Anda di halaman 1dari 7

Pengestuti dan Rohmawati.

Amerta Nutr (2018) 205-211 205


DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

RESEARCH STUDY Open Access

Kandungan Peroksida Minyak Goreng Pada Pedagang Gorengan Di Wilayah


Kecamatan Tembalang Kota Semarang

Peroxide Content in Cooking Oil Used By Fritter Traders in Tembalang Sub-


district Semarang City

Dina Rahayuning Pangestuti*, Siti Rohmawati1

ABSTRAK

Latar Belakang: Penggunaan minyak goreng secara berulang dapat mempengaruhi kualitas minyak
dan komposisi zat gizi di dalamnya. Keberadaan peroksida dapat digunakan sebagai indikator
kerusakan minyak. Gorengan merupakan makanan jajanan dengan menggunakan adonan tepung
yang digoreng dengan minyak berlebih (deep fat frying) dan dijual di tepi jalan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis jumlah nilai peroksida minyak
goreng yang digunakan pedagang gorengan di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.
Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 25
yang didapatkan dari 25 pedagang gorengan. Data analisis univariat digunakan untuk
menggambarkan distribusi frekuensi dan rerata. Analisis bilangan peroksida ditetapkan sesuai SNI
3741-2013.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa 28% pedagang menggunakan minyak bermerek, sisanya
berupa minyak curah. Minyak yang dibeli secara curah memiliki rerata peroksida 8,77 mEq O2/kg,
sedangkan bermerk 11,71 mEq O2/kg.
Kesimpulan: Sebesar 44% minyak goreng melebihi jumlah peroksida maksimum (>10 mEq O2/kg, SNI
3741-2013). Minyak curah mempunyai rerata nilai peroksida lebih rendah dibandingkan minyak
bermerek.

Kata kunci: Peroksida, kerusakan minyak goreng, pedagang gorengan

ABSTRACT

Background: The repeated use of cooking oil can affect the quality of the oil and the nutrient
composition in it. The presence of peroxides can be used as an indicator of oil deterioration. Fritter
food is snacks by using flour dough which was prepared by deep fat frying method and sold on the
street lot.
Purpose: This study aimed to describe and analyze the amount of peroxide value of cooking oil used
by fritter traders in Tembalang Sub-district, Semarang City.
Methods: This is an observational descriptive research which analyzed 25 samples of used cooking oil
of 25 fritter traders. Univariate analysis data was used to describe frequency distribution and mean.
Analysis of peroxide value was established according to SNI 3741-2013.
Results: Research shows that 28% of traders use branded oil, while the rest use bulk oil. Bulk
purchased oil has an average peroxide of 8.77 mEq O2 /kg, while the branded 11.71 mEq O2 /kg.
Conclusions: Forty-four percent of cooking oil exceeds the maximum peroxide amount (> 10 mEq O2
/kg, SNI 3741-2013). Bulk oil has a lower average peroxide content than branded oils.

©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.


Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211
Pengestuti dan Rohmawati. Amerta Nutr (2018) 205-211 206
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

Keywords: Peroxide, cooking oil deterioration, fritters traders

*Koresponden:
dina.putranadya@gmail.com
1Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

PENDAHULUAN mengakibatkan minyak menjadi rusak karena


lemak tidak jenuh teroksidasi membentuk
Gorengan adalah makanan yang lipid peroksida.5 Salah satu parameter
disajikan dengan cara digoreng menggunakan penurunan mutu minyak goreng adalah
minyak berlebih atau disebut juga metode jumlah bilangan peroksida. Pada minyak
deep fat frying. Makanan jenis ini digemari goreng, angka peroksida menunjukkan
oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berdampak ketengikan minyak goreng akibat proses
pada meningkatnya penggunaan minyak oksidasi serta hidrolisis. Penetapan jumlah
goreng di Indonesia. Berdasarkan Data bilangan peroksida dapat dilakukan dengan
Susenas 2012 menyebutkan bahwa konsumsi menggunakan metode titrasi iodometri.6
minyak goreng per kapita penduduk Indonesia Kerusakan minyak akan mempengaruhi
pada tahun 2011 sebanyak 8,24 mutu dan nilai gizi bahan pangan yang
liter/tahun/kapita.1 Data Studi Diet Total di digoreng serta dapat berdampak pada
Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 kesehatan. Konsumsi minyak yang
menunjukkan bahwa rerata konsumsi minyak, mengandung peroksida akan membentuk
lemak dan olahan lainnya sebesar 42,2±45,5 radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas
gram per orang per hari pada seluruh merupakan senyawa yang berbahaya bagi
kelompok umur. Sebanyak hampir seluruh kesehatan tubuh karena dapat menyebabkan
penduduk Propinsi Jawa Tengah kerusakan DNA sel, kematian sel dan
menggunakan minyak kelapa sawit dan berpotensi menimbulkan kanker. Radikal
minyak kelapa dibandingkan olahan lainnya bebas dapat memicu terjadinya kanker paru,
(95,4%).2 kanker kulit, kanker kolon dan kanker
Minyak goreng adalah lemak yang esophagus.7 Artinya, banyak mengkonsumsi
berbentuk cair pada suhu kamar.Minyak makanan berminyak yang mengandung tinggi
goreng merupakan bahan pangan dengan peroksida dapat berbahaya bagi kesehatan
komposisi utama trigliserida yang berasal dari tubuh.
bahan nabati, dengan atau tanpa perubahan Kecamatan Tembalang Kota Semarang
kimiawi dan telah melalui proses rafinasi atau merupakan salah satu wilayah yang ada di
pemurnian yang digunakan untuk kota Semarang, Jawa Tengah. Di wilayah ini
menggoreng. Selama penggorengan terjadi terdapat cukup banyak pedagang yang
hidrolisa, oksidasi dan dekomposisi minyak berjualan gorengan. Berdasarkan hasil survei
yang dipengaruhi oleh bahan pangan dan pendahuluan, terdapat sekitar 30 pedagang
kondisi penggorengan.3 Pada saat gorengan yang berlokasi di pinggir jalan. Para
penggorengan, sebagian kecil minyak goreng pedagang gorengan tersebut menggunakan
akan diserap oleh bahan pangan yang minyak goreng secara berulang-ulang, bahkan
digoreng, sehingga kualitas minyak goreng hingga minyak berwarna hitam. Padahal
akan mempengaruhi cita rasa makanan yang minyak goreng yang berwarna hitam sudah
digoreng.4 tidak layak untuk digunakan kembali. Hal ini
Minyak goreng akan mengalami terjadi juga disebabkan karena belum adanya
kerusakan apabila digunakan secara lebih dari pengawasan mengenai ketengikan pada
2 kali penggorengan. Kerusakan minyak yang minyak goreng di pedagang kaki lima oleh
terjadi pada saat penggorengan meliputi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
oksidasi, polimerasi, dan hidrolisis. Oleh sebab itu, perlu adanya pengawasan
Penggunaan minyak goreng berulang kali yang lebih ketat untuk menjaga keamanan

©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.


Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211
Pengestuti dan Rohmawati. Amerta Nutr (2018) 205-211 207
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

pangan dan kualitas gizi makanan yang dijual sejumlah Iod yang dibebaskan pada kalium
di pinggir jalan sehingga dapat menjaga status Iodida melalui reaksi oksidasi oleh peroksida
gizi dan kesehatan masyarakat. dalam minyak pada suhu ruang di medium
Penelitian ini bertujuan untuk kloroform atau asam asetat. Prosedur
mendeskripsikan dan menganalisis jumlah penentuan bilangan peroksida berdasarkan
bilangan peroksida pada minyak goreng yang SNI 01-3741-2013.8
digunakan oleh para pedagang gorengan di Analisis data dengan menggunakan
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Hasil analisis univariat yang menghasilkan distribusi
pengujian bilangan peroksida pada minyak frekuensi dan persentase dari variabel. Hasil
goreng kemudian dibandingkan dengan dalam penelitian ini meliputi hasil secara
Standar Mutu Minyak Goreng SNI nomor 01- deskriptif dengan menggunakan tabel
3741-2013. distribusi frekuensi, mean dan median.

METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain penelitian ini adalah deskriptif Pada penelitian ini, pedagang gorengan
observasional dengan populasi berupa minyak menggunakan 2 jenis minyak goreng yaitu
goreng yang digunakan pedagang gorengan minyak goreng dengan kemasan premium dan
yang berjualan di pinggir jalan di wilayah bermerek, yang dibeli di swalayan sekitar
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Teknik lokasi berjualan dan minyak goreng yang dibeli
pengambilan sampel pada penelitian ini di pasar dengan kemasan plastik, tanpa merek
menggunakan total sampling. Terdapat 30 (curah). Berdasarkan Tabel 1. diketahui
orang pedagang yang menjual gorengan, bahwa hampir semua pedagang menggunakan
namun hanya 25 orang yang bersedia diambil jenis minyak goreng curah. Minyak goreng
sampel minyak goreng yang dipakai. sangat mudah untuk mengalami oksidasi. Oleh
Wawancara dengan kuesioner dilakukan pula sebab itu, minyak goreng yang digunakan
untuk mengumpulkan data terkait dengan berulang kali atau disebut juga minyak
karakteristik pedagang, yaitu usia, jenis jelantah telah mengalami penguraian molekul-
kelamin, pendidikan terakhir dan jangka molekul, sehingga titik asapnya pun menurun,
waktu berdagang gorengan. Wawancara dan apabila disimpan lebih lama lagi dapat
hanya dapat dilakukan terhadap 18 orang menyebabkan minyak menjadi berbau tengik.
pedagang, sedangkan 7 orang lainnya Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan
menolak. Sampel yang diambil untuk diteliti yang salah dalam jangka waktu tertentu
diambil dari wajan penggorengan yang menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida
digunakan sebanyak ± 100 ml minyak goreng menjadi gliserol dan FFA (free fatty acid) atau
per pedagang. Sampel minyak ditempatkan asam lemak jenuh.9,10
pada botol kaca bertutup, dilakukan Kerusakan lemak atau minyak yang
pencatatan suhu, jenis bahan yang digoreng utama adalah karena peristiwa oksidasi dan
dan frekuensi penggunaan minyak saat hidrolitik, baik enzimatik maupun non
dilakukan pengambilan sampel tersebut. enzimatik. Hasil yang diakibatkan oksidasi
Pengukuran suhu minyak dilakukan dengan lemak antara lain peroksida, asam lemak,
menggunakan thermometer makanan digital aldehid dan keton. Bau tengik atau rancidity
merk KIMO. terutama disebabkan oleh aldehid dan keton.
Penentuan bilangan peroksida sampel Tingkat kerusakan minyak dapat diketahui
dilakukan menggunakan uji peroksida dengan dengan bilangan peroksida atau angka
metode iodometri. Uji peroksida dilakukan di thiobarbiturat.10,11
Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat Berdasarkan hasil penelitian, rerata
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas bilangan peroksida pada minyak goreng
Diponegoro, Semarang. Prinsip penentuan hampir mendekati batas maksimal bilangan
peroksida dengan menggunakan metode peroksida pada minyak goreng (Tabel 1).
titrasi yaitu berdasarkan pada pengukuran Menurut SNI nomor 3741 tahun 2013, batas

©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.


Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211
Pengestuti dan Rohmawati. Amerta Nutr (2018) 205-211 208
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

Tabel 1. Karakteristik dan Bilangan Peroksida minyak goreng dari pedagang gorengan di Wilayah
Kecamatan Tembalang Kota Semarang
Variabel Satuan Rerata ± SD Minimum-Maximum
Suhu saat pengambilan sampel ⁰C 124,5 ± 42,5 46,9-177,1
Frekuensi pakai Kali 1 1-2
Bahan makanan yang digoreng N (%)
Tahu 6 (24)
Tempe 10 (40)
Bakwan 1 (4)
Ubi 1 (4)
Campuran (sisa penggorengan sehari 7 (28)
sebelum pengambilan sampel
penelitian)
Jenis minyak N (%)
Curah 18 (72)
Bermerek 7 (28)
Bilangan Peroksida mEq O2/Kg 9,59 ± 3,47 3,59-16,91
Curaha 8,77 ± 3,49 3,59-16,91
Bermerek 11,72 ± 2,49 8,63-15,47
a
Berbeda signifikan antara minyak curah dengan minyak bermerek, Uji Mann-Whitney, p value=0,026 < 0,05

maksimal bilangan peroksida adalah 10 mEq pada minyak meningkat seiring dengan
O2/Kg.Sebanyak 11 dari 25 sampel minyak meningkatnya jumlah oksigen yang terlarut
goreng memiliki jumlah bilangan peroksida dalam minyak. Kemudahan untuk bereaksi
lebih dari 10 mEq O2/Kg. Artinya, 44% minyak dengan minyak ditentukan pula oleh proporsi
goreng yang digunakan telah rusak, hal ini jenis oksigen yang terlarut dalam minyak.
ditunjukkan dengan peningkatan bilangan Singlet oksigen lebih mudah dan lebih cepat
peroksida pada sampel minyak goreng.Salah bereaksi dengan minyak, sedangkan triplet
satu penyebab kenaikan bilangan peroksida oksigen bereaksi dengan radikal bebas.13
adalah minyak goreng yang digunakan berkali- Pada penelitian ini, jumlah bilangan
kali oleh para pedagang. peroksida paling tinggi yaitu sebesar 16,91
Penelitian yang menggunakan pula mEq O2/Kg terdapat pada sampel dengan jenis
minyak sawit sebagai minyak untuk minyak goreng curah. Namun demikian, rerata
menggoreng kerupuk menemukan bahwa bilangan peroksida minyak bermerek lebih
penggorengan sebanyak 5 kali dapat tinggi dibandingkan minyak goreng curah.
meningkatkan bilangan peroksida minyak Rerata bilangan peroksida minyak goreng
sawit, yaitu 4,84 mEq O2/Kg pada curah pada penelitian ini adalah 8,77 mEq
penggorengan pertama dibandingkan dengan O2/Kg, sedangkan rerata pada minyak goreng
14,26 mEq O2/Kg pada penggorengan ke 5.12 bermerek adalah 11,77 mEq O2/Kg. Jumlah
Selain itu, penyimpanan minyak goreng tidak sampel yang memiliki kandungan peroksida
dilakukan secara tertutup, sehingga dapat diatas standar SNI lebih banyak terjadi pada
mempengaruhi kandungan peroksida pada minyak goreng bermerek (Gambar 1). Pada
minyak goreng akibat kontak dengan udara minyak goreng bermerek telah melalui proses
luar. Faktor penyimpanan minyak goreng penjernihan berulang dan kemungkinan
seringkali kurang diperhatikan oleh pedagang. berbeda jumlah tahapan penjernihannya
Pada prinsipnya, proses oksidasi minyak dibandingkan dengan minyak goreng curah.
dapat terjadi selama penyimpanan melalui Penyebab ketidakstabilan oksidatif pada
reaksi autooksidasi dan oksidasi fotosintesis. minyak dapat disebabkan oleh metode selama
Konsentrasi dan jenis oksigenmempengaruhi proses pengolahan minyak. Pada minyak
terjadinya oksidasi dalam minyak, dalam mentah (crude oil), perlakuan penyaringan
bentuk triplet oksigen (3O2) dan singlet dan penjernihan (bleaching) lebih minimal
oksigen (1O2) dari udara. Terjadinya oksidasi dibandingkan dengan minyak yang mengalami
©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.
Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211
Pengestuti dan Rohmawati. Amerta Nutr (2018) 205-211 209
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

80
71,4
70 66,7

60 56
Jumlah sampel (%)

50 44
40 33,3 Sesuai SNI
28,6
30 Di atas SNI

20

10

0
Curah (n=18) Bermerek (n=7) Total Jenis Minyak

Gambar 1. Persentase sampel minyak goreng yang memenuhi dan tidak memenuhi standar SNI
(> 10 mEq O2/kg)

proses tersebut (refined oil).13 Namun pemanasan, dan suhu pemanasan. Pada suhu
demikian, penelitian ini tidak meneliti lebih dari 100⁰C, asam lemak jenuh pada
secaraseksama proses penjernihan pada minyak akan teroksidasi.Suhu yang tinggi
kedua jenis sampel tersebut. Faktor lain yang selama penggorengan akan mempercepat
tidak diteliti adalah jumlah bilangan peroksida proses oksidasi pada minyak dan proses
di awalsebelum digunakan menggoreng oleh oksidasi akan menurun apabila suhu turun.13,15
para pedagang gorengan. Pada penelitian ini, rerata suhu yang tercatat
Pada penelitian dengan sampel minyak saat pengambilan sampel dapat dijadikan
goreng curah tanpa merek dan berfortifikasi sebagai gambaran umum suhu yang
vitamin A, bilangan peroksida pada awal digunakan, yaitu sebesar 124,5 ± 42,5⁰C dan
penelitian berkisar dibawah 2 mEq O2/kg, 4 suhu maksimal mencapai 177,1⁰C. Pada
mEq O2/kg dan 9 mEq O2/kg. Perlakuan yang penelitian di Tanzania dengan sampel minyak
diberikan adalah berupa perbedaan suhu kelapa sawit menunjukkan terdapat
penyimpanan pada 60, 75 dan 90OC dan perubahan bilangan peroksida yang signifikan
kemudian diukur kandungan peroksida serta dibadingkan dengan awal (0,19 mEq O2/kg).
umur simpannya. Penelitian tersebut Pemanasan pada suhu 120⁰C selama 60 hari
menemukan bahwa minyak dengan dengan lama pemanasan setiap harinya
kandungan peroksida awal tergolong tinggi adalah 3 jam dapat meningkatkan bilangan
akan memperpendek umur simpan minyak peroksida sebesar 26,81±0,33 mEq O2/kg.16
dan bilang peroksida lebih cepat mencapai Minyak goreng yang mengandung tinggi
batas yg dianjurkan oleh SNI yaitu 10 mEq bilangan peroksida dapat menyebabkan
O2/kg. Selain itu, penyimpanan pada suhu kerusakan pada zat gizi makanan yang
tinggi dapat pula menurunkan masa simpan digoreng serta dapat berdampak pada
minyak goreng sebagai akibat meningkatnya kesehatan. Pada minyak goreng yang
pula kandungan peroksida dalam minyak mengandung tinggi peroksida akan
goreng.14 menurunkan stabilitas kandungan vitamin A
Tingginya bilangan peroksida dapat pula yang difortifikasi pada minyak goreng.5,14 Hasil
dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu jenis penelitian Andarwulan dkk menunjukkan
minyak goreng (berkaitan dengan komposisi bahwa penurunan kandungan vitamin A
asam lemak penyusun minyak), lama terjadi pada minyak goreng sawit yang

©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.


Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211
Pengestuti dan Rohmawati. Amerta Nutr (2018) 205-211 210
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

memiliki kandungan peroksida 9 mEq O2/kg penyimpanan minyak goreng, baik yang belum
pada awal penelitian.14 Penurunan kandungan digunakan maupun sisa minyak yang
vitamin A dapat mengindikasikan pula digunakan sehari sebelumnya, pada tempat
terjadinya peningkatan kandungan peroksida tertutup dan kedap cahaya matahari, serta
dalam minyak goreng, baik yang pada awalnya frekuensi penggantian minyak goreng dengan
mengandung sedang (mildly) atau tinggi yang baru dapat dilakukan dengan jangka
(highly) kandungan peroksida.17 waktu lebih pendek.
Penelitian dengan menggunakan tikus Berdasarkan wawancara dengan
Wistar yang diberikan perlakuan pemberian pedagang gorengan, sebagian besar telah
minyak goreng yang dipanaskan berulang berjualan gorengan lebih dari 5 tahun (Tabel
hingga 3 kali dibandingkan dengan yang hanya 2). Apabila pengetahuan mengenai pentingnya
digunakan 1 kali menunjukkan bahwa keamanan pangan terutama penggunaan
terdapat kerusakan yang lebih signifikan pada minyak goreng yang aman untuk produk
jejunum, usus besar dan liver pada kelompok gorengan serta dampaknya bagi kesehatan
tikus yang diberi minyak goreng digunakan tidak diketahui, maka semakin banyak
berulang 3 kali. Terdapat peningkatan level konsumen yang mengkonsumsi senyawa
enzim yang berperan sebagai antioksidan peroksida dari gorengan.
terjadi pada tikus tersebut sebagai respon atas
terjadinya stress oksidatif. Hal ini disebabkan KESIMPULAN
oleh terbentuknya Reactive Oxygen Species
(ROS). Analisis pada sampel darah juga Hasil uji peroksida menyatakan bahwa
menunjukkan peningkatan glukosa, kreatinin 44% minyak goreng melebihi batas maksimal
dan kolesterol dengan seiring penurunan level bilangan peroksida (>10 mEq O2/Kg, SNI 3741-
protein dan albumin pada tikus yang diberi 2013). Minyak curah mempunyai rerata nilai
pakan minyak goreng dengan penggorengan peroksida lebih rendah dibandingkan minyak
berulang.18 bermerek.

Tabel 2. Karakteristik pedagang gorengan di ACKNOWLEDGMENT


Wilayah Kecamatan Tembalang Kota
Semarang Penulis mengucapkan terimakasih
Variabel Satuan Nilai kepada pedagangan gorengandi wilayah
Rerata usia Tahun 39,5 ± 3 Kecamatan Tembelang Jawa Tengah yang
Jenis Kelamin N (%) telah bersedia menjadi responden dan
Laki-laki 8 (44,4) meluangkan waktu dalam penelitian, serta
Perempuan 10 kepada Fakultas Kesehatan Masyarakat,
(55,6) Universitas Diponegoro telah memberikan
Pendidikan terakhir N (%) kontribusi kepada penelitian ini tercapai.
Tidak tamat SD 2 (11,1)
SD 5 (27,8) REFERENSI
SMP 5 (27,8)
SMU 6 (33,3) 1. Badan Pusat Statistik. Survei Sosial
Rerata jangka waktu Bulan 79 ± 20 Ekonomi Nasional 2012. Socio-
berjualan Economic/Monitoring Survey (2012).
2. Santoso, B., Sulistiowati, E., Fajarwati, T.
Mengingat rerata kandungan bilangan & Pambudi, J. Studi Diet Total: Survei
peroksida pada penelitian ini tergolong tinggi Konsumsi Makanan Individu Provinsi
atau hampir mendekati batas yang dianjurkan Jawa Tengah 2014. Badan Penelitian
oleh pemerintah, maka yang dapat dilakukan dan Pengembangan Kesehatan (2014).
oleh pedagang gorengan sebagai upaya untuk doi:978-602-1099-31-5
menahan laju kerusakan minyak goreng yang 3. Chatzilazarou, A., Gartzi O., Lalas, S.,
digunakan antara lain adalah faktor Zoidis, E., Tsaknis, J. Physicochemical

©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.


Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211
Pengestuti dan Rohmawati. Amerta Nutr (2018) 205-211 211
DOI : 10.2473/amnt.v2i2.2018.205-211

Changes of Olive Oil and Selected Jaarin, K. Deep-fried keropok lekors


Vegetable Oil during frying. J. Food increase oxidative instability in cooking
Lipids13, 27–35 (2006). oils. Malaysian J. Med. Sci.19, 58–63
4. Aladedunye, F. A. & Przybylski, R. (2012).
Degradation and Nutritional Quality 13. Choe, E., Min, D. . Mechanisms and
Changes of Oil During Frying. J. Am. Oil Factors for Edible Oil Oxidation. Compr.
Chem. Soc.86, 149–156 (2009). Rev. Food Sci. Food Saf.5, 169–186
5. Falade, A. O. & Oboh, G. Thermal (2006).
oxidation induces lipid peroxidation and 14. Andarwulan, N., Gitapratiwi, D., Laillou,
changes in the physicochemical A., Fitriani, D., Hariyadi, P., Regina, M.P.,
properties and β-carotene content of Martianto, D. Quality of vegetable oil
arachis oil. Int. J. Food Sci.2015, 1–7 prior to fortification is an important
(2015). criteria to achieve a health impact.
6. Pomeranz, Y. & Meloan, C. E. Food Nutrients6, 5051–5060 (2014).
analysis: theory and practice. Food 15. Pavlovska, G., Shurkova, N., Jankuloska,
analysis: theory and practice. (1994). V. Oxidative stability of refined
7. Mozaffarian, D. et al. Dietary intake of sunflower oil at room temperature and
trans fatty acids and systemic during conventional frying. Food
inflammation in women. Am. J. Clin. Environ. Saf. J.16, 29–33 (2017).
Nutr.79, 606–612 (2004). 16. Ngassapaa, F.N., Nyandoroa, S.S.,
8. Badan Standardisasi Nasional. Minyak Mwaisakab, T. . Effects of Temperature
goreng. (Badan Standardisasi Nasional, on the Physicochemical Properties of
2013). Traditionally Processed Vegetable Oils.
9. Ketaren, S. Pengantar Teknologi Minyak Tanz. J. Sci38, 166–175 (2012).
dan Lemak Pangan. (UI Press, 2012). 17. Pignitter, M., Dumhart, B., Gartner, S.,
10. Mariod, A., Matthäus, B., K., Eichner., Jirsa, F., Steiger, G., Kraemer, K.,
Hussein, I. . Frying quality and oxidative Somoza, V. Vitamin A Is Rapidly
stability of two unconventional oils. J. Degraded in Retinyl Palmitate-Fortified
Am. Oil Chem. Soc.83, 529–538 (2006). Soybean Oil Stored under Household
11. Bukola, A.O.C., Francis, G.A., Patience, Conditions. J. Agric. Food Chem.62,
A., Olalekan, O. . Effects of Different 7559–7566 (2014).
Storage Temperature on the 18. Rekhadevi, P.V., Rajagopal, S. Evaluation
Physicochemical Properties of Cooking of the deleterious health effects of
Oils Available in Nigeria Markets. Eur. J. consumption of repeatedly heated
Acad. Essays ISSN2, 7–14 (2015). vegetable oil. Toxicol. Reports3, 636–
12. Kamisah, Y., Shamil, S., Nabillah, M.J., 643 (2016).
Kong, S. Y. & Hamizah, N.A.S., Qodriyah,
H.M.S., Azlina, M.F.N., Azman, A.,

©2018. Pengestuti dan Rohmawati. Open access under CC BY – SA license.


Received:20-12-2017, Accepted: 25-6-2018, Published online: 30-6-2018.
doi: 10.20473/amnt.v2.i2.2018.205-211

Anda mungkin juga menyukai