KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL e
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Jalan H.R Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta 12950
Telp. (021) 4247608 (Hunting) Fax. (021) 4207807 GERMAS
Nomor + SR.01.02/1/2090/ 2020 4 Februari 2020
Lampiran tujuh lembar
Hal : Evaluasi Pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini
dan Respon (SKDR)
Yth.
(daftar terlampir)
Dalam upaya melakukan deteksi dini penyakit berpotensi KLB, Subdit Surveilans Dit.
Surveilans dan karantina Kesehatan, Ditjen P2P Kemenkes telah membangun Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) sejak tahun 2009, dan telah diaplikasikan ke seluruh
provinsi di Indonesia. Sampai saat ini secara nasional target indikator respons alert belum
mencapai target yang telah ditetapkan sesuai dengan Renstra/RPJMN 2015-2019 yaitu sebesar
90%,
Berdasarkan hal tersebut, maka Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan akan
melakukan evaluasi pelaksanaan SKDR bersama-sama dengan Tim Independen yang relevan
(PAEI & FETP Ul) dan WHO, untuk mendapatkan gambaran pemanfaatan data da asi
‘SKDR baik lintas program/ sektor dalam rangka deteksi dini dan respon penyakit berpotensi
KLB serta hubungan dengan sistem pencatatan dan pelaporan lainnya yang tersedia mulai dari
level Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota_
Pelaksanaan evaluasi SKDR akan dilakukan pada 47 Kabupaten/Kota di 22 Provinsi
terpilin, dengan metode pengambilan data melalui wawancara tethadap penanggung jawab dan
pemegang program di bidang P2P Provinsi, Kabupaten/Kota, dan fasyankes (RS, Puskesmas,
Laboratorium) terpilih. Daftar Provinsi Kabupaten/Kota, dan fasyankes (RS, Puskesmas,
Laboratorium) terpilih dan waktu pelaksanaan evaluasi terlampir dalam kerangka acuan. Untuk
informasi lebih lanjut terkait pelaksanaan kegiatan tersebut dapat menghubungi Sdr. Edy
Purwanto (Hp 081315346823) atau Eka Muhiriah (Hp. 081511737607).
Demikian kami sampaikan permohonan evaluasi SKDR ini. Atas perhatian dan
kerjasama Saudara kami ucapkan terimakasih.
\sya Sitohang, M. Epid
A2131991012001
Tembusan:
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian penyakitLampiran 1
jaftar Tujuan Surat
Ka. Pusat BTDK Badan Litbangkes
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DK! Jakarta
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi D! Yogyakarta
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
10. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
11, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau
12. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
13. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
14. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
15. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara
16. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat
17. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur
18. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
19. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
20. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jambi
21. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
22. Kepala Dinas Kesehatan Provins
23. Kepala Dinas Kesehatan Provin
24, Direktur RSUP Persahabatan
25. Kepala KKP Jakarta
26. Kepala KKP Tanjung Priok
27. Kepala KKP Bandung
28. Kepala KKP Banten
29. Kepala KKP Yogyakarta
30. Kepala KKP Surabaya
31. Kepala KKP Bali
32. Kepala KKP Medan
33. Kepala KKP Padang
34. Kepala KKP Pekan Baru
35. Kepala KKP Panjang, Lampung
36. Kepala KKP Banjarmasin
37. Kepala KKP Balik Papan
38. Kepala KKP Menado
39. Kepala KKP Mataram
40. Kepala KKP Kupang
41. Kepala KKP Ambon
42. Kepala KKP Batam
43. Kepala KKP Jambi
44, Kepala KKP Palangkaraya
45. Kepala KKP Tarakan
46. Kepala KKP Manokwari
47. Direktur RSUP Persahabatan
48. Kepala BTKL Menado
SPNDAPENag49, Kepala BBLK Surabaya
50. Kepala BBTKL Surabaya
51. Kepala BBTKL Banjarbaru
52. Kepala BBLK Jakarta, dan
53, Kepala BBTKL Jakarta
54, Direktur Biofarma
55. Kepala BTKL Medan
56. Kepala BLK dan Kalibrasi Provinsi Yogyakarta,
57. Kepala BBTKL Yogyakarta
58. Kepala BBLK Palembang
59. Kepala BTKL PalembangKERANGKA ACUAN
EVALUASI SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
‘TAHUN 2020
A. Latar Betakang
Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (2005) sebagai
Instrumen internasional yang mengikat secara hukum mendorong negara untuk
mengembangkan, memperkuat, dan mempertahankan kapasitas negara untuk mendeteksi,
memverifikasi, mengkaji/menilai, melaporkan, dan merespon setiap peristiwa yang mungkin
‘merupakan risiko kesehatan masyarakat dan mencegah penyebaran internasional. Sebagal
bagian dari penerapan IHR (2005), indonesia telah menerapkan Sistem Kewaspadaan Dini
dan Respons (SKDR) sejak tahun 2009. Seat ini, SKOR telah diimplementasikan di 34 provinsi,
yang melibatkan 10.017 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di 514 kabupaten. SKOR
‘adalah surveilans sindrom penyakit berpotensi KLB berbasis web, yang bertujuan untuk
mendeteksi secara dini keJadian yang berdampak pada keamanan kesehatan masyarakat.
‘Ada 23 jenis penyakit / sindrom penyakit potensial KLB/wabah yang dilaporkan setiap
minggu dari Puskesmas. Petugas Surveilans Puskesmas mengirim laporannya melalui SMS
ke server SKDR di tingkat nasional. Ketika ada pola penyakit / sindrom yang tidak biasa,
sistem akan memberikan sinyal atau peringatan kepada Petugas Puskesmas, Petugas
surveilans di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat. Dengan munculnya sinyal ini, Petugas
surveilans Kabupaten/Kota atau provinsi akan melakukan verifikasi dan respons yang sesuai,
termasuk penambilan dan pengiriman specimen ke laboratorium untuk konfirmasi
Berdasarkan analisis kinerja SKDR 2009-2011 di enam provinsi (Lampung, Bali, Selatan)
Sulawesi, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Berat) menunjukkan bahwa
pemanfaatan data di enam provinsi sangat baik. Sistem ini mudah digunakan dan dapat
‘memberikan informasi tentang peringatan dini penyakit dan pemetaan mingguan. Meskipun
konfirmasi laboratorium belum dilakukan untuk sebagian besar alert yang terdeteksi oleh
sistem, Secara umum, SKOR digunakan dengan baik di Lampung, Bali, dan Kalimantan
Selatan, dan memberikan manfaat untuk meningkatkan kinerja pada fungsi kewaspadaan
dini, Berdasarkan hal inilah maka SKOR direplikasi keseluruh provinsi di indonesia, karena
SKDR adalah peluang untuk memperkuat sistern pengawasan yang berkelanjutan dan
sensitif. Sistem i
dapat dijalankan Karena mudah digunakan dan meningkatkan
kewaspadaan dini terhadap penyakit berpotens! KLB, Setiap tahun Direktorat Surveilans danKarantina Kesehatan, Kemenkes melakukan pertemuan evaluasi kinerja SKDR dengan
‘mengundang penanggung jawab SKOR di seluruh provinsidi Indonesia.
Berdasarkan analisa, saat ini 24 dari 34 provinsi (70,5%) memiliki kelengkapan dan ketepatan
waktu di atas 80%, Sebagian besar tantangan termasuk pergantian petugas penanggung
jawab program survellans/SKDR yang tinggi_mempengaruhi kelengkapan dan ketepatan
waktu SKDR. Saat inl, data SKDR hanya dilaporkan dari Puskesmas, yang tidak menutup
kemungkinan terdapat kasus penyakit berpotensi KLB yang terdapat di rumah sakit dan tidak
terlaporkan ke Puskesmas, Saat ini SKDR juga belum mencakup laporan dari seluruh RS dan
laboratorium sehingga dapat menghambat respons yang cepat yang harus dilakukan. Selain
hal-hal yang telah disebutkan di atas, perlu dievaluasi kembali pemanfaatan data dari aplikasi
SKOR balk lintas program dan lintas sektor dalam rangka deteksi dini dan respon penyakit
berpotensi KLB serta hubungan dengan sistem pencatatan dan pelaporan lainnya yang
tersedia
Berdasarkan hal tersebut Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, didukung oleh
WHO akan melakukan evaluasi SKOR mula dar’ level Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota dan
fasilitas pelayanan kesehatan Evaluasi. Pelaksanaan evaluast ini akan dilakukan bersama oleh
Pakar Internasional, universitas, organisasi profesi dan lintas program yang relevan dengan
kegiatan surveilans dan SKDR.
