Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh salah satu nilai tugas UTS
mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Islam kelas MPI A1

Dosen Pengampu:
Ibu Dr. Hj. Na’imah, M.Hum.

Disusun oleh:
Nur Ita A’ini Qudwatal Millah
18204090011

PASCASARJANA PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2019
PERBEDAAN PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
oleh Nur Ita A’ini Qudwatal Millah
Magister Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Anggrek No. 137 Sambilegi Kidul Maguwoharjo Depok Sleman
email nuritaaini2095@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan sebuah proses kegiatan yang bertujuan mengetahui segala sesuatu
secara telaah, teliti, dan kritis dalam mencari fakta dengan langkah sistematis. Penelitian salah
satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh civitas akademika perguruan tinggi. Perguruan tinggi
berbeda dengan sekolah menengah, dimana dalam perguruan tinggi kalangan akademisi dituntut
bukan hanya belajar dan mengajar, namun pula untuk pendidikan, penelitian, dan pengabdian
pada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Oleh karenanya,
hal inilah yang menjadi latar belakang mata kuliah metodologi penelitian menjadi mata kuliah
pokok di seluruh perguruan tinggi, bahkan penelitian menjadi syarat mutlak yang tidak hanya
dilakukan oleh semua dosen namun pula semua mahasiswa Sarjana, Magister maupun Doktor.
Akar mula penelitian bermula dari keinginan untuk mengetahui sesuatu yang muncul
dikarenakan adanya suatu permasalahan yang membutuhkan jawaban benar, sehingga
diperlukanlah proses berfikir sesuai kaidah ilmiah. Cara berfikir itulah yang dinamakan deduktif
dan induktif. Pemikiran deduktif (deductive research) menggunakan logika yang bergerak dari
umum ke khusus. Di sisi lain, pemikiran induktif (inductive research) merefleksikan kebalikan
jenis logika ini. Pemikiran induktif menggunakan logika yang diambil dari masalah atau
peristiwa spesifik dan bergerak ke kesimpulan tentang hal yang umum.1 Pemikiran deduktif
lebih dulu mengumpulkan teori untuk diuji keabsahannya dan cara berpikir dimana pernyataan
umum ditarik kesimpulan bersifat khusus.2 Berbeda halnya dengan penelitian induktif lebih
dikaitkan dengan penelitian berbasis interpretatif atau kualitatif dan upaya membangun teori

1
Drew J lifford, dkk, Penelitian Pendidikan: Merancang dan Melaksanakan Penelitian pada Bidang
Pendidikan, (Jakarta: Indeks, 2017), hlm. 24.
2
Tatang Ari Gumanti, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Mitra Wacana, 2016), hlm. 49

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 1


berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan. Berpikir secara induktif merupakan suatu cara
berpikir dengan mendasarkan pada pengalaman yang berulang.3
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati
problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan
umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif
teoretis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian yang memungkinkan peneliti memahami
data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.4 Kebutuhan peneliti
dalam membuat penelitian bervariasi. Ada yang bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan konsep atau program tertentu dengan tujuan mengevaluasi suatu program
ataupun kebijakan. Ada yang melaksanakan dikarenakan penyelesaian tugas akhir perkuliahan
untuk memperoleh gelar akademis serta menambah khasanah atau keilmuan tertentu. Dalam
meneliti, tentulah tujuan penelitian ditentukan oleh pendekatan yang akan digunakannya baik
itu pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Keduanya adalah penelitian yang sahih dalam
mengungkapkan dan mencari jawaban terhadap suatu permasalahan, fakta, realita dan peristiwa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis akan memaparkan mengenai perbedaan penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif ditinjau berdasarkan pendekatan yang mendasarinya. Kedua
pendekatan tersebut memiliki asumsi, tujuan, karakter dan prosedur yang berbeda.

