Anda di halaman 1dari 133

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


DI RUANG ANGGREK II RSUD dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada program Studi DIII Keperawatan
Di STIKes BHAMADA Slawi

Zulfa Dika Safera


A0015112

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2018

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
DI RUANG ANGGREK II RSUD dr. SOESELO
KABUPATEN TEGAL

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada program Studi DIII Keperawatan
Di STIKes BHAMADA Slawi

Zulfa Dika Safera


A0015112

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2018

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zulfa Dika Safera

NIM : A0015112

Program Studi : D III Keperawatan

Institusi : STIkes Bhakti Mandala Husada Slawi

Menyatakan dengan sebenarnya Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis adalah benar-

benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan/pikiran saya

sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Slawi, 04 Juli 2018


Pembuat Pernyataan

Zulfa Dika Safera


NIM. A0015112

Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II

Ani Ratnaningsih, S.Kep.,Ns Nurjanah, S.Kep.,Ns


NIPY. 19787.09.04.17.114 NIP. 19730204 199803 2 006

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Zulfa Dika Safera NIM A0015112 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG

ANGGREK II RSUD dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL” telah diperiksa dan

disetujui untuk diujikan.

Slawi, 04 Juli 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Ani Ratnaningsih, S.Kep.,Ns. Nurjanah, S.Kep.,Ns


NIPY. 1987.09.04.17.114 NIP. 19730204 199803 2 006

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Zulfa Dika Safera NIM A0015112 dengan judul

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG

ANGGREK II RSUD dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL” telah

dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 13 Juli 2018.

Dewan penguji

Penguji I Penguji II Penguji III

Anisa Oktiawati, M.Kep.,Ns Ani Ratnaningsih, S.Kep.,Ns Nurjanah, S.Kep.,Ns


NIPY. 1986.10.04.11.062 NIPY. 1987.09.04.17.114 NIP. 19730204 199803 2 006

Mengetahui,

Ketua Prodi DIII Keperawatan

Woro Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep.


NIPY. 1980.02.10.02.029

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat

dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK BRONKOPNEUMONIA

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG

ANGGREK II RSUD dr. SOESELO KABUPATEN TEGAL”. Tujuan penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan pada program studi DIII Keperawatan di STIKes Bhakti

Mandala Husada Slawi.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

kekurangan, namun berkat bimbingan dan bantuan dari Ibu Ani Ratnaningsih,

S.Kep.,Ns., selaku Dosen Pembimbing dan Ibu Nurjanah, S.Kep.,Ns., selaku

Pembimbing Lahan yang telah memberikan pengarahan dan saran akhirnyaKarya

Tulis Ilmiah dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Maufur M.Pd, selaku pejabat sementara ketua STIKes

Bhakti Mandala Husada Slawi.

2. Ibu Tri Agustina Hadiningsih,SST.,M.Kes, selaku ketua STIKes Bhakti

Mandala Husada Slawi (Periode 2014 – 2018).

3. Ibu Woro Hapsari, S.Kep.,Ns.M.Kep, selaku ketua Prodi DIII

Keperawatan.

4. Ibu Anisa Oktiawati, M.Kep.,Ns, selaku dosen penguji satu Karya Tulis

Ilmiah,.

vi
5. Seluruh Dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Bhakti Mandala Husada

Slawi yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat

kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan kasih sayang do’a restu,

materil dukungan moril dan spiritual.

7. Adikku, Winda Novi Safitri dan Mutiara Cahaya Pamungkas yang telah

memberikan semangat dan selalu mendoakan.

8. Keluarga besar Alm.Ibu Daenyah, terimakasih sudah menghibur setiap

harinya setiap kali bertemu, selalu mendoakan dan memberikan dukungan

yang luar biasa.

9. Sahabat kelasku Lisa Yuniarti, terimakasih untuk persahabatan ini selama

3 tahun, dimana kita menjalani persahabatan ini seperti saudara. Suka duka

kita lalui bersama tanpa meninggalkan salah satu, semoga seperti ini

seterusnya. Sahabatku Yuriska Risma Prastika, yang menjadi teman curhat

keluh kesah pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Sahabat rumahku Merlin Nisa Utami, Toni dan Ponco Wicaksono,

Amd.Kom. Terimakasih untuk persahabatan tahun ini, terimakasih selalu

mendukung dan mendoakan disetiap langkahku dan membantu pembuatan

Karya Tulis ini.

11. Bripda Eko Budi Setiawan, terimakasih telah menemani dan tidak pergi

dengan alasan apapun disaat saya menyelesaikan tugas akhir. Selalu punya

cara sendiri untuk menghibur. Semoga rencana baik kita berjalan dengan

lancar dan dipermudah sampai pengajuan nikah.

vii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak kekurangan, maka penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah

ini bermanfaat bagi semua pembaca dan tenaga keperawatan khususnya.

Slawi, 04 Juli 2018

Penulis

viii
ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Pada Anak Diagnosa Medis Bronkopneumonia dengan
Gangguan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Anggrek II Rsud dr. Soeselo
Kabupaten Tegal
Zulfa Dika Safera (2018)

Program Studi DIII Keperawatan


Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi

Ani Ratnaningsih, S.Kep.,Ns¹ Nurjanah, S.Kep.,Ns²

Kata Kunci : Oksigenasi, Bronkopneumonia, Asuhan Keperawatan, Obstruksi


jalan nafas, secret di bronki.

Pendahuluan : Infeksi saluran pernafasan akut masih tetap merupakan masalah


utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun
yang sudah maju. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada
anak anak dibawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Laporan
WHO (2015) menyebutkan bahwa penyebab kematian tinggi akibat penyakit
infeksi didunia adalah infeksi saluran pernafasan akut termasuk
bronkopneumonia. Metode yang dalam pengambilan kasus yaitu observasi
terhadap klien secara integrative dan komprehensif untuk mengetahui
perkembangan klien.
Isi : Pengelolaan asuhan keperawatan pada An.A diagnosa medis
Bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi di ruang Anggrek I
RSUD dr.Soeselo Slawi dilakukan selama 3 hari, dengan diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas (secret di bronki).
Hasil evaluasi ibu klien mengatakan An.A batuknya sudah jarang dan sesaknya
berkurang. Data yang ditemukan nadi 120x/menit, RR : 35x/menit, saat dilakukan
isap lendir secret yang didapat sedikit.
Penutup : Berdasarkan dari data asuhan keperawatan tindakan yang
dilakukan penulis teratasi sebagian. Keluarga mampu menghindari alergan seperti
memeriksa rumah untuk adanya jamur dinding di rumah, tidak menggunakan
karpet di lantai. Jika anak masih menyusu berikan teknik menyusui yang baik dan
benar atau efektif dan pengaturan lingkungan yang rumah bebas asap.

ix
ABSTRACT

Nursing Care At Children Medical Diagnosis Bronchopneumonia with Oxygen


Disturbance Needs in Anggrek Room II dr. Soeselo Tegal District Hospital
Zulfa Dika Safera (2018)

The Diploma III of Nursing Program


Bhakti Mandala Husada Slawi Health Sciences Academy

Ani Ratnaningsih, S.Kep.,Ns¹ Nurjanah, S.Kep.,Ns²

Keywords : Oxygenation, Bronchopneumonia, Nursing Care, Airway


obstruction, Secret in bronki.

Introduction : Acute respiratory tract infections are still a major problem in the
health sector, both in developing and developed countries. The incidence of this
disease in developing countries is almost 30% in children under 5 years of age
with a high risk of death. WHO report (2015) states that the cause of death due to
infectious diseases in the world are acute respiratory infections including
bronkopneumonia. The method in the case taking is the observation of the client
in an integrative and comprehensive to know the client's development.
Effect : Management of nursing care in An.A medical diagnosis
Bronchopneumonia with disturbance of oxygenation requirement in room Orchid
II RSUD dr.Soeselo Slawi done for 3 days, with diagnosis of ineffective airway
clearance b / d airway obstruction (secret in bronki). The results of the client's
mother's evaluation say An.A cough is rare and reduced asphyxia. Data found
pulse 120x / min, RR: 35x / minute, when the secret sucked secret sucked.
Closing : Based on the data of nursing care, the actions performed by the
writer are partially resolved. Families are able to avoid alergan such as checking
the house for the presence of wall fungus at home, do not use carpet floor. If the
child is still breastfeeding give good and correct or effective breastfeeding
techniques and the setting of a smoke free environment.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DEPAN ........................................................................... i


HALAMAN JUDUL DALAM .......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
LAMPIRAN ........................................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Studi Kasus ......................................................................... 4
1.4 Manfaat Studi Kasus ....................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi .... 7
2.2 Kebutuhan Dasar Oksigenasi ........................................................... 29
BAB 3 METODE STUDI KASUS
3.1 Rancangan Studi Kasus .................................................................... 33
3.2 Subyek Studi Kasus .......................................................................... 33
3.3 Fokus Studi....................................................................................... 34
3.4 Definisi Operasional ......................................................................... 34
3.5 Instrumen .......................................................................................... 35
3.6 Tempat dan Waktu ........................................................................... 35
3.7 Pengumpulan Data ........................................................................... 35
3.8 Penyajian Data.................................................................................. 36
3.9 Etika Studi Kasus ............................................................................. 37
BAB 4 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil studi kasus................................................................................ 39
4.2 Pembahasan ....................................................................................... 64
4.3 Keterbatasan ...................................................................................... 72
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimplan ......................................................................................... 73
5.2 Saran .................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian Pertumbuhan ....................................................................... 8


Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 34
Tabel 3.2 Instrumen ........................................................................................... 35
Tabel 4.1 Imunisasi Dasar An.A ......................................................................... 42
Tabel 4.2 Pola Aktifitas dan Latihan An.A ......................................................... 45
Tabel 4.3 Hasil Laboratorium An.A ................................................................... 49
Tabel 4.4 Therapi An.A ...................................................................................... 51
Tabel 4.5 Analisa Data An.A .............................................................................. 52

xii
LAMPIRAN

Lampiran I : Informed concent


Lampiran II : Tabel Instrumen
Lampiran III : Lembar wawancara
Lampiran IV : Lembar pemeriksaan fisik
Lampiran V : Asuhan Keperawatan
Lampiran VI : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran VII : Leaflet
Lampiran VIII : Lembar Balik
Lampiran IX : Denver II dan hasil intepretasi
Lampiran X : Lembar Bimbingan

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut masih tetap merupakan masalah utama

dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang

sudah maju. Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada

anak anak dibawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Laporan

WHO (2015) menyebutkan bahwa penyebab kematian tinggi akibat penyakit

infeksi didunia adalah infeksi saluran pernafasan akut termasuk

bronkopneumonia. Angka kejadian bronkopneumonia di Kabupaten Tegal

tahun 2015 pada anak balita mencapai 2214 balita dari jumlah penduduk usia

balita sebanyak 164.232 jiwa. Kejadian dan kematian bronkopneumonia yang

tinggi cenderung tidak turun sehinga perlu dilakukan upaya pencegahan atau

penekanan agar tidak terjadi kenaikan pada angka kejadian dan kematian yang

diakibatkan bronkopneumonia. Usia pasien merupakan faktor yang memegang

peranan penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam

spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan (Murray, 2005).

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang

disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai

dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, nafas cepat dan dangkal, serta batuk

(Hidayat, 2011). Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan

pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau

lebih area terlokalisasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya. Bronkopneumonia dapat menyebabkan beberapa

1
2

gejala yang diawali dengan demam yang tidak begitu tinggi, batuk dengan

sputum produktif berwarna hijau kekuningan, pilek, suara yang serak dan nyeri

pada tenggorokan. Selanjutnya demam akan semakin bertambah meninggi,

batuk anak semakin bertambah hebat, dahak semakin kental dan berwarna

kekuningan, anak tampak bernafas cepat dan sesak dengan tarikan pada otot

didaerah rusuk. Pada kondisi yang sangat berat anak tampak pucat berwarna

agak kebiruan dan lemas (Smeltzer, 2001).

Bronkopneumonia dapat terjadi secara mendadak atau perlahan. Biasanya

dimulai dari batuk dan pilek kemudian berkembang sehingga terjadi sesak

nafas, nyeri dada, pernafasan cepat. Bronkopneumonia dapat mengganggu

pertukaran udara di paru paru sehingga darah yang dialirkan ke seluruh tubuh

menjadi miskin oksigen. Hal ini dapat menyebabkan gangguan berbagai organ

dan penurunan kesadaran sampai kematian (Kustati, 2008).

Penatalaksanaan penderita bronkopneumonia yaitu mencangkup

pemberian terapi oksigen agar kebutuhan oksigen dalam tubuh terpenuhi,

pemberian terapi cairan agar mencukupi kebutuhan dasar tubuh dan pada gejala

yang berat cairan dapat diberikan menggunakan infus, pemberian terapi

simptomatik diperlukan untuk meringankan gejala bronkopneumonia seperti

batuk, demam, dahak produktif dan obstruksi saluran nafas. Selain itu dapat

dilakukan seperti manajemen jalan nafas, pengisapan jalan nafas, manajemen

anafilaksis, manajemen jalan nafas buatan, ventilasi mekanisme dan penyapihan

ventilator mekanis (Sulistyo, 2012).

Oksigenasi memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara

fungsional. Oksigen yang tidak maksimal akan menyebabkan tubuh secara


3

fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian.

Secara normal elemen ini dapat diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan

dalam setiap kali bernafas. Kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan

hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan

bahkan dapat mengancam kehidupan. Kebutuhan dasar manusia merupakan

unsur unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan

keseimbangan fisiologi maupun psikologi, salah satunya oksigen. Oksigen dapat

mempertahankan kelangsungan hidup sel sel tubuh. (Wartonah, 2006).

Prakteknya peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan anak

pada anak dengan bronkopneumonia melakukan pemberian tindakan nebulizer,

pemberian oksigen, cairan infus dan terapi antibiotik untuk mencegah

ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka

diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan yang lainnya, serta

dengan melibatkan pasien dan keluarganya.

Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, penulis ingin

mengetahui asuhan keperawatan pada pasien bronkopneumonia dengan

gangguan kebutuhan oksigenasi.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan pada penderita Bronkopneumonia

dengan gangguan kebutuhan oksigenasi?


4

1.3. Tujuan Studi Kasus

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada penderita

Bronkopneumonia dengan dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengkajian pada asuhan keperawatan pada

penderita Bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

2. Untuk mengetahui diagnosa pada asuhan keperawatan pada penderita

Bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

3. Untuk mengetahui implementasi pada asuhan keperawatan pada

penderita Bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

4. Untuk mengetahui intervensi pada asuhan keperawatan pada

penderita Bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

5. Untuk mengetahui evaluasi pada asuhan keperawatan pada penderita

Bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Klien dan Keluarga

Memberikan informasi dan menambah pengetahuan bagi keluarga klien

dalam memahami tentang perawatan pada pasien bronkopneumonia

seperti memberikan tentang teknik relaksasi dan batuk efektif untuk

memperbaiki pola pernafasan, mendiskusikan cara menghindari alergan

seperti memeriksa rumah untuk adanya jamur didinding rumah, tidak

menggunakan karpet di lantai, menggunakan filter elektronik alat


5

perapian. Serta instruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka

harus memberitahu perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola

pernafasan.

1.4.2. Rumah Sakit

Sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi rumah sakit untuk

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Pada klien anak dengan

bronkopneumonia terutama mengatur posisi yang tepat untuk klien,

menghitung kebutuhan oksigen, mengevaluasi untuk perkembangannya

setelah diberikan tindakan mandiri seperti memberikan tentang teknik

relaksasi dan batuk efektif untuk memperbaiki pola pernafasan.

1.4.3. Pendidikan

Menambah wawasan dalam memahami penerapan keperawatan dalam

pengelolaan pada penderita bronkopneumonia dengan kebutuhan dasar

oksigenasi, seperti menghitung pernafasan klien, memberikan oksigen

dan memberikan posisi yang nyaman untuk klien.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi

2.1.1 Pengkajian (Nursalam, 2008)

Pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam pengumpulan data

tentang individu, keluarga dan kelompok.

a. Identitas Klien

Meliputi nama, alamat, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan terakhir, no.RM dan diagnosa medis.

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.

c. Keluhan Utama

Penulis akan mengkaji keluhan utama yang dirasakan klien saat

dilaksanakan pengkajian.

d. Riwayat Kesehatan Sekarang

Penulis akan mengkaji perjalanan penyakit dari awal gejala apakah

ada keluhan utama yaitu suhu badan meningkat, batuk dan kejang

karena demam tinggi. Selain itu pasien juga mengalami muntah dan

diare. Sampai masuk ke rumah sakit termasuk riwayat pengobatan.

e. Riwayat Kesehatan Dahulu

Penulis akan mengkaji adanya penyakit apa saja yang pernah diderita

oleh klien dahulu.

6
7

f. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penulis akan mengkaji dalam keluarga pasien, ada anggota keluarga

yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, riwayat imunisasi,

riwayat tumbuh kembang dan riwayat lingkungan.

g. Riwayat Imunisasi

Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan

serta umur, setelah mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi.

Biasanya anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi

untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan.

h. Riwayat Tumbuh Kembang (Cecily L. Betz, 2010)

Tabel 2.1 Penilaian Pertumbuhan


Usia BB TB LK LL
1 tahun 10,2 kg 76,1 cm 43 cm 16 cm
2 tahun 12,3 kg 85,6 cm 44 cm 16,25 cm
3 tahun 14,6 kg 94,9 cm 45 cm 16,50 cm
4 tahun 16,7 kg 102,9 cm 46 cm 16,75 cm
5 tahun 17,7 kg 106,6 cm 47,8 cm 17,00 cm
6 tahun 20 kg 115 cm 39.7 cm 17.25 cm
7 tahun 23 kg 122 cm 40.4 cm 17.50 cm
8 tahun 26 kg 128 cm 40.9 cm 17.75 cm
9 tahun 29 kg 133 cm 41.3 cm 18.00 cm
10 tahun 33 kg 138 cm 41.7 cm 18.25 cm
11 tahun 37 kg 144 cm 42.0 cm 18.50 cm
12 tahun 42 kg 152 cm 42.3 cm 18.75 cm

Perkembangan

Penilaian perkembangan pada anak dapat dilakukan dengan

menggunakan intrumen DDST atau Denver II aspek perkembangan

yang dapat dinilai meliputi : personal sosial, bahasa, motorik halus,

dan motorik kasar. Deteksi perkembangan ini dapat digunakan usia

anak 0-6 tahun.


8

Teori-teori perkembangan anak.

Perkembangan kognitif menurut piaget :

1) Tahap sensori motorik, (umur 0-2 tahun) : anak mempunyai

kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi

dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, dan aktivitas

motorik. Semua gerakan ini akan diarahkan ke mulut dengan

merasakan keingintahuan sesuatu yang dilihat, didengar dan

disentuh.

2) Tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) : anak belum mampu

mengoperasionalisasikan apa yang dipikirkan melalui tindakan

dalam pikiran anak.

3) Tahap kongkret (umur 7-11 tahun) : anak sudah memandang

realistis dari dunianya dan mempunyai anggapan yang sama

dengan orang lain.

4) Formal operasional (lebih dari 11 tahun) : anak pada masa ini

sudah terjadi dalam perkembangan pikiran dengan membentuk

gambaran mental dan mampu menyelesaikan aktivitas dalam

pikiran.

Perkembangan psikososial menurut Freuud :

1) Tahap oral terjadi pada umur 0-1 tahun dengan perkembangan

kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat melalui dengan cara

menghisap, menggigit, menguyah atau bersuara, ketergantungan

sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa

nyaman.
9

2) Tahap anal terjadi pada umur 1-3 tahun dengan perkembangan

kepuasan pada fase ini yaitu pada pengeluaran tinja, anak akan

menunjukan sikap narsistik yaitu cinta terhadap dirinya sendiri

dan sangat egoistic mulai mempelajari struktur tubuhnya.

3) Tahap oedipal atau phalik terjadi pada umur 3-5 tahun dengan

perkembangan kepuasan pada anak terletak pada rangsangan

autoerotic yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari

beberapa daerah aerogennya, suka pada lain jenis. Anak laki-laki

cenderung suka pada ibunya dari pada ayahnya demikian

sebaliknya.

4) Tahap laten terjadi pada umur 5-12 tahun dengan perkembangan

kepuasan anak mulai terintegrasi, anak masuk pada masa pubertas

dan berhadapan langsung pada tuntunan sosial seperti suka

hubungan dengan kelompoknya atau sebaya.

5) Tahap genital terjadi pada umur lebih dari 12 tahun dengan

perkembangan anak pada fase ini akan kembali bangkit dan

mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap pada lawan

jenis.

Perkembangan menurut Erikson :

1) Tahap percaya dan tidak percaya terjadi pada umur 0-1 tahun

dengan tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada

seseorang baik orang tua maupun orang yang mengasuhnya

ataupun juga perawat yang merawatnya.


10

2) Tahap kemandirian rasa malu, dan ragu terjadi pada umur 3 tahun

toodler dengan tahap ini anak sudah mulai mencoba dalam

mandiri dalam tugas tumbuh kembang seperti motoric dan bahasa,

anak sudah mulai latihan jalan sendiri.

3) Tahap inisiatif, rasa bersalah terjadi pada umur 4-6 tahun

(prasekolah) dengan tahap ini anak akan mulai inisiatif dalam

belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan

aktivitasnya.

4) Tahap rajin dan rendah diri terjadi pada umur 6-12 tahun (sekolah)

dengan tahap ini akan selalu berusaha untuk mencapai sesuatu

yang diinginkan sehingga anak pada usia ini adalah rajin dalam

melakukan sesuatu.

5) Tahap identitas dan kebingungan peran terjadi pada masa

adolescence dengan perkembangan ini terjadi perubahan dalam

diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan

hormonal dan menunjukan identitas dirinya.

6) Tahap keintinan dan pemisahan terjadi pada masa dewasa muda

dengan perkembangan anak mencoba melakukan hubungan

dengan teman sebaya atau kelompok masyarakat dalam kehidupan

sosial untuk menjalin keabraban.

7) Tahap generasi dan penghentian terjadi pada masa dewasa

pertengahan dengan perkembangan seseorang ingin mencoba

memperhatikan generasi berikutnya.


11

8) Tahap integritas dan keputusan terjadi pada masa dewasa lanjut

dengan perkembangan seseorang memikirkan tugas-tugas dengan

mengakhiri kehidupan.

i. Riwayat Kesehatan Lingkungan

P enulis akan mengkaji kesehatan disekitar rumah klien.

j. Pola Fungsional

1) Pola persepsi kesehatan

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang

pengetahuan penyakit yang dialami klien saat ini serta

manajemen kesehatan yang dilakukan keluarga apabila ada salah

satu anggota yang sakit.

2) Pola Nutrisi dan metabolik

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang asupan

kebutuhan makanan dan minuman yang dikonsumsi dari nafsu

makan, jenis makanan yang disukai, frekuensi makan klien.

3) Pola eliminasi

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang

kebiasaan pola BAK : frekuensi, jumlah, warna, bau dan adanya

perubahan perubahan. Kebiasaan BAB : frekuensi, junlah, warna

dan adanya perubahan perubahan serta kemampuan perawatan

diri ke kamar mandi.

4) Pola istirahat tidur

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang pola

tidur klien dan kebiasaan sebelum tidur.


12

5) Pola aktivitas dan latihan

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang

aktivitas sehari-hari klien serta kemampuan klien dalam

beraktivitas.

6) Pola persepsi dan kognitif

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang pola

persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran,

perabaan, penciuman, pengecapan dan juga penulis akan

menanyakan tentang tingkat pendidikan dan riwayat yang

berhubungan dengan masalah perkembangan.

7) Pola persepsi diri

Penulis akan mengkaji kepada klien tentang teman dan kelompok

bermainnya, lingkungan keluarga dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan keadaan fisik.

8) Pola peran dan hubungan

Penulis akan mengkaji peran klien dan hubungan klien dengan

keluarga dan teman.

9) Pola koping stress

Penulis akan mengkaji kepada klien apabila klien meminta

sesuatu dan permintaannya tidak akan dituruti maka tindakan

klien akan seperti apa.

10) Pola seksual

Penulis akan mengkaji kepada klien apakah klien sudah

mengenali jenis kelaminnya atau belum, riwayat sirkumsisi,

apakah sudah menstruasi atau belum.


13

11) Pola nilai dan keyakinan

Penulis akan mengkaji kepada klien dan keluarga tentang agama,

kegiatan keagamaan dan kebudayaan yang digunakan.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran : Biasanya kesadaran umumnya composmentis.

Penulis akan menilai kesadaran menggunakan

GCS. Nilai maksimal GCS 15 yang terdiri dari

mata nilai normal 4, verbal nilai normal 5 dan

motorik nilai normal 6. Nilai GCS 14-15

dikatakan kesadaran composmentis, nilai GCS

12-13 kesadaran apatis, nilai GCS 10-11

kesadaran delirium, nilai GCS 7-9 kesadaran

somnolen, nilai GCS 5-6 kesadaran sopor, nilai

GCS 5 semi koma dan nilai GCS 3 koma.

Adapun pemeriksaan GCS pada anak atau bayi

meliputi :

a) Eye (respon membuka mata)

4 : spontan

3 : patuh pada perintah atau suara

2 : dengan rangsangan nyeri

1 : tidak ada respon

b) Verbal (bicara)

5 : mengoceh

4 : menangis lemah
14

3 : menangis (karena diberi rangsangan nyeri)

2 : merintih (karena diberi rangsangan nyeri)

1 : tidak ada respon

c) Motorik (gerakan)

6 : spontan

5 : menarik (karena sentuhan)

4 : menarik (karena rangsangan nyeri)

3 : fleksi abnormal

2 : ekstensi abnormal

1 : tidak ada respon

Pada pemeriksaan ini dapat diambil kesimpulan

jika nilai total GCS 15-14 dapat dikatakan

kesadaran composmentis, 13-12 apatis, 11-10

delirium, 9-7 somnolen 6-4 sopor dan 3 koma

(Budiman, 2006).

2) Tanda tanda vital : Penulis akan mengkaji :

Suhu : Penulis akan mengukur suhu

klien dengan menggunakan

termometer Suhu normal 36ºc–

37ºc.

Nadi : Penulis akan mengukur nadi

klien pada nadi radialis

(dipergelangan tangan) selama 1

menit dan gunakan jam. Nadi


15

normal pada anak anak 70-

130x/menit.

Pernafasan : Penulis akan mengukur

pernafasan klien dengan cara

meletakkan tangan diatas dada

pasien, hitung turun naiknya

dada selama 1 menit dan

gunakan jam. Pernafasan normal

pada anak 20-40x/menit.

Nyeri : Penulis akan mengkaji skala

nyeri klien biasanya

menggunakan angka 1-10.

Tetapi pada anak anak juga

dapat menggunakan penilaian

nyeri dengan menunjukan skala

wajah.

