Anda di halaman 1dari 12

Nama: Tria firnasri

Nim: 14.401.19.062

PEMERIKSAAN HAD TOE TOE PENYAKIT HERNIA

A. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU


1. Integument
1. Inspeksi :
 Adakah lesi, warna, jaringan parut, vaskularisasi.
 Warna Kulit :
 Coklat, deposit melanin
 Biru, Hipoxia jaringan perifer
 Merah, peningkatan oxihaemoglobin
 Pucat, Anoxia jaringan kulit
 Kuning, peningkatan bilirubin indirek dalam darah
2. Palpasi :
 Suhu kulit, tekstur halus/ kasar, torgor / kelenturan keriput /tegang, oedema derajat
berapa?
 Derajat 0 : Kembali spontan
 Derajat 1 : Kembali dalam 1 detik
 Derajat 2 : Kembali dalam 2 detik
 Derajat 3 : Kembali dalam waktu lebih dari 2 detik
3. Identifikasi luka pada kulit
 Tipe Primer
1. Makula : Perubahan warna kulit, tidak teraba, batas jelas, bentuk melingkar kurang
dari 1 Cm, Patch : bentuk melingkar lebih dari 1 Cm
2. Papula : Menonjol, batas jelas, elevasi kulit padat, kurang dari 1 Cm, Plaque lebih
dari 1 Cm
3. Nodule : Tonjolan padat berbatas jelas, lebih dalam dan lebih jelas dari pada
papula ukuran 1-2 Cm, Tumor lebih dari 2 Cm
4. Vesikula : Penonjolan pada kulit, bentuk bundar, berisi cairan serosa, diameter
kurang dari 1 Cm, Bulla diameter lebih dari 1 Cm
 Tipe Sekunder
1. Pustula : Vesical / Bulla yang berisi nanah
2. Ulkus : Luka terbuka yang diakibatkan oleh vesikula/bulla yang pecah
3. Crusta : Cairan tubuh yang mongering ( serum, darah / nanah )
4. Exsoriasi : Pengelupasan epidermis
5. Scar : Pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan
6. Lichenifikasi : Penebalan kulit karena garukan atau tertekan terus
4. Kelainan- kelainan pada kulit :
1. Naevus Pigmentosus : Hiperpigmentasi pada kulit dengan batas jelas( tahi lalat )
2. Hiperpigmentasi : Daerah kulit yang warnanya lebih gelap dari yang lain (   Cloasma
Gravidarum )
3. Vitiligo / Hipopigmentasi : Daerah kulit yang kurang berpigment
4. Tatto : Hiperpigmentasi buatan
5. Haemangioma : Bercak kemerahan pad pembuluh darah, dapatmerupakan   tumor
jinak atau tahi lalat
6. Angioma / toh : Pembengkakan yang terbentuk oleh proliferasiyang berlebihan dari
pembuluh darah
7. Spider Naevi : Pelebaran pembuluh darah arteriola dengan bentukaliran yang
khasseperto kalajengking dan bila ditekan hlang
8. Strie : Garis putih pada kulit yang terjadi akiubat pelebaran kulit,dapat ditemui pada
ibu hamil

2. Pemeriksaan Rambut
 Inspeksi dan Palpasi :
 penyebaran, bau, rontok ,warna.
 Distribusi, merata atau tidak, adakah alopesia, daerah penyebaran

Quality, Hirsutisme ( pertumbuhan rambut melebihi normal ) pada sindrom chasing,


polycistik ovari’i, dan akromrgali, penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut seperti
pada penderita hipotiroitisme ( alopesia ). Warna, putih sebelum waktunya terjadi pada
penderita anemia perniciosa, merah dan mudah rontok pada malnutrisi.

3. Pemeriksaan Kuku
 Inspeksi dan palpasi
 Warna ,bentuk, kebersihan
 Bagian –bagian kuku :
 Matrik/ akar kuku : tempat lempeng kuku tumbuh
 Lempeng kuku
 Dasar kuku : berdekatan dengan lempeng kuku
 Jaringan peringeal : terdiri dari ephonicium, perionycium

B. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER


1. Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi :
bentuk kepala ( dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat ), kesimetrisan, dan
pergerakan. Adakah hirochepalus/ pembesaran kepala.
 Palpasi :
Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak ( pada bayi ).
2. Pemeriksaan Mata
1) Inspeksi :
1. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
2. Adakah ekssoftalmus ( mata menonjol ), atau Enofthalmus ( mata tenggelam )
3. Kelopak mata / palpebra : adakah oedem, ptosis, peradangan, luka, atau benjolan
4. Bulu mata : rontok atau tidak
5. Konjunctiva dan sclera, adakah perubahan warna, kemerahan ,kuning atau pucat.
6. Warna iris serta reaksi pupil terhadap cahaya, miosis /mengecil, midriasis/ melebar,
pin point / kecil sekali, nomalnya isokor / pupil sama besar.
7. Kornea, warna merah biasanya karena peradangan, warna putih atau abu-abu di tepi
kornea ( arcus senilis ), warna biru, hijau pengaruh ras. Amati kedudukan kornea,
 Nigtasmus : gerakan ritmis bola mata
 Strabismus konvergent : kornea lebih dekat ke sudut mata medial
 Strabismus devergent : Klien mengeluh melihat doble, karena kelumpuhan otat.

2) Pemeriksaan Visus
 Dengan jarak 5-6 M dengan snellen card periksa visus OD / OS
5/5 atau 6/6 = normal
1/ 60 = Mampu melihat dengan hitung jari
1/300 = Mampu melihat dengan lambaian tangan
1/       = Mampu melihat gelap dan terang
= Tidak mampu melihat

3) Pemeriksaan lapang pandang


Haemi anoxia : klien tidak dapat separoh dari medan penglihatan
Haemoxia : Klien tidak dapat melihat seperempat dari lapang   penglihatan

4) Pemeriksaan tekanan bola mata


Dengan mengunakan tonometri atau palpasi bola mata untuk mengetahui adanya nyeri
tekan atau konsistensi bola mata.
a) Pemeriksaan Dengan Oftalmoskop
Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi
interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur lubang
cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan
refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.
Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubang
besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang tidak berdilatasi;
lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas-merah menyingkirkan
sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan. Dengan
filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning, dan darah
tampak berwarna hitam
b) Menggunakan oftalmoskop
Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di depan mata kanan pemeriksa,
untuk memeriksa mata kanan pasien. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan
dan mata terfiksasi pada sasaran yang jauh. Jika pemeriksa menggunakan kaca mata,
maka kaca mata harus dilepas supaya dapat melihat retina dengan lebih baik. Lampu
oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke lubang kecil. Pemeriksa harus
memulai dengan diopter lensa diatur pada angka “0” jika ia tidak menggunakan kaca
mata. Pemeriksa yang miopia harus memulai dengan lensa “minus”, yang ditunjukkan
oleh angka-angka berwarna merah; pemeriksa yang hiperopia akan memerlukan lensa
“plus”, yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna hitam. Jari telunjuk tetap pada
cakram untuk memudahkan mengatur fokus.
Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan ibu jari
kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata kanan atas pasien. Oftalmoskop dan kepala
pemeriksa harus berfungsi sebagai satu unit. Pemeriksa yang melihat melalui
oftalmoskop, harus mendekati pasien setinggi mata sejauh sekitar 15 inci pada sudut
20° lateral dari pusat, seperti yang terlihat pada gambar 3.15. Cahaya harus menyinari
pupil. Pantulan sinar berwarna merah, refleks merah, dapat terlihat pada pupil.
Pemeriksa harus memperhatikan setiap kekeruhan pada kornea atau lensa.
Dengan bergerak ke arah pasien dengan garis 20° yang sama, pemeriksa akan
mulai melihat pembuluh darah retina. Pemeriksa harus bergerak lebih dekat ke pa-
sien, membawa lengan yang memegang oftalmoskop berlawanan dengan dagu pasien.
Jika sudah terjadi kontak dengan pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus atau
pembuluh darah. Dengan memutar roda diopter . Unit tenaga optik dari lensa untuk
sinar cahaya divergen atau konvergen.

3. Pemeriksaan Telinga
 Inspeksi dan palpasi
 Amati bagian teliga luar: bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah
peradangan, penumpukan serumen.
 Dengan otoskop periksa amati, warna, bentuk, transparansi, perdarahan, dan
perforasi.

 Uji kemampuan kepekaan telinga :


 dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji kemampuan pendengaran
telinga kiri dan kanan
 dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar telinga
kanan dan kiri
 dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi
suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara
kanan dan kiri
 dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan kemampuan
pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi udara setelah suara dari
kondusi tulang
 dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan kemampuan
hantaran konduksi udara antara pemeriksa dank lien, dengan syarat
pendengaran pemeriksa normal.

4. Pemeriksaan Hidung
 Inspeksi dan palpasi
 Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi ( adakah pembengkokan atau
tudak )
 Amati meatus, adakah perdarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung, adakah
pembesaran ( polip )

5. Pemeriksaan Mulut dan Faring


 Inspeksi dan Palpasi
 Amati bibir, untuk mengetahui kelainan konginetal ( labioseisis, palatoseisis, atau
labiopalatoseisis ), warna bibir pucat, atau merah ,adakah lesi dan massa.
 Amati gigi ,gusi, dan lidah, adakah caries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu,
gingivitis,warna lidah, perdarahan dan abses.
 Amati orofaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula simetris atau tidak
 Adakah pembesaran tonsil, T : 0, Sudah dioperasi, T : 1, Ukuran normal, T : 2,
Pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah, T : 3, Pembesaran sampai garis tengah,
T : 4 , Pembesaran melewati garis tengah
 Perhatikan suara klien ada perubahan atau tidak
 Perhatikan adakah lendir dan benda asing atau tidak

6. Pemeriksaan Wajah
 Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi wajah klien, struktur wajah
klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.

7. Pemeriksaan Leher
 Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
1. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf / kurus ditemukan pada orang dengan gizi
jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen obesitas, adakah
peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
2. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada suprasternal pada saat
klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada aorang kurus
3. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan pembendungan pada
supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal vena jugularis sambil
melepaskan bendungan pada supraclavikula, ukurlah jarak vertical permukaan atas
kolom darah terhadap bidang horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di
bawah bidang horisontal. Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 – a
Cm,( bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas bidang
horizontal), normalnya JVP = 5 – 2 CmHg
Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan memasukan
cateter pada vena ,tekanan normal CVP = 5 – 15 CmHg
 Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan posisi
trakea
 Pembesarn kelenjar limfe leher ( Adenopati limfe )menandakan adanya peradangan
pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
 Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
 Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi karena proses
desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum

PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK


 Inspeksi
 Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan. Normalnya
melingkar dan simetris dengan ukuran kecil, sedang atau besar.
 Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi,oedema.
 Areola : Adakah perubahan warna, pada wanita hamil lebih gelap.
 Putting : Adakah cairan yang keluar, ulkus, pembengkakan
 Adakah pembesaran pada kelenjar limfe axillar dan clavikula
 Palpasi
 Adakah secret dari putting, adakah nyri tekan, dan kekenyalan.
 Adakah benjolan massa atau tidak

PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU


Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu :
1. Garis midsternalis : garis yang ditarik dari garis tengah sternal ke bawah
2. Garis midclavikula : garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke bawah
3. Garis mid axillaries : Garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah
4. Garis mid spinalis : garris yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah
5. Garis mid scapula : Garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah
 Inspeksi
1. Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.
 Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal
 Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal
 Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal
 Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal
 Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan
 Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping
 Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang
2. Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 – 24 X per-menit ), retraksi   intercosta, retraksi
suprasternal, pernafasan cuping hidung.
Macam-macam pola pernafasan :
1. Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal
2. Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan
3. Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal
4. Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan
5. Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan dalam, dan melambat
diseligi pereode apnea
6. Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba .
7. Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti
3. Amati ada / tidak cianosis, batuk produktif atau kering.
 Palpasi
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding torak antara kanan dan
kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada punggung klien dank lien
diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak tangan digeser ke bawah dan
bandingkan getarannya, normalnya getaran antara kanan da kiri teraba sama.
 Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan jari tangan
yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah sonor. Hipersonor
menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau prnimbunan cairan dalam dinding torak
(pnemotorak)
 Auskultasi
1. Suara nafas
 Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara rendah ,lembut
dan bersih.
 Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih Bronkovesikuler :
Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan bersih
 Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih.

2. Suara Ucapan
Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan stetoskop
dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri sama
Kelainan yang dapat ditemuka :
 Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain
 Egophoni : Suara bergema ( sengau )
 Pectoriloqy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas
3. Suara tambahan
 Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi
 Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi
 Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi
 Rales tidak hilang dengan batuk
 Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar,   terdengar pada fase
inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk
 Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat inspirasi akibat penyempitan bronkus
 Pleural tricion rab : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan pleura
terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero lateral bawah dinding torak

PEMERIKSAAN JANTUNG
 Inspeksi
Amati ictus cordis : denyutan dinding torak akibat pukulan ventrikel kiri pada dinding torak,
normalnya pada ICS V Mid clavikula kiriselebar 1 Cm, sulit ditemukan pada klien yang
gemuk.
 Palpasi
Adanya pulsasi pada dinding torak, normalnya pulsasi tidak ada :
ICS II ( area aorta pada sebelah kanan dan pulmonal pada sebelah kiri )
ICS V Mid Sternalis kiri ( area tricuspidalis atau ventrikel kanan )
ICS V Mid Clavikula kiri ( area Bicuspidalis )
 Perkusi
Tujuan perkusi adalah untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar, batas-batas
jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II Mid sternalis
Batas bawah : ICS V
Batas Kiri : ICS V Mid Clavikula Sinistra
Batas Kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra
 Auskultasi
 Dengarkan BJ I pada ICS IV linea sternalis kiri BJ I Tricuspidalis,dan pada ICS V Mid
Clavicula / Apeks BJ I bicuspidalis terdengar LUB lebih keras akibat penutupan katub
mitral da tricuspidalis.
 Dengarkan BJ II pada ICS II linea sternalis kanan BJ II Aorta, dan ICS II atai III linea
sternalis kiri BJ II aorta , terdengar DUB akibat penutupankatup aorta dan pulmonal.
 Dengarkan BJ III ( kalau ada ) terdengar di daerah mitral, pada awal diastolic terdengar
LUB-DUB-EE, BJ III terdengar normal pada anak-anak,dewasa muda dan orang hamil.
Bila ada BJ III pada orang dewasa yang disertai dengan oedema/dipsneu berarti
abnormal. BJ III pada klien decompensasi cordis disebut Gallop Rhythm, yang terjadi
akibat getaran karena derasnya pengisian ventrikel kiri dari atrium kiri dari ruang sempit
ke ruang yang lebih lebar.
 Dengarkan adanya suara murmur, suara tambahan pada fase sistolik, diastolic akibat dari
getaran jantung atau pembuluh darah karena arus turbulensi darah.
 Derajat Murmur :
1 : Hampir tidak terdengar
2 : Terdengar lemah
3 : Agak keras
4 : Keras
5 : Sangat keras
6 : Sampai stetoskop di angkat sedikit suara masih terdengar

PEMERIKSAAN ABDOMEN / PERUT


Khusus untuk pemeriksaan abdomen urutannya dalah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi ,
karena palpasi dan perkusi dapat meningkatkan peristak\ltik usus.
Abdomen terbagi dalam 4 Kuadran dan 9 Regio :
 Inspeksi
 Bemtuk abdomen : Membusung, atau datar
 Massa / Benjolan : pada derah apa dan bagaimana bentuknya
 Kesimetrisan bentuk abdomen
Amati adnya bayangan pembuluh darah vena, kalau terlihat pada bagian atas abdomen
dan mengalir ke bagian yang lebih atas berarti ada obstruksi vena porta hepatica, kalau
tampak pada bagian bawah abdomen menuju ke atas berarti ada obstruksi pada vena cava
inferior, normalnya bila terlihat pembuluh darah pada abdomen berasal dari bagian
tengah menuju ke atas atau ke bawah, dan tidak terlihat terlalu menonjol.
1. Gambaran normal
2. Gambaran Hipertensi portal
3. Gambaran pbstruksi vena cava inferior

 Auskultasi
Untuk mengetahui peristaltic usus atau bising usus. Catat frekuensinya dalam satu menit,
normalnya 5 – 35 kali per menit, bunyi peristaltic yang panjang dan keras disebut
Borborygmi biasanya terjadi pada klien gastroenteritis, dan bila sangat lambat (meteorismus)
pada klien ileus paralitik.

 Palpasi
Menenyakan pada klien bagian mana yang mengalami nyeri.
1. Palpasi Hepar :
 Atur posisi pasien telentang dan kaki ditekuk
 Perawat berdiri di sebelah kanan klien, dan meletakan tangan di bawah arcus costai
12, pada saat isnpirasi lakukan palpasi dan diskripsikan :
 Ada atau tidak nyeri tekan, ada atau tidak pembesaran berapa jari dari arcus costae,
perabaan keras atau lunak, permukaan halus atau berbenjol-benjol, tepi hepar tumpul
atau tajam. Normalnya hepar tidak teraba.
2. Palpasi Lien :
Posis pasien tetap telentang, buatlah garis bayangan Schuffner ari midclavikula kiri ke
arcus costae- melalui umbilicus – berakhir pada SIAS kemudian garis dari arcus costae
ke SIAS di bagi delapan. Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrisikan nyeri tekan
terletak pada garis Scuffner ke berapa ? ( menunjukan pembesaran lien )
3. Palpasi Appendik :
Posisi pasien tetap telentang, Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik Mc. Burney
yaitu dengan cara menarik garis bayangan dari umbilicus ke SIAS dan bagi menjadi 3
bagian. Tekan pada sepertiga luar titik Mc Burney : Bila ada nyeri tekan ,nyeri lepas dan
nyeri menjalar kontralateral berarti ada peradangan pada appendik.
4. Palpasi Ginjal :
 Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal
posterior, tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan
palpasi dan diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
 Normalnya ginjal tidak teraba

 Palpasi dan Perkusi Untuk Mengetahui ada Acites atau tidak :


 Perkusi dari bagian lateral ke medial, perubahan suara dari timoani ke dullnes merupakan
batas cairan acites
 Shiffing Dullnes, dengan perubahan posisi miring kanan / miring ke kiri, adanya cairan
acites akan mengalir sesuai dengan gravitasi, dengan hasil perkusi sisi lateral lebih pekak/
dullness
 Normalnya hasil perkusi pada abdomen adalah tympani.

PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria
 Inspeksi :
 Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
 Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau benjolan
 Lubang uretra adakah penyumbatan, lubang uretra pada bagian bawah (Hipospadia )
lubang uretra pada batang penis ( Epispadia )

 Palpasi
 Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
 Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran penis, testis normalnya
teraba elastis, licin dan tidak ada benjolan.

Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :


 Hidrocele : akumulasi cairan serosa diantara selaput visceral dan parietal pada
tunika vaginalis.
 Scrotal Hernia : Hernia dalam scrotum
 Spermatocele : Cysta epididimis, terbentuk karena, adanya obstruksi pada
tubulus/ saluran sperma.
 Epididmal Mass / Nodularyti : Disebabkan adanya neoplasma benaign atau
maligna, syphilis ,atau tuberculosis.
 Epididmitis : Inflamasi atau infeksi oleh Escherichia coli, Gonorrhoe, atau
Mycobacterium tuberculosis.
 Torsi pada saluran sperma : Axil rotasi atau vuvulus pada saluran sperma
diakibatkan infarktion pada testis.
 Tumor testiscular : tumor pada testis penyebabnya multiple sifatnya biasanya
tidak nyeri.

 Inspeksi dan palpasi Hernia :


Amati daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan. Sebelum palpasi, Anjurkan
klien berdiri dengan sebalah kaki, dengan sisi yang akan diperiksa agak ditekuk.Masukan
jari telunjuk ke dalam kulit scrotum dan dorong ke atas cincin inguina eksternal. Bila
cincin membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan cara ini hernia inguinalis akan
teraba.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37509080/PANDUAN_PEMERIKSAAN_FISIK_HEAD_TO_TOE

Anda mungkin juga menyukai