DISUSUN OLEH :
ADE IRAWAN DWI SAPUTRA
DIAH YULIA CITRA
NADIYA UTARI
NINA ROSIANA PUTRI
REVI PERMATA SARI
SHERLY MUTIA ANGGRAINI
ZAHARA YOULANDA USMAN
KELAS : XI MIPA5
GURU PEMBIMBING : SUKMANIAR, S.Pd
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah STATISTIKA DAN PELUANG sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai STATISTIKA DAN PELUANG.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.2.Pengertian data....................................................................................................................6
frekuensi...................................................................................................................................11
2.6. Menghitung ukuran pemusatan, ukura letak dan ukuran penyebaran data.................... ..14
ATURAN PENCACAHAN
2.8. permutasi...........................................................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Secara etimologis kata statistic berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa inggris) atau kata staat (bahasa belanda), dan yang
dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi negara. Pada mulanya, kata statistic diartikan
sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif)
maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan
kegunaan yang besar bagi suatu Negara.
Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistic hanya di batasi pada kumpulan
bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) dan yang tidak berwujud angka
(data kualitatif).
Istilah statistic juga sering diberi pengertian sebagai kegiatan statistic atau kegiatan
persetatistikan atau kegiatan pensetatistikan. Sebagaimana disebutkan dalam undang-undang
tentang statistic (lihat undang-undang No. 7 tahun 1960), kegiatan statistic mencakup 4 hal,
yaitu: (1) pengumpulan data, (2) penyusunan data, (3) pengumuman dan pelaporan data, dan
(4) analisis data.
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar siswa siswi mengetahui jenis-jenis statistik
berdasarkan metodenya dan hal-hal yang lain yang perlu diketahui penyusun untuk
menambah wawasan tentang ilmu statistika. Dan juga diharapkan siswa siswi
memiliki kemampuan dalam menjelaskan konsep-konsep dalam peluang
dan dapat menyelesaikan masalah tentang peluang.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI STATISTKA
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Statistika merupakan ilmu yang
berkenaan dengan data sedang statistik adalah data informasi atau hasil penerapan algoritma
statistika pada suatu data. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi sampel unit sampel
dan probabilitas.
Ada dua macam statistika yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial.
Statistika deskriptif berkenaan dgn deskripsi data misal dari menghitung rata-rata dan varians
dari data mentah; mendeksripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data
mentah lebih mudah “dibaca” dan lebih bermakna. Sedangkan statistika inferensial lebih dari
itu misal melakukan pengujian hipotesis melakukan prediksi observasi masa depan atau
membuat model regresi.
Bidang kajian/ cakupan statistik deskriptif :
1. Distribusi frekuensi
2. Penyajian grafik, bagan dan diagram
3. Pengukuran tendensi sentral/ pemusatan (mean, median, modus)
4. Pembagian distribusi (kuartil, desil, persentil)
5. Variabilitas (range, mean deviasi, standar deviasi, Z score )
6. Angka indeks
7. Time series (deret waktu atau data berkala)
5
2. Statistik non parametrik : Jenis statistik di mana parameter populasi tidak mengikuti
distribusi normal atau distribusi bebas (free distribution) dan varians tidak perlu
homogen.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam
(misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi),
maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri. Statistika juga digunakan dalam
pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur
yang paling dikenal.
Jika suatu kesimpulan data sudah dihimpun, pada statistika deskriptif kita hendak
menyimpulkan data itu dalam beberapa hal. Pertama kita hendak membuat tabel, misalnya
tabel frekuensi, tabel frekuensi kumulatif dan lain-lain yang mengatur data kasar itu. Juga
kita akan melihat diagram atau grafik yang dapat memberi gambaran mengenai keseluruhan
data itu, misalnya diagram lambang (piktogram), diagram batang, diagram lingkaran,
histogram, ogive dan lain-lain. Kemudian kita hendak menghitung karakteristik data yang
dapat mencakup semua data itu, misalnya rata-rata, median, modus dan lain-lain.
6
Populasi orang atau individu adalah keseluruhan orang atau individu (dapat pula berupa
benda-benda) yang menjadi obyek perhatian.
Populasi data adalah populasi yang terdiri atas keseluruhan karakteristik yang menjadi obyek
perhatian.
Sampel juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Sampel orang atau individu adalah sampel yang terdiri atas orang-orang (dapat pula berupa
benda-benda) yang merupakan bagian dari populasinya yang menjadi obyek perhatian.
Sampel data adalah sebagaian karakteristik dari suatu populasi yang menjadi obyek
perhatian.
b. Tabel dua arah atau dua komponen adalah tabel yang menunjukkan dua
kategori atau dua karakteristik. Tabel berikut ini adalah contoh tabel dua
arah.
7
Jumlah Mahasiswa UPH menurut Fakultas dan Kewarganegaraan 1995
c. Tabel tiga arah atau tiga komponen adalah tabel yang menunjukkan tiga
kategori atau tiga karakteristik. Contoh tabel berikut ini.
Jumlah Pegawai Menurut Golongan, Umur dan Pendidikan
Pada Departemen A Tahun 2000
Umur (Tahun) Pendidikan
Golongan Non
25 – 35 > 35 Sarjana
Sarjana
I 400 500 900 0
II 450 520 970 0
III 1.200 2.750 1.850 2.100
IV 0 250 0 250
Jumlah 2.050 4.020 3.720 2.350
Penyajian data dengan grafik/diagram dianggap lebih komunikatif karena dalam waktu
singkat dapat diketahui karakteristik dari data yang disajikan. Dan terdapat jenis jenis
diagram / grafik yaitu:
1. Diagram garis
Penyajian data statistik dengan memakai diagram berbentuk garis lurus disebut dengan
diagram garis lurus ataupun diagram garis. Diagram garis biasanya dipakai untuk menyajikan
data statistik yang didapat berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu secara berurutan.
Sumbu X menunjukkan waktu pengamatan, Sedangkan sumbu Y menunjukkan nilai-nilai
data pengamatan untuk suatu waktu tertentu. Kumpulan waktu dan juga pengamatan
membentuk titik-titik pada bidang XY, Lalu selanjutnya kolom dari tiap dua titik yang
8
berdekatan tadi dihubungkan dengan garis lurus sehingga akan didapat diagram garis atau
sering disebut juga grafik garis.
2. Diagram lingkaran
Penyajian data statistik dengan memakai gambar yang berbentuk lingkaran. Lalu bagian-
bagian dari daerah lingkaran, menunjukkan persen data. Untuk membuat diagram lingkaran,
pertama-tama terlebih dahulu ditentukannya besar persentase tiap objek terhadap keseluruhan
data dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran.
Diagram batang
9
Contoh diagram batang
Dapat diajukan sebagai contoh penyebaran data. Di dalam diagram batang daun, data yang
telah terkumpul diurutkan terlebih dahulu dari data ukuran terkecil sampai data dengan
ukuran yang terbesar. Diagram ini terdiri dari dua bagian, diantaranya yaitu batang dan daun.
Pada bagian batang memuat angka puluhan serta bagian daun memuat angka satuan.
10
Diagram kotak garis
Data statistik yang dipakai untuk menggambarkan diagram kotak garis yaitu statistik Lima
Serangkai, yang dimana terdiri dari data ekstrim (data yang terkecil dan data yang terbesar),
Q1, Q2 dan Q3.
Nilai Frekuensi
4 7
5 7
6 11
7 10
8 5
Jumlah ∑f = 40
11
Nilai Frekuensi
30 – 34 3
35 – 39 7
40 – 44 12
45 – 49 17
50 – 59 25
60 – 64 18
65 – 69 13
70 – 74 5
Jumlah ∑f = 100
12
Frekuensi relatif adalah banyaknya data (frekuensi ) yang dihitung dengan prosen.
Frekuensi Relatif = fi . x 100%
∑fi
Contoh :
Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
36 – 44 2 5
45 – 53 5 12,5
54 – 62 6 15
63 – 71 12 30
72 – 80 8 20
81 – 89 4 10
90 – 98 3 7,5
Jumlah 100
2
Frekuensi relative untuk kelas pertama = x 100% = 5
40
13
Ukuran pemusatan data terdiri dari tiga bagian yaitu mean, median , dan modus.
a. Rataan hitung (mean)
Rataan Hitung dari data tunggal
n
x 1+ x 2+ x 3+… xn
∑ xi
rataan= atau rataan= i=1
n n
Contoh: Tentukan rataan hitung dari data:
9 8 4 12 6 9 5 3
x 1+ x 2+ x 3+… xn
Jawab: x =
n
= 1 ( 9+8+4+12+6+9+5+3 )
8
= 7
∑ f 1.x 1
i=1
x= 5
∑f1
i =1
b).Median
1). Median untuk data tunggal
Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan median dilambangkan me.
Untuk menentukan nilai median data tunggal dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengurutkan data kemudian dicari nilai tengah
2. Jika banyaknya data besar , setelah data diurutkan , digunakan rumus :
x1
Untuk n ganjil : me = (n+1)
2
1 xn+1
Untuk n genap : me = ¿ + )
2 2
Keterangan :
14
n
Tb = tepi bawah dari kelas
2
f = frekuensi kumulatif
fm = frekuensi kelas median
p = interval
b. Modus
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertingggi . jika satu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila
mempunyai dua modus disebut bomodal , sedangkan mempunyai modus lebih dari
dua disebut multi modal . modus dilambangkan dengan mo .
1). Modus data tunggal
Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan
frekuensi tertingggi.
2). Modus data kelompok
Modus dat kelompok ditentukan dengan rumus
Mo = L + d1 . p
d1 + d2
Keterangan :
Mo = Modus
Tb = tepi bawah kelas modus
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya.
P = panjang interval kelas
15
contoh
Jawab :
Jumlah data (n) = 7
b.Desil
Desil adalah suatu nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian yang sama banyak
( setelah data diurutkan).
1). Desil untuk data tunggal
i(n+1)
Di =
10
Keterangan : Di = desil ke i
i = 1,2.3,4,5,6,7,8,9,
n = banyaknya data
2). Desil untuk data kelompok
i.n
(
Di = tb + 100
f
−F
).p
Keterangan : Di = desil ke i
n = banayak data
F = frekuensi kumulatif
16
f = frekuensi kelas desil
tb = tepi bawah kelas
P = panjang kelas
Contoh untuk data kelompok.
Tentukan Desil ke 7 dari data dibawah ini
Nilai Frekuensi
50 – 54 6
55 – 59 9
60 – 64 12
65 – 69 15
70 – 74 20
75 – 79 10
80 – 84 8
∑ f = 80
Jawab:
Nilai Frekuensi F kumulatif
50 – 54 6 6
55 – 59 9 15
60 – 64 12 27
65 – 69 15 42
70 – 74 20 62
75 – 79 10 72
80 – 84 8 80
7
D7 terletak pada data ke x 80 = 56.
10
Kelas D7 pada interval 70 – 74
Fk = 42
F7 = 20
D7 = 69,5 + 56 – 42 . 5
20
= 69,5 + 3,5
= 73
17
c. Persentil
Jika data dibagi menjadi 100 bagian yang sama maka ukuran itu disebut persentil.
1) Persentil untuk data tunggal
i(n+1)
Pi =
100
Keterangan : Pi = Persentil ke i
i = 1,2.3,,,,,99
n = banyaknya data
2). Persentil untuk data kelompok
i .n
(
Pi = tb 1 oo
f
−F
.p )
Keterangan : Pi = persentil ke i
n = banyak data
F = frekuensi kumulatif
f = frekuensi kelas persentil
tb = tepi bawah kelas
P = panjang kelas
Contoh :
6,7,3,4,8,3,7,6,10,15,20
Jawab :
Dari data di atas diproleh xmaks = 20 dan xmin = 3
Jadi R = Xmaks – Xmin
=20 – 3 = 17
18
2) Range data berkelompok
Untuk data berkelompok , nilai tertingggi diambil dari nilai tengah kelas tertingggi dan
nilai terendah diambil dari nilai kelas yang terendah
Contoh:
berikut ini adalah data yang sudah dikelompokkan dari harga saham pilihan pada bulan Juni
2007 di BEJ. Hitunglah Range dari data tersebut.
Harga saham
1 160 – 303 2
2 304 – 447 5
3 448 – 591 9
4 592 – 735 3
5 736 – 878 1
Penyelesaian:
Range = batas atas kelas tertinggi – batas bawah kelas terendah
= 878 – 160
= 718
simpangan rata rata suatu data adalah nilai rata rata dari selisih setiap data dengan nilai
rataan hitung
SR = ∑ | xi – x |
n
2) simpangan rata rata data kelompok
SR = ∑Fi | xi – x |
∑fi
Ket : xi = ukuran data ke i
x = rataan hitung(mean)
19
|…| = nilai mutlak
c. Simpangan Baku ( Deviasi Standart)
Simpangan baku adalah akar dari jumlah kuadrat deviasi dibagi banyaknya data.
1). Simpangan baku data tunggal
S = √∑( xi – x )2
N
2). Simpangan baku data kelompok
S = √∑fi ( xi – x )2
∑fi
ATURAN PENCACAHAN
20
Aturan pencacahan adalah metode untuk menghitung berapa banyak cara yang mungkin
terjadi dalam suatu percobaan . yang termasuk aturan encacahan yaitu (Perkalian, Permutasi,
Kombinasi dan peluang)
“Jika suatu prosedur dapat dipecah menjadi dua tahap, dan jika tahap pertama menghasilkan
m keluaran yang mungkin dan masing-masing keluaran dilanjutkan ke tahap kedua dengan n
keluaran yang mungkin, maka prosedur tersebut akan menghasilkan m x n keluaran yang
mungkin”. Kaidah perkalian sebagaimana dikemukakan di atas dapat pula dipahami sebagai
kaidah pengisian tempat yang tersedia yaitu jika suatu kejadian terjadi dengan m cara berbeda,
kejadian kedua dapat terjadi dengan n cara berbeda, dan kejadian ketiga dapat terjadi dengan p cara
berbeda, dan seterusnya, maka kejadian seluruhnya adalah m x n x p x .... cara berbeda
contoh soal;
1. Rina mempunyai 5 kaos dan 4 celana. Ada berapa cara berbeda untuk Rina memakai
pakaiannya?
jawab;
untuk memakai kaos Rina mempunyai 5 cara, dan untuk memakai celana Rina mempunyai 4
cara, sehingga Rina mempunyai 5 x 4 (20) cara berbeda untuk memakai pakaiannya.
2. ada berapa bilangan yang terdiri 3 angka yang dapat dibentuk dari angka 5,6,7,8 dan 9
dengan syarat bahwa setiap bilangan tidak boleh ada angka yang sama?
jawab;
pada tempat ratusan ada 5 cara, pada tempat puluhan ada 4 cara (karena tidak boleh ada
angka yang sama sehingga kita mengambil salah satu angka dari kelima angka tersebut), pada
tempat puluhan ada 3 cara. jadi banyaknya bilangan adalah 5 x 4 x 3 = 60 bilangan.
2.8 Permutasi
Permutasi dapat berupa permutasi siklis maupun permutasi berulang sebagai berikut :
1. Permutasi Siklis
21
Permutasi siklis adalah jenis permutasi yang beranggapan bahwa susunan benda
berbentuk lingkaran. Dengan kata lain, permutasi siklis digunakan untuk melihat banyaknya
penyusunan benda yang disusun secara melingkar.
nP(siklis) = (n - 1)!
2. Permutasi Berulang
nPr (berulang) = nr
dengan :
n = banyaknya objek yang dapat dipilih
r = jumlah yang harus dipilih.
Jika permutasi diatas tidak ada unsur yang sama alias tiap element berbeda-beda.
maka ada juga permutasi dengan elemen yang sama misalnya pada kata
MATEMATIKA dimana terdapat 3 huruf A, 2 huruf M dan 2 huruf T . Maka rumus nya nya
n!
r1! x r2! x ri!......
Contoh:
Lima putra dan tiga putri duduk berderet pada 8 kursi kosong sesuai dengan 8 lembar karcis
bioskop yang mereka miliki. Berapa banyak cara untuk duduk yang diperoleh dengan urutan
berbeda jika :
Jawab:
22
2.9. Kombinasi
Kombinasi adalah campuran atau gabungan atau susunan dari semua atau sebagian
elemen dari suatu himpunan yang tidak mementingkan urutan elemen. Banyaknya
kombinasi dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
n!
nCr= r ! ( n−r ) !
Contoh
Manuel Pelegrini membawa 16 pemain saat Manchester City melawan Liverpool di Etihad
Stadium. 11 orang diantaranya akan dipilih untuk bermain pada babak pertama. jika kita tidak
memperhatikan posisi pemain, berapakah banyaknya cara yang dapat diambil oleh pelatih
untuk memilih pemain?
Pembahasan:
Karena tidak mementingkan posisi pemain, maka kita gunakan rumus kombinasi:
16
C11 = 16! = 16 x 15 x 14 x 13 x 12 x 11!
11!(16-11)! 11!5!
2.10. Peluang
Definisi peluang
Himpunan semua kejadian yang mungkin dari suatu percobaan disebut Ruang Sampel atau
Ruang Contoh biasa diberi lambang huruf S
Bagaimana kalau sebuah koin uang logam dilemparkan sekali, apa saja yang mungkin
muncul?
S = {Angka, gambar}
n(S) = 2
Kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel dan
23
n(A)
P(A) = ———
n(S )
Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
n(A) = banyaknya anggota A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel S
Contoh :
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang muncul:
a. ketiganya sisi gambar;
b. satu gambar dan dua angka.
Penyelesaian:
a. S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}
Maka n(S) = 8
Misal kejadian ketiganya sisi gambar adalah A.
A = {GGG}, maka n(A) = 1
n(A) 1
P(A) = ——— =——
n(S ) 8
b. Misal kejadian satu gambar dan dua angka adalah B.
B = {AAG, AGA, GAA}, maka n(B) = 3
n(B) 3
P(B) = ——— =——
n(S ) 8
Jika kejadian A dalam ruang sampel S selalu terjadi maka n(A) = n(s), sehingga peluang
kejadian A yaitu :
n( A) S
P(A) =
n (S)
= S
=1
Suatu kejadian yang peluangnya nol dinamakan kejadian mustahil dan kejadian yang
peluangnya 1 dinamakan kejadan pasti.
Contoh
Sebuah dadu dilemparkan sekali, tentukan peluang munculnya
a. Mata dadu 8
b. Mata dadu kurang dari 7
24
Penyelesaian:
a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
misal kejadian muncul mata dadu 8 adalah A
A = { }, n(A) = 0
n(A) 0
P(A) = ——— = — = 0
n(S ) 6
Kejadian muncul mata dadu 8 adalah kejadian mustahil, P(A) = 0
b. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
misal kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah B
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(B) = 6
n(B) 6
P(B) = ——— = — = 1
n(S ) 6
Kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah kejadian pasti, P(A) = 1
Frekuensi harapan dari sejumlah kejadian merupakan banyaknya kejadian dikalikan dengan
peluang kejadian itu. Misalnya pada percobaan A dilakukan n kali, maka frekuensi
harapannya ditulis sebagai berikut.
Fh = n × P(A)
Contoh
Pada percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan
frekuensi harapan munculnya dua gambar dan satu angka.
Penyelesaian:
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} ⇒ n(S) = 8
A = {AGG, GAG, GGA} ⇒ n(A) = 3
n(A) 3
Fh(A) = n × P(A) = 240 × —— = 240 × —— = 90 kali
n(S) 8
Komplemen dari sebuah kejadian A adalah himpunan semua kejadian yang bukan A.
Komplemen kejadian A ditulia sebagai (A bar). Peluang dari sebuah kejadian dan
komplemennya selalu berjumlah 1( sebuah kejadian bisa terjadi / tidak terjadi)
25
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya:
a. nomor dadu ganjil,
b. nomor dadu tidak ganjil?
Penyelesaian:
a. S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6.
A adalah kejadian keluar nomor dadu ganjil
A = {1, 3, 5}, maka n(A) = 3 sehingga
n(A) 3 1
P(A) = ——— = —— = —
n(S ) 6 2
Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B
adalah kejadian munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan
ganjil atau prima!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
3
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) =
6
3
B = bilangan prima : {2, 3, 5} → P(B) =
6
2
A∩B = {3, 5} → P{A∩B} =
6
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
3 3 2 4 2
=
6
+ 6 – 6
= 6
= 3
2
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah
3
26
b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-
sama. Ini berarti A∩B = 0 atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
P (A∪ B) = P(A) + P(B)
Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B
adalah kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan
ganjil atau genap!
Penyelesaian:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
3
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) =
6
3
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =
6
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
3 3
= + = 1
6 6
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1
27
Misal kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama adalah A, maka:
6 1
A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)} → n(A) = 6 P(A) = =
36 6
Misal kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua adalah B, maka:
6 1
B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} → n(B) = 6 P(B) = =
36 6
1 1 1
P(A∩B) = P(A) × P(B) = x =
6 6 36
Jadi peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan mata dadu 5
1
pada dadu kedua =
36
Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak
berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian . Tentukan peluang terambilnya
keduanya bola merah!
Penyelesaian:
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah A, maka:
n(A) 5
P(A) = ——— = ——
n(S) 8
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah B, maka:
n(B/A) 4
P(B/A) = ——— = ——
n(S) 7
5 4 5
P(A∩B) = P(A) × P(B/A) = —— × —— = ——
8 7 14
28
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Adapun penyusun yang dapat simpulkan di dalam penyusun makalah ini di lihat dari
pembahasan diatas adalah :
1. Metode statistik prosedur – prosedur atau cara-cara penyajian dan penafsiran data.
Penyajiannya meliputi : penyajian, pengorganisasian, peringkasan dan penyajian data.
Sedangkan penafsiran data meliputi : pengdugaan, pengujian dugaan dan penarikan
kesimpulan.
2. Jenis Metode Statistik ada 2 yaitu :
Statistik deskriptif (Descriptive Statistics) adalah metode pengumpulan, peringkasan dan
penyajian data. Descriptive bersifatmemberi gambaran.
Statistik Inferensia (Inferential Statistics) adalah metode statistik peramalan, pendugaan
dan penarikan kesimpulan. Inferential bersifat melakukan generalisasi (penarikan
kesimpulan.
3. pada bab peluang materinya meliputi kaidah pencacahan , permutasi , kombinasi ,ruang
sampel peluang , frekuensi harapan, komplemen dan kejadian majemuk
4. peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran tingkat keyakinan
orang muncul atau tidak munculnya suatu kejadian atau pristiwa.
3.2. Saran
Statistic adalah suatu ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan untuk perkembangan dunia
banyak sekali orang ingin mengetahui cabang ilmu ini sehingga banyak yang mengetahui
ilmu statistik namun karena kesukaran sehingga banyak yang terkadang enggan atau malas
untuk mempelajari ilmu ini sebenarnya statistik mudah untuk dipelajari yang penting ada
niat dari kita untuk mau mendalami ilmu ini pasti akan tahu dan paham sebagai ntang ilmu
statistik ini. Dan dalam peluang kami menyarankan peluang itu tidak harus digunakan alam
kegiatan sehari hari karna perhitungan menggunakan peluang cukup rumit , dan sebagian
besar di sekitar kita juga ada yang tidak bisa menghitung. Jadi dalam mengetahui sesuatu hal
bukan hanya bisa menggunakan perhitungan peluang saja tetapi bisa juga dengan praktik.
29
30