3) Antropometri : Penulis akan mengkaji tinggi badan dan berat

badan klien, lingkar kepala, lingkar lengan atas

dan lingkar dada. Berikut istilah dalam

antropometri (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

a. Umur : dihitung dalam penuh. Contoh umur 2

bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.

b. Panjang badan (PB) : digunakan untuk anak

umur 0-24 bulan diukur brdiri, maka hasil


16

pengukurannya dikoreksi dengan

menambahkan 0,7cm.

c. Tinggi badan (TB) : digunakan untuk anak

umur diatas 24bulan yang diukur berdiri. Bila

anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang,

maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan

mengurangkan 0,7cm.

d. Gizi kurang dan gizi buruk adalah status gizi

yang didasarkan pada indeks berat badan

menurut umur (BB/U) yang merupakan

padanan istilah underweight (gizi kurang) dan

severely underweight (gizi buruk).

e. Pendek dan sangat pendek adalah status gizi

yang didasarkan pada indeks panjang badan

menurut umur (PB/U) atau tinggi badan

menurut umur (TB/U) yang merupakan

padanan istilah stunted (pendek) dan severely

stunted (sangat pendek).

f. Kurus dan sangat kurus adalah status gizi

yang didasarkan pada indeks berat badan

menurut panjang badan (BB/PB) atau berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang

merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan

severely wasted (sangat kurus).


17

Rumus :

a) Anak usia 3 – 12 bulan : n + 9


2
b) Anak usia 1- 6 tahun : 2n + 8

c) Anak usia 6-12 tahun : (n x 7)-5


2

4) Kepala : Bentuk kepala, warna rambut, distribusi

rambut, adanya lesi atau tidak, hygine dan

adanya hematoma atau tidak.

5) Mata : Sklera berwarna merah (ada peningkatan suhu

tubuh), reflek cahaya, konjungtiva anemis

atau tidak, pergerakan bola mata.

6) Telinga : Simetris atau tidak, kebersihan, tes

pendengaran.

7) Hidung : Terdapat polip atau tidak, nyeri tekan,

kebersihan, pernafasan cuping hidung, fungsi

penciuman.

8) Mulut : Warna bibir, mukosa bibir lembab atau tidak,

mukosa bibir kering (meningkatnya suhu

tubuh), gigi, reflek menghisap, reflek

menelan.

9) Dada

a) Paru paru

Inspeksi : Irama nafas tidak teratur, pernafasan dangkal,

penggunaan otot bantu nafas.


18

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus kanan dan

kiri sama, biasanya penderita bronkopneumonia

vocal fremitus yang meningkat pada sisi yang

sakit

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Suara paru pada klien biasanya vesikuler. Pada

klien bronkpneumonia biasanya ronkhi

b) Jantung

Inspeksi : Melihat ada luka dan terlihat iktus cordis atau

tidak.

Palpasi : Ada benjolan atau tidak,ada nyeri tekan atau

tidak

Perkusi : Untuk mengetahui bunyi jantung normal atau

tidak. Normalnya suara jantung pada penderita

bronkopneumonia terdengar redup.

Auskultasi : Suara 1,2 (lup,dup)

c) Abdomen

Inspeksi : Melihat kesimetrisan perut klien ada luka atau

tidak.

Auskultasi : Bising usus meningkat (normal 4-9x/menit)

Palpasi : Mengkaji nyeri, nyeri tekan pada abdomen, ada

pembesaan pada hepar atau tidak.

Perkusi : Suara abdomen timpani atau hipertimpani.


19

d) Ekstremitas : Pergerakan sendi terbatas (nyeri sendi),

kelelahan (malaise), kelemahan serta kekuatan

otot. Kekuatan otot angka dari 1-5. Dikatakan 1

apabila Terdapat kontraksi tapi tidak bisa

bergeser. 2 apabila hanya ada pergeseran atau

gerakan sendi. 3 apabila mampu melawan

gravitasi tetapi tidak punya tahanan. 4 apabila

mampu melawan gravitasi dengan tahanan

minimal dan 5 apabila mampu melawan gravitasi

dan tahan secara maksimal.

e) Genetalia dan anus : kelengkapan (laki laki: penis dan

skrotum, permpuan : labia minora, mayora dan klitoris), fungsi

BAB dan BAK, dan klien terpasang kateter. Apabila klien

terpasang kateter maka kaji input atau outpun nutrisi klien.

f) Integumen : Penulis akan mengkaji turgor, warna kulit dan

sensasi klien.

l. Pemeriksaan Penunjang (Sandra, 2007)

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah : Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri

akan terjadi leukositosis atau meningkatnya jumlah neutrofil.

b) Pemeriksaan sputum: Bahan pemeriksaan yang terbaik

diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk

pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas

untuk mendeteksi agen infeksius.


20

c) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan

status asam basa.

d) Kultur darah untuk mendeteksi bakterima.

e) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba.

2) Pemeriksaan Radiologi

a) Rontgen thorax : Menunjukan konsolidasi lobar yang seringkali

dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat

multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan

haemofilus.

b) Lringoskopi atau bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan

nafas tersumbat oleh benda padat.

2.1.2 Diagnosa Keperawatan (Wilkinson, M. Judith, 2013)

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang

keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual atau potensial.

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas (secret

di bronkus).

b. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi – ventilasi.

c. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi.

2.1.3 Perencanaan (Bulecheck, 2015)

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan

yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi

masalah pasien.
21

Rencana tindakan keperawatan meliputi :

1. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas utama untuk

merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi

yang mengancam kehidupan klien.

2. Kriteria Hasil

Setiap diagnosa keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria

hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang

mencerminkan masalah klien.

3. Rencana tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri,

khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah

medis berdasarkan masalah klien dan bantuan yang diterima klien

adalah hasil yang diharapkan. Masing masing masalah klien dan hasil

yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas

(secret di bronki)

NOC

Status pernafasan : Kepatenan jalan nafas

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan jalan nafas paten (stabil), dengan kriteria hasil :

a) Frekuensi nafas normal

b) Irama nafas normal

c) Tidak ada sputum dan bebas dari secret.


22

NIC

Manajemen jalan nafas

a) Atur posisi klien untuk memaksimalkan potensi ventilasi (jalan

nafas).

Rasional :

Memperbaiki ventilasi tidak efektif.

b) Berikan perawatan nebulizer sesuai advis dokter.

Rasional :

Mengeluarkan uap yang dapat membantu melegakan pernafasan.

c) Berikan oksigen sesuai terapi.

Rasional :

Mempertahankan oksigen didalam tubuh.

d) Auskultasi suara nafas

Rasional :

Mengetahui apabila terjadi takipnea.

e) Monitor status respirasi dan oksigen yang sesuai.

Rasional :

Mengetahui keadaan umum klien.

f) Fisioterapi Dada

Rasional :

Meningkatkan turbelensi udara yang dihembuskan sehingga

secret terlepas dari dinding bronkus

g) Ajarkan cara teknik batuk efektif


23

Rasional :

Memberikan informasi kepada keluarga dan pasien cara batuk

efektif untuk membantu membersihkan jalan nafas dari secret

atau benda asing.

b. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan perfusi – ventilasi

NOC

Respon ventilasi mekanik

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas, dengan kriteria

hasil :

1) Tidak ada gangguan reflek batuk

2) Nafas tidak terganggu

3) Suara nafas normal tidak ada tambahan

4) Gerakan dinding dada yang simetris.

NIC

Manajemen jalan nafas

1) Penghisapan saluran pernafasan

Rasional :

Membantu mengeluarkan secret.

2) Monitor vital sign.

Rasional :

Mengetahui keadaan umum klien.

3) Monitor pernafasan.

Rasional :

Mengetahui adannya gangguan pada pernafasan.


24

4) Lakukan fisioterapi dada.

Rasional :

Melepaskan secret yang melekat pada dinding bronkus dan

meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan melepaskan mucus

yang kental.

5) Bantuan ventilasi.

Rasional :

Membantu mempertahankan oksigen didalam tubuh.

c. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi

NOC

Respon mekanis ventilasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

diharpakan jalan nafas efektif, dengan kriteria hasil :

1) Frekuensi nafas normal

2) Irama nafas normal

3) Perkusi suara paru

4) Ekspansi dada asimetris.

NIC

Terapi oksigen

1) Pertahankan patensi jalan nafas

Rasional :

Mempertahankan oksigen dapat masuk ke dalam tubuh

2) Berikan terapi oksigen sesuai terapi

Rasional :

Mempertahankan oksigen didalam tubuh.


25

3) Pantau aliran liter oksigen

Rasional :

Memberikan oksigen sesuai kebutuhan dan indikasi

4) Pantau efektivitas terapi oksigen

Rasional :

Melihat pola nafas klien

5) Monitor tanda tanda hipoventilasi akibat oksigen

Rasional :

Mempertahankan oksigen sesuai kebutuhan

2.1.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai

stategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan.

Implementasi meliputi catatan intervensi, diagnosa yang direncanakan,

waktu target yang sudah ditetapkan pada intervensi. Adapun format

implementasi meliputi : nomer diagnosis keperawatan, tanggal dan jam,

tindakan yang akan dilakukan dan paraf.

2.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai

sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

Evaluasi dijabarkan setelah penulis melakukan analisa data,

merencanakan tindakan keperawatan dan di implementasikan. Pada

evaluasi biasanya menggunakan data subjektif, data obyektif, assessment

dan planning.

Dokumentasi penting dalam perawatan kesehatan sekarang ini.

Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau


26

tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi

individu yang berwenang. Catatan medis harus mendeskripsikan tentang

status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang

diberikan untuk perawatan klien.

2.2 Kebutuhan Oksigenasi

2.2.1 Pengertian Oksigenasi pada penderita bronkopneumonia

Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan

hidup sel dan jaringan tubuh karena oksigen yang diperlukan untuk

proses metabolisme tubuh secara terus menerus (Tarwoto, 2015).

Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin

ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel sel tubuh dan

pertukaran gas (Mubarak, 2005).

Pasien anak mempunyai kebutuhan oksigen perkilogram berat

badan yang lebih besar karena tingginya metabolisme. Pada anak

membutuhkan oksigen 6-8ml/kg/menit, sementara pada orang dewasa 3-

4ml/kg/menit. Oleh karena itu apneu atau ventilasi alveolar yang kurang

(hipoksemia) akan lebih cepat terjadi. (Mubarak, 2005).

2.2.2 Gangguan kebutuhan oksigenasi pada penderita bronkopneumonia

Bronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, haemophillus

influenza atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran

pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut, sebagian lagi masuk ke

pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan.


27

2.2.3 Pengaturan oksigenasi pada penderita bronkopneumonia (Nursalam,

2005)

Dalam pengaturan oksigenasi pada penderita bronkopneumonia

dalam untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan pertukaran

oksigen dan karbondioksida yaitu dengan cara :

1) Atur posisi klien

Mengatur posisi yang nyaman bisa membantu memperbaiki pola

nafas, biasanya posisi semifowler. Posisi semifowler yaitu posisi

setengah duduk. Jadi klien dianjurkan untuk setengah duduk.

2) Latihan nafas dalam

Cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara

pertukaran gas, mencegah atelektasi, meningkatkan efisiensi batuk

dan mengurangi stres. Adapun cara latihan nafas dalam yaitu atur

posisi klien terlebih dahulu (duduk atau terlentang) menarik nafas

terlebih dahulu melalui hidung dengan mulut tertutup dan tahan nafas

sekitar 1-1,5 detik dan hembuskan secara perlahan melalui mulut.

3) Latihan batuk efektif

Cara melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara

efektif untuk membersihkan jalan nafas dari secret atau benda asing.

Adapun cara latihan batuk efektif hampir sama dengan latihan nafas

dalam, di awali dengan posisi duduk dan latihan nafas dalam selama 2

kali dan ketiga kalinya adalah menarik nafas melalui hidung dan

batukkan.
28

4) Inhalasi

Tindakan memberikan obat melalui alat yang dimasukkan dan

dipasangkan dengan masker untuk mengeluarkan uap yang dapat

membantu melegakkan pernafasan. Biasanya obat yang umum

dianjurkan adalah combiven dan pulmicort.

5) Pemberian oksigen

Tindakan memberikan oksigen kedalam paru paru melalui saluran

pernafasan dengan alat bantu oksigen. Macam kanul yaitu :

a) Nasal kanul dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-

6liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.

b) Sungkup muka atau masker oksigen dengan aliran 5-8liter/menit

dengan konsentrasi 40%-60%.

c) Sungkup muka dengan kantung rebreathing oksigen dengan aliran

8-12liter/menit dan konsentrasi oksigen 60%-80%.

d) Sungkup muka non breathing oksigen 8-12liter/menit dan

konsentrasi oksigen 99%.

6) Fisoterapi dada

Merupakan tindakan melakukan postural drainage, clapping, dan

vibrating pada pasien gangguan sistem pernafasan untuk

meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan

nafas. Clapping biasanya pukulan kuat pada dinding dada dan

punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk yang bertujuan

secara mekanik dapat melepaskan secret yang melekat pada dinding

bronkus. Vibrasi sendiri getaran kuat secara serial yang dihasilkan

oleh tangan perawat yang diletakkan datar pada dinding dada klien
29

yang bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi dan

melepaskan mucus yang kental, sering dilakukan bergantian dengan

perkusi.

2.2.4 Edukasi pengaturan oksigen pada penderita bronkopneumonia

Edukasi sendiri berarti pembelajaran yang bertujuan untuk

mengembangkan potensi diri dan mewujudkan proses pembelajaran yang

lebih baik (Marimba, 2003).

