Anda di halaman 1dari 25

Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Analisa Saringan Agregat Kasar dan Halus


3.1.1. Pengertian
Analisa saringan agregat ialah penentuan prosentase berat butiran
agregat yang lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka prosentase
tersebut digambarkan pada grafik pembagian butiran. (SNI 03–1968–1990)
Berdasarkan gradasinya, agregat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Agregat kasar, yaitu : fraksi yang tertahan saringan No. 8.
2. Agregat halus, yaitu : fraksi yang lolos saringan No. 8 dan tertahan
saringan No. 200.
3. Filler yaitu : fraksi yang lolos saringan No. 200.
Pentingnya menganalisa agregat pada suatu campuran untuk
perkerasan jalan, yaitu untuk mengetahui gradasi dari masing-masing
agregat dan sebagai patokan dalam mendesain campuran dari suatu
perkerasan, baik itu perkerasan kaku (rigid pavement) maupun pada
perkerasan lentur (fleksibel pavement). Agregat yang disyaratkan pada suatu
campuran perkerasan yaitu agregat yang memiliki gradasi yang menerus,
dalam arti memiliki butiran yang beragam dari yang terbesar sampai yang
terkecil (heterogen) sehingga dapat mengisi rongga-rongga kosong pada
suatu campuran perkerasan.

3.1.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Metode kerja ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pemeriksaan
untuk menentukan pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan
agregat kasar dengan menggunakan saringan. (SNI 03–1968–1990).
b. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh distribusi besaran atau
jumlah prosentase butiran yang lolos saringan, baik agregat halus

Kelompok 3 3- 1
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

maupun agregat kasar. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukkan


dalam tabel atau grafik. (SNI 03–1968–1990).

3.1.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut, (SNI 03–1968–1990).:
a. Timbangan neraca dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
b. Satu set saringan :
25,4 mm ( 1” );
19,1 mm ( 3/4” );
12,5 mm ( 1/2” );
9,5 mm ( 3/8” );
No.4 ( 4,75 mm );
No.8 ( 2,36 mm );
No.30 ( 0,60 mm );
No.50 ( 0,30 mm );
No.100 ( 0,15 mm );
No.200 ( 0,075 mm );
Panci
c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
( 110  5C );
d. Mesin pengguncang saringan;
e. Talam atau wadah;
f. Kuas, sikat kuningan, sendok cekung, dan alat- alat lainnya.

3.1.4. Persiapan benda uji


Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.
Jumlah benda uji disiapkan berdasarkan standar yang berlaku dan terkait,
kecuali apabila butiran yang melalui saringan No.200 tidak perlu diketahui
jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian menghendaki pencucian.

Kelompok 3 3- 2
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

a. Agregat halus terdiri dari :


1). Ukuran maksimum 4,76 mm (lolos saringan No. 4) berat minimum
500 gram
2). Ukuran maksimum 2,38 mm (lolos saringan No. 8) berat minimum
100 gram.

b. Agregat kasar terdiri dari :


1). Ukuran maksimum 3,5 “ Berat minimum 35,0 kg
2). Ukuran maksimum 3,0” Berat minimum 30,0 kg
3). Ukuran maksimum 2,5” Berat minimum 25,0 kg
4). Ukuran maksimum 2,0” Berat minimum 20,0 kg
5). Ukuran maksimum 1,5” Berat minimum 15,0 kg
6). Ukuran maksimum 1,0” Berat minimum 10,0 kg
7). Ukuran maksimum ¾” Berat minimum 5,0 kg
8). Ukuran maksimum ½” Berat minimum 2,5 kg
9). Ukuran maksimum 3/8” Berat minimum 1,0 kg

3.1.5. Cara pengujian


Urutan proses cara pengujian adalah sebagai berikut, (SNI 03–1968–1990) :
1) Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu ( 110  5C ), sampai
berat tetap.
2) Saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas.
3) Saringan diguncang dengan tangan maupun memakai mesin
pengguncang selama 15 menit.
4) Timbang benda uji yang tertahan dari masing- masing saringan.

3.2. Analisa Berat Jenis Agregat Halus

Kelompok 3 3- 3
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

3.2.1. Pengertian
Ada beberapa berat jenis agregat halus antara lain : (SNI 03–1970–1990)
a) Berat Jenis Curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh, pada suhu 25C;
b) Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.
c) Berat Jenis Semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 25C;
d) Penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap, terhadap
berat agregat kering yang dinyatakan dalam persen.

3.2.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Metode kerja ini dimaksudkan sebagai acuan untuk menentukan
Berat Jenis Curah, Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh, Berat Jenis
Semu dan angka Penyerapan Agregat Halus. (SNI 03–1970–1990).
b. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka Berat Jenis
Curah, Berat Jenis Permukaan Jenuh, Berat Jenis Semu dan besarnya
Penyerapan. (SNI 03–1970–1990).

3.2.3. Bahan dan Peralatan


Bahan dan peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut, (SNI 03–
1970–1990):
a) Timbangan kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1
gram
b) Piknometer kapasitas 500 ml

Kelompok 3 3- 4
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

c) Kerucut terpancung, diameter bagian atas (40  3 mm),


diameter bagian bawah (90  3 mm) dan tinggi (75  3 mm) dibuat dari
logam dengan tebal 0,8 mm
d) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata,
berat (340  15 gram), diameter permukaan penumbuk (25  3 mm)
e) Saringan No.4 (4,75 mm)
f) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai (110  5C)
g) Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1C
h) Talam atau wadah
i) Bejana tempat air
j) Vacum Pump (Pompa Hampa Udara)
k) Desikator
l) Air Suling

3.2.4. Persiapan Benda Uji


Benda uji tertahan saringan No.4 (4,75mm), diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kurang lebih 100 gram. (SNI
03–1970–1990).

3.2.5. Cara Pengujian


Urutan proses cara pengujian adalah sebagai berikut, (SNI 03–1970–
1990):
a. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ±5)
ºC. sampai berat tetap; yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat
benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam
oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami
perubahan kadar air lebih besar dari pada 0,1% ; dinginkan pada suhu
kamar , kemudian rendam dalam air selama (24 ± 4 ) jam.
b. Buang air perendam dengan hati– hati jangan ada
butiran yang hilang, tebarkan agregat diatas talam, keringkan di udara

Kelompok 3 3- 5
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

panas dengan cara membalik balikan benda uji; lakukan pengeringan


sampai tercapai keadaan kering permukaan jenuh
c. Periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan
mengisikan benda uji ke dalam kerucut terpancung, padatkan dengan
batang penumbuk sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung;
keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji runtuh akan
tetapi masih dalam keadaan tercetak
d. Segera setelah tercapai keadaan kering permukaan
jenuh, masukkan 500 gram benda uji kedalam piknometer; masukkan
air suling sampai mencapai 90 % isi piknometer, putar sambil di
guncang sampai tidak terlihat gelombang udara di dalamnya; untuk
mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa udara,
tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap,
dapat juga dilakukan dengan merebus piknometer
e. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air
untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standart 25ºC
f. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas;
g. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai
ketelitian 0,1 gram (Bt)
h. Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan
suhu (110±5)ºC sampai berat tetap, kemudian dinginkan benda uji
dalam desicator ;
i. Timbang benda uji dingin (Bk)
j. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur
suhu air gunakan penyesuaian dengan suhu standart 25ºC (B)

3.3. Analisa Berat Jenis Agregat Kasar


3.3.1. Pengertian
Ada beberapa berat jenis agregat kasar antara lain : (SNI 03–1969–1990)

Kelompok 3 3- 6
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

a. Berat Jenis Curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh, pada suhu 25C.
b. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25C.
c. Berat Jenis Semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 25C;
d. Penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap, terhadap
berat agregat kering yang dinyatakan dalam persen.

3.3.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Metode kerja ini dimaksudkan sebagai acuan untuk menentukan
Berat Jenis Curah, Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh, Berat Jenis
Semu dan angka Penyerapan Agregat Kasar. (SNI 03–1969–1990).
b. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka Berat Jenis
Curah, Berat Jenis Permukaan Jenuh, Berat Jenis Semu dan besarnya
Penyerapan. (SNI 03–1969–1990).

3.3.3. Bahan dan Peralatan


Bahan dan peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut, (SNI 03–1969–
1990):
a. Keranjang kawat ukuran 3,35 (No.6) atau 2,36 mm (No.8) dengan
kapasitas kira- kira 5 kg;
b) Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk
pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga
permukaan air selalu tetap;

Kelompok 3 3- 7
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

c) Timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat


contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung
keranjang;
d) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
sampai (110 ± 5)º C;
e) Alat pemisah contoh;
f) Saringan no. 4 (4,75 mm).
g) Air suling

3.3.4. Persiapan Benda Uji


Benda uji tertahan saringan No.4 (4,75mm), diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat, sebanyak kurang lebih 5 kg. (SNI 03–
1969–1990).

3.3.5. Cara Pengujian


Urutan proses cara pengujian adalah sebagai berikut, (SNI 03–1969–1990):
a. Cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan- bahan lain yang
melekat pada permukaan
b. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110  5C), sampai berat
tetap, sebagai catatan , bila harga berat jenis dan penyerapan digunakan
dalam pekerjaan beton dimana agregat yang digunakan pada keadaan
air aslinya, maka tidak perlu dilakukan pengeringan dalam oven
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar 1 – 3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gram (Bk)
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24  4 jam
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput
air pada permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan harus
satu persatu
f. Timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bj)
g. Letakkan benda uji didalam keranjang, dan masukkan ke dalam bejana
berisi air dan goncangkan keranjang untuk mengeluarkan udara yang

Kelompok 3 3- 8
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

tersekap diantara butiran, kemudian tentukan beratnya di dalam air


(Ba), dan ukur suhu air untuk perhitungan kepada suhu standart (25C)
h. Banyaknya jenis bahan yang berat dan ringan, semacam ini memberikan
harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun pemeriksaan
dilakukan dengan sangat hati-hati, dalam hal ini beberapa pemeriksaan
ulangan diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang
memuaskan.

3.4. Analisa Titik Lembek (Soft Point)


3.3.1. Pengertian
Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola
baja, dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter
yang tertahan dalam cincin berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut
menyentuh pelat dasar yang terletak di bawah cincin pada tinggi 25,4 mm,
sebagai akibat kecepatan pemanasan tertentu.

3.4.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian titik lembek aspal dan ter.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk menemukan angka titik lembek
aspal dan ter yang berkisar 30oC sampai 200oC dengan cara ring and
ball.

3.4.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Termometer
2) Cincin kuningan
3) Bola baja diameter 9,53 mm, berat 3,50 ± 0,05 gram;
4) Alat pengarah bola;

Kelompok 3 3- 9
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

5) Bejana gelas, tahan pemanasan mendadak dengan diameter dalam 8,5


cm dengan tinggi sekurang-kurangnya 12 cm, kapasitas 800 ml.
6) Dudukan benda uji;
7) Penjepit.

3.4.4. Persiapan Benda Uji


benda uji adalah aspal atau ter sebanyak 25 gram yang dipersiapkan dengan
cara sebagai berikut :
1) Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus-menerus
hingga cair merata, dengan ketentuan pemanasan dan pengadukan
dilakukan perlahan - lahan agar gelembung-gelembung udara tidak
masuk.
2) Suhu titik lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111 oC di
atas titik lembeknya.
3) Waktu untuk pemanasan ter tidak melebihi 30 menit sedangkan
untuk aspal tidak melebihi 2 jam.
4) Panaskan 2 buah cicin sampai mencapai suhu tuang contoh, dan
letakkan kedua cicin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan
dari campuran talk dan glycerol.
5) Tuangkan contoh ke dalam dua buah cicin ; diamkan pada suhu
sekurang - kurangnya 8oC dibawah titik lembeknya sekurang-
kurangnya selama 30 menit.
6) Setelah dingin; ratakan permukaan contoh dalam cicin dengan pisau
yang telah dipanaskan.

3.4.5. Cara Pengujian


Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Pasang dan aturlah kedua benda uji di atas dudukannya dan
letakkan pengarah bola diatasnya; kemudian masukkan seluruh peralatan
tersebut ke dalam bejana gelas.

Kelompok 3 3 - 10
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

2) Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5±1)oC sehingga
tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108 mm.
3) Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini di antara kedua
benda uji (kurang lebih 12,7 mm dari tiap cincin); periksa dan aturlah
jarak antara permukaan pelat dasar dengan dasar benda uji sehingga
menjadi 25,4 mm.
4) Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5oC di atas dan di tengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5oC menggunakan
penjepit dengan memasang kembali pengarah bola; tahan temperatur
5oC±1oC selama 15 menit.
5) Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5oC per menit;
kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemasan
rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini; untuk tiga menit yang
pertama perbedaan kecepatan pemasan tidak boleh melebihi 0,5oC.
6) Apabila kecepatan pemanasan melebihi ketentuan dalam 2.3.5
maka pekerjaan diulang.
7) Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam cara
pengujian ini melebihi 1oC maka pekerjaan diulang.

3.5. Analisa Penetrasi Aspal


3.5.1. Pengertian
1) Yang dimaksud dengan penetrasi adalah masuknya jarum
penetrasi ukuran tertentu beban tertentu, dan waktu tertentu ke
dalam aspal pada suhu tertentu.
2) Aspal keras (asphalt cement) adalah suatu jenis aspal minyak yang
didapat dari residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa
udara.

3.5.2. Maksud dan Tujuan


a. Maksud

Kelompok 3 3 - 11
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam


pelaksanaan pengujian untuk menentukan penetrasi aspal keras atau
lembek (solid atau semi solid).

b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah menyeragamkan cara pengujian untuk
pengendalian mutu bahan dalam pelaksanaan pembangunan.

3.5.3. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik-turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.
2) Pemegang jarum seberat (47,5±0,05) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
3) Pemberat dari (50 ± 0,05) gram atau (100 + 0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan
200 gram.
4) Jarum pentrasi dibuat dari stainless steel tanda (grade) 140oC atau HRC
54 sampai 60 dengan ukuran dan bentuk lihat Gambar 2. Ujung jarum
harus berbentuk kerucut terpancung dengan berat jarum 2,5 ± 0,05 gram
(Lihat Gambar 1).
5) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan
dasar yang rata berukuran sebagai berikut :

Penetrasi Diameter Dalam/Tinggi


Dibawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 350 70 mm 45 mm

6) Bak perendam (water bath);


Terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat
menahan suhu 25°C dengan ketelitian lebih kurang 0,1oC; bejana

Kelompok 3 3 - 12
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm di atas


dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air
dalam bejana.

7) Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi; tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup
untuk merendam benda uji tanpa bergerak.
8) Pengatur waktu
Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan (manual) diperlukan stop
watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan
kesaiahan tertinggi per 60 detik; untuk pengukuran penetrasi dengan
alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.
9) Termometer, termometer bak perendam harus ditera (lihat Gambar 2
dan Daftar 1).

3.5.4. Persiapan Benda Uji


Benda uji adalah aspal keras atau ter sebanyak ± 100 gram yang
dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
1) Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup air
untuk dapat dituangkan; pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari
60oC di atas titik lembek dan untuk aspal tidak lebih dari 90oC di atas
titik lembek.
2) Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit; aduklah perlahan-
lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh.
3) Setelah contoh cair merata tuangkan ke dalam tempat contoh dan
diamkan hingga dingin; tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak
kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm; buatlah dua benda uji
(duplo).

Kelompok 3 3 - 13
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

4) Tutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu
ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5 sampai 2
jam untuk yang besar.

3.5.5. Cara Pengujian


Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat
air tersebut ke dalam bak perendam yang bersuhu 25°C; diamkan dalam
bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil, dan 1,5
sampai 2 jam untuk benda uji besar.
2) Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan
bersihkan jarum penetrasi dengan toluen atau pelarut lain kemudian
keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasanglah jarum pada
pemegang jarum.
3) Letakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban
sebesar (100 ± 0,1) gram.
4) Pindahkan tempat air berikut benda uji dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
5) Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh
permukaan benda uji; kemudain aturlah angka 0 di arloji penetrometer
sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.
6) Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stop watch selama
(5±0,1) detik. Bila pembacaan stop watch lebih dari (5 ± 1) detik, hasil
tersebut tidak berlaku.
7) Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk; bulatkan hingga angka 0,1 mm
terdekat.

Kelompok 3 3 - 14
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

8) Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
pekerjaan berikutnya.
9) Lakukan pekerjaan 1) sampai 8) di atas tidak kurang dari 3 kali untuk
benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak
satu sama lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.

