Anda di halaman 1dari 54

Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

BAB III

PERENCANAAN TERJUNAN

3.1 Maksud dan tujuan


Pada potongan memanjang saluran sekunder kadang didapat keadaan
dimana kemiringan dasar yang ada di lapangan atau medan lebih besar dari
kemiringan rencana, maka untuk mengurangi bahaya erosi pada tanggul saluran
maka di adakan bangunan terjunan.
Bangunan terjun dipakai di tempat-tempat kemiringan medan lebih besar
dari pada kemiringan saluran dan diperlukan penurunan muka air.

3.2 Rumus yang digunakan

a. Elevasi Muka Tanah (MTA)


DS max = Elevasi Muka Tanah Asli (MTA) – Stripping (0,25 m)
DS min = Elevasi Muka Tanah Asli (MTA) – tinggi basah
Tinggi grnangan (0,1 m)
EDSmax + EDS min
=
DS rencana / EDS pakai 2
b. Elevasi Muka Air (MA) rencana = EDS rencana + tinggi basah
c. Elevasi Muka Tanggul (EMT) = MA rencana + free board (fb)
d. h' = ILapangan x L
L = Panjang Saluran
e. Tinggi yang dihilangkan = Beda elevasi dasar saluran terpakai – h'
f. Jika h' < beda tinggi saluran  tidak diperlukan terjunan
Tinggi yang harus dihilangkan
=
g. Jumlah terjunan 1,5

Irigasi dan Bangunan Air 2 14


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

3.3 Perhitungan Rencana Tampang Memanjang Dan Terjunan


1. Saluran Primer
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Primer 1
 I : 0,0006 ( T.B Irba I hal 84 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,711 m ( T.B Irba I hal 97 )
 Tinggi hilang H : 0,066 (T.B Irba I hal 84 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 1067,98 m ( T.B Irba I hal 84 )
Bangunan bagi Saluran Primer 1
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 22,315 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,315 m + 0,10 m
= 22,415 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 22,315 m - 0,25
= 22,065 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 22,065 m + 0,711m
= 22,776 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 22,415 m + 0,066 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 15


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 22,481 m
f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)
DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 22,481 – 0,711 m
= 21,770 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
22,065 m+21,770 m
=
2
= 32,950m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 32,950 m + 0,711 m
= 33,661 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 33,661 m + 0,40 m

= 34.061 m

Sehingga :

h` =IxL

= 0,0006 x 1067,98 m

= 0,641 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun.

Irigasi dan Bangunan Air 2 16


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

2. Saluran Primer
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Primer 2
 I : 0,00025 ( T.B Irba I hal 85 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m (Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m (Buku Kp 05 hal 95 )
 Tinggi h basah : 0,711 m ( T.B Irba I hal 98 )
 Tinggi hilang H : 0,111 (T.B Irba I hal 85 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 443,88 m ( T.B Irba I hal 85 )
Bangunan bagi Saluran Primer 2
a) Elevansi Muka Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 22,315 m
b) Elevansi Muka Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,315 m + 0,10 m
= 22,415 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 22,315 m – 0,25 m
= 22,065 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 22,065 m + 0,711 m
= 22,776 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 22,415 m + 0,111 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 17


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 22,526 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 22,526 m - 0,711 m
= 21,815 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
22,065 m+21,815 m
=
2
= 32,973 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
MArencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 32,973 m + 0,711 m
= 33,684 m
i)Elevansi Tanggul ( MT )
MT = MArencana + Free board fb
= 33,684 m + 0,40 m
= 34,084 m
Sehingga :

h` =IxL

= 0,00025 x 443,88 m

= 0,111 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m , maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

Irigasi dan Bangunan Air 2 18


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

RENCANA BANGUNAN TERJUN SALURAN PRIMER

Tabel 3.1.Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan didalam tabel


PRIMER 1 PRIMER 2

MTA 22,315 22,315


MAS 22,415 22,415
Dsmax 22,065 22,065
Mamax 22,776 22,776
Mamin 22,481 22,526
Dsmin 21,770 21,815
Dsrencana 32,950 32,973
Marencana 33,661 33,684
MT 34,061 34,084
h` 0,641 0,111

Irigasi dan Bangunan Air 2 19


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

3. Saluran Sekunder
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Sekunder 1
 I : 0,0011 ( T.B Irba I hal 86 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,749 m ( T.B Irba I hal 100 )
 Tinggi hilang H : 1,005 (T.B Irba I hal 86 )
 Free board fb : 0,50 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 935,77 m ( T.B Irba I hal 86 )
Bangunan bagi Saluran Sekunder 1
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 22,655 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,655 m + 0,10 m
= 22,755 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 22,655 m - 0,25
= 22,405 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 22,405 m + 10,749 m
= 23,154 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 22,755 m + 1,005 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 20


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 23,760 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 23,760 - 0,749 m
= 23,011 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
22,405 m+23,011 m
=
2
= 33,911 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 33,911 m + 0,749 m
= 34,660 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 34,660 m + 0,50 m

= 35,160 m

Sehingga :

h` =IxL

= 0,0011 x 935,77 m

= 1,029 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

Irigasi dan Bangunan Air 2 21


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

4. Saluran Sekunder
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Sekunder 2
 I : 0,00127 ( T.B Irba I hal 88 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,749 m ( T.B Irba I hal 101 )
 Tinggi hilang H : 1,184 (T.B Irba I hal 88 )
 Free board fb : 0,50 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 935,77 m ( T.B Irba I hal 87 )
Bangunan bagi Saluran Sekunder 2
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 22,264 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,264 m + 0,10 m
= 22,364 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 22,264 m - 0,25
= 22,014 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 22,014 m + 0,749m
= 22,763 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang

Irigasi dan Bangunan Air 2 22


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 22,364 m + 1,184 m
= 23,548 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 23,548 - 0,749 m
= 22,799 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
22.014 m+21,799 m
=
2
= 33,414 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 33,414 m + 0,749 m
= 34,163 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 34,163 m + 0,50 m