Informasikan kepada pasien dan keluarga pasien tentang teknik

relaksasi dan distraksi serta batuk efektif untuk memperbaiki pola

pernafasan. Kita juga perlu mendiskusikan perencanaan untuk perawatan

di rumah, meliputi pengobatan, peralatan pendukung, tanda dan gejala

komplikasi yang dapat dilaporkan, perlu mendiskusikan juga cara

menghindari alergan seperti memeriksa rumah untuk adanya jamur

didinding rumah, tidak menggunakan karpet dilantai. Informasikan

kepada pasien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok didalam

ruangan. Menginstruksikan kepada pasien dan keluarga bahwa mereka

harus memberitahu perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola nafas

(Wilkinson, M.Judith, 2013).


BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menjelaskan secara deskriptif.

Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia.

Penulis kemudian menggunakan metode rancangan studi kasus. Studi

kasus adalah metode penelitian yang memiliki tujuan penting dalam meneliti

dan mengungkap keunikan serta kekhasan karakteristik yang terdapat dalam

kasus yang diteliti, dimana kasus tersebut menjadi penyebab mengapa

penelitian tersebut dilakukan. Penelitian studi kasus perlu dilakukan penggalian

informasi dan analisis mendalam mengenai segala hal yang berkaitan dengan

kasus, baik sifat, kegiatan, sejarah, kondisi lingkungan dan fisik, fungsi, dan

lain lain sebagainya.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subjek dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah pasien (individu)

penderita bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi.

3.2.1 Inklusi

1. Pasien penderita bronkopneumonia yang dirawat di Rumah Sakit

2. Pasien usia 1-12 tahun

3. Pasien dengan keluhan sesak nafas dan atau batuk.

30
31

3.2.2 Eksklusi

1. Pasien penderita bronkopneumonia dengan gangguan lain seperti

diare.

3.3 Fokus Studi

Fokus studi merupakan kajian utama dan masalah yang akan dijadikan

titik acuan studi kasus. Fokus studi dalam penulisan karya tulis ilmiah ini

adalah gangguan kebutuhan oksigenasi.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Tabel definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur


1 Oksigenasi Gas yang vital dalam kelangsungan Evaluasi O2
hidup manusia untuk bernafas, Tanda tanda vital
apabila tubuh mengalami gangguan SaO2
kebutuhan oksigen maka individu AGD
akan terjadi gangguan pada Clinical
pernafasannya. Kebutuhan O2
2 Bronkopneumonia Klien yang seringkali ditandai Foto rontgen
dengan batuk, pilek dan nafas cepat.
Batuk terkadang sampai keluar
dahak kental berwarna kekuningan.

3.5 Instrumen

Tabel 3.2 Tabel instrumen

No Penilaian Hasil
1 Tanda tanda vital
a. Respirasi
b. Nadi
2 Clinical
a. Nyeri dada
b. Sesak nafas
c. Batuk
d. Takikardi
32

3.6 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di RSUD dr. Soeselo Kabupaten Tegal, penelitian

ini direncanakan dan dilakukan pada 22-25 Mei 2018 selama 3 hari.

3.7 Pengumpulan Data

Pada studi kasus ini, penulis mengumpulkan data dari klien. Pada studi

kasus ini dimulai dari pra penelitian. Untuk mengetahui masalah pada penderita

bronkopneumonia dengan Agar data dapat valid, maka penulis menggunakan

jenis instrument :

3.7.1 Observasi

Observasi digunakan untuk memperkuat hasil wawancara, penulis akan

mengobservasi tanda tanda vital dan kebutuhan oksigen klien.

3.7.2 Wawancara

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

penulis penelitihan mendapatkan keterangan atas pendirian secara lisan

dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap

bertatap muka dengan orang tersebut (face to face).

(Format Terlampir)

3.7.3 Pemeriksaan fisik

Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari ujung rambut sampai ujung

kaki (head to toe). Dengan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

(Format Terlampir)
33

3.7.4 Dokumentasi

Adalah pengumpulan bukti-bukti atau keterangan-keterangan pengolahan

dan penyimpanan dalam ilmu pengetahuan. Bukti seperti foto rontgen,

rekam medik dan pemeriksaan laboratorium.

3.8 Penyajian data

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penyajian data disusun secara

narasi dan dapat disertai cuplikan verbal dari subjek studi kasus sesuai dengan

kebutuhan dasar manusia dan kasus penyakitnya. Data diambil dari data

subjektif dan data objektif, data subjektif diambil langsung dari klien dan

keluarga klien, data objektif diambil dari data yang dilihat. Data objektif yang

biasanya muncul seperti nafas sesak, batuk, pilek dan demam.

3.9 Etika Studi Kasus

Penulis dalam melakukan penelitian kasus pada pasien bronkopneumonia

dengan gangguan kebutuhan oksigenasi akan terlebih dahulu mengajukan

ethical clearance sebagai penguat untuk studi kasus di rumah sakit. Asuhan

keperawatan yang menyertakan manusia sebagai subyek peneliti mempunyai

etika.

Kriteria ethical clearance adalah :

3.9.1 Menghargai klien

Apabila rasa penghargaan dirasakan klien, maka klien berani

mengemukakan segala masalahnya sehingga timbul keinginan bahwa

dirinya berharga untuk mengambi keputusan bagi dirinya sendiri.


34

3.9.2 Tidak membedakan suku, ras dan agama

Karena pada dasarnya setiap orang berhak dan bebas memeluk agama

dan beribadah menurut agamanya, memilih pekerjaan, memilih tempat

tinggal di wilayah Negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

3.9.3 Memberikan hak pasien

Karena pasien berhak menyetujui atau memberikan izin atas tindakan

yang akan dilakukan terhadapnya, dengan cara penulis mengajukan

informed concent.

3.9.4 Selalu menjaga privasi klien

Karena perawat wajib untuk merahasiakan segala sesuatu yang

diketahuinya tentang klien, kecuali untuk kepentingan hukum. Hal ini

menyangkut privasi klien yang berada dalam asuhan keperawatan karena

disisi lain perawat juga wajib menghormati hak-hak klien sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku. Menjaga privasi klien dengan cara

menyebutkan nama klien menggunakan insial.


BAB 4

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL STUDI KASUS

4.1.1 PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2018

Jam : 10.00 WIB

Ruang : Anggrek II

Oleh : Zulfa Dika Safera

4.1.1.1 IDENTITAS

1. Pasien

Nama : An.A

Umur : 13 bulan

Jenis Kelamin : Laki laki

Agama : Islam

Alamat : Slawi Wetan RT 19/07

Tanggal Masuk : 16 Mei 2018

No.Register : 496173

Diagnosa Medis : Bronkopneumonia, DD (Delayed Development)

2. Penanggung Jawab

Nama : Tn.H

Alamat : Slawi wetan RT 19/07

Pekerjaan : Buruh harian lepas

Hubungan dengan pasien : Orangtua (Ayah)

35
36

4.1.1.2 KELUHAN UTAMA

Ibu klien mengatakan klien masih batuk, batuknya sering,

berdahak dan sulit dikeluarkan.

4.1.1.3 RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu klien mengatakan An.A panas dan batuk selama 2 hari

secara mendadak, ibu klien mengatakan langsung membawa

klien ke IGD RSUD dr Soeselo Kabupaten Tegal pada tanggal

16 Mei 2018, ibu klien juga mengatakan ayah klien merokok

dan sulit untuk dihentikan.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Ibu klien mengatakan An.A lahir dengan berat badan 2000g,

pernah mengalami gagal nafas juga, setelah An.A dilahirkan

langsung dirawat di ruang peristi. Ibu klien juga mengatakan

An.A alergi terhadap debu, An.A juga tidak penah dilakukan

tindakan pembedahan ataupun pernah mengalami trauma.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang serupa seperti An.A dan tidak

mempunyai penyakit yang menurun atau diturunkan.

4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

a. Prenatal

Ibu klien mengatakan saat mengandung An.A tidak ada

masalah apapun, ibu klien hanya mengalami mual dan


37

muntah saat kehamilan dan ibu klien menganggap itu suatu

hal yang biasa yang dialami ibu hamil atau usia kehamilan.

Ibu klien juga mengatakan 1 bulan sekali memeriksakan

kandungannya di Puskesmas.

b. Intranatal

Ibu klien mengatakan An.A lahir secara normal di rumah

sakit dengan berat badan 2000g, panjang 48cm, An.A lahir

menangis sebentar kemudian tidak ada gerakan lagi

sehingga langsung dibawa ke ruang peristi.

c. Post natal

Ibu klien mengatakan An.A lahir secara normal dan

merupakan anak keduanya, lahir dengan berat badan lahir

ringan dan gagal nafas dirujuk ke ruang peristi.

5. Riwayat Imunisasi

Tablel 4.1 Imunisasi dasar An.A


Usia Jenis Vaksin Dilakukan Reaksi

0 Bulan HB0 √ Tidak ada reaksi


1 Bulan BCG- Polio 1 √ Bekas suntikan menimbulkan
benjolan
2 Bulan DPT-HB-HiB 1-Polio 2 √ Demam
3 Bulan DPT-HB-HiB 2-Polio 3 √ Demam
4 Bulan DPT-HB-HiB 3-Polio 4 √ Demam
9 Bulan Campak √ Tidak ada reaksi

6. Riwayat Tumbuh Kembang

Ibu klien mengatakan An.A tengkurap umur 10 bulan, duduk

umur 11 bulan dan di saat lahir umur kehamilan 33 minggu.


38

Perkembangan pada An.A mengalami keterlambatan pada

usianya. Berdasarkan dari pemeriksaan denver II,

keterlambatan An.A pada main bola dengan pemeriksa,

menyatakan keinginan dan menyebutkan papa/mama secara

spesifik.

7. Kondisi Lingkungan

Ibu klien mengatakan kondisi lingkungan di rumahnya bersih,

terdapat ventilasi yang mencukupi, hanya saja warganya

masih suka membakar sampah sembarangan dan ayah klien

merokok sulit untuk berhenti.

4.1.1.4 POLA FUNGSIONAL

1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Ibu klien mengatkan mengetahui tentang penyakit

Bronkopneumonia dengan sebutan infeksi paru, hanya saja ibu

klien mengatakan tidak terlalu mengetahui manajemen

kesehatan lingkungan pada penderita Bronkopneumonia.

Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan

dibawa ke Puskesmas.

2. Pola Nutrisi

Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.A makan juga tidak

terlalu lahap, makan hanya ½ porsi bubur ditambah kuah.

An.A juga tidak mendapatkan tambahan vitamin. Minum

masih lancar ± 1 gelas perhari dan tambahan asi. Selama

dirawat di rumah sakit An.A makan makanan yang disediakan


39

dari rumah sakit habis ¼ porsi bubur tanpa lauk pauknya.

Minum masih lancar ± 1 gelas perhari dan tambahan asi serta

tambahan cairan infus dan vitamin neurosanbe dan cernevit.

3. Pola Eliminasi

Ibu klien mengatakan sebelum sakit BAB 2x sehari , warna

kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan saat BAB. BAK

lancar warna kuning jernih, ±4 kali perhari, bau khas amoniak.

Selama dirawat di rumah sakit An.A BAB 2x dalam waktu 1

minggu dank eras. BAK lamcar warna kuning jernih, ±4 kali

perhari bau khas amoniak.

4. Pola Istirahat Tidur

Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.A tidur 3x sehari,

sebelum tidur juga mempunyai kebiasaan yaitu dinyanyikan

sholawat dan menyusu. Selama dirawat di rumah sakit An.A

tidur terganggu, tidak tidur siang, setiap malam hari sering

terbangun.

5. Pola Aktifitas dan Latihan

Ibu klien mengatakan sebelum sakit An.A hanya di rumah dan

tidak melakukan aktifitas apapun selain makan, minum dan

bermain bersama ibunya di rumah. Selama An.A dirawat di

rumah sakit hanya melakukan aktifitas makan, minum dan

bermain di tempat tidur bersama ibunya, serta berjalan

digendong depan oleh ibunya.


40

Tabel 4.2 Pola aktifitas dan Latihan An.A


Sebelum Sakit Selama Sakit
Kemampuan Perawatan Diri
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Makan/minum √ √
Mandi √ √
Toileting √ √
Berpakaian √ √
Mobilitas di tempat tidur √ √
Perpindahan √ √
Ambulasi ROM √ √

Keterangan :

0 : Mandiri

1 : Dibantu orang lain

2 : Dengan alat bantu

3 : Dibantu orang lain dan alat

4 : Tergantung total

6. Pola Kognitif daan Persepsi Sensori

Pendengaran An.A sudah bagus dan ketika dipanggil namanya

seketika langsung menengok, pandangan bagus dan ketika

melihat orang berpakaian putih putih langsung menangis,

pandangannya tajam, ketika disentuh reflek langsung

menghindar.

7. Pola Persepsi Diri

Ibu klien mengatakan karena keterlambatan perkembangan

An.A hanya di rumah bermain bersama anggota keluarganya.


41

8. Pola Peran dan Hubungan Sosial

Ibu klien mengatakan An.A hanya bermain di rumah bersama

ibu dan anggota keluarganya. An.A diasuh oleh ibu dan

bapaknya. An.A belum dapat mengucapkan kata-kata, hanya

dapat menyebutkan 1 kata yaitu “PAPA”.

9. Pola Seksualitas

Klien berjenis kelamin laki laki, umur 13 bulan, belum sunat

dan belum bisa mengidentifikasi jenis kelaminnya sendiri.

10. Pola Pemecah Masalah

Reaksi An.A saat dirawat menangis, apalagi saat dilakukan

tindakan selalu menangis.

11. Pola Sistem Kepercayaan-Nilai

Ibu klien mengatakan An.A beragama Islam.

4.1.1.5 PEMERIKSAAN FISIK

1. Kesadaran

Composmentis

2. Vital Sign

Suhu : 37°c

Nadi : 110x/menit

RR : 45x/menit

Nyeri : 2 (dalam pemeriksaan nyeri, penulis menggunakan

skala wajah (wong baker faces) untuk mengetahui

skala nyeri pasien).


42

3. Antropometri (23 Mei 2018)

TB : 65 cm

BB : 7 kg

Lingkar Lengan : 12 cm

Lingkar Dada : 50 cm

Lingkar Kepala : 40 cm

4. Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan dan lesi.

b) Rambut

Pendek, rambut halus dan lurus bersih, rambut jarang.

c) Wajah

Mata : Simetris, reflek terhadap cahaya baik,

konjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik.

Telinga : Simetris, pendengaran bagus (ketika dipanggil

An.A langsung menengok ke sumber suara),

bersih dan tidak ada serumen.

Hidung : Simetris, polip tidak bengkak

Mulut : Mukosa bibir lembab, bersih.

d) Dada

Jantung

I : Tidak ada luka dan iktus cordis tidak terlihat

P : Tidak ada benjolan

P : Redup
43

A : Lup dup (1,2)

Paru paru

I : Pernafasan dangkal

P : Tidak ada nyeri tekan

P : Sonor

A : Ronkhi ( depan atas kanan )

e) Abdomen

I : Tidak ada luka dan bekas jahitan

A : Bising usus 15x/menit

P : Tidak ada pembesaran pada hepar

P : Hipertimpani

f) Genetalia

Terdapat penis dan skrotum, tidak terpasang selang kateter,

bersih dan tidak ada kelainan pada alat kelamin.

g) Integumen

Turgor baik, warna kulit putih, sensasi An.A masih baik

(setelah dipegang tangannya langsung menghindar dan

menangis).

h) Extremitas

Atas : Terpasang infus ditangan kiri, tidak terdapat

kelemahan pada tangan.

Bawah : Tidak terdapat kelemahan pada kaki dan tidak

terpasang selang kateter.


44

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil laboratorium

Tabel 4.3 hasil laboratorium An.A tanggal 21-5-18 18.25

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


HEMATOLOGI
Paket Darah Rutin
Leukosit 7,1 10ˆ3/UI 6,0 – 17,5
Eritrosit 3,7 10ˆ6/UL 3,60 – 5,20
Hemoglobin L 9,5 g/dL 10,5 – 12,9
Hematokrit L 28 % 35 – 43
Trombosit 277 10ˆ3/UI 150 – 400

b. Hasil Rontgen

Nama : An.A

Umur : 13 bulan

Alamat : Slawi wetan

Tanggal : 9-4-2018

No.Rontgen : 521/ Ro/ 2018

TS YTH PEMERIKSAAN X FOTO THORAKS AP (Inspirasi kurang)

COR : Bentuk dan letak jantung normal

PULMO : Corakan vaskuler meningkat

Tampak bercak pada parakardial kanan kiri

Diafragma kanan setinggi kosta 7 posterior

Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip

KESAN :

1) Jantung tak tampak membesar

2) Gambaran Bronkopneumonia
45

5. Therapi

Tabel 4.4 therapi An.A

No Therapi Dosis Indikasi Kontraindikasi


1 Infus WIDA D5 8 tpm Untuk mengatasi dehidrasi, Tromboflebitis (pada
½ NS menambah kalori dan PH laritan rendah,
mengembalikan keseimbangan iritasi atau infeksi pada
elektrolit. tempat). Trombosit
atau flebitis vena yang
meluas dari tempat
penyuntikan dan
ekstravasasi.
2 Meropenem 1x250 Untuk menangani penyebaran Reaksi alergi (sulit
Mg berbagai variasi infeksi bakteri bernafas, menelan,
pembengkakan
dibibir,lidah wajah
atau gatal)
3 Dexamethasone 3x1,6 Untuk mengobati kondisi Perubahan
Mg seperti arthritis, gangguan penglihatan,
darah/hormon/sistem pembengkakkan,
kekebalan tubuh, reaksi alergi, peningkatan berat
masalah kulit dan mata badan yang cepat,
tertentu, masalah pernafasan, masalah tidur dan
gangguan usus tertentu, dan kembung.
kanker tertentu.
4 Bisolvon 3x1,3 Untuk terapi secretolytic pada Pasien yang menderita
Mg penyakit bronkopneumonia ulkus pada lambung
atau bronkopneumonalis akut pengunaan obat ini
dan kronis yang terkait dengan harus dilakukan secara
sekresi dahak/mucus yang hati hati.
berlebihan
5 Aminopilin 1x18 Untuk menangani gangguan Gelisah, sakit kepala,
Mg pernapasan seperti asma, gangguan tidur, jumlah
bronchitis dan menangani urin meningkat, diare
gangguan pernapasan pada dan berdebar
bayi yang lahir premature.
6 Cernevit 300 Untuk perawatan kekurangan Pola tidur berubah,
Mg vitamin tempat suntikan rasa
sakit, distensi abdomen
dan perut kembung
7 Neurosanbe 1000 Untuk anemia (kekurangan Gangguan saraf otak,
Mg darah), vitamin, nutrisi saraf sariawan, infeksi mata
dan membantu pembentukan dan penurunan
sel sel tubuh. kesadaran.
46

4.1.2 ANALISA DATA

Tabel 4.5 analisa data An.A tanggal 22 Mei 2018 jam 10.00wib.

Hari/tangal/
No. Data Problem Etiologi
Jam
1. Selasa, DS : Ketidakefektifan Obstruksi
22 Mei 2018 Ibu klien mengatakan An.A bersihan jalan jalan nafas
10.00 WIB batuk, ada lendir yang tersumbat nafas (secret di
dan sesak sudah berkurang. bronki)
DO :
- An.A batuk
- RR : 45x/menit
- Pernafasan dangkal
- Bunyi nafas terdengar ronkhi
(depan atas kanan)
- Ibu klien menyusui dengan
tidur bersama klien tanpa
melihat keadaan klien.
- Terdapat retraksi dinding dada.
KESAN :
- Jantung tak tampak membesar
- Gambaran Bronkopneumonia

4.1.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d Obstruksi jalan nafas (secret di

bronki).

4.1.4 NURSING CARE PLAN

Penulis merencanakan diagnosa keperawatan pada hari Selasa, 22

Mei 2018 jam 10.00 WIB dengan diagnosa Ketidakefektifan bersihan

jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas (secret di bronki). Tujuan yang ingin

dicapai oleh penulis yaitu dengan status pernafasan : kepatenan jalan

nafas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan

kriteria hasil pasien memiliki tanda tanda yang diharapkan adalah

frekuensi nafas normal (20-40x/menit), irama nafas teratur dan tidak ada

sputum dan bebas dari secret.


47

Intervensi manajemen jalan nafas. Tindakan yang dilakukan ada 7,

yaitu : (1) Atur posisi klien memaksimalkan potensi ventilasi (jalan nafas),

rasional : memperbaiki ventilasi tidak efektif. (2) ajarkan cara teknik

menyusui yang baik dan benar atau efektif, rasional : memberikan

informasi kepada ibu pasien tentang teknik menyusui yang baik dan benar

atau efektif untuk membantu membebaskan jalan nafas ketika pasien

menyusui. (3) monitor status respirasi, rasional : mengetahui keadaan

umum pasien. (4) auskultasi suara nafas, rasional : mengetahui apabila

terjadi takipnea. (5) berikan terapi nebulizer dan isap lendir advis dokter

sesuai advis dokter, rasional : mengeluarkan uap yang dapat membantu

melegakkan pernafasan dan membantu mengeluarkan secret. (6) berikan

tindakan fisioterapi dada sesuai advis dokter, rasional : meningkatkan

turbelensi udara yang dihembuskan sehingga secret terlepas dari dinding

bronkus. (7) kolaborasi dengan dokter untuk pemberian injeksi, rasional :

Membantu memenuhi cairan tubuh dan terapi untuk mempercepat

kesembuhan pasien.

4.1.5 IMPLEMENTASI dan EVALUASI

1) Implementasi hari pertama ( 22 Mei 2018)

Pada jam 10.30 WIB dilakukan fisioterapi dada dengan cara

penyinaran terlebih dahulu kemudian dilakukan clapping dibagian dada

dan punggung, fisioterapi dada dilakukan oleh petugas fisioterapi dan

penulis membantu. Respon subjektif ibu klien mengatakan batuknya

mulai berkurang, data objektif dilakukan fisioterapi dada. Pada jam 10.42

WIB penulis mengganti cairan infus (infus WIDA D5 ½ Ns 8tpm), data


48

subjektif ibu klien mengatakan infusnya habis, data objektif mengganti

cairan infus. Pada jam 10.45 WIB penulis melanjutkan mengauskultasi

suara nafas klien menggunakan stetoskop, respon subjektif tidak ada

respon objektif suara nafas ronkhi dan pernafasan dangkal. Pada jam

11.00 WIB penulis mengkaji tanda tanda vital klien, respon subjektif

tidak ada respon, respon objektif suhu : 37°c, nadi : 110x/menit, respirasi

rate : 45x/menit, anak menangis saat dilakukan pemeriksaan tanda tanda

vital.

Pada jam 14.25 WIB kemudian dilanjutkan memberikan terapi

nebulizer (obat Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg), respon

subjektif tidak ada respon, respon objektif dilakukan terapi nebulizer dan

An.A menangis. Pada jam 14.35 WIB penulis memonitor status respirasi

dengan cara mengukur pernafasan klien dalam 1 menit, data subjektif

tidak ada respon, data objektif respirasi rate sebelum nebulizer :

42x/menit, sesudah nebulizer : 43x/menit. Pada jam 15.35 WIB

dilanjutkan memberikan terapi injeksi sesuai advis dokter (Dexametason

1,6mg, Bisolvon 1,3mg), respon objektif tidak ada respon, respon

objektif terapi injeksi masuk melalui bolus (iv). Pada jam 18.00 WIB

dilakukan pengukuran suhu menggunakan termometer selama 5menit di

axilla, respon subjektif tidak ada respon, respon objektif suhu : 36,7°c.

Pada jam 21.30 WIB diberikan terapi nebulizer lagi (obat

Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg), respon subjektif ibu klien

mengatakan An.A batuknya berkurang dan sesak nafasnya berkurang,

respon objektif dilakukan terapi nebulizer. Pada jam 22.10 WIB


49

diberikan terapi injeksi sesuai advis dokter (Dexametason 1,6mg,

Bisolvon 1,3mg), respon subjektif tidak ada respon, respon objektif terapi

injeksi masuk melalui bolus (iv). Pada jam 06.00 WIB melakukan

pengukuran suhu badan menggunakan termometer selama 5menit di

axilla, respon subjektif ibu klien mengatakan An.A tidak demam, respon

objektif suhu : 37°c.

Berdasarkan dari implementasi yang dilakukan penulis pada hari

pertama, didapatkan evaluasi. Data subjektif ibu klien mengatakan An.A

batuknya sudah mulai berkurang dan sesak nafasnya juga berkurang.

Data objektif saat di auskultasi menggunakan stetoskop bunyi nafas

ronkhi, dilakukan pengkajian tanda tanda vital, suhu : 37°c, nadi :

110x/menit, respirasi rate : 45x/menit, terapi injeksi sesuai dengan advis

telah diberikan pada shift siang malam dan injeksi masuk melalui bolus

(iv) serta mengganti cairan infus yang telah habis, memberikan tindakan

fisioterapi dada dengan cara penyinaran terlebih dahulu kemudian

dilakukan clapping dibagian dada dan punggung serta memberikan

tindakan nebulizer (obat combiven 0,25mg dan pulmicort 0,25mg).

Penulis menyimpulkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d

obstruksi jalan nafas (secret di bnronki) belum teratasi, kemudian penulis

merencanakan tindak lanjut untuk melanjutkan atau mengembangkan

intervensi adalah: (1) Ajarkan posisi (semi fowler) atau setengah duduk

untuk memaksimalkan potensi ventilasi (jalan nafas). (2) Berikan penkes

tentang teknik menyusui yang baik dan benar atau efektif dengan

menggunakan leaflet dan lembar balik serta mengatur lingkungan yang


50

tepat untuk memberikan nyaman kepada klien. (3) Monitor status

respirasi dan ttv. (4) Berikan terapi nebulizer dan isap lendir sesuai advis

dokter. (5) Berikan tindakan fisioterapi dada sesuai dengan advis dokter.

(6) Berikan terapi injeksi yang sesuai dengan advis dokter.