B. Kajian (Konten)
1. Karakteristik Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif
a. Penelitian Kuantitatif (Quantitative Research)
Menurut Zainal Arifin, penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variabel-variabel
tertentu, sehingga menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan.5 Adapun menurut
Emzir, pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang secara primer
menggunakan paradigma positivisme dalam mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti
pemikiran sebab akibat, reduksi variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik menggunakan

3
Mulyadi, Moh. “Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya”.
Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Vol 15 No 1, 127-138.
4
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 145.
5
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), hlm. 13.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 2


pengukuran dan observasi serta pengujian teori) menggunakan strategi penelitian seperti
eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.6 Hal ini diperkuat oleh Lukas Musianto
yang menyatakan bahwa pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan
penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai
dengan penulisannya, mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian
data numerik.7 Misalnya, dalam pembelajaran bahasa Inggris melalui media kaset cenderung
lebih berhasil dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka biasa. Hal ini disebabkan
pembelajaran bahasa melalui media kaset lebih menarik dan dapat meningkatkan konsentrasi
siswa, sehingga siswa lebih fokus dalam belajar. Peneliti pun tergerak melakukan riset, maka ia
mengembangkan media pembelajaran bahasa Inggris melalui kaset kemudian melakukan
eksperimen pada beberapa sekolah dan mulailah menentukan sampel sekolah untuk kelas
eksperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa diberikan tes awal untuk melihat rerata
kemampuan awal siswa. Setelah itu, diberikan perlakuan tertentu yakni mengajar para siswa
pelajaran bahasa Inggris dalam topik tertentu melalui kaset. Setelah itu diberikan tes akhir, lalu
dicari rerata kenaikan skor yang diperoleh siswa. Hal yang sama diberikan pada kelas kontrol
namun perlakuan untuk kelas ini tidak menggunakan kaset, akan tetapi pembelajaran dengan
tatap muka biasa, dan ia bandingkan kenaikan skor yang diperoleh siswa pada kelas kontrol dan
eksperimen. Hasilnya, ternyata kenaikan skor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
8
kontrol. Hal tersebut mengindikasikan bahwasanya penelitian kuantitatif diperlukan untuk
pengujian suatu teori dan dalam pengolahan datanya diperlukan perhitungan statistik pada kelas
eksperimen dan kontrol. Itulah salah satu metode dari penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian kuantitatif, perlu memperhatikan hubungan antara peneliti dengan
objek yang diteliti, berusaha menempatkan diri dan menjaga jarak sejauh mungkin dengan objek
yang diteliti. Hubungan antara peneliti dengan obyek yang diteliti (responden) hanya
dijembatani oleh daftar pertanyaan berstruktur, peneliti juga tidak memiliki keterlibatan
situasional dengan obyek yang diteliti serta tidak pula menggunakan penilaian, persepsi, nilai,

6
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 28.
7
Lukas S. Musianto, “Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode
Penelitian”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Vol 4 No 2 september 2002, hlm. 125.
8
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 33.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 3


serta sikap objek yang diteliti dalam melakukan analisis dan pengumpulan data.9 Masalah dalam
penelitian kuantitatif yang akan dipecahkan melalui penelitian harus jelas, spesifik, dan
dianggap tidak berubah.10
Di lain sisi, metode kuantitatif dinamakan sebagai metode tradisional, dikarenakan
metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik yang berlandaskan filsafat
positivisme. Metode ini sebagai metode scientific karena telah memenuhi kaidah ilmiah yaitu
konkrit/ empiris, objektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai Iptek baru.
Sudarwan Danim menyatakan bahwa Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan
sebagai bebas nilai (value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian
rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai
pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias maka penelitian kuantitatif akan jauh dari
kaidah-kaidah teknik ilmiah sesungguhnya.11 Pihak kuantitatif berpendapat bahwa segala yang
ilmiah harus didasarkan pada pengukuran dan semua pengukuran harus berstandar pada
kebakuan, sehingga akhirnya angka dianggap sebagai unsur penentu bobot ilmiah suatu studi.12
Noeng Muhadjir dalam Kasiram mengemukakan ciri tentang metodologi penelitian
kuantitatif sebagai berikut:
1. Penelitian kuantitatif bersumber pada wawasan filsafat positivism;
2. Pola pikir kuantitatif adalah menggeser yang terukur, teramati menggunakan logika
matematis dan membuat generalisasi dimana generalisasi tersebut dikonstruksikan dari
obyek lain yang tidak diteliti;
3. Metodologi kuantitatif menuntut adanya rancangan penelitian yang menspesifikasikan
obyeknya secara eksplisit dieliminasikan dari obyek lain yang tidak diteliti;

