari kaca atau
plastik, tidak lebih
besar dari 1 liter
Nama Zat Sifat Fisika dan Konsentrasi Kegunaan Cara Alasan
Tambahan Kimia Sterilisasi Pemilihan
Bahan
Natrium Pemerian: 0,01 – 1 % Antioksidan Dengan Karena
Metabisulfit Tidak berwarna,
(Handbook Autoklaf Difenhidramin
(Handbook of berbentuk kristal
Pharmaceutica prisma atau serbuk of (Handbook HCl memiliki
l Excipients 6th
kristal berwarna Pharmaceutic of sifat mudah
Editon hlm
654)
putih hingga putih teroksidasi oleh
al Excipients Pharmaceutic
kecoklatan yang
berbau sulfur 6th Editon al Excipients cahaya.
dioksida dan asam. hlm 654) 6th Editon
hlm 654)
Kelarutan: larut
dalam 1,9 bagian air
dan larut dalam 1,2
bagian air pada suhu
100oC, sedikit larut
dalam etanol 95%
dan mudah larut
dalam gliserin
(Handbook of
Pharmaceutical
Excipients 6th Editon
hlm 654)
pH: 3,5 – 5,0
OTT: derivat
alkohol,
kloramfenikol, dan
fenil merkuri asetat
Stabilitas:
Teroksidasi secara
perlahan dalam
udara panas dan
lembab
Wadah &
Penyimpanan:
Dalam wadah
tertutup rapat,
terlindung dari
cahaya, dalam
tempat yang sejuk
dan kering

Teknologi Farmasi
Ampul adalah wadah gelas yang disegel rapat sebagai wadah dosis tunggal
yang dapat berisi bahan padat atau larutan obat jernih atau suspensi halus,
dimaksudkan untuk penggunaan parenteral. Biasanya kecil, dari 1 sampai 50 ml,
tetapi mungkin mempunyai kapasitas sampai 100 ml.
Ampul merupakan kemasan obat tunggal yang berbentuk cair. Dengan
volume obat 1 – 10 ml atau lebih. Terbuat dari kaca, berbentuk botol kecil dan
berleher.  Warna garis pada leher menunjukkan tempat tersebut mudah dipotong
untuk membuka kemasan ampul tersebut. 
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1,
2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran
tunggal, oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas
tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan
gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat
sebagai ampul minum untuk pemakaian peroral (R. Voigt hal. 464).
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
2. Tidak perlu isotonis karena bervolume kecil
3. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan asam
prasetat
Farmakologi
Diphenhydramine HCl adalah derivat monoetanolamin yang digunakan
sebagai antihistamin dengan antimuskarinik yang sedatif. Diphenhydramine HCl
biasanya digunakan untuk gejala alergi termasuk urtikaria dan angioderma, rhinitis
dan konjungtivitis, dan kelainan pada kulit. Diphenhydramine HCl juga biasa
digunakan sebagai antiemetik pada pengobatan mual dan muntah. Terutama
digunakan dalam pencegahan dan pengobatan dari suatu penyakit yg mempengaruhi
pergerakan, dan pengobatan bagi penderita vertigo untuk berbagai penyebab.
Farmakokinetik : Diphenhydramine HCl diabsorpsi secara baik dalam
saluran gastrointestinal, meskipun pelepasan metabolisme yang tinggi muncul untuk
mempengaruhi bioavailabilitas sistemik. Tingkat konsentrasi plasma mencapai 1
sampai 4 jam setelah pemberian dosis per oral. Diphenhydramin HCl tersebar ke
seluruh tubuh termasuk Sistem Saraf Pusat. Diphenhydramine juga terdiri dari
kumpulan plasma protein yang tinggi dan dieksresikan ke dalam urin sebagai
metabolit.
Farmakodinamik : Difenhidramin HCl memblokir aksi histamin, yaitu suatu
zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat
pelepasan histamin (H1) dan asetilkolin (menghilangkan ingus saat flu). Hal ini
memberi efek seperti peningkatan kontraksi otot polos vaskular, sehingga
mengurangi kemerahan, hipertermia dan edema yang terjadi selama reaksi
peradangan. Difenhidramin menghalangi reseptor H1 pada perifer nociceptors
sehingga mengurangi sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi gatal yang
berhubungan dengan reaksi alergi. Memberikan respon yang menyebabkan efek
fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer untuk mengatasi
gejala-gejala alergi dan penekanan susunan saraf pusat (efek sekunder).
Indikasi :Untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi, seperti:
polinosis, urtikaria dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan.
Kontraindikasi :Hipersensitifitas terhadap difenhidramin, gangguan saluran
napas bagian bawah (termasuk asma) pengobatan bersama MAO-inhibitor dan tidak
boleh untuk neonatus.
Interaksi Obat : secara umum difenhydramin HCL menghambat isoenzim
CYP2D6 sitokrom P450 yang sebagian bertanggung jawab untuk memetabolisme
beta blocker, termasuk metoprolol dan antidepresan venlafaxine.
Efek samping : Berhubungan dengan efek sentral, seperti: sedasi,vertigo,
tinitus, lelah, pusing, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopis,euforia, gelisah,
insomnia, tremor. Efek samping lainnya : nafsu makan berkurang,
mual,muntah,keluhan pada epigastrium, konstipasi, diare, mulut kering,
disuria,palpitasi, hipotensi,sakit kepala,rasa berat dan lemah pada tangan