2) Implementasi hari kedua ( 23 Mei 2018)

Pada pukul 06.20 WIB, yaitu memberikan tindakan nebulizer (obat

Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg), respon subjektif ibu klien

mengatakan An.A batuknya berkurang, data objektif dilakukan terapi

nebulizer. Pada jam 08.18 WIB kemudian penulis memonitor status

respirasi dengan cara menghitung pernafasan klien selama 1 menit, data

subjektif tidak ada respon, data objektif klien menangis saat dihitung

pernafasannya (respirasi rate : 42x/menit). Pada jam 08.19 WIB penulis

melanjutkan mengajarkan posisi (semi fowler) atau setengah duduk

untuk memaksimalkan potensi ventilasi (jalan nafas), respon subjektif ibu

klien mengatakan memahami apa yang sudah dijelaskan oleh mahasiswa,

data objektif ibu klien mencoba memposisikan An.A semi fowler. Pada

jam 09.00 WIB dilakukan fisioterapi dada dengan cara penyinaran

terlebih dahulu kemudian dilakukan clapping dibagian dada dan

punggung, data subjektif ibu klien mengatakan An.A batuknya

berkurang, data objektif dilakukan tindakan fisioterapi dada. Pada jam

09.42 WIB penulis memberikan terapi injeksi sesuai advis dokter

(Meropenem 250mg, Dexametason 1,6mg, Bisolvon 1,3mg, Aminopilin

18mg), data subjektif tidak ada respon, data objektif terapi injeksi masuk

melalui bolus (iv). Pada jam 10.15 WIB penulis memberikan penkes
51

tentang teknik menyusui yang baik dan benar atau efektif menggunakan

leaflet dan lembar balik serta mengatur lingkungan yang tepat untuk

memberikan kenyamanan bagi klien, respon subjektif ibu klien

mengatakan setelah diberikan penkes tentang teknik menyusui yang baik

dan benar atau efektif menggunakan leaflet dan lembar balik serta cara

mengatur posisi yang tepat untuk memberikan kenyamanan bagi klien

ibu klien lebih memahami, respon objektif ketika ditanya mengenai

teknik menyusui yang baik dan benar atau efektif serta cara mengatur

posisi yeng tepat ibu klien menjawab dengan baik dan benar. Pada jam

11.20 WIB penulis mengkaji tanda tanda vital klien, respon subjektif

tidak ada respon, respon objektif suhu : 36,8°c, nadi :110x/menit,

respirasi rate : 40x/menit.

Pada jam 14.20 WIB memberikan tindakan nebulizer (obat

Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg), respon subjektif ibu klien

mengatakan batuknya sudah berkurang dan suara lendirnya sudah

berkurang, data objektif tindakan nebulizer dilakukan dan An.A

menangis dari awal dilakukan tindakan nebulizer. Pada jam 14.35 WIB

penulis lalu memonitor status respirasi dengan menghitung pernafasan

klien selama 1menit, data subjektif tidak ada respon, data objektif An.A

menangis dari awal dilakukan tindakan nebulizer (sebelum nebulizer :

43x/menit, setalah nebulizer : 45x/menit). Pada jam 14.37 WIB

dilanjutkan melakukan isap lender pada daerah hidung dan mulut, data

subjektif tidak ada respon, data objektif lender yang keluar sangat sedikit.

Pada jam 15.30 penulis memberikan injeksi sesuai advis dokter


52

(Dexametason 1,6mg, Bisolvon 1,3mg), data subjektif tidak ada respon,

data objektif terapi injeksi masuk melalui bolus (iv). Pada jam 18.20

WIB dilakukan pengukuran suhu badan menggunakan termometer

selama 5menit di axilla, data subjektif tidak ada respon, data objektif

suhu : 36,5°c.

Pada jam 22.30 WIB mengganti cairan infus yang ditambah

neurasanbe 1000mg, data subjektif tidak ada respon, data objektif

mengganti cairan infus ditambah cairan neurosanbe 1000mg. Pada jam

22.30 WIB selain mengganti cairan infus juga diberikan injeksi malam

(Dexametason 1,6mg, Bisolvon 1,3mg), data subjektif tidak ada respon,

data objektif terapi injeksi masuk melalui bolus (iv). Pada jam 23.30

WIB memberikan tindakan nebulizer (obat Combiven 0,25mg dan

Pulmicort 0,25mg), data subjektif ibu klien mengatakan An.A batuknya

berkurang, data objektif dilakukan tindakan nebulizer. Pada jam 06.20

kemudian dilakukan pengukuran suhu badan pada An.A selama 5 menit

di axilla, data subjektif tidak ada respon, data objektif suhu badan 36,2°c.

Berdasarkan dari implementasi yang dilakukan penulis pada hari

kedua, didapatkan evaluasi Data subjektif ibu klien mengatakan batuknya

sudah mulai berkurang dan sesak nafas berkurang, ibu klien mengatakan

setelah diberikan penkes tentang teknik menyusui yang baik dan benar

atau efektif dengan menggunakan leaflet dan lembar balik serta

pengaturan posisi dan lingkungan yang tepat untuk memberikan rasa

nyaman dan memaksimalkan potensi ventilasi (jalan nafas) bagi klien,

ibu klien lebih memahami dan mau melaksanakan apa yang sudah
53

dijelaskan. Data objektif ketika ditanya mengenai penkes yang sudah

diberikan ibu klien menjawab dengan baik dan benar, ibu klien juga

mencontohkan langsung posisi semi fowler atau setengah duduk pada

An.A, terapi injeksi sesuai advis dokter masuk pada pagi siang melalui

bolus (iv) tambahan neurosanbe 1000mg pada infusnya, dilakukan

pengkajian tanda tanda vital, suhu : 36,8°c, nadi : 110x/menit, respirasi

rate : 40x/menit, memberikan tindakan fisioterapi dada dengan cara

penyinaran terlebih dahulu kemudian dilakukan clapping dibagian dada

dan punggung sesuai advis dokter, memberikan tindakan nebulizer

(Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg) dan lendir sangat sedikit saat

dilakukan tindakan isap lendir, sehingga penulis menyimpulkan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas (secret di

bronki) teratasi sebagian. Penulis merencanakan tindak lanjut untuk

melanjutkan atau mengembangkan intervensi adalah : (1) Evaluasi atau

atur posisi semi fowler atau setengah duduk untuk memaksimalkan

potensi ventilasi (jalan nafas). (2) Evaluasi pengetahuan ibu klien

terhadap penkes teknik menyusui yang baik dan benar atau efektif dan

cara memodifikasi lingkungan. (3) Monitor status respirasi dan tanda

tanda vital. (4) Berikan terapi nebulizer sesuai advis dokter. (5) Berikan

tindakan fisioterapi dada sesuai advis dokter. (6) Terapi injeksi sesuai

advis dokter.

3) Implementasi pada hari ketiga (24 Mei 2018)

Pada jam 09.00 WIB penulis memberikan terapi injeksi sesuai

advis dokter (Meropenem 250mg, Dexametason 1,6mg, Bisolvon 1,3mg,


54

Aminopilin 18mg), data subjektif tidak ada respon, data objektif terapi

injeksi masuk melalui bolus (iv). Pada jam 09.20 WIB dilakukan

fisioterapi dada dengan cara penyinaran terlebih dahulu kemudian

dilakukan clapping dibagian dada dan punggung, data subjektif ibu klien

mengatakan An.A batuknya sudah jarang, data objektif dilakukan

fisioterapi dada. Pada jam 09.35 WIB penulis melanjutkan memberikan

terapi nebulizer (obat Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg), data

subjektif ibu klien mengatakan An.A batuknya sudah jarang dan sesak

nafasnya berkurang, data objektif terapi nebulizer dilakukan dan An.A

menangis ketika dilakukan terapi nebulizer. Pada jam 09.50 WIB penulis

memonitor status respirasi klien dengan cara menghitung nafas klien

dalam 1menit, data subjektif tidak ada respon, data objektif (sebelum

nebulizer 35x/menit, sesudah nebulizer : 40x/menit). Pada jam 11.00

WIB penulis mengevaluasi pengetahuan ibu klien terhadap penkes

tentang tekhnik menyusui yang baik dan benar atau efektif serta

pengaturan posisi yang nyaman bagi klien yang telah diberikan

menggunakan metode wawancara, data subjektif ibu klien mengatakan

masih mengingat dan melakukan apa yang telah dijelaskan mahasiswa,

data objektif ibu klien menjelaskan semua yang telah diberikan

mahasiswa yaitu teknik menyusui yang baik dan benar atau efektif,

pengaturan posisi dan lingkungan yang nyaman bagi klien. Pada jam

11.30 WIB penulis melanjutkan melakukan pengukuran suhu badan pada

An.A menggunakan termometer selama 5menit di bagian axilla, data

subjektif ibu klien mengatakan An.A sudah tidak pernah demam lagi,
55

data objektif suhu badan 36,5°c. Pada jam 13.37 WIB lalu penulis

mengganti cairan infus klien dengan tambahan cairan cernevit sebanyak

150mg, data subjektif tidak ada respon, data objektif mengganti cairan

infus dengan tambahan cernevit 150mg.

Pada jam 15.00 WIB memberikan terapi nebulizer (obat

Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg), data subjektif ibu klien

mengatakan An.A batuknya sudah jarang, data objektif terapi nebulizer

dilakukan dan An.A menangis saat dilakukan terapi nebulizer. Pada

15.20 WIB penulis memonitor status respirasi klien dengan cara

menghitung pernafasan selama 1menit, data subjektif tidak ada respon,

data objektif An.A menangis saat dihitung pernafasannya (sebelum

nebulizer : 37x/menit setelah nebulizer : 42x/menit). Pada jam 15.50

WIB penulis memberikan terapi injeksi sesuai advis dokter

(Dexametason 1,6mg, Bisolvon 1,3mg), data subjektif tidak ada respon,

data objektif terapi injeksi masuk melalui bolus (iv). Pada jam 18.30

WIB melakukan pengukuran suhu pada An.A menggunakan temp

selama 5 menit di axilla, data subjektif tidak ada respon, data objektif

suhu badan 36,2°c.

Berdasarkan dari implementasi yang dilakukan penulis pada hari

ketiga, didapatkan evaluasi Data subjektif ibu klien mengatakan An.A

batuknya sudah jarang dan sesaknya berkurang. Ibu klien mengatakan

sudah menjalankan dari sejak diberikan penkes tentang teknik menyusui

yang baik dan benar atau efektif dan cara pengaturan posisi (semi

fowler) bagi An.A. Data objektif An.A sedang menyusu dan teknik
56

menyusui sesuai dengan apa yang dijelaskan, ibu klien menjawab

pertanyaan yang diberikan mahasiswa mengenai teknik menyusui yang

baik dan benar atau efektif, dilakukan pengkajian tanda tanda vital, suhu

: 36,5°c, nadi : 120x/menit, respirasi rate : 35x/menit, terapi injeksi

masuk pagi siang dan mengganti cairan infus ditambah cernevit 300mg,

memberikan fisioterapi dada dengan cara penyinaran terlebih dahulu

kemudian dilakukan clapping dibagian dada dan punggung sesuai advis

dokter, memberikan tindakan nebulizer (obat combiven 0,25mg dan

pulmicort 0,25mg), sehingga penulis menyimpulkan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas (secret di

bronki) teratasi sebagian. Penulis merencanakan tindak lanjut untuk

melanjutkan atau mengembangkan intervensi adalah : (1) Atur posisi

(semi fowler) atau setengah duduk untuk memaksimalkan potensi

ventilasi (jalan nafas). (2) Evaluasi pengetahuan ibu klien terhadap

penkes tentang teknik menyusui yang baik dan benar dan cara

memodifikasi lingkungan. (3) Monitor status respirasi dan tanda tanda

vital. (4) Berikan terapi nebulizer sesuai advis dokter. (5) Berikan

fisioterapi dada sesuai advis dokter. (6) berikan terapi injeksi sesuai

advis dokter.
57

4.2 PEMBAHASAN

Penulis menegakkan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d

obstruksi jalan nafas (secret di bronki). Pengertian bersihan jalan nafas yaitu

ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau obstruksi saluran nafas guna

mempertahankan jalan nafas yang bersih (Wilkinson, 2012). Batasan

karakteristik itu melaporkan suara nafas tambahan (ronkhi), perubahan pada

irama dan frekuensi pernafasan, gelisah dan adanya sputum. (Wilkinson, 2012).

Data yang ditemukan penulis adalah ibu klien mengatakan An.A batuk dan

masih sesak nafas, terdapat suara seperti dahak yang tersumbat. Penulis melihat

An.A pernafasannya dangkal, respirasi rate belum normal, suara nafas ronkhi;

masih diberikan terapi nebulizer ; fisoterapi dada dan isap lendir.

Penulis mentarjetkan penelitian selama 3x24jam dikarenakan penulis

mengambil diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan

nafas (secret di bronki). Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia adalah

mikroorganisme. Awalnya mikroorganisme dapat masuk melalui percikan

ludah, infasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan menimbulkan

reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, reaksi

peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin

menumpukkan di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit damn

pasien akan merasa sesak. Kebanyakan penderita akan memberikan respon

terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu (Jeremy,

2007)

Tindakan pertama penulis melakukan fisioterapi dada dengan cara

penyinaran terlebih dahulu kemudian dilakukan clapping dibagian dada dan


58

punggung. Fisioterapi dada dilakukan oleh petugas fisoterapi, penulis ikut

membantu dalam fisioterapi dada. Menurut Lubis (2010), fisioterapi dada

adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita

penyakit respirai, baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada ini

walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi sangat efektif dalam upaya

mengeluarkan secret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru

terganggu. Tujuan dari fisioterapi dada pada penyakit paru adalah

mengembalikan dan memelihara fungsi otot otot pernafasan dan membantu

memberihkan secret di bronkus dan untuk mecegah penumpukan secret

(Muscari, 2009). Fisioterapi dada dilakukan setiap hari satu kali

Pasien mendapatkan cairan infus (WIDA D5 ½ Ns 8tpm) pada hari 2 dan

ke 3. Cairan infus yang terpasang merupakan golongan kortikosteroid.

