Anda di halaman 1dari 20

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan pada bab ini menjelaskan

“Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Stres Mahasiswa Dalam

Menyusun Skripsi Di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon”. Penelitian

ini dilakukan di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon pada bulan Juli

2020, rancangan penelitian menggunakan cross sectional dan teknik pengambilan

sampel menggunakan total sampling. Sampel dalam penelitian ini 41 mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner menggunakan

google form kuesioner tersebut berisikan variabel-variabel yang diteliti.

Kuesioner diberikan kepada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Kampus

2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon sebagai responden pada penelitian ini.

Selanjutnya kuesioner yang telah diisi oleh responden hasilnya akan dianalisis

dengan menggunakan uji Rank Spearman. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa

dalam menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Adapun hasil penelitian ini di jelaskan sebagai berikut :


5.1.1 Analisis Univariat

Hasil univariat digunakan untuk mengidentifikasi gambaran

kecerdasan emosional dan stres mahasiswa di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai

Kota Cirebon.

1. Gambaran kecerdasan emosional pada mahasiswa dalam menyusun

skirpsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Pada


Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi di Kampus 2
STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon
No Kecerdasan Emosional Mahasiswa F %
1 Tinggi 28 68,3
2 Sedang 10 24,4
3 Rendah 3 7,3
Jumlah 41 100,0
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)

Berdasarkan Tabel 5.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 41

responden sebagaian besar memiliki kecerdasan emsoional dengan kategori tinggi

yaitu sebanyak 28 orang dengan presentase (68,3%), sedangkan didapatkan

kategori sedang yaitu sebanyak 10 orang dengan presentase (24,4%) dan

didapatkan kategori rendah sebanyak 3 orang dengan presentase (7,3%).


2. Gambaran tingkat stres pada mahasiswa dalam menyusun skripsi di

Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Stres Mahasiswa Dalam Menyusun


Skripsi Di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.
No. Stres Mahasiswa F %
1 Ringan 35 85,4
2 Sedang 5 12,2
3 Berat 1 2,4
Jumlah 41 100
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)

Berdasarkan Tabel 5.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 41

responden sebagian besar memiliki tingkat stres dengan kategori ringan yaitu

sebanyak 35 orang dengan presentase (85,4%), sedangkan didapatkan kategori

sedang yaitu sebanyak 5 orang dengan presentase (12,2%) dan didapatkan

kategori berat sebanyak 1 orang dengan presentase (2,4%).

5.1.2 Analisis Bivariat

Pada analisa bivariat ini disajikan hasil tabulasi silang antara variabel

independen yaitu kecerdasan emosional, dengan variabel dependen yaitu stres

mahasiswa dalam menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota

Cirebon. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan digambarkan dalam bentuk tabel

silang (Crosstab). Pengujian menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan

dikatakan memiliki hubungan yang bermakna secara statistik jika di peroleh nilai

p < 0,05.
1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa dalam

menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Tabel 5.3 Hasil Tabulasi Silang Antara Kecerdasan Emosional


Dengan Stres Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi Di
Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.
Stres Mahasiswa
Ringan Sedang Berat Total Pvalue
(0,018)
Kecerdasan
Emosional
R
(0,638)
N % N % N % N %
Tinggi 26 63,4 2 4,9 0 0,0 28 68,3
Sedang 8 19,5 2 4,9 0 0,0 10 24,4
Rendah 1 2,4 1 2,4 1 2,4 3 7,3
Jumlah 35 85,4 5 12,2 1 2,4 41 100,0
Sumber: Hasil Olah Data Penelitian (2020)

Berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 41 Mahasiswa

Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon yang sebagian besar memiliki

kecerdasan emosional tinggi dengan mengalami stres ringan sebanyak 26 orang

(63,4%) dan sebagian lagi mahasiswa Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota

Cirebon yang memiliki kecerdaan emosional sedang dengan tingkat stres ringan

sebanyak 8 orang (19,5%) dan kecerdasan emosional rendah dengan tingkat stres

berat sebanyak 1 orang (2,4%).

Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman didapatkan nilai p=

0,018, yang artinya nilai pini lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat

disimpulkan terdapat Hubungan yang signifikan antara Kecerdasan Emosional

dengan Stres Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi Di Kampus 2 STIKKU Rs

Ciremai Kota Cirebon dengan nilai R (0,368).