III. Rancangan Formula


A. Formula
a. Formula Rujukan
a) Handbook on Injectable Drugs 14th Edition halaman 535
Difenhidramin HCl 50 mg tiap 1 mL ampul (antihistamin)
Benzethonium Klorida 0,1 mg
b) DI 1988 halaman 16
Difenhidramin HCl 50 mg tiap 1 mL ampul (antihistamin)
Aqua Pro Injeksi ad 1 mL

b. Formula Jadi (DI 1988 halaman 16)


Tiap mL mengandung:
Difenhidramin HCl 50 mg
Natrium metabisulfit 0,5%
Aqua Pro Injeksi ad 1 mL
Dibuat 10 Ampul dalam ampul 1 mL

B. Latar belakang Penetapan Formula

Bentuk injeksi Difenhidramin HCl dalam ampul dibuat untuk


pemberian secara intravena karena Difenhidramin HCl dapat mengalami efek
first pass metabolism yang berpengaruh pada bioavailabilitas sistemik zat aktif
tersebut. Dengan dibuat dalam bentuk sediaan injeksi intravena,
Difenhidramin HCl dapat terhindar dari efek first pass metabolism, sehingga
menghasilkan efek antihistamin yang lebih cepat.
Pemakaian dosis dengan tiap 1 mL mengandung 50 mg Difenhidramin
HCl karena Difenhidramin HCl memiliki indeks terapi yang luas, sehingga
dosis maksimum 50 mg tidak menimbulkan efek toksik pada pasien. Dosis 50
mg juga dapat digunakan pada pasien yang dalam keadaan serius/darurat,
seperti muntah dan hilang kesadaran.
Digunakan ampul 1 mL karena berdasarkan literatur dari Handbook on
Injectable Drugs biasanya injeksi Difenhidramin HCl tersedia dalam ampul 1
mL dan injeksi dalam ampul 1 mL sudah cukup memberikan efek terapi ke
pasien. Hal ini sesuai dengan dosis maksimum 50 mg yang digunakan.
Pelarut yang digunakan adalah Aqua Pro Injeksi karena sesuai dengan
persyaratan yang terdapat dalam Farmakope Indonesia dan Handbook on
Injectable Drugs yang menggunakan air sebagai pembawanya dan sifat
kelarutan yang dimiliki Difenhidramin HCl, yaitu mudah larut dalam air.
Pada pembuatan sediaan injeksi Difenhidramin HCl dalam ampul tidak
diperlukan penggunaan pengawet karena penggunaannya yang hanya satu kali
(dosis tunggal).
Digunakan natrium metabisulfit sebagai antioksidan karena
Difenhidramin HCl memiliki sifat mudah teroksidasi dan terurai oleh cahaya.
Natrium metabisulfit merupakan antioksidan yang sering digunakan dalam
sediaan parenteral dan tidak bereaksi terhadap Difenhidramin HCl.

IV. Pembuatan
A. Perhitungan
Volume ampul = 1 mL + 0,10 mL = 1,10 mL

Volume injeksi = [(n+2) x V + (2x3)] ml

= [ ( 10+2 ) x 1.10ml + (2x 3)] = 19,2ml ~ 20 ml

Difenhidramin HCL = 50 mg/ml x 20 ml = 1000 mg = 1 gram

Natrium metabisulfit = 0,5% x 20 ml = 100 mg = 0,1 gram

Aqua Pro Injeksi ad 20 ml

B. PENIMBANGAN

BAHAN BOBOT TEORI BOBOT PRAKTEK


Difenhidramin HCl 1 gram
Natrium Metabisulfit 0,1 gram
Aqua Pro injeksi Ad 20 ml
C. Cara Pembuatan
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan dengan kaca arloji.
3. Dilakukan sterilisasi terhadap alat yang digunakan
4. Ditimbang bahan yang akan dibuat aqua pro injeksi dengan cara
mendidihkan akuades selama 30 menit.
5. Dilarutkan natrium metabisulfit dengan sebagian aqua pro injeksi di dalam
beaker glass yang sudah dikalibrasi.
6. Dilarutkan Difenhidramin HCl dengan sebagian aqua pro injeksi di dalam
beaker glass yang sudah dikalibrasi, lalu ditambahkan dengan larutan
natrium metabisulfit, diaduk sampai homogen.
7. Dilakukan uji evaluasi IPC (pengecekan pH) dengan menggunakan pH
universal, pH larutan harus memenuhi syarat, yaitu rentang pH antara 4-6.
8. Ditambahkan sisa aqua pro injeksi sampai tanda kalibrasi.
9. Dilakukan penyaringan sebanyak dua kali.
10. Dimasukkan larutan ke dalam ampul masing-masing 1,1 ml dengan
menggunakan buret yang telah dibilas terlebih dahulu.
11. Dilakukan uji evaluasi IPC (uji kejernihan dan uji keseragaman volume)
12. Ampul ditutup menggunakan alat rotary sealing ampul.
13. Dilakukan sterilisasi akhir sediaan dengan menggunakan autoklaf (1210
selama 15 menit).
14. Sediaan ampul yang sudah diuji dilakukan evaluasi QC (uji sterilitas, uji
kebocoran, uji kejernihan, uji penetapan kadar Difenhidramin HCl, uji
keseragaman volume.
V. Evaluasi
A. IPC (In Process Control)
a. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
Metode : Visual
Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
b. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044 )
Cara kerja : Wadah diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar
lalu dilihat keseragaman volume secara visual.
Syarat : Volume tiap ampul seragam
c. Uji pH ( FI IV hal 1039 )
Cara kerja : Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas
indikator universal.Dengan pH meter, sebelum digunakan, periksa elektroda
dan jembatan garam. Pembakuan pH meter yaitu bilas elektroda dan sel
beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan uji. Baca
harga pH. Gunakan air bebas CO2 untuk pelarutan dengan pengenceran
larutan uji.
Syarat : Harus sama dengan pH zat aktif (Difenhidramin HCl dalam
rentang pH antara 4-6.

