Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
TA.2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial adalah perbedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat yang menempatkan seseorang pada kelas-kelas sosial sosial yang berbeda-beda
secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu
pada suatu lapisan sosial lainnya.
Dalam hal ini, stratifikasi sosial terbentuk dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat. Pada dasarnya stratifikasi sosial terbagi atas persamaan derajat yang dimiliki oleh
suatu kelompok hingga membentuk lapisan sosial di masyarakat.
Akhir-akhir ini sering timbul pertikaian karena perbedaan-perbedaan kecil yang sedikit
menyinggung masalah sosial dan juga kesamaan derajat. Maka kami sebagai mahasiswa
memiliki bentuk kepedulian untuk memberikan kontribusi ini minimal dengan
menyusun makalah yang berkaitan dengan berbagai pengetahuan akan Pelapisan Sosial dan
Kesamaan Derajat.
B. TUJUAN
ISI
A. Lapisan-lapisan Sosial Masyarakat
Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan
dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup
teratur. Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat di bedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas
atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang
memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
Lapisan dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat,
juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Selain itu faktor yang dapat menyebabkan
stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, system kekerabatan,
dan harta dalam batas tertentu.
Menurut Soekanto, S., dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi system pelapisan
sosial tertutup, system pelapisan terbuka dan system pelapisan sosial campuran.
Stratifikasi ini adalah stratifikasi di mana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas
vertical. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas horizontal saja.
Contohnya, system kasta, kaum sudra tidak bisa naik dan pindah posisi ke lapisan brahmana.
Rasialis, kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan ke
posisi kulit putih. Feodal, kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan.
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar, di mana setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertical maupun horizontal. Contoh, seseorang
miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya seorang yang tidak memiliki
pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada niat dan usaha.
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka.
Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun
apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah maka ia harus
menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat yang ada di Jakarta.
Kelas sosial adalah semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu
lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu di ketahui serta di akui oleh masyarakat umum.
1) Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
pengusaha,tuan tanah dan bangsawan
2) Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat.
Mereka terdiri dari berbagai pedagan dan sebagainya
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya.
Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang
tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang
rendah. Contoh , Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni
Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat
disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida
Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria.
Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek
dipakai oleh kasta Sudra
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang
mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak
punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas sosial atas antara lain:
3) Pejabat yudikatif.
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.
2) Kelas sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor. .
3) Kelas sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala.
a. Ukuran kekayaan
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, mobil pribadi, cara berpakaian, dan sebagainya.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional karena mereka sangat menghormati
orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang
berperilaku dan berbudi luhur.
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini
ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada
seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung dua sistem, yaitu:
b. Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah
ke atas (vertikal).
7. Mobilitas sosial
Mobilitas sosial adalah status seseorang atau kelompok dari satu kedudukan ke kedudukan lain.
Terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik ( social climbing ) dan yang turun
( social sinking ).
b) Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian di tempatkan pada derajat yang lebih
tinggi, dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut.
2) Gerak sosial vertikal yang menurun mempunyai dua bentuk utama yaitu:
b) Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai
kesatuan.
b. Tujuan Penelitian Gerak Sosial
Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak di capai, tergantung pada usaha dan
kemampuan si individu. Memang benar bahwa anak seorang pengusaha misalnya mempunyai
peluang yang lebih baik dan lebih besar dari pada anak seorang tukang sapu jalan. Akan tetapi,
kedudukan dalam masyarakat tidak menutup kemungkinan bagi anak tukang sapu untuk
memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan yang semula dipunyainya. Bahkan
sebaliknya, sifat terbuka dalam sistem lapisan dapat mendorong dirinya untuk mencapai
kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpandang dalam masyarakat.
Namun, kenyataanya tidak seideal itu. Dalam masyarakat selalu ada hambatan dan kesulitan-
kesulitan, misalnya birokrasi, biaya, kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat,dan
lain sebagainya.
Prinsip-prinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut:
1) Hampir tak ada masyarakat yang sifat sistem lapisan mutlak tertutup, dimana sama sekali
tak ada gerak sosial yang vertikal.
2) Berapapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tak mungkin gerak sosial
yang vertikal dilakukan dengan yang sebebas-bebasnya. Paling tidak banyak akan ada hambatan-
hambatan. Apabila proses gerak sosial termasuk dapat dilakukan dengan sebebas-bebasnya, tak
mungkin ada stratifikasi sosial yang menjadi ciri tetap dan umum dari setiap masyarakat.
3) Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semua masyarakat tak ada. Setiap
masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal.
4) Laju gerak sosial vertikal yang di sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik , serta
pekerjaan berbeda.
5) Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang di bedakan
faktor-faktor ekonomis, politik dan pekerjaan, tak ada kecendrungan yang kontinu perihal
bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial
2) Lembaga keagamaan merupakan salah satu saluran penting dalam gerak sosial vertikal.
Setiap ajaran agama menganggap manusia mempunyai keadaan sederajat. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pemuka-pemuka agama bekerja keras untuk menaikan kedudukan orang-orang
dari lapisan rendah dalam masyarakat.
3) Lembaga pendidikan seperti sekolah, merupakan saluran kongkrit gerak sosial yang
vertikal. Bahkan sekolah-sekolah dapat di anggap sebagai social elevator yang bergerak dari
kedudukan-kedudukan yang paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi. Kadang-kadang di
jumpai dimana sekolah-sekolah tertentu hanya dapat di masuki oleh golongan-golongan
masyarakat yang tertentu, misalnya dari lapisan atas, atau dari suatu ras tertentu. Sekolah-
sekolah yang demikian bila dapat di masuki oleh lapisan yang rendah akan menjadi saluran gerak
sosial yang vertikal.
4) Organisasi politik seperti partai politik dapat memberi peluang besar bagi para anggotanya
untuk naik dalam pertanggaan kedudukan. Apabila ia mempunyai kemampuan beragitasi,
berorganisasi, dan sebagainya.
5) Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dll) dapat meningkatkan tingkat
pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya,maka semakin besar jabatannya. Karena
jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah
akibatnya kekayaannya bertambah dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status
sosialnya di masyarakat meningkat.
6) Organisasi keahlian, seperti di blogger, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan
pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada
pengguna biasa.
Memecahkan persoalan yang di hadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam tempat-
tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorongnya agar melaksanakan kewajiban
yang sesuai dengan kedudukan serta dengan peranannya. Pengisian tempat-tempat tersebut
merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya. Akan tetapi,
wujudnya dalam setiap masyarakat juga berlainan karena tergantung pada bentuk dan kebutuhan
masing-masing masyarakat.
Menurut Soerjono Soekato, suatu himpunan manusia atau yang dikatan sebagai kelompok
sosial memiliki ciri kurang lebih sebagai berikut :
a. Setiap anggota kelompok harus memiliki kesadaran bahwa ia adalah sebagian dari
kelompok yang bersangkutan.
b. Adanya hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat,
misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang
sama, dan lain-lain.
B. Norma/aturan dalam Kehidupan Masyarakat
1. Pengertian Norma
Norma adalah aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang harus atau tidak boleh
dilakukan manusia dan bersifat mengikat.
a. Norma Agama
b. Norma Kesusilaan
c. Norma Kesopanan
d. Norma Kebiasaan
e. Norma Hukum
a. Norma agama adalah suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu agama.
Norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk dan penganutnya.
Yang taat akan diberikan keselamatan di akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapat
hukuman di akhirat.
b. Norma kesusilaan didasarkan pada hati nurani atau akhlak manusia. Norma kesusilaan
bersifat universal. Artinya, setiap orang di dunia ini memilikinya, hanya bentuk dan
perwujudannya saja yang berbeda.
c. Norma kesopanan adalah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku di
masyarakat seperti cara berpakaian, cara bersikap dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini
bersifat relatif. Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai tempat, lingkungan, dan waktu.
d. Norma kebiasaan merupakan hasil dari perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang
dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Orang yang tidak melakukan norma ini
biasanya dianggap aneh oleh lingkungan sekitarnya.
e. Norma hukum adalah himpunan petunjuk hidup atau perintah dan larangan yang mengatur
tata tertib dalam suatu masyarakat (negara). Sanksi norma hukum bersifat mengikat dan
memaksa. Sanksi ini dilaksanakan oleh suatu lembaga yang memiliki kedaulatan, yaitu negara.
b. Pengendalian sosial yang bersifat represif adalah pengendalian sosial yang ditujukan untuk
memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran itu terjadi. Pengendalian ini dilakukan setelah
orang melakukan suatu tindakan penyimpangan sosial. Pengendalian sosial yang bersifat represif
biasanya diikuti dengan penjatuhan sanksi bagi pelaku penyimpangan sosial. Misalnya, seorang
pelajar yang melanggar peraturan sekolah- Pelajar tersebut dikenai sanksi. Tujuannya agar
ketertiban sekolah kembali terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
http://sheilla-s.blogspot.com/2014/11/makalah-ilmu-sosial-dasar.html
http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/
http://www.goocir.com/2012/10/pengertian-norma-dan-jenis-jenis-norma.html