Anda di halaman 1dari 15

by Unknown

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KDRT

Pokok Bahasan : Prilaku kekerasan KDRT

SUB Pokok Bahasan : Pengetahuan tentang prilaku kekerasan

Sasaran : Mahasiswa STIKes Wira Medika PPNI Bali

Hari / Tanggal : Rabu, 9 Mei 2012

Waktu : 30 menit

Tempat : 405

I. LATAR BELAKANG

Salah-satu bentuk dari kejahatan adalah kekerasan terhadap sesama manusia. kekerasan merupakan
suatu konsep yang makna dan isinya sangat tergantung pada masyarakat sendiri. Selain faktor kekuatan,
kekerasan juga muncul karena adanya kekuasaan yang diabsahkan secara hukum dalam pengertian yang
luas. Kekerasan bisa terjadi dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan pemikiran
agama. Lebih jauh lagi kekerasan itu telah memasuki ruang lingkup yang paling kecil dan eksklusif yaitu
keluarga. Di dalam keluarga, kekerasan terhadap perempuan bisa terjadi antara anggota keluarga. Di
tengah masyarakat modern yang dibangun atas prinsip rasionalitas, demokrasi dan humanisme yang
secara teori dapat menekan tindak kekerasan namun budaya kekerasan ini menjadi sebuah fenomena
yang tidak dapat dipisahkan. Segala bentuk kejahatan terhadap martabat manusia dan kekerasan,
terutama kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang harus
dihapuskan.

Biasanya yang menjadi korban dalam KDRT adalah kebanyakan perempuan. Di Indonesia sebagai negara
yang sedang berkembang banyak terjadi pelanggaran hak asasi manusia diantaranya adalah hak-hak
perempuan. Data dari Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan),
memperlihatkan bahwa pada sepanjang tahun 2003 telah terjadi 5.934 kasus kekerasan terhadap
perempuan. Sebanyak 2.703 diantaranya adalah kasus KDRT, dengan korban terbanyak adalah istri yaitu
2.025 kasus atau 75%.4 Bahkan dalam pengamatan Kompas, kasus KDRT cenderung meningkat. 5
Seperti halnya fenomena gunung es, kasus-kasus yang dilaporkan diyakini jauh lebih sedikit daripada
yang tersembunyi dan tidak terungkap.

Untuk itulah kami inggin melakukan penyuluhan mengenai prilaku KDRT utuk dapat meminimalisir dan
mencegah terjadinya prilaku kekerasan.

II. TUJUAN UMUM

Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
prilaku kekerasan dan dapat meakukan sosialisasi pada masyarakat agar perilaku kekerasan tidak terjadi
lagi di masyarakat.

III. TUJUAN KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit mahasiswa diharapkan :

1. Mampu menjelaskan mengenai Pengertian dari KDRT

2. Mampu menjelaskan mengenai Bentuk kekerasan dalam rumah tangga

3. Mampu menjelaskan mengenai Factor pemicu terjadinya kekerasan

4. Mampu menjelaskan mengenai Dampak dari kekerasan

5. Mampu menjelaskan mengelai upaya pemulihan kekerasan dalam rumah tangga

IV. METODE :

1. Ceramah

2. Tanya jawab
V. MEDIA :

1. Laptop

2. LCD

3. Ceramah dengan menggunakan leaflet

VI. ISI MATERI :

1. Pengertian dari KDRT

2. Bentuk kekerasan dalam rumah tangga

3. Siklus kekerasan

4. Factor pemicu terjadinya kekerasan

5. Dampak dari kekerasan

6. Upaya pemulihan dan preventif

VII. PROSES PELAKSANAAN

No

Waktu

Kegiatan

Sasaran

Penyajian

Pasien dan Keluarga


1

5 menit

Pembukaan

a. Salam pembuka, Perkenalan

b. Menyampaikan tujuan

c. Kontrak waktu

d. Melakukan apersepsi

· Moderator mengucapkan salam pembuka

· Menyampaikan tujuan

· Kontrak waktu

· Melakukan apersepsi

· Peserta membalas salam moderator

· Mendengar tujuan yang disampaikan

· Menyetujui kontrak waktu

· Mendengarkan apersepsi

20 menit

Penyampaian materi
· Penyaji menyampaikan materi dengan baik, jelas dan mudah dimengerti peserta penyuluhan

· Peserta mendengarkan materi yang disampaikan penyaji

5 menit

Penutup

a. Sesi Tanya jawab

b. Melakukan evaluasi

c. Menyimpulkan materi yang didiskusikan

d. Mengakhiri kegiatan dengan salam

· Moderator memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan

· Melakukan evaluasi dan menyimpulkan

· Mengakhiri dengan salam

· Peserta menjawab pertanyaan dengan benar

· Peserta membalas salam penyaji

VIII. SETTING TEMPAT

LAPTOP

LCD

KETUA PENYAJI MODERATOR SEKRETARIS


PESERTA PESERTA

PESERTA OBSERVER PESERTA

IX. PENGORGANISASIAN

Ketua : Made Udayati

Sekretaris :

Moderator :

Penyaji :

Observer :

Fasilitator :

X. EVALUASI

1. Struktur :
a. Persiapan media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap

2. Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan ditayangkan dengan slide serta disajikan dengan
leaflet.

3. Proses penyuluhan :

a. Penyuluhan mengenai prilaku kekerasan berjalan dengan lancar, mahasiswa mengerti tentang
penyuluhan yang diberikan.

b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antar penyuluh dengan mahasiswa yang
menerima penyuluhan.

4. Hasil penyuluhan

Peserta penyuluhan mengetahui dan mengerti dari apa yang disampaikan dengan kriteria mampu
menjawab pertanyaan yang akan diberikan oleh penyuluh.

5. Hasil Tanya jawab :

Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan kriteria jawaban sebagai berikut :

a. Mampu menjelaskan pengertian dari KDRT

b. Mampu menjelaskan bentuk kekerasan dalam rumah tangga

c. Mampu menjelaskan siklus kekerasan

d. Mampu menjelaskan factor pemicu terjadinya kekerasan

e. Mampu menjelaskan dampak dari kekerasan

f. Mampu menjelaskan upaya pemulihan dan preventif

XI. REFERENSI

Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sundeen.2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 . Jakarta : EGC

Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC

Keliat Budi Ana. 2002. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Jakarta : FIK UI

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year
Book
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wahdatunnisa, Norvadewi dan Lina Revilla. 2010.Journal penelitian Jurnal Penelitian P3M STAIN
Samarinda. diperoleh dari http//journal penelitian prilaku kekerasan KDRT

Lampiran

MATERI PENYULUHAN PRILAKU KEKERASAN

TENTANG KDRT

1. PENGERTIAN

· Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan
Sundeen, 1995)
· Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).

· Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan
scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah
lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan
perasaan marah (Berkowitz, 1993)

· Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996)

· Ekspresi marah yang segera karena sesuatu penyebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan
karena secara kultural ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan
secara tidak langsung.

· Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa,
Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana
hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain untuk
mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons
kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

· Konselor Pernikahan Jan Held LPC menjelaskan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah
sebuah perilaku manipulatif dan mengontrol yang dilakukan pasangan. Perilaku kekerasan tersebut
mencakup empat hal:

1. Kekerasan Fisik : Anda disebut mengalami kekerasan fisik jika pasangan melakukan pemukulan,
ditampar, menarik rambut, mencekik atau melakukan sentuhan (secara kasar) yang tidak diinginkan.

2. Kekerasan Seksual : Sentuhan secara seksual, hubungan seksual yang tak diinginkan adalah bentuk
dari kekerasan seksual.

3. Kekerasan Psikis : Anda diisolasi atau dijauhkan dari keluarga dan teman-teman, setiap aktivitas
dipantau pasangan, pasangan terlalu posesif atau kerap disakiti dengan kata-kata kasar. Jika iya, artinya
Anda sudah mengalami kekerasan psikis.

4. Kecemburuan : Pasangan suka mengancam dan mengintimidasi, pasangan kerap membuat Anda
tersakiti dengan merendahkan atau mengucapkan kata-kata kasar, pasangan kerap membuat Anda
merasa tidak bisa hidup sendiri, adalah bagian dari kecemburuan.

· KDRT adalah pelakuan kasar dalam bentuk fisik dan nonfisik yang dilakukan oleh seorang atau
lebih anggota keluarga kepada anggota lainnya.
Prillaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi
epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi
HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena
individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.

3. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian
orang lain.

4. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungaN

2. BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Kekerasan Fisik yaitu perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Misalnya perbuatan memukul, menempeleng, meninju, menampar, menendang, mendorong, melempar
sesuatu, menjambak rambut, mencekik, dan penggunaan senjata tajam

B. Kekerasan Psikis, yaitu perbuatan yang bersifat verbal yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan
psikis berat pada seseorang. Misalnya mengejek, mencela, menghina, memaki dengan kata-kata kotor,
mengancam akan menyiksa, membawa pergi anak-anak, akan membunuh, melarang berhubungan
dengan keluarga, atau dengan kawan dekat, atau melakukan intimidasi bahkan isolasi.

C. Kekerasan Seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkup rumah tangga, dan pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam
lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Misalnya
pemerkosaan, Penelantaran Rumah Tangga (Kekerasan Ekonomi), yaitu perbuatan menelantarkan orang
dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena
persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada
orang tersebut. Misalnya: membatasi pemberian nafkah, tidak merawat anak-anak, meninggalkan
rumah tangga dengan tidak bertanggung jawab, memaksa anak-anak mengemis, memaksa anak/isteri
melakukan prostitusi (pelacuran).

3. SIKLUS PENGANIAYAAN DAN KEKERASAN

Kerap kali para pelaku KDRT membuat pasangannya sulit melepaskan diri dari mereka. Pelaku ini bisa
melakukan berbagai cara misalnya dengan menguasai atau tidak memberi uang, mencabut akses
komunikasi dan tranportasi. Para pelaku KDRT ini pun punya sikap yang naik turun. Berikut tiga tahapan
sikap mereka :

1. Tahap Membangun Emosi : pada saat ini biasanya pelaku akan merasa tidak berdaya. Pelaku
merasa pasangan yang menjadi korban KDRT seharusnya menenangkan dan pelaku merasa mereka
memiliki beberapa cara untuk mengatasi stres.

2. Tahap Meledak : ketika stres sudah tidak bisa diatasi, pelaku akan kehilangan kontrol diri, pelaku
pun akan menyalahkan pasangan atas kekerasan yang mereka lakukan.

3. Tahap 'Bulan Madu' : di tahapan ini si pelaku akan insyaf mendadak. Mereka akan minta maaf dan
berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Pelaku juga akan memberikan korbannya hadiah. Pelaku
mengurangi KDRT-nya. Untuk mengatasi perasaan bersalah, pelaku akan mengalihkan ke hal lain dengan
minum alkohol atau memukul orang/benda lain.

Ada pola yang khas bagaimana penganiayaan terjadi. Episode awal pemukulan atau perilaku kekerasan
biasanya diikuti oleh periode ketika penganiaya mengungkapkan penyesalannya dan meminta maaf,
dengan berjanji bahwa hal tersebut tidak akan terulang. Ia dapat mengungkapkan cinta kepada istrinya,
bahkan dapat menunjukkan perilaku romantic, dengan membelikan hadiah dan bunga. Periode
penyesalan ini kadang-kadang disebut periode bulan madu. Wanita biasanya ingin mempercayai
suaminya dan berharap bahwa kekerasan yang dialaminya adalah suatu insiden tersendiri. Setelah
periode bulan madu ini, terjadi fase munculnya ketegangan yang diwarnai oleh pertengkaran, saling
diam, atau suami lebih banyak mengeluh. Ketegangan tersebut berakhir dengan episode kekerasan lain,
setelah itu suami penganiaya merasa menyesal dan berjanji untuk berubah. Siklus ini terjadi berulang-
ulang. Setiap waktu korban terus berharap bahwa kali ini kekerasan akan berakhir.

Pada awalnya, periode bulan madu dapat berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan,
yang membuat wanita yakin bahwa hubungan telah membaik dan perilaku suaminya telah berubah.
Pada waktu selanjutnya, episode kekerasan terjadi lebih sering, periode penyesalan tidak ada sama
sekali, dan tingkat kekerasan serta keparahan cedera semakin berat. Pada akhirnya, perilaku kekerasan
rutin terjadi, beberapa kali seminggu atau bahkan setiap hari.

4. FAKTOR PEMICU TERJADINYA KDRT

Ada beberapa faktor yang sering dipandang sebagai pemicu KDRT, yaitu:

(a) Pertengkaran masalah uang, suami mengetatkan uang belanja, memberi uang belanja pas-pasan,
sementara isteri banyak kebutuhan lainnya.

(b) Cemburu karena isteri bekerja dan memiliki kedududukan dan penghasilan lebih tinggi daripada
suaminya.

(c) Problem/kelainan seksual seperti impotensi, hiperseks, frigid, dan sadisme seksual.

(d) Pengaruh miras, narkoba, perjudian, dan utang.

(e) Pertengkaran tentang anak, ketidakserasian cara pandang terhadap cara pendidikan anak

(f) Suami di PHK atau menganggur,

(g) Isteri ingin meningkatkan pendidikan atau sibuk dalam organisasi/bisnis, sering bila isteri bekerja
isteri mulai besar kepala karena tidak merasa tegantung lagi pada suami secara ekonomi.

(h) Kehamilan yang tidak dikehendaki atau kemandulan,

(i) Poligami dan perselingkuhan, dan lain-lain.

5. DAMPAK DARI KEKERASAN

Beberapa dampak yang mungkin timbul akibat terjadinya KDRT adalah:

· Dampak pada istri : perasaan rendah diri, malu dan pasif, gangguan kesehatan mental seperti
kecemasan yang berlebihan, susah makan dan susah tidur, mengalami sakit serius, luka parah dan cacat
permanen, gangguan kesehatan seksual.

· Dampak pada anak-anak : mengembangkan prilaku agresif dan pendendam, mimpi buruk,
ketakutan, dan gangguan kesehatan, kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik.

· Dampak pada suami : merasa rendah diri, pemalu, dan pesimis, pendiam, cepat tersinggung, dan
suka menyendiri.
Korban sebagai perwujudan dampak psikis dari kekerasan yang ia alami. Ketakutan, hilangnya rasa
percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis
berat dapat tampil dalam perilaku-perilaku berikut ini :

1) Kehilangan minat untuk merawat diri, yang tampil dalam perilaku menolak atau enggan
makan/minum, makan tidak teratur, malas mandi atau berdandan, tampil berantakan seperti rambut
kusut, pakaian awut-awutan.

2) Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain, yang tampil dalam perilaku mengurung diri di
kamar, tidak mau berhubungan dengan orang lain, cenderung diam, dan enggan bercakap-cakap.

3) Perilaku depresif, tampil dalam bentuk pandangan mata kosong seperti menatap jauh ke depan,
murung, banyak melamun, mudah menangis, sulit tidur atau sebaliknya terlalu banyak tidur, dan
berpikir tentang kematian

4) Terganggunya aktivitas atau pekerjaan sehari-hari, seperti sering menjatuhkan barang tanpa sengaja,
kurang teliti dalam bekerja yang ditunjukkan dengan banyaknya kesalahan yang tidak perlu, sering
datang terlambat atau tidak masuk bekerja, tugas-tugas terlambat tidak sesuai tenggat waktu, tidak
menyediakan makanan untuk anak padahal sebelumnya hal-hal ini dilakukannya secara rutin

5) Ketidakmampuan melihat kelebihan diri, tidak yakin dengan kemampuan diri, dan kecenderungan
membandingkan diri dengan orang lain yang dianggapnya lebih baik. Contohnya menganggap diri tidak
memiliki kelebihan meski fakta yang ada menunjukkan hal sebaliknya, atau sering bertanya apakah yang
ia lakukan sudah benar atau belum

6) Kehilangan keberanian untuk melakukan tindakan yang ditunjukkan dengan tidak berani
mengungkapkan pendapat atau tidak berani mengingatkan pelaku jika bertindak salah

7) Stres pascatrauma, yang tampil dalam bentuk mudah terkejut, selalu waspada; sangat takut bila
melihat pelaku, orang yang mirip pelaku, benda-benda atau situasi yang mengingatkan akan kekerasan,
gangguan kilas balik (flash back) seperti tiba-tiba disergap bayangan kejadian yang telah dialami, mimpi-
mimpi buruk dan atau gangguan tidur

8) Kebingungan-kebingungan dan hilangnya orientasi, yang tampil dalam bentuk merasa sangat
bingung, tidak tahu hendak melakukan apa atau harus bagaimana melakukannya, seperti orang linglung,
bengong, mudah lupa akan banyak hal, terlihat tidak peduli pada keadaan sekitar, tidak konsentrasi bila
diajak berbicara

9) Menyakiti diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri

10) Perilaku berlebihan dan tidak lazim seperti tertawa sendiri, bercakap-cakap sendiri, terus berbicara
dan sulit dihentikan, pembicaraan kacau; melantur, berteriak-teriak, terlihat kacau tak mampu
mengendalikan diri, berulang-ulang menyebut nama tertentu, misalnya nama pelaku tanpa sadar
11) Perilaku agresif, seperti menjadi kasar atau mudah marah terhadap anak/pekerja rumah tangga/staf
atau rekan kerja, membalas kekasaran pelaku seperti mengucapkan kata-kata kasar, banyak
mengeluhkan kekecewaan terhadap pelaku

12) Sakit tanpa ada penyebab medis (psikosomatis), seperti infeksi lambung, gangguan pencernaan,
sakit kepala, namun dokter tidak menemukan penyebab medis, mudah merasa lelah, seperti tidak
bertenaga, dan pegal/sakit/ngilu, tubuh sering gemetar

13) Khusus pada anak, dampak psikis muncul dalam bentuk:

a. Mundur kembali ke fase perkembangan sebelumnya seperti kembali mengompol, tidak berani lagi
tidur sendiri, kembali ingin terus berdekatan dengan orang lain yang dirasa memberi rasa aman, harus
selalu ditemani

b. Gangguan perkembangan bahasa seperti keterlambatan perkembangan bahasa, gangguan bicara


seperti gagap.

c. Depresi yang tampil dalam bentuk perilaku menolak ke sekolah; prestasi menurun; tidak dapat
mengerjakan tugas sekolah atau pekerjaan rumah dengan baik yang ditandai dengan banyaknya
kesalahan, kurangnya perhatian pada tugas atau pada penjelasan yang diberikan orang tua/guru, dan
berbagai keluhan fisik.

H. UPAYA PEMULIHAN DAN PREVENTIF

Beberapa upaya/langkah pemulihan dan preventif terhadap kekerasan terhadap perempuan dan KDRT
adalah:

a. Dharma Wanita/BKOW atau LSM yang perduli pada perempuan

ü Membuka HOTLINE sebagai wadah curhat dan konsultasi para korban kekerasan.

ü Mengkoordinir suatu wadah atau asosiasi para korban kekerasan. Wadah seperti ini mengadakan
pertemuan secara rutin untuk bertukar pikiran, berdiskusi, dan sharing tentang berbagai masalah
yangdihadapi dan bagaimana jalan keluar yang baik dari masalah yang dihadapi oleh perempuan.

b. Menjalin hubungan keluarga yang harmonis dan terbuka antara suami-istri-anak dan keluarga
lainya.

c. Menanamkan nilai-nilai agama

d. Perempuan harus berani dan tegas dalam menghadapi laki-laki agar mereka merasa segan pada
perempuan
e. Kendatipun suami dan isteri sama-sama sibuk, cobalah beri perhatian pada anak-anak dan
luangkan waktu untuk berdiskusi dan bercanda dalam keluarga

f. Jangan menghadapi masalah dalam rumah tangga dengan emosi, atau menaruh curiga yang
berlebihan pada istri/suami.

g. Bila salah satu pasangan sedang marah/emosi, sebaiknya yang lain menggunakan ilmu Silence is
golden, baru kemudian mendiskusikannya pada saat-saat yang memungkinkan.

Reaksi :

Email This

BlogThis!

Share to Twitter

Share to Facebook

Share to Pinterest

Labels: Keperawatan Jiwa

0 comments:

Post a Comment

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(

Anda mungkin juga menyukai