Kortikosteroid berguna sebagai anti radang dan efektif untuk pengobatan pada

obstruksi jalan nafas yang reversible (Helmy, 2007). Adapun kegunaannya

adalah untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan

keseimbangan elektrolit. Tambahan neurosanbe (1000mg) pada cairan infus

klien pada tanggal 23 Mei 2018 jam 22.30 WIB. Neurosanbe berguna untuk

anemia (kekurangan darah), vitamin, nutrisi saraf dan membantu pembentukan

sel sel tubuh. Tambahan cernevit (150 mg) pada cairan infus klien pada tanggal

24 Mei 2018 jam 13.37 WIB. Cernevit berguna untuk anemia (kekurangan

darah), vitamin, nutrisi saraf dan membantu pembentukan sel sel tubuh.

Tindakan ketiga penulis mengauskultasi suara nafas klien menggunakan

stetoskop pada dinding dada thorax depan atas kanan. Disaat pasien tertidur

penulis meletakkan stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan


59

membandingkan kiri dan kanan. Tujuan dilakukannya auskultasi suara nafas

mengetahui tentang dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi

dengan sesak nafas. Terdapat suara ronchi, terdengar kumpulan cairan mucus.

Adapun cirri ronkhi yaitu pada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada

inspirasi dan ekspirasi. Selain itu ronkhi akan hilang bila pasien disuruh batuk

atau sedang batuk, ronkhi terjadi akibat terkumpulnya cairan mucus dalam

trakea atau bronkus bronkus besar (Arief, 2009).

Tindakan keempat penulis mengkaji tanda tanda vital klien. Tujuan

mengukur tanda tanda vital suatu cara utuk mendeteksi adanya perubahan

sistem tubuh. Adapun yang diukur meliputi : nadi, respirasi rate dan suhu.

Penulis mengukur respirasi rate pasien dengan cara melihat dan meletakkan

tangan diatas dada pasien, hitung naik tururnnya nafas pasien dalam waktu

selama 1 menit, penulis juga menggunakan jam tangan dan alat tulis. Dispnea

merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak nafas ( Potter

dan Perry, 2010). (RR normal : 20-40x/menit). Pernafasan meningkat karena

saat dilakukan tindakan keperawatan diukur respirasi rate klien selalu menangis.

Penulis juga mengukur nadi pasien selama 1 menit, penulis melakukan

pengukuran nadi pada nadi radialis (pergelangan tangan) selama 1 menit dan

menggunakan 2 jari dan jam (Nadi normal : 70-130x/menit). Penulis juga

mengukur suhu klien dengan menggunakan thermometer selama 5 menit di

axilla klien. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-

40°c dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi (Rufaidah, 2008).
60

Penulis mengukur suhu setiap hari 3 kali selama 3 hari. (Suhu normal : 36°c-

37°c). Penulis mengukur tanda tanda vital setiap hari selama 3 hari.

Tindakan kelima penulis memberikan terapi nebulizer dengan obat

Combiven 0,25mg dan Pulmicort 0,25mg. Combivent memiliki kandungan

albuterol atau salbutamol sulfat dan ipratropium. Combivent juga obat yang

digunakan untuk mengatasi penyakit saluran pernafasan. Combivent juga

diindikasikan untuk perawatan penyumbatan hidung, radang selaput lendir dan

bronkospasme. Pulmicort memiliki kandungan bahan aktif budesonide dimana

dapat mengurangi keparahan gejala dan frekuensi eksasrbasi asma dengan efek

samping yang lebih sedikit daripada menggunakan sistem kortikosteroid.

Tindakan nebulizer tindakan yang mengeluarkan uap yang dapat membantu

melegakkan pernafasan klien (Mubarak, 2008). Penulis menggunakan alat nebul

(compamist) dan obat cair, masker oksigen. Tindakan nebulizer dilakukan 3x

sehari (per shift) dalam waktu 3 hari.

Tindakan keenam penulis memberikan terapi injeksi sesuai advis dokter

Meropenem 250mg, Dexametason 0,33mg, Bisolvon 1,3mg, Aminopilin 18mg.

Meropenem untuk menangani penyebaran berbagai variasi infeksi bakteri,

dexametason untuk mengobati kondisi seperti arthritis, gangguan darah/

hormon/sistem kekebalan tubuh, reaksi alergi, masalah kulit dan mata tertentu,

masalah pernafasan, gangguan usus tertentu, dan kanker tertentu, bisolvon

untuk terapi secretolytic pada penyakit bronkopneumonia atau

bronkopneumonalis akut dan kronis yang terkait dengan sekresi dahak/mucus

yang berlebihan dan aminopilin Untuk menangani gangguan pernapasan seperti

asma, bronchitis dan menangani gangguan pernapasan pada bayi yang lahir
61

premature. Menurut Arief (2009), pemberian antibiotic ditunjukan untuk

mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder. Terapi injeksi dilakukan setiap hari

3 kali (per shift) tetapi ketika siang dan malam hari hanya injeksi Dexametason

dan Bisolvon.

Tindakan ketujuh penulis mengajarkan posisi (semi fowler) atau setengah

duduk untuk memaksimalkan potensi ventilasi (jalan nafas). Pemberian semi

fowler pada pasien bronkopneumonia dilakukan sebagai cara untuk membantu

mengurangi sesak nafas, posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 45° yaitu

dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan

mengurangi tekanan dari abdomen pada diagframa (Kim, 2010). Menurut

(Supadi, 2008) posisi semi fowler dimana kepala dan tubuh dinaikkan 45°

membuat oksigen didalam paru paru semakin meningkat sehingga

memperingan kesukaran nafas. Penulis menyarankan kepada ibu pasien untuk

membantu semi fowler kepada pasien. Posisi semi fowler dibantu ibu klien

dengan cara klien dipangku ibu klien.

Tindakan kedelapan penulis memberikan penkes tentang teknik menyusui

yang baik dan benar atau efektif menggunakan leaflet dan lembar balik serta

mengatur lingkungan yang tepat untuk memberikan kenyamanan bagi klien.

Pemberian ASI secara baik dan benar atau efektif dapat mengurangi tingkat

kematian bayi yang disebabkan diare dan radang paru serta mempercepat

pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Hubertin, 2009).

Penulis menjelaskan cara menyusui bayi dan posisi dan pelekatan menyusui

yang benar. Cara menyusui bayi yang benar yaitu : (1) Susui bayi sesering

mungkin, semau bayi, paling sediikit 8 kali sehari. (2) Bila bayi tidur lebih dari
62

3 jam, bangunkan lalu susui. (3) Susui sampai payudara terasa kosong, lalu

pindah ke payudara sisi yang lain. (4) Bila bayi sudah kenyang, tetapi payudara

masih terasa penuh atau kencang, perlu dikosongkan dengan diperah untuk

disimpan. Hal ini agar payudara tetap memproduksi ASI. Adapun posisi dan

pelekatan menyusui yang benar yaitu : (1) Kepala dan badan bayi dalam satu

garis lurus. Pastikan posisi ibu ada dalam posisi yang nyaman, kepala dan badan

bayi berada dalam garis lurus, wajah bayi menghadap payudara; hidung

berhadapan dengan putting dan ibu harus memeluk badan bayi dekat dengan

badannya. (2) Wajah bayi menghadap payudara dan dagu bayi menempel pada

payudara ibu. Jika bayi baru lahir ibu harus menyangga seluruh badan bayi,

sebagian besar areola (bagian hitam disekitar puting) masuk ke dalam mulut

bayi,n mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah melengkung ke luar dan dagu

menyentuh payudara ibu. Pada penderita bronkopneumonia juga dapat

membantu melegakkan pernafasan ketika ibu pasien menyusui dengan teknik

menyusui yang baik dan benar atau efektif.

Tindakan kesembilan penulis melakukan isap lendir pada daerah hidung

dan mulut. Menurut (Ngastiyah, 2009) komplikasi yang terjadi terutama

disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis

atau bronkiektasis. Untuk menghindari terjadinya lendir yang menetap maka

harus dilakukan isap lendir. Penulis juga menggunakan vacuum atau alat

suction, selang suction, selang penghubung dan air biasa untuk bilas.

Intervensi yang dilakukan penulis teratasi sebagian, karena penulis

menjumpai klien saat klien sudah dirawat di RS selama 7 hari. Ditemukan data

subjektif : ibu klien mengatakan An.A batuknya sudah jarang dan sesaknya
63

berkurang. Data objektif : nadi 120x/menit, RR : 35x/menit, saat dilakukan isap

lendir secret yang didapat sedikit. Sesuai dengan Kriteria hasil yang diharapkan

pasien memiliki tanda tanda frekuensi nafas normal (20-40x/menit), irama nafas

teratur dan tidak ada sputum dan bebas dari secret.

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan sudah sesuai dengan

penelitian, hanya saja keberhasilan mengatasi masalah yang ada pada kasus juga

didukung oleh sikap pasien dan keluarga yang kooperatif dan aktif dengan

tindakan keperawatan yang diberikan. Pada hal ini ibu pasien sudah kooperatif

dan aktif dengan tindakan keperawatan yang diberikan, hanya saja penulis

mengalami kesulitan setiap akan dilakukan tindakan keperawatan pasien selalu

menangis.

Dalam implementasi yang dilakukan penulis tidak sesuai dengan

intervensi awal. Penulis tidak memberikan terapi oksigen dikarenakan penulis

menjumpai pasien sudah dirawat selama 7 hari. Oksigen terpasang selama 2 hari

pertama saat pasien awal kali masuk dan terapi oksigen 2liter. Penulis juga tidak

mengimplementasikan mengajarkan teknik batuk efektif, dikarenakan pasien

berumur 13 bulan dan pasien juga mengalami keterlambatan perkembangan.

Berdasarkan dari pemeriksaan denver II, keterlambatan An.A pada main bola

dengan pemeriksa, menyatakan keinginan dan menyebutkan papa/mama secara

spesifik.

Penulis mengganti dengan memberikan penkes teknik menyusui yang

baik dan benar atau efektif menggunakan leaflet dan lembar balik serta

mengatur lingkungan yang tepat untuk memberikan kenyamanan bagi klien.


64

4.3 Keterbatasan

Penulis mendapatkan hambatan dalam menyusun rencana studi kasus ini,

adapun dalam hambatannya adalah mencari pasien yang berumur 1-12 tahun.

Saat penulis mencari pasien penulis menemukan kebanyakan usia 6-9

bulan.Ketika penulis mendapatkan pasien yang sesuai dengan inklusi pasien

sangat sulit diajak berkomunikasi, ketika didekati selalu menangis. Penulis

mendekati pasien dengan menggunakan membawa beberapa permainan.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 22 Mei 2018. Pengkajian

dilakukan selama 3 hari. Pengkajian dilakukan di ruang Anggrek RSUD

dr.Soeselo Kabupaten Tegal. Berdasarkan pembahasan yang penulis paparkan

mengenai asuhan keperawatan pada An.A dengan diagnosa medis

bronkopneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi, maka penulis

kemukakan kesimpulan dan saran atau rekomondasi berdasarkan pengalaman

serta temuan selama melakukan asuhan keperawatan terhadap An.A yaitu :

5.1 Kesimpulan

Pada An.A dengan diagnosa medis bronkopneumonia. Penulis

menemukan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d

obstruksi jalan nafas (secret di bronki) untuk diangkat sebagai penelitian.

Berdasarkan data yang diperoleh, Ibu klien mengatakan An.A batuk, ada

lendir yang tersumbat dan sesak sudah berkurang. Penulis juga melakukan

intervensi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu dengan status

pernafasan : kepatenan jalan nafas. Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24jam dengan kriteria hasil pasien memiliki tanda tanda yang

diharapkan adalah frekuensi nafas normal (20-40x/menit), irama nafas teratur

dan tidak ada sputum dan bebas dari secret. Intervensi manajemen jalan nafas.

Tindakan yang dilakukan ada 7, yaitu : (1) Atur posisi klien memaksimalkan

potensi ventilasi (jalan nafas). (2) ajarkan cara teknik menyusui yang baik dan

benar atau efektif. (3) monitor status respirasi. (4) auskultasi suara nafas. (5)

65
66

berikan terapi nebulizer dan isap lendir advis dokter sesuai advis dokter. (6)

berikan tindakan fisioterapi dada sesuai advis dokter. (7) kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian injeksi.

Penulis menimplementasikan semua intervensi selama 3 hari. Evaluasi

yang diperoleh pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d

obstruksi jalan nafas (secret di bronki) teratasi sebagian, hal ini dikarenakan

frekuensi nafas klien masih belum stabil, masih ada sedikit secret dan bunyi

nafas masih ronkhi.

Penulis mengharapkan pasien memiliki tanda tanda yang diharapkan

adalah frekuensi nafas normal (20-40x/menit), irama nafas teratur dan tidak

ada sputum dan bebas dari secret. Keberhasilan mengatasi masalah yang ada

pada kasus juga didukung oleh sikap pasien yang kooperatif dan aktif dengan

tindakan keperawatan yang diberikan serta mendapatkan dukungannya dan

keluarga pasien.

5.2 Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan penulis antara lain:

5.2.1 Bagi Klien dan Keluarga

Sebaiknya keluarga mampu menghindari alergan seperti

memeriksa rumah untuk adanya jamur dinding di rumah, tidak

menggunakan karpet di lantai. Jika anak masih menyusu berikan teknik

menyusui yang baik dan benar atau efektif dan pengaturan lingkungan

yang rumah bebas asap. Agar klien tidak dibawa ke rumah sakit lagi

dengan keluhan yang sama.


67

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Sebaiknya perawat memberikan informasi kepada klien dan

keluarga tentang perawatan pada pasien bronkopneumonia. Seperti

memberikan cara teknik relaksasi distraksi dan posisi semi fowler untuk

memperbaiki pola pernafasan. Berikan cara menyusui yang baik dan

benar atau efektif bagi ibu klien apabila klien masih menyusu. Serta

sebagai suatu referensi dan sumber pengetahuan bagi rumah sakit untuk

meningkatkan kualitas keperawatan bagi penderita Bronkopneumonia

dengan kebutuhan okisigenasi.

5.2.3 Bagi Pendidikan

Agar lebih memahami penerapan keperawatan dalam pengelolaan

penderita bronkopneumonia dengan kebutuhan dasar oksigenasi. Seperti

menghitung pernafasan klien, memberikan oksigen dan memberikan

posisi yang nyaman untuk klien. Untuk anak anak yang masih

membutuhkan ASI berikan tentang teknik menyusui yang baik dan benar

atau efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. (2006). Penatalaksanaan umum koma. Jakarta : EGC.

Bulecheck., et al. (2015). Nursing Interventions Classification (NIC), Nursing


Outcomes Classification (NOC). Sixth Edition : Jakarta

Cecilly L,& Betz. (2010). Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Helmy, Zairin. Noer. (2007). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Jilid 1.


Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2011). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.

Kemenkes RI, (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta.

Kim, dkk (2010). Buku Ajar Respirologi Edisi 1. Jakarta : EGC.

Kustati. (2008). Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Citra


Parama.

Lubis. (2010). Fisioterapi Pada Anak. Medan : Usu Press.

Mubarak. (2005). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

Mubarak. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : Media Aesculapius.

Muscari. (2009). Keperawatan Pedriatik Edisi 3. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. (2009). Perawatan Anak Sakit Edisi II. Jakarta : EGC.

Nurachmah, E. Supadi. (2008). Efektivitas Penggunaan Posisi Semi Fowler.


Jakarta : EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Bandung


: Alfabeta.

Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Praktik. Jakarta: EGC.

Purwanti, S. Hubertin. (2009). Konsep Penerapan ASI Eksklusif : Buku Saku


Untuk Bidan. Jakarta : EGC.
Rufaidah. (2008). Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta : EGC.

Sadiman, S. Arief. (2009). Media Kesehatan, Pengertian, Pengembangan dan


Pemanfaatannya. Jakarta : Rajawali Press.

Sandra. (2007). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Smeltzer. (2001). Buku Ajar Keperawatan Edisi 8(Alih Bahasa Agung Waluyo).
Jakarta : EGC.

Sulistyo. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Wartonah. (2006). Buku Ajar Keperawatan. Jakarta : EGC.

Wilkinson, M. Judith. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta


: EGC.

Depkes RI. (2015). Jurnal Bronkopneumonia pada anak. diakses pada tanggal 10
februari 2018 jam 21:25WIB.

Marimba. (2003). Jurnal Asuhan Anak pada Bronkopneumonia. (Jtptunimus.


ac.id). diakses tanggal 11 februari 2018 jam 20.00 WIB.

WHO. (2015).Indonesia Jurnal Infodantin Kesehatan RI. (www.depkes.go.id)


diakses tanggal 10 februari 2018 jam 19.00WIB
Lampiran I
Lampiran II
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(S A P)
TEKNIK MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

Disusun oleh :

Nama : Zulfa Dika Safera

Nim : A0015112

STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TEKHNIK MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

PENDAHULUAN
Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu sekaligus
memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak (Yuliarti,2009).
Keberhasilan menyusui harus diawali dengan kepekaan terhadap waktu
yang tepat saat pemberian ASI. Kalau diperhatikan sebelum sampai menangis
bayi sudah bisa memberikan tanda-tanda kebutuhan akan ASI berupa gerakan-
gerakan memainkan mulut dan lidah atau tangan di mulut.
Kendala terhadap pemberian ASI telah teridentifikasi, hal ini mencakup
faktor-faktor seperti kurangnya informasi dari pihak perawat kesehatan bayi,
praktik-praktik rumah sakit yang merugikan seperti pemberian air dan suplemen
bayi tanpa kebutuhan medis, kurangnya perawatan tindak lanjut pada periode
pasca kelahiran dini, kurangnya dukungan dari masyarakat luas (Maribeth
Hasselquist, 2006).
Sehingga penulis menyusun makalah satuan acara penyuluhan dengan tema
Tekhnik Menyusui yang Baik dan benar, agar ibu menyusui mampu menerapkan
tekhnik menyusui yang baik dan benar pada bayi umur 0-2 tahun.
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok bahasan : Teknik Menyusui


Sub poko bahasan : 1. Mengetahui tekhnik menyusui yang benar
2. Memahami Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3. Memahami Langkah-langkah menyusui yang benar
Hari/Tanggal : Rabu, 23 Mei 2018
Waktu : 15 menit
Tempat : Ruang Anggrek 1 RSUD dr.Soeselo Slawi
Sasaran : Ny.D

A. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan 1x15 menit, Ny.D mengerti tentang cara
menyusui yang baik dan benar

B. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan pendidikan kesehatan 1x15 menit
diharapkan Ny.D mampu :

1. Memahami Tekhnik menyusui yang benar


2. Mengetahui Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3. Mengetahui Langkah-langkah menyusui yang benar

C. Materi
1. Tekhnik menyusui yang benar
2. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar
3. Langkah-langkah menyusui yang benar

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Leaflet
2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)
3. Lembar Balik

F. Kegiatan penyuluhan
No Tahap/waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan sasaran
1. Pembukaan : 1. Memberi salam pembuka - Menjawab salam
2 menit 2. Memperkenalkan diri - Memperhatikan
3. Menjelaskan pokok bahasan dan - Memperhatikan
tujuan penyuluhan
2. Pelaksanaan : 1. Memahami tekhnik menyusui yang - Memperhatikan
6 menit benar
2. Mengetahui posisi dan perlekatan - Memperhatikan
menyusui yang benar
3. Mengetahui langkah-langkah - Memperhatikan
menyusui yang benar
4. Menjelaskan cara pengamatan - Memperhatikan
tekhnik menyusui yang benar.
3. Evaluasi : 1. Menanyakan kepada ibu klien Menjawab pertanyaan
5 menit tentang materi yang telah diberikan.
4. Terminasi :  Mengucapkan terimakasih atas - Mendengarkan
2 menit peran serta dan pesert
 Mengucapkan salam penutup - Menjawab salam

G. Evaluasi
1. Jelaskan cara menyusui yang baik dan benar?
2. Jelaskan posisi bagaimana cara menyusui bayi kembar yang baik dan
benar?
3. Sebutkan langkah-langkah menyusui yang baik dan benar?

H. Referensi
1. Dian Adiningsih, 2002. Mastitis: Penyebab dan Pelaksanaan. Widya
Medika: Jakarta
2. Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih, 2011. Asuhan kebidanan pada
ibu nifas. Salemba Medika; Jakarta.
Lampiran Materi
Materi Penyuluhan
“Tekhnik Menyusui yang Baik dan Benar”

A. Pengertian Tekhnik Menyusui yang benar


Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Saminem,2009)
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Suradi dan Hesti,
2010,)
Tekhnik menyusui yang benar adalah kegiatan yang menyenangkan bagi ibu
sekaligus memberikan manfaat yang tidak terhingga pada anak dengan cara
yang benar (Yuliarti, 2010).
Tujuan menyusui yang benar adalah untuk merangsang produksi susu dan
memperkuat refleks menghisap bayi.
Jadi, Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan posisi ibu yang benar, sehingga memudahkan bayi untuk menyusu.

B. Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar


Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu
pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi
kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada
ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan
ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak
(Vivian Nanny Lia Dewi, Tri Sunarsih, 2011)
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan


C. Langkah-langkah menyusui yang benar
1. Cuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun.
2. Peras sedikit ASI dan oleskan disekitar puting .
3. Duduk dan berbaring sesuai posisi yang nyaman untuk ibu. Jangan hanya
leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus dan hadapkan
bayi kedada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu,
biarkan bibir bayi menyentuh putting susu ibu dan tunggu sampai terbuka
lebar.
4. Segera dekatkan bayi kepayudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah
bayi terletak dibawah puting susu. Cara meletakan mulut bayi dengan benar
yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir
bayi membuka lebar.
5. Bayi disusui secara bergantian dari payudara sebelah kiri lalu kesebelah
kanan sampai bayi merasa kenyang.
6. Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi dibersihkan
dengan lap bersih yang telah direndam dengan air hangat.
7. Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara yang
terhisap bisa keluar.
8. Bila kedua payudara masih ada sisa ASI tahan puting susu dengan kain
supaya ASI berhenti keluar.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara


Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

Gambar 12. Perlekatan benar

Gambar 13. Perlekatan salah


Lampiran VII
Lampiran VIII

TEKNIK MENYUSUI YANG


BAIK DAN BENAR

Disusun oleh:
ZULFA DIKA SAFERA
A0015112

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2018
TEKNIK MENYUSUI YANG BAIK
DAN BENAR

“Teknik Menyusui Yang Baik dan Benar adalah


cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.”

Pembentukan dan Persiapan ASI


1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak.

2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi.


3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu
POSISI DAN PERLETAKAN MENYUSUI

1. Posisi menyusui sambil berdiri

2. Posisi menyusui sambil duduk

3. Posisi menyusui sambil rebahan


4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal

5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang


perawatan

6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

7. Posisi menyusui bila ASI penuh.

8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan.


LANGKAH-LANGKAH MENYUSUI
YANG BAIK DAN BENAR

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI


dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring
dengan santai.
1. Cara meletakan bayi

2. Cara memegang payudara.

3. Cara merangsang mulut bayi.


4. Perlekatan benar

5. Perlekatan salah.
Cara Pengamatan Teknik
Menyusui Yang Baik Dan Benar

Menyusui dengan benar maka akan


memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut
bayi, areola bawah lebih banyak yang
masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan
irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.
Lampiran IX

LAPORAN PELAKSANAAN SKRINING DENVER II PADA AN.A


(13 BULAN) DI RUANG ANGGREK 1 RSUD dr. SOESELO SLAWI
KABUPATEN TEGAL

A. IDENTITAS ANAK
Nama : An.A
Taanggal Lahir : 19 Maret 2017
Tanggal Pemeriksaan : 23 Mei 2018

B. USIA PEMERIKSAAN
An.A lahir melalui persalinan normal, dengan BBL 2000gram dan usia
An.A pada saat pemeriksaan adalah 13 bulan.

C. ALAT YANG DIGUNAKAN


Denver II

D. ASPEK PERKEMBANGAN YANG DINILAI


SEKTOR PERSONAL SOSIAL
Aspek yang dinilai Penilaian
1. Minum dengan cangkir R N
2. Menirukan kegiatan R N
3. Main bola dengan pemeriksa F C
4. Dag dag dengan tangan P N
5. Menyatakan keinginan F C
6. Tepuk tangan P N
SEKTOR ADAPTIF-MOTORIK HALUS
Aspek yang dinilai Penilaian
1. Mencorat coret F N
2. Menaruh kubus dicangkir F N
SEKTOR BAHASA
Aspek yang dinilai Penilaian
1. 3 kata F N
2. 2 kata F N
3. 1 kata P N
4. Papa / mama spesifik F C
5. Mengoceh P N
SEKTOR MOTORIK KASAR
Aspek yang dinilai Penilaian
1. Berjalan dengan baik F N
2. Membungkuk kemudian berdiri F N
3. Berdiri sendiri F N

E. INTERPRETASI HASIL TES


1. Sektor Personal-sosial
Minum dengan cangkir An.A menolak untuk diperiksa hasil normal,
menirukan kegiatan An.A menolak untuk diperiksa hasil normal, main
bola dengan pemeriksa An.A gagal untuk diperiksa hasil
caution(peringatan), daag daag dengan tangan An.A berhasil untuk
diperiksa hasil normal, menyatakan keinginan An.A gagal diperiksa
hasil caution dan tepuk tangan An.A berhasil diperiksa hasil normal.
2. Sektor Adaptif Motorik halus
Mencorat coret An.A gagal untuk diperiksa hasil normal dan menaruh
kubus dicangkir An.A gagal untuk diperiksa hasil normal.
3. Sektor Bahasa
Menyebutkan 3 kata An.A gagal untuk diperiksa hasil normal,
menyebutkan 2 kata An.A gagal untuk diperiksa hasil normal,
menyebutkan 1 kata An.A berhasil diperiksa hasil normal,
menyebutkan papa/mama spesifik An.A gagal diperiksa hasil caution
dan mengoceh An.A berhasil diperiksa hasil normal.
4. Sektor Motorik Kasar
Berjalan dengan baik An.A diperiksa gagal hasil normal, membungkuk
kemudian berdiri An.A gagal diperiksa hasil normal dan berdiri sendiri
An.A gagal diperiksa hasil normal.

F. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan penilaian keseluruhan An.A SUSPEK karena terdapat
caution 3 atau lebih 1 delayed. Ibu klien diharapkan melakukan pengkajian
ulang 2 minggu.
Lampiran X
Lampiran XI

Anda mungkin juga menyukai

  • Kasus BBLR
    Kasus BBLR
    Dokumen25 halaman
    Kasus BBLR
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen25 halaman
    LP BBLR
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP PK
    LP PK
    Dokumen15 halaman
    LP PK
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Skripsi TBC
    Skripsi TBC
    Dokumen109 halaman
    Skripsi TBC
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • LP HPP Fix
    LP HPP Fix
    Dokumen14 halaman
    LP HPP Fix
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Disentri
    Laporan Pendahuluan Disentri
    Dokumen14 halaman
    Laporan Pendahuluan Disentri
    AWwaliy'ach Aull'vha
    Belum ada peringkat