uk
Provided by Yarsi Academic Journals
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 40
ABSTRAK
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of intellectual intelligence, emotional intelligence,
learning behavior, high school background, through college stress on the level of
understanding of the basic concepts of accounting. The sample of the study was the
students of the Accounting Study Program at YARSI University, Central Jakarta. The
method of sampling uses nonprobability sampling in the form of purposive sampling
and obtains a sample of 57 respondents. This research uses primary and secondary
data. Primary data were obtained by distributing questionnaires to obtain data on
emotional intelligence, learning behavior, school background, and college stress.
Secondary data are introductory accounting grades and IQ test scores. The analytical
method used is multiple linear regression with the path analysis method. The results
showed that intellectual intelligence, emotional intelligence, learning behavior, middle
school background, through college stress affect the level of understanding of the basic
concepts of accounting.
Pendahuluan
Setiap perguruan tinggi, pada semester awal mewajibkan mahasiswa jurusan
akuntansi untuk mengikuti perkuliahan Pengantar Akuntansi. Dengan mata kuliah ini
diharapkan mahasiswa dapat memahami konsepdasar akuntansi secara baik. Menurut
Munawir (2004), ada tiga mteri pokok tentang konsep dasar akuntansi yang harus
dikuasai oleh mahasiswa dalam kuliah Pengantar Akuntansi, yaitu pemahaman tentang
aktiva, modal dan kewajiban. Dari ketiga materi tersebut, mahasiswa diharapkan dapat
mengikuti perkuliahan dengan baik dan benar karena dengan penguasaan yang baik
terhadap aktiva, kawajiban dan modal, akan mempermudah mahasiswa untuk
memahami semua masalah-masalah yang akan ditemui dalam akuntansi.
Namun demikian, karena perbedaan latar belakang pendidikan menengah dari
mahasiswa jurusan akuntansi akan menyebabkan tingkat pemahaman terhadap konsep
dasar akuntansi yang berbeda pula. Hendaknya, pengetahuan akuntansi mahasiswa yang
berasal dari SMK/SMA jurusan akuntansi/IPS sudah pasti lebih besar apabila
dibandingkan dengan mahasiswa yang berasal selain dari SMK/SMA jurusan
akuntansi/IPS, sehingga bedampak pada tingkat pemahaman konsep dasar akuntansi.
Penelitian Muhammad Sar`i (2010) menunjukkan bahwa, mahasiswa yang berasal dari
Madrasah Aliyah Umum lebih memahami konsep dasar akuntansi dibandingkan
mahasiswa yang bersal dari mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan Akuntansi dan
mahasiswa yang berasal dari SMA jurusan IPS.
Tingkat pemahaman terhadap akuntansi juga dipengaruhi oleh intellectual
quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ) seseorang. Goleman (2000) berpendapat
keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di
sekolah. Intelegent Quaotient (IQ) atau kecerdasan intelektual merupakan kemampuan
untuk mengarahkan pikiran dan tindakan (Azwar, 2004), bertindak dengan tujuan
tertentu, berpikir rasional, menghadapi lingkungan dengan efektif serta dalam
mengorganisasikan pola-pola tingkah laku seseorang sehingga dapat bertindak lebih
efektif dan lebih tepat. Kecerdasan intelektual (IQ) masih didewakan sebagai satu-
satunya ukuran kecerdasan. Kemampuan anak hanya diukur dari nilai akademis. Banyak
orang beranggapan siapa saja yang berIQ tinggi, kelak hidupnya bakal sukses
dibandingkan dengan orang yang IQnya rata-rata padahal berdasarkan beberapa
penelitian yang menyatakan bahwa kecerdasan kognitif atau intelektual hanya
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 42
berlangsung secara spontan. Perilaku belajar ini tidak dirasakan sebagai beban,
melainkan sebagai kebutuhan. Hal ini tercipta karena secara terus menerus dilakukan
dengan bimbingan dan pengawasan serta keteladanan dalam semua aspek dan kreatifitas
pendidikan. Jadi jika prestasi akademik mahasiswa baik, maka dikatakan bahwa
mahasiswa tersebut telah memperoleh hasil yang baik dari serangkaian proses belajar
yang ditempuhnya. Menurut penelitian Hariyoga (2011), dinyatakan bahwa, kecerdasan
emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi,
ada pengaruh positif secara signifikan antara perilku beljar terhadap tingkat pemahaman
akuntansi.
Peneliti juga menganggap, penelitian terhadap stress kuliah sangat penting,
karena siapapun dapat mengalami stress, tak terkecuali mahasiswa dalam proses belajar
di perguruan tinggi, apalagi yang terjadi pada mahasiswa kuntansi dalam memahami
konsep dasar akuntansi. Mahasiswa terkadang merasa bosan dan tertekan dengan
kuliahnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa mengenai makna
belajar di perguruan tinggi yang akan sangat menentukan sikap dan pandangan belajar
di perguruan tinggi yang pada akhirnya akan sangat menentukan sikap dan pandangan
belajar diperguruan tinggi. Penelitian Marita (2008) tentang stress kuliah, menunjukkan
bahwa kecerdasan emosional dan perilaku belajar mahasiswa jurusn akuntansi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap stress kuliah.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:
a. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar
belakang sekolah menengah, berpengaruh terhadap stres kuliah?
b. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar
belakang sekolah menengah, berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep
dasar akuntansi?
c. Apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, latar
belakang sekolah menengah, melalui stress kuliah berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman konsep dasar akuntansi?
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 44
Kecerdasan Intelektual
Terdapat tiga tipe kecerdasan yaitu intellectual quotient, emotional quotient dan
spiritual quotient. Umumnya kecerdasan seseorang hanya dinilai berdasarkan
kecerdasan akal saja. Kecerdasan akal ini sebagian besar hanya meliputi keterampilan
membaca, berhitung dan menulis, yang dapat diasah melalui pendidikan formal
(sekolah) dan nonformal (lembaga pendidikan) yang akan mengarahkannya pada
keberhasilan akademik saja. Namun sebenarnya tolok ukur keberhasilan hidup bukan
hanya dari keberhasilan akademik saja.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 45
Kecerdasan Emosional
Suatu pandangan baru yang berkembang belakangan ini mengatakan bahwa
diperlukan seperangkat kecakapan lain diluar intellectual quotient (IQ) seperti bakat,
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 46
hubungan sosial, kematangan emosional, pengendalian diri dan lain lain yang biasa
disebut dengan emotional quotient (EQ). Sementara spiritual quotient (SQ) lebih
berhubungan secara vertical yaitu hubungan manusia dengan penciptanya.
EQ adalah kemampuan mengetahui perasaan sendiri dan perasaan orang lain,
serta menggunakan perasaan tersebut menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Sejalan
dengan hal tersebut, Goleman (2005) mendefinisikan EQ adalah kemampuan mengenali
perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola
emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Goleman (2005) mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi EQ ke dalam
lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut
dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: a) Kecakapan pribadi; yang meliputi
kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta b) Kecakapan sosial; yang meliputi
empati dan keterampilan sosial.
Perilaku Belajar
Suwardjono (1991) menyatakan bahwa belajar di perguruan tinggi merupakan
suatu pilihan srategik dalam mencapai tujuan individual seseorang. Semangat, cara
belajar, dan sikap mahasiswa terhadap belajar sangat dipengaruhi oleh kesadaran akan
adanya tujuan individual dan tujuan lembaga pendidikan yang jelas. Kuliah merupakan
ajang untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses belajar mandiri.
Pengendalian proses belajar lebih penting daripada hasil atau nilai ujian. Kalau proses
belajar dijalankan dengan baik, nilai merupakan konsekuensi logis dari proses tersebut.
Konsep atau pengertian belajar sangat beragam dan tergantung dari sisi pandang
setiap orang yang mengamatinya. Belajar merupakan salah satu konsep menarik dalam
teori-teori psikologi dan pendidikan, sehingga para ahli memberi bermacam-macam
pengertian mengenai belajar. Belajar merupakan kegiatan individual, kegiatan yang
dipilih secara sadar karena seseorang mempunyai tujuan individual tertentu (Suwarjono,
1991).
Surachmad dalam Hanifah dan Syukriy (2001) mengemukakan lima hal yang
berhubungan dengan perilaku belajar yang baik, yaitu: Kebiasaan mengikuti pelajaran,
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 47
Stres Kuliah
Pengertian umum mengenai konsep stres banyak digunakan untuk menjelaskan
tentang sikap atau tindakan individu yang dilakukanya apabila ia menghadapi suatu
tantangan dalam hidupnya dan dia gagal memperoleh respon dalam menghadapi
tantangan itu. Terjadinya proses stres didahului oleh adanya sumber stres (stresor)
yaitu setiap keadaan yang dirasakan orang mengancam dan membahayakan dirinya.
Istilah stres atau ketegangan memiliki konotasi yang beragam. Bagi sementara orang,
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 48
stres dapat menggambarkan keadaan psikhis yang telah mengalami berbagai tekanan
yang melampaui batas ketahanannya. Sementara orang lain mengatakan stres bersifat
subyektif hanya berhubungan dengan kondsi-kondisi psikologis dan emosi seseorang.
Adapula yang menganggap stres dan ketegangan merupakan faktor sebab akibat.
Namun banyak orang cenderung mengangap stres serbagai tanggapan patologos
(proses penyimpangan kondisi biologis yang sehat) terhadap tekanan-tekanan psikologis
dan sosial yang berhubungan pekerjaan dan lingkungannya. Ivianchevic dan Martinson
mendifinisikan stres secara sederhana sebagai interaksi individu dengan angkatan.
Kemudian difinisi tersebut dirinci lebih jauh sebagai respon yang adaptif ditengahi oleh
perbedaan individual dan proses psikologis yang merupakan konsekuensi dari tindakan
dan sistem internal atau kejadian yang meminta kondisi psikologis dan fisik seseorang
secara berlebihan. Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi,
proses berfikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan atau kondisi seseorang dalam menghadapi lingkungan (Handoko, 2000).
Dilihat dari sudut pandang orang yang mengalami stres seseorang akan
memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan
orang terhadap sumber stres dapat berpengaruh pada segi psikologi dan fisiologis.
Tanggapan ini disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan. Seseorang yamg
mengalami stres secara psikologis menderita tekanan dan ketegangan yang membuat
pola pikir seseorang menjadi kacau. Dalam proses itu, hal yang dapat menyebabkan
stres dan pengalaman orang yang mengalami stres akan saling berkaitan. Proses itu
merupakan pengaruh timbal balik dan menciptakan usaha atau penyesuaian atau
tepatnya penyeimbangan, yang terus menerus antara orang yang mengalami stres dan
keadaan yang penuh stres.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 49
Model Penelitian
X1=KECERDASAN
INTELEKTUAL
X2=KECERDASAN EMOSIONL
X5=STRES Y=PEMAHAMAN
KULIAH KONSEP DASAR
X3=PERILAKU BELAJAR AKUNTANSI
X4=LATAR BELAKANG
SEKOLAH MENENGAH
Hipotesis Penelitian
H1: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang
sekolah menengah, berpengaruh terhadap stres kuliah.
H2: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang
sekolah menengah berpengaruh terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi
H3: Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar, dan latar belakang
sekolah menengah melalui stress kuliah berpengaruh terhadap pemahaman konsep
dasar akuntansi
3) Motivasi Diri, yakni menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran, membantu kita mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi.
Motivasi diri diukur dalam 10 item pernyataan.
4) Empati, yakni merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan saling percaya, dan menyelaraskan ide dengan
berbagai macam orang. Empati diukur dalam 10 item pernyataan.
5) Kemampuan Sosial, yakni menguasai dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi
dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi
dan memimpin, bermusyawarah, dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk
bekerja sama dan bekerja dalam tim. Kemampuan sosial diukur dalam 10 item
pernyataan.
Analisis Data
Untuk menguji pengaruh variabel intervening, digunakan metode analisis jalur (path
analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier berganda. Uji
hipotesis model penelitian menggunakan rumus dua persamaan sebagai berikut:
Persamaan I : X5 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Persamaan II : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Persamaan III : Y = a + b1X5 + e
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Responden
Berdasarkan pengambilan data melalui penyebaran kuesioner pada mahasiswa
semester 3 (tiga) di Program Studi Akuntansi Universitas YARSI, pada bulan januari
2014, kuesioner tersebarkan sebanyak 90 ekslembar kuesioner. Sedangkan kuesioner
yang kembali terkumpul sebanyak 75 ekslembar kuesioner dan ada 18 ekslembar
kuesioner yang tidak bisa diolah karena tidak diisi dengan lengkap dan tidak dapat
digunakan sebagai data. Akhirnya ada 57 ekslembar kuesioner dari 57 responden yang
siap diolah.
