ini dilakukan di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon pada bulan Juli
Selanjutnya kuesioner yang telah diisi oleh responden hasilnya akan dianalisis
dengan menggunakan uji Rank Spearman. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Kota Cirebon.
responden sebagian besar memiliki tingkat stres dengan kategori ringan yaitu
Pada analisa bivariat ini disajikan hasil tabulasi silang antara variabel
dikatakan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik jika di peroleh nilai
p < 0,05.
1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa dalam
Cirebon yang memiliki kecerdaan emosional sedang dengan tingkat stres ringan
sebanyak 8 orang (19,5%) dan kecerdasan emosional rendah dengan tingkat stres
0,018, yang artinya nilai pini lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat
mampu untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati,
Hal ini juga dapat dikaitkan dengan teori Goleman (2010), yang
tujuan hidup. Stres adalah salah satu masalah yang berhubungan dengan emosi,
sehingga dibutuhkan kemampuan untuk mengolahnya agar tidak menimbulkan
akibat yang dapat merugikan diri pribadi. Seseorang yang memiliki kecerdasan
emosi yang baik akan mampu mengolah emosi yang ada di dalam dirinya
emosi akan membuat seseorang menjadi terampil dalam melepaskan diri dari
perasaan negatif, sehingga stres yang muncul pada saat menghadapi penyusunan
skripsi punakan dapat diminimalkan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan
Hal ini didukung oleh pernyataan Dwi Ardani (2016) bahwa Kecerdasan emosi
sebagai kemampuan untuk mempersepsikan emosi orang lain dan diri sendiri,
bertindak. Adanya ide bahwa emosi menyebabkan seorang individu berfikir labih
cerdas, yang salah satu pikiran cerdas itu adalah berhubungan dengan emosi,
yang baik, mereka telah mampu mengelola atau mengatur emosi yang dimilikinya
dengan baik, dapat memberikan tanda pada setiap emosi yang sedang dirasakan
secara cepat, dapat memotivasi diri agar tidak mudah mengeluh atau menyerah,
mengerti emosi orang lain, sehingga dapat memperlakukan orang lain dengan
mahasiswa tingkat pertama Jurusan Musik berada pada kategori tinggi sebesar
74.5% dan kategori sangat tinggi sebesar 25.5%. hal tersebut menunjukkan bahwa
mahasiswa tingkat pertama Jurusan Musik sudah baik dalam mengelola emosi
mampu mengenali emosi orang lain, memotivasi diri dan mampu membina
terhadap otak dan emosi manusia. Justin dan Laukka (2009) juga menyebutkan
mengenali emosinya.
emosional adalah suatu perilaku individu yang dapat mengelola emosi mulai dari
pengenalan diri,pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
Cirebon sebagian responden memiliki tingkat stres dengan kategori ringan yaitu
stres merupakan segala sesuatu yang mengganggu manusia untuk beradaptasi atau
mengtinggii suatu masalah, reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya
dan sulit, dalam kondisi ini tubuh memproduksikan adrenalin yang berfungsi
untuk mempertahankan diri. Sebagian besar stres juga berasa dari pikiran-pikiran
yang negatif dan rasionalisasi yang salah sehingga tercipta dalam pemikiran
gambaran stres pada keseluruhan subjek penelitian. Adapun gambaran stres pada
tampak pada aspek kognisi yaitu berupa melemahnya ingatan atau perhatian
dalam aktifitas kognitif sedangkan berdasarkan aspek emosi seperti rasa takut,
ringan apabila pernyataan responden yang mengatakan tidak pernah atau kadang-
kadang merasakan gangguan psikologinya yang sangat signifikan saat penyusunan
skripsi ini yakni terkadang merasakan cemas dan berharap situasi tersebut segera
berlebihan terhadap suatu situasi, kadang merasa sedih dan tertekan, gelisah,
(2015), yang menyatakan bahwa reaksi terhadap stres terdiri dari beberapa aspek
yaitu seperti aspek psikologis, yaitu kognisi, emosi, dan perilaku sosial. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nindy
Wijayanti (2016), dalam penelitianya diketahui bahwa stres yang paling menonjol
dialami pada mahasiswa yaitu stres psikologis, seperti sering merasa cemas,
gelisah, mudah panik, emosi menjadi tidak stabil apabila memikirkan skripsi dan
mengalami stres ringan yaitu 26,7%. Stres diukur menggunakan skala Stres dari
skala Depression Anxiety Stres Scale (DASS), yang telah diterjemahkan oleh
Damanik (2006) dalam jurnal Fikri (2017) DASS merupakan skala yang disusun
oleh Lovibond dan Lovibond (1995) dalam jurnal Fikro (2017) dan dalam
pengembangannya telah teruji pada sampel normal dan non-klinis. DASS terdiri
tinggi tiga skala yaitu depresi, kecemasan, dan stres. Skala kecemasan pada DASS
disusun berdasarkan komponen autonomic arousal, skeletal musculature effects,
dengan skor antara 0 untuk setiap pernyataan yang tidak sesuai atau tidak pernah,
skor 1 untuk setiap pernyataan yang sesuai sampai tingkat tertentu atau kadang-
kadang, skor 2 untuk setiap pernyataan yang dapat dipertimbangkan atau lumayan
sering, skor 3 untuk pernyataan sangat sesuai atau sering sekali. DASS 42 yang
telah diadaptasi
Assesment (2013) dalam Lim (2017) terhadap 125.000 mahasiswa dari 150
tugas akhir dengan prevalensi stres berat 10%, dan stres ringan 6,8%
(Waghachavera, 2017).
psikologisnya yang mulai dari rasa takut, mudah panik, perasaan yang sedih,
mudah tersinggung atau mudah marah, rasa gelisah serta tidak memiliki rasa
Cirebon.
orang (19,5%) dan kecerdasan emosional rendah dengan tingkat stres berat
0,000, yang artinya nilai p ini lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat
baik, mereka telah mampu mengelola atau mengatur emosi yang dimilikinya
dengan baik, dapat memberikan tanda pada setiap emosi yang sedang dirasakan
secara cepat, dapat memotivasi diri agar tidak mudah mengeluh atau menyerah,
mengerti emosi orang lain, sehingga dapat memperlakukan orang lain dengan
baik, mampu membina hubungan yang baik dengan lingkungan. Namun sebagian
lain yaitu faktor dosen pembimbing terlalu sibuk dan sosial ekonomi, hal ini
mampu memotivasi diri sendiri, mampu berempati dan terampil secara sosial.
Sehingga ketika menemui hambatan skripsi mereka yakin dapat mencari solusinya
ditemukan dilapangan ada faktor lain yaitu faktor variabel perancu yang
meningkatkan stres pada mahasiswa tingkat akhir yaitu faktor dosen pembimbing
yang menyatakan bahwa kesulitan yang sering kali dihadapi pada saat skripsi
kesulitan dengan standar tatatulis ilmiah serta dana dan waktu yang terbatas
motivasi rendah (26,7%), dosen terlalu sibuk (13,3%), dosen pembimbing sulit
teori Fosnatch & Dong (2013) dalam Putri (2019), mengatakan bahwa mahasiswa
bisa mengalami finaciall stress karena berbagai faktor, tetapi faktor yang paling
utama adalah sosial ekonomi. Dari peneltian tersebut sebanyak 45% dari
kesenjangan antara uang saku yang diberikan orang tua dengan biaya, kuliah dan
mengatasi hal ini akan berakibat mahasiswa tersebut akan lulus dengan status
tinggi.
Hal ini sesuai dengan teori Goleman (2016) yang mengatakan bahwa
perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri kita sendiri serta dapat
mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kematangan
emosi sangat penting untuk diperhatikan khusunya bagi para mahasiswa karena
dengan kematangan emosi yang baik mahasiwa akan mampu mengontrol perilaku
empati, dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Mengenali
emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan
dari waktu ke waktu, dan mencermati perasaan yang muncul. Ketidak mampuan
sendiri pada intinya adalah tentang bereaksi dengan suatu cara yang kita hadapi
cenderng jauh lebih produktif dan efektif, sehingga mahasiswa yang memiliki
menyelesaikan masalah dengan baik. Mengenali emosi orang lain atau empati
merupakan bagian kemampuan koping dan stres. Individu yang mampu mengatur
emosi dengan baik cenderung memiliki kemampuan emosi yang baik. Membina
bersama, hal ini erat kaitannya dengan kemampuan dlam membangun kerjasama
dalam tim sehingga mahasiswa dapat saling memotivasi antar teman ketika
memiliki sifat yang menyukai dirinya apa adanya, mengetahui betul kekuatan
khawatir dengan masa depan, tidak mudah marah tanpa alasan, mampu
melakukan sesuatu, dan berani tampil beda Septina Dwi Lestari (2018).
Septina Dwi Lestari (2018) hasil analisis perhitungan statistik variabel stres dalam
menyusun skripsi diketahui bahwa rerata empirik (RE) sebesar 97,29 dan rerata
hipotetik sebesar 107,5 yang berarti stres dalam menyusun skripsi termasuk dalam
diketahui bahwa terdapat 1,25% (1 orang) yang memiliki stres dalam menyusun
skripsi sangat ringan, 27,50% (22 orang) yang memiliki stres dalam menyusun
skripsi ringan, 71,25% (57 orang) yang memiliki stres dalam menyusun skripsi
sedang, 0% (0 orang) yang memiliki stres dalam menyusun skripsi tinggi dan 0%
emosional yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin rendah stres mahasiswa
menyusun skripsi. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional yang
dimiliki oleh mahasiswa maka semakin tinggi tingkat stres mahasiswa menyusun
skripsi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Sarafino (2018)
bahwa salah satu faktor yang dapat meminimalisir stres adalah kemampuan
minat dan kemauan secara spontan serta motivasi belajar mahasiswa, namun
orang tidak menyadari bahwa ada suatu energi yang hilang kerena terjebak dalam
6.1 Simpulan
6.2 Saran
berikut :
1. Bagi mahasiswa
sedang menyusun skripsi disarankan untuk lebih terampil dalam mengelola dan
mengontrol emosi, lebih optimal dalam membina hubungan dengan orang lain dan
selalu mampu untuk memotivasi diri sendiri dalam menghadapi kendala tugas yang
diberikan baik yang sederhana maupun dengan tingkat yang sulit. Sehingga
mahasiswa dapat mengelolah tingkat stres dan mencapai kelulusan sesuai dengan
target.
akhir.
stres hal ini untuk bahan bacaan mahasiswa khususnya bagi mahasiswa S1
Keperawatan.
selanjutnya yang tertarik dan ingin mengambil tema yang sama untuk
serta dapat mengungkapkan hal apa saja yang menyebabkan motivasi mahasiswa