= 34,663 m

Sehingga :

h` =IxL

= 0,00127 x 935,77 m

= 1,188 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 23


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

5. Saluran Sekunder
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Sekunder 3
 I : 0,00174 ( T.B Irba I hal 89 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,749 m ( T.B Irba I hal 103 )
 Tinggi hilang H : 1,628 (T.B Irba I hal 89 )
 Free board fb : 0,50 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 935,77 m ( T.B Irba I hal 88 )
Bangunan bagi Saluran Sekunder 3
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 22,136 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,136 m + 0,10 m
= 22,236 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 22,136 m - 0,25
= 21,886 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 21,886 m + 0,749 m
= 22,635 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 24


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)


MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 22,236 m + 1,628 m
= 23,864 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 23,864 - 0,749 m
= 23,115 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
21,886 m+23,115 m
=
2
= 33,444 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 33,444 m + 0,749 m
= 34,193 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 34,193 m + 0,50 m

= 34,693 m

Sehingga :

h` =IxL

= 0,00174 x 935,77 m

= 1,499 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 25


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

RENCANA BANGUNAN TERJUN SALURAN SEKUNDER

Tabel 3.2.Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan didalam tabel


SEKUNDER 1 SEKUNDER 2 SEKUNDER 3

MTA 22,655 22,264 22,136


MAS 22,755 22,364 22,236
Dsmax 22,405 22,014 21,886
Mamax 23,154 22,763 22,635
Mamin 23,760 23,548 23,864
Dsmin 23,011 22,799 23,115
DSrencana 33,911 33,414 33,444
MArencana 34,660 34,163 34,193
MT 35,160 34,663 34,693
h`
1,029 1,188 1,499

Irigasi dan Bangunan Air 2 26


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

6. Saluran Tersier
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Tersier 1
 I : 0,00047 ( T.B Irba I hal 90 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,644 m ( T.B Irba I hal 104 )
 Tinggi hilang H : 0,233 (T.B Irba I hal 90 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 500 m ( T.B Irba I hal 90 )
Bangunan bagi Saluran Tersier 1
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 22,155 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,155 m + 0,10 m
= 22,255 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 22,155 m - 0,25
= 21,905 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 21,905 m + 0,644 m
= 22,549 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 27


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)


MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 22,255 m + 0,233 m
= 22,488 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 22,488 - 0,644 m
= 21,844 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
21,905 m+21,844 m
=
2
= 32,827 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 32,827 m + 0,644 m
= 33,471 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 33,471 m + 0,40 m

= 33,871 m

Sehingga :

h` =IxL

= 0,00047 x 500 m

= 0,235 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 28


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

7. Saluran Tersier
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Tersier 2
 I : 0,00049 ( T.B Irba I hal 91 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,644 m ( T.B Irba I hal 97 )
 Tinggi hilang H : 0,243 (T.B Irba I hal 91 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 500 m ( T.B Irba I hal 91 )
Bangunan bagi Saluran Tersier 2
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 21,922 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 21,922 m + 0,10 m
= 22,022 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 21,922 m - 0,25
= 21,672 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi h basah
= 21,672 m + 0,644 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 29


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 21,316 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 22,022 m + 0,243 m
= 22,265 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 22,265 - 0,644 m
= 21,621 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
21,672m +21,621m
=
2
= 32,483 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi basah h
= 32,483 m + 0,644 m
= 33,127 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 33,127 m + 0,40 m

= 33,527 m

Sehingga :

h` =IxL

= 0,00049 x 500 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 30


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 0,245 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

8. Saluran Tersier
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Tersier 3
 I : 0,00057 ( T.B Irba I hal 92 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,644 m ( T.B Irba I hal 107 )
 Tinggi hilang H : 0,284 (T.B Irba I hal 92 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 500 m ( T.B Irba I hal 92 )
Bangunan bagi Saluran Primer 3
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 21,853 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,853 m + 0,10 m
= 21,953 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 21,853 m - 0,25
= 21,603 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)
MAmax = DSmax + Tinggi basah h

Irigasi dan Bangunan Air 2 31


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 21,603 m + 0,644 m
= 22,247 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 21,953 m + 0,284 m
= 22,237 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi basah h
= 22,237 - 0,644 m
= 21,593 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
21,603 m+21,593 m
=
2
= 32,400 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi basah h
= 22,400 m + 0,644 m
= 33,044 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 33,044 m + 0,40 m

= 33,444 m

Sehingga :

h` =IxL

Irigasi dan Bangunan Air 2 32


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 0,00057 x 500 m

= 0,285 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

9. Saluran Tersier
Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Tersier 4
 I : 0,00076 ( T.B Irba I hal 93 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,644 m ( T.B Irba I hal 109 )
 Tinggi hilang H : 0,378 (T.B Irba I hal 93 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 500 m ( T.B Irba I hal 93 )
Bangunan bagi Saluran Tersier 4
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 21,569 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,569 m + 0,10 m
= 21,669 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 21,569 m - 0,25
= 21,319 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)

Irigasi dan Bangunan Air 2 33


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

MAmax = DSmax + Tinggi basah h


= 21,319 m + 0,644 m
= 21,963 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 21,669 m + 0,378 m
= 22,047 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi basah h
= 22,047 - 0,644 m
= 21,043 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
21,319 m+21,403 m
=
2
= 32,021 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi basah h
= 32,021 m + 0,644 m
= 32,665 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 32,665 m + 0,40 m

= 33,065 m

Sehingga :

h` =IxL

Irigasi dan Bangunan Air 2 34


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 0,00076 x 500 m

= 0,380 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

10. Saluran Tersier


Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Tersier 5
 I : 0,00118 ( T.B Irba I hal 94 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95)
 Tinggi h basah : 0,644 m ( T.B Irba I hal 110 )
 Tinggi hilang H : 0,588 (T.B Irba I hal 94 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 500 m ( T.B Irba I hal 94 )
Bangunan bagi Saluran Tersier 5
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 21,797 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 21,797 m + 0,10 m
= 21,897 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 21,797 m - 0,25
= 21,547 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)

