Anda di halaman 1dari 14

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme, termasuk banteria, mikobakteria, jamur, dan virus. Pneumonia
diklasifikasikan sebagai pneumonia di dapat di komunitas (community- aciqured
pneumonia), pneumonia didapat di rumah sakit (nosokomial) (hospital-acquired
pneumonia) pneumonia pada pejamu yang mengalami luluh imun, dan pneumonia
aspirasi. Terjadi tumpang tindih dalam pengelompokan pneumonia tertentu karena
pneumonia dapat terjadi pada tantanan yang berbeda. Mereka yang berisiko
mengalami pneumonia sering kali menderita penyakit kronis utama, penyakit akut
berat, sistem imun yang tertekan karena penyakit atau medikasi, imobilitas, dan
faktor lain yang mengganggu mekanisme perlindungan paru normal, lansia juga
berisiko tinggi. ( Smeltzer, 2017: 457)
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A.
Price). Dengan gejala batuk di sertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen
infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansi asing
berupa radang paru-paru yang di sertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat
melalui gambaran radiologis. (Kusuma, 2015: 65)
Pneumonia adalah proses inflamatori perenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius. Penumonia adalah penyakit infeksius yang
sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki
peringkat ke-empat pria dan wanita peringkat kelima sebagai akibat hospitalisasi.
Penyakit ini juga diobati secara luas dibagian rawat jalan. (Smeltzer, 2013: 571)

2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia, melalui siang infuse oleh stapylococcus aureus sedangkan
pada pemakaian ventilator oleh P. aeruginosa dan enterobacter dan masa kini
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit
kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk
ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan
mekanisme pertahanan paru terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab terjadinya
pneumonia sesuai penggolongan yaitu :
a. Bacteria: displococcus pneumonia, pneumococcus, streptokokus
hematolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus frieddlander.
b. Virus: respiratory syncytial virus, adeno virus, v. Sitomegalitik, v.
Influenza.
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, koresene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
f. Pneumonia hipostatik
g. Sindrom loeffler (Kusuma, 2015: 65)

3. Patofisiologi
Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu difusi oksigen dan karbon dioksida, bronkospasme juga dapat terjadi
apabila pasien menderita penyakit jalan nafas reaktif. Bronkopneumonia, bentuk
pneumonia yang paling umum, menyebar dalam model bercak yang meluas dari
bronki ke parenkim paru sekitarnya. Pneumonia lobar adalah istilah yang
digunakan jika pneumonia mengenai bagian substansial pada satu atau lebih
lobus. Pneumonia disebabkan oleh berbagai agen mikroba di berbagai tatanan.
Organisme yang biasa menyebabkan pneumonia antara lain. Pseudomonas
aeruginosa dan spesies Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenza, Staphylococcus pneumonia, dan basilus Gram negative, jamur, dan
virus (paling sering terjadi pada anak-anak). (Smeltzer, 2017: 457)
5. Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan anatomi
 Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral
 Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh oleh eksudat mukopurulen untuk
membentuk bercak konsulidasi dalam lobus yang berada didekatnya,
di sebut juga pneumonia
 Pneumonia interstitial (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi
didalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial
serta interlobular
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan :
 Pneumonia komunitas
Di jumpai H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/ jamak atau terapi
antibiotik
 Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu : tingkat berat sakit, adanya resiko
untuk jenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia. (Kusuma, 2015, 65-67)

6. Gejala Klinis
a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5oC
samapai 40,5oC)
b. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernafas dan batuk
c. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali
pernapasan/menit) dan dyspnea, ortopnea ketika tidak disangga
d. Nadi cepat dan memantul, daoat meningkat 10 kali/menit per satu derajat
peningkatan suhu tubuh
e. Bradikardia relative untuk tingginya demem menunjukkan infeksi virus,
infeksi mikoplasma, atau infeksi organisme Legionella
f. Tanda lain: infeksi saluran nafas atas, sakit kepala, demam derajat rendah,
nyeri pleuritik, myalgia, ruam dan faringitis, setelah beberapa hari, sputum
mukoid atau mukopurulen dikeluarkan
g. Pneumonia berat: pipi memerah, bibir dan bantalan kuku menunjukkan
siaonosis sentral
h. Sputum puluren, berwarna seperti karat, bercampur darah, kental atau
hijau atau bergantung pada agens penyebab
i. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah
j. Tanda gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien
(Smeltzer, 2017: 458)

7. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul,
yaitu:
 Keadaan umum: tampak lemah, sesak nafas
 Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolen
 Tanda-tanda vital:
1) TD: hipertensi
2) Nadi: takikardi
3) RR: takipneu, dyspnea, nafas dangkal
4) Suhu: hipertermi
 Kepala: tidak ada kelainan
 Mata: konjungtiva an/anemis
 Hidung: jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
 Paru:
1) Inspeksi: pengembangan paru berat, tidak simetris hanya satu sisi paru,
ada penggunaan otot bantu nafas
2) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah
yang terkena
3) Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
4) Auskultasi: bias terdengar ronkhi
 Jantung: jika ada kelainan jantung pemeriksaan fisik
 Ekstremitas: siaonosis, turgor berkurang jika dehidrasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial) ;
dapat juga menyatakan abses
b. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
c. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada
d. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
e. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
f. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang di aspirasi
g. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
(Kusuma, 2015: 68)

9. Therapy
Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotik yang sesuai seperti
yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram.
 Ampisilin
 Kloramfenikol
 Sefatoksim
 Amikasin (Kusuma, 2015: 68)

10. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa di berikan
antibiotik per-oral dan tetap tinggi di rumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita yang sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya. Harus di rawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksaan umum yang dapat di
berikan antara lain :
a. Oksigen 1-2L/menit
b. IVFD dekstrose 10% : Nacl 0,9% = 3:1,+ KCI 10mEq/500ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral terhadap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (Kusuma, 2015: 68)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data
yang dikumpulkan atau dikaji meliputi:
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.
b. Status Kesehatan
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-
keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS dengan keluhan
yang sama
 Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang sama.
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
 Pola Manjemen Kesehatan dan Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status
kesehatan pasien saat ini
 Pola Metabolik - Nutrisi
Kaji pasien mengenai kebiasaan jumlah makanan dan kudapan, jenis dan
jumlah (makanan dan minuman), pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam
terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan.
 Pola Eliminasi
Kebiasaan pola buang air kecil: frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain.
Kebiasaan pola buang air besar: frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri,
mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain.
 Gerak dan Aktivitas
Kaji pasien mengenai aktivitas kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk
merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi) mandiri,
bergantung atau perlu bantuan, penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga).
 Pola Istirahat – Tidur
Kaji pasien mengenai kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur,
jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat
kesegaran). Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum,
mengantuk).
 Pola Persepsi – Kognitif
Kaji pasien mengenai:
1) Gambaran tentang indra khusus (penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasa, peraba)
2) Penggunaan alat bantu indra
3) Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara
komprehensif)
4) Keyakinan budaya terhadap nyeri
5) Tingkat pengetahuan terhadap nyeri dan pengetahuan untuk
mengontrol dan mengatasi nyeri
6) Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)
 Pola Konsep Diri - Persepsi Diri
Kaji pasien mengenai:
1) Keadaan sosisal: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial
2) Identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki
3) Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang
disukai dan tidak)
4) Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri
5) Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran)
6) Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan ataupun psikologi
7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung,
tidak mau berinteraksi)
 Pola Hubungan – Peran
Kaji pasien meliputi:
1) Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, temen, kerja
2) Keputusan / ketidakpuasaan menjalankan peran
3) Efek terhadap status kesehatan
4) Pentingnya keluarga
5) Struktur dan dukungan keluarga
6) Proses pengambilan keputusan keluarga
7) Pola membesarkan anak
8) Hubungan dengan orang lain
9) Orang terdekat dengan klien
10) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan
 Pola Reproduksi – Seksualitas
Kaji pasien mengenai:
1) Masalah atau perhatian seksual
2) Menstruasi, jumlah anak, jumlah suami/istri
3) Gambaran perilaku seksual (perilaku seksualitas yang aman,
pelukan, sentuhan, dll)
4) Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi
5) Efek terhadap kesehatan
6) Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dana tau psikologi
7) Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara,
rectum)
 Pola Toleransi Terhadap Stress – Koping
Kaji pasien mengenai:
1) Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini
2) Tingkat stress yang dirasakan
3) Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress
4) Strategi mengatasi stress yang biasanya digunakan dan
keefektifannya
5) Strategi koping yang biasa digunakan
6) Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress dengan
keluarga
 Pola Keyakinan – Nilai
Kaji pasien mengenai:
1) Latar belakang budaya/etnik
2) Status ekonomi, prilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
budaya/etnik

d. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum: tampak lemah, sesak nafas
 Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolen
 Tanda-tanda vital:
1) TD: hipertensi
2) Nadi: takikardi
3) RR: takipneu, dyspnea, nafas dangkal
4) Suhu: hipertermi
 Kepala: tidak ada kelainan
 Mata: konjungtiva an/anemis
 Hidung: jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
 Paru:
1) Inspeksi: pengembangan paru berat, tidak simetris hanya satu sisi
paru, ada penggunaan otot bantu nafas
2) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus pada daerah
yang terkena
3) Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
4) Auskultasi: bias terdengar ronkhi
 Jantung: jika ada kelainan jantung pemeriksaan fisik
 Ekstremitas: siaonosis, turgor berkurang jika dehidrasi
2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b. d inflamasi dan obstruksi jalan nafas
d. d batuk tidak efektif, adanya secret di hidung, sputum berlebihan
b. Pola nafas tidak efektif b. d keletihan otot dan deformitas dinding dada
d.d adanya otot bantu nafas dan kerusakan jaringan parut
c. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat,
takipneu, demam
d. Intoleransi aktivitas b. d isolasi respiratory d.d kelemahan otot, kesulitan
bergerak

3. Rencana Tindakan (Intervensi) dan Rasionalisasi


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah diberikan 1. Monitor status 1. Mengetahui
nafas tidak efektif asuhan pernapasan dan bagaimana irama,
b. d inflamasi dan keperawatan …x24 oksigenasi, frekuensi
obstruksi jalan jam diharapkan sebagaimana mestinya pernapasan
nafas d. d batuk jalan nafas kembali 2. Lakukan fisioterapi 2. Meningkatkan
tidak efektif, normal dengan dada, sebagaimana efisiensi
adanya secret di kriteria hasil: mestinya pernapasan dan
hidung, sputum 1. Tidak ada 3. Instruksikan ekspansi paru
berlebihan nafas cuping bagaimana agar bisa 3. Memberikan
hidung melakukan batuk pengetahuan
2. Pasien bisa efektif yang benar dan
melakukan 4. Kelola nebulizer sesuai prosedur
batuk efektif sebagaimana mestinya tentang cara
dan batuk efektif
mengeluarkan 4. Memberikan
sputum nebulizer untuk
3. Tidak ada mengencerkan
suara secret
tambahan paru
2 Pola nafas tidak Setelah diberikan 1. Monitor kecepatan, 1. Untuk
efektif b. d asuhan irama, kedalam dan mengetahui
keletihan otot dan keperawatan …x24 usaha pernapasan kecepatan, irama,
deformitas dinding jam diharapkan 2. Posisikan pasien untuk kedalaman dan
dada d.d adanya pernapasan pasien memaksimalkan usaha pernapasan
otot bantu nafas kembali normal ventilasi pasien
dan kerusakan dengan kriteria 3. Kelola udara atau 2. Memberikan
jaringan parut hasil: oksigen yang posisi nyaman
1. Tidak ada dilembabkan atau dan mengurangi
penggunaan otot sebagaimana mestinya sesak
bantu nafas 4. Ajarkan teknik 3. Memenuhi
2. Sesak berkurang bernafas/ relaksasi kekurangan
3. Menunjukkan 5. Berikan pengobatan oksigen
jalan nafas yang dengan tepat/sesuai dan 4. Memusatkan
paten (irama petunjuk prosedur kembali perhatian
nafas dan dan
frekuensi meningkatkan
pernapasan koping
dalam rentang 5. Memberikan obat
normal, tidak sesuai dosis
ada suara nafas
yang abnormal)
3 Resiko Setelah diberikan 1. monitor tanda – tanda 1. untuk mengetahui
ketidakseimbangan asuhan vital keadaan umum
volume cairan b.d keperawatan …x24 2. berikan makanan pasien
intake oral tidak jam diharapkan yang mengandung 2. agar kebutuhsn
adekuat, takipneu, volume cairan serat untuk cairan pasien
demam pasien normal mengurangi terpenuhi sesuai
dengan kriteria kehilangan cairan dan kebutuhan
hasil: eletrolit 3. agar pasien tidak
1. TTV pasien 3. anjurkan pasien untuk mengalami
normal mengurangi asupan dehidrasi
Td: 110-120/70- makanan dan 4. untuk memantau
80 mmHg minuman dengan cairan tubuh
Nadi: 80- diuretic atau pencahar pasien
100x/mnt (teh, kopi, suplemen
Suhu: 36,5- herbal)
37,5oC 4. konsultasikan dengan
RR: 16-24x/mnt dokter jika tanda dan
2. Pasien tidak gejala
mengalami ketidakseimbangan
dehidrasi cairan dan elektrolit
menetap atau
menurun
4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan 1. Monitor respon fisik, 1. Mengetahui
b. d asuhan emosi, sosial dan respons fisik,
ketidakseimbangan keperawatan …x24 spiritual emosi, sosial dan
antara suplai dan jam diharapkan ada 2. Bantu pasien untuk spiritual pasien
kebutuhan oksigen peningkatan berpindah, sesuai 2. Mencegah
(hipoksia) intoleransi kebutuhan terjadinya
kelemahan d.d aktivitas, dengan 3. Instruksikan pasien kelelahan
kelemahan otot, kriteria hasil: untuk melakukan sehingga
kesulitan bergerak 1. Berpartisipasi latihan dan menimbulkan
dalam aktivitas keseimbangan, seperti asmanya
fisik tanpa berdiri dengan satu 3. Memberikan
disertai kaki, membungkuk pengetahuan agar
peningkatan kedepan, peregangan mampu
tekanan darah, dan resistensi yang meningkatkan
nadi dan sesuai kesembangan dan
pernapasan 4. Lakukan ROM melakukan ADL
2. Mampu aktif/pasif untuk secara mandiri
melakukan menghilangkan 4. Mencegah
aktivitas sehari- ketegangan otot terjadinya
hari secara 5. Kolaborasi dengan ahli kelelahan
mandiri teraoi fisik, sehingga
3. Tanda-tanda okupasional dan menimbulkan
vital normal rekreasional dalam asmanya
4. Pasien mampu mengembangkan dan 5. Memberikan
berpindah menerapkan program terapi yang tepat
dengan atau latihan, sesuai dengan agar pasien
bantuan alat kebutuhan merasa lebih
nyaman dan
mencegah
terjadinya
decubitus

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan
a. Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan
bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
b. Delegatif: tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh
petugas kesehatan yang berwenang
c. Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana
didasarkan pada keputusan bersama

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencanakan kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan, dengan cara melibatkan pasien
yang nantinya diharapkan dapat memperoleh evaluasi disetiap diagnosa.

Anda mungkin juga menyukai