Fraktur pelvis (panggul) seringkali disertai perdarahan yang berat, oleh karena adanya gaya yang
membuka rongga pelvis menyebabkan kerusakan kompleks ligament dan merobek fleksus vena
di pelvis dan kadang merobek arteri iliaka interna. Mekanisme trauma pelvis sering terjadi pada
tabrakan sepeda motor, pejalan kaki yang ditabrak kendaraan, benturan langsung pada pelvis
atau jatuh dari ketinggian.
Bila perdarahan pelvis banyak maa akan terjadi cepat penurunan tekanan darah ditandai dengan
lemas, kehilangan kesadaran secara perlahan, kadang gelisah. Tanda yang penting adalah
pembengkakan atau hematoma yang progesif daerah panggul skrotum dan perianal. Stabilitas
tulang panggul si periksa dengan memanipulasi manual dari pelvis. Prosedur ini dilakukan satu
kali dalam pemeriksaan fisik, karena pemeriksaan berulang dapat menyebabkan perdarahan
bertambah. Petunjuk awal adanya ketidakstabilan pevis adalah ditemukannya perbedaan panjang
tungkai atau rotasi kaki kearah luar. Selain itu juga mungkin ditemukan kelainan neurologis atau
luka terbuka didaerah punggung, perineum, rectum. Foto rontgen akan menunjang pemeriksaan
klinis.
Pengelolaan awal yang dilakukan pada disrupsi pelvis yang berat adalah hentikan perdarahan dan
resusitasi cairan. Penghentian perdarahan dilakukan dengan stabilisasi mekanik dari pelvic ring
dengan external counter pressure (pneumatic anti shock garment=PSAG). Teknik sederhana
dapat dikerjakan untuk stabilisasi pelvis antara l;ain traksi kulit longitudinal atau traksi skeletal.
Prosedur ini dapat ditambah dengan memberi bantuan support dengan memasang kain
pembungkus di sekitar pelvis (atau dapat digunakan striples). Cara-cara ini di awal dapat
membantu mempertahankan stabilitas dan kemudian dilanjutkan dengan penanganan
hemodinamik penderita.
Luka tajam diekstremitas dapat menimbulkan trauma arteri (pembuluh darah). Trauma tumpul
yang menyebabkan fraktur (patah) atau dislokasi sendi dekat arteri juga dapat merobek arteri.
Cedera ini menimbulkan perdarahan besar pada luka terbuka atau perdarahan dalam jaringan
lunak. Maka pada trauma ekstremitas harus secara rutin diperiksa adanya perdarahan luar,
hilangnya pulsasi nadi yang sebelumnya masih teraba, perubahan kualitas nadi, dan perubahan
pada pemeriksaan Doppler (ankle/brachial index). Ekstremitas yang dingin, pucat, dan pulsasi
tidak ada menunjukkan gangguan aliran darah arteri.hematoma yang membesar dengan cepat
menunjukkan adanya trauma vaskuler.
Jika dicurigai atau ditemukan trauma arteri besar maka dapat dilakukan tekanan langsung pada
tempat perdarahan dan permberian cairan intravena. Penggunaan tourniquet pneumatic secara
bijaksana mungkin akan menolong menyelamatkan nyawa penderita. Jika fraktur yang disertai
dengan luka terbuka yang berdarah aktif, harus segera diluruskan dan dipasang bidai serta balut
tekan di atas luka. Dislokasi sendi sebaiknya langsung dibidai, karena usaha untuk melakukan
reposisi bisa sangat sulit. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan setelah penderita teresusitasi
dengan baik.
Crush syndrome adalah keadaan klinis yang disebabkan pelepasan zat berbahaya sebagai hasil
dari kerusakan otot, yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal. Keadaan ini
terjadi pada keadaan dimana terdapatnya kerusakan otot yang luas atau penekanan yang lama
pada otot, sering terjadi pada paha dan betis. Hal ini terjadi akibat gangguan perfusi otot,
iskemia, pelepasan mioglobin dan zat toksisk lainnya yang disebut dengan rabdomiolisis.
Mioglobin menimbulkan urine yang berwana gelap yang akan positif bila diperiksa untuk adanya
hemoglobin. Pemeriksaan khusus untuk mioglobin sangat perlu untuk menunjang diagnosis.
Rabdomiolisis dapat menimbilkan komplikasi yang berat seperti asidosis metabolic,
hiperkalemia, hipokalsemia, hipovolemia dan DIC (disseminated Intravascular Coagulation).
Pemberian cairan intravena sangat penting untuk melindungi ginjal dari kegagalan fungsinya.
Gagal ginjal dapat diakibatkan oleh mioglobin dapat dicegah dengan dieresis(obat yang
merangsang penderita untuk kencing). Tujuannya adalah untuk meningkatkan isi aliran urines
sehingga mengurangi pengendapan mioglobin diintratubulus ginjal. Pada kebanyakan penderita
diusahakan terjadinya alkalinisasi urin dengan pemberian natrium bikarbonat untuk mengurangi
pengendapan mioglobin diginjal.