Irigasi dan Bangunan Air 2 35


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

MAmax = DSmax + Tinggi h basah


= 21,547 m + 0,644 m
= 22,191 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 21,897 m + 0,844 m
= 22,485 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi h basah
= 22,485 - 0,644 m
= 21,841 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
21,547 m+21,841 m
=
2
= 32,468 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi h basah
= 32,648 m + 0,644 m
= 33,112 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 33,112 m + 0,40 m

= 33,512 m

Sehingga :

h` =IxL

Irigasi dan Bangunan Air 2 36


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 0,00118 x 500 m

= 0,590 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

11. Saluran Tersier


Diketahui :
 Nama saluran : Saluran Tersier 6
 I : 0,00087 ( T.B Irba I hal 95 )
 Tinggi air genangan : 0,10 m ( Buku Kp 03 hal 131 )
 Tebal stripping : 0,25 m ( Buku Kp 05 hal 95 )
 Tinggi h basah : 0,644 m ( T.B Irba I hal 112 )
 Tinggi hilang H : 0,435 ( T.B Irba I hal 95 )
 Free board fb : 0,40 m ( Buku Kp 02 hal 125 )
 Panjang saluran (L) : 500 m ( T.B Irba I hal 95 )
Bangunan bagi Saluran Tersier 6
a) Elevansi Muka Tanah Asli ( MTA)
MTA = 21,209 m
b) Elevansi Muka Air Sawah ( MAS)
MAS = MTA + Tinggi air genangan
= 22,209 m + 0,10 m
= 21,309 m
c) Elevansi Dasar Saluran Maksimum ( DSmax)
DSmax = MTA - Tebal stripping
= 21,209 m - 0,25
= 20,959 m
d) Elevansi Muka Air Maksimum ( MAmax)

Irigasi dan Bangunan Air 2 37


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

MAmax = DSmax + Tinggi h basah


= 20,959 m + 0,644m
= 21,603 m
e) Elevansi Muka Air Minimum ( MAmin)
MAmin = MAS + Tinggi hilang
= 21,309 m + 0,435 m
= 21,744 m

f) Elevansi Dasar Saluran Mminimu (DSmin)


DSmin = MAmin - Tinggi basah h
= 21,744 - 0,644 m
= 21,100 m
g) Elevansi Dasar Saluran rencana ( DSrencana )
DSmax + DS min
DSrencana =
2
20,959 m+21,100 m
=
2
= 31,509 m
h) Elevansi Muka Air rencana ( MArencana)
Marencana = DSrencana + Tinggi basah h
= 31,509 m + 0,644 m
= 32,153 m
i) Elevansi Tanggul ( MT )

MT = MArencana + Free board fb

= 32,153 m + 0,40 m

= 32,553 m

Sehingga :

h` =IxL

Irigasi dan Bangunan Air 2 38


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 0,00087 x 500 m

= 0,435 m

Karena hasil perhitungan < 1,5 m, maka dianggap tidak perlu


bangunan terjun .

RENCANA BANGUNAN TERJUN SALURAN TERSIER

Tabel 3.3. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan didalam tabel


TERSIER TERSIER TERSIER TERSIE TERSIER TERSIER
1 2 3 R4 5 6

MTA 22,155 21,922 21,853 21,569 21,797 21,209


MAS 22,255 22,022 21,953 21,669 21,897 21,309
Dsmax 21,905 21,672 21,603 21,319 21,547 20,959
Mamax 22,549 22,316 22,247 21,963 22,191 21,603
Mamin 22,488 22,265 22,237 22,047 22,485 21,744
Dsmin 21,844 21,621 21,593 21,403 21,841 21,100
Dsrencana 32,827 32,483 32,400 32,021 32,468 31,509
Marencana
33,471 33,127 33,044 32,665 33,112 32,153
MT 33,871 33,527 33,444 33,065 33,512 32,553
h` 0,235 0,245 0,285 0,380 0,590 0,435

Irigasi dan Bangunan Air 2 39


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

BAB IV
PERENCANAAN BENDUNG

3.1 Maksud dan Tujuan


Perencanaan bendung dilakukan untuk mendapatkan ukuran-ukuran yang
sesuai berdasarkan keadaan di lapangan sehingga pengairan pada sawah dapat
sesuai dengan yang direncanakan.
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Beberapa hal yang mempengaruhi dalam perencanaan bendung adalah:
1. Elevasi muka air.
2. Lebar sungai rerata.
3. Debit banjir.
4. Elevasi tepi sungai
5. dan lain-lain
3.3 Perhitungan
Data – data perencanaan bendung :
1. Elevasi muka sawah tertinggi = + 22,155 m
2. Debit pengambilan = 27.250 m3/dt
3. Lebar sungai = 105 .000 m
4. Debit banjir = 420.000 m3/dt
5. Debit minimum sungai = 32.000 m3/dt
6. Kemiringan dasar sungai rerata = 0.004
7. Angka rembesan lane = 7.5

Irigasi dan Bangunan Air 2 40


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

8. Kemiringan talud = 1 : 1
9. Kecepatan endap sediment pasir = 3.000 mm/det
10. Kehilangan energy pada pintu pengambilan n = 0.05 z = 0.10 m
11. Kecepatan aliran dipintu pembila = 1.850 m / dtk
12. Kedalaman gerusan dihilir kolam olak maksimum = 3,800 m

A. Elevasi muka tanah sawah tertinggi = +22,155m


- tinggi air disawah diambil = 0.1 m
- kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah = 0.1 m
- kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke tersier = 0.1m
- kehilangan tekanan dari saluran primer ke sekunder = 0.1m
- kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran = 0.5m
- total kehilangan tekanan akibat bang.ukur = 0.9 m
- kehilangan tekanan untuk eksploitasi = 0.1 m
- kehilangan tekanan bang.lain spt kantong lumpur = 0.25m
= 24,305

B. Elevasi muka air pada pintu pengambilan = 24,305 m


- kehilangan tekanan di hilir saluran induk ke pintu intake = 0.10 m

C. Elevasi muka air di hulu intake = 24,405 m


- kehilangan tekanan dimercu bendung ke hulu intake = 0.05 m

D. Elevasi mercu bendung = +24,455 m

3.3.1 Tinggi muka air sebelum ada bendung


Hal ini di maksudkan untuk mengetahui kedalaman sungai pada
keadaan debit tertentu (debit rencana). Untuk memudahkan perhitungan,
dibuat beberapa anggapan mengenai keadaan sungai sebagai berikut :
- Penampang sungai dianggap berbentuk dengan kemiringan talud 1:1
- Lebar dasar sungai rata-rata 105 m (b)

Irigasi dan Bangunan Air 2 41


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

- Kemiringan rata-rata dasar sungai (I) = 0,004

100 + 21,66
+ 21,6
h

Gambar. Penamapang basah sungai


Rumus :
Q=A.V

87
0.85
1+
V=C √R . I = √R √R . I
Persamaan kecepatan aliran :
87 √ R 5 ,502 R
V = √ R+0.85 √ R .0.004 = 0. 85+ √ R

A = ( b + mh )h = ( 105 + 1,5 h ) h = 105 h + 1,5 h2

P = b + 2h √ 1+m2 = 105 + 2h √ 1+1,5 2 = 105 + 3,6 h


2
A 105 h+h
R = P = 105 +3,6 h
Dimana :
H = beda elevasi
I = kemiringan dasar sungai
R = jari – jari hidrolis
B = leber sungai

Irigasi dan Bangunan Air 2 42


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

B = lebar dasar sungai


m = koefisien debit
P = tekanan air

Z = kehilangan tinggi energi

Tabel. Perhitungan tinggi muka air pada bagian hulu bendung

V Q
h A P R =A/P 5,502*R 0,85 + √ R
(mdt) (m3/dt)
1
106,5 108,6 0,981 5,396 1,840 2,932 312,252
1.5
160,875 5,4 29,792 163,914 6,308 25,984 4.180,231
2
216 7,2 30 165,06 6,327 26,087 5.634,849
2.5
271,875 9 30,208 166,206 6,346 26,190 7.120,363
3
328,5 10,8 30,417 167,353 6,365 26,292 8.636,947
3.5
385,875 13,6 28,373 156,109 6,177 26,274 9.752,641
4
444 14,4 30,833 169,645 6,403 26,496 11.764,017
4.5
502,875 16,2 31,042 170,791 6,422 26,597 13.374,848
5
562,5 18 31,25 171,938 6,440 26,698 15.017,437
5.5
622,875 19,8 31,458 173,084 6,459 26,798 16.691,954

Dari hasil perhitungan di atas dibuat grafik hubungan antara debit dan tinggi muka air

Irigasi dan Bangunan Air 2 43


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

18000.000
16000.000
14000.000
12000.000
10000.000
Q(m3/dt

8000.000
6000.000
4000.000
2000.000
0.000
1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
h(m)

Untuk debit kala ulang 100 tahun (grafik lengkung debit ) didapat :
Q100 (Design) = 420 m3/dt
h=1
Kontrol untuk h
A = 105 h + 1,5 h2 = 105 (1) + 1,5 (1)2 = 106,5
P = 105 + 3,6 h = 105 + 3,6 (1) = 108,6
A
R= = 0,981
p
87
x √ Rx 0,004
V = 1+ 0,85
√R
87
x √ 0,981 x 0,004=2,892
V = 1+ 0,85
√ 0,981
Q = A x V = 308,046 m3/dt ≈ Q100 = 308 m3/dt
Elevasi dasar sungai dihilir = 20,508
Tinggi air banjir (h) = 1 +
Elevasi air dihilir bendung = +20,508

Irigasi dan Bangunan Air 2 44


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

3.4 Perencanaan tubuh bendung


 Lebar Efektif MercuBendung
Debit minimal sungai = 32 m3/dt
Debit pengambilan (sal primer) = 27,250 m3/dt
Debit pengambilan = 1,2 x 27,250 = 32,7 m3/dt < Q
Apabila Q pengambilan < Q minimal sungai → pembilas menerus/kontinyu

 Pembilas kontinyu
Maka Q pembilas = 32 – 27,250 = 4,750 m3/dt
Kecepatan aliran 1,850 m/dt dan tinggi plat beton pemisah dari dasar saluran
1,25 m
Q = bp x H x V
4,750 = bp x 1,25 x 1,850 = 2,312
4,750
=BP=2 ,054
2,312
Maka direncanakan menggunakan 4 pintu @ 1,850 m dan 3 pilar 0,6 m
dengan demikian lebar saluran pembilas=∑b = 4 x 1,850 + 3 x 0,6 = 10

3 2 0,8 2 0,8 2 0,8 2

Sketsa potongan melintang saluran pembilas kontinyu (tanpa skala)

Lebar sungai = 105 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 45


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Lebar efektif pembilas = 10 m


Pilar bending (pilar utama) direncanakan Sy = 5 m
B = b – ∑b – ∑t = 105 – 10 – 5
= 90
D = 2/3 H
H=h+k
Q = Cd x B x d3/2 x G1/2
420 = 1,33 x 90 x d3/2 x 9,811/2
d3/2 = 1,120
d = 1,186
3 3
H = 2 x d = 2 x 1,186= 1,779
Untuk menentukan R1, dipakai metode “Kreghten”
H1 H1 1,779
R1 = 3,8 R = 3,8 = 3,8 = 0,468 < 1
1

Maka dipakai : R1 = 0,468 H dan R2 = 2 R1


R1 = 0,468 x 1,779 = 0,832 < 1,0 m
R2 = 2 x 0,832 = 1,665 m

H
k
d
pengambilan

R2 Bendung

R1
kan tun g lum p ur

pembilas
kan tun g lum p ur

kontruksi
lindungan
sungai
2 bronjong
2 krib

Jari-Jari mercu bentuk bulat dengan dua jari-jari

pembilas

sal pembilas

Irigasi dan Bangunan Air 2 46


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

3.5 Tinggi muka air setelah ada bendung


Dipakai rumus :
2
1
2
“Verwoerd” : k = (4/27). m . h . 3
{
(h+ p) }
2
h
“kreghten” : m = 1,49-0,018 5−
R { }
Q=m x Be x d3/2 x g1/2
Dimana : P = elevasi mercu bendung – elevasi dasar sungai
= +24,455 – 21,650 = 2,805 m
Be = 90 m
d = 1,186
H = 1,779 m
R = 1,665 m
Tabel. Hubungan (h) dan (Q) setelah ada bendung

H (m) d (m)
h M K Q (m3/dt)
(h+k) 2/3 H
1 1,142 0,013 1,013 0,676 360,512

Irigasi dan Bangunan Air 2 47


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

1,779 1,212 0,033 1,811 1,208 382,657


Didapat h = 1,779
2 2
h 1,779
m = 1,49 – 0,018
{ }
5−
R = 1,49 – 0,018
{
5−
1,665 } = 1,212
2 2
1 1
4
k = 27 m2 – h3
{ } h+ p
4
{
= 27 x 1,2122x 1,7793 1,212 + 2
} = 0,033
H = h + k = 1,212 + 0,033 = 1,811 m
2 2
d = 3 H = 3 x 1,779 = 1,208 m
Q = 1,212 x 90 x 1,186 3/2 x 9,811/2
= 382,657 m3/dt Q Rencana (100) = 420 m3/dt…. Ok !!!

3.6 Analisa elevasi dan panjang serta tebal kolam olak


Q 450
q = Be = 90 = 4,667

q2 4, 6672
hc = √
3
g = √
3 ΔΗ
9,81 = 1,643 m ≈ hc
hc = d = 1,643 m
- Elevasi air di hilir bendung = +21,650
- Kehilangan energi hilir bendung = +0,10
- Elevasi tinggi energi dihilir bendung = +24,455
- Elevasi tinggi energi dihulu bendung = +21,650
- ∆H = 24,555 – 21,650 = 2,905
∆ H 2,905
- = =1,768
hc 1,643
Kolam olak menurut Vlugter :
∆H
2,0 < <15,0
hc

Irigasi dan Bangunan Air 2 48


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Tinggi air hilir dari dasar ambang kolam :


t = 3 hc + 0,1 ∆H = 3 (1,643) + 0,1 (2,905) = 5,219 m
Jadi elevasi dasar kolam olak adalah :
Elevasi air hilir bendung t = +21,650 – 5,219 = +16,431
Tinggi ambang ujung kolom :
hc 1,643
a = 0,28 . hc
√ ∆H
= 0,28 (1,643) x
√2,905
= 0,329

Panjang kolom olak (L) :


Lebar ambang ujung = 2 x a = 0,657 m
L=D = R = Elevasi mercu bendung – Elevasi kolam olak
= (+96,50) - (+ 90,324)
= 6,176 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 49


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

+100,09

+98,59

+96,5 +98,165

+95,665

+94,5

+94,5
+90,324
kolam olok

Gambar. Elevasi rencana dasar kolam olak dan tinggi muka air diatas mercu
bendung
Control elevasi dasar kolam olak olakan
Kecepatan awal dasar loncatan

V1 = √ 2g × 0,5 × ( H + P )
= √ 2 × 9,81 × 0,5 × ( 1,4 + 2 )
= 5,772
q 5,224
Y1 = V 1 = 5,772 = 0,905
V1 5,772
FR = √ g Y 1 = √9,81 × 0,905 = 1,937
LW = 6 ( Y2 − Y1 )
Y2 = t = tinggi air di atas ambang = 5,341m
= 6 (5,341 – 0,905)
= 26,616

Irigasi dan Bangunan Air 2 50


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

LB = LW – a – (sin 45 x R) x 2
a = 0,329
= 26,616 - 0,329 – (0,7071 x 1,5480) x 2
= 22,477 m

+98,165

+94,5

+90,324

Lapisan
gerusan

Gambar. Loncat air pada kolam olokan

Pada kondisi air banjir :


- Elevasi muka air banjir hulu = +99,1346
- Elevasi muka air hilir = +95,665
∆H = 3,4696 m
Pada kondisi normal / kondisi tidak ada air di hilir :
- Elevasi muka air hulu = +96,50
- Elevasi ambang kolam olak = +90,324
∆H= 6,176
Untuk memperhitungkan panjang lantai muka maka di tinjau selisih tinggi muka air
pada keadaan normal (tinggi air sama dengan mercu bendung) yang dianggap lebih
membahayakan terhadap kestabilan tubuh bendung

Irigasi dan Bangunan Air 2 51


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Lane menetapkan besarnya Creep ratio untuk berbagi jenis tanah. Untuk bendung ini
telah diselidiki jenis tanah yaitu pasir sedang
Creep Ratio untuk Lane (CL) = 7,4

Cara Lane
1
L ≥ C L . ΔH
Maka L = Lv + 3 H
Panjang ∑Lv = AB + CD + EF + GH + IJ

∑Lv = 2,883 + √ 12 + 1 2 + √ 12 + 1 2 + √ 12 + 1 2 + 4,9 = 14 ,147 m


∑LH = BC + DE + FG + HI
∑LH = 1+1+6,766 +1 = 9,766 m

Panjang garis yang tersedia :

L’ = Lv + 1/3 LH = 14,147 + 1/3 x 9,766 = 17,732 m

Panjang garis mínimum yang diperoleh :


CL = 7,4
L = CL . ∆H
= 7,4 x 6,176 = 45,702 m

Panjang lantai muka yang diperlukan


Lm = L – L’
= 45,702 –17,732 = 27,97
Lm (lane) …. Panjang lantai muka lane = 27,97 m
Jadi panjang lantai muka adalah: 28 m dengan 5 buah koperan &1 koperan awal 1 m.