Tujuan
Evaluasi SKDR ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran fungsi, pemanfaatan dan
hubungan SKOR dengan sistem surveilans penyakt lainnya yang terdapat di Indonesia mulai
dari level Pusat (Nasional), Provinsi, Kabupaten/Kota dan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat.
‘Objektif ;
1. Mendapat gambaran keseluruhan yang meliputi tujuan, desain dan fungsi SKDR di
setiap level
2. Menjelaskan sistem surveilans; surveilans berbasis indikator dan surveilans berbasis
kejadian yang ada di masing-masing level
3. Menjelaskan pelaksanaan SKDR di Kabupaten atau provinsi serta perbedaannya dengan
sistem surveilans lainnya jika ada
4, Menjelaskan efektifitas dan sensitivitas SKDR untuk mendeteks! KLB/ wabah5. Menjelaskan sumber daya yang tersedia untuk SKDR ; sumber daya manusia, pelatihan,
dan teknologi
6. Mendapatkan rekomendasi terperinci tentang penguatan SKOR
C. Atribut Penilaian
Untuk mencapai tujuan dan objektif di atas, evaluasi ini akan menilal pelaksanaan SKDR
dengan melihat faktor-faktor-faktor antara lain; Keterwakilan, Ketepatan Waktu,
Kesederhanaan, Akseptabilitas, Kegunaan, kualitas data, Prediksi Nilal Positif (PVT),
Sensitivitas, Fleksibilitas, dan Stabilitas
D. Metodologi
Metodologi evaluasi ini meliputi analisa kualitatif dan kuantitatif, yang dibagi menjadi 3 fase
yaitu;
1. Pra-evaluasi atau perencanaan.
Pada tahap ini akan dilakukan ;
~ Mengumpulkan dokumen latar belakang (Peraturan-peraturan, pedoman, petunjuk
teknis, SOP dan lain-lain yang mendukung kewaspadaan dini dan respon,
+ _identifikasi pemangku kepentingan utama yang akan diwawancarai,
= merencanakan wawancara dan kunjungan lapangan dan
= mengadaptasi alat evaluasi (kuesioner wawancara),
2. Evaluasi, yang mencakup deskripsi dan tinjauan sistem. Deskripsi sistem memberikan
Penjelasan dan gambaran tentang desain sistem dan operasi yang diinginkan. Hal ini
berdasarkan pada dokumentasi yang dikumpulkan di fase pertama. Tinjauan sistem
mencakup informasi aktual tentang operasi sistem dengan menggunakan analisi
kualitatif dan kuantitatif untuk mengevaluasi atribut sistem.
3. Pasca-evaluasi, meliputi kesimpulan tentang kekuatan dan kelemahan sistem,
rekomendasi spesifik dan langkah-langkah tindak lanjut untuk perbaikan sistem.
E. Kriteria Pemilihan Lokasi
Pei
jan lokasi sebagai reviu SKOR ini berdasarkan kriteria sebagai berikut;
1. Memiliki pintu masuk negara internasional (Bandara/Pelabuhan)
2. Wilayah urban atau pedesaan3, Daerah rawan bencana
Komitmen daerah dalam melaksanakan dan memanfaatkan SKOR
Geografis wilayah (Indonesia barat, tengah dan timur)
Terdapat banyak laporan alert/KLB atau tidak ada laporan KLB
Penilaian Kinerja SKOR yang baik atau yang buruk meliputi; kelengkapan, ketepatan, dan
respon terhadap alert
Sasaran
Pelaksanaan evaluasi ini akan dilakukan di level nasional dan daerah pada 47 kabupaten/kota
di 22 Provinsi yang meliputi kantor Dinas Kesehatan, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP),
Rumah Sakit Rujukan penyakit infeksi, Laboratorium, Puskesmas dan Klinik swasta
Sasaran pada evaluasi SKOR ini adalah penanggung jawab dan pemegang program SKDR dan
surveilans di level nasional,
Tingkat Nasional :
Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan (Subdit Surveilans, Subdit Infeksi Emerging,
Subdit Karantina Kesehatan); Direktorat P2ML ( Subdit ISPA, Subdit Hepatitis dan ISP),
Direktorat P2TVz (Subdit Arbovirosis, Subdit Malaria, Subdit Zoonosis), Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan, Pusat Krisis Kesehatan, serta Pusat Data dan Informasi.
Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota:
Dinkes Provinsi dan Kabupaten/Kota; Bidang P2P Penanggung jawab surveilans, penanggung
Jawab program pengendalian penyakit, pemegang data SKOR dan data program, dan TGC
Kantor Kesehatan Pelabuhan : Kepala KKP dan Penanggung jawab program surveilans di
pintu masuk negara
Rumah Sakit ; Bidang Pelayanan Medis, dokter/perawat penanggung jawab pengendalian
infeksi
Laboratorium ; Penanggung jawab laboratorium dan data
Puskesmas : kepala Puskesmas, penanggung jawab surveilans
Tim Evaluasi
Evaluasi reviu SKDR dilaksanakan oleh tim Independen dan mitra terkait, dalam hal ini adalah
Lulusan FETP, Organisasi Profesi (PAEI), Universitas Indonesia dan WHO, yang memiliki
pengalaman dalam surveilans epidemiologi penyakit menular dan SKDR.Hi Rencana Kegiatan dan waktu Evaluasi
Kegiatan evaluasi SKDR ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 7 minggu, yang dimulai
dari bulan Februari s/d awal April 2020, dengan rincian kegiatan sebagai berikut;
NO [KEGIATAN WAKTU TEMPAT
1 | Pembentukan Tim dan pembuatan | 11-12 Februari 2020 | Rg. Rapat PHEOC
kuesioner Kemenkes Jakarta
2 [Review _terhadap sistem | 15-14Februari 2020 | Rg. Rapat PHEOC
survellans, peraturan, pedoman, Kemenkes jakarta
juknis dan SOP
3 Konsultasi dengan lintas program | 19 Februari 2020 | Rg. Rapat PHEOC
terkait di lingkungan Kemenkes Kemenkes Jakarta
5 Pelatinan terhadap enumerator 1020 | Jakarta
evaluasi SKOR
6 Turun ke fokasi; Pengambilan data | 24 Febr -14 Maret | Pusat dan Provinsi
fevaluasi SKOR 2020 terpilih
7 | Verifikasi, analisis, dan pembuatan | 23-27 Maret 2020 | Bogor
laporan
@ | Seminar hasil evaluasi 31 Mar— 2 Apr 2020 | Bogor
1. Lokasi Evaluasi
Jadwal dan Daftar Lokasi Penilaian Provinsi, Kabupaten/Kota dan Fasyankes Terpilih
JADWAL TENTATIVE PELAKSANAAN EVALUASI SKDR
2020
at | ines we | as Pusamas Laboratori
24288 3] “Pen DRTAGAS | WRF | RSUP "atria ia RK Banas ara
“Inara |Soeta | Posoabat | Bowan sere tar,
“ioaraSetin [gr [an (larson: pa ee | x lator
Tanjung Pancoran,
mak
2] “retain [| Ba | Wott
Kab. Lombok Kab. Lombok Timur: PAM
Timur Sambelia
5] -Prov. KK RSUDdr. | Kota Palangkaraya; PKM
Kalimantan Palangka | Doris Kayon
Tengah raya Sylvanus | Kab Katingan : PKM
Kota Tumbang Samba
Palangkaraya
Kab, KatinganPembiayaan
Pelaksanaan evaluasi SKDR ini dengan menggunakan dana hibah luar negeri dari WHO
representative Indonesia tahun 2020.
Penanggung Jawab Kegiatan
Kasubdit Surveilans
17
Drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes