Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL,

KECERDASAN SPIRITUAL, DAN KECERDASAN FINANSIAL TERHADAP


PEMAHAMAN AKUNTANSI (MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA)

Mohammad Salman Alfarizi1 Dr. Ir. Muhamad Ahsan, MM2


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya Ampel Surabaya

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan finansial secara parsial dan simultan terhadap
pemahaman akuntansi. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan responden
berjumlah 170 mahasiswa akuntansi pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dari
angkatan 2017 & 2018. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
kecerdasan intelektual tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dengan nilai
signifikansi sebesar 0,201 > 0,05 dan nilai t hitung sebesar 1,284 < 1,975, kecerdasan emosional
berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dengan nilai signifikansi sebesar 0,013 < 0,05 dan
nilai t hitung sebesar 2,501 > 1,975, kecerdasan spiritual tidak berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi dengan nilai signifikansi sebesar 0,516 > 0,05 dan nilai t hitung sebesar -0,651 <
1,975, kecerdasan finansial tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dengan nilai
signifikansi sebesar 0,589 > 0,05 dan nilai t hitung sebesar 0,541 < 1,975. Sedangkan secara
simultan menunjukkan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan
spiritual, dan kecerdasan finansial berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung sebesar 11,819 > 2,43. Koefisien determinan
(R2) penelitian ini adalah 0,225 atau 22% yang artinya variabel kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan finansial memiliki pengaruh sebesar
22%, sedangkan sisanya sebesar 78% dipengaruhi oleh variabel lain.

Kata Kunci : Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,


Kecerdasan Financial, Pemahaman Akuntansi.
PENDAHULUAN
Dalam menentukan reformasi ekonomi sangat ditentukan oleh kualitasnya sumber daya
manusia (SDM), hal ini berkaitan dengan bagaimana cara lembaga pendidikan menciptakan
sumber daya manusia yang memiliki keterampilan diri, kualitas yang mumpuni, serta bermental
saing tinggi saat memasuki persaingan kerja. Di Indonesia sendiri mempunyai dua hal yang patut
diperhatikan tentang kondisi sumber daya manusia, yaitu tidak imbangnya jumlah kesempatan
kerja dan angkatan kerja, serta pendidikan pada angkatan kerja masih relative rendah (Inriawati
Parauba, 2014). Peristiwa seperti ini dunia pendidikan sangat berperan penting untuk
pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia, diharapkan perguruan tinggi terus
melakukan peningkatan pada kualitas system pendidikannya agar dapat menghasilkan lulusan-
lulusan yang berkualitas (Farah Zakiyah, 2013).
Disisi lain para akuntan akan berdampak dengan seiring berjalannya waktu, yakni
adannya kemajuan teknologi yang terus meningkat dan tidak menutup kemungkinan tenaga para
akuntan akan tergeser dengan teknologi yang mana kinerjanya dinilai lebih efektif dan efisien.
Karena akuntansi merupakan system yang mana di dalamnya ada proses input/output data dan
berupa laporan informasi keuangan. Maka dari itu tantangan untuk para mahasiswa akan
semakin besar dengan adannya peritiwa tersebut. Apabila mahasiswa tidak mampu mengimbangi
tantangan dari segi akademik, emosional, perasaan hati dan keahlian dalam hal finansial akan
timbul dampak yang negative yang dialami oleh mahasiswa tersebut.
Melihat peristiwa diatas yang meyebabkan kekhawatiran dikarenakan masih maraknya
perguruan tinggi yang menerapkan pendidikan dengan mengedepankan kecerdasan intelektual,
padahal masih banyak faktor yang berpengaruh dalam dalam system pembelajaran (Rizky
Ardewi & Ketut Sujana, 2017). Untuk menyempurnakan pembelajaran sangat dibutuhkannya
konsentrasi, konsentrasi akan muncul disebabkan dengan keadaan emosi seseorang tersebut,
apabila mahasiswa mengalami banyak tekanan dari faktor internal ataupun eksternal maka akan
mempengaruhi pemahaman yang dialami mahasiswa tersebut. Maka dari itu kecerdasan
emosional sangat dibutuhkan dalam mempelajari suatu pelajaran (Lili Gusmayani, 2016).
Dampak lain yang dapat mempengaruhi pemahaman akuntansi mahasiswa yakni kecerdasan
spiritual, ketika mahasiswa tidak dapat memaknai nilai dari tujuan memahami suatu pelajaran,
maka mahasiswa tersebut belum mampu menjadikan dirinya sebagai pribadi yang positif. Hal
tersebut akan mempengaruhi motivasi belajar dan konsentrasi mahasiswa untuk memahami
akuntansi (Rizky Ardewi & Ketut Sujana, 2016). Sedangkan untuk saat ini kecerdasan finansial
juga sangat diperlukan ketika masih menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dengan harapan
dapat menerapkan cara untuk mengelola keuangan pribadi maupun dari instansi apabila sudah
mendapatkan tanggung jawab pada saat bekerja. Selayaknya mahasiswa yang merupakan
generasi muda harus mampu menghadapi kompleksitas yang semakin meningkat, seperti produk-
produk keuangan, pasar, dan jasa. Maka dari itu pendidikan dibutuhkan untuk membentuk
literasi finansial, baik pendidikan formal maupun informal, apalagi bidang akuntansi sangat
berhubungan dengan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. Pemahaman akuntansi merupakan
proses mahasiswa akuntansi dalam memahami mata kuliah akuntansi baik dalam teori maupun
praktinya. Mahasiswa dikatakan memahami akuntansi apabila ilmu akuntansi yang diperolehnya
telah dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat serta dapat dipraktekkan di dunia kerja
(Dewi, 2016).
Kecerdasan intelektual merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pemahaman akuntansi, seperti hasil penelitian yang dilakukan Ni Putu Laksmi & Ni Gusti Putu
(2019) dan Made Buda Artana, dkk (2014) yang menyatakan kecerdasan intelektual memiliki
pengaruh signifikan terhadap pemahaman akuntansi. Sedangkan penilitian yang dilakukan oleh
Dwijayanti (2009) dan Muhammad Daud Mahmud (2020) menyatakan hasil yang berbeda yaitu
kecerdasan intelektual tidak memiliki pengaruh terhadap pemahaman akuntansi.
Faktor lain dalam keberhasilan mahasiswa dalam memahami pelajaran akuntansi adalah
dengan mengembangkan kepribadian yang dimilikinya, istilah tersebut dikenal dengan
kecerdasan emosional. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nirmala & M. Rivandi (2019) dan
Farah Zakiyah (2013) yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki pengaruh
terhadap pemahaman akuntansi. Hasil lain diungkapkan oleh Neneng & Rida (2019) dan Rizky
& Ketut Sujana (2017) yang menyatakan kecerdasan emosional tidak mempengaruhi
pemahaman akuntansi.
Disisi lain kecerdasan spiritual juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
pemahaman akuntansi, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Nuraini (2017) dan
Sonya & Gde Herry (2019) menyatakan kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap pemahaman
akuntansi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Djoko Kristanto & Suharno (2020) dan
Hairul Anam & Lia Ardillah (2018) menyatakan bahwa pemahaman akuntansi tidak dipengaruhi
oleh kecerdasan spiritual.
Teori Howard Gardner memberikan penjelasan untuk mengubah serta meningkatkan
kecerdasan yang ada pada diri seseorang dengan instrumentnya dalam pembelajaran. Howard
Gardner dalam bukunya memaparkan bahwa Gardner memiliki visi yang berbeda secara radikal
melalui pandangannya yang pluralistic yaitu visi yang menghasilkan pandangan mengenail
sekolah yang berbeda. Gardner juga memperkenalkan konsep mengenai sekolah yang berpusat
pada individual, yang berarti menerima pandangan multidimensi dari kecerdasan, pendekatan ini
disebut teori kecerdasan majemuk. Teori kecerdasan majemuk merupakan saah satu teori yang
digagas untuk mengungkapkan banyaknya kecerdasan yang dimiliki setiap individu, selain itu
Gardner juga mengungkapkan minimal ada Sembilan kecerdasan, antara lain kecerdasan
linguistic, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan ruang, kecerdasan musical, kecerdasan
kinestik-badan, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan intrapribadi, kecerdasan naturalis, dan
kecerdasan eksistensial (Syarifah, 2019).
Dalam kecerdasan majemuk Howard Gardner memaparkan bahwa ada 9 kecerdasan,
namun dalam buku Zohar Marshall yang diungkapkan oleh Jalaludin Rakhmat bahwa semua
kecerdasan kita, yang jumlahnya mungkin tidak terbatas dapat dihubungkan dengan salah satu
dari ketiga system syaraf dasar yang terdapat di dalam otak. Bahkan semua jenis kecerdasan
yang disebut Howard Gardner pada hakikatnya adalah varian dari ketiga kecerdasan utama
yaitu IQ, EQ, dan SQ.
Setelah IQ, EQ, dan SQ kini muncul kecerdasan finansial (FQ), hal ini dikarenakan salah
satu cabang dalam ilmu keuangan yang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Pada prinsipnya merencanakan keuangan yang baik itu mudah dan semua orang dapat
melakukannya. Untuk dapat melakukannya seseorang hanya perlu memahami perhitungan
keuangan dan memiliki pengetahuan tentang produk pasar modal dan pasar uang yang tersedia.
Kecerdasan finansial adalah bagian dari kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah
keuangan. IQ keuangan adalah ukuran kecerdasan itu, yaitu cara mengukur kecerdasan keuangan
sendiri (Robert Kiyosaki, 2008).
Alfert Binet yang merupakan ahli psikolog pada awal abad ke 20 mendefinisikan
kecerdasan intelektual sebagai kecerdasan tunggal yang dasarnya per individu bertautan dengan
aspek kognitif, kecerdasan intelektual selama bertahun-tahun sudah diyakini menjadi ukuran
standart kecerdasan seseorang. Sunar (2010) menjelaskan memiliki arti sebagai kemampuan
dalam menghadapi masalah yang baru, kemampuan dalam hal bekerja acak dengan baik dan
mengetahui konsep teoritis maupun hubungan logis, dan sanggup dalam belajar secara acak.
Yani (2011) menjelaskan kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang mampu membuat
seseorang berfikir logis untuk memahami pelajaran. Robins dan Judge (2008) menjelaskan
bahwa kecerdasan intelektual adalah suatu kebutuhan dengan dibutuhkannya aktivitas bagus
dalam berfikir, bagus dalam menalar kejadian dan peristiwa, dan sanggup memecahkan masalah
agar mampu untuk melakakukannya. Adapun komponen kecerdasan intelektual antara lain
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dan intelegensi
verbal.
Pakar psikolog lain Peter Salovey dan John Mayer pada tahun 1990 merupakan orang
yang pertama kali memaparkan cara untuk mengukur kecerdasan emosional dalam diri manusia
menjeslakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengatur emosi dan
memahami perasaan orang lain yang bersamaan dengan berperannya peningkatan taraf hidup
seseorang. Cooper dan Sawaf (2008) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah
kemudahan seseorang dalam mengimplementasikan daya kepekaan emosi yang merupakan
sebagai sumber informasi, energy, dan relasi serta mampu memahaminya dengan cepat, mereka
juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional mendorong untuk menghormati diri sendiri juga
orang lain dan belajar untuk mengakui serta menerima secara cakap dan menerapkannya
menggunakan metode yang efektif di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan energy emosi.
Selain itu Daniel Goleman yang juga ahli psikolog mengungkapkan pendapat bahwa orang yang
memiliki IQ tinggi dan sukses dalam studi kurang berhasil dalam karir dan pekerjaan, misalnya
saja seberapa jauh orang bisa bekerja dalam tim, seberapa bisa orang menenggang perbedaan,
dan seberapa luwes orang berkomunikasi dengan orang lain. Akuntansi dapat dihubungkan
dengan kecerdasan emosional melalui sifat tamak dan egois bagi setiap manusia. Seperti halnya
tamak terhadap harta, dengan adanya hal seperti itu maka tindak korupsi akan menjadi polemik
yang tidak lekas selesai, sampai dengan sekarang ini. Hadiwinata (1994) menyatakan
pemahaman akuntansi dari prespektif kecerdasan emosional adalah akuntansi sangat
berpengaruh dalam berpolitik, sehingga kepentingan pelaku dan oknum akan dipersatukan oleh
kekuatan hegemoni yang merujuk kapitalisme dengan tujuan untuk terwujudnya maksimalisasi
laba, akumulasi kapital, konsumerisme, dan produksi massa. Adapun komponen kecerdasan
emosional antara lain pengenalan diri,pengendalian diri, motivasi, empati, dan keterampilan
social.
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk spiritual, kenapa seperti itu karena
kebutuhan selalu mendorong untuk memberikan pertanyaan mendasar dan pokok, misalnya
Kenapa saya dilahirkan? Apa ada makna ketika saya hidup? Untuk apa saya hidup dengan
merasakan lelah, depresi, atau selalu merasa dikalahkan? Apa ada yang berharga dalam hidup
saya? Dari sini manusia ditentukan oleh kerinduan yang manusiawi untuk menemukan nilai dan
makna dari segala perbuatan yang dialami. Sinetar (2000) menjelakan kecerdasan spiritual
sebagai kemampuan berfikir untuk memberikan inspirasi, dorongan,, efektivitas berinspirasi dan
penghayatan ketuhanan bahwa manusia merupakan sebagian dari dariNya. Agustina (2001)
menjelaskan bahwa kecerdasan spiritual adalah kamempuan untuk memberikan makna untuk
berbuat ibadah ketika melakukan setiap kegiatan melalui prinsip yang sifatnya fitrah serta
menuju manusia yang seutuhnya dan berprinsip “hanya karena Tuhan”. Reza (2012)
menjelaskan kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang dalam diri manusia sudah ada sejak
lahir, sehingga manusia tersebut akan menjalani hidupnya dengan penuh makna, tak
membuatnya sia-sia, dan yang dijalaninnya selalu bernilai. Menurut Triyuwono di tahun 2009
juga memaparkan bahwa pada dasarnya akuntansi dari segi kecerdasan spiritual ingin
membebaskan manusia dari kehidupan kapitalistik, atau kehidupan semu lainnya yang
menyebabkan kehidupan manusia berorientasi untuk berpaling dari kuasa Tuhan, dan selalu
mengingatkan pada kehidupan sejati. Menurutnya juga akuntansi merupakan alat untuk
menggiring manusia pada kepasrahan, ketundukan, dan penyatuan pada Tuhan. Adapun
komponen kecerdasan spiritual antara lain bersikap fleksibel, kesadaran diri yang tinggi,
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, tidak menimbulkan kerugian yang tidak berguna,
kualitas hidup, kecenderungan bertanya, dan bidang mandiri.
Robert Kiyosaki (2008) memaparkan dalam kehidupan masyarakat kecerdasan finansial
lebih akrab dengan istilah kemelekan finansial, apabila seseorang tersebut melek akan finansial
belum tentu seseorang tersebut tingkat kecerdasan finansialnnya tinggi, misalnya orang yang
bekerja di bidang akuntansi, mereka mungkin menguasai tentang asset dan liabilitas, tetapi ada
banyak juga yang tidak paham mengelola kekayaan sendiri. Hogart dan Hilgert dalam Kristianto
(2018) menjelaskan kecerdasan finansial dengan literasi keuangan yang artinya memahami
pengetahuan dan kemampuan untuk memanfaatkan pengetahuan tersebut untuk membuat
keputusan laporan keuangan pribadi. Willian Tanuwidjaja (2009) menjelaskan bahwa kecerdasan
finansial adalah kemampuan untuk menjadikan potensi sumber daya menjadi kekayaan riil,
kemudian dikelola menjadi kekayaan yang berlipat ganda, kekayaan disini diartikan sebagai
asset, ketika asset mampu dihasilkan menjadi uang tanpa harus mengerjakan sendiri maka dapat
dikatakan passive income. Novita & Dwi Nila (2019) menjelaskan bahwa kecerdasan finansial
adalah ketika seseorang tersebut mampu mengatur keuangan berdasarkan skala prioritas, ketika
seseorang mampu mengelola keuangan maka memungkinkan seseorang tersbut tidak mengarah
ke gaya hedonism dalam memilih kehidupannya. Adapun komponen kecerdasan finansial antara
lain menghasilkan uang lebih banyak, melindungi uang, dan menganggarkan uang.
Penelitian ini menggunakan kerangka konseptual mengenai pengaruh kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan finansial terhadap
pemahaman akuntansi. Pada variable independen dalam penelitian ini menggunakan kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan finansial. Untuk variable
dependen menggunakan variabel pemahaman akuntansi. Seperti pada table 1.1

Gambar 1.1
Kerangka konseptual

H5
Kecerdasan Intelektual (X1) H1

Kecerdasan Emosional (X2) H2

H3 Pemahaman Akuntansi (Y1)


Kecerdasan Spiritual (X3)
H4
Kecerdasan Finansial (X4)

Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :


H1 : Kecerdasan Intelektual Berpengaruh Terhadap Pemahaman Akuntansi.
H2 : Kecerdasan Emosional Berpengaruh Terhadap Pemahaman Akuntansi.
H3 : Kecerdasan Spiritual Berpengaruh Terhadap Pemahaman Akuntansi.
H4 : Kecerdasan Finansial Berpengaruh Terhadap Pemahaman Akuntansi.
H5 : Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Kecerdasan
Finansial Berpengaruh Terhadap Pemahaman Akuntansi.

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan jenis data subjek dan menggunakan metode
kuantitatif. Sugiyono (2018) menjelaskan pengertian dari kuantitatif adalah menggunakan
sampel dan populasi tertentu, yang dimaksud tertentu disini ketika peneliti menggunakan
instrument penelitian saat mengumpulkan data penelitian, menggunakan statistic ketika
menganalisis data, hal tersebut bertujuan untuk menggambarkan dan mengukur hipotesis yang
sudah diputuskan. Data kuantitatif berupa daftar pertanyaan yang terdapat dalam kuisoner,
sumber data dalam penelitian yaitu data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan data
primer yaitu hasil kuisoner dari responden, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah daftar jumlah mahasiswa S1 akuntansi.
Populasi penelitian ini mengambil dari seluruh mahasiswa akuntansi yang masih aktif di
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya. Sugiyono (2018) menjelaskan populasi merupakan golongan yang meliputi
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas serta karakteristik pada satu wilayah yang dipilih
peneliti untuk dijadikan penelitian dan ditarik kesimpulannya setelah diteliti.
Sedangkan untuk sampel penelitian ini mengambil sebanyak 170 mahasiswa akuntansi
pada angkatan 2017 & 2018 yang mana sudah selesai menempuh mata kuliah Pengantar
Akuntansi, Akuntansi Keuangan Menengah 1, Akuntansi Keuangan Menengah 2, Akuntansi
Keuangan Menengah Lanjutan 1, Akuntansi Keuangan Menengah Lanjutan 2, Auditing 1,
Auditing 2, dan Teori Akuntansi. Sugiyono (2018) menjelaskan sampel adalah unsur kuantitas
dan unsur karakteristik yang ada pada populasi itu sendiri.

Gambar 1.2
Populasi Sampel Jumlah
Mahasiswa Akuntansi 76
Mahasiswa Akuntansi
Angkatan 2017
UIN Sunan Ampel
Mahasiswa Akuntansi 94
Surabaya
Angkatan 2018
170
Total

Definisi variabel penelitian menurut Sugiyono (2018) merupakan apapun sesuatu yang
dibutuhkan dan sudah ditetapkan peneliti untuk dijadikan penelitian sehingga memperoleh berita
akan hal tersebut. Dalam penelitian menggunakan dua jenis variabel, yaitu independen dan
dependen. Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2018) adalah variabel yang
meyebabkan munculnya perubahan atau munculnya variabel terikat. Variabel yang termasuk
variabel independen yakni variabel kecerdasan intelektual yang mana terdapat 10 pertanyaan dari
skor interval 1 sampai dengan 10, variabel kecerdasan emosional yang mana terdapat 13
pertanyaan dari skor interval 1 sampai dengan 10, variabel kecerdasan spiritual yang mana
terdapat 14 pertanyaan dari skor interval 1 sampai dengan 10, dan variabel keceredasan finansial
yang mana terdapat 8 pertanyaan dari skor interval 1 sampai dengan 10. Sedangkan pengertian
variabel dependen merupakan variabel yang menjadikan sesuatu akibat, karena adanya variabel
bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini yakni pemahaman akuntansi, yang mana terdapat
12 pertanyaan dari skor interval 1 sampai dengan 10.
Data yang digunakan penelitian ini menggunakan data primer, data primer secara khusus
dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro & Supomo, 1999:146) dalam
Made Buda (2013). Di sisi lain data primer meruapakan data pokok dalam penelitian ini yang
dikumpulkan oleh peneliti dengan metode penyebaran kuisoner. Untuk menghitung hasil
kuisoner dapat menggunakan analisi linier berganda dengan menggunakan bantuan aplikasi
SPSS. Akan tetapi harus terlebih dahulu melakukan uji kualitas data yang meliputi uji validitas
yakni untuk mengetahui apakah setiap item yang digunakan valid atau tidak, dan uji reliabilitas
yakni untuk menilai konsistensi atau dari waktu ke waktu dengan cara melakukan koefisien
Cronbach Alpa. Selanjutnya pengujian uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
multikolinieritas, dan uji heterokesdastisitas. Tujuan dari uji normalitas yaitu untuk mengetahui
adanya distribusi normal atau tidaknya dalam menguji model regresi dan variabel residual, cara
mengukurnya menggunakan probability plot kemudian menggunakan metode analisis grafik. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi telah menemukan adanya
korelasi antar variabel bebas, cara menghitungnya menggunakan metode analisis nilai tolerance
dan lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
yang tinggi, hal itu dikarenakan VIF[= 1 /]tolerance. Sedangkan nilai cutoff merupakan nilai
tolerance yang kurang dari 0,1 atau sama dengan nilai VIF lebih dari 10, hal ini dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas. Sedangkan tujuan dari uji heteroskedastisitas yaitu untuk
menguji apakah telah terjadi ketidaksamaan varian suatu model regresi dari residual antara satu
pengamatan dan pengamatan lain (Ghozali, 2006:106). Langkah selanjutnya melakukan uji
analisis koefisien regresi untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji analisis linier
berganda, uji (t), uji (f), dan koefisien determinan R2. Adapun model rumus regresi yakni
(Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian diketahui bahwa masing-masing indicator dari variabel kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan finansial, dan pemahaman
akuntansi mempunyai nilai signifikansi < 0,05. Hal ini berarti indikator-indikator variabel dalam
penelitian ini dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai pengumpul data.
Pada uji reliabilitas variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan
spiritual, kecerdasan finansial, dan pemahaman akuntansi menunjukkan bahwa nilai Crocbach
Alpha > 0,60 dengan masing-masing nilai sebesar X1 (0,906), X2 (0,898), X3 (0,875), X4
(0,768), dan Y (0,808) sehingga dapat dikatakan bahwa setiap item-item pertanyaan pada
penelitian ini dikatakan reliabel.
Hasil daripada uji asumsi klasik pada uji normalitas dapat dilihat gambar 1.3 di bawah
ini:
Gambar 1.3
Sumber : data Olah SPSS 21

Simpulan dari gambar 1.3 dapat diketahui bahwa penelitian ini terdistribusi normal, hal
itu dapat dilihat dari hasil uji normalitas di atas pada nilai asymp. Sig. (2-tailed) yang
menunjukkan nilai 0,981 > 0,05. Dengan hasil seperti dapat dikatakan bahwa penelitian residual
terdistribusi normal. Dan juga dapat menggunakan uji normal PP Plot Regression Standardized
residual, seperti gambar 1.4.
Gambar 1.4

Sumber : data Olah SPSS 21

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa normal grafik PP Plot of Regression


Standardized Residual berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti garisnya, hal ini dapat
dikatakan residual ini terdistribusi normal.
Uji Multikolinieritas, cara mengukur uji ini melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dan nilai Tolerance. Untuk hasil uji multikolinieritas diketahui bahwa masing-masing variabel
memiliki nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Pada variabel kecerdasan intelektual memiliki
nilai tolerance 0,322 > 0,1 dan nilai VIF 3,104 < 10, variabel kecerdasan emosional memiliki
nilai tolerance 0,229 > 0,1 dan nilai VIF 4,376 < 10, variabel kecerdasan spiritual memiliki nilai
tolerance 0,403 > 0,1 dan nilai VIF 2,480 < 10, variabel kecerdasan finansial memiliki nilai
tolerance 0,629 > 0,1 dan nilai VIF 1,591 < 10. Dilihat dari hasil diatas simpulannya variabel
independen tidak terjadi multikolinieritas.
Uji heterokedastisitas, cara mengukur mengukutnya menggunakan uji glejser apabila
nilai memiliki signifikan > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedasitas, sebaliknya apabila nilai
memiliki signifikan < 0,05 maka terjadi hesteroskedasitas. Untuk hasil uji heterokedastisitas
diketahui bahwa pada variabel kecerdasan intelektual memiliki nilai signifikansi 0,302 > 0,05,
variabel kecerdasan emosional memiliki nilai signifikansi 0,371 > 0,05, variabel kecerdasan
spiritual memiliki nilai signifikansi 0,791 > 0,05, dan variabel kecerdasan financial memiliki
nilai signifikansi 0,153 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari semua variabel independen
tidak terjadi hesteroskedasitas.
Pada hasil perhitungan menggunakan program statistik SPSS 21 dapat diketahui bahwa
hasil dari analisis regresi linier berganda pada gambar 1.5.

Gambar 1.5

Sumber : data olah SPSS 21

Pada gambar 1.5 menunjukkan bahwa hasil dari analisis regresi linier berganda dapat
ditulis sebagai berikut Y=49,240+0,201X1+0,369X2+(-0,066)X3+0,056X4+e. Persamaan
regresi di atas dengan memperhatikan koefisien beta maka dapat di interpretasikan sebagai
berikut :
1. Hasil uji analisis regresi menunjukkan nilai konstanta sebesar 48,240 menyatakan bahwa
jika variabel independen dianggap 0, maka tingkat pemahaman akuntansi adalah sebesar
48,240. Nilai konstanta bernilai positif.
2. Koefisien regresi kecerdasan intelektual (X1) sebesar 0,201 berarti jika setiap kenaikan
satu kesatuan kecerdasan intelektual akan diikuti kenaikan pemahaman akuntansi sebesar
0,201 dengan asumsi variabel dianggap tetap. Koefisien regresi tersebut bernilai positif.
3. Koefisien regresi kecerdasan emosional (X2) sebesar 0,369 berarti jika setiap kenaikan satu
kesatuan kecerdasan emosional akan diikuti kenaikan pemahaman akuntansi sebesar 0,369
dengan asumsi variabel dianggap tetap. Koefisien regresi tersebut bernilai positif.
4. Koefisien regresi kecerdasan spiritual (X3) sebesar -0,066 berarti jika setiap kenaikan satu
kesatuan kecerdasan spiritual akan diikuti kenaikan pemahaman akuntansi sebesar -0,066
dengan asumsi variabel dianggap tetap. Koefisien regresi tersebut bernilai negatif.
5. Koefisien regresi kecerdasan finansial (X4) sebesar 0,056 berarti jika setiap kenaikan satu
kesatuan kecerdasan finansial akan diikuti kenaikan pemahaman akuntansi sebesar 0,056
dengan asumsi variabel dianggap tetap. Koefisien regresi tersebut bernilai positif.
Hasil perhitungan uji t dengan menggunakan program SPSS 21 menunjukkan hasil
bahwa kecerdasan intelektual (X1) memiliki nilai t hitung sebesar 1,284 dengan t tabel 1,975 dan
nilai signifikan 0,201, maka kesimpulannya yaitu t hitung 1,284 < 1,975 dan nilai signifikan
0,201 > 0,05 artinya Ha ditolak yang merupakan kecerdasan intelektual tidak berpengaruh
terhadap pemahaman akuntansi. Sedangkan uji f, juga menggunakan program SPSS 21 yang
menunjukkan hasil bahwa berdasarkan analisis dpaat diketahui nilai f hitung sebesar 11,819 dan
nilai signifikan 0,000, maka nilai f hitung 11,819 > 2,43 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05.
Simpulannya dapat dikatakan hasil uji f secara simultan variabel kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan finansial berpengaruh signifikan
terhadap pemahaman akuntansi. Analisis uji koefisien determinan R yakni angka koefisien
determinan Adjusted R Square adalah 0,225 bila dipresentasekan menjadi 22%. Simpulan dari
hasil diatas yaitu dapat diketahui bahwa variabel kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, dan kecerdasan financial berpengaruh sebesar 22% terhadap pemahaman
akuntansi, sedangkan sisanya sebesar 78% dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Berdasarkan hasil olah data SPSS pada bab IV diketahui bahwa variabel kecerdasan
intelektual (X1) tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan dengan
nilai signifikan 0,201 yang mana angka tersebut lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar
1,284 yang mana lebih kecil dari t tabel yakni 1,975. Hasil olah data penelitian ini menolak hasil
hipotesis H1, dan variabel kecerdasan intelektual memiki pengaruh sebesar 15,6% sedangkan
sisanya sebesar 78% dipengaruh oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil olah data SPSS pada bab IV diketahui bahwa variabel kecerdasan
emosionla (X2) berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikan 0,013 yang mana angka tersebut lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar 2,501
yang mana lebih besar dari t tabel yakni 1,975. Hasil olah data penelitian ini menerima hasil
hipotesis H2, dan variabel kecerdasan emosional memiliki pengaruh sebesar 36,1% sedangkan
sisanya sebesar 78% dipengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil olah data SPSS pada bab IV diketahui bahwa variabel kecerdasan
spiritual (X3) tidak berpengaruh terhadap pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikan 0,516 yang mana angka tersebut lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar -0,651
yang mana lebih kecil dari nilai t tabel 1,975. Hasil olah data penelitian ini menolak hasil
hipotesis H3, dan variabel kecerdasan spiritual memiliki pengaruh sebesar -07,1% sedangkan
sisanya sebesar 78% dipengaruhi oleh variabel lain.
Berdasarkan hasil olah data SPSS pada bab IV diketahui bahwa variabel kecerdasan
finansial (X4) tidak dipengaruhi terhadap pemahaman akuntansi, hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikan 0,589 yang mana angka tersebut lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar 0,541
yang mana lebih kecil dari nilai t tabel 1,975. Hasil olah data penelitian ini menolak hasil
hipotesis H4, dan variabel kecerdasan finansial memiliki pengaruh sebesar 04,7% sedangkan
sisanya sebesar 78% dipengaruhi oleh variabel lain.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang
dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah: (1) Pengujian statistic secara parsial variabel
kecerdasan intelektual (X1) terhadap pemahaman aluntansi diperoleh nilai

Anda mungkin juga menyukai