Anda di halaman 1dari 8

Herpes simpleks (4A).

a. Defenisi

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus


herpes hominis) tipe l atau tipe ll yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat beriangsung baik primer
maupun rekurens. (whesti Indriani & dkk., 2019).

Sinonim

Fever blister, cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis
(genitalis). (whesti Indriani & dkk., 2019).

b. Epidemologi

Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun


wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. |nfeksi primer oleh virus
herpes simpleks (V.H.S) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak,
sedangkan infeksi VHS tipe ll biasanya terjadi pada dekade ll atau Ill, dan
berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual. (whesti Indriani &
dkk., 2019).

c. Etiologi

VHS tipe l dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan


virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan
pada media kultur, antigenic marker. dan lokasi klinis (tempat predileksi).

(whesti Indriani & dkk., 2019).

d. Etiopatogenesis
Infeksi akut
Virus bereplikasi di tempat inokulasinya yang pada permukaan
mukokutaneus yang menyebabkan adanya lesi primer di mana virus ini
dengan cepat menyebar dan menginfeksi saraf sensorik terminal ,yang
akan menjalar ke nucleus neuronal pada ganglion saraf sensorik ragional.

Fase laten
Pada bagian neuron yang terinfeksi ini,infeksi laten terjadi sebagai episom
dan ekspersi gen HSV tidak tampak .
Fase reaktivasi virus
Replikasi teraktivasi seiring dengan tranpor aksonal anterograde
dan replikasi virus yang baru ke perifer , pada portof entry lesi awal atau di
dekatnya. (Widyaningsih Oetari.Sri Linuw Manaldi. Kapita Selekta
Kedokteran .Edisi IV.

e. Gejala klinik

Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat.

1. Infeksi primer

2. Fase Iaten

3. Infeksi rekurens.

lnfeksi primer

Tempat predileksi VHS tipe l di daerah pinggang ke atas terutama


di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak
inokulasi dapat terjadi secara kebetulan, misalnya kontak Kulit pada
perawat. dokter gigi, atau pada orang yang sering menggigitjan' (helpetic
whit-Iow).virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. lnfeksi primer
oleh VHS tipe ll mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke
bawah, terutama di daerah genital. juga dapat menyebabkan herpes
meningitis dan infeksi neonatus.

Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan


seksual seperti oro-genital. sehingga herpes yang terdapat di daerah geni-
tal kadang-kadang disebabkan oleh VHS tipe l sedangkan di daerah mulut
dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe ll.

lnfeksi pn'mer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu
dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan
anoreksia. dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
regional.

Kelainan klinis yang dijumpai bempa vesikel yang berkelompok di


atas kulit yang sebab dan en'tematosa, berisi cairan jemih dan kemudian
menjadi seropumlen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang
mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatn‘ks. Pada
perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi
sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya
didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes simpleks.
Pada wanita ada Iaporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada
genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.

Fase laten

Fase Inl berarti pada pendenta tidak dlemukan ajala klmls. tetapl
VHS dapat dllemukan dalam Eeadaa" tudak aktlf pada ganglion dorsahs.

Infeksi rekurens

Infeksi ini beram VHS Dada ganglion dorsalls ng dalam keadgar!


tidak aktlf. dengan mekamsme pacu menjadl aktlf dan mencapai kulit
sehingga menimbulkan QGJaIG kllnis.

Mekanisme paCU itu dapat berupa trauma tisik (demam.infek, kurang


tidur, hubungan seksual. dan sebagainya)trauma psikis (gangguan
emosional, mensuuaSI). dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan
minuman yang merangsang.

Gejala klinis yang timbul Iebih n'ngan dan pada infeksi pnmer dan
beriangsung kira~kira 7 sampai 10 hari. Sen'ng ditemukan gejala
prodromal Iokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas. gatal. dan
nyen‘. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau
lempat lain/tempat dl sekitarnya (non loco).

f. Pemeriksaan pembatu diagnosa


Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada
keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan
Tzanck dengan pewamaan Giemsa dapat ditemukan sel dalia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.

g. Diagnosa banding

Herpes simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus


dibedakan dengan impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus
dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole dan ulkus mikstum. maupun
ulkus yang mendahului penyakit limfogranuloma venereum.

h.tatalaksana

Sampai saat ini belum ada tempi yang memben'kan penyembuhan


radikal. artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode
rekurens secara tuntas. Pada lesi yang dini dapat di9unakan obat topikal
berupa salap/krim yang mengandung preparat idoksuridin (stox1l.
viruguent, Vimnguent-P) dengan cara aplikasi. yang serin_g dengan
interval beberapa jam. Preparat asiklOVII' (zovirax) yang dipakai secara
topikal tampaknya

membenkan masa depan yang leblh cerah. As1klovur Im cara


kerjanya meng-ganggu rephkast DNA virus Klmls hanya bennan-faal bala
penyakn sedang akm Jlka (Imbul ulserasn dapat dllakukan kompres
Pengobatan oral berupa preparat a51klovur tampaknya membenkan haSIl
yang leblh balk. penyakit berlangsung leblh sungkal dan masa
rekurensnya leblh panjang. Dosisnya 5 x 200 mg sehan selama 5 hari.
Pengobatan pa~ renteral dengan aspklowr terutama d1tu1ukan kepada
penyakit yang leblh berat atau pka tlmbul kompllkasi pada alat dalam.
Begilu pula dengan preparat adenln arablnosid (vnarabin). In-terferon
sebuah preparat gllkoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus
juga dapat dlpakai secara parenteral.

Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha yang dllakukan


dengan tujuan menlngkatkan imunltas selular, pernah dilakukan
pembenan preparat lupidon H (untuk VHS tipe l) dan lupidon G (untuk
VHS tlpe ll) dalam salu seri pengobatan. Pemberian Ievamisol dan
isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut beberapa pe~ nyelldlk
memben‘kan hasil yang baik. Efek Ievamisol dan isopmosin ialah sebagai
imunostimulator. Pembenan vaksmasi cacar sekarang tidak dianut lagi.

Herpes genitalis pada kehamilan

Blla pada kehamilan timbul herpes genitalis. periu mendapat


perhatian yang sen‘us. karena melalui plasenta virus dapat sampai ke
sarkulasi fetal serta dapat menirnbulkan kerusakan atau kematuan pada
janin. infeksi neonatal mempunyai angka mortalnas 60%, separuh dari
yang hidup. mendenta cacat neurologlk atau kelainan pada mata.

Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa ensefalms,


keratokonjungtlvitis. atau hepatitis; di samping itu dapat juga timbul lesi
pada kullt. Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus secara
seksio Caesan‘a. bila pada saat melahirkan sang ibu mendenta infeksi ini.
TIndakan ini sebaikya dllakukan sebelum ketuban pecah atau paling
lambat enam jam setelah ketuban pecah.

Di Amen'ka Serika( frekuensi herpes neonatal adalah 1 per 7500


kelahiran hidup. Blla transmisi terjadi pada trimester 1 cenderung teljadi
abortus; sedangkan blla pada trimester ll, terjadi prematuritas. Selain itu
dapat terjadi transmisi pada saat intrapartum.

i.pengobatan
Selama penoegahan rekurens masih mempakan problem. hal
tersebut sewra psikologik akan memberatkan pendema. Pengobatan
semra dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik. yakni masa
penyakit benangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.

Pada orang dengan gangguan imunitas. misalnya pada penyakit-


penyakit dengan tumor di sistem retikulendotelial. pengobatan dengan
imunosupresan yang lama atau fusik yang sangat lemah, menyebabkan
infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat fatal. Prognosis
akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada omng
dewasa.

pencegahan

Sanitasi yang baik dan pencegahan kontak dari penderita


merupakan cara yang paling baik dalam mencegah penularan HSV. Untuk
ibu hamil yang menderita penyakit HSV ektif, diindikasikan untuk
melakukan persalinan seksio sesaria selambatnya < 24 setelah ruptur
membran (ketuban pecah).

j.komplikasi

1. Infeksi bakteri sekunder, biasanya karena Staph. Aureus

2. Eczema herpeticum

3. Herpes simpleks diseminata, berupa vesikula herpes yang luas


biasa terjadi pada bayi baru lahir atau pada pasien imunosupresif

4. Herpes simpleks kronis. Atypical dan lesi kronis dapat terlihat pada
pasien dengan infeksi HIV

5. Herpes encephalitis, komplikasi serius herpes simplex, tidak selalu


disertai lesi pada kulit.

6. Karsinoma serviks
7. Erythema multiforme. Komplikasi ini yang paling banyak dan
penyebab umum dari rekuren

Integrasi keislaman

Kesimpulan

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus


Herpes simplex (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens

Herpes simpleks terjadi secara in vivo, infeksi HSV dapat dibagi dalam 3
tahap, yaitu infeksi akut, latensi dan reaktivasi virus
DAFTAR PUSTAKA

Wresti indriani (2019). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Widyaningsih Oetari.Sri Linuw Manaldi. Kapita Selekta Kedokteran .Edisi


IV.

Anda mungkin juga menyukai