Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Obat yang Bekerja pada Sistem Pernafasan

Disusun oleh :
Dewi Kartika (14.401.19.015)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimahkan nikmat kesehatan,
iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia , atas dasar nikmat tersebut itulah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Obat yang Bekerja pada Sistem Pernafasan
” tepat pada waktunya shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang dinanti nantikan syafaatnya diakhirat nanti.
Dalam kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, yaitu:

1. Ibu Rosinta selaku Dosen Mata Kuliah “farmakologi”.


2. Semua pihak yang telah membantu dalam jalan memberikan semangat
untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
hal itu dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari semua
pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Krikilan, 17Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN...........................................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................iv
C. TUJUAN..............................................................................................................................iv
BAB 2..............................................................................................................................................iv
PEMBAHASAN..............................................................................................................................iv
A. Saluran Pernafasan...............................................................................................................iv
B. Obat Saluran Pernafasan.......................................................................................................v
C. Penggolongan obat saluran pernafasan...............................................................................viii
BAB 3..............................................................................................................................................ix
PENUTUP........................................................................................................................................ix
A. Kesimpulan..........................................................................................................................ix
B. Saran.....................................................................................................................................x
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................x

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pernafasan berperan penting dalam pertukaran oksigen (O2) dengan
karbondioksida (O2). Secara fungsional sistem pencernaan terdiri dari trakea,
bronkus, bronkiolus, alveolus, dan paru-paru. Alveolus dikelilingi oleh pipa-pipa
kapiler, baik alveolus maupun kapiler tersusun oleh satu lapis sel yang
memungkinkan terjadinya pertukaran antara O2 dengan CO2. Oksigen dari udara
masuk melalui bronkus, bronkiolus, alveolus dan terjadi inspirasi lalu masuk ke
sirulasi sistematik (darah) dan secara bersamaan CO2 didifusikan keluar dari pipa-
pipa kapiler masuk ke alveolus yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh melalui
pernapasan.
Semakin memburuknya kualitas udara di bumi, dan perubahan yang ekstrim
menimbulkan penyakit pada saluran pernafasan. Dalam kasusnya kita sering
menjumpai dari yang paling ringan seperti batuk, pilek, radang tenggorokan sampai
yang berat seperti asma, radang paru-paru, emfisema, bronchitis dan lain-lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan masalah yang timbul pada sistem pernafasan
2. Menyebutkan dan menjelaskan penyakit saluran pernafasan
3. Menyebutkan dan menjelaskan obat saluran pernafasan
4. Menyebutkan dan menggolongkan obat sistem pernafasan
C. TUJUAN
1.Untuk memenuhi tugas farmakologi.
2. Untuk mengetahui macam-macam obat yang di berikan pada pasien yang
memiliki penyakit saluran pernafasan.
3. Untuk mengetahui beberapa golongan obat untuk saluran pernafasan.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Saluran Pernafasan

Saluran pernapasan dibagi dalam 2 golongan utama:


1. saluran pernapasan atas, terdiri dari lobang hidung, rongga hidung, faring, laring
2. saluran pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronchi, bronchioles, alveoli dan
membran alveoulerv – kapiler
Ventilasi dan respirasi adalah dua istilah yang berbeda dan tidak boleh ditukar
pemakaiannya. Ventilasi adalah pergerakan udara dari atmosfer melalui saluran
pernapasan atas dan bawah menuju alveoli. Respirasi adalah proses dimana terjadi
pertukaran gas pada membrane alveolar kapiler.
Infeksi saluran pernafasan adalah infeksi yang mengenai bagian manapun saluran
pernafasan, mulai dari hidung, telinga tengah, faring, laring (bronkus bronkeolus)
dan paru-paru.
• Jenis-jenis infeksi saluran pernafasan atas : batuk pilek, faringitis, sinusitis, dan
toksilitis.
• Jenis infeksi saluran pernafasan bawah : asma, bronchitis kronik, emfizema,
bronkioklialis.
CARA (cheronic aspecific respiratory affections)
Mencakup semua penyakit saluran nafas yang berartikan penyumbatan (obstruksi)
bronchi di sertai pengembangan mukosa (udema) dan sekresi dahak (sputum)
berlebihan. Penyakit-penyakit tersebut meliputi berbagai bentuk penyakit beserta
peralihannya. Yakni asma, bronchitis kronis, dan emfisema paru yang gejala
klinisnya dapat saling menutupi (everlapping). Gejala terpentingnya antara lain
sesak nafas (dispnoe) saat mengeluarkan tenaga, selama istirahat dan sebagai
serangan akut, juga batuk kronis dengan pengeluaran dahak kental. Karena
gangguan tersebut memiliki mekanisme pathofisiologi yang berbeda-bedaa dengan
penanganan yang juga tidak sama.

1
B. Obat Saluran Pernafasan

a) Antihistamin

Sebagai salah satu komponenn yang umum terdapat dalam obat-obat flu,
antihistamin digunakan karena adanya efek antikolinergik, yang antara lain
dapat mengurangi sekresi mukus.15 Obat ini digunakan untukmengatasi gejala
bersin, rhinorrhoea, dan mataberair. Antihistamin generasi pertama yang
banyakdigunakan antara lain adalah CTM, difenhidramin,feniramin.16 Hasil uji
klinik acak terkontrol RCT (ramdomized clinical trial) antihistamin
generasipertama menunjukkan hasil yang positif untukmengatasi gejala flu,
namun tidak terbukti mencegah,mengobati atau mempersingkat seranganflu
(Gitawati, 2014).

b) Mukolitik
Obat golongan mukolitik merupakan obat batuk yang bekerja dengan cara
mengencerkan sekret saluran pernafasan dengan jalan memecah benang benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Agen mukolitik berfungsi
dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada
ikatan komponen mukoprotein.
Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah bromheksin, ambroksol, dan
asetilsistein Meskipun banyak digunakan, obat ini bukanlah terapi utama pada
asma melainkan terapi tambahan untuk mengurangi batuk yang merupakan salah
satu gejala asma yang muncul pada anak. Contoh obat : ambroxol, bromhexin.
c) Kromoglikat

Zat sintetik ini merupakan keturun dari khellin, suatu zat dengan kerja
bronchospasmilitis yang terdapat dalam biji saga (Amni visage). Kromoglikat
berkhasiat menstabilisasi membrane mastcell, sehingga menghalangi pelepasan
mediator vasoaktif, seperti histamine, serotonin dan leukotrien pada watu
terjadinya reaksi antigen-antibody.
Penggunaan kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma
dan bronchitis yang bersifat alergis, conjunctivitis/rhintitis allergic (hay fever)
2
dan alergi akibat bahan makanan. Untuk profilaksis yang optimal, obat ini perlu
diberikan minimal 4 kali sehari yang efeknya baru nyata sesudah 2-4 minggu.
Penggunaanya tidak boleh dihentikan dengan tiba-tiba karena dapat memicu
serangan. Pada serangan akut, kromolin tidak efektif karena tidak memblok
reseptor histamin (Tjay dan Kirana, 2015). Contoh Obat Kromoglikat adalah
d) Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah antiinflamasi yang paling kuat yang sering diberikan pada
penderita asma. Pemberiankortikosteroidyanglamapadaanakmerupakan
perdebatan yang cukup lama. Para ahli sepakat bahwa pemberian
kortikosteroidsecara sistemik dalam jangka panjang dapat mengganggu
pertumbuhan anak sehingga harus berhati hati dan bila memungkinkan dihindari
(Liansyah, 2014)
Kortikosteroid dikenal juga sebagai glukokortikosteroid, glukokortikoid atau
steroid merupakan obat paling banyak digunakan di seluruh dunia untuk
mengatasi gangguan imunitas atau inflamasi termasuk asma. Kortikosteroid
mengurangi jumlah sel infalamasi saluran napas pada tingkat selular termasuk
eosinofil, limfosit T, sel mast dan sel dendritik. Hal itu terjadi dengan
menghambat perekrutan sel inflamasi ke dalam saluran napas melalui penekanan
produksi mediator kemotaktik dan molekul adhesi serta menghambat keberadaan
sel inflamasi dalam saluran nafas misalnya eosinofil, sel limfosit T dan sel mast
(Rozaliyani dkk., 2011).
Kortikosteroid adalah salah satu obat antiinflamasi yang poten dan banyak
digunakan dalam penatalaksanaan asma. Obat ini diberikan baik yang bekerja
secara lokal maupun secara sistemik Kortikosteroid adalah pengobatan jangka
panjang yang paling efektif untuk mengontrol asma. Kortikosteroid bekerja
dengan menekan proses inflamasi dan mencegahtimbulnya berbagai gejala pada
pasien asma. Contoh obat : hidrokortison, deksamethason, beklometason,
budesonid.
Dari dua jenis obat golongan kortikosteroidyang digunakan, Prednison lebih
besar persentasi pemberianya dibandingkan dengan Deksametason. Pemberian
Prednison adalah sebesar 19,59% . Prednison lebih dipilih karena merupakan
preparat oral golongan steroid yang bersifat short actings, efek
mineralokortikoidnya minimal, masa kerjanya pendek sehingga efek
sampingnya lebih sedikit serta efeknya terbatas pada otot . Sedangkan untuk
3
Deksametason pemberiannya lebih sedikit yakni sebesar 14,43% . Pedoman
Nasional Asma Anak menyatakan bahwa pemberian kortikosteroid secara
sistemik (dalam hal ini Deksametason)haruslah berhati-hati karena obat ini
mempunyai efek samping yang cukup berat (Yosmar dkk., 2015).

e) Bronkidilator
f) Istilah bronkodilator merujuk pada obat yang mempunyai efek mendilatasi atau
relaksasi bronkus. Obat ini sering digunakan sebagai antiasma. Bronkokonstriksi
dapat terjadi karena perangsangan parasimpatik atau hambatan simpatik
dibronkus. Pada kasus asma perangsangan terjadi karena meningkatnya
kepekaan bronkus terhadap rangsang.
Konstriksi bronkus dapat diredakan atau dikurangi dengan pemberian agonis β2
atau pemberian antagonis kolinergik serta obat golongan xantin. Obat
simpatomimetik selektif β2 ini memiliki manfaat yang besar dan bronkodilator
yang paling efektif dengan efek samping yang minimal pada terapi asma.
Pemberian langsung melalui inhalasi akan meningkatkan bronkoselektifitas,
memberikan efek yang lebih cepat dan memberikan efek perlindungan yang
lebih besar terhadap rangsangan (misalnya alergen, latihan) yang menimbulkan
bronkospasme dibandingkan bila diberikan secara sistemik (Yosmar dkk., 2015).
Contoh agonis β selektif yang sering digunakan sebagai bronkodilator adalah:
Albuterol, Terbutalin, Salmeterol, Salbutamol, Fenoterol.
Pada dasarnya efek bronkodilatasi golongan metilxantinsetara dengan inhalasi
β2-Agonis, tetapi karena efek samping yang lebih banyak dan bataskeamanan
yang sempit maka golongan metilxantin hanya dianjurkan jika pemberian
kombinasi inhalasi β2-Agonis dan ipatropium bromide tidak memberikan
respons (Yosmar dkk., 2015)
g) Inhalasi
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergika dan kortikosteroida yang
memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan per oral. Efeknya
lebih cepat, dosisnya jauh lebih rendah dan tidak diresorpsi ke dalam darah
sehingga resiko efek sampingnya ringan sekali. Dalam sediaaninhalasi, obat
dihisap sebagai aerosol (nebuhaler) atau sebagai serbuk halusv (turbuhaler).
Inhalasi dilakukan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat-saat tertentu,
seperti sebelum atau sesudah mengelularkan ternaga, setelah bersentuhan dengan

4
zat-zat yang merangsang (asap rokok, kabut, alergan, dan saat sesak napas).
Contoh obat :
minyak angin (aromatis), Metaproterenol
dosis : isoproterenol atau isuprel: 10-20 mg setiap 6-8 jam (dewasa). 5-10 mg
setiap 6-8 jam.
C. Penggolongan obat saluran pernafasan
a. Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan
menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan
demikian tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai
dengan dahak kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit
dikeluarkan.
b. Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah pengeluaran
dahak pada batuk kering (non produktif) agar menjadi lebih
produktif. Ekspek toran bekerja dengan cara membasahi saluran
napas sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan mudah
dikeluarkan (dibatukkan) (Gitawati, 2014).
c. Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh
sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya
benda asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair
dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin.Selain
berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas
menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin.
d. Dekongestan adalah stimulant reseptor alpha-1 adrenergik.
Mekanisme kerja dekongestan (nasal decongestant) melalui
vasokonstriksi pembuluh darah hidung sehingga mengurangi sekresi
dan pembengkakan membran mukosa saluran hidung.30 Mekanisme
ini membantu membuka sumbatan hidung. Namun, dekongestan
juga dapat menyebabkan vasokonstriksi di tempattempat lainnya
pada tubuh, sehingga dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi
yang tidak terkontrol, hipertiroid serta penderita penyakit jantung
(Gitawati, 2014)

5
BAB 3

PENUTUP
A. Kesimpulan
Farmakologi pada sistem respirasi dan oksigenasi merupakan ilmu yang
memepelajari tentang pemberian obat dan cara penanganan untuk para penderita
penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada sistem respirasi. Berdasarkan data
yang penulis peroleh dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa
farmakologi pada sistem respirasi dan oksigenasi sangat berguna untuk
kelangsungan hidup bagi para penderita penyakit yang berasal dan disebabkan
oleh gangguan sistem respirasi. Penyakit dengan gangguan respirasi memang
terlihat ringan, namun jika tidak segera mendapat penangan yang tepat bisa
berdampak besar bagi kesehatan kita.
Banyak obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dengan gangguan
respirasi yaitu :
•Antihistamin
•Mukolitik
•Inhalasi
•Komoglikat
•Kortikosteroid
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dibeberapa bagian, sehingga sangat dimohonkan kepada para
pembaca sekalian agar berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun dan membuat kami semakin berkembang dalam penulisan sebuah
makalah dan penugasan yang sama.

6
DAFTAR PUSTAKA

Gitawati, R. 2014. Bahan aktif dalam kombinasi obat flu dan batuk pilek, dan pemilihan
obat flu yang rasional. Makalah Litbangkes. 24(1).

Liansyah, T.M. 2014. Pendekatan kedokteran keluarga dalam penatalaksaan terkini


serangan asma pada anak. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 14(3).

Meriati, N.W.E., L.R. Goenawi dan W. Wiyono. 2013. Dampak penyuluhan pada
pengetahuan masyarakat terhadap pemilihan dan penggunaan obat batuk swamedikasi di
kecamatan malalayang. Jurnal Ilmiah Farmasi. 2(3).

Rozaliyani, A., A.D Susanto., B. Swidarmoko dan F. Yunus. 2011. Mekanisme resistens
kortikosteroid pada asma. Jurnal Respir Indonesia. 31(4).

Tjay, T.H dan K. Rahardja. 2013. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan Dan Efek-Efek
Sampingnya. Gramedia, Jakarta.

Yosmar, R., M. Andani dan H. Arifin. 2015. Kajian regimen dosis penggunaan obat asma
pada pasien pediatric rawat inap di bangsal anak RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Sains Farmasi dan Klinis. 2(1)

Anda mungkin juga menyukai