Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

MAKALAH
“Negara dan HAM”

Disusun oleh
Kelompok 15:
Flora Gratia Walelang (18101103005)
Sephram Laurenza Kawulusan (18101103007)
Alma Purwaningtiyas Kati (18101103010)
Arsista Tololiu (18101103019)
Wany Dina F. Situmorang (18101103062)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
NEGARA
1. PENGERTIAN NEGARA
Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan
diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki
kedaulatan. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem
atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri
secara independent. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat,
memiliki wilayah dan memiliki pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat
sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.
Agar lebih memahami apa arti negara, maka kita dapat merujuk pada
pendapat para ahli berikut ini:
1. Max Weber
Menurut Max Weber, pengertian negara adalah suatu masyarakat yang
memonopoli penggunaan kekuatan fisik yang sah pada suatu wilayah tertentu.
2. John Locke
Menurut John Locke, pengertin negara adalah suatu badan atau organisasi
yang dihasilkan dari perjanjian masyarakat.
3. Roger F. Soleau
Menurut Roger F. Soleau, pengertian negara adalah suatu sarana atau
wewenang yang mengatur dan mengendalikan berbagai masalah yang
sifatnya umum dalam kehidupan masyarakat.
4. Miriam Budiardjo
Menurut Miriam Budiardjo, pengertian negara adalah suatu wilayah yang
penduduknya dipimpin oleh pejabat-pejabat dan melalui kekuasaan yang sah
telah berhasil mengatur rakyatnya untuk patuh terhadap peraturan undang-
undang.
5. Prof. Soenarko
Menurut Prof. Soenarko, pengertian negara adalah suatu organisasi tertinggi
dari masyarakat yang mempunyai wilayah tertentu, tempat kekuasaan negara
yang kedaulatannya berlaku sepenuhnya.
6. Roger H. Soltou
Menurut Roger H. Soltou, negara adalah suatu alat yang berwenang mengatur
sekaligus mengendalikan segala persoalan bersama atas nama masyarakat.

2. ASAL MULA TERBENTUKNYA NEGARA


Asal mula terbentuknya negara dapat dijelaskan melalui berbagai teori dan
berdasarkan pendekatan primer. Teori-teori berdasarkan pendekatan primer
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori Kenyataan, dalam teori kenyataan dijelaskan bahwa ketika unsur-
unsur dalam negara telah dipenuhi seluruhnya maka pada saat itu pula negara
menjadi kenyataan. Yang dimaksud dengan kenyataan yaitu negara telah
dapat berdiri jika unsurnya telah terpenuhi.
2. Teori Ketuhanan, teori ini menjelaskan bahwa negara terbentuk karena
adanya kehendak Tuhan.
3. Teori Perjanjian Masyarakat, manusia pada zaman dulu hidup berpindah-
pindah. Ketika terjadi pertemuan antara satu masyarakat dengan masyarakat
lain, dengan bimbingan akal sehat mereka dibuatlah suatu perjanjian.
Perjanjian tersebut dibuat untuk menghindari perselihan dan menentukan
batas-batas wilayah tertentu. Jadi perjanjian dapat menjadi landasan untuk
terbentuk suatu negara.
4. Teori kekuasaan, teori ini menjelaskan bahwa negara terbentuk karena
adanya kekuasaan. Secara umum dijelaskan negara berdiri karena pengaruh
kekuatan dimana prajurit yang memenangkan pertarungan akan menjadi raja
pertama.
5. Teori Hukum Alam, teori ini menjelaskan bahwa hukum yang berlaku
merupakan kehendak alam. Begitu pula dengan terbentuknya negara. Diawali
oleh dorongan untuk memenuhi kebutuhan dengan solusi melakukan
pertukaran. Tukar menukar terus berkembang dari antar individu menjadi
antar desa, kemudian antar kota hingga akhirnya terbentuklah negara.
Pertukaran pun terjadi antar negara. Namun pengaruh lain adalah kodrat
manusia yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya.
6. Teori Modern, menurut teori modern yang dikemukakan oleh George
Jellink, negara terbentuk secara primer dan sekunder.
Berdasarkan pendekatan faktual, terjadinya negara dilihat berdasarkan
pengalaman sejarah. Asal mula terbentuknya negara berdasarkan pendekatan
faktual adalah sebagai berikut:
a. Terdapat suatu wilayah yang tidak bertuan, kemudian ditinggali oleh
sekelompok masyarakat atau bangsa. Kemudian masyarakat tersebut
mendirikan sebuah negara.
b. Terdapat wilayah dalam suatu negara yang ditinggali oleh masyarakat,
kemudian masyarakat tersebut memisahkan diri dari negara induknya.
c. Terdapat beberapa negara yang berkumpul menjadi satu negara baru.
d. Suatu negara yang pecah namun masih memiliki wilayah, nah di wilayah
tersebut dibentuk suatu negara baru.
e. Suatu daeraah yang diserahkan kepada negara lain.
f. Terbentuknya pulau sebagai akibat dari lumpur yang mengeras dikuala sungai
dan dapat dihuni. Hal ini dapat menjadi awal terbentuknya negara.
g. Suatu wilayah yang ditaklukaan oleh negara lain yang kemudian memberikan
kemungkinan untuk membentuk negara diwilayah tersebut.
h. Pernyataan kemerdekaan dari suatu bangsa yang telah berhasil merebut
kembali kekusaan atas negaranya.

3. FUNGSI NEGARA
Negara dibentuk untuk mememuhi fungsi tertentu. Fungsi ini digunakan
untuk mencapai tujuannya. Secara lebih jelas fungsi negara adalah sebagai
berikut:
 Negara berfungsi untuk melaksanakan ketertiban untuk menghindari
perselisihan antar masyarakatnya. Jika ketertiban tercipta semua aktivitas
masyarakat akan berjalan dengan semestinya.
 Negara berfungsi untuk mensejahterakan masyarakatnya dan mengusahakan
kemakmuran rakyatnya.
 Negara berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu bangsa
agar terhindar dari berbagai ancaman baik ancaman dari dalam maupun dari
luar.
 Negara berfungsi menegakkan keadilan bagi seluruh masyarakatnya dalam
berbagai bidang kehidupan. Keadilan ini ditegakkan melalui berbagai
lembaga peradilan dan hukum.

4. CIRI – CIRI NEGARA


Agar lebih memahami bagaimana suatu negara dapat dikatakan sebagai
“Negara”, perlu diketahui bagaimana cirinya. Secara umum ciri-ciri negara adalah
sebagai berikut:
a. Adanya masyarakat atau rakyat yang mendiami wilayahnya
b. Memiliki wilayah dan batas wilayah yang jelas
c. Dipimpin oleh seorang pemimpin baik itu presiden ataupun raja.
d. Memiliki aturan hukum yang bertujuan mentertibkan rakyatnya.
e. Memiliki bentuk pemerintahan dan ideologinya (misalnya bentuk
pemerintahan demokrasi, komunis, dan lain-lain).
f. Adanya susunan pemerintahan yang jelas.
g. Adanya pola kemasyarakatan.
h. Adanya kerjasama dengan negara lain.
i. Terdapat kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang kenegaraan.

5. UNSUR-UNSUR TERBENTUKNYA NEGARA


Terdapat 4 unsur yang membentuk suatu negara, dimana unsur terbentuknya
negara dibedakan menjadi 2 macam yaitu unsur konstitutif dan unsur deklaratif.
Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada di saat Negara tersebut
didirikan. Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak harus ada di saat Negara
tersebut berdiri tetapi boleh dipenuhi setelah Negara tersebut berdiri.
a. Unsur Konstitutif
1. Wilayah (Daerah Kekuasaan)
Wilayah merupakan daerah yang menjadi kekuasaan Negara sekaligus
menjadi tempat tinggal bagi rakyat. Wilayah Negara mencakup wilayah darat,
laut, dan udara.
Batas wilayah dapat berupa:
 Batas alamiah (gunung, hutan, sungai)
 Batas buatan (pos penjagaan, kawat berduri, patok, pagar tembok).
 Batas secara geografis yaitu batas berdasarkan garis lintang dan garis
bujur.
 Batas perjanjian, batas wilayah ini dapat berupa konvensi, traktat,
misalnya konvensi hukum laut internasional.
Ada 2 konsep dasar mengenai batas wilayah lautan, yaitu :
 Res nullius, yaitu laut dapat diambil dan dimiliki oleh setiap Negara.
 Res communis, yaitu laut adalah milik masyarakat dunia, sehingga tidak
dapat diambil atau dimilliki oleh suatu Negara.

2. Rakyat atau Penduduk


Rakyat adalah semua orang yang secara nyata berada (tinggal) dalam
wilayah suatu Negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan di Negara
tersebut. Penduduk adalah orang yang berdomisili secara tetap dalam wilayah
suatu Negara dalam jangka waktu yang lama. Penduduk terdiri
dari WNI dan WNA. Penduduk dibedakan menjadi warga Negara dan bukan
warga Negara.
Warga Negara adalah orang yang secara sah menurut hukum menjadi
warga Negara, yaitu penduduk asli dan WNI keturunan asing. Bukan warga
Negara adalah orang yang menurut hukum tidak menjadi warga suatu Negara
atau WNA. Bukan penduduk adalah mereka yang tinggal di wilayah suatu
Negara tidak menetap (tinggal sementara waktu). Contoh: turis asing yang
berlibur di Bali.

3. Pemerintah yang berdaulat


Pemerintah yang berdaulat yaitu suatu pemerintah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi untuk mengamankan, mempertahankan, mengatur, dan
melancarkan tata cara penyelenggaraan pemerintahan Negara secara penuh.
Ada 2 macam kedaulatan yaitu :
 Berdaulat keluar artinya memiliki kedudukan sederajat dengan Negara-
negara lain, sehingga bebas dari campur tangan Negara-lain.
 Berdaulat ke dalam artinya berwibawa, berwenang menentukan dan
menegakkan hukum atas warga dan wilayah negaranya.

b. Unsur Deklaratif
Diluar unsur mutlak diatas masih terdapat unsur deklaratif, dimana unsur ini
penting bagi suatu negara walaupun bukan merupakan unsur mutlak.
Contoh unsur deklaratif:
 Tujuan negara,
 Undang-undang dasar,
 Pengakuan dari negara lain secara de jure atau pun secara de facto,
 Serta masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-bangsa (pbb).
Terdapat 2 jenis pengakuan yaitu secara:
 De facto adalah pengakuan atas fakta adanya suatu Negara telah terbentuk
berdasarkan adanya rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
 De jure adalah pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum
internasional, sehingga suatu Negara mendapatkan hak-hak dan
kewajibannya sebagai anggota keluarga Bangsa-Bangsa di dunia.

6. SIFAT NEGARA
Negara merupakan organisasi yang berisikan sekumpulan masyarakat yang
tinggal di wilayah tertentu yang diatur dengan peraturan dan tata tertib yang
memiliki tujuan yang sama. Ternyata negara memiliki beberapa sifat. Sifat sifat
negara adalah sebagai berikut:
 Negara memiliki sifat memaksa, hal ini dapat dilihat dengan memahami
bahwa negara memiliki kekuatan fisik yang legal (Polisi, Tentara, Jaksa,
Hakim).
 Negara bersifat memonopoli, hal ini karena negara dapat menyatakan,
bahwa suatu aliran kepercayaan atau politik tertentu dilarang hidup dan
disebar luaskan.
 Negara memiliki sifat merata dan untuk semua, peraturan perundangan
berlaku untuk semua orang tanpa kecuali.
7. TUJUAN DIBENTUKNYA NEGARA
Dalam sebuah negara terdapat masyarakat yang memiliki tujuan yang sama.
Untuk mencapai tujuan tersebut dibentuklah negara. Secara umum negara juga
memiliki tujuan sendiri. Adapun tujuan negara adalah sebagai berikut:
 Menyelenggarakan kesejahteraan rakyat.
 Menciptakan kondisi yang aman dan tentram
 Seluruh bagian negara menjalankan kehidupan berdasarkan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Memajukan kehidupan sosial masyarakat.
 Mencerdaskan kehidupan bangsanya.
 Membantu masyarakat untuk mencapai cita-cita serta keinginannya secara
maksimal.
 Melaksanakan ketertiban sosial.
 Menjamin pelaksanaan Hak Asasi Manusia (HAM)
 Menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat.

8. BENTUK NEGARA INDONESIA


Negara Indonesia berbentuk Negara Kesatuan. Negara kesatuan merupakan
merupakan bentuk negara yang kekuasaan tertingginya berada di pemerintahan
pusat. Secara hierarkinya, negara kesatuan merupakan negara yang bersusunan
tunggal yang berarti tidak ada negara didalam negara. Negara kesatuan dibedakan
kembali menjadi dua yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem
sentralisasi, semua persoalan diatur oleh pemerintah pusat. Daerah bertugas
menjalankan perintah dari pusat tanpa diberikan kewenangan. Sedangkan dalam
desentralisasi, daerah diberikan kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangga
sendiri (hak otonomi) sesuai kebutuhan dan peraturan yang juga diatur oleh
pemerintah pusat.

Ciri - Ciri Negara Kesatuan:


1. Hanya terdiri satu undang-undang dasar, kepala negara, dewan menteri dan
dewan perwakilan rakyat.
2. Kedaulatan negara mencakup kedaulatan ke dalam dan kedaulatan ke luar
yang telah ditandatangani oleh pemerintah bagian pusat.
3. Menganut dua sistem, yaitu sentralistik atau dari pusat dan desentralistik atau
dari daerah.
4. Hanya menggunakan satu kebijakan terhadap masalah yang dihadapi seperti
ekonomi, sosial, politik, budaya, keamanan dan pertahanan.

HAM
A. Pengertian HAM
Menurut UU No. 39/1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Dengan akal budinya dan nuraninya, manusia memiliki
kebebasan untuk memutuskan sendiri perbuatannya. Disamping itu, untuk
mengimbangi kebebasannya tersebut manusia memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.
Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut Hak Asasi Manusia
yang secara kodratnya melekat pada diri manusia sejak manusia dalam kandungan
yang membuat manusia sadar akan jati dirinya dan membuat manusia hidup
bahagia. Setiap manusia dalam kenyataannya lahir dan hidup di masyarakat.
Dalam perkembangan sejarah tampak bahwa Hak Asasi Manusia memperoleh
maknanya dan berkembang setelah kehidupan masyarakat makin berkembang
khususnya setelah terbentuk Negara. Kenyataan tersebut mengakibatkan
munculnya kesadaran akan perlunya Hak Asasi Manusia dipertahankan terhadap
bahaya-bahaya yang timbul akibat adanya Negara, apabila memang
pengembangan diri dan kebahagiaan manusia menjadi tujuan.
Berdasarkan penelitian hak manusia itu tumbuh dan berkembang pada waktu
Hak Asasi Manusia itu oleh manusia mulai diperhatikan terhadap serangan atau
bahaya yang timbul dari kekuasaan yang dimiliki oleh Negara. Negara Indonesia
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan kewajiban dasar manusia. Hak secara
kodrat melekat dan tidak dapat dipisahkan dari manusia, karena tanpanya manusia
kehilangan harkat dan kemanusiaan. Oleh karena itu, Republik Indonesia
termasuk pemerintah Republik Indonesia berkewajiban secara hukum, politik,
ekonomi, social dan moral untuk melindungi, memajukan dan mengambil
langkah-langkah konkret demi tegaknya Hak Asasi Manusia dan kebebasan dasar
manusia.

B. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia


Bangsa Indonesia mempunyai pandangan dan sikap mengenai Hak Asasi
Manusia yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, dan nilai luhur
budaya bangsa, serta berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang dasar 1945.
Pengakuan, jaminan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia tersebut diatur dalam
beberapa peraturan perundangan berikut:
1. Pancasila
a. Pengakuan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Pengakuan bahwa kita sederajat dalam mengemban kewajiban dan
memiliki hak yang sama serta menghormati sesama manusia tanpa
membedakan keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, suku dan bangsa.
c. Mengemban sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa,
dan sikap tidak sewenang-wenang terhadap orang lain.
d. Selalu bekerja sama, hormat menghormati dan selalu berusaha menolong
sesama.
e. Mengemban sikap berani membela kebenaran dan keadilan serta sikap
adil dan jujur.
f. Menyadari bahwa manusia sama derajatnya sehingga manusia Indonesia
merasa dirinya bagian dari seluruh umat manusia.
2. Pembukaan UUD 1945
Menyatakan bahwa “ kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, dan oleh
karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan”. Ini adalah suatu pernyataan
universal karena semua bangsa ingin merdeka. Bahkan, didalam bangsa yang
merdeka, juga ada rakyat yang ingin merdeka, yakni bebas dari penindasan
oleh penguasa, kelompok atau manusia lainnya.
3. Batang Tubuh UUD 1945
a. Persamaan kedudukan warga Negara dalam hokum dan pemerintahan
(pasal 27 ayat 1)
b. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2)
c. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul (pasal 28)
d. Hak mengeluarkan pikiran dengan lisan atau tulisan (pasal 28)
e. Kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan
kepercayaanya itu (pasal 29 ayat 2)
f. Hak memperoleh pendidikan dan pengajaran (pasal 31 ayat 1)
g. Bab XA pasal 28A s.d 28J tentang Hak Asasi Manusia
4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
a. Bahwa setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan
tanggung jawab untuk menghormati HAM orang lain secara timbal balik.
b. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh UU.
c. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
Untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin
pelaksanaan HAM serta memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan
perasaan aman kepada masyarakat, perlu segera dibentuk suatu
pengadilan HAM untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang berat.
5. Hukum Internasional tentang HAM yang telah Diratifikasi Negara RI
a. Undang- undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1998 tentang
pengesahan (Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan atau
penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan
martabat orang lain).
b. Undang-undang Nomor 8 tahun 1984 tentang pengesahan Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita.
c. Deklarasi sedunia tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 (Declaration
Universal of Human Rights).
C. Macam-Macam Hak Asasi Manusia
a. Hak asasi pribadi / personal Right :
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah
tempat
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
 Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama
dan kepercayaan yang diyakini masing-masing
b. Hak asasi politik / Political Right
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
 Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi
politik lainnya
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi
c. Hak asasi hukum / Legal Equality Right
 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum
d. Hak asasi Ekonomi / Property Rigths
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang-piutang,
dll.
 Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
e. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.
f. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
 Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
 Hak mendapatkan pengajaran
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat

NEGARA HUKUM
Negara hukum adalah sebuah negara yang dalam menjalankan
pemerintahannya berdasarkan pada hukum. Jadi, penyelenggaraan pemerintahan
di negara hukum seperti Indonesia tidak boleh menyalahi perangkat negara yang
mengatur tentang hukum seperti undang-undang, Pancasila, TAP MPR, Peraturan
Pemerintah seperti Peraturan Daerah, Peraturan Presiden, dan yang lainnya. Hal
tersebut bertujuan untuk membuat sebuah negara yang adil dimana seluruh
rakyatnya merasakan kemakmuran. Namun dengan tujuan yang baik tersebut,
lantas tidak membuat semua negara memegang prinsip negara hukum.
Dari pengertian negara hukum diatas, maka dapat ditarik kesimpulan juga
bahwa dalam pelaksanaannya, negara hukum harus menjunjung keadilan sebagai
tujuan dari hukum sendiri. Maka sangat dipertanyakan jika di sebuah negara
hukum belum tercapai suatu keadilan. Itu artinya, pelaksanaan negara hukum
belum bisa dikatakan berhasil, baik disebabkan karena pemerintahnya, maupun
masyarakatnya. Contoh masalah yang paling sering ditemukan di negara hukum
adalah pelaksanaan hukum yang masih mengenal sistem kasta. Sistem tersebut
membuat perbedaan dalam penerapan hukum dengan memandang jabatan, status
sosial, dan pengaruh dari seseorang yang dihakimi. Seringkali orang yang
memiliki jabatan, status sosial, serta pengaruh yang tinggi diloloskan dari
hukuman yang seharusnya didapat dan akibatnya, orang-orang kecillah yang
menanggungnya.
Hak asasi manusia juga seharusnya mendapat sorotan yang lebih di negara
hukum karena hak asasi manusia menjadi salah satu ciri dari negara hukum.
Namun pelaksanaan hak asasi manusia pun masih banyak menemukan masalah
karena jumlah rakyat yang banyak mengurangi kemampuan pemerintah dalam
mengawasi dan mengendalikan hak asasi manusia di masyarakat. Dari penjelasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari negara hukum
dibutuhkan kontribusi serta kerjasama dari pemerintah dengan masyarakat.
HUBUNGAN NEGARA HUKUM DAN HAM
Dalam negara hukum hak asasi manusia terlindungi, jika dalam suatu
negara hak asasi manusia tidak dilindungi, negara tersebut bukan negara hukum
akan tetapi negara dictator dengan pemerintahan yang sangat otoriter.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam negara hukum terwujud dalam
bentuk penormaan hak tersebut dalam konstitusi dan undang-undang dan untuk
selanjutnya penegakannya melalui badan-badan peradilan sebagai pelaksana
kekuasaan kehakiman.
Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang bebas dan merdeka
artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah. Berhubung dengan itu harus
diadakan jaminan dalam undang-undang. Konstitusi melarang campur tangan
pihak eksekutif atatupun legislatif terhadap kekuasaan kehakiman, bahkan pihak
atasan langsung dari hakim yang bersangkutan pun, tidak mempunyai
kewenangan untuk mepengaruhi atau mendiktekan kehendaknya kepada hakim
bawahan. Pada hakekatnya, kebebasan peradilan ini merupakan sifat bawaan dari
setiap peradilan hanya saja batas dan isi kebebasannya dipengaruhi oleh sistem
pemerintahan, politik, ekonomi, dan sebagainya.
Asas perlindungan dalam negara hukum tampak antara lain
dalam Declaration of Independent, deklarasi tersebut mengandung asas bahwa
orang yang hidup di dunia ini, sebenarnya telah diciptakan merdeka oleh Tuhan,
dengan dikaruniai beberapa hak yang tidak dapat dirampas atau dimusnahkan, hak
tersebut mendapat perlindungan secara tegas dalam negara hukum. Peradilan tidak
semata-mata melindungi hak asasi perorangan, melainkan fungsinya adalah untuk
mengayomi masyarakat sebagai totalitas agar supaya cita-cita luhur bangsa
tercapai dan terpelihara.
Mengenai asas perlindungan, dalam setiap konstitusi dimuat ketentuan
yang menjamin hak-hak asasi manusia. Ketentuan tersebut antara lain:
a. Kebebasan berserikat dan berkumpul;
b. Kebebasan mengeluarkan pikiran baik lisan dan tulisan;
c. Hak bekerja dan penghidupan yang layak;
d. Kebebasan beragama;
e. Hak untuk ikut mempertahankan negara;
f. Hak lain-lain dalam pasal-pasal tentang hak asasi manusia.
Setiap orang dapat menuntut atau mengajukan gugatan kepada negara, bila
negara melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigadaad),
bahwa seorang dapat melakukan gugatan terhadap penguasa, jika putusan pejabat
yang berwenang dirasa tidak adil. Banyak peraturan-peraturan yang memberi
jaminan kepada para warga negara, untuk menggunakan hak-haknya mengajukan
tuntutan-tuntutan di muka pengadilan, bila hak-hak dasarnya atau kebebasannya
dilanggar.
Dalam pengkajian Indonesia, penekanan negara hukum akan diletakkan
pada pemikiran bahwa kekuasaan kehakiman indonesia juga tunduk pada hukum.
Pemikiran demikian angat penting untuk mengantarkan persepsi, bahwa
tunduknya kekuasaan kehakiman pada hukum menyebabkan munculnya
pemahaman akan adanya batas-batas kebebasan kekuasaan kehakiman, dalam
memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Sehingga dari apa yang
diuraikan diatas sangat jelas hubungan antara negara hukum dengan hak asasi
manusia.
Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara
luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia, sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang
demokratis. Terbentuknya negara dan demikian pula penyelenggaraan kekuasaan
suatu negara, tidak boleh mengurangi arti atau makna kebebasan dan hak-hak
asasi kemanusiaan itu, oleh karena itu adanya perlindungan dan penghormatan
terhadap hak-hak asasi manusia merupakan pilar yang sangat penting dalam setiap
negara yang disebut sebagai negara hukum. Jika dalam suatu negara hak asasi
manusia terabaikan atau dilanggar dengan sengaja dan penderitaan yang
ditimbulkannya tidak dapat diatasi secara adil, negara yang bersangkutan tidak
dapat disebut sebagai negara hukum dalam arti sesungguhnya.
Untuk melihat lebih lanjut hubungan negara hukum dengan hak asasi
manusia, dapat dikaji dari sudut pandang demokrasi, sebab hak asasi manusia dan
demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari
sejarah peradaban manusia diseluruh penjuru dunia. Hak asasi manusia dan
demokrasi juga dapat dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia, untuk
mempertahankan dan mencapai harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat ini
hanya konsepsi hak asasi manusia dan demokrasi yang terbuktipaling mengakui
dan menjamin harkat kemanusiaan.
Sebagaimana telah dirumuskan dalam naskah perubahan kedua UUD
Tahun 1945, ketentuan mengenai hak-hak asasi manusia telah mendapatkan
jaminan konstitusional yang sangat kuat dalam Undang-Undang Dasar. Sebagian
besar materi UUD ini sebenarnya berasal dari rumusan Undang-Undang yang
telah disahkan sebelumnya, yaitu Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia. Ketentuan-ketentuan yang memberikan jaminan
konstitusional terhadap hak-hak asasi manusia sangat penting dan bahkan
dianggap merupakan salah satu ciri pokok dianutnya prinsip negara hukum di
suatu negara.
Bangsa indonesia memahami bahwa The Universal Declaraton of Human
Rights yang dicetuskan pada tahun 1948, merupakan pernyataan umat manusia
yang mengandung nilai-nilai universal yang wajib dihormati. Bersamaan dengan
itu, bangsa indonesia juga memandang bahwa The Universal Declaration of
Human Responsibility yang dicetuskan oleh Inter Action Council pada tahun 1997
juga mengandung nilai universal yang wajib dijunjung tinggi untuk
melengkapi The Universal Declaraton of Human Rights tersebut.
Kesadaran umum mengenai hak-hak dan kewajiban asasi manusia itu
menjiwai keseluruhan sistem hukum dan konstitusi indonesia, oleh karena itu
perlu diadopsikan kedalam rumusan Undang-Undang Dasar atas pengertian-
pengertian dasar yang dikembangkan sendiri oleh bangsa indonesia. Sehingga
dengan demikian  perumusannya dalam Undang-Undang Dasar ini mencakup
warisan-warisan pemikiran yang masih terus akan berkembang dimasa-masa yang
akan datang.
Dari uraian diatas terlihat jelas hubungan antara negara hukum dan hak
asasi manusia, hubungan yang mana bukan hanya dalam bentuk formal semata-
mata, dalam arti bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan ciri utama
konsep negara hukum, tapi juga hubungan tersebut dilihat secara materil.
Hubungan secara materil ini dilukiskan atau digambarkan dengan setiap sikap
tindak penyelenggara negara harus bertumpuh pada aturan hukum sebagai asas
legalitas. Konstruksi yang demikian ini menunjukan pada hakekatnya semua
kebijakan dan sikap tindak penguasa bertujuan untuk melindungi hak asasi
manusia. Pada sisi lain, kekuasaan kehakiman yang bebas dan merdeka, tanpa
dipengaruhi oleh kekuasaan manapun, merupakan wujud perlindungan dan
penghormatan terhadap hak asasi manusia dalam negara hukum.

Anda mungkin juga menyukai