Gambar 1. Termometer

Gambar 2. Jarum Penetrasi

3.6. Analisa Berat Jenis Aspal


3.6.1. Pengertian
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat jenis aspal
padat dan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu 25 oC atau
15,6oC.
3.6.2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud

Kelompok 3 3 - 15
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam


pelaksanaan pengujian berat jenis aspal padat dan ter dengan
piknometer.
b. Tujuan
Tujuan metode ini adalah untuk menentukan berat jenis aspal
padat.

3.6.3. Peralatan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) Termometer.
2) Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25oC ±
0,1oC).
3) Piknometer 30 ml.
4) Air suling sebanyak 1000 ml.
5) Bejana gelas, kapasitas 1000 ml.

3.6.4. Benda Uji


Benda uji adalah contoh aspal padat sebagai ± 100 gram.

3.6.5. Cara Pengujian


Urutan cara pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas
piknometer yang tidak terendam 40 mm; kemudian rendam dan jepitlah
bejana tersebut dalam bak perendam sehingga perendam sekurang-
kurangnya 100 mm; aturlah suhu bak perendam pada suhu 25oC.
2) Bersihkan, keringkan, dan timbanglah piknometer dengan ketelitian 1
mg. (A)
3) Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer dengan air
suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan.

Kelompok 3 3 - 16
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

4) Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup sehingga


rapat; kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam;
diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-
kurangnya 30 menit kemudian angkatlah dan keringkan dengan lap;
timbanglah piknometer dengan ketelitian 1 mg. (B)
5) panaskan contoh bitumen keras atau ter sejumlah 100 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan setempat;
pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 111oC di atas titik
lembek aspal.
6) Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering
hingga terisi ¾ bagian.
7) Biarkan piknometer sampai dingin, selama tidak kurang dari 40 menit
dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg; (C)
8) Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutuplah
tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
9) Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di
dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat; masukkan dan
diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30
menit; ankat keringkan, dan timbanglah piknometer. (D)

3.6.6. Perhitungan
Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikkut :

Keterangan :
A = berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi aspal (gram)
D = berat piknometer berisi asal dan air (gram)

Kelompok 3 3 - 17
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

Gambar 3. Piknometer

3.7. Analisa Marshall Test


3.7.1. Pengertian
Yang dimaksud dengan :
1) Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima
beban sampai terjadi alir (flow) yang dinyatakan dalam kilogram.
2) Alir (flow) adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat suatu beban, dinyatakan dalam mm.

3.7.2. Maksud dan Tujuan


c. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam
pelaksanaan pengujian campuran aspal dengan alat marshall.
d. Tujuan
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan suatu campuran
aspal yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan di
dalam kriteria perencanaan.

3.7.3. Peralatan dan bahan


Peralatan yang digunakan, terdiri dari :
1) Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 dan tinggi 7,62cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2) Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :

Kelompok 3 3 - 18
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

- Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang


berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas
45,7 cm.
3) Alat pengeluaran benda uji :
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
4) Alat marshall lengkap dengan :
- Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.
- Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg,
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
- arloji pengukur alir (flow) dengan ketelitian 0,25 mm
beserta perlengkapannya.
5) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu
memanasi sampai 200oC (± 3oC).
6) Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 –
60oC (±1oC).
7) Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas
2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg
dengan ketelitian 1 gram.
8) Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250 oC dan
100oC dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9) Perlengkapan lain :
- Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal;
- Sendok pengaduk dan spatula;
- Kompor atau pemanas (hot plate);
- Sarung tangan dari asbes; sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (masker).
10) Bahan penunjang uji, terdiri dari :
- Kantong-kantong plastik, berkapasitas 2 kg.
- Gas elpiji atau minyak tanah.

Kelompok 3 3 - 19
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

3.7.4. Persiapan Benda Uji


Persiapan benda uji meliputi :
1) keringkan agregat pada suhu 105oC – 110oC minimum selama 4 jam,
keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
2) pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan.
3) Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas)
yang disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun
pemadatan seperti Tabel 1;
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Satuan Satuan
Padat Cair Padat Cair
Kinematik
170±20 170±20 C.ST 280±30 280±30 C.ST
Viscosimeter
Say Bolt
Furol 85±10 85±10 DET.SF 140±15 140±15 DET.SF
Viscosimeter

4) Pencampuran, dilakukan sebagai berikut :


- Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram
sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27
mm.
- Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28oC di atas
suhu pencampuran untuk aspal padat; bila menggunakan aspal cair
pemanasan sampai 14oC di atas suhu pencampuran.
- Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti
Tabel 1 sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang
sudah dipanaskan tersebut ; kemudian aduklah dengan cepat pada
suhu sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
5) Pemadatan, dilakukan sebagai berikut :
- Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka
penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3oC
– 148,9oC.

Kelompok 3 3 - 20
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

- Letakkan cetakan di atas landasan pemadat tahan dengan


pemegang cetakan.
- Letakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang
sudah digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
- Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk
campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak
15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.
- Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak : 75 kali
tumbukkan untuk lalu lintas berat, 50 kali tumbukkan untuk lalu
lintas sedang, 35 kali tumbukkan untuk lalu lintas ringan dengan
tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus diperhatikan agar
sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
6) Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji,
kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali
pelat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
7) Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbulah
dengan jumlah tumbukkan yang sama.
8) Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar
benda uji pada permukaan ujung ini.
9) Kemudian dengan hati-hati keluarkan dan letakan benda uji di atas
permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu
ruang.
10) Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas
angin meja.

3.7.5. Persiapan Pengujian


Persiapan pengujian, meliputi :
1) Bersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel;
2) Berilah tanda pengenal pada masing-masing benda uji;
3) Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm;
4) Timbang benda uji;

Kelompok 3 3 - 21
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

5) Rendam dalam air kira-kira 24 jam pada suhu ruangan;


6) Timbang dalam air untuk mendapatkan isi;
7) Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh;
8) Bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari
kepala penekan, sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur
bebas (bila dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda
uji pada suhu 21,1 – 37,8oC untuk mengurangi lengketnya benda uji
terhadap permukaan dalam kepala penekan).

3.7.6. Cara Pengujian


Cara uji dilakukan, sebagai berikut :
Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak
perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh
melebihi 30 detik.
1) Rendamlah benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40
menit dengan suhu tetap 60oC (± 1oC) untuk benda uji yang
menggunakan aspal padat, untuk benda uji yang menggunakan aspal
cair masukkan benda uji ke dalam oven selama minimum 2 jam dengan
suhu tetap 25oC (± 1oC).
2) Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke
dalam segmen bawah kepala penekan.
3) Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya
dalam mesin penguji.
4) Pasang arloji pengukur alir (flow) pada kedudukannya di atas salah satu
batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka
nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap
segmen atas kepala penekan.
5) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda
ujinya dinaikkan sehingga menyentuh alas cincin penguji.
6) Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.

Kelompok 3 3 - 22
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

7) Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50


mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau
pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji
tekan dan catat pembebanan maksimum (stability) yang dicapai, untuk
benda uji yang tebalnya tidak sebesar 63,5 mm, koreksilah bebannya
dengan faktor perkalian yang bersangkutan dari Tabel 2.
8) Catat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur alir
pada saat pembebanan maksimum tercapai.

3.7.7. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, digunakan table dan rumus sebagai
berikut :

Kelompok 3 3 - 23
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

Tabel Benda
Isi benda uji Tabel Benda uji Isi benda uji Angka
Angka korelasi uji
(cm)3 (mm) (cm)3 korelasi
(mm)
200-213 25,4 5,56 421-431 52,4 1,39
214-225 27,0 5,00 432-443 54,0 1,32
226-237 28,6 4,55 444-456 55,6 1,25
238-250 30,2 4,17 457-470 57,2 1,19
251-264 31,8 3,85 471-482 58,7 1,14
265-276 33,3 3,57 483-495 60,3 1,09
277-289 34,9 3,33 496-508 61,9 1,04
290-301 36,5 3,03 509-522 63,5 1,00
302-316 38,1 2,78 523-535 65,1 0,96
317-328 39,7 2,50 536-546 66,7 0,93
329-340 41,3 2,27 547-559 68,3 0,89
341-353 42,9 2,08 560-573 69,9 0,86
354-367 44,4 1,92 574-585 71,4 0,83
368-379 46,0 1,79 586-598 73,0 0,81
380-392 47,6 1,67 599-610 74,6 0,78
393-405 49,2 1,56 611-625 76,2 0,76
406-420 50,8 1,47

Tabel 2

Kelompok 3 3 - 24
Praktikum Perancangan Perkerasan Jalan

Kelompok 3 3 - 25

Anda mungkin juga menyukai