Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan probandus Meleony (Wanita 18 tahun)

1. Percobaan diawali dengan pngukuran tekanan darah serta heart rate dari probandus sebelum
dilaksanakannya cold pressor test (CPT). Baik pengukuran tekanan darah maupun heart rate
dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang valid, serta rata-rata yang didapatkan
adalah BP 101/65 dan HR 79 bpm. Dari hasil tersebut terindikasi bahwa probandus memiliki baik
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung normal.
2. Kemudian probandus dimulai pelaksanaan Cold Pressor Test dengan mencelupkan sebelah tangan
(tangan yang tidak dipasang cuff sphygmomanometer) ke air es bersuhu 0-4 derajat celcius,
kemudian diukur tekanan darah dan heart rate-nya secara berkala setelah 30, 60, 90, dan 120
detik. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :

Waktu Blood Pressure Heart Rate


30s 118/90 84
60s 120/90 70
90s 120/94 70
120s 120/84 72
Dari data yang didapat dapat terlihat adanya kenaikan blood pressure namun adanya
penurunan heart rate jika dibandingkan dengan rata-rata hasil pengukuran sebelum dilakukannya
CPT. Dari data blood pressure, didapatkan adanya kenaikan baik sistolik maupun diastoliknya.
Dari aspek diastoliknya terjadi peningkatan 25mmHg pada 30 detik awal. Peningkatan tekanan
diastolic yang lebih dari 20mmHg pada 30 detik awal ini mengindikasikan adanya hiperreaktif
dari sistem cardiovascularnya terhadap tonus simpatis atau adanya tonus simpatis yang berlebih.
Peningkatan tekanan darah selama uji beban jantung dengan menggunakan CPT juga disebabkan
oleh oleh factor lain yaitu vasokontriksi (peningkatan resistensi perifer), dan perasaan nyeri
selama intervensi perendaman tangan ke dalam air es (sensasi nyeri meingkatkan rangsangan
terhadap sistem saraf otonom). Dari detik ke-30 hingga detik ke-90 terjadi peningkatan tekanan
darah namun pada detik ke-120 terdapat penurunan tekanan diastolic sebab sudah terjadi adanya
adaptasi dari probandus. Karena probandus mengaku sudah tidak merasakan apa-apa pada detik-
detik terakhir, baik sensasi dingin maupun nyeri seperti awal pencelupan tangan.
Dari segi heart rate didapatkan data yang bervariasi. Pada 30 detik pertama pencelupan
terjadi peningkatan heart rate karena mengompensasi adanya mediasi saraf simpatis terhadap
sensasi dingin yang didapat di vascular perifer. Namun pada pengukuran kedua hingga keempat
terjadi penurunan dibanding heart rate pada 30 detik pertama. Hal tersebut masih dalam batas
wajar karena percobaan CPT ini memang kurang terdefinisi dengan baik (well-defined) untuk
pengaruhnya terhadap heart rate.
3. Setelah 2 menit pencelupan tangan ke bejana berisi air es tangan diangkat dari air es dan
memasuki fase recovery. Dari fase tersebut dilakukan pengukuran dan didapatkan hasil sebagai
berikut:

Waktu Blood Pressure Heart Rate


30s 112/74 68
60s 102/80 74
90s 102/80 66
120s 100/70 70
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa selama 2 menit tersebut terjadi penurunan blood
pressure menuju seperti semula lagi. Sedangkan heart rate masih tetap menunjukkan hasil yang
naik turun namun jika dibandingkan dengan hasil pada saat pencelupan tangan berlangsung,
memang terjadi penurunan. Hal-hal tersebut terjadi karena pada fase ini homeostatis mulai
bekerja, sistem parasimpatis berusaha untuk mengompensasi adanya kenaikan kerja simpatis
yang menyebabkan tekanan darah dan heart rate yang sebelumnya naik menjadi normal kembali.
Pembahasan probandus Paulina (Wanita 19 tahun)
1. Percobaan diawali dengan pngukuran tekanan darah serta heart rate dari probandus sebelum
dilaksanakannya cold pressor test (CPT). Baik pengukuran tekanan darah maupun heart rate
dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan hasil yang valid. Rata-rata yang didapatkan adalah
BP 113/70 dan HR 70 bpm. Dari hasil tersebut terindikasi bahwa probandus memiliki baik
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung normal.
2. Setelah mencelupkan sebelah tangan ke dalam bejana berisi air es bersuhu 0-4 derajat celcius,
kemudian diukur tekanan darah dan heart rate-nya secara berkala setelah 30, 60, 90, dan 120 detik
didapatkan hasil pengukuran sebagai berikut :

Waktu Blood Pressure Heart Rate


30s 121/83 82
60s 122/88 74
90s 126/70 72
120s 118/72 76
Dari data yang didapat, terlihat adanya kenaikan blood pressure serta kenaikan heart rate
pula jika dibandingkan dengan rata-rata hasil pengukuran sebelum dilakukannya CPT, berbeda
dengan probandus Meleony sebelumnya.
Dari data blood pressure, didapatkan adanya kenaikan baik sistolik maupun diastoliknya.
Dari aspek diastoliknya terjadi peningkatan 13mmHg pada 30 detik pertama. Peningkatan
tekanan diastolic antara 10-20 mmHg pada 30 detik awal ini mengindikasikan adanya reaksi yang
bertipe normoreactive. Hal ini berarti sistem cardiovascularnya berespon normal terhadap
kompensasi dari sistem simpatisnya atau adanya tonus simpatis yang tidak berlebih efeknya. Dari
detik ke-30 hingga detik ke-90 terjadi peningkatan tekanan darah namun pada detik ke-120
terdapat penurunan baik tekanan sistolik maupun tekanan diastolic sebab sudah terjadi adanya
adaptasi dari probandus. Probandus Paulina dari sejak awal percobaan, melaksanakan rangkaian
tes selama 2 menit tersebut dengan tenang dan tidak merasa terancam dengan kondisi dingin yang
dialami. Sikap tenang tersebut menjadikan sistem simpatis yang bekerja mengompensasi suhu
dingin pada pencelupan tangan probandus tidak bias dipengaruhi oleh factor psikis. Sehingga
efek simpatis hanya berasal dari factor fisik dan kimiawinya saja.
Berbeda dengan yang terjadi pada kasus probandus Yoga yang selama dilaksanakannya
percobaan cenderung panik karena merasa tidak nyaman dengan percobaan yang dilakukan
sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran karena factor psikis yang panik mempengaruhi
sistem simpatis yang terlibat. Menurut Selye dalam Black dan Jacobs (1997), setiap stressor fisik
maupun psikis dapat menyebabkan rangsangan pada sistem limbik dan hipotalamus sehinga
terjadi pengeluaran katekolamin oleh medula adrenal dan berpengaruh dalam efek simpatis yang
ditimbulkan.
Dari segi heart rate didapatkan data yang bervariasi namun dari keseluruhan data yang
didapat, hasil pengukuran heart rate selama periode 2 menit tersebut menunjukkan peningkatan
dibandingkan hasil heart rate sebelum tangan dicelupkan ke dalam bejana air es. Hal ini terjadi
karena mengompensasi adanya mediasi saraf simpatis terhadap sensasi dingin yang didapat di
vascular perifer. Namun jika dibandingkan dengan antar selang waktu pengukuran, terdapat
fluktuasi hasil, naik dan turun. Hal tersebut masih dalam batas wajar karena seperti pembahasan
sebelumnya, percobaan CPT ini memang kurang terdefinisi dengan baik (well-defined) untuk
pengaruhnya terhadap heart rate.
3. Setelah 2 menit pencelupan tangan ke bejana berisi air es tangan diangkat dari air es dan
memasuki fase recovery. Dari fase tersebut dilakukan pengukuran dan didapatkan hasil sebagai
berikut:

Waktu Blood Pressure Heart Rate


30s 112/80 68
60s 112/70 76
90s 108/70 70
120s 112/68 74
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa selama 2 menit tersebut terjadi penurunan blood
pressure kembali ke angka normalnya seperti sebelum dilakukan CPT. Heart rate juga mengalami
penurunan. Hal-hal tersebut terjadi karena pada fase ini homeostatis mulai bekerja, sistem
parasimpatis berusaha untuk mengompensasi adanya kenaikan kerja simpatis sehingga tekanan
darah dan frekuensi denyut jantung menurun.

Anda mungkin juga menyukai