5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

5.2.1 Gambaran kecerdasan emosional pada mahasiswa dalam menyusun

skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota

Cirebon sebagian responden memiliki kecerdasan emosional tinggi yaitu sebanyak

35 responden (85,4%), dan sebagian lagi yang memiliki kecerdasan emosional

rendah yaitu sebanyak 2 responden (4,9%). Peneliti berasumsi bahwa hasil

distribusi dari skor kecerdasan emosional sangatlah berbeda-beda ataupun

bervariasi pada setiap individunya, selain itu dengan memiliki kecerdasan

emosional yang tinggi seseorang dapat mengelolah emosinya yang meliputin:

kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan atau stres,

kemurungan, ketersinggungan, pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi,

mampu untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati,

tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan mampu menjalin

hubungan sosial dengan baik, kemampuan untuk menyelesaikan konflik.

Hal ini juga dapat dikaitkan dengan teori Goleman (2010), yang

menyatakan kecerdasan emosional adalah keterampilan dan kemampuan untuk

mengolah perasaan, atau emosi untuk memotivasi, merencanakan dan meraih

tujuan hidup. Stres adalah salah satu masalah yang berhubungan dengan emosi,
sehingga dibutuhkan kemampuan untuk mengolahnya agar tidak menimbulkan

akibat yang dapat merugikan diri pribadi. Seseorang yang memiliki kecerdasan

emosi yang baik akan mampu mengolah emosi yang ada di dalam dirinya

sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang lebih positif. Keterampilan mengatur

emosi akan membuat seseorang menjadi terampil dalam melepaskan diri dari

perasaan negatif, sehingga stres yang muncul pada saat menghadapi penyusunan

skripsi punakan dapat diminimalkan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan

dijelaskan oleh beberapa teori atau pendapat para ahli.

Hal ini juga dapat dikaitkan dengan teori menurut Bar-on

Stein&Book (2017) Kecerdasan dalam mengelola emosi mempengaruhi

kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengtinggii tuntutan dan tekanan

lingkungan. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi membuat mereka mampu

mengtinggii masalah dalam kehidupanya hal ini termasuk kedalam tekanan/stres.

Hal ini didukung oleh pernyataan Dwi Ardani (2016) bahwa Kecerdasan emosi

sebagai kemampuan untuk mempersepsikan emosi orang lain dan diri sendiri,

dapat membedakan dan menggunakan informasi tersebut dalam berpikir dan

bertindak. Adanya ide bahwa emosi menyebabkan seorang individu berfikir labih

cerdas, yang salah satu pikiran cerdas itu adalah berhubungan dengan emosi,

kecerdasan emosi sebagai kemampuan mempersepsi emosi, membangkitkan, dan

memahami emosi sehingga dapat mengembangkan pertumbuhan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Ella (2018), hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan

emosional pada mahasiswa STIKES Muhammadiyah Kudus angkatan 2018 dapat


diketahui sebagian besar responden memiliki kecedasan emosional dengan

kategori tinggi 36 (55,4%). Responden yang memiliki kecerdasan emosi dalam

tingkat tinggi menunjukkan bahwa responden sudah memiliki kematangan emosi

yang baik, mereka telah mampu mengelola atau mengatur emosi yang dimilikinya

dengan baik, dapat memberikan tanda pada setiap emosi yang sedang dirasakan

secara cepat, dapat memotivasi diri agar tidak mudah mengeluh atau menyerah,

mengerti emosi orang lain, sehingga dapat memperlakukan orang lain dengan

baik, mampu membina hubungan yang baik dengan lingkungan. Berdasarkan

pengolahan data penelitian diperoleh hasil bahwa kecerdasan emosional

mahasiswa tingkat pertama Jurusan Musik berada pada kategori tinggi sebesar

74.5% dan kategori sangat tinggi sebesar 25.5%. hal tersebut menunjukkan bahwa

mahasiswa tingkat pertama Jurusan Musik sudah baik dalam mengelola emosi

mampu mengenali emosi orang lain, memotivasi diri dan mampu membina

hubungan baik denganorang lain.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wangsa (dalam Ellfira,

2015) menyebutkan bahwa kecerdasan berpengaruh terhadap manusia secara

fisiologis, psikologis dan spiritual. Kecerdasan emosional menjadi sarana untuk

mengembangkan kecerdasan manusia, dengan kata lain musik berpengaruh

terhadap otak dan emosi manusia. Justin dan Laukka (2009) juga menyebutkan

bahwa kecerdasan emosional dapat membantu individu untuk peka dalam

mengenali emosinya.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional adalah suatu perilaku individu yang dapat mengelola emosi mulai dari
pengenalan diri,pengendalian diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.

Kecerdasan emosional dapat memperngaruhi tingkat fisologis manusia.

5.2.2 Gambaran stres pada mahasiswa dalam menyusun skripsi di Kampus

2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota

Cirebon sebagian responden memiliki tingkat stres dengan kategori ringan yaitu

sebanyak 35 orang dengan presentase (85,4%), sedangkan didapatkan kategori

sedang yaitu sebanyak 5 orang dengan presentase (12,2%) dan didapatkan

kategori berat sebanyak 1 orang dengan presentase (2,4%). Peneliti berasumsi

stres merupakan segala sesuatu yang mengganggu manusia untuk beradaptasi atau

mengtinggii suatu masalah, reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya

dan sulit, dalam kondisi ini tubuh memproduksikan adrenalin yang berfungsi

untuk mempertahankan diri. Sebagian besar stres juga berasa dari pikiran-pikiran

yang negatif dan rasionalisasi yang salah sehingga tercipta dalam pemikiran

individu itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan maka dapat terlihat

gambaran stres pada keseluruhan subjek penelitian. Adapun gambaran stres pada

mahasiswa yang sedang menyusun skripsi berdasarkan dimensi psikologisnya

tampak pada aspek kognisi yaitu berupa melemahnya ingatan atau perhatian

dalam aktifitas kognitif sedangkan berdasarkan aspek emosi seperti rasa takut,

tekanan, kecemasan, depresi, perasaan sedih dan marah.

Menurut Indrawati (2018), gejala stres psikologis juga dikategorikan

ringan apabila pernyataan responden yang mengatakan tidak pernah atau kadang-
kadang merasakan gangguan psikologinya yang sangat signifikan saat penyusunan

skripsi ini yakni terkadang merasakan cemas dan berharap situasi tersebut segera

berakhir , kadang-kadang merasa marah karena hal-hal sepele, terkadang bereaksi

berlebihan terhadap suatu situasi, kadang merasa sedih dan tertekan, gelisah,

ketakutan, sulit sabar dan mudah panik.

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan Achroza Faela Hanika

(2015), yang menyatakan bahwa reaksi terhadap stres terdiri dari beberapa aspek

yaitu seperti aspek psikologis, yaitu kognisi, emosi, dan perilaku sosial. Hasil

penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nindy

Wijayanti (2016), dalam penelitianya diketahui bahwa stres yang paling menonjol

dialami pada mahasiswa yaitu stres psikologis, seperti sering merasa cemas,

gelisah, mudah panik, emosi menjadi tidak stabil apabila memikirkan skripsi dan

putus asa. Pada hasil univariat menunjukkan bahwa sebanyak 46 responden

mengalami adanya gejala stres psikologis yang ringan dan 8 responden

mengalami gejala stres psikologis yang berat.

Menurut Nur Afraini menyatakan bahwa dengan jumlah 90

responden menunjukan prevelensi stres adalah 72,1%, dimana terbanyak yang

mengalami stres ringan yaitu 26,7%. Stres diukur menggunakan skala Stres dari

skala Depression Anxiety Stres Scale (DASS), yang telah diterjemahkan oleh

Damanik (2006) dalam jurnal Fikri (2017) DASS merupakan skala yang disusun

oleh Lovibond dan Lovibond (1995) dalam jurnal Fikro (2017) dan dalam

pengembangannya telah teruji pada sampel normal dan non-klinis. DASS terdiri

tinggi tiga skala yaitu depresi, kecemasan, dan stres. Skala kecemasan pada DASS
disusun berdasarkan komponen autonomic arousal, skeletal musculature effects,

situational anxiety, dan subjective experience of anxious affect. Skala kecemasan

pada DASS terdiri tinggi 21 pernyataan favorable. Setiap pernyataan dinilai

dengan skor antara 0 untuk setiap pernyataan yang tidak sesuai atau tidak pernah,

skor 1 untuk setiap pernyataan yang sesuai sampai tingkat tertentu atau kadang-

kadang, skor 2 untuk setiap pernyataan yang dapat dipertimbangkan atau lumayan

sering, skor 3 untuk pernyataan sangat sesuai atau sering sekali. DASS 42 yang

telah diadaptasi

Hasil penelitian ini di dukung oleh National College Health

Assesment (2013) dalam Lim (2017) terhadap 125.000 mahasiswa dari 150

perguruan tinggi dan universitas di Amerika Serikat didapatkan bahwa 30%

mahasiswa mengalami stres dalam menyusun tugas akhir (American Psycological

Association, 2014). Hasil penelitian lain terhadap 1.224 mahasiswa di India

menunjukkan bahwa 299 mahasiswa (24,4%) mengalami stres dalam menyusun

tugas akhir dengan prevalensi stres berat 10%, dan stres ringan 6,8%

(Waghachavera, 2017).

Berdasarkan data diatas penelitian ini dapat disimpulkan bahwa stres

akan dinyatakan dalam kategori berat apabila seseorang memiliki gangguan

psikologisnya yang mulai dari rasa takut, mudah panik, perasaan yang sedih,

mudah tersinggung atau mudah marah, rasa gelisah serta tidak memiliki rasa

kemampuan diri untuk mengelolah emosinya.


5.2.3 Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Stres Mahasiswa

Dalam Menyusun Skripsi Di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota

Cirebon.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 41 Mahasiswa Kampus 2

STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon yang sebagian besar memiliki kecerdasan

emosional tinggi dengan mengalami stres ringan sebanyak 26 orang (63,4%)dan

sebagian lagi mahasiswa Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon yang

memiliki kecerdaan emosional sedang dengan tingkat stres ringan sebanyak 8

orang (19,5%) dan kecerdasan emosional rendah dengan tingkat stres berat

sebanyak 1 orang (2,4%).

Berdasarkan hasil uji statistik Rank Spearman didapatkan nilai p=

0,000, yang artinya nilai p ini lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa “hipotesis diterima”. Artinya terdapat Hubungan yang

signifikan antara kecerdasan emosional dengan stres mahasiswa dalam menyusun

skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon dengan nilai R (0,368).

Peneliti berasumsi bahwa adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan

stres mahasiswa dalam menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota

Cirebon dikarenakan mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosi dalam tingkat

tinggi menunjukkan bahwa responden sudah memiliki kematangan emosi yang

baik, mereka telah mampu mengelola atau mengatur emosi yang dimilikinya

dengan baik, dapat memberikan tanda pada setiap emosi yang sedang dirasakan

secara cepat, dapat memotivasi diri agar tidak mudah mengeluh atau menyerah,

mengerti emosi orang lain, sehingga dapat memperlakukan orang lain dengan
baik, mampu membina hubungan yang baik dengan lingkungan. Namun sebagian

mahasiswa memiliki kecerdasan emosional yang rendah disebabkan oleh faktor

lain yaitu faktor dosen pembimbing terlalu sibuk dan sosial ekonomi, hal ini

menyebabkan meningkatnya stres pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.

Kecerdasan emosi menurut Goleman (2010) adalah kemampuan

seseorang mengatur emosinya dengan inteligensinya, menjaga keselarasan emosi

dan pengungkapannya, melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,

motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Mahasiswa yang memiliki

kecerdasan emosi yang tinggi, akan mampu mengatur emosinya dengan

inteligensinya, mampu menjaga keselarasan emosi, mampu mengendalikan diri,

mampu memotivasi diri sendiri, mampu berempati dan terampil secara sosial.

Sehingga ketika menemui hambatan skripsi mereka yakin dapat mencari solusinya

dan tidak menimbulkan stres yang berkepanjangan. Berdasarkan hasil yang

ditemukan dilapangan ada faktor lain yaitu faktor variabel perancu yang

meningkatkan stres pada mahasiswa tingkat akhir yaitu faktor dosen pembimbing

yang terlalu sibuk dan sosial ekonomi.

Hal ini di dukung oleh pernyataan Mathofani dan wahyuni (2017)

yang menyatakan bahwa kesulitan yang sering kali dihadapi pada saat skripsi

diantaranya: mencari judul yang efektif (40%), sistematika proposal (20%),

kesulitan dengan standar tatatulis ilmiah serta dana dan waktu yang terbatas

(30%), penelitian bingung dalam mengembangkan teori (3,3%), kurangnya

pengetahuan penulis tentang metodologi (10%), kesulitan menguraikan hasil

penelitian (13,3%), kurangnya buku-buku referensi yang fokus pada permasalahan


penelitian (53,3%), referensi yang ada merupakan buku-buku edisi lama (6,7%)

motivasi rendah (26,7%), dosen terlalu sibuk (13,3%), dosen pembimbing sulit

ditemui (36,7%), minimnya waktu bimbingan (23,3%), kurang jelas memberikan

bimbingan (26,7%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara pembimbing

1 dan pembimbing 2 (23,3%), sedangkan faktor sosial ekonomi didukung oleh

teori Fosnatch & Dong (2013) dalam Putri (2019), mengatakan bahwa mahasiswa

bisa mengalami finaciall stress karena berbagai faktor, tetapi faktor yang paling

utama adalah sosial ekonomi. Dari peneltian tersebut sebanyak 45% dari

responden memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi, disebabkan karena ada

kesenjangan antara uang saku yang diberikan orang tua dengan biaya, kuliah dan

biaya dalam menyusun skripsi. Sebagain besar mahasiswa banyak mengalami

kendala dalam mengatasi permasalahan ini, jika mahasiswa tidak mampu

mengatasi hal ini akan berakibat mahasiswa tersebut akan lulus dengan status

memiliki hutang akademik. Hal tersebut membuat mahasiswa khawatir akan

kemampuannya dalam melunasi biaya akademik selama dibangku perguruan

tinggi.

Hal ini sesuai dengan teori Goleman (2016) yang mengatakan bahwa

kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali

perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivasi diri kita sendiri serta dapat

mengelola emosi dengan baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kematangan

emosi sangat penting untuk diperhatikan khusunya bagi para mahasiswa karena

dengan kematangan emosi yang baik mahasiwa akan mampu mengontrol perilaku

yang menyimpang (Guswani, 2011). Menurut Goleman (2016) terdapat 5 dimensi


kecerdasan emosional yang akan membuat seseorang mencapai kesuksesan dalam

kehidupan sehari-hari yaitu mengenali emosi, mengelola emosi, motivasi diri,

empati, dan kemampuan dalam membina hubungan dengan orang lain. Mengenali

emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan

dari waktu ke waktu, dan mencermati perasaan yang muncul. Ketidak mampuan

untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada

dalam kekuasaan emosi (Goleman, 2016). Keterampilan mengelola emosi diri

sendiri pada intinya adalah tentang bereaksi dengan suatu cara yang kita hadapi

dalam hidup. Sehingga mahasiswa dapat menghadapi tekanan masalah dalam

perkuliahan dan dapat menyelesaikannya dengan baik. Memotivasi diri sendiri,

merupakan kemampuan menahan atau membibing diri terhadap kepuasan dam

mangendalikan dorongan hati sehingga terciptalah suatu keberhasilan dalam

berbagai bidang (Goleman, 2009). Orang-orang yang memiliki keterampilan ini

cenderng jauh lebih produktif dan efektif, sehingga mahasiswa yang memiliki

keterampilan memotivasi diri sendiri akan memiliki kemampuan dalam

menyelesaikan masalah dengan baik. Mengenali emosi orang lain atau empati

yaitu individu mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan saling

percaya, dan menyelaraskan diri dengan orang lain (Goleman, 2009).

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan empati adalah

tempramen dan kepribadian, termasuk didalamnya adalah pengaturan emosi yang

merupakan bagian kemampuan koping dan stres. Individu yang mampu mengatur

emosi dengan baik cenderung memiliki kemampuan emosi yang baik. Membina

hubungan merupakan bentuk lain dar kepemimpinan yaitu kemamuan


menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan

bersama, hal ini erat kaitannya dengan kemampuan dlam membangun kerjasama

dalam tim sehingga mahasiswa dapat saling memotivasi antar teman ketika

mengalami suatu masalah (Goleman, 2009).

Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan

memiliki sifat yang menyukai dirinya apa adanya, mengetahui betul kekuatan

dirinya, tidak meragukan kemampuannya, mempunyai kekuatan mendapatkan apa

yang diinginkan, bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan, tidak

khawatir dengan masa depan, tidak mudah marah tanpa alasan, mampu

melakukan sesuatu, dan berani tampil beda Septina Dwi Lestari (2018).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Septina Dwi Lestari (2018) hasil analisis perhitungan statistik variabel stres dalam

menyusun skripsi diketahui bahwa rerata empirik (RE) sebesar 97,29 dan rerata

hipotetik sebesar 107,5 yang berarti stres dalam menyusun skripsi termasuk dalam

kategori ringan. Berdasarkan kategori skala stres dalam menyusun skripsi

diketahui bahwa terdapat 1,25% (1 orang) yang memiliki stres dalam menyusun

skripsi sangat ringan, 27,50% (22 orang) yang memiliki stres dalam menyusun

skripsi ringan, 71,25% (57 orang) yang memiliki stres dalam menyusun skripsi

sedang, 0% (0 orang) yang memiliki stres dalam menyusun skripsi tinggi dan 0%

(0 orang) yang memiliki sangat tinggi, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan

ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel kecerdasan emosional

dengan stres dalam menyusun skripsi. Artinya semakin tinggi kecerdasan

emosional yang dimiliki oleh mahasiswa maka semakin rendah stres mahasiswa
menyusun skripsi. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional yang

dimiliki oleh mahasiswa maka semakin tinggi tingkat stres mahasiswa menyusun

skripsi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Sarafino (2018)

bahwa salah satu faktor yang dapat meminimalisir stres adalah kemampuan

mengelola emosi atau kecerdasan emosi.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

emosional merupakan serangkaian kemampuan pribadi, emosi, dan sosial yang

mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengtinggii tuntutan

dan tekanan lingkungan. Ini memberikan penjelasan bahwa kesuksesan seseorang

tidak hanya dipengaruhi oleh kecerdasan intelektual, kondisi sosial ekonomi,

minat dan kemauan secara spontan serta motivasi belajar mahasiswa, namun

secara juga di pengaruhi oleh kecerdasan emosional. Secara teoritis konseptual

emosi dimana seseorang mampu mengelola emosinya ketika yang bersangkutan

sedang mengalami ketengangan atau stres. Ketika ketegangan muncul kadang

orang tidak menyadari bahwa ada suatu energi yang hilang kerena terjebak dalam

suasana hati yang tidak menyenangkan hati dapat mengakibatkan kehilang

semangat dan keuletan. Perasaan waspada juga hilang secara otomatis

mempengaruhi kemampuan untuk memperhatikan apapun atau siapa pun secara

teliti dan sunguh-sunguh.


5.3 Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini memiliki keterbtinggian yang dapat mempengaruhi

hasil penelitian. Keterbtinggian yang dialami peneliti selama melakukan

penelitian ini yaitu :

1. Keterbatasan akses dikarenakan kondisi tidak normal dihadapkan

dengan pandemi Virus Corona.

2. Tidak terpantaunya responden oleh peneliti karena tidak dalam satu

tempat pada saat mengisi kuesioner.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa

yang sedang menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon

dapat disimpulkan bahwa :

1. Gamabaran kecerdasan emosional pada mahasiswa dalam menyusun

skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon, sebagian besar

adalah memiliki kecerdasan emosional tinggi (68,3%).

2. Gambaran tingkat stres mahasiswa dalam menyusun skripsi di Kampus 2

STIKKU Rs Ciremai Kota Cirebon, sebagian besar adalah memiliki

tingkat stres ringan (85,4%).

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara kecerdasan emosional dengan

stres mahasiswa dalam menyusun skripsi di Kampus 2 STIKKU Rs

Ciremai Kota Cirebon, (p-value 0,018).

6.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti dapat memberikan saran sebagi

berikut :

1. Bagi mahasiswa

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada mahasiswa yang

sedang menyusun skripsi disarankan untuk lebih terampil dalam mengelola dan
mengontrol emosi, lebih optimal dalam membina hubungan dengan orang lain dan

selalu mampu untuk memotivasi diri sendiri dalam menghadapi kendala tugas yang

diberikan baik yang sederhana maupun dengan tingkat yang sulit. Sehingga

mahasiswa dapat mengelolah tingkat stres dan mencapai kelulusan sesuai dengan

target.

2. Bagi Kampus 2 STIKKU Rs Ciremai

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pihak kampus

untuk sebagian acuan referensi, mengadakan seminar ataupun penyuluhan

mengenai teori pengelolah stres atau pengelolah kecerdasan emosional dan

program-program mengenai pengelolah stres khususnya pada mahasiswa tingkat

akhir.

3. Bagi program studi Ilmu Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada program studi Ilmu

Keperawatan untuk serta menambahkan literature perpustakaan mengenai teori

keperawatan jiwa yang membahas psikologis seperti kecerdasan emosional dan

stres hal ini untuk bahan bacaan mahasiswa khususnya bagi mahasiswa S1

Keperawatan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada penelitii

selanjutnya yang tertarik dan ingin mengambil tema yang sama untuk

melanjutkan ataupun mengembangkan penelitian ini, disarankan untuk melakukan

penelitian dengan metode yang berbeda seperti eksperimen, ataupun deskriptif

serta dapat mengungkapkan hal apa saja yang menyebabkan motivasi mahasiswa

dapat melemah atau tidak stabil saat mengerjakan skripsi.

Anda mungkin juga menyukai