B. QC (Quality Control)
a. Uji sterilitas ( FI IV hal 855 )
Asas : Larutan uji + media perbenihan → inkubasi pada 20º - 25ºC →
kekeruhan / pertumbuhan mikroorganisme ( tidak steril ).
Prosedur uji : Teknik penyaringan dengan filter membran ( dibagi menjadi
2 bagian), lalu diinkubasi.
b. Penetapan Kadar Difenhidramin HCl (Farmakope Indonesia edisi V hal 307)
Prosedur uji :Lakukan penetapan kadar dengan cara KCKT.
c. Uji Kebocoran (Lachman Teori dan Praktek Industri hal 1354)
Prosedur uji : Letakkan ampul dengan posisi terbalik dalam beaker glass
yang beralaskan kapas basah pada saat autoklaf. Indikasi adanya kebocoran
setelah diuji jika volume pada ampul berkurang maka terjadinya kebocoran
pada ampul.
d. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
Metode : Visual
Cara kerja : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan
cahaya yang baik terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan
menggunakan latar belakang hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan
dengan suatu aksi memutar.
Syarat : Tiap partikel yang terlihat harus dibuang.
e. Uji keseragaman volume ( FI IV hal 1044 )
Prosedur uji I:
a). Pilih 1 atau lebih wadah, bila volume 10 ml atau lebih, 3 wadah atau
lebih bila volume 3 ml sampai 10 ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3
ml atau kurang.
b). Ambil isi tiap wadah dengan alat suntik hipodermik kering berukuran
tidak lebih dari 3 kali vloume yang akan diukur dan dilengkapi dengan
jarum suntik nomor 21, panjang tidak kurang dari 2,5 cm.
c). Keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntuk dan
pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, ke
dalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga
volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari
kapasitas tertera (garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume
yang ditampung, bukan yang dituang).
Prosedur uji II:
a). Isi alat suntik dapat dipindahkan ke dalam gelas piala kering yang telah
ditara, volume dalam ml diperoleh dari hasil perhitungan berat (g)
dibagi bobot jenis cairan.
b). Isi dari dua atau tiga wadah 1 ml atau 2 ml dapat digabungkan untuk
pengukuran dengan menggunakan jarum suntik kering terpisah untuk
mengambil isi tiap wadah.
c). Isi dari wadah 10 ml atau lebih dapat ditentukan dengan membuka
wadah, memindahkan isi secara langsung ke dalam gelas ukur atau gelas
piala yang telah ditara.

VI. HASIL EVALUASI


No Evaluasi Sediaan Hasil
1 IPC (In Process Control)
a) Evaluasi fisika
 Uji kejernihan (Lachman Teori Praktek
Farmasi Industri ; 1355)
 Uji Keseragaman Volume ( FI IV hal 1044)
b) Evaluasi Kimia
 Uji pH (FI IV Hal 1039)(Syarat 4-6 )
2 QC (Quality Control)
a) Evaluasi Fisika
 Uji Sterilitas (FI IV hal 855)
 Uji Kebocoran ( Lachman Teori dan
Praktek Industri hal 1354)
 Uji Kejernihan (Lachman Teori dan Praktek
Industri hal 1044)
 Uji Keseragaman Volume (FI IV hal 1044)
b) Evaluasi Kimia
 Uji Penetapan Kadar Difenhidramin HCl
(FI V hal 307)

VII. Daftar Pustaka


A.Trissel, Lawrence. 2007. Handbook on Injectable Drugs 14th Edition. Maryland
:American Society of Health-System Pharmacist
Evory MC, Gerald K. 1988. Drugs Information. Maryland-Bethesda: American
Society of Health System Pharmacist
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.
Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan.
Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia 28th Editon . London:
The Pharmaceutical Press
Rowe, Raymond, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Editon.
London: The Pharmaceutical Press.
Sweetman, S.C. (2009). Martindale 36th Edition: The Complete Drug Reference. London:
The Pharmaceutical Press.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai