Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL


SEJARAH PERATURAN HaKI DI INDONESIA

DIBUAT OLEH :
ATHALA NOVRISKA
B1A018316
KELAS F

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2019
SEJARAH PERATURAN HAKI DI INDONESIA

1. Peraturan Perundang-Undangan HAKI pada Masa Penjajahan Belanda


Hak Kekayaan Intelektual sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia.
Sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai undang-undang
tentang Hak Kekayaan Intelektual yang sebenarnya merupakan perlakuan peraturan
perundang-undangan pemerintahan Hindia Belanda yang berlaku di Negeri
Belanda,diberlakukan di Indonesia sebagai negara jajahan Belanda berdasarkan prinsip
Konkordansi.
Pada masa itu,bidang Hak Kekayaan Intelektual mendapat pengakuan baru 3 (tiga)
bidak Hak Kekayaan Intelektual yaitu bidang Hak Cipta,Merek Dagang dan Industri,serta
Paten.
Adapun peraturan perundang-undangan Belanda tentang Hak Kekayaan Intelektual
adalah sebagai berikut :
a. Auterswet 1912 (Undang-Undang Hak Pengarang 1912, Undang-Undang Hak
Cipta;S.1912-600)
b. Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Miliki Industrial
Kolonial 1912;S.1912-545 jo S.1913-214)
c. Octrooiwet 1910 (Undang-Undang Paten 1910;S.1910-33,vis S.1911-33,S.1922-54)
Undang-Undang Hak Cipta pertama di Belanda di undangakan pada tahun 1803,yang
kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Hak Cipta tahun 1817 dan diperbaharui
lagi dengan Konvensi Bern 1886 menjadi Auterswet 1912, Indonesia (Hindia Belanda
saat itu) sebagai negara jajahan Belanda terikat dalam Konvensi Bern
tersebut,sebagaimana diumumkan dalam S.1914-797. Peraturan Hak Milik Industrial
Kolonial 1912 merupakan Undang-Undang Merk tertua di Indonesia,yang ditetapkan
oleh Pemerintah kerajaan Belanda berlaku sejak tanggal 1 Maret 1913 terhadap
wilayah-wilayah jajahannya Indonesia,Suriname,dan Curacan. Dan Undang-Undang
Paten 1910 berlaku mulai tanggal 1 Juli 1912.
2. Lingkup Berlakunya Perundang-Undangan HAKI pada Zaman Belanda
berdasarkan 131 Indische Staatsregeling
Pasal 131 Indische Staatsegeling (IS) pada pokoknya mengatur sebagai berikut :
a. Hukum Perdata dan Hukum Dagang (termasuk hukum pidana maupun hukum
acara perdata dan pidana)
b. Untuk golongan bangsa Eropa,dianut (dicontoh) perundang-undangan yang
berlaku di negara Belanda (Asas Konkordansi)
c. Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing (Tionghhoa,Arab dan
sebagainya) jika ternyata “kebutuhan kemasyarakatan” mereka
menghendakinya,dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan
berlaku bagi mereka,baik seutuhnya maupun dengan perubahan-perubahan. Dan
juga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama untuk selainnya
harus diindahkan aturan-aturan yang berlaku di kalangan mereka,dan boleh
diadakan penyimpangan jika diminta oleh kepentingan umum atau kebutuhan
kemasyarakat mereka (Ayat 2)
d. Orang Indonesia asli dan Timur Asing,sepanjang mereka belum ditundukkan di
bawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa,diperbolehkan
menundukkan diri (onderwepen) pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa,
penundukan ini boleh dilakukan baik secara umum maupun secara mengenai
suatu perbuatan tertentu saja (Ayat 4)
e. Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis dalam Undang-Undang,bagi
mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka yaitu
“hukum adat” (Ayat 6)
Adapun berdasarkan Pasal 163 IS,golongan penduduk Hindia Belanda adalah sebagai
berikut :
a. Golongan Eropa,yaitu a) Semua orang golongan Belanda, b) Semua orang Eropa
lainnya, c) Semua orang Jepang, d) Semua orang yang berasal dari tempat lain
yang negaranya tunduk pada Hukum Keluarga yang pada pokoknya berdasarkan
asas yang sama seperti Hukum Benda, dan e) Anak sah atau diakui menurut
undang-undang dan anak yang dimaksud sub b dan c yang lahir di Hindia
Belanda.
b. Golongan Bumiputera,yaitu semua orang yang termaksud rakyat Indonesia
Asli,yang tidak beralih masuk golongan lain,yang telah membaurkan dirinya
dengan golongan lain,dan yang telah membaurkan dirinya dengan rakyat
Indonesia Asli.
c. Golongan Timur Asing,yaitu semua orang yang bukan golongan Eropa dan
golongan Bumiputera.
Berdasarkan Pasal 131 jo 136 IS tersebut dapat diketahui bahwa kodifikasi Hukum
Perdata (Burgerlijke Wetboek) hanya berlaku bagi golongan Eropa dan mereka yang
dipermasalahkan. Adapun bagi golongan Bumiputera dan golongan Timur Asing berlaku
Hukum Adat mereka masing-masing kecuali sejak tahun 1855 Hukum Perdata Eropa
diberlakukan terhadap golongan Timur Asing selain Hukum Keluarga dan Hukum Waris.
Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia saat itu bersifat pluralisme
sesuai dengan golongan penduduknya,sehingga ada peraturan perundang-undangan
Eropa yang dinyatakan berlaku bagi orang-orang Bumiputera,ada pula peraturan
perundang-undangan yang dinyatakan secara khusus dibuat untuk orang-orang
Indonesia Asli.
Peraturan perundang-undangan Eropa di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang diatur
dalam Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1012 (Peraturan Hak Milik Industri
Kolonial 1912;S.1912-545 jo S.1913-214) ; Auterswet 1912 (Undang-Undang Hak
Pengarang 1912,Undang-Undang Hak Cipta S.1912-600) dan Octrooiwet 1910 (Undang-
Undang Paten 1910;S.1910-33 yis S.1911-11 S.1922-54) merupakan peraturan
perundang-undangan yang dinyatakan berlaku tidak hanya untuk golongan Eropa
melainkan juga berlaku untuk golongan bukan Eropa.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa peraturan perundang-undangan Eropa di
bidang Hak Kekayaan Intelektual merupakan peraturan perundang-undangan yang
berlaku bagi semua golongan penduduk Indonesia.
3. Perundang-undangan HAKI Pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Setelah Indonesia merdeka,berdasarkan Pasal 2 Aturan Peralihan Perundang-
Undangan 1945 (UUD 1945) dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1945 maka
ketentuan peraturan perundang-undangan Hak Atas Kekayaan Intelektual zaman
penjajahan Belanda,demi hukum diteruskan keberlakuannya,sampai dengan dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang baru hasil produk legislasi Indonesia. Setelah 16
tahun Indonesia merdeka,tepatnya pada tahun 1961 barulah Indonesia mempunyai
Peraturan Perundang-Undangan Hak Kekayaan Intelektual dalam Hukum Positif
pertama kalinya dengan diundangkannya Undang-Undang Merk pada tahun
1961,disusul dengan diundangkannya Undang-Undang Hak Cipta pada tahun 1982
dan Undang-Undang Paten pada tahun 1989.
a. Undang-Undang Merk pertama di Indonesia lahir pada tahun 1961 dengan
diundangkannya Undang-Undang Merk Dagang dan Merk Perniagaan pada
tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku pada tanggal 11 November
1961,yang dikenal juga dengan nomenklatur Undang-Undang Nomor 21 Tahun
1961. Dengan diundangkan dan diberlakukannya Undang Undang Nomor 21
Tahun 1961,maka Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak
Miliki Industrial Kolonial 1912;S.1912-545 jo S.1913-214) tersebut dinyatakn
dicabut dan tidak berlaku lagi. Pada tahun 1992 terjadi pembaharuan Hukum
Merk di Indonesia,dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 19
Tahun 1992 yang mencabut dan menggantikan UU Nomor 21 Tahun 1961.
Selanjutnya pada tahun 1997,terjadi lagi penyempurnaan terhadap UU Nomor 19
Tahun 1992 dengan diundangkan dan diberlakukan UU Nomor 14 Tahun 1997.
Dan terakhir pada tahun 2001 UU tersebut diubah dan disempurnakan serta
diganti dengan lahirnya UU Nomor 15 Tahun 2001.
b.Undang-Undang Hak Cipta pertama di Indonesia pasca kemerdekaan baru ada
pada tahun 1982,dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 6 Tahun
1982. Kemudian pada tahun 1987,UU Nomor 6 Tahun 1982 tersebut diubah dan
disempurnakan dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 7 Tahun
1987. Selanjutnya pada tahun 1997,UU Nomor 12 Tahun 1997 jo UU Nomor 7
Tahun 1987 tersebut dan terakhir pada tahun 2001 UU Nomor 12 Tahun 1997 jis
UU Nomor 7 Tahun 1987,UU Nomor 6 Tahun 1982 tersebut diubah dan
disempurnakan serta diganti dengan UU Nomor 19 Tahun 2002.
c. Undang-Undang Paten pertama di Indonesia baru ada pada tahun 1989
dengan diundangkan dan diberlakukannya UU Nomor 6 Tahun 1989. Kemudia
pada tahun 1997, UU Nomor 6 Tahun 1989 tersebut diperbaharui dengan UU
Nomor 13 Tahun 1997 jo UU Nomor 6 Tahun 1989 tersebut,diubah dan
disempurnakan serta diganti dengan UU Nomor 14 Tahun 2001.

Dengan demikian sejak tahun 1961 s/d tahun 1999 yang berarti selama 54 tahun sejak
Indonesia merdeka,bidang Hak Kekayaan Intelektual yang telah mendapat perlindungan
dan pengaturan dalam tata hukum Indonesia baru ada 3 (tiga) bidang yaitu Merk,Hak
Cipta,dan Paten. Adapun 4 bidang Hak Kekayaan Intelektual lainnya Varietas
Tanaman,Rahasia Dagang,Desain Industri,serta Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,baru
mendapatkan pengaturan dalam Hukum Positif Indonesia pada tahun 2000,dengan
diundangkannya UU Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas Tanaman,UU Nomor 39
Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Tata
Letak Sirkuit Terpadu, dan UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Industri.

Sebelumnya,pada tahun 1994, Indonesia masuk sebagai anggota WTO (World Trade
Organization) dengan meratifikasi hasil Putaran Uruguay yaitu Agreement Establishing
the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan
Dunia). Salah satu bagian penting dari Persetujuan WTO adalah “Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Rights Including Trade in Counterfeit Goods
(TRIPs) Sejalan dengan TRIPs, Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi konvensi-
konvensi Internasional di bidang HaKI,yaitu :
a. Paris Convention for the protection of Industrial Property and Convention
Establishing the World Intellectual Property Organizations, dengan Keppres
Nomor 15 Tahun 1997 tentang perubahan Keppres Nomor 24 Tahun 1979;
b. Patent Cooperation Treaty (PCT) and Regulation under the PCT, dengan Keppres
Nomor 16 Tahun 1997;
c. Trademark Law Treaty (TML) dengan Keppres Nomor 17 Tahun 1997;
d. Bern Convention for the Protection of Literary and Artistic Works dengan Keppres
Nomor 18 Tahun 1997;
e. WIPO Copyrights Treaty (WCT) dengan Keppres Nomor 19 Tahun 1997.
Memasuki millennium baru, Hak Kekayaan Intelektual menjadi isu yang sangat penting
yang selalu mendapat perhatian baik dalam forum nasional maupun internasional.
Dimasukkannya TRIPs dalam paket Persetujuan WTO di tahun 1994 menandakan
dimulainya era baru perkembang HaKI di seluruh dunia. Dengan demikian pada saat ini
permasalahan HaKI tidak dapat dilepaskan dari dunia perdagangan dan investasi.
Pentingnya HaKI dalam pembangunan ekonomi dan perdagangan telah memacu
dimulainya era baru pembangunan ekonomi yang berdasar ilmu pengetahuan.

Berikut dibawah ini disajikan berbagai macam Peraturan Perundang-Undangan yang


sampai saat ini berlaku di Indonesia yang mengatur HaKI,yaitu :
 Dalam bidang Hak Cipta :
1. UU Nomor 16 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan
UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang
Hak Cipta, dan terakhir diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987.
2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1988 tentang Pengesahan Persetujuan
mengenai Perlindungan Hak Cipta atas Rekaman Suara antara Republik Indonesia
dan masyarakat Eropa.
3. Keputusan Presiden Nomor 25 Tahun 1989 tentang Pengesahan Persetujuan
mengenai Perlindungan Hak Cipta antara Republik Indonesia dan Amerika Serikat.
4. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights
Treaty.
 Dalam bidang Paten :
1. UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 13 Tahun 1997 tentang Paten.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1991 tentang Impor Bahan Baku atau
Produk tertentu yang dilindungi paten bagi produksi obat di dalam negeri.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1991 tentang Pendaftaran Khusus
Konsultan Paten.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1991 tentang Tata Cara Permintaan
Paten.
5. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan Patent
Cooperation Treaty (PCT) and Regulations Under PCT.
 Dalam bidang Merek Dagang dan Merek Jasa :
1. UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 19 Tahun 1992 tentang
Merek; yang menggantikan berlakunya UU Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek
Perusahaan dan Merek Perniagaan.
2. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan Trademark Law
Treaty.
 Dalam bidang Rahasia Dagang :
1. UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
 Dalam bidang Desain Industri :
1. UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
 Dalam bidang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu :
1. UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.
Lainnya :
1. UU Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia).
Perlu dicatat bahwa meskipun Indonesia telah ikut serta dalam WTO-GATT ini
dengan UU Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing
the World Trade Organization. Hingga saat ini, Indonesia belum menyetujui untuk
ikut dalam Lampiran 4 dari persetujuan mengenai Pembentukan WTO tersebut.

SUMBER :
 Hak Atas Kekayaan Intelektual oleh Adrian Sutedi, SH.,MH halaman 1-5.
 https://rifkymiafauziah.wordpress.com/2012/11/12/sejarah-singkat-latar-
belakang-dan-perkembangan-haki-di-indonesia/
 https://www.academia.edu/23731284/Sejarah_Hak_Kekayaan_Intelektual_HaKI
_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai