Anda di halaman 1dari 4

Beberapa jenis trauma ekstremitas dengan potensi mengancam nyawa, di antaranya:

a. Kerusakan pelvis berat dan perdarahan.

Fraktur pelvis (panggul) seringkali disertai perdarahan yang berat, oleh karena adanya gaya yang
membuka rongga pelvis menyebabkan kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena
di pelvis dan kadang merobek arteri iliaka interna. Mekanisme trauma pelvis sering terjadi pada
tabrakan sepeda motor, pejalan kaki yang ditabrak kendaraan, benturan langsung pada pelvis
atau jatuh dari ketinggian.

Bila perdarahan pelvis banyak maa akan terjadi cepat penurunan tekanan darah ditandai dengan
lemas, kehilangan kesadaran secara perlahan, kadang gelisah. Tanda yang penting adalah
pembengkakan atau hematoma yang progesif daerah panggul skrotum dan perianal. Stabilitas
tulang panggul si periksa dengan memanipulasi manual dari pelvis. Prosedur ini dilakukan satu
kali dalam pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan berulang dapat menyebabkan perdarahan
bertambah. Petunjuk awal adanya ketidakstabilan pevis adalah ditemukannya perbedaan panjang
tungkai atau rotasi kaki kearah luar. Selain itu juga mungkin ditemukan kelainan neurologis atau
luka terbuka didaerah punggung, perineum, rectum. Foto rontgen akan menunjang pemeriksaan
klinis.

Pengelolaan awal yang dilakukan pada disrupsi pelvis yang berat adalah hentikan perdarahan dan
resusitasi cairan. Penghentian perdarahan dilakukan dengan stabilisasi mekanik dari pelvic ring
dengan external counter pressure (pneumatic anti shock garment=PSAG). Teknik sederhana
dapat dikerjakan untuk stabilisasi pelvis antara l;ain traksi kulit longitudinal atau traksi skeletal.
Prosedur ini dapat ditambah dengan memberi bantuan support dengan memasang kain
pembungkus di sekitar pelvis (atau dapat digunakan striples). Cara-cara ini di awal dapat
membantu mempertahankan stabilitas dan kemudian dilanjutkan dengan penanganan
hemodinamik penderita.

b. Perdarahan pembuluh darah besar.

Luka tajam diekstremitas dapat menimbulkan trauma arteri (pembuluh darah). Trauma tumpul
yang menyebabkan fraktur (patah) atau dislokasi sendi dekat arteri juga dapat merobek arteri.
Cedera ini menimbulkan perdarahan besar pada luka terbuka atau perdarahan dalam jaringan
lunak. Maka pada trauma ekstremitas harus secara rutin diperiksa adanya perdarahan luar,
hilangnya pulsasi nadi yang sebelumnya masih teraba, perubahan kualitas nadi, dan perubahan
pada pemeriksaan Doppler (ankle/brachial index). Ekstremitas yang dingin, pucat, dan pulsasi
tidak ada menunjukkan gangguan aliran darah arteri.hematoma yang membesar dengan cepat
menunjukkan adanya trauma vaskuler.
Jika dicurigai atau ditemukan trauma arteri besar maka dapat dilakukan tekanan langsung pada
tempat perdarahan dan permberian cairan intravena. Penggunaan tourniquet pneumatic secara
bijaksana mungkin akan menolong menyelamatkan nyawa penderita. Jika fraktur yang disertai
dengan luka terbuka yang berdarah aktif, harus segera diluruskan dan dipasang bidai serta balut
tekan di atas luka. Dislokasi sendi sebaiknya langsung dibidai, karena usaha untuk melakukan
reposisi bisa sangat sulit. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan setelah penderita teresusitasi
dengan baik.

c. Crush syndrome (rabdomiolisis traumatika)

Crush syndrome adalah keadaan klinis yang disebabkan pelepasan zat berbahaya sebagai hasil
dari kerusakan otot, yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal. Keadaan ini
terjadi pada keadaan dimana terdapatnya kerusakan otot yang luas atau penekanan yang lama
pada otot, sering terjadi pada paha dan betis. Hal ini terjadi akibat gangguan perfusi otot,
iskemia, pelepasan mioglobin dan zat toksisk lainnya yang disebut dengan rabdomiolisis.

Mioglobin menimbulkan urine yang berwana gelap yang akan positif bila diperiksa untuk adanya
hemoglobin. Pemeriksaan khusus untuk mioglobin sangat perlu untuk menunjang diagnosis.
Rabdomiolisis dapat menimbilkan komplikasi yang berat seperti asidosis metabolic,
hiperkalemia, hipokalsemia, hipovolemia dan DIC (disseminated Intravascular Coagulation).

Pemberian cairan intravena sangat penting untuk melindungi ginjal dari kegagalan fungsinya.
Gagal ginjal dapat diakibatkan oleh mioglobin dapat dicegah dengan dieresis(obat yang
merangsang penderita untuk kencing). Tujuannya adalah untuk meningkatkan isi aliran urines
sehingga mengurangi pengendapan mioglobin diintratubulus ginjal. Pada kebanyakan penderita
diusahakan terjadinya alkalinisasi urin dengan pemberian natrium bikarbonat untuk mengurangi
pengendapan mioglobin diginjal.

Trauma mengancam ektremitas:

a. Patah tulang terbuka dan trauma sendi


Patah tulang terbuka terdapat hubungan antara tulang denngan dunia luar. Otot dan kulit
mengalami cidera dan beratnya kerusakan jaringan lunak akan brbanding lurus dengan
energi yang menimpanya. Kerusaka ini disertai dengan kontaminasi bakteri menyebbakan
patah tulang terbuka mengalami masalah infeksi.
Pemeriksaan :
Berdasarkan riwayat trauma
Pemeriksaan fisik ekstremitas yang menemukan fraktur dengan luka terbuka, dengan atau
tanpa kerusakan luas otot serta kontaminasi.
Pengelolaan didasarkan atas riwayat lengkap kejadian dan pemeriksaan trauma.
Jika terdapat patah tulang dan luka disegmen yang sama, maka dianggap sebagai patah
terbuka.
Jika terdapat luka terbuka disekitar sendi harus dianggap luka ini berhubungan ndengan
atau masuk ke dalam sendi, cara membuktikan nya eksplorasi bedah dan pemebrsihan
luka.
Pengelolaan :
Setelah diskripsi atau trauma jaringan lunak serta menentukan ada/tidaknya gangguan
sirkulasi atau trauma saaraf maka segera dilakukan imobilisasi .
Segera konsultasi bedah.
Resustasi secara adekuat dan hemodinmuik sedapat mungkin stabil.
Profilaksis tetanus segera diberikan antibiotik diberikan setelah konsultasi dengan dokter
bedah.
b. Trauma vaskuler, termasuk traumatik amputasi
trauma vaskuler har8us dicurigai jika terdapat insufisiensi vaskuler yang menyertai
trauma tumpul remuk (crushing), puntiran atau trauma tembus ekstremitas.
Penilaian :
Pada mulanya ekstremitas mungkin masih tampak ‘hidup’ (viable) karena sirkulasi
kolateral yang mencukupi aliran secara retrograde. Trauma vaskuler parsial menyebabkan
ekstremitas bagian distal dingin., pengisian kapiler lambat, pulsasi melemah, dan
ankle/blachial index abnormal. Aliran yang terputus menyebabkan ekstremitas dingin,
pusat dan nadi tak teraba.
Pengelolaan :
Ekstremitas yang avaskular secara kuat harus segera dapat dikenal dan ditangani.
Pemasangan turniket harus lebih tinggi dari tekanan arteri, karena bila hanya lebih tinggi
dari tekanan vena akan menambah perdarahan . resiko pemakaian turniket berbanding
lurus dengan waktu. Lama, dokter harus sadar bahwa ini menggangu ekstremitas.
Otot tidak mampu hidup tanpa aliran darah lebih dari 6 jam dan nekrosis segera terjadi.
Saraf juga sangat sensitif terhadap keadaan tanpa oksigen.
Operasi revaskularisasi segera dilakukan untuk mengembalikan aliran darah pada
ekstremitas distal yang terganggu. Jika gangguan vaskularisasi disertai fraktur harus
dikoreksi segera dengan meluruskan dan memasang bidai.
Jika trauma arteri disertai dislokasi sendi, dokter yang terlatih boleh melakukan reduksi
dengan hati-hati. Atau pasang bidai dan segera konsultasi beddah. Arteriografi tidak
boleh memperlambat tindakan/ konsultasi bedah. CT angiografi dapat dipakai bila
angiografi tidak tersedia.
Gangguan vaskuler bisa terjadipada ekstremitas setelah dipasangbidai atau gips dengan
tanda-tanda hilangnya atau melemahnya pulsasi. Bidai, gips dan balutan yang menjerat
harus dilepaskan dan vaskularisasi dievaluasi.
Amputasi merupakankejadian yang traumatik bagi pasien secara fisik maupun emosional.
Traumatik amputasi merupakan bentuk terberat dari fraktur terbuka yang menimbulkan
kehilangan ekstremitas dan memerlukan konsultasi dan intervensi bedah.
Patah tulang terbuka dengan iskemia berkepanjangan, trauma saraf dan kerusakan otot
mungkin memerlukan amputasi. Amputasi pada trauma ekstremitas dapat
menyelamatkan nyawa pasien , yang mengalami gangguan hemodinamik dan sulit
dilakukan resustasi.
Walaupun kemungkinan reimplatasi adam, harus dipertimbangkan cedera-cedera lain
yang ada. pasien dengan multi trauma yang memerlukan resustasi intesif dan operasi
gawat darurat bukan kandidat untuk reimplamtansi.
Reimplantasi biasanya dikerjakan untuk trauma tunggal ekstremitas distal, dibawah lutut
atau siku , bersih dan akibat traumatajam. Prosedur dilakukan oleh tim bedah yang
terlatih dalam menentukan dan menangani prosedur reimplantasi.
Anggota yang teramputasi di cuci dengan larutan isotonic dan dibungkus dengan kasa
steril dan dibasahi larutan penisilin(100.000) unit dalam50ml ringan laktat). Setelah
dibungkus dalam kasa steril yang lembab diletakkan dalam kantung plastik. Kantong
plastik ini dimasukkan dalam termos berisi pecahan es, lalu dik

Anda mungkin juga menyukai