Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PANCASILA

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA SAAT GUS


SHOLAH WAFAT

DOSEN MATA KULIAH :


Prof. Dr. Ir. SRI REDJEKI, MT

DISUSUN OLEH :

1. MUHAMMAD ADAM ABDULLAH (19031010015)


2. ULUL AZMI DINAROMAYA (19031010016)
3. KINANTHI ATISADHU (19031010022)
4. MUZDALIFAH (19031010027)
5. HASNA FAIRIZA (19031010030)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah


memberikan hikmah, hidayah, kesehatan serta umur panjang sehingga makalah
yang berjudul “Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia Saat Wafatnya Gus
Sholah” ini dapat terselesaikan. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Prof. Dr.
Ir. Sri Redjeki, MT yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran mata kuliah
Pancasila.

Dalam makalah ini kami akan membahas masalah contoh dari integrasi
bangsa yang berwujud toleransi antar umat beragama di Indonesia. Kami
menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa
membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

Surabaya, 20 F0ebruari 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3. Tujuan...........................................................................................................2

1.4. Manfaat.........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3

2.1. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama..............................................3

2.2. Manfaat Toleransi Antar Umat Beragama....................................................8

BAB III..................................................................................................................18

PEMBAHASAN....................................................................................................18

BAB IV..................................................................................................................24

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................24

4.1. Kesimpulan.................................................................................................24

4.2. Saran............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai
sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia
memiliki keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau
budaya seni, tapi juga termasuk agama. Masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Kemajemukan yang
ditandai dengan keanekaragaman agama itu mempunyai kecenderungan kuat
terhadap identitas agama masing- masing dan berpotensi konflik.
Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak saja kerena keanekaragaman suku,
budaya, bahasa, ras tapi juga dalam hal agama. Agama yang diakui oleh
pemerintah Indonesia adalah agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha dan Kong Hu Chu. Dari agama-agama tersebut terjadilah perbedaan
agama yang dianut masing-masing masyarakat Indonesia.
Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa
menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai
dasar agama itu sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup
saling menghormati, dan saling tolong menolong.Kerukunan yang berpegang
kepada prinsip masing-masing agama menjadi setiap golongan antar umat
beragama sebagai golongan terbuka, sehingga memungkinkan dan
memudahkan untuk saling berhubungan. Bila anggota dari suatu golongan
umat beragama telah berhubungan baik dengan anggota dari
golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk
mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam
bermasyarakat dan bernegara.

1
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui Bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang majemuk karena mempunyai banyak ragam bahasa, suku, agama,
dan kebudayaan. Disamping itu Bangsa Indonesia memiliki system
kebudayaan asing serta memeluk dan meyakini berbagai berbagai macam
agama yang merupakan hasil dari integrasi sosial dan integrasi nasional.akhir-
akhir ini banyak masyarakat yang belum mempunyai toleransi yang baik
dengan banyanya perbedaandan integrasi yang ada. Mereka masih belum
menerima perbedaan tersebut. Padahal untuk menjaga Persatuan dan Kesatuan
Bangsa, masyarakat harus menempatkan dan menerapkan sistem integrasi
sosial tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1.Apakah definisi dari kerukunan umat beragama?
2.Bagaimanakah menjaga kerukunan antar umat beragama?
3.Apakah manfaat dari terciptanya kerukunan antar umat beragama?

1.3. Tujuan
1.Untuk mengetahui definisi dari kerukunan antar umat beragama
2.Unatuk mengetahui cara menjaga kerukunan antar umat beragama
3.Untuk mengetahui manfaat dari terciptanya kerukunan beragama

1.4. Manfaat
1.Agar masyarakat Indonesia memiliki rasa aman,nyaman dan sejahtera
karena memiliki sikap kerukunan antar umat beragama
2.Agar pembaca memiliki wawasan tentang kerukunan antar umat beragama
sehingga terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa
3.Agar masyarakat Indonesia dapat menjaga kerukunan umat beragama

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kerukunan Antar Umat Beragama


Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua
golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-
masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk
agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar
umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap
tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi dalam hal
ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama memberi
ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang berbeda ,
sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri. Kerukunan antar
umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat
beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus
bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama.Selain itu
masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam
hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling
mengganggu.
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu bentuk hubungan yang
harmonis dalam dinamika pergaulan hidup bermasyarakat yang saling
menguatkan yang di ikat oleh sikap pengendalian hidup dalam wujud:
1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya.
2. Saling hormat menghormati dan berkerjasama intern pemeluk agama,
antar berbagai golongan agama dan umatumat beragama dengan
pemerintah yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan
Negara.

3
3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada
orang lain.

Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya


memilih satu dari 6 agama resmi di Indonesia, Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Konghucu. Walau di naungi Pancasila namun kerukunan antar
umat beragama di Indonesia dinilai masih banyak menyisakan masalah.
Kasus-kasus yang muncul terkait masalah kerukunan beragama pun belum
bisa terhapus secara tuntas. Agama merupakan salah satu hak yang paling
asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan beragama itu langsung
bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh
kerenanya, agama tidak dapat dipaksakan atau dalam menganut suatu agama
tertentu itu tidak dapat dipaksakan kepada dan oleh seseorang. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan atas keyakinan,
karena menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang dipercayai
dan diyakininya.

Untuk itu, sikap toleransi perlu tumbuh dalam diri setiap warga Negara
Indonesia, karena sikap toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia
yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat
perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan
menciptakan adanya kerukunan hidup.Indonesia adalah negeri yang super
majemuk, ada ratusan bahasa, puluhan suku bangsa dan 6 agama yang diakui
pemerintah. Keragaman itulah yang membuat bangsa kita kaya akan budaya,
adat istiadat dan nilai luhur bangsa. Dalam wadah bhinneka tunggal ika, maka
seluruh melebur dalam satu rumah yakni Negara kesatuan republic Indonesia.
Dan Pancasila sebaga dasar Negara memayungi semua perbedaan yang ada di
nusantara.

Pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, landasan dasar dan


pandangan hidup bangsa Indonesia, berarti Pancasila merupakan sumber nilai

4
bagi segala penyelenggaraan negara baik yang bersifat kejasmanian maupun
kerohanian. Hal ini berarti bahwa dalam segala aspek penyelenggaraan atau
kehidupan bernegara yang materiil maupun spiritual harus sesuai dengan nilai-
nilai yang terdapat dalam sila-sila Pancasila secara bulat dan utuh. Dalam
kaitannya dengan sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa
segala aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai
yang berasal dari Tuhan. Karena sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa
negara Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan. Maksudnya adalah bahwa
masyarakat Indonesia merupakan manusia yang mempunyai iman dan
kepercayaan terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang menjadi dasar
dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Toleransi dalam kehidupan beragama di lindungi oleh Negara Pancasila.


Hal tercermin dari Butir-butir pengamalan Pancasila, sila Ketuhanan Yang
Maha Esa :
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
2. Saling menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan
hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa.

Selain Pancasila, Negara juga mengatur kehidupan beragama dalam Undang-


Undang Dasar 1945 Bab XI, Pasal 29 yang mengatur tentang Agama:

5
-Pasal 29 Ayat (1) menyatakan: “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”. Ayat ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia berdasar atas kepercayaan
dan keyakinan terhadap Tuhan.
-Pasal 29 Ayat (2) menyatakan: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaan itu”. Dalam ayat ini, negara memberi
kebebasan kepada setiap warga negara Indonesia untuk memeluk salah satu
agama dan menjalankan ibadah menurut kepercayaan serta keyakinannya
tersebut.

Untuk pelaksanaan lebih teknis mengenai kehidupan beragama maka


dikeluarkan Ketetapan MPR No. IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara: Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional
(PROPENAS) tahun 2000, dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang
agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketakwaan, penuh
kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, secara bersama-sama memperkuat landasan spiritual,
moral dan etika bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana
kehidupan yang harmonis serta dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan
bangsa selaras dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila.

Selain itu, pembinaan agama merupakan tanggung jawab kementerian agama,


sebagai institusi negara yang memang secara hisoris mempunyai wewenang di
bidang itu. Arah pembinaan kehidupan beragama di Indonesia antara lain
membangun kerukunan hidup antar dan intra umat beragama. Hal ini karena
agama mempunyai kecendrungan untuk menyebarkan kebenaran yang
diyakini pada umat manusia. Jika kecendrungan ini tidak diatur maka akan
menjadikan masyarakat beragama saling berebut pengaruh yang pada
gilirannya dapat menimbulkan konflik antar agama.

6
Karena arahnya adalah pembangunan kerukunan antar dan intra umat
beragama, maka Kementerian Agama di samping mengeluarkan pedoman-
pedoman penyiaran agama, juga member fasilitas bagi kalangan umat
beragama untuk mengadakan dialog dan kerja sama. Kementerian Agama
telah mendirikan forum-forum beranggotakan tokoh agama-agama yang
berfungsi sebagai jembatan antar umat beragama dengan pemerintah atau
Kementerian Agama. Forum-forum itu adalah Majelis Ulama Indonesia
(MUI), Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia
(KWI), Parisadha Hindu Darma Indonesia (PHDI) dan Perwalian Umat Budha
Indonesia (WALUBI). Melalui forum-forum itu dharapkan agama bertindak
sebagai kekuatan pemersatu bagi para pemeluk agama masing-masing.

Membangun kerukunan agama  merupakan agenda yang tidak ringan. Agenda


ini harus dijalankan dengan hati-hati mengingat agama lebih melibatkan aspek
emosi daripada rasio, lebih menegaskan klaim kebenaran dari pada mencari
kebenaran. Meskipun sejumlah pedoman telah digulirkan, pada umumnya
masih sering terjadi gesekan-gesekan ditingkat lapangan, terutama berkaitan
dengan penyiaran agama, pembangunan rumah ibadah dan sebagainya. Pada
tingkat tertentu ini dapat mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama.

Beberapa faktor yang dapat memicu konflik, bahkan kerusuhan sosial, seperti
pendirian rumah ibadah, penyiaran agama, bantuan luar negeri, perkawinan
berbeda agama, perayaan Hari Besar Keagamaan, penodaan agama dan
kegiatan aliran sempalan. Faktor-faktor tersebut harus mendapat perhatian
agar konflik dan kerusuahan sosial yang bersumber dari agama sejauh
mungkin dapat dideteksi secara dini selain mengedepankan sikap toleransi
dalam menciptakan kerukunan beragama.

7
2.2. Manfaat Toleransi Antar Umat Beragama

1. Dapat terhindar dari adanya perpecahan antar umat beragama

Setiap orang sudah sepatutnya untuk menanamkan di dalam dirinya sifat toleran,
serta menerapkannya di dalam kehidupan bersosial masyarakat, terutama di
daerah yang di dalamnya terdapat berbagai jenis kepercayaan atau agama. Sikap
toleransi antar umat beragama merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
terjadinya perpecahan di antara umat  dalam mengamalkan agamanya.

Sebagai contoh sikap toleransi antar umat beragama bisa kita lihat di negara kita
ini, yaitu Indonesia yang memiliki lebih dari satu agama dan kepercayaan. Jika
toleransi antar umat beragama tidak tertanam di dalam pribadi masing-masing
warga negara Indonesia, maka kemungkinan besar negara ini akan terpecah belah
dan tidak akan bertahan lama.

2. Dapat mempererat tali silaturahmi

Manfaat toleransi antar umat beragama berikutnya adalah terjalinnya tali


silaturahmi. Pada umumnya, adanya suatu perbedaan selalu menjadi alasan
terjadinya pertentangan antara orang (golongan) yang satu dengan lainnya,
khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya perbedaan tersebut.
Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama yang menjadi salah satu faktor
penyebab terjadinya berbagai konflik serta pertikaian di antara sesama manusia,
seperti tindakan terorisme, pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang
pada akhirnya akan mengakibatkan dampak pada timbulnya kesengsaraan bagi
manusia lainnya.

Lalu bagaimanakah solusi agar itu semua dapat dihindari? Solusinya adalah
menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing orang tentang pentingnya
rasa saling menghormati dan menghargai guna merajut hubungan damai antar
penganut agama. Dan jika hubungan damai telah terwujud maka tali silaturahmi
antar pemeluk agama pun dapat terjalin dengan baik, bahkan lebih erat.

8
Jika sudah begitu maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan persatuan dan
kesatuan di tengah-tengah banyaknya perbedaan akan dapat terwujud, dan itu
akan menjadikan sebuah negara yang lebih kuat dan kokoh dalam menghadapi
ancaman apapun.

3. Pembangunan Negara akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya

Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah negara


merupakan salah satu kunci sukses menuju keberhasilan program-program
pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintahan di negara tersebut.

Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana baik bencana alam
maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal yang harus
diperhatikan oleh pemerintah. Kejadian-kejadian tersebut secara langsung maupun
tidak langsung akan berpengaruh terhadap jalannya program pembangunan yang
dicanangkan oleh negara.

4. Terciptanya ketentraman dalah hidup bermasyarakat

Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat berbagai perbedaan


seperti perbedaan beragama akan tetapi ada sikap saling toleransi yang tertanam di
dalam hati warga masyarakat tersebut, maka tentunya hal itu akan menciptakan
suasana yang aman, tentram, dan damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan
ada sikap saling mengejek, mengolok, menghina, serta merendahkan di antara
para pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka miliki sangat jauh
berbeda.

5. Lebih mempertebal keimanan

Setiap agama tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya. Tidak ada
agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan dengan sesama
manusia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an  surat Ali- Imron ayat
103, yang artinya:

9
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.”
Agama, dalam bentuknya yang bagaimana pun adalah Way of Live yang
menghubungkan manusia dengan suatu Dzat di luar dirinya yang dianggap
absolute, Tuhan. Dalam proses interaksi dirinya dengan Dzat dimaksud, agama
dianggap memberikan panduan untuk menuju titik komunikatif antarakeduanya. 

Jalan hidup, itulah barangkali yang memberikan agama sebagai Syari'at (asal kata
assari' yang berarti jalan besar-raya). Untuk dapat melalui jalan besar itu pada
fitrahnya manusia memilih jalan kecil (al-thariq: jalan kecil-gang) yang mereka
anggap lebih cepat untuk sampai ke syariat itu. 

Pernyataan ini dapat diilustrasikan bahwa syariat adalah jalan besar yang secara
langsung menuju tujuan utama (Tuhan), dan al-thariq adalah jalan-jalan kecil yang
menghubungkan manusia menuju jalan besar (syariat) tersebut. Di jalan itu
terdapat banyak lajur kendaraan yang berbeda pula. Bahkan, ada yang lebih
senang melewati jalur-jalur alternatif, atau bahkan jalan tol untuk lebih cepat
sampai.

Jenis kendaraan yang dipakai pun macam-macam. Dari sepeda motor, mobil
pribadi, hingga ke bus besar. Warna dan mereknya pun berbeda. Namun, semua
kendaraan itu menuju satu tujuan yang sama. 

Pemahaman terhadap cara pandang di atas akan dapat menumbuhkan kesadaran


pada setiap pemeluk agama untuk saling menghormati sesame pengguna jalan
(syariat) hidup beragama. Dengan memahami dan menghormati jenis dan bahkan

10
"merk" kendaraan yang dipakai dengan tidak mengatakan mereka yang berbeda
dari sebagiannya adalah tidak sah.

Ironisnya, dalam prakteknya perbedaan jalan ini memunculkan banyak


persinggungan yang tak jarang berujung konflik (adu jotos-mungkin). Realitas ini
semakin membiaskan konsepsi universal tentang satu tujuan yang sma, Tuhan. 

Terminologi Integrasi Sosial


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia integrasi diartikan sebagai pembauran
hingga menjadi kesatuan. Kesatuan sendiri dengan demikian mengisyaratkan
perhimpunan elemen-elemen berbeda. Ilmu sosiologi memaknai sebagai perhatian
terhadap nilai kemajemukan pada tingkat perilaku individual (behavioral) atau
satuan-satuannya.

Integrasi sosial meliputi interaksi individu dengan semua arti yang berhubungan
dengan komunikasi simbolik, penyesuaian timbal balik, kerja sama atau konflik
dan pola penyesuaian (adaptation) atau yang berhubungan satu sama lain terhadap
lingkungan yang lebih luas dan berbeda. 

Dalam konteks masyarakat beragama, integrasi sosial dengan demikian mencakup


segala proses penyatuan kelompok beragama dalam kapasitas sosialnya (bukan
keyakinannya-madzhab sekali pun) ke dalam kesatuan sosial lebih dari sikap
mengedepankan simbol atau identitas golongan. Al-Quran mengingatkan dalam
surat al-Imran ayat 102 dan 103:

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-


benarnya takwa (yaitu dengan mentaati dan bukan mendurhakai. Mensyukuri dan
tidak kufur nikmat, mengingat dan tidak melupakanNya. Kata para sahabat; wahai
rasulallah, siapakah yang sanggup melaksanakan ini?" 

Maka ayat ini dinasakhkan dengan firmanNya; "bertakwalah kamu kepada Allah

11
menurut kemampuanmu", dan jangan sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam (bertauhid kepada Allah). Berpegang teguhlah kamu
dengan tali Allah (agamanya) ke semuanya, dan janganlah kamu berpecah belah
(setelah menganut Islam) serta ingatlah nikmat Allah (karuniaNya) kepadamu
ketika kamu dulu (sebelum islam) bermusuh-musuhan, maka dirukunkanNya
(dihimpunNya) di antara kamu (melalui Islam) lalu jadilah kamu berkat
nikmatNya bersaudara (dalam agama dan pemerintahan) padahal kamu telah
berada di pinggir jurang neraka (sehingga tak ada lagi jalan kecuali terjerumus ke
dalamnya dan mati dalam kekafiran) lalu diselamatkannya kamu dari padanya
(melalui iman kalian), demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayatNya supaya kamu
memperoleh petunjuk."

Secara Ijmali, Al-Maraghi menafsirkan ayat di atas dengan kewajiban berpeganag


teguh kepada kitab dan janji Allah yang telah dijanjikanNya. Dalam perjanjian itu
menurut Al-Maraghi terkandung perintah hidup rukun dan bermasyarakat
(bernegara) untuk taat kepada Allah dan rasulNya dan melaksanakan perintahNya.

Dalam konteks asbabunnuzul, Al-Faryabi dan abi Hatim  bersumber dari Anas r.a
meriwayatkan ayat ini katika kaum Aus dan Khajraj terlibat dialog tentang
kegagahan-kehebatan masing-masing dari keduanya sebelum disatukan oleh Islam
(jahiliyah). Hingga ahirnya terpola pada egoisme-primordial keduanya, sehingga
kedua kelompok ini saling tuding dan hendak berhadapan satu sama lain sebelum
akhirnya berita ini terdengar oleh Rasulullah SAW dan diwahyukanNya ayat ini
pada Rasulullah. 

Pada suratal-An'am ayat 153 Allah lagi-lagi menegaskan tentang pentingnya


integrasi dalam kehidupan manusia. "Dan bahwa yang kami perintahkan ini
adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia: jangan kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain) karena itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya".

Yang dimaksud tali Allah dalam ayat ini adalah jalan yang lurus; perpecahan itu

12
dengan demikian adalah jalan yang tidak boleh ditempuh. Jalan-jalan yang lain
dimaksud adalah agama-agama dan kepercayaan yang selain Islam. Kecaman
Allah bagi mereka yang mengikuti jalan lain itu dapat disimak dalam surat yang
sama ayat 159 yang artina: 

"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi


berpecah belah (bergolongan), tidak ada sedikit pun tanggung jawab kamu
terhadap mereka, sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah Allah,
kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat".

Masalahnya adalah, di sisi yang lain, perbedaan adalah Sunnatullah. Setiap


manusia diberikan kebebasan untuk menggunakan akal dan nuraninya unuk
mencari jalan yang terbaik menuju Allah. Dalam term ini, Islam (Syariah) sebagai
sistem nilai yang idiil hampir menemukan kemapanannya. Tentunya kesatuan
tauhid akan keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW adalah mutlak.
Kemapanan ini akan berbeda ketika sudah memasuki wilayah sosiologis
masyarakat beragama. 

Nilai kesatuan Tauhid itu dalam pencapaiannya sebagai sunnatullah sering kali
menimbulkan perbedaan. Perbedaan dalam proses inilah yang memicu terjadinya
konflik sosial masyarakat beragama sesuai dengan latar belakang sosiologis
mereka masing-masing dalam menangkap pemahaman tauhid. Klaim paling benar
dalam perbedaan itulah yang dikecam Allah SWT. Karenanya secara an sich siapa
yang paling benar nantinya hanya hak Allah untuk menentukannya sebagai hak
absolitesmeNya.

Integrasi: Antara Pluralitas dan Konflik


Cara pandang yang sempit terhadap makna dan hakikat agama. Dus, kurangnya
sikap menerima perbedaan sebagai sunnatullah an sich akan memicu konflik
dalam beragama (masyarakat beragama), atau bahkan intern komunitas agama. 

13
Konflik sebagai suatu pertentangan yang terjadi dalam masyarakat antara individu
dan kelompok muncul karena adanya perbedaan cara pandang dan penyikapan
atasnya yang diperparah dengan berbedanya latar belakang sosial budaya,
pengetahuan, keyakinan, norma dan nilai-nilai yang dianut.

Secara teoritik konflik berangkat dari adanya sesuatu yang tidak sama antara satu
bagian dengan bagian lainnya yang menimbulkan ketegangan-pertentangan.
Walau pada akhirnya menurut Paul B Horton (1996: 19) pertentangan itu akan
membawa perubahan.

Cara pandang Horton ini memusatkan perhatiannya pada perbedaan, ketegangan,


dan perubahan yang dipaksakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan
keuntungan dari konflik dimaksud. Sosiolog Muslim era abad 13-an Ibn Khaldun
kurang lebih memandang konflik memiliki potensi integratif. Ibn Khaldun
memandang sisi positif dari konflik yang terjadi di masyarakat. 

Menurutnya, konflik it terjadi hanya karena persepsi keliru terhadap makna


"ashabiah" sebagaimana terjadi pada masa jahiliyah sebelum kelahiran Islam.
Persepsi keliru itu menafikan potensi nasionalisme semangat kesukuan untuk
kesatuan yang lebih besar daripada kecintaan berlebih terhadap kelompoknya.

Masih menurut Khaldun konsep Ashabiah jahiliyah merupakan perilaku negatif


yang timbul karena kesombongan, takabur, dan keinginan untuk menyokong-
bergabung dengan suku yang lebih kuat dan terhormat sehingga sering kali
menimbulkan konflik di antara kelompok-kelompok yang ada. Padahal konsep
Ashabiah mengandung nilai-nilai solidaritas sosial berdasarkan nilai-nilai Islam,
sesuai dengan makna "Ashab" yang berarti persahabatan atau "isabah" yang
berarti ikatan mental sosial yang menghubungkan orang-orang secara
kekeluargaan.

14
Integrasi dan Pluralisme: Upaya Mencari Persamaan Persepsi
Prinsip religius plurality tidak melulu dimaknai sebagi pengakuan kebenaran
semua agama. Akan tetapi pluralisme keagamaan itu menandaskan pengertian
dasar bahwa semua agama diberi kebebasan untuk hidup mengingat semua agama
pada mulanya menganut prinsip yang sama tenang ke-Esaan. 

Maka dengan demikian agama-agama iu baik karena dinamika internalnya sendiri


atau karena persinggungan satu sama lain akan secara berangsur-angsur
menemukan kebenaran asalnya sendiri. Sehingga, semua akan bertumpu pada satu
titik pertemuan. Meminjam istilah Nurcholis Madjid Cammon Platform ini dalam
al-Quran disebut dengan kalimatun sawa.

Dalam Islam, pada saat syariat itu datang, ia tidak memonopoli beragam jalan
keselamatan an sich hanya pada pemeluknya saja. Namun, keberagamannya
diakui Islam. Baik metode-cara, syariat-syariat, dan agama-agama sebelumnya
dalam kesatuan tauhid adan uluhiyyah dus mengakui konsep iman kepada hari
pembangkitan dan berperilaku baik. 

Dengan menempatkan pluralitas pada posisi ini pluralitas dapat melahirkan


pengayaan peradaban dan budaya. Sebut saja sebagai contoh. Islam dalam potret
masyarakat Timur Tengah tidak mesti sama dengan Islam di Asia, atau Islam
Jawa dengan Islam di luar Jawa memiliki corak yang tidak persis sama.
Dinamiknya bentuk keberagamaan ini tentunya masih dalam kesatuan tauhid.

Allah SWT dalam surat Hud ayat 118-199 menegaskan: "Jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka
senantiasa berselisiah pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka".

Sa'id Ibn Jubair (45-95 H / 665-714 M) menafsirkan "ummatan waahidatan"


dengan agama Islam atau syari'at Islam semata. Sedangkan Mujahid Ibn Jubair al-

15
Maliki (21-104 H / 624-722 M) dan Qhatadah Ibn Duamah as-Sadusi (61-118 H /
680-736 M) menafsirkan ayat "tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat"
dengan keniscayaan manusia selalu berada dalam syari'at-syari'at yang beraneka
ragam. Dan, Hasan al-Basyri (21-110 H / 642-628 M), Muqatil Ibn Sulaiman (150
H / 761 M), dan Atha Ibn Dinar (126 H / 744 M) menafsirkan "dan untuk itulah
Allah menciptakan mereka" sebagai pemafhuman atas indikasi adanya perbedaan,
atau karena manusia berbedalah maka Allah SWT menciptakan mereka.

Sebagaimana struktur Agama Islam yang dapat merangkum pluralitas dan


keyakinan dalam beragama. Demikian juga dimensi universalisme-humanismenya
yang diatur oleh kerangka ke-ummat-an, subtansi dan pemahamannya menjadi
membesar dan terus elastifistik, futuristik, dan dinamik. Dengan demikian jika
kesatuan umat dapat menaungi pluralitas syariat dan ahama-agama, dipastikan
dapat juga menaungi pluralitas bangsa-bangsa.

Kedua warna pluralitas dan kemajemukan itu adalah satu ayat (kebesaran) Allah
SWT. Keyakinan beragam yang berbeda menggariskan batas-batas lingkaran
keyakinan-keyakinan yang berbeda dalam naungan kesatuan agama. Dan, bahasa-
bahasa menggariskan batas-batas lingkaran kebangsaan yang beragam dalam
naungan integrasi umat. Dalam al-Quran ditegaskan: "dan di antara tanda-tanda
kekuasaanNya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu
dan warna kulitmu, sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi orang yang mengetahui" (ar-Rum : 22).

Integrasi Sosial dalam Strata Bangsa Indonesia


Bangsa yan besar ini dalam dimensi horizontal dapat disederhanakan dengan
penandaan terhadap adanya kolektivisme sosial berdasarkan kesukuan,
keagamaan, dan kedaerahan. Pada perjalanan sejarahnya sering kali terjadi
gesekan sosial baik dalam terma kesukuan, keagamaan, maupun kedaerahan.
Motif dan nuansanya juga beragam. Tak jarang perbedaan kedaerahan misalnya
dipertajam dengan perbedaan adat istiadat atau juga kesenjangan ekonomi antar

16
daerah. 

Dalam masyarakat beragama konflik sering kali disulut oleh "semangat membabi
buta" antar kelompok agama, dan banyak lagi contoh kasus konflik sara lainnya
yang terekam kuat dalam ingatan masyarakat bangsa ini. Singkatnya pekerjaan
rumah seluruh elemen bangsa ini bagi tercapainya integritas sosial masyarakatnya
untuk mencari solusi bagaiman konsep kesejahteraan berlaku aktif menembus
batas-batas kedaerahan dengan berbagai manifestinya. 

Konflik yang terus berkecamuk di daerah-darah rawan konflik beberapa waktu


lalu seperti Ambon, Poso, maluku, Aceh, Timika, dan lainnya hanyalah percikan
api dari belum tuntasnya proses integrasi nasional dalam tinjauan vertikalistik.
Perlu kesadaran mendalam seluruh elemen bangsa ini untuk saling bergandengan
tangan dengan semangat toleransi akan perbedaan untuk kesatuan nasional yang
lebih baik di kemudian hari.

17
BAB III

PEMBAHASAN

Di Indonesia banyak terdapat agama. Maka sangatlah penting toleransi


antar umat beragama di Negara Indonesia ini karena negeri ini banyak terdapat
ras, suku, budaya, dan agama. Toleransi secara bahasa berasal dari bahasa latin
"tolerare", toleransi berarti sabar dan menahan diri. Toleransi juga dapat berarti
suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antar
individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat
menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau
golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat.
Lalu Toleransi beragama adalah sifat atau sikap saling menghargai antar
umat yang beragama lain. Manusia merupakan makhluk individu sekaligus juga
sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia diwajibkan mampu
berinteraksi dengan individu / manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengannya salah satunya
adalah perbedaan kepercayaan / agama.
Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa
"Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya"
Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnya saling menghormati antar
hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi menjaga keutuhan Negara dan
menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama.
Contoh toleransi umat beragama dalam kehidupan nyata adalah pada saat
Gus Sholah wafat, Hotman Paris Hutapea ikut melayat ke Pesantren Tebuireng
Jombang. Keadaan inilah yang membuat warganet heboh dan menyebut bahwa
Hotman Paris patut untuk dicontoh dalam torensi antar umat beragama dalam
baru-baru ini. Karna perbuatannya tersebut, Hotman Paris mencerminkan nilai

18
Pancasila sila ke 1 yaitu "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang berarti setiap orang
berhak memeluk agama sesuai dengan yang diyakininya.
Dalam berbagai situs di social media sempat memberitakan masalah
pengacara kondang Hotman Paris Hutapea sempat menjadi sorotan ketika
melakukan takziah ke Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Jawa
Timur. Hotman ikut berduka dengan meninggalnya Salahuddin Wahid alias Gus
Sholah, Minggu (2/2/2020). Selain melayat, Hotman Paris terlihat dengan setia
menunggu Gus Sholah disalatkan oleh para jemaah. Dalam sebuah video yang
viral di media sosial, terlihat Hotman duduk dengan beberapa makanan, di
belakang orang-orang yang tengah melaukan salat jenazah.

Unggahan Hotman Paris saat melayat di kediaman Gus Sholah


[Instagram/@hotmanparisofficial]. Video itu pun ramai dan banyak dikomentari
warganet. Banyak yang salut dengan sikap yang ditunjukkan Hotman Paris. Tapi
sebenarnya, bagaimana menurut hukum Islam sendiri mengenai non-muslim yang
melayat jenazah orang muslim? Menurut Ustaz Sholeh Mahmoed Nasution alias
Ustaz Solmed, apa yang dilakukan Hotman Paris tidak ada yang salah, karena
dilakukan atas dasar kemanusian, meskipun mereka berbeda keyakinan."Boleh-
boleh saja. Secara kemanusian, secara anak bangsa kan seperti itu, jadi tidak apa-
apa datang melayat kemudian melihat," kata Ustaz Solmed, saat dihubungi
Suara.com melalui sambungan telepon, Rabu (5/2/2020).
Di sisi lain, soal Hotam Paris yang makan di belakang orang salat,
menurut Ustaz Solmed dalam ajaran agama islam bukan masalah yang besar.
Karena dalam kasus Hotman Paris, si tuan rumah yang memberikan hidangan.

“Selamat jalan Sahabatku Gus Sholah! Namaku Gus pemberian Gus solah
(acara pemakaman di Pesantren Tebu Ireng! Hotman Kristen satu satunya yang
hadir dan diterima dengan ramah oleh para kyai senior dan muda)(cuma aku yang
batak dan agama kristen saat itu disana)”
Itulah salah satu kicauan Hotman Paris, pengaca kondang yang kerap
menjadi perhatian publik dengan gaya hidupnya yang glamor. Hotman

19
mengunggah kicauan dan momen mengharukan saat menghadiri acara
pemakamannya sahabatnya, KH. Salahuddin Wahid atau akrab dipanggil Gus
Sholah yang wafat pada minggu malam (2/2/2020).
Wafatnya Gus Sholah, adik KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur
sekaligus cucu pendiri Nahdlatul Ulama ini memang meninggalkan duka teramat
dalam bagi masyarakat, salah satunya Hotman Paris. Kenapa Hotman begitu
antusias untuk menghadiri perpisahan terakhir dengan sahabatnya ini hingga rela
terbang dari Bali ke Jombang?
Kalimat Hotman dalam kicauannya: “Hotman Kristen satu-satunya yang
dan diterima dengan ramah” adalah sebuah ungkapan nyata praktek toleransi yang
begitu nyata. Hotman yang berbeda agama tidak risih untuk bergabung dalam
komunitas pesantren. Para kiayi dan santri juga menerima dengan ramah
kehadirannya layaknya saudara.
Ini memperlihatkan bahwa tidak ada sekat persahabatan dan pertemanan
karena beda agama. Tidak ada sekat untuk berempati dan merasa kehilangan
karena berbeda keimanan. Praktek toleransi ini sungguh memberikan harapan
besar bagi bangsa Indonesia untuk tetap hidup rukun dan merawat persaudaraan
dan persahabatan dalam perbedaan.
Pelajaran seperti ini patut dicontoh di tengah sebagian kecil pandangan
masyarakat yang mulai alergi dengan kata-kata “lintas agama” dan toleransi.
Pertemuan dan perkumpulan lintas agama ditolak karena dianggap
mendangkalkan akidah. Memiliki teman yang berbeda, berkumpul dengan
tetangga yang berbeda dan mewujudkan kampung toleransi dianggap
mendangkalkan akidah. Sungguh ironi umat saat ini. Kedatangan Hotman ke
pesantren bukan kali ini. Sebelumnya ia telah diterima dengan hangat di pesantren
yang diasuh oleh Almarhum Gus Sholah ini untuk menjadi pembicara di tengah
santri. Bahkan kedekatannya dengan kalangan pesantren ia diberikan gelar “Gus”
sebutan untuk keluarga kiayi di pesantren. Jadilah Namanya “Gus Hotman” dan
dia bangga mendapatkannya.

20
Selama melayat di kediaman almarhum, Gus Hotman Nampak begitu
akrab. Gaya glamor yang sering ditampilkan di media seakan runtuh dengan gaya
santri. Ia rela berdesakan dan menangkat jenazah almarhum.
Momen yang viral itu muncul saat Gus Hotman dipersilahkan masuk dan
ikut dalam jamaah salah zuhur. Saat pelaksanaan shalat dia tidak diusir keluar.
Para kiayi mempersilahkannya tetap di dalam yang berada di shaf paling belakang
sambil duduk tenang dengan jamuan makanan.
Hal ini terungkap dalam kicauan di akunnya : “Netizen jangan nyinyir
dulu! Sebelum tiba jenazah Gus Solah maka para Kyai sholat dzhuhur di rumah
peninggalan pendiri NU (Hasyim Asy’ari). Hotman sudah mau keluar ruangan
tapi oleh para kyai disuruh duduk dan dikasi makan,” tulis Hotman.
Pesantren sekali lagi menampilkan praktek agama yang sungguh indah dan
jauh dari kesan sangar dan anti perbedaan. Tentu saja praktek menghormati tamu
yang berbeda seperti ini bukan mendangkalkan akidah, tetapi bagian dari
perwujudan iman. Kiayi pesantren tentu lebih memahami dalilnya dari pada
peserta aksi yang sering menolak toleransi.
Hadirnya Gus Hotman semakin menunjukkan sosok almarhum Gus
Sholah yang bisa diterima semua kalangan, tanpa memandang agama. Begitu pula
memberikan kesan dunia pesantren adalah institusi yang menyemai toleransi dan
selalu menerima perbedaan.
Tapi, apresiasi cukup tinggi patut juga diberikan kepada Gus Hotman yang
menampilkan ketulusan yang dalam untuk menghadiri perpisahan terakhir dengan
sahabatnya walaupun berbeda agama. Mantan mantan Menteri Agama Lukman
Hakim Saifuddin bahkan memuji dalam akun twitternya: “Saya respek kepada
Pak Hotman Paris yang tak hanya ikut menunggui jenazah KH. Salahuddin Wahid
saat dishalatkan berulang kali di rumah kasepuhan, tapi lelaki berjas lengkap dan
berdasi itu juga sejak awal berada di tepi liang lahat hingga prosesi penguburan
selesai,”. Pelajaran Gus Sholah dan Gus Hotman adalah bagian dari praktek
toleransi dan persaudaraan yang patut diambil contoh. Bukan karena berbeda
harus menjadi tidak bersahabat, bersaudara dan berkumpul bersama. Islam

21
menghargai perbedaan. Dan penghormatan terhadap perbedaan adalah
perwujudan iman, bukan pandangkalan akidah.
Namun Perbedaan keyakinan tidak menyurutkan semangat pemeluk
Kristen dan Islam setempat untuk saling menjaga kerukunan, menghormati dan
mengembangkan sikap toleransi. Apabila di Negara ini toleransi sangatlah minim
maka akan muncul Ancaman -- ancaman yang bias terjadi untuk menghancurkan
bangsa Indonesia bias saja berupa golongan-golongan separatis terhadap Negara.
Potensi peperangan atau konflik memanas karena perbedaan pendapat mengarungi
pertumbuhan dan perkembangan suatu Negara. Konflik yang paling besar
berpengaruh kali ini adalah saat urusan agama dicampur adukan dengan urusan
politik. Inilah peristiwa yang fatal, membuat setiap individu saling bermusuhan
dengan individu lainnya sebab berbeda pandangan. Ancaman ancaman tersebut
merupakan ancaman yang dapat memecah belah kesatuan dan kedaulatan Negara
Indonesia ini dari dalam. Kehidupan keagamaan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya, agama harus menjadi
elemen perekat integrasi nasional, dan memperkuat toleransi. toleransi dan
kerukunan bukan milik sesuatu golongan umat beragama semata, tetapi harus
menjadi milik semua golongan dan berlaku untuk semua pemeluk agama. Saling
menghormati dan saling menghargai identitas keyakinan antarumat beragama
harus terus dijaga dalam upaya melindungi keutuhan NKRI.
Banyak masyarakat yang belum mengerti benar apa irtu arti toleransi.
Perbedaan pendapat yang tidak diiringi dengan pemahaman yang benar dapat
membuat masyarakat turut serta dalam perang tanpa mengerti apa yang sedang
diperanginya. Keadaan seperti inilah yang membuat Negara Indonesia krisis
tentang toleransi beragama. Indonesia ini bukan Negara yang hanya memiliki satu
agama yang dianut oleh seluruh warga negaranya melainkan memiliki banyak
agama yang dianut oleh warga negaranya. Toleransi antar umat beragama harus
mampu tercermnkan melalui tindakan atau perbuatan yang menunjukan setiap
umat beragama seperti halnya menolong, mengasihi, dan yang paling penting
menghormati agama dan iman agama lain, menghormati ibdah agama lain,

22
menghormati hari hari besar agama lain, saling menjaga tempat beribadah umat
beragama lain, dan tidak saling mengejek agama lain.
Kehidupan keagamaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan berbangsa
dan bernegara. Oleh karenanya, agama harus menjadi elemen perekat integrasi
nasional, dan memperkuat toleransi. toleransi dan kerukunan bukan milik sesuatu
golongan umat beragama semata, tetapi harus menjadi milik semua golongan dan
berlaku untuk semua pemeluk agama. Saling menghormati dan saling menghargai
identitas keyakinan antarumat beragama harus terus dijaga dalam upaya
melindungi keutuhan NKRI. Peran kita sebagai penerus bangsa ialah menjunjung
tinggi nilai nilai toleransi agar mampu menjaga kesatuan dan kedaulatan Negara
Indonesia ini dari perpecahan dari toleransi antar umat beragama.

23
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan pada pembahasan, maka dapat
dikemukakan
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. integrasi bangsa dapat diwujudkan dengan adanya sikap toleransi antar
umat beragama yang dapat mencerminkan nilai nilai pancasila sila ke-1 yaitu
"Ketuhanan Yang Maha Esa" yang berarti setiap orang berhak memeluk agama
sesuai dengan yang diyakininya.
2. Sikap toleransi dalam beragama adalah menghargai keyakinan agama lain
dengan tidak bersikap menyamakan keyakinan agama lain dengan keyakinan
islam itu sendiri.
3. Pentingnya kerukunan hidup antar umat beragama adalah terciptanya
kehidupan masyarakat yang harmonis dalam kedamaian, saling tolong menolong,
dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu bangsa
Indonesia yang secara tidak langsung memberikan stabilitas dan kemajuan
Negara.

4.2. Saran
Beberapa saran berikut yang harus lebih diperhatikan dan diaplikasikan dalam
kehidupan
sehari-hari antara lain :
1. Sikap toleransi dalam semua aspek kehidupan terutama dalam beragama
harus sangat
dijunjung tinggi Karena tanpa sikap toleransi akan menimbulkan konflik.
2. Dalam tolenrasi beragama, aqidah merupakan hal yang tidak dapat
ditolerin lagi dan

24
toleransi dalam beragama memiliki batas-batas tertentu, tidak semua hal bisa
saling
3. Masyarakat harus menggali pengetahuan tentang toleransi antar umat
beragama agar lebih memahami bagai mana perbuatan-perbuatan baik dan dapat
menciptakan kerukunan ditengah-tengan masyarakat.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35425730/Makalah_KERUKUNAN_UMAT_BERAG
AMA
https://dalamislam.com/dasar-islam/manfaat-toleransi-antar-umat-beragama
https://news.detik.com/opini/d-1302408/integrasi-sosial-masyarakat-beragama-
dalam-perspektif-tafsir-
Djono, 2017, Agama Harus Jadi Perekat Integrasi,
(https://www.beritasatu.com/kesra/407552/agama-harus-jadi-perekat-integrasi).
Diakses pada 15 Februari 2020
Novianto, 2020, Hotman Paris Melayat Gus Sholah Ini Hukumnya,
(https://www.suara.com/entertainment/2020/02/05/150000/hotman-paris-melayat-
gus-sholah-ini-hukumnya-dalam-islam) Diakses pada 15 Februari 2020
Setiawan, 2020, Toleransi Antar Umat Beragama
(https://www.kompasiana.com/deddybs/5cfa835f0d8230656c0706a1/toleransi-
antar-umat-beragama?page=all)

26

Anda mungkin juga menyukai