9
Deddy Hidayat, “Metodologi Penelitian dalam Sebuah Multi Paradigm Science,” Jurnal Komunikasi
Mediator. Vol 3 No 2, 2002, hlm. 212.
10
Abas Asyafah & Tatang Hidayat, “Paradigma Islam dalam Metodologi Penelitian dan Implikasinya
terhadap Penelitian Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Tadrib. vol IV, No 2, Desember 2018, hlm. 225-245.
11
Ninik Supriyanti, “Metode Penelitian Gabungan (Mixed Methods)”, BDK Surabaya, hlm. 3-4.
12
Nimas Eki Suprawati, “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Filsafat Ilmu Untuk Penelitian Psikologi”,
Jurnal Orientasi Baru, Vol 18 No 2, Oktober 2009, hlm. 189.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 4


4. Metodologi kuantitatif mengembangkan teknik analisis dengan membatasi pada tata pikir
logika, korelasi, kausalitas, interaksi, intervalisasi dan kontinuasi;
5. Tujuan dari penelitian kuantitatif dengan pendekatan positivisme adalah untuk menyusun
ilmu nomotetik yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum dari generalisasinya;
6. Hasil penelitian harus bebas nilai, obyektif, dapat berlaku kapan dan dimana saja (bebas
waktu dan tempat).13
Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis berpandangan bahwa dalam penelitian
kuantitatif ini menggunakan logika positivistik dan menghindari hal-hal subyektif, yang mana
pola pikir pada penelitian ini menggunakan pola pikir deduktif dengan memahami suatu
fenomena menggunakan konsep yang bersifat umum untuk mencari hal bersifat khusus dari
fenomena yang diteliti. Pola pikir ini teratur, teramati menggunakan logika matematis dan
membuat generalisasi dari keberagaman individual, sehingga menemukan pengetahuan yang
menggunakan data berupa angka atau statistik sebagai alat menganalisis akan apa yang hendak
diketahui.
b. Penelitian Kualitatif (Qualitative Research)
Menurut Strauss dan Corbin (2003), penelitian kualitatif dimaksud sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Selanjutnya, penelitian kualitatif dipilih dikarenakan kemantapan peneliti
berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang
lebih kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.14
Hal ini sesuai dengan Denzin dan Lincoln (1994) yang mengemukakan:
“Qualitative research is multi-method in focus, involving an interpretative, naturalistic
approach to its subject matter. This means that qualitative researchers study things in their
natural settings, attempting to make sense of or interpret phenomenon in trems of the meanings
people bring to them. Qualitative research involves the studied use and collection of a variety
of empirical materials case study, personal experience, introspective, life story interview,
observational, historical, interactional, and visual test that describe routine and problematic
moments and meaning ini individuals lives.”15

13
Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm.
174.
14
Purbayu Budi Santosa, “Lingkup Penelitian Kualitatif dan Alternatif Penggunaannya dalam
Pengembangan Ilmu”, Jurnal Bisnis Strategi, Vol 15 No 2 Des 2006, hlm. 36.
15
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2014), hlm. 329.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 5


Hal serupa pula dikemukakan oleh Creswell (1994) bahwasanya:
“Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological
traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researches builds a complex,
holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in
a natural setting.”16 Di samping itu pula Patton merumuskan bahwa penelitian kualitatif
sebagai: “a form of systematic empirical inquiry into meaning.”17
Berbeda dengan pendekatan kuantitatif yang berlandaskan filosofi positivisme,
pendekatan kualitatif melandaskan diri pada fIlsafat fenomenologi. Selanjutnya dijelaskan
bahwa kebenaran itu tidak hanya dapat diukur dengan indera, ada kebenaran yang dapat
ditangkap dari pemaknaan manusia atas empiri sensual, kemampuan manusia untuk
menggunakan pikir dan akal-budi memahami empiri sensual itu lebih memberi arti daripada
empiri sensual itu sendiri. Pendekatan kualitatif yang mendasarkan pada filosofi fenomenologi
mengemukakan bahwa objek ilmu itu tidak terhatas pada yang empirik (sensual), tetapi
mencakup fenomena yang tidak lain daripada persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan
subjek tentang sesuatu di luar subjek.18 Dalam penelitian kualitatif, masalah yang dibawa oleh
peneliti masih belum jelas, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, masalah
dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang setelah
peneliti berada di lapangan. Penelitian kualitatif merupakan pendekatan dalam melakukan riset
yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami (natural setting).19
Dalam penelitian kualitatif bersifat induktif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini
tidaklah dimulai dari deduksi teori, akan tetapi dimulai dari lapangan fakta empiris. Peneliti
terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan secara alami, mencatat,
menganalisis, menafsirkan dan melaporkan hingga menarik kesimpulan. Kesimpulan atau
generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks
lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain baik waktu