Dari 57 kuesioner yang dapat diolah, didapat gambaran umum responden
sebagai berikut: Responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 5 orang dan
responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 51 orang. Berdasarkan latar
belakang sekolah menengah, terdapat 36 orang yang berasal dari jurusan IPS dan 21
orang yang berasal dari jurusan Non IPS.
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 53
Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif dari variable penelitian yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 57
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini tidak dilakukan Uji Reliabilitas dan
Validitas lagi, karena kuesioner tersebut sudah pernah diuji realibitias dan validitasnya
pada penelitian terdahulu oleh Marita (2008).
Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis pertama (H1) yang dilakukan dengan analisis regresi
linear berganda menunjukkan nilai Sig regresi lebih besar dari 0.05 (0.086 > 0.05), nilai
Sig IQ/kecerdasan intelektual lebih besar dari 0.05 (0.243 > 0.05), nilai Sig
ke/kecerdasan emosional lebih besar dari 005 (0.505 >0.05), nilai sig PB/perilaku
belajar lebih besar dari 0.05 (0.058 > 0.05), nilai sig latarbelakang/latar belakang
sekolah menengah lebih besar dari 0.05 (0.089 > 0.05). Serta nilai coefficient beta IQ,
ke, PB, dan latarbelakang, masing masing -0,161; 0,092; 0,257; dan -0,232 (lampiran 2).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah, begitu juga secara parsial, tidak
berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah.
Hasil pengujian hipotesis kedua (H2) yang dilakukan dengan analisis regresi
linear berganda menunjukkan nilai Sig regresi lebih kecil dari 0.05 (0.049 < 0.05), nilai
Sig IQ/kecerdasan intelektual lebih besar dari 0.05 (0.063 > 0.05), nilai Sig
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 54
ke/kecerdasan emosional lebih besar dari 005 (0.793 >0.05), nilai sig PB/perilaku
belajar lebih besar dari 0.05 (0.924 > 0.05), nilai sig latarbelakang/latar belakang
sekolah menengah lebih besar dari 0.05 (0.306 > 0.05). Serta nilai coefficient beta IQ,
ke, PB, dan latarbelakang, masing masing 0,266; -0,037; 0,013; dan 0,143 (lampiran 3).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi, namun secara
parsial, tidak berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi.
Hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) yang dilakukan dengan analisis regresi
linear menunjukkan nilai Sig stress kuliah lebih kecil dari 0.05 (0.006 < 0.05). Serta
nilai coefficient beta stres kuliah adalah – 0.357 (lampiran 4). Kemudian, untuk
mendapatkan besarnya pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku
belajar dan latar belakang terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi, melalui stress
kuliah, maka harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya (nilai
coefficient beta stres kuliah:–0.357) yaitu: nilai coefficient beta IQ, ke, PB, dan
latarbelakang, masing masing (0,266 x0.357 = 0.057) ; (0,037x0.357=0.033);
(0,013x0.357=0.092); dan (0,143x0.357=0.083). Sehingga, dihasilkan total pengaruh
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang
terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi, melalui stress kuliah sebesar 0.265 (0.057
+ 0.033 + 0.092 + 0.083).
Pembahasan
Hasil penelitian ini menolak hipotesis pertama (H1) yakni, kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara
simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah, begitu juga secara parsial,
tidak berpengaruh signifikan terhadap stress kuliah. Sehingga hasil penelitian ini
berbeda dengan hasil penelitian Marita (2008) yang menyatakan bahwa kecerdasan
emosional dan perilaku belajar berpengaruh negatif terhadap stres kuliah.
Hipotesis kedua (H2) dari penelitian ini diterima, yakni kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, perilaku belajar dan latar belakang sekolah secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep dasar akuntansi. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Suryaningrum (2003), yang
Jurnal Pajak, Akuntansi, Sistem Informasi, dan Auditing, Juni 2019, Vol. 1, No. 1, hal 40-57 55
DAFTAR PUSTAKA