Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Osteoartritis

2.1.1 Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi pada sendi yang

melibatkan kartilago, lapisan sendi, ligamen, dan tulang sehingga

menyebabkan nyeri dan kekakuan pada sendi. Menurut (Kenneth, 2010)

“Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif berkaitan sendi yang

sering mengenai golongan lanjut usia bahkan pada golongan pertengahan

juga akibat daripada kecederaan mahupun penggunaan sendi yang

berlebihan. Dalam arti kata lain, osteoarthritis didefinisikan sebagai

kegagalan pembaikan kerusakan di sendi yang disebabkan oleh stress

mekanik yang berlebihan.”

Menurut (Stanley,2006) “Osteoarthritis penyakit degenerasi sendi

ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yg berkembang lambat

yg tak diketahui penyebabnya, walaupun terdapat beberapa factor resiko

yg berperan. Keadann ini berkaitan dgn usia lanjut, terutama pada sendi-

sendi tangan dan sendi besar yg mananggung beban dan secara klinis

ditandai karena nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.”

Dalam kasus osteoarthritis, tulang rawan mengalami kerusakan

secara perlahan. Tulang rawan sendiri merupakan jaringan ikat padat yang

7
8

kenyal, licin, serta elastis. Jaringan ini menyelubungi ujung tulang pada

persendian untuk melindunginya dari gesekan saat ada pergerakan. Saat

tulang rawan mengalami kerusakan, teksturnya yang licin akan menjadi

kasar. Seiring waktu, tulang akan bertabrakan dan sendi pun akan

terpengaruhi menjadi terasa nyeri, membesar dan bengkak.

2.1.2 Faktor Resiko

Menurut (Marianti,2017) menyimpulkan faktor-faktor yang telah

diteliti sebagai faktor risiko osteoarthritis lutut antara lain usia lebih dari

50 tahun meliputi sebagai berikut :

a. “Yang tidak dapat diubah: jenis kelamin perempuan, ras/ etnis,

genetika, osteoporosis, kelainan anatomis.

b. Yang dapat diubah : kebiasaan merokok, konsumsi vitamin D,

obesitas, diabetes melitus, hipertensi, hiperurisemi, histerektomi,

menisektomi, riwayat trauma lutut, kebiasaan bekerja dengan beban

berat, aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga.”

2.1.3 Manifestasi klinis

Menurut (Jansen at al, 2011) menyimpulkan bahwa manifestasi

klinis dari pasien osteoarthritis sebagai berikut :

a. “Nyeri sendi bertambah dikarenakan gerakan dan sedikit berkurang

bila istirahat.

b. Kekakuan kebanyakan penderita mengeluh kaku setelah berdiam

pada posisi tertentu.


9

c. Hambatan gerakan sendi disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi

membengkok, perubahan bentuk.

d. Bunyi gemeretak suaranya lebih kasar dibandingkan dengan artritis

reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus.

e. Pembengkakan sendi.

f. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak.

g. Kemerahan pada daerah sendi Kemerahan pada sendi merupakan

salah satu tanda peradangan sendi.”

2.1.4 Fase Osteoartritis

Menurut (Helmi, 2012) Perkembangan perjalanan penyakit

osteoarthritis dibagi menjadi 3 fase, yaitu sebagai berikut :

a. Fase I

“Terjadinya penguraian proteolitik pada matriks kartilago.

Metabolisme kondrosit menjadi terpengaruh dan meningkatkan

produksi enzim seperti metalloproteinases yang kemudian hancur

dalam matriks kartilago. Kondrosit juga memproduksi penghambat

protease yang mempengaruhi proteolitik. Kondisi ini memberikan

manifestasi pada penipisan kartilago.

b. Fase II

Pada fase ini terjadi fibrilasi dan erosi dari permukaan kartilago,

disertai adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam

cairan sinovia.
10

c. Fase III

Proses penguraian dari produk kartilago yang menginduksi respons

inflamasi pada sinovia. Produksi magrofag sinovia seperti

interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan

metalloproteinase menjadi meningkat. Kondisi ini memberikan

manifestasi balik pada kartilago dan secara langsung memberikan

dampak adanya destruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-

inflamasi lainnya seperti nitric oxide (NO) juga ikut terlibat.

Kondisi ini memberikan manifestasi perubahan arsitektur sendi dan

memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang akibat stabilitas

sendi. Perubahan arsitektur sendi dan stress inflamasi memberikan

pengaruh pada permukaan artikular menjadi kondisi gangguan yang

proggresif.”
11

Gambar 2.1 Sendi lutut normal dan sendi lutut yang mengalami osteoarthritis
(Helmi, 2012)

2.2 Konsep Dasar Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Rasa nyeri merupakan rasa yang sering dikeluhkan oleh pasien

osteoartritis kepada dokter pada awal mula datang ke pelayanan

kesehatan atau Rumah Sakit. Menurut Smaltzer & Bare (2002:212)

“Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial”.

Menurut dari yang lain (Reis et al, 2014) “Seseorang dengan

nyeri OA akan terjadi disfungsi sendi dan otot sehingga akan

mengalami keterbatasan gerak, penurunan kekuatan dan keseimbangan

otot. Sekitar 18% mengalami kesulitan dan keterbatasan dalam

beraktifitas, kehilangan fungsi kapasitas kerja dan penurunan kualitas

hidup”.
12

2.2.2 Pengukuran Nyeri Skala Penilaian Numerik (NRS)

Menurut Bare & Smeltzer (2002) “Skala penilaian numerik atau

numeric rating scale (NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat

pendeskripsi kata. Klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-

10.”