Tinjau terdapat “Hidroulic Gradient: setelah ada lantai muka


Pada saat air terbendung maka terjadi perbedaan tinggi air didepan dan
dibelakang bendung, yang akan menimbulkan perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan

Irigasi dan Bangunan Air 2 52


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

ini mengakibatkan adanya aliran dibaeah bendung. Untuk lengatasi aliran tersebut
maka dibuat lantai muka dengan hasil perhitungan = 28 m, dari hasil yang dikntrol
tehadap “Hydroulic Gradient” dimana perhitungannya disajikan dalam tabel sebagai
berikut:

Panjang tiap bagian Perbadaan tinggi


Bagian
Lv (m) Lh (m) ∆H = L/CL (m)
A0-A1 1,3 0,1757
A1-A2 1 0,1351
A2-A3 1 0,1351
A3-A4 3 0,4054
A4-A5 1 0,1351
A5-A6 0,6 0,0811
A6-A7 1 0,1351
A7-A8 3 0,4054
A8-A9 1 0,1351
A9-A10 0,6 0,0811
A10-A11 1 0,1351
A11-A12 3 0,4054
A12-A13 1 0,1351
A13-A14 0,6 0,0811
A14-A15 1 0,1351
A15-A16 3 0,4054
A16-A17 1 0,1351
A14-A15 1 0,1351
A15-A16 3 0,4054
A16-A17 1 0,1351
A17-A18 0,6 0,0811
A18-A19 1 0,1351

Irigasi dan Bangunan Air 2 53


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

A19-A 3 0,4054
A-B 2,883 0,3896
B-C 1 0,1351
C-D 1,414 0,1911
D-E 1 0,1351
E-F 1,414 0,1911
F-G 6,766 0,9143
G-H 1,414 0,1911
H-I 1 0,1351
I-J 4,9 0,6622
∑ 22,325 28,166 6,8231
Dari hasil tabel didapat
∑L = 6,8231 m > ∆H (normal) = 6,2 m → Aman terhadap rembesan
Perencanaan rip-rap
Rip – rap yaitu susunan bongkahan batu yang berfungsi sebagai lapisan perisai
untuk mengurangi kedalaman pengerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar
dihilir peredaran energi bendung. Perhitungan :
Rumus USBR
Kecepatan aliran dasar hilir :
Q=BxhxV
350 = 67 x 1,59 x V
V = 3,285 m/dt ≡ 3,3 m/dt
3,32
Jadi diameter batu rip-rap adalah: d = 0,79 v2/2.g = 0,79 = 0,555 m
19,62
 Panjang gerusan yang terjadi (LB) = 22,477 m
98,165
 Direncanakan kedalam rip-rap 2 meter untuk bagian hilir ambang akhir dan
1,5 m untuk bagian di dasar sungai hilir

90,324
Irigasi dan Bangunan Air 2 54
Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Effect “ Back Water “

Akibat pembendungan air dengan bangunan pelimpah akan terjadi


penggenangan air banjir ( back water ) dibagian hulu bendung. Untuk menentukan
panjangnya “ back water “ akibat debit banjir rencana dilakukan cara sebagai
berikut :
Cara pendekatan
2h h
→ ≥1
L= I a
a+h h
→ <1
L= 1 a
x
Z = h (1 - L )2
dimana : L = panjang pengaruh pembendungan (m)
h = tinggi air banjir berhubnung adanya bendung (di muka
bendung )
I = kemiringan dasar sungai di hulu bendung = 0.004
a = tinggi air banjir sebelum ada bendung = 1,671
Z = kedalaman air pada jarak x meter dari bendung

l = P + H = 2 + 1,59= 3,59

Irigasi dan Bangunan Air 2 55


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

h = 3,59– 1,165 = 1.86


h>1

H=h+z
z = H – h = 4,63-1,165 = 3,465 m
h 1,165
= =0,336<1
z 3,465
z+ h 3,465+1,165
L= = =1157,500
I 0.004

z h

L x

Gambar. Pengaruh penggenangan akibat debit banjir

Bangunan Intake
Bangunan intek adalah suatu bangunan pada bendung yang
berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukkan air dan sedimen
serta menghindarkan sedimen dasar sungai masuk ke intake. Terletak di bagian sisi
bendung dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas. Pada bendung ini
intake di rancang di satu sisi bendung untuk dua daerah irigasi yang terletak di kedua
sisi bendung, hal ini dikerenakan debit pengambilannya kecil, maka salah satu pintu
dapat dibuat pada pilar pembilas dan airnya dialirkan melalui siphon yang dibuat
didalam tubuh bendung.
Debit rencana pengambilan (Q) :
Qp = 1,2 x 5,853 = 7,024 m3/dt

Irigasi dan Bangunan Air 2 56


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Bangunan pengambilan sebelah


 Elevasi ambang pengambilan ditentukan berdasarkan elevasi mercu bendung,
rencanakan tinggi ambang dari dasar lantai muka 1 m, maka elevasi ambang
pengambilan direncanakan :
21,6 + 1 = +22,6
 Elevasi ambang pengambilan diambil 0,2 m diatas kantong pasir dalam
keadaan penuh guna mencegah terjadinya pengendapan sedimen di dasar
intake.
+21,6– 0,2 = +20,6
Elevasi kantong lumpur dalam keadaan penuh (rencanakan) +21,6
Profil saluran primer :
 Luas sawah sebelah kanan bendung = 2253,538 Ha
 Q pengambilan = 5,853 m3/dt
 Q pengambilan yang diperhitungkan
= 1,2 x 5,853 = 7,024
Q pengambilan = 7,024
Didapat b = 3,253 h (interpolasi)
V = 0,7 m/dt (interpolasi)
A = (b + mh)h
= (3,253h + 1,5h)h = 4,753 h2
Q=AxV
4,753 h2 x 0,7 = 5,853
3,327 h2 = 5,853

5,853
h = √ 3,327 = 1,326 m ≈ 1,3 m
b = 3,253 h = 3,253 x 1,5 = 4,879 m ≈ 4,9 m

P = b + 2h √ 1 + m2

Irigasi dan Bangunan Air 2 57


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

= 4,879 + 2 x 1,5 √ 1 + 1,52


= 10,287 m
2
A 4,753 × 1,5
R = P = 10,287 = 1,039 m
Berdasarkan standarisasi saluran (KP – 03, hal 15)
V = k x R2/3 x I1/2
0,7 = 42,5 x (1,039 )2/3 x I1/2
0,7 = 40,5315 x I1/2
I1/2 = 0,016
I = 2,575 x 10-4

Q=µxbxh √ 2gz
7,024= 0,9 x b x 1,3 √ 2 × 9,81 × 0,05
7,024= 1,159 b
b = 6,060 ≈ 6 m

Lebar ambang pembilas (B)


= 1,3 x 6 = 7,8 m

F= 0,5
1.3
4.9
Gambar. Potongan melintang saluran primer

Pintu air pengambilan :


- Kehilangan energi pada pintu pengambilan, n = 0,05 ; z = 0,1 m
- Kecepatan aliran dipintu pembilas = 1,5 m/dt
- Kecepatan aliran pada ambang

Irigasi dan Bangunan Air 2 58


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

V= √ 2gz =

√ 2 × 9,81 × 0,1 = 1,4 m/dt < 1,5 m/dt..... sedim en padat mengdap
- b1 = lebar bukaan bersih (m)
- µ = koefisien debit = 0,8
- dari gambar,
- a = +96,5 – +95,5 – z – n
= +96,5 – +95,5 – 0,1 – 0,05 = +0,85

Qn = µ x b x a √ 2gz
7,024 = 0,8 x b x 0,85 √ 2× 9,81 × 0,1
7,024= 0,952 x b
b = 7,378 ≈ 7
Dijadikan 3 pintu dengan lebar @ 2.35 m

Perencanaan bangunan pembilas utama


Pada saat banjir pintu pembilas ini ditutup dan banjir akan lewat diatasnya,
maka tinggi pintu pembilas harus setinggi mercu bendung.
Sistem pembilasan direncanakan sebagai pembilas tidak kontinyu, karena sungai
mengangkut batu-batu bongkah.

- Elevasi dasar bangunan pengambilan = +95,5


- Elevasi rata-rata sungai = +94,5
- Kecepatan aliran minimum di pintu pembilas = 1 – 1,5 m/dt (KP 02)
- tinggi plat beton dibuat 0,35 m ; tinggi pelat beton pemisah aliran terhadap
dasar saluran pembilas direncanakan 2,0 m
- debit pengambilan = 1,2 x 5,853 = 7,024 m3/dt
Q pembilas = Q min sungai – Q pengambilan
= 20 – 7,024= 12,98 m3/dt

Irigasi dan Bangunan Air 2 59


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

- kecepatan aliran pembilas direncanakan 1,5 m/dt


12,98 = B x 2 x 1,5
B = 4,327 m ≈ 4,0 m

Dipakai 3 pintu @ 3 m =9m


Pilar 2 buah =2m
Jadi lebar saluran pembilas = 11 m

+100.09

+15.9

+100.09

Gambar. Bangunan pembilas

+100.09

+98.62
+96.5

+94.5

Irigasi dan Bangunan Air 2 60


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Gambar. Potongan melintang bangunan pembilas

Ukuran pintu pembilas utama


Lebar pintu = 2,0 m
Tinggi pintu = 2,0 m
Tinggi satu blok diambil = 0,2 m
Muka air banjir +99,1346
Gaya tekanan air dihitung dengan rumus :
P1 = γw.h
Perencanaan Saluran Penangkap Pasir
Pada saat eksploitasi normal, kantong pasir dalam keadaan penuh.
-Volume kantong Lumpur
Qn = 7,024 m3 / dt
T = 7 hari = 3600 × 24 × 7 dt
V = 0,0005 × Qn × T
= 0,0005 × 7,024 × ( 3600 × 24 × 7 ) = 2124,058 m3
-Penentuan In ( pada keadaan normal )
Vn = 0,35 m/dt → Vn ≤ 0,4 m/dt, untuk mencegah tumbuhnya vegetasi dan supaya
partikel-partikel yang lebih besar tidak mengendap dihilir kantong Lumpur.
Qn = 7,024 m3 / dt
Dari tabel 3.1 Kp-03, maka didapat ketentuan sebagai berikut :
m = 1,5 ; b/h = 3,5 → b = 3,5 h
k = 42,5 m1/3/dt
Qn = An × Vn
7,024
An = = 20,069
0,35
An = ( b + mh ) h

Irigasi dan Bangunan Air 2 61


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

20,069 = (3,5 h + 1,5 h ) h


20,069 = 5 h2 → h = 2,003 ; b = 7,01 m
Pn = b + 2h.√1+m2
= 7,01 + 2×2,003 × √1+ 1,52 = 20,03 m

An 20,069
Rn = = = 1,002 m
Pn 20,03
V 2n 0,352
In = 2 /3 2 = 2 = 6,76.10-5
(Rn × Ks) (1,002¿¿ 2/3 ×42,5) ¿
Pada saat kantong dalam keadaan kosong
-Penentuan Is ( kemiringan energi selama pembilasan, kantong dalam keadaan kosong
)
Qs = 1,2 Qn = 1,2 × 7,024 = 8,43 m3/dt
Vs = 1,5 m/dt (diambil)
Ks = 42,5 m1/3/dt (untuk pembilasan)
Q s 8,43
As = = = 5,62 m2
Vs 1,5
A s 5,62
hs = = = 0,8 m
b 7,01

+ 98.0 m
2m
+ 95.8
m
0.8 m

Gambar. Penampang antong lumpur


7,01 m
Ps = b +2hs
Ps= 7,01 + 2 x 0,8 = 8,61 m
A s 5,62
Rs = = =0.7 m
P s 8,61

Irigasi dan Bangunan Air 2 62


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

V 2s 1,52 -3
Is = 2 /3 2 = 2/ 3 2 = 1,96 x 10
(R s x Ks) (0,7 x 42,5)
Agar pembilas dapat dilakukan dengan baik, kecepatan aliran harus tetap dijaga agar
selalu sub kritis Fr < 1
V 1,52
Fr¿ = =0,535<1=¿ Oke ‼ !
√ g x h √ 9,81 x 0,8
Dengan diagram Shield dapat di peroleh diameter partikel maksimum yang akan
terbilas.
τ = p x g x h s x Is
= 1000 x 9,81 x 0,8 x 1,96 x 10-3 = 15,366 N/m2
Partikel-partikel yang lebih kecil dari 30 mm akan terbilas.
- Panjang kantong Lumpur
V = 0,5 x B x L + 0,5 (Is - In) L2. B
2124,058 = 0,5 x 7,01 x L + 0,5 (1,96 x 10-3 - 6,76.10-5) L2 . 7.01
2124,058 = 3,51 L + 0,00804 L2
3,51 L + 0,00804 L2 - 2124,058 = 0
2
−b ± √ b2 − 4 a c √
−3,51 ± ( 3,51 ) − ( 4 x 0,00804 −2124,058 )
L12= 2a = 2 ( 0,00804 )
−3,51 ± 8,893
= 0,01608
L1 = 353,567 L2 = -663,958
= 254 m
Bangunan pembilas
Bangunan pembilas direncanakan mengggunakan sistem pembilas tidak kontinyu.
b x hs = hnf x hf
dibuat dengan satu pintu, dengan lebar pintu (bnf) = 2 m
b = 7,01m
hs = 0,8
b x hs = hnf x hf
7,01 x 0,8 = 2 x hf → 2,8

Irigasi dan Bangunan Air 2 63


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

jadi kedalaman tambahan adalah : hf – hs = 2,8 – 0,8 = 2 m


saluran pembilas pasir
kecepatan aliran pada saluran pembilas diambil 1,5 m/dt, kemiringan talud diambil
1:1.
Kemiringan yang diperlukan dapat ditentukan dengan rumus strickler dengan Ks = 35
m1/2/dt.
- Elevasi dasar sungai = +94,5
- Elevasi muka air banjir = +95,665
Dari perencanaan bangunan pembilas di dapat data sebagai berikut:
bf = 1,0 m
hf = 2,8 m

Af = (b + m. hf). hf
= (2 + 1,5 . 2,8) x 2,8
= 17,36 m2

Pf = bf + 2.hf √ 1+m2= 2 + 2 x 2,8 √ 1+1,52 = 12,095 m


A f 17,36 2
Rf = = =1,4 m
P f 12,095

Vf = K . R2f /3 . I 1f /2
1,5 = 42,5 x 1,4 2/3 x I 1/f 2
If = 7,9 x 10-4

Rencana panjang saluran = 40 m


Maka rencana di hilir pintu pembilas menjasdi :
(+94,186) – (7,9 x 10-4 x 40) = +94,15

Dimensi Bangunan Pengambilan Saluran Primer

Irigasi dan Bangunan Air 2 64


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Bangunan pembilas saluran primer dilengkapi dengan pintu mencegah agar


selama pembilasan air tidak mengalir kembali ke saluran primer dan mencegah
masuknya air pembilasyan mengandung sedimen.
Qn = μ . bi . hi√ 2 . g z
Dimana : Qn = 7,024 m3/dt
μ = 0,9 ; z = 0,1
Ambang Pengambilan Saluran Primer
- Elevasi kantong lumpur dalam keadaan penuh hilir =+95,8
- Ambang pengambilan disaluran primer diambil = 0,1+
Elevasi ambang pengambilan saluran primer = +95,9
- Kehilangan energi pada tinggi bukaan pintu, n = 0,05 m

- Kecepatan aliran disaluran primer → V = √ 2gz = √ 2× 9,81 × 0,1 = 1,4


m/dt

- Elevasi muka air hulu pengambilan primer menjadi = +95,8+ 1,1 = +96,9
- Tinggi bukaan pintu
a = +96,9– 0,1 – 0.05 – +95,9= 0,85 m

Dimensi
Qn = 7,024 m3/dt
µ = 0,9
z = 0,1

Qn = μ . bi . hi√ 2 . g z

7,024 = 0,9 x b x 0,85 x √ 2× 9,81 × 0,1


7,024 = 1,072bi
bi = 6,55→ bi= 7 m

Digunakan 3 pintu dengan lebar 2,34 m

Irigasi dan Bangunan Air 2 65


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Perencanaan tanggul

1. Tanggul sebelah kiri dan kanan


 Elevasi muka tanah pada tebing sungai +96,5
 Tinggi energi hulu = elevasi muka air setelah pembendungan
= mercu + H
= +96,5+ 1,4 = +97,9 > 96,5 m
→ Diperlukan tanggul
 Tinggi jagaan diambil F = 1,5 m
 Elevasi muka tanggul = +97,9 + 1,5 = +99,4

Gambar. Potongan melintang tanggul sebelah kiri

Irigasi dan Bangunan Air 2 66


Fakultas Teknik Universitas Antakusuma

Irigasi dan Bangunan Air 2 67

Anda mungkin juga menyukai