OLEH:
Ni Kadek Valentina ( P07131018036 )
2019
PENDAHULUAN
Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau
sakit (Kemenkes RI, 2013).
Pelayanan gizi di rumah sakit ini diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien
berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien
sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya kondisi penyakit juga dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh yang mengakibatkan
beberapa masalah gizi (Kemenkes RI, 2013).
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus
penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disesae), memerlukan penatalaksanaan gizi secara
khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan (Kemenkes RI, 2013).
PEMBAHASAN
Kegiatan pelayanan gizi rumah sakit dilaksanakan untuk mencapai sistem pelayanan gizi
yang bermutu dan paripurna. Ruang lingkup dari kegiatan tersebut, meliputi:
1. Asuhan gizi rawat jalan
2. Asuhan gizi rawat inap
3. Penyelenggaraan makanan
4. Penelitian dan pengembangan (Kemenkes, 2013).
Pelayanan gizi rumah sakit dilakukan sebagai bentuk upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan pasien baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Peningkatan status gizi dan
kesehatan tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab tim asuhan gizi. Tim asuhan gizi
merupakan seluruh tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam mempercepat
kesembuhan pasien.
Tim asuhan gizi merupakan tenaga kesehatan,meliputi:
1. Dietesien/ahli gizi,
2. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP),
3. Perawat,
4. Ahli farmasi,
5. Tenaga kesehatan lain (Kemenkes, 2013).
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik
bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi dengan
dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya terkait memberikan pelayanan asuhan
gizi. Oleh karena itu, perlu mengetahui peranan masing-masing tenaga kesehatan tersebut dalam
memberikan pelayanan (Kemenkes, 2013). Tim asuhan gizi terdiri dari berbagai macam profesi
yang mempunyai peran sebagai berikut:
a. Dietesien/ Ahli gizi
1. Mengkaji hasil skrining gizi dari perawat dan order diet dari dokter.
2. Melakukan pengkajian gizi lanjut pada pasien berisiko malnutrisi, malnutrisi, atau kondisi
khusus meliputi pengumpulan, analisa, dan interpretasi riwayat gizi/makanan, biokimia,
antropometri, pemeriksaan klinis dan fisik, dan riwayat personal pasien.
3. Mengidentifikasi dan menetapkan prioritas diagnosis gizi berdasarkan hasil pengkajian gizi.
4. Menyusun intervensi diet meliputi tujuan dan preskripsi diet yang lebih terperinci untuk
penetapan diet definitive serta merencanakan konseling gizi.
5. Melakukan kerja sama dengan dokter terkait dengan diet definitive.
6. Melakukan koordinasi dengan sesama anggota tim asuhan gizi untuk melaksanakan intervensi
gizi
7. Melakukan pemantauan respon pasien terhadap intervensi yang telah diberikan.
8. Melakukan evaluasi terhadap proses dan dampak asuhan gizi yang diberikan.
9. Melakukan edukasi gizi meliputi konseling dan penyuluhan pasien dan keluarganya.
10. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi pada dokter.
11. Melakukan pengkajian ulang jika tujuan tidak tercapai.
12. Melakukan ronde pasien bersama tim.
13. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi yang dilakukan untuk mengevaluasi
keberhasilan pelayanan gizi bersama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), perawat, ahli
farmasi, dan tenaga kesehatan lain, serta pasien dan keluarganya.
(Kemenkes, 2013).
1. Bertanggung jawab dalam aspek gizi pasien yang terkait dengan aspek klinis.
2. Menentukan preksripsi diet awal.
3. Menetapkan diet definitive bersama dietisien/ahli gizi.
4. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peran asuhan gizi.
5. Merujuk pasien yang membutuhkan asuhan atau konseling gizi pada dietisien/ahli gizi.
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala bersama selama masa
perawatan (Kemenkes, 2013).
c. Perawat
1. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan nutrisi
parenteral.
2. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
3. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan parenteral oleh
klien/pasien bersama perawat.
4. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan.
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan makanan.
(Kemenkes, 2013).
Pemberdayaan pelayanan gizi konseling atau pelayanan gizi rawat jalan merupakan
serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai
dariassessment/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada
klien/pasien di rawat jalan (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan konseling gizi yaitu memberikan pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau
kelompok dengan membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai
jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan dan cara makan, jenis
diet dengan kondisi kesehatannya. Sasaran kegiatan ini yaitu pasien dan keluarga atau individu
pasien yang datang atau dirujuk (Kemenkes RI, 2013).
Mekanisme pasien berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa
konseling adalah sebagai berikut:
1. Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter dari poliklinik
yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2. Petugas administrasi di ruang konseling mencatat data pasien didalam buku registrasi.
3. Ahli gizi melakukan assessmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri pada pasien yang
belum ada data BB, TB.
4. Ahli gizi melanjutkan assessmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat makan, riwayat
personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis. Kemudian menganalisa semua data
assessmen gizi.
5. Ahli gizi menetapkan diagnosa gizi.
6. Ahli gizi memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan langkah menyiapkan
dan mengisi leaflet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi pasien serta menjelaskan tujuan diet,
jadwal, jenis, jumlah bahan makanan sehari menggunakan alat peraga food model, menjelaskan
tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan, mcara pemasakan dan lain-lain yang
disesuaikan dengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien.
7. Ahli gizi menganjurkan pasien untuk kunjungan ulang, untuk mengetahui keberhasilan
intervensi (monev) dilakukan monitoring dan evaluasi gizi.
8. Pencatatan hasil konseling gizi dengan format ADIME (Assessmen, Diagnosis, Intervensi,
Monitoring & Evaluasi) kemudian diarsipkan di ruang konseling.
(Kemenkes RI, 2013)
Pemberdayaan pelayanan gizi konseling atau pelayanan gizi rawat jalan merupakan
serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessmen/pengkajian, pemberian diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada
klien/pasien di rawat jalan (Kemenkes RI, 2013).
PENUTUP
KESIMPULAN
Status Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Adapun factor-faktor
yang mempengaruhi status gizi adalah ada factor eksternal (pendapatan, pendidikan, pekerjaan,
budaya) dan factor internal (usia, fisik, dan infeksi). Status gizi seseorang dapat diketahui dengan
beberapa cara yaitu secara langsung (antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik,) dan secara
tidak langsung (survey konsumsi makanan, statistic vital, dan factor ekologi).