Gambar 2.2 Skala pada Numerical Rating Scales (NRS).

Keterangan nilai nyeri skala penilaian numerik :

0 = Tidak nyeri.

1-3 = Nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik.

4-6 = Nyeri sedang: dapat mendeskripsikan nyeri.

7-10 = Nyeri berat: tidak dapat mendeskripsikan nyeri.

2.3 Konsep Dasar Range of Motion (ROM)

2.3.1 Pengertian Range of Motion (ROM) Aktif

Range of Motion (ROM) adalah latihan rentang gerak sendi.

Menurut (Potter and Perry, 2006) “Latihan gerakan sendi yang


13

memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien

menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik

secara aktif ataupun pasif”. Menurut (Suratun, dkk, 2008) “Range of

motion adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi

yang bersangkutan”.

Sedangkan Menurut (Ni Made Suarti dkk, 2009:40) “Latihan

rentang gerak sendi adalah latihan yang diberikan untuk mempertahankan

dan meningkatkan fungsi sendi yang berkurang karena berbagai macam

proses penyakit, kecelakaan, atau tidak digunakan untuk aktivitas.”

2.3.2 Tujuan Range of Motion (ROM)

Menurut Potter and Perry (2006). Tujuan ROM (Range Of

Motion) dibagi menjadi tiga yaitu:

a. “Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.

b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.

c. Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi.”

2.3.3 Manfaat Range of Motion (ROM)

Menurut Potter and Perry (2006). Manfaat ROM (Range Of

Motion) dibagi menjadi empat yaitu:

a. “Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam pergerakan.

b. Mengkaji tulang, sendi, dan otot.

c. Memperlancar sirkulasi darah.

d. Memperbaiki tonus otot.”

2.3.4 Prosedur Pelaksanaan


14

Menurut Potter dan Perry (2006), Range of Motion terdiri dari gerakan

pada persendian sebagai berikut:

a. Bahu

“Tipe sendi : sendi peluru (ball and socket)

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke

posisi di atas kepala, rentang 180°.

2) Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh,

rentang 180°.

3) Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus,

rentang 45-60°

4) Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan

telapak tangan jauh dari kepala, dengan telapak tangan jauh dari

kepala, rentang 180°.

5) Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan

menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke

belakang, rentang 90°.

6) Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari

ke atas dan samping kepala, rentang 90°.

7) Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang

36°.

b. Siku

Tipe sendi : sendi engsel (hinge)


15

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan

sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°.

2) Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°.

c. Lengan Bawah

Tipe sendi : sendi engsel (hinge)

Tipe gerakan :

1) Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°.

2) Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan

menghadap ke bawah, rentang 70-90°.

d. Pergelangan Tangan

Tipe sendi : sendi kondiloid

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan

bawah, rentang 80-90°.

2) Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan,

lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90°.

3) Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang

sejauh mungkin, rentang 89-90°.

4) Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang

30°.

5) Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari,


16

rentang 30-50°.

e. Jari-jari Tangan

Tipe sendi :sendi engsel (hinge)

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°.

2) Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°.

3) Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh

mungkin, rentang 30-60°.

4) Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain,

rentang 30°.

5) Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°.

f. Ibu Jari

Tipe sendi : sendi pelana (saddle)

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan,

rentang 90°.

2) Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang

90°.

3) Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°.

4) Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°.

5) Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada

tangan yang sama.

g. Panggul
17

Tipe sendi :sendi panggul

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°.

2) Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain,

rentang 90-120°.

3) Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-

50°.

4) Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,,

rentang 30-50°.

5) Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain,

rentang 90°.

6) Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain,

rentang 90°.

7) Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar.

h. Lutut

Tipe sendi : sendi engsel (hinge)

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°.

2) Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°.

i. Mata Kaki

Tipe gerakan : sendi geser (plane)

1) Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke

atas, rentang 20-30°.


18

2) Plantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke

bawah, rentang 45-50°.

j. Kaki

Tipe sendi : sendi geser (plane)

Tipe gerakan :

1) Inversi : Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°.

2) Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°.

k. Jari-jari Kaki

Tipe sendi : sendi engsel (hinge)

Tipe gerakan :

1) Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°.

2) Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°.

3) Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain, rentang

15°.

4) Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°.”

2.4 Pengaruh Range of Motion (ROM) Aktif terhadap pasien Osteoartritis

Pasien osteoartritis pada lansia lebih sering dijumpai oleh

perempuan dikarenakan aktivitas dalam intensitasnya berat yang

membebani lutut, hindari olahraga berat seperti berlari. Olahraga yang

tepat yaitu dihubungkan dengan gerakan Range of Motion (ROM) aktif

pada sendi memberi rangsangan pada tonus otot, tendon dan ligamentum.

Setelah rutin melakukan latihan Range of Motion (ROM) diharapkan

peningkatan kemampuan sendi dapat meningkatkan gerak motorik dan


19

aktivitas fisik sehingga mempengaruhi lansia dalam melakukan kehidupan

sehari-hari dan kualitas kehidupan lansia lebih baik. Ketika persendian

sesorang tidak pernah melakukan rentang gerak sendi maka persendian

menjadi kaku, terasa nyeri, berkurang aktivitas fisik bahkan dapat

memperburuk kondisi seperti komplikasi.

2.5 Kerangka Teori

Lanjut Usia

Osteoartritis Primer

Osteoartritis
Sekunder
Latihan Range of Motion (ROM)
Nyeri Persendian

Kaku Persendian ROM Aktif


Penurunan Aktivitas

Menurunkan Osteoartritis Pada


Imobilisasi Pasien Lansia

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai