Anda di halaman 1dari 18

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Yarsi Academic Journals

Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 40

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PEMAHAMAN KONSEP DASAR AKUNTANSI

Sovi Ismawati Rahayu


Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas YARSI
sovi.ismawati@yarsi.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan


emosional, perilaku belajar, latar belakang sekolah menengah, melalui stress kuliah
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep dasar akuntansi. Sampel dari
penelitian tersebut adalah mahasiswa Progam Studi Akuntansi Universitas YARSI
Jakarta Pusat. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling
berupa purposive sampling dan didapat sampel sejumlah 57 responden. Penelitian ini
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dengan menyebarkan kuesioner
untuk memperoleh data kecerdasan emosional, perilaku belajar, latar belakang sekolah
dan stress kuliah. Data sekunder yaitu nilai mata kuliah pengantar akuntansi dan skor
tes IQ. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode
analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, perilaku belajar, latar belakang sekolah menengah, melalui stress kuliah
berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep dasar akuntansi.

Kata kunci : Kecerdasan intelektual, Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, Latar


Belakang Sekolah, Stress Kuliah, Pemahaman Konsep Dasar Akuntansi

ABSTRACT
This study aims to examine the effect of intellectual intelligence, emotional intelligence,
learning behavior, high school background, through college stress on the level of
understanding of the basic concepts of accounting. The sample of the study was the
students of the Accounting Study Program at YARSI University, Central Jakarta. The
method of sampling uses nonprobability sampling in the form of purposive sampling
and obtains a sample of 57 respondents. This research uses primary and secondary
data. Primary data were obtained by distributing questionnaires to obtain data on
emotional intelligence, learning behavior, school background, and college stress.
Secondary data are introductory accounting grades and IQ test scores. The analytical
method used is multiple linear regression with the path analysis method. The results
showed that intellectual intelligence, emotional intelligence, learning behavior, middle
school background, through college stress affect the level of understanding of the basic
concepts of accounting.

Keywords : Intellectual Intelligence, Emotional Intelligence, Learning Behavior, School


Background, Lecture Stress, Understanding of Basic Accounting Concepts
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 41

Pendahuluan
Setiap perguruan tinggi, pada semester awal mewajibkan mahasiswa jurusan
akuntansi untuk mengikuti perkuliahan Pengantar Akuntansi. Dengan mata kuliah ini
diharapkan mahasiswa dapat memahami konsepdasar akuntansi secara baik. Menurut
Munawir (2004), ada tiga mteri pokok tentang konsep dasar akuntansi yang harus
dikuasai oleh mahasiswa dalam kuliah Pengantar Akuntansi, yaitu pemahaman tentang
aktiva, modal dan kewajiban. Dari ketiga materi tersebut, mahasiswa diharapkan dapat
mengikuti perkuliahan dengan baik dan benar karena dengan penguasaan yang baik
terhadap aktiva, kawajiban dan modal, akan mempermudah mahasiswa untuk
memahami semua masalah-masalah yang akan ditemui dalam akuntansi.
Namun demikian, karena perbedaan latar belakang pendidikan menengah dari
mahasiswa jurusan akuntansi akan menyebabkan tingkat pemahaman terhadap konsep
dasar akuntansi yang berbeda pula. Hendaknya, pengetahuan akuntansi mahasiswa yang
berasal dari SMK/SMA jurusan akuntansi/IPS sudah pasti lebih besar apabila
dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal selain dari SMK/SMA jurusan
akuntansi/IPS, sehingga bedampak pada tingkat pemahaman konsep dasar akuntansi.
Penelitian Muhammad Sar`i (2010) menunjukkan bahwa, mahasiswa yang berasal dari
Madrasah Aliyah Umum lebih memahami konsep dasar akuntansi dibandingkan
mahasiswa yang bersal dari mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan Akuntansi dan
mahasiswa yang berasal dari SMA jurusan IPS.
Tingkat pemahaman terhadap akuntansi juga dipengaruhi oleh intellectual
quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ) seseorang. Goleman (2000) berpendapat
keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Intelegent Quaotient (IQ) atau kecerdasan intelektual merupakan kemampuan
untuk mengarahkan pikiran dan tindakan (Azwar, 2004), bertindak dengan tujuan
tertentu, berpikir rasional, menghadapi lingkungan dengan efektif serta dalam
mengorganisasikan pola-pola tingkah laku seseorang sehingga dapat bertindak lebih
efektif dan lebih tepat. Kecerdasan intelektual (IQ) masih didewakan sebagai satu-
satunya ukuran kecerdasan. Kemampuan anak hanya diukur dari nilai akademis. Banyak
orang beranggapan siapa saja yang berIQ tinggi, kelak hidupnya bakal sukses
dibandingkan dengan orang yang IQnya rata-rata padahal berdasarkan beberapa
penelitian yang menyatakan bahwa kecerdasan kognitif atau intelektual hanya
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 42

memberikan sumbangan sekitar 20-40% dari keberhasilan pendidikan. Anak-anak yang


mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar,
kesulitan bergaul, dan tidak dapat mengontrol emosinya. Penelitian Tikollah (2006)
menyatakan, IQ berpengaruh signifikan dan dominan terhadap sikap etis mahasiswa.
Menurut Goleman (2000) kecerdasan emosional merupakan kemampuan
merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai
sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan
emosional memiliki peran lebih dari 80% dalam mencapai kesuksesan hidup, baik
dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan professional. Dengan kemampuan
ini maka mahasiswa akan mampu untuk mengenal siapa dirinya, mengendalikan
dirinya, memotivasi dirinya, berempati terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki
ketrampilan sosial yang akan meningkatkan kualitas pemahaman mereka tentang
akuntansi karena adanya proses belajar yang didasari oleh kesadaran mahasiswa itu
sendiri.
Sistem pembelajaran mahasiswa akuntansi pada pendidikan tinggi akan sangat
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional mahasiswa itu sendiri. Kecerdasan emosional
ini mampu melatih kemmpuan mahasiswa tersebut, yaitu kemempuan untuk mengelola
perasaannya, kemmpuan untuk memotivasi dirinya, kesanggupan untuk tegar dalam
menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasaan
sesaat, mengatur suasana hati yang reaktif, serta mampu berempati dan bekerja sama
dengan orang lain. Kemampuan-kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adaah
penelitian Suryaningrum (2003) yang meneliti mengenai pengaruh kecerdasan
emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi yang memberikan hasil bahwa
kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman
akuntansi. Penelitian Melandy (2007) menyatakan bahwa kecerdasan emosional tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
Selain faktor IQ dan EQ, perilaku belajar mahasiswa yang terdiri dari kebiasaan
mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan, dan
kebiasaan menghadai ujianpun sangat penting peranannya dalam mendukung tingkat
pemahaman akuntansi. Karena perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang
dilakukan oleh individu secara berulang ulang sehingga menjadi ptomatis atau
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 43

berlangsung secara spontan. Perilaku belajar ini tidak dirasakan sebagai beban,
melainkan sebagai kebutuhan. Hal ini tercipta karena secara terus menerus dilakukan
dengan bimbingan dan pengawasan serta keteladanan dalam semua aspek dan kreatifitas
pendidikan. Jadi jika prestasi akademik mahasiswa baik, maka dikatakan bahwa
mahasiswa tersebut telah memperoleh hasil yang baik dari serangkaian proses belajar
yang ditempuhnya. Menurut penelitian Hariyoga (2011), dinyatakan bahwa, kecerdasan
emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,
ada pengaruh positif secara signifikan antara perilku beljar terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
Peneliti juga menganggap, penelitian terhadap stress kuliah sangat penting,
karena siapapun dapat mengalami stress, tak terkecuali mahasiswa dalam proses belajar
di perguruan tinggi, apalagi yang terjadi pada mahasiswa kuntansi dalam memahami
konsep dasar akuntansi. Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan
kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna
belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar
di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan sangat menentukan sikap dan pandangan
belajar diperguruan tinggi. Penelitian Marita (2008) tentang stress kuliah, menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa jurusn akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stress kuliah.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar
belakang sekolah menengah, berpengaruh terhadap stres kuliah?
b. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar
belakang sekolah menengah, berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep
dasar akuntansi?
c. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, latar
belakang sekolah menengah, melalui stress kuliah berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman konsep dasar akuntansi?
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 44

Pemahaman Konsep Dasar Akuntansi


Menurut kamus besar Bahasa Indonesia paham memiliki arti pandai atau
mengerti benar, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan. Sehingga seorang yang memiliki pemahaman konsep dasar akuntansi
adalah orang yang pandai dan mengerti benar konsep dasar akuntansi setelah melalui
proses belajar. Ernest Hilgard membagi pemahaman menjadi enam yaitu: (1)
Pemahaman yang dipengaruhi kemampuan dasar; (2) Pemahaman yang dipengaruhi
pengalaman belajar yang lalu; (3) Pemahaman tergantung pada situasi tertentu; (4)
pemahaman didahului oleh usaha coba-coba; (5) Belajar dengan pemahaman dapat
diulang; (6) pemahaman dapat diaplikasikan bagi pemahaman situasi lain
(Widaningrum,2010).
Konsep dasar akuntansi menurut (Munawir, 2004) terdiri dari tiga bagian utama
yaitu aktiva, hutang dan modal. Tiga bagian tersebut merupakan konsep dasar dari
persamaan akuntansi. Sumber daya yang dimiliki perusahaan disebut asset atau aktiva.
Hak atau klaim atas asset biasanya dibagi berdasarkan dua jenis pemilik, yaitu hak
kreditor dan hak pemilik. Hak kreditor mencerminkan utang perusahaan atau disebut
kewajiban. Hak pemilik disebut ekuitas pemilik atau modal. Hubungan antara keduanya
dapat membentuk persamaan seabagai berikut: Aset = Kewajiban + Ekuitas Pemilik.
Aktivitas atau kondisi ekonomi yang secara langsung mengubah kondisi keuangan
entitas atau secara langsung mempengaruhi hasil operasionalnya disebut transaksi
bisnis. Semua transaksi bisnis dapat dinyatakan sebagai perubahan elemen dalam
persamaan akuntansi.

Kecerdasan Intelektual
Terdapat tiga tipe kecerdasan yaitu intellectual quotient, emotional quotient dan
spiritual quotient. Umumnya kecerdasan seseorang hanya dinilai berdasarkan
kecerdasan akal saja. Kecerdasan akal ini sebagian besar hanya meliputi keterampilan
membaca, berhitung dan menulis, yang dapat diasah melalui pendidikan formal
(sekolah) dan nonformal (lembaga pendidikan) yang akan mengarahkannya pada
keberhasilan akademik saja. Namun sebenarnya tolok ukur keberhasilan hidup bukan
hanya dari keberhasilan akademik saja.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 45

IQ merupakan interpretasi hasil tes inteligensi (kecerdasan) ke dalam angka


yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat inteligensi seseorang
(Azwar, 2004). Alfred Binet dan Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai
suatu kemampuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: a) Kemampuan untuk
mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan, b) Kemampuan untuk mengubah arah
tindakan bila tindakan tersebut telah dilakukan, dan c) Kemampuan untuk mengeritik
diri sendiri (Azwar,2004). Sejalan dengan hal itu, David Wechsler mendefinisikan
inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan
tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungannya dengan efektif
(Azwar,2004). Raymond Bernard Cattell. mengklasifikasikan kemampuan tersebut
menjadi dua macam, yaitu: a) Inteligensi fluid, yang merupakan faktor bawaan biologis,
dan b) Inteligensi crystallized, yang merefleksikan adanya pengaruh pengalaman,
pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang (Azwar,2004).
Dari berbagai definisi inteligensi yang dikemukakan oleh para ahli, Freeman
mengklasifikasikan definisi tersebut ke dalam tiga kelompok, yaitu: a) Kelompok yang
menekankan pada kemampuan adaptasi, b) Kelompok yang menekankan pada
kemampuan belajar, dan c) Kelompok yang menekankan pada kemampuan abstraksi
(Fudyartanta,2004). Kelompok yang menekankan pada kemampuan adaptasi
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk mengorganisasi pola-pola tingkah
laku seseorang sehingga dapat bertindak lebih efektif dan lebih tepat dalam situasi-
situasi baru yang berubah-ubah. Kelompok yang menekankan pada kemampuan belajar
mengartikan bahwa semakin inteligen (cerdas) seseorang maka semakin besar ia dapat
dididik, semakin luas dan semakin besar kemampuannya untuk belajar. Kelompok yang
menekankan pada kemampuan abstraksi menekankan inteligensi pada pemakaian
konsep-konsep dan simbol-simbol secara efektif dalam menghadapi situasi-situasi
terutama dalam memecahkan masalah-masalah. Dari ketiga macam klasifikasi di atas,
inteligensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk berperilaku atau
bertindak secara tepat dan efektif (Fudyartanta,2004).

Kecerdasan Emosional
Suatu pandangan baru yang berkembang belakangan ini mengatakan bahwa
diperlukan seperangkat kecakapan lain diluar intellectual quotient (IQ) seperti bakat,
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 46

hubungan sosial, kematangan emosional, pengendalian diri dan lain lain yang biasa
disebut dengan emotional quotient (EQ). Sementara spiritual quotient (SQ) lebih
berhubungan secara vertical yaitu hubungan manusia dengan penciptanya.
EQ adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain,
serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Sejalan
dengan hal tersebut, Goleman (2005) mendefinisikan EQ adalah kemampuan mengenali
perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Goleman (2005) mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi EQ ke dalam
lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut
dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: a) Kecakapan pribadi; yang meliputi
kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta b) Kecakapan sosial; yang meliputi
empati dan keterampilan sosial.

Perilaku Belajar
Suwardjono (1991) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan
suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang. Semangat, cara
belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan
adanya tujuan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan
ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri.
Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Kalau proses
belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi logis dari proses tersebut.
Konsep atau pengertian belajar sangat beragam dan tergantung dari sisi pandang
setiap orang yang mengamatinya. Belajar merupakan salah satu konsep menarik dalam
teori-teori psikologi dan pendidikan, sehingga para ahli memberi bermacam-macam
pengertian mengenai belajar. Belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang
dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu (Suwarjono,
1991).
Surachmad dalam Hanifah dan Syukriy (2001) mengemukakan lima hal yang
berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu: Kebiasaan mengikuti pelajaran,
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 47

Kebiasaan memantapkan pelajaran, Kebiasaan membaca buku, Kebiasaan menyiapkan


karya tulis, Kebiasaan menghadapi ujian
Gagne (1988) dalam Usman (2000) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat
dihubungan dengan terjadinya suatu perubahan, kecakapan atau kepandaian seseorang
dalam proses pertumbuhan tahap demi tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima
kemampuan yakni keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal,
keterampilan motorik, dan sikap. Dalam hal ini terdapat tiga dimensi belejar yaitu
dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi psikomotorik (Benyamin S. Bloom, 1956)
dalam Usman (2000). Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
berfikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Selanjutnya dimensi ini dibagi menjadi
pengetahuan komperhensif, aplikatif, sintetis, analisis dan pengetahuan evaluatif.
Dimensi afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat,
apresiasi. Dimensi psikomotorik yaitu kemampuan yang berhubungan dengan motorik.
Atas dasar itu hakikatnya hasil belajar adalah memperoleh kemampuan kognitif.

Latar Belakang Sekolah Menengah


Mahasiswa program studi akuntansi berasal dari latar belakang pendidikan
menengah yang berbeda. Dari perbedaan latar belakang tersebut pemahaman terhadap
ilmu akuntansi mahasiswa tentu pula berbeda. Mahasiswa yang berasal dari SMK
jurusan akuntansi (SMEA Akuntansi), SMA jurusan IPS, SMA jurusan IPA dan
Madrasah Aliyah Umum. Dengan demikian hendaknya pengetahuan akuntansi
mahasiswa yang berasal dari SMK Jurusan Akuntansi dan SMA jurusan IPS sudah pasti
lebih besar apabila dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari SMA jurusan
IPA dan Madrasah Aliyah.

Stres Kuliah
Pengertian umum mengenai konsep stres banyak digunakan untuk menjelaskan
tentang sikap atau tindakan individu yang dilakukanya apabila ia menghadapi suatu
tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi
tantangan itu. Terjadinya proses stres didahului oleh adanya sumber stres (stresor)
yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya.
Istilah stres atau ketegangan memiliki konotasi yang beragam. Bagi sementara orang,
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 48

stres dapat menggambarkan keadaan psikhis yang telah mengalami berbagai tekanan
yang melampaui batas ketahanannya. Sementara orang lain mengatakan stres bersifat
subyektif hanya berhubungan dengan kondsi-kondisi psikologis dan emosi seseorang.
Adapula yang menganggap stres dan ketegangan merupakan faktor sebab akibat.
Namun banyak orang cenderung mengangap stres serbagai tanggapan patologos
(proses penyimpangan kondisi biologis yang sehat) terhadap tekanan-tekanan psikologis
dan sosial yang berhubungan pekerjaan dan lingkungannya. Ivianchevic dan Martinson
mendifinisikan stres secara sederhana sebagai interaksi individu dengan angkatan.
Kemudian difinisi tersebut dirinci lebih jauh sebagai respon yang adaptif ditengahi oleh
perbedaan individual dan proses psikologis yang merupakan konsekuensi dari tindakan
dan sistem internal atau kejadian yang meminta kondisi psikologis dan fisik seseorang
secara berlebihan. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan atau kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan (Handoko, 2000).
Dilihat dari sudut pandang orang yang mengalami stres seseorang akan
memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan
orang terhadap sumber stres dapat berpengaruh pada segi psikologi dan fisiologis.
Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan. Seseorang yamg
mengalami stres secara psikologis menderita tekanan dan ketegangan yang membuat
pola pikir seseorang menjadi kacau. Dalam proses itu, hal yang dapat menyebabkan
stres dan pengalaman orang yang mengalami stres akan saling berkaitan. Proses itu
merupakan pengaruh timbal balik dan menciptakan usaha atau penyesuaian atau
tepatnya penyeimbangan, yang terus menerus antara orang yang mengalami stres dan
keadaan yang penuh stres.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 49

Model Penelitian

X1=KECERDASAN
INTELEKTUAL

X2=KECERDASAN EMOSIONL

X5=STRES Y=PEMAHAMAN
KULIAH KONSEP DASAR
X3=PERILAKU BELAJAR AKUNTANSI

X4=LATAR BELAKANG
SEKOLAH MENENGAH

Hipotesis Penelitian
H1: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang
sekolah menengah, berpengaruh terhadap stres kuliah.
H2: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang
sekolah menengah berpengaruh terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi
H3: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang
sekolah menengah melalui stress kuliah berpengaruh terhadap pemahaman konsep
dasar akuntansi

Populasi dan Sampel


Populasi yang ditetapkan adalah mahasiswa Program Studi Akuntansi S1
semester 3 yang aktif dan telah menempuh mata kuliah pengantar akuntansi 1 dan
pengantar akuntansi 2. Populasi dalam penelitian tersebut diatas, karena mahasiswa
tersebut diasumsikan telah mendapatkan pelajaran tentang konsep dasar akuntansi.
Sampel dari penelitian tersebut adalah mahasiswa Progam Studi Akuntansi Universitas
YARSI Jakarta Pusat. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan non probability
sampling berupa purposive sampling.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 50

Metode Pengumpulan Data


Data dikumpulkan melalui survey dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden dan diberikan secara langsung kepada responden yang bersangkutan.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan mendatangi calon responden, mengecek
apakah calon memenuhi persyaratan sebagai calon responden, lalu menanyakan
kesediannya mengisi kuesioner. Penyebaran ini dilakukan oleh peneliti dan rekan
peneliti serta mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Pemahaman Konsep Dasar Akuntansi (Y)
Penguasaan ketrampilan dan pemahaman yang dikembangkan dari konsep dasar
akuntansi, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh dosen.
Variabel ini ditentukan berdasarkan nilai mata kuliah Pengantar Akuntansi I dan
Pengantar Akuntansi II, dengan maksud mengkhususkan pada mata kuliah yang berisi
konsep dasar akuntansi.
Kecerdasan Intelektual (X1)
Kecerdasan intelektual adalah tingkat intelegensi yang dimiliki oleh mahasiswa
akuntansi dengan penekanan pada kemampuan kognitif. Variabel ini akan diukur
menggunakan Skor Tes IQ. Tes ini juga sering dihubungkan dengan kecerdasan
seseorang.
Kecerdasan Emosional (X2)
Kecerdasan Emosional terdiri dari lima bagian, menggunakan kuesioner yang diadopsi
dari Marita (2008), yaitu:
1) Pengenalan Diri, yakni mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu mengambil keputusan diri sendiri, memiliki tolak
ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Pengenalan
diri diukur dalam 10 item pernyataan.
2) Pengendalian Diri, yakni menguasai diri sendiri sedemikian rupa sehingga
berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, dan sanggup
menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran, dan mampu pilh kembali dari
tekanan emosi. Pengendalian diri diukur dalam 10 item pernyataan.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 51

3) Motivasi Diri, yakni menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi.
Motivasi diri diukur dalam 10 item pernyataan.
4) Empati, yakni merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan saling percaya, dan menyelaraskan ide dengan
berbagai macam orang. Empati diukur dalam 10 item pernyataan.
5) Kemampuan Sosial, yakni menguasai dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi
dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah, dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk
bekerja sama dan bekerja dalam tim. Kemampuan sosial diukur dalam 10 item
pernyataan.

Perilaku Belajar (X3)


Perilaku belajar terdiri dari empat bagian, menggunakan kuesioner yang diadopsi dari
Marita (2008), yaitu:
1) Kebiasaan Mengikuti Pelajaran, yaitu seberapa besar perhatian dan keaktifan
seorang mahasiswa dalam belajar, yang diukur dalam 5 item pernyataan.
2) Kebiasaan Membaca Buku, yaitu berapa lama seorang mahasiswa membaca setiap
hari dan jenis bacaan yang dibaca, yang diukur dalam 5 item pernyataan.
3) Kunjungan ke Perpustakaan, yaitu seberapa sering mahasiswa ke perpustakaan
setiap minggu, yang diukur dalam 5 item pernyataan.
4) Kebiasaan Menghadapi Ujian, yaitu bagaimana persiapan belajar seorang
mahasiswa sebelum ujian tiba, yang diukur dalam 5 item pernyataan.
Latar Belakang Sekolah Menengah (X4)
Latar belakang pendidikan menengah yang berbeda, akan menyebabkan perbedaan
tingkat pemahaman mahasiswa terhadap konsep dasar akuntansi. Hendaknya,
mahasiswa yang berasal dari SMA/SMK jurusan IPS/Akuntansi mempunyai
pengetahuan akuntansi yang lebih besar dibandingkan dengan mahasiswa yang bukan
berasal dari SMA/SMK jurusan IPS/Akuntansi. Dalam penelitian ini, mahasiswa akan
di dikelompokkan menjadi dua, yaitu: mahasiswa yang berasal dari SMA/SMK jurusan
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 52

IPS/Akuntansi dan mahasiswa yang berasal dari selain SMA/SMK jurusan


IPS/Akuntansi.
Stres Kuliah (X5)
Stres kuliah adalah suatu keadaan yang membuat mahasiswa merasa tertekan dalam
kuliahnya sehingga konsentrasi belajar terganggu, penyebabnya adalah adanya
kesalahan perilaku belajar atau keadaan lain misalnya lingkungan. Stres kuliah diukur
dalam 5 item pernyataan, menggunakan kuesioner yang diadopsi dari Marita (2008)

Analisis Data
Untuk menguji pengaruh variabel intervening, digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda. Uji
hipotesis model penelitian menggunakan rumus dua persamaan sebagai berikut:
Persamaan I : X5 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Persamaan II : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Persamaan III : Y = a + b1X5 + e

Hasil Penelitian
Gambaran Umum Responden
Berdasarkan pengambilan data melalui penyebaran kuesioner pada mahasiswa
semester 3 (tiga) di Program Studi Akuntansi Universitas YARSI, pada bulan januari
2014, kuesioner tersebarkan sebanyak 90 ekslembar kuesioner. Sedangkan kuesioner
yang kembali terkumpul sebanyak 75 ekslembar kuesioner dan ada 18 ekslembar
kuesioner yang tidak bisa diolah karena tidak diisi dengan lengkap dan tidak dapat
digunakan sebagai data. Akhirnya ada 57 ekslembar kuesioner dari 57 responden yang
siap diolah.
Dari 57 kuesioner yang dapat diolah, didapat gambaran umum responden
sebagai berikut: Responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang dan
responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 51 orang. Berdasarkan latar
belakang sekolah menengah, terdapat 36 orang yang berasal dari jurusan IPS dan 21
orang yang berasal dari jurusan Non IPS.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 53

Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif dari variable penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IQ 57 60 106 81.30 10.121

Nilai 57 56 100 83.60 11.623

stresrt 57 2.00 4.20 3.2702 .49784

ke 57 2.96 4.00 3.4032 .26613

PB 57 2.70 4.65 3.3289 .35430

Valid N (listwise) 57

Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini tidak dilakukan Uji Reliabilitas dan
Validitas lagi, karena kuesioner tersebut sudah pernah diuji realibitias dan validitasnya
pada penelitian terdahulu oleh Marita (2008).

Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) yang dilakukan dengan analisis regresi
linear berganda menunjukkan nilai Sig regresi lebih besar dari 0.05 (0.086 > 0.05), nilai
Sig IQ/kecerdasan intelektual lebih besar dari 0.05 (0.243 > 0.05), nilai Sig
ke/kecerdasan emosional lebih besar dari 005 (0.505 >0.05), nilai sig PB/perilaku
belajar lebih besar dari 0.05 (0.058 > 0.05), nilai sig latarbelakang/latar belakang
sekolah menengah lebih besar dari 0.05 (0.089 > 0.05). Serta nilai coefficient beta IQ,
ke, PB, dan latarbelakang, masing masing -0,161; 0,092; 0,257; dan -0,232 (lampiran 2).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah, begitu juga secara parsial, tidak
berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah.
Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) yang dilakukan dengan analisis regresi
linear berganda menunjukkan nilai Sig regresi lebih kecil dari 0.05 (0.049 < 0.05), nilai
Sig IQ/kecerdasan intelektual lebih besar dari 0.05 (0.063 > 0.05), nilai Sig
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 54

ke/kecerdasan emosional lebih besar dari 005 (0.793 >0.05), nilai sig PB/perilaku
belajar lebih besar dari 0.05 (0.924 > 0.05), nilai sig latarbelakang/latar belakang
sekolah menengah lebih besar dari 0.05 (0.306 > 0.05). Serta nilai coefficient beta IQ,
ke, PB, dan latarbelakang, masing masing 0,266; -0,037; 0,013; dan 0,143 (lampiran 3).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi, namun secara
parsial, tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi.
Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) yang dilakukan dengan analisis regresi
linear menunjukkan nilai Sig stress kuliah lebih kecil dari 0.05 (0.006 < 0.05). Serta
nilai coefficient beta stres kuliah adalah – 0.357 (lampiran 4). Kemudian, untuk
mendapatkan besarnya pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku
belajar dan latar belakang terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi, melalui stress
kuliah, maka harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya (nilai
coefficient beta stres kuliah:–0.357) yaitu: nilai coefficient beta IQ, ke, PB, dan
latarbelakang, masing masing (0,266 x0.357 = 0.057) ; (0,037x0.357=0.033);
(0,013x0.357=0.092); dan (0,143x0.357=0.083). Sehingga, dihasilkan total pengaruh
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang
terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi, melalui stress kuliah sebesar 0.265 (0.057
+ 0.033 + 0.092 + 0.083).

Pembahasan
Hasil penelitian ini menolak hipotesis pertama (H1) yakni, kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah, begitu juga secara parsial,
tidak berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah. Sehingga hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Marita (2008) yang menyatakan bahwa kecerdasan
emosional dan perilaku belajar berpengaruh negatif terhadap stres kuliah.
Hipotesis kedua (H2) dari penelitian ini diterima, yakni kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Suryaningrum (2003), yang
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 55

menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman


kuntansi. Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Muhammad Sar`I dkk (2010) yang menyatakan bahwa mahasiswa jurusan akuntansi
yang berasal dari Madrasah Aliyah lebih memahami konsep dasar akuntansi
dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan akuntansi. Dengan
demikian tidak ada jaminan bahwa mahasiswa yang mempunyai latar belakang sekolah
menengah dari jurusan IPS mempunyai pemahaman terhadap konsep dasar akuntansi
yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal dari jurusan Non IPS.
Sedangkan hipotesis ketiga (H3) dari penelitian ini diterima, yakni kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah melalui
stress kuliah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar
akuntansi. Dari keempat vriabel tersebut, kecerdasan ntelektual memberikan pengaruh
yang paling besar terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi dibandingkan dengan
variable kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah menengah.

Kesimpulan, Keterbatasan dan Rekomendasi


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumya didapatkan kesimpulan
bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang
sekolah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar
akuntansi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan
Suryaningrum (2003), dan Muhammad Sar`I dkk (2010). Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan
latar belakang sekolah melalui stres kuliah secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi.
Sampel dari penelitian ini hanya terbatas pada Program Studi Akuntansi di
Universitas YARSI, dengan jumlah responden yang sangat terbatas. Untuk penelitian
selanjutnya agar memperluas sampel penelitiannya di beberapa universitas baik
universitas negeri maupun swasta, sehingga diperoleh variasi dan jumlah responden
yang lebih banyak, dengan harapan hasilpenelitian menjadi lebih baik.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 56

DAFTAR PUSTAKA

Anekawati, Anis, 2012, Penggunaan Analisis SEM Second Order Dalam


Mengidentifikasi Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Intelektual Terhadap
Prestasi Belajar, Jurnal Statistika Volume 4 Desember 2012.
Azwar, S. 2004. Pengantar Psikologi Inteligensi. Cetakan Keempat. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Damayanti, Titien, 2010, Pengaruh Pendidikan Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan
Emosional dengan On The Job training sebagai Variabel Moderating, SNA XIII,
Purwokerto.
Fudyartanta, K. 2004. Tes Bakat dan Perskalaan Kecerdasan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Ghozali, Imam (2005). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Goleman, D. 2005. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Cetakan
Keenam. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Diterjemahkan oleh Alex Tri
Kuntjahyo Widodo dari Working with Emotional Intelligence, 1999.
Goleman, Daniel (2000). Working With Emotional Intelligence. (Terjemahan Alex Tri
Kantjono W). Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Handoko, T. Hani (2000), Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi 2,
BPFE, Yogyakarta.
Hanifah, Syukriy Abdullah (2001), Pengaruh Perilaku Belajar Terhadap Prestasi
Akademik Mahasiswa Akuntansi, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,
Volume 1, No. 3, 63-86.
Hariyoga, Septian, dkk, 2011, Pengaruh Kecerdasan Emosional, Perilaku Belajar, dan
Budaya terhadap tingkat Pemahaman Akuntansi Dengan kepercayaan Diri
sebagai Variabel Pemoderasi, SNA XIV, Aceh.
Indah Trisniwati dkk,. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Pemahaman Akutansi. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar,Bali.
Kerlinger, Fred. N. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta
Marita dkk,.2008. Kajian Empiris atas Perilaku Belajar dan Kecerdasaan Emosional
dalam mempengaruhi Stres Kuliah Mahasiswa Akuntansi. Paper SNA XI.
Pontianak.
Melandy, Rissyo, dkk, 2007, Sinkronisasi Komponen Kecerdasan Emosional dan
Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi Dalam Sistem Pendidikan
Tinggi Akuntansi, SNA X, Makassar.
Muhammad Sar`i, dkk, 2010, Analisis Tingkat Pemahaman Mahasiswa Akuntansi
Terhadap Konsep dasar Akuntansi, SNA XIII, Purwokwerto.
Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit liberty, Yogyakarta.
Santoso, S. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Sekaran, U. 2003. Research Methods for Business: A Skill Building Approach. Fourth
Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Suryaningrum, Sri, Sucahyo Heriningsih, Afifah Afuwah. 2004. Pengaruh Pendidikan
Tinggi Akuntansi Terhadap Kecerdasan Emosional. Simposium Nasional
akuntansi VII ,Denpasar..
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 57

Suwardjono (1991), Perilaku Belajar di Perguruan Tinggi, Jurnal Akuntansi, edisi


Maret, Yogyakarta: STIE YKPN.
Tikollah dkk,. 2006. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan
Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi . Simposium
Nasional Akuntansi IX. Padang.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pystaka, Departemen Pendidikan Nasional, Cetakan Ketiga, Jakarta.
Trisnawati, Eka Indah dan Sri Suryaningrum. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosional
terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. SNA VI. Surabaya.
Widanimgrum, Nieke H, dkk, 2010, Pengaruh Ketersediaan sarana Pendidikan dan
Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman IFRS dengan Minat
sebagai Variabel Moderating di Fakultas Ekonomi UNSOED, SNA XIII,
Purwokerto.
Yulianti (2002), Kecerdasan Emosional dan Stres Kerja, Tesis. Pascasarjana. MM
UGM.

Anda mungkin juga menyukai