16
Ibid., hlm. 329.
17
Michael Quinn Patton, How To Use Qualitative Research in Evaluation, (London: Sage Publication,
2002), hlm. 5.
18
Tina Afiatin, “Kontroversi Pendekatan Kuantitatif vs Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi”, Jurnal Buletin Psikologi, Vol V Nomor 1 Juni 1997, hlm. 38.
19
Abas Asyafah & Tatang Hidayat, “Paradigma Islam dalam Metodologi Penelitian dan Implikasinya
terhadap Penelitian Pendidikan Agama Islam”, Jurnal Tadrib. vol IV, No 2, Desember 2018, hlm. 225-245.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 6


maupun tempat.20 Temuan penelitian dalam bentuk konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan
dikembangkan dari lapangan bukanlah dari teori yang telah ada. Oleh karenanya, penelitian
kualitatif tidaklah dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, akan tetapi dimulai dari
lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan
konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih
mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami. Pendekatan kualitatif
menggunakan metode penelitian seperti naratif, fenomenologis, etnografis, studi grounded
theory, atau studi kasus. Peneliti mengumpulkan data penting secara terbuka terutama
dimaksudkan untuk mengembangkan tema-tema dari data.21 Sebagai contoh, seorang peneliti
ingin melaksanakan penelitian tentang pelaksanaan KTSP di sekolah X, yakni sekolah yang
selama ini dijadikan model pelaksanaan KTSP. Ia tentukan fokus penelitiannya pada
implementasi KTSP dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru di sekolah yang
bersangkutan. Pertama kali ia datang ke sekolah untuk mengutarakan maksud dan tujuan
kedatangannya baik kepada kepala sekolah maupun pada guru-guru di sekolah yang
bersangkutan. Setelah itu mulailah ia bekerja, mengamati guru dan siswa yang sedang
melakukan proses belajar dan mengajar baik di dalam maupun luar kelas. Ia mencatat dengan
teliti apa yang ia lihat dan ia dengar pada buku harian seperti catatan lapangan, ia juga
mengambil gambar baik dengan kamera foto maupun video setiap momen yang menurutnya
menarik dan penting dijadikan data lapangan atau melakukan wawancara baik dengan guru
maupun dengan siswa pada saat tertentu. Demikian hal itu berlangsung hampir 3 bulan lamanya
dalam mengumpulkan dan mencatat data. Setelah berada di lapangan dan pengumpulan data
dianggap cukup, selanjutnya ia sajikan data yang telah terkumpul baik hasil wawancara,
observasi, catatan lapangan dan dokumentasi. Agar data itu bermakna, peneliti menyusun dalam
satu kesatuan yang berarti, hingga tampak keterkaitan antara data yang satu dengan lainnya, ia
analisis seluruh data yang terkumpul hingga dari proses analisis tersebut ia menjadi paham dan
mengerti pembelajaran di sekolah bersangkutan.22 Hal ini bermakna bahwasanya pada
penelitian kualitatif lebih kepada mengembangkan atau menemukan suatu teori akan sesuatu

20
Ibid., hlm. 21-26.
21
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2010), hlm. 28.
22
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 41-
42.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 7


yang belum pernah diketahuinya. Selain itu, peneliti harus mampu mengungkap gejala sosial di
lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi inderawinya. Dengan demikian, peneliti harus
dapat diterima oleh informan dan lingkungannya agar mampu mengungkap data yang
tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang
berkembang dalam dunia dan lingkungan informan. Dalam tradisi kualitatif, peneliti harus
menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi kultural sekaligus mengikuti
data. Oleh karenanya, dalam penelitian kualitatif mencari data tidak untuk melakukan
generalisasi, dikarenakan penelitian kualitatif meneliti proses bukan meneliti permukaan yang
tampak.23
Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong, Nana Sudjana dan Ibrahim, H.B Sutopo
mengemukakan ciri-ciri penelitian kualitatif yaitu:
1. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Penelitian kualitatif mengadakan
penelitian pada konteks dan suatu keutuhan sebagaimana adanya (alami) tanpa dilakukan
perubahan dan intervensi oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti pergi atau berada di lokasi
untuk memahami, mempelajari perilaku insani dalam konteks lingkungannya;
2. Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpul data. Penelitian kualitatif
menghendaki peneliti atau dengan bantuan orang lain sebagai alat utama pengumpul data.
Manusia sebagai alat (human instrument) dapat berhubungan dengan responden dan mampu
memahami, menggapai dan menilai makna dari berbagai bentuk interaksi di lapangan.
3. Analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori,
tetapi dimulai dari fakta empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis,
menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data di
dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Dengan
demikian, temuan penelitian yang ada di lapangan dibentuk ke dalam bangunan teori,
hukum, bukan dari teori yang telah ada melainkan dikembangkan dari data lapangan
(induktif).
4. Penelitian bersifat deskriptif analitik. Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar,
perilaku tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam

23
Moh. Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya”.
Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Vol 15 No 1, hlm. 128-131.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 8


bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Peneliti
segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran mengenai situasi
yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
5. Tekanan penelitian berada pada proses. Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan
segi proses daripada hasil, dengan cara menguraikan narasi akan pemaparan suatu
fenomena. Proses yang terjadi bersifat alamiah berlangsung apa adanya dan dalam
laporannya sesuai dengan apa yang terjadi.
6. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka. Perencanaan (desain) dalam bentuk penelitian
kualitatif tidak bersifat ketat atau kaku. Perencanaan penelitian disusun bersifat lentur dan
terbuka disesuaikan dengan kondisi sebenarnya saat berada di lapangan.24
Hal ini diperkuat oleh pendapat Trianto, ciri-ciri penelitian kualitatif mencakup:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data;
2. Memiliki sifat deskriptif analitis;
3. Tekanan pada proses bukan hasil;
4. Bersifat induktif;
5. Mengutamakan makna25
Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis berpandangan bahwa dalam penelitian
kualitatif bersifat deskriptif analitik, yang mana data diperoleh dari hasil pengamatan,
wawancara, foto atau video, analisis dokumen, serta catatan lapangan yang disusun peneliti di
lokasi penelitian dan tidak dituangkan dalam bentuk ataupun angka. Peneliti segera melakukan
analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan
pola atas dasar data aslinya. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti
yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data pada umumnya menjawab
pertanyaan mengapa dan bagaimana akan suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut
memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga dapat memberikan justifikasi
mengenai konsep dan makna yang terkandung dalam suatu data. Data dan informasi yang
diperlukan berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap
proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa dilakukan dan bagaimana cara

24
Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 37-42.
25
Trianto,. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 180.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 9


melakukannya memerlukan pemaparan suatu proses mengenai fenomena yang tidak dapat
diukur dengan ukuran frekuensi atau matematis saja.
As the purpose points to the research question and the research question informs the
choice of method, so the method fits the type of data to be collected.
Chosen Method Likely Data Sources
Ethnography Primary: participant observation; field
notes; unstructured or structured interviews
or focus groups (sometimes audio or video
recorded) with people in the identified site.
Secondary: documents, records;
photographs; video recordings; maps;
genograms, sociograms
Grounded Theory Primary: interviews (usually audio
recorded); participant and nonparticipant
observations; conversations recorded in
diaries and field notes with sample decided
by research topic.
Secondary: comparative instance; personal
experience.
Phenomenology Primary: audio recorded, in-depth
interviews or conversations with usually a
vey small number of participants;
phenomenological literature.
Secondary: poetry; art; films.
Discourse Analysis Primary: interviews (usually audio
recorded)
Secondary: written sources such as
documents, diaries, media accounts.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 10


Case Study Selection of a small number of particular
cases (instances or settings) to address a
question or issue.
Primary: participant observation; filed
notes; unstructured or structured
interviews; focus groups (sometimes audio
or video recorded)
Secondary: documents, records, focus
groups.26

2. Perbedaan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Berdasarkan uraian pengertian di atas, maka terdapat perbedaan penelitian kuantitatif
dan kualitatif menurut A Muri Yusuf yaitu dilihat dari aspek:
No Komponen/tipe Kuantitatif Kualitatif
1. Peranan teori: Menguji teori/deduktif atau Induktif atau “bottom-up”
Pendekatan Ilmiah “top-down”
2. Teori Pengetahuan (role Mengikuti model natural Interpretatif
of knowldeege) Science
3. Pandangan tentang Tingkah laku dapat diramal Tingkah laku dinamis,
tingkah laku situasional, kontekstual,
dan personal
4. Hakikat realitas sosial Objektif dan dapat diukur Dapat dikonstruksi orang,
subjektif, dan personal
5. Sasaran/subjek Artifisial, manipulatif Naturalistik, latar alami,
penelitian situasi riil
6. Perspektif Parsial Holistik dan dinamis
7. Rancangan penelitian a. Spesifik, perinci, dan a. Umum
jelas b. Fleksibel

26
Lyn Richards & Janice M Morse, Readme First For A User’s Guide to Qualitative Methods Third
Edition, (USA: Sage Publications, 2013), hlm. 31.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 11


b. Ditentukan sejak awal c. Berkembang selama
penelitian proses penelitian
c. Langkah-langkah yang
telah dirumuskan
dipegang secara teguh
8. Usul penelitian a. Luas, formal, perinci, dan a. Singkat
terstruktur b. Tentatif
b. Dilengkapi dengan c. Tidak ada hipotesis
banyak kajian
literatur/diawali dengan
teori
c. Umumnya ada hipotesis
9. Tujuan penelitian a. Membuat generalisasi a. Menggambarkan/mende
b. Meramalkan, menguji skripsikan realitas
teori, sesuai dengan
menetapkan/mendeskripsi konteksnya
kan fakta, menguji b. Menyatakan apa
hipotesis adanya, eksplorasi
c. Menunjukan hubungan c. Memperoleh makna
antarvariabel d. Mengerti teori
e. Menemukan teori
10. Teknik pengumpulan a. Menggunakan kuesioner a. In dept interview
data b. Observasi b. Dokumentasi
c. Wawancara terstruktur c. Participation observation
dan non partipication
observation
d. Triangulasi
11. Instrumen a. Angket a. Peneliti sebagai
b. Tes instrumen
c. Skala

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 12


b. Buku catatan , tape,
handycam, dan lain-lain.
c. Unobtrusive measure.
12. Data a. Kuantitatif a. Kualitatif
b. Hasil pengukuran atau b. Dokumen pribadi,
hasil asesmen variabel ucapan, catatn lapangan,
dengan menggunakan tindakan responden dan
instrumen. lain-lain.
13. Sampel a. Representatif a. Tidak representatif
b. Luas/besar b. Kecil
c. Diambil secara acak dari c. Tidak acak/random
populasi d. Purposive, snowball
d. Ditentukan sejak awal
14. Hubungan dengan a. Dibuat berjarak, namun Dibangun hubungan yang
responden objektif baik sehingga terjalin
b. Kedudukan peneliti lebih hubungan yang akrab
tinggi dari responden sehingga responden seakan-
c. Waktu terbatas akan tidak merasakan ada
jarak antara dirinya dan
peneliti empathy.
Kedudukan setara anatara
peneliti dan responden,
mungkin juga sebagai guru
atau konsultan.
15. Analisis data a. Menggunakan statistik a. Secara narasi
b. Dilakukan apabila semua b. Deskriptif
data telah terkumpul c. Dimulai sejak awal
c. Menguji hipotesis penelitian
16. Mengakhiri Penelitian Setelah semua rencana Setelah melalui proses
kegiatan yang diusulkan analisis data selama

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 13


dapat diselesaikan dengan penelitian dan tidak ada lagi
baik, termasuk pengumpulan data baru yang dibutuhkan.
data kembali/ulangan kalau
instrumen yang terkumpul
belum memenuhi syarat
untuk diolah secara statistik
17. Hasil penelitian Ditentukan oleh kesahihan a. Ditentukan oleh
(validity), dan keterandalan kredibilitas dan
(reability) instrumen dependibilitas, proses dan
penelitian yang digunakan, hasil penelitian.
proses penelitian dan analisis b. Temuan-temuan sesuai
data penelitian dapat dengan subjek yang
menggeneralisasi temuan. diteliti dan tidak dapat
digeneralisasi pada
wilayah yang lebih luas.
18. Bentuk laporan akhir Laporan menggunakan Laporan naratif dengan
format statistik (korelasi, penggambaran kontekstual27
komparasi, perbedaan dan
sebagainya)

Sesuai pendapat Rully Indrawan & Poppy Yaniawati, perbedaan penelitian kuantitatif
dengan kualitatif yaitu:
No Kuantitatif Kualitatif
1 Hipotesis yang ditentukan sejak awal Hipotesis dikembangkan saat penelitian
penelitian
2 Definisi yang jelas dinyatakan sejak awal Definisi sesuai konteks atau saat
penelitian berlangsung

27
A Muri Yusuf, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2014),
hlm. 46-48.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 14


3 Reduksi data menjadi angka-angka Deskripsi naratif/kata-kata, ungkapan
atau pernyataan
4 Lebih memerhatikan reliabilitas skor yang Lebih suka menganggap cukup dengan
diperoleh melalui instrument penelitian reliabilitas penyimpulan
5 Penilaian validitas menggunakan berbagai Penilaian validitas melalui pengecekan
prosedur dengan mengandalkan hitungan silang atas sumber informasi
statistik
6 Menggunakan deskripsi prosedur yang Menggunakan deskripsi prosedur secara
jelas (terinci) naratif
7 Cuplikan acak (random Sampling) Cuplikan sengaja (purposive sampling)
8 Desain/kontrol statistik atas variabel Analisis logis dalam mengontrol variabel
eksternal ekstern
9 Menggunakan cara khusus untuk Mengandalkan peneliti dalam mengontrol
mengontrol bias prosedur bias
10 Menyimpulkan hasil menggunakan Menyimpulkan hasil secara naratif/kata-
statistik kata
11 Memecah gejala-gejala menjadi bagian- Gejala-gejala yang terjadi dilihat dalam
bagian untuk dianalisis perspektif keseluruhan
12 Memanipulasi aspek, situasi atau kondisi Tidak merusak gejala-gejala yang terjadi
dalam mempelajari gejala yang kompleks secara alamiah/membiarkan keadaan
aslinya28

Hal ini diperkuat oleh Jonathan Sarwono dalam jurnal ilmiahnya yang
mengklasifikasikan perbedaan penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif


Konsep

28
Indrawan Rully & Yaniawati Poppy, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran
untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 50.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 15


Dasar Teori Fungsionalisme structural, Interaksi simbolik
realisme,
positivism,behaviourisme
dan empirisme
Tujuan Menguji Teori Menemukan Teori
Desain Bersifat Baku Berubah-ubah
Data Angka Bukan Angka
Sampel Menekankan Kuantitas Menekankan kualitas
Teknik Survey, Eksperimental Riset Partisipatori
Hubungan dengan yang diteliti Hubungan subyek dan obyek Subyek dan Obyek menjadi
satu
Analisis Data Deduktif Induktif29

C. RINGKASAN/SIMPULAN
Mengakhiri tulisan tentang perbedaan penelitian kuantitatif dan kualitatif ini, jelaslah
terdapat perbedaan dalam kedua pendekatan tersebut. Hal ini tampak dalam desain, proses, atau
alur penelitian dan penyajian hasil penelitiannya. Penelitian kuantitatif digunakan untuk
mengontrol dan mengukur data yang dihimpun untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid
sedangkan penelitian kualitatif digunakan untuk menghimpun data lapangan sesuai dengan
kebutuhan. Dalam penelitian kuantitatif Iebih menekankan pada cara pikir positivistik yang
bertitik tolak dari fakta yang ditarik dari realitas objektif, sementara penelitian kualitatif bertitik
tolak dari paradigma fenomenologis yang objektivitasnya dibangun atas rumusan tentang situasi
tertentu sebagaimana yang diamati oleh individu. Tujuan penelitian kuantitatif mencari
kebenaran lewat hubungan kausal (sehab-akibat), membuat hukum generalisasinya dengan
syarat objektivitas sehingga prediksi atau hukum keberlakuannya bebas waktu dan tempat,
sementara penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami situasi tertentu untuk menangkap
makna dari sudut pandang pelaku yang menghayati kejadian melalui pengamatan peneliti yang
bersifat partisipatif.

Jonathan Sarwono, “Memadu Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, mungkinkah?”, Jurnal Ilmiah
29

Manajemen Bisnis, Vol 9 No 2 Mei, 2009, hlm. 122-123.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 16


Dengan demikian, pemilihan pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian
bukanlah disebabkan karena salah satunya lebih baik dari lainnya, akan tetapi dikarenakan
pendekatan yang dipilih memang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga pendekatan itulah
yang paling baik untuk menjawab permasalahan tersebut. Hal ini merujuk pada suatu pemikiran
bahwasanya tepat tidaknya sebuah metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian
akan sangat bergantung pada masalah dan tujuan penelitian itu sendiri.

D. REFERENSI
Buku:
A Muri Yusuf. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Gabungan. Jakarta:
Kencana,.
Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Drew J lifford, dkk. 2017. Penelitian Pendidikan: Merancang dan Melaksanakan Penelitian
pada Bidang Pendidikan. Jakarta: Indeks.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Gumanti, Tatang Ari. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Mitra Wacana.
Indrawan Rully & Yaniawati Poppy. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
Campuran untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. Bandung: PT Refika
Aditama.
Kasiram, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Malang: UIN Maliki Press.
Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Patton, Michael Quinn. 2002. How To Use Qualitative Research in Evaluation. London: Sage
Publication.
Richards, Lyn & Morse, Janice M. 2013. Readme First For A User’s Guide to Qualitative
Methods Third Edition. USA: Sage Publications.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana.
Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 17


Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Jurnal:
Afiatin, Tina. “Kontroversi Pendekatan Kuantitatif vs Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi”. Jurnal Buletin Psikologi. Vol V Nomor 1 Juni 1997, 36-49.
Asyafah Abas & Hidayat Tatang. “Paradigma Islam dalam Metodologi Penelitian dan
Implikasinya terhadap Penelitian Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Tadrib. vol IV, No
2, Desember 2018, 225-245.
Budi Santosa, Purbayu. “Lingkup Penelitian Kualitatif dan Alternatif Penggunaannya dalam
Pengembangan Ilmu”. Jurnal Bisnis Strategi. Vol 15 No 2 Des 2006, 34-46.
Eki Suprawati, Nimas. “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Filsafat Ilmu Untuk Penelitian
Psikologi”. Jurnal Orientasi Baru. Vol 18 No 2, Oktober 2009, 177-194.
Hidayat, Deddy. “Metodologi Penelitian dalam Sebuah Multi Paradigm Science.” Jurnal
Komunikasi Mediator. Vol 3 No 2, 2002, 197-220.
Mulyadi, Moh. “Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya”. Jurnal Studi Komunikasi dan Media. Vol 15 No 1, 127-138.
Musianto, Lukas S. “Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam
Metode Penelitian”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Vol 4 No 2 september 2002,
123-136.
Sarwono, Jonathan. “Memadu Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, mungkinkah?”. Jurnal
Ilmiah Manajemen Bisnis. Vol 9 No 2 Mei 2009, 119-132.
Supriyanti, Ninik. “Metode Penelitian Gabungan (Mixed Methods)”. BDK Surabaya. 1-24.

Metodologi Penelitian Pendidikan Islam 18

Anda mungkin juga menyukai