Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

STATISTIKA DAN PELUANG

DISUSUN OLEH :
ADE IRAWAN DWI SAPUTRA
DIAH YULIA CITRA
NADIYA UTARI
NINA ROSIANA PUTRI
REVI PERMATA SARI
SHERLY MUTIA ANGGRAINI
ZAHARA YOULANDA USMAN

KELAS : XI MIPA5
GURU PEMBIMBING : SUKMANIAR, S.Pd

SMA NEGERI 3 KOTABUMI LAMPUNG UTARA


TP 2016/2017

1
KATA PENGANTAR
   

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah STATISTIKA DAN PELUANG sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki.     

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai STATISTIKA DAN PELUANG.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

KOTABUMI, 19 JANUARI 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................2

DAFTAR ISI .............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Statistika ...................................................................................................4

1.2. Latar belakang peluang...... ................................................................................................4

1.3. Tujuan..................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Definisi statistika .................................................................................................................5

2.2.Pengertian data....................................................................................................................6

2.3.populasi dan sampel.............................................................................................................6

2.4. Penyajian data.....................................................................................................................7

2.5. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi...................................................................................................................................11

2.6. Menghitung ukuran pemusatan, ukura letak dan ukuran penyebaran data.................... ..14

ATURAN PENCACAHAN

2.7. Aturan perkalian................................................................................................................21

2.8. permutasi...........................................................................................................................21

2.9. kombinasi .........................................................................................................................23

2.10. peluang ...........................................................................................................................23

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .....................................................................................................................29

3.2. Saran ................................................................................................................................29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG STATISTIKA

Secara etimologis kata statistic berasal dari kata status (bahasa latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa inggris) atau kata staat (bahasa belanda), dan yang
dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi negara. Pada mulanya, kata statistic diartikan
sebagai kumpulan bahan keterangan (data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif)
maupun yang tidak berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan
kegunaan yang besar bagi suatu Negara.
Namun, pada perkembangan selanjutnya, arti kata statistic hanya di batasi pada kumpulan
bahan keterangan yang berwujud angka (data kuantitatif) dan yang tidak berwujud angka
(data kualitatif).
Istilah statistic juga sering diberi pengertian sebagai kegiatan statistic atau kegiatan
persetatistikan atau kegiatan pensetatistikan. Sebagaimana disebutkan dalam undang-undang
tentang statistic (lihat undang-undang No. 7 tahun 1960), kegiatan statistic mencakup 4 hal,
yaitu: (1) pengumpulan data, (2) penyusunan data, (3) pengumuman dan pelaporan data, dan
(4) analisis data.

1.2. LATAR BELAKANG PELUANG


Peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran tingkat keyakinan
orang akan muncul atau tidak munculnya suatu kejadian atau peristiwa. Menghitung
peluang mula-mula dikenal pada abad ke-17 yang bermula dari
permainan sebuah dadu yang dilempar. Peluang (kemungkinan,
probability) dari permukaan dadu yang tampak ketika dilempar, diamati
dan dihitung, perhitungan sejenis ini berkembang cukup pesat menjadi
teori peluang yang banyak pemakaiannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam berpergian kita sering mempertanyakan apakah terjadi hujan hari
ini. Dalam berdagang kita selalu berfikir tentang kemungkinan untuk
mengambil keuntungan. Masih banyak contoh lagi yang berkaitan dengan
peluang.

1.3. TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar siswa siswi mengetahui jenis-jenis statistik
berdasarkan metodenya dan hal-hal yang lain yang perlu diketahui penyusun untuk
menambah wawasan tentang ilmu statistika. Dan juga diharapkan siswa siswi
memiliki kemampuan dalam menjelaskan konsep-konsep dalam peluang
dan dapat menyelesaikan masalah tentang peluang.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1  DEFINISI STATISTKA
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Statistika merupakan ilmu yang
berkenaan dengan data sedang statistik adalah data informasi atau hasil penerapan algoritma
statistika pada suatu data. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi sampel unit sampel
dan probabilitas.
Ada dua macam statistika yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial.
Statistika deskriptif  berkenaan dgn deskripsi data misal dari menghitung rata-rata dan varians
dari data mentah; mendeksripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga data
mentah lebih mudah “dibaca” dan lebih bermakna. Sedangkan statistika inferensial lebih dari
itu misal melakukan pengujian hipotesis melakukan prediksi observasi masa depan atau
membuat model regresi.
Bidang kajian/ cakupan statistik deskriptif :

1. Distribusi frekuensi
2. Penyajian grafik, bagan dan diagram
3. Pengukuran tendensi sentral/ pemusatan (mean, median, modus)
4. Pembagian distribusi (kuartil, desil, persentil)
5. Variabilitas (range, mean deviasi, standar deviasi, Z score )
6. Angka indeks
7. Time series (deret waktu atau data berkala)

Bidang Kajian statistik Inferensial :

1. Probabilitas/ teori kemungkinan


2. Distribusi teoritis
3. Sampling dan distribusi sampling
4. Studi estimasi (penaksiran pada tingkat populasi )
5. Uji hipotesis
6. Analisis korelasional dan uji signifikansi
7. Analisis regresi untuk peramalan.

Berdasarkan bentuk distribusi parameternya statistik dibagi menjadi :

1. Statistik parametrik : bagian statistik di mana parameter populasi diketahui mengikuti


distribusi normal dan memiliki varians yang homogen.

5
2. Statistik non parametrik : Jenis statistik  di mana parameter populasi tidak mengikuti
distribusi normal atau distribusi bebas (free distribution) dan varians tidak perlu
homogen.

Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam
(misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi),
maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri. Statistika juga digunakan dalam
pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur
yang paling dikenal.
Jika suatu kesimpulan data sudah dihimpun, pada statistika deskriptif kita hendak
menyimpulkan data itu dalam beberapa hal. Pertama kita hendak membuat tabel, misalnya
tabel frekuensi, tabel frekuensi kumulatif dan lain-lain yang mengatur data kasar itu. Juga
kita akan melihat diagram atau grafik yang dapat memberi gambaran mengenai keseluruhan
data itu, misalnya diagram lambang (piktogram), diagram batang, diagram lingkaran,
histogram, ogive dan lain-lain. Kemudian kita hendak menghitung karakteristik data yang
dapat mencakup semua data itu, misalnya rata-rata, median, modus dan lain-lain.

2.2. PENGERTIAN DATA


Data adalah hasil observasi atau pengamatan yang telah dikumpulkan , Dalam statistika
dikenal beberapa jenis data. Data dapat berupa angka dapat pula bukan berupa angka. Data
berupa angka disebut data kuantitatif dan data yang bukan angka disebut data kualitatif.
Berdasarkan nilainya dikenal dua jenis data kuantitatif yaitu data diskrit(cacahan) yang
diperoleh dari hasil perhitungan dan data kontinue(ukuran) yang diperoleh dari hasil
pengukuran.
Menurut sumbernya data dibedakan menjadi dua jenis yaitu data interen adalah data
yang bersumber dari dalam suatu instansi atau lembaga pemilik data dan data eksteren yaitu
data yang diperoleh dari luar.
Data eksteren dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang berkepentingan dengan data
tersebut dan data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh orang
yang berkepentingan dengan data tersebut.
2.3. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah keseluruhan pengamatan atau obyek yang menjadi perhatian sedangkan
Sample adalah bagian dari populasi yang menjadi perhatian.
Populasi dan sample masing-masing mempunyai karakteristik yang dapat diukur atau
dihitung. Karakteristik untuk populasi disebut parameter dan untuk sample disebut statistik.
Contoh parameter adalah mean (µ), standar deviasi ( ), proporsi (P) dan koefisien korelasi ( ),
sedangkan statistik adalah nilai rata-rata ( ), standar deviasi (s), proporsi (p) dan koefisien
korelasi (r).
 Populasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

6
Populasi orang atau individu adalah keseluruhan orang atau individu (dapat pula berupa
benda-benda) yang menjadi obyek perhatian.
Populasi data adalah populasi yang terdiri atas keseluruhan karakteristik yang menjadi obyek
perhatian.
 Sampel juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
Sampel orang atau individu adalah sampel yang terdiri atas orang-orang (dapat pula berupa
benda-benda) yang merupakan bagian dari populasinya yang menjadi obyek perhatian.
Sampel data adalah sebagaian karakteristik dari suatu populasi yang menjadi obyek
perhatian.

2.4. PENYAJIAN DATA


Secara garis besar ada dua cara penyajian data yaitu dengan tabel dan grafik. Dua cara
penyajian data ini saling berkaitan karena pada dasarnya sebelum dibuat grafik data tersebut
berupa tabel. Penyajian data berupa grafik lebih komunikatif. Dilihat dari waktu
pengumpulannya, dikenal dua jenis data yaitu : Cross section data adalah data yang
dikumpulkan pada suatu waktu tertentu. Data berkala adalah data yang dikumpulkan dari
waktu ke waktu. Dengan data berkala dapat dibuat garis kecenderungan atau trend.

1)        Penyajian data dengan table


Tabel atau daftar merupakan kumpulan angka yang disusun menurut kategori atau
karakteristik data sehingga memudahkan untuk analisis data.
Ada tiga jenis tabel yaitu :
a. Tabel satu arah atau satu komponen adalah tabel yang hanya terdiri atas
satu kategori atau karakteristik data. Tabel berikut ini adalah contoh tabel
satu arah.

Penilaian Anggota Kelompok Belajar


“ BINA PINTAR “
Golongan Banyaknya (orang)
I 703.827 Orang
II 1.917.920 Orang
III 309.337 Orang
IV 17.574 Orang
Jumlah 2.948.658 Orang

b. Tabel dua arah atau dua komponen adalah tabel yang menunjukkan dua
kategori atau dua karakteristik. Tabel berikut ini adalah contoh tabel dua
arah.

7
Jumlah Mahasiswa UPH menurut Fakultas dan Kewarganegaraan 1995

Fakultas WNI WNA Jumlah


Fak. Ekonomi 1.850 40 1.890
Fak. Teknologi Industri 1.320 10 1.330
Fak. Seni Rupa & Design 530 5 535
Fak. Pasca Sarjana 250 10 260
Jumlah 3.950 65 4.015

c.  Tabel tiga arah atau tiga komponen adalah tabel yang menunjukkan tiga
kategori atau tiga karakteristik. Contoh tabel berikut ini.
Jumlah Pegawai Menurut Golongan, Umur dan Pendidikan
Pada Departemen A Tahun 2000
Umur (Tahun) Pendidikan
Golongan Non
25 – 35 > 35 Sarjana
Sarjana
I 400 500 900 0
II 450 520 970 0
III 1.200 2.750 1.850 2.100
IV 0 250 0 250
Jumlah 2.050 4.020 3.720 2.350

2) Penyajian data dengan grafik/diagram

Penyajian data dengan grafik/diagram dianggap lebih komunikatif karena dalam waktu
singkat dapat diketahui karakteristik dari data yang disajikan. Dan terdapat jenis jenis
diagram / grafik yaitu:

1. Diagram garis

Penyajian data statistik dengan memakai diagram berbentuk garis lurus disebut dengan
diagram garis lurus ataupun diagram garis. Diagram garis biasanya dipakai untuk menyajikan
data statistik yang didapat berdasarkan pengamatan dari waktu ke waktu secara berurutan.
Sumbu X menunjukkan waktu pengamatan, Sedangkan sumbu Y menunjukkan nilai-nilai
data pengamatan untuk suatu waktu tertentu. Kumpulan waktu dan juga pengamatan
membentuk titik-titik pada bidang XY, Lalu selanjutnya kolom dari tiap dua titik yang

8
berdekatan tadi dihubungkan dengan garis lurus sehingga akan didapat diagram garis atau
sering disebut juga grafik garis.

Contoh diagram garis

2. Diagram lingkaran

Penyajian data statistik dengan memakai gambar yang berbentuk lingkaran. Lalu bagian-
bagian dari daerah lingkaran, menunjukkan persen data. Untuk membuat diagram lingkaran,
pertama-tama terlebih dahulu ditentukannya besar persentase tiap objek terhadap keseluruhan
data dan besarnya sudut pusat sektor lingkaran.

Diagram batang

Pada umumnya digunakan untuk menggambarkan perkembangan nilai-nilai suatu objek


penelitian dalam kurun waktu tertentu. Diagram batang menunjukkan berbagai keterangan
dengan batang-batang tegak ataupun mendatar dan sama lebar dengan batang-batang terpisah.

9
Contoh diagram batang

Diagram batang daun

Dapat diajukan sebagai contoh penyebaran data. Di dalam diagram batang daun, data yang
telah terkumpul diurutkan terlebih dahulu dari data ukuran terkecil sampai data dengan
ukuran yang terbesar. Diagram ini terdiri dari dua bagian, diantaranya yaitu batang dan daun.
Pada bagian batang memuat angka puluhan serta bagian daun memuat angka satuan.

Contoh diagram batang daun

10
Diagram kotak garis

Data statistik yang dipakai untuk menggambarkan diagram kotak garis yaitu statistik Lima
Serangkai, yang dimana terdiri dari data ekstrim (data yang terkecil dan data yang terbesar),
Q1, Q2 dan Q3.

Contoh diagram kotak garis

2.5. PENYAJIAN DATA DALAM BENTUK TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI

A. Distribusi Frekuensi Tunggal


Tabel distribusi frekuensi tunggal merupakan cara untuk menyusun data yang relatif
sedikit. Contoh :
Nilai ulangan matematika dari 40 siswa :
8  5 7 4 4 5 7 7 6 4 7 6 6 5 4 8 8 7 6 5
5 6 7 8 4 5 7 6 7 6 7 7 6 6 8 6 6 4 4 5
Data di atas dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi data tunggal:

Nilai Frekuensi

4 7
5 7
6 11
7 10
8 5

Jumlah ∑f = 40

B. Daftar Distribusi Frekuensi Data Kelompok


Yaitu cara penyajian data yang datanya disusun dalam suatu kelompok kelompok tertentu.
Contoh :
Nilai ulangan matematika dari 100 siswa:

11
Nilai Frekuensi
30 – 34 3
35 – 39 7
40 – 44 12
45 – 49 17
50 – 59 25
60 – 64 18
65 – 69 13
70 – 74 5
Jumlah ∑f = 100

Beberapa istilah yang ada dalam frekuensi data kelompok:


1. Kelas interval
Kelompok-kelompok data seperti 30 – 34, 35 – 39, …, 70 – 74 disebut kelas interval.
2. Batas kelas
Bilangan 30, 35, …70 disebut batas bawah kelas, sedangkan 34, 39, … ,74 batas atas kelas.
3. Tepi kelas
Tepi bawah = batas bawah - 0,5 satuan terkecil.
Tepi atas = batas atas – 0,5 satuan terkecil.
4. Panjang kelas / lebar kelas
Panjang kelas = tepi atas – tepi bawah kelas
5. Titik tengah kelas
Titik tengah kelas = ½ ( batas bawah + batas atas )

 Langkah-langkah untuk membuat daftar distribusi frekuensi data kelompok:


1. Menentukan jangkauan
J = X max – X min = Xn – X1
2. Menentukan banyaknya kelas interval
Biasanya diambil paling sedikit 5 kelas dan paling banyak 15 kelas.
3. Menentukan panjang kelas interval
p= jangkauan .
banyaknya kelas
4. Menentukan batas kelas dimana semua nilai tercakup di dalamnya.
5. Menentukan nilai frekuensi tiap kelas dengan turus.

C. Distribusi Frekuensi Relatif

12
Frekuensi relatif adalah banyaknya data (frekuensi ) yang dihitung dengan prosen.
Frekuensi Relatif = fi . x 100%
∑fi
Contoh :
Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
36 – 44 2 5
45 – 53 5 12,5
54 – 62 6 15
63 – 71 12 30
72 – 80 8 20
81 – 89 4 10
90 – 98 3 7,5
Jumlah 100

2
Frekuensi relative untuk kelas pertama = x 100% = 5
40

D. Distribusi frekuensi kumulatif


Ada 2 macam daftar distribusi frekuensi kumulatif yaitu:
1.      Daftar distribusi frekuensi kumulatif kurang dari.
2.      Daftar distribusi frekuensi kumulatif lebih dari.

E. Histogram, Polygon Frekuensi dan Ogive


         Histogram merupakan diagram batang dimana batang-batangnya saling
dihimpitkan.Apabila tengah tiap sisi atas batang dihubungkan satu sama lain diperoleh
polygon frekuensi.
         Ogive positive merupakan grafik yang disusun berdasarkan table frekuensi kumulatif
kurang dari.
         Ogive negative merupakan grafik yang disusun berdasarkan table frekuensi kumulatif
lebih dari.

2.6. MENGHITUNG UKURAN PEMUSATAN , UKURAN LETAK , DAN


UKURAN PENYEBARAN DATA

1). Ukuran pemusatan data

13
Ukuran pemusatan data terdiri dari tiga bagian yaitu mean, median , dan modus.
a. Rataan hitung (mean)
 Rataan Hitung dari data tunggal
n

x 1+ x 2+ x 3+… xn
∑ xi
rataan= atau rataan= i=1
n n
Contoh: Tentukan rataan hitung dari data:
9 8 4 12 6 9 5 3
x 1+ x 2+ x 3+… xn
Jawab: x =
n
= 1 ( 9+8+4+12+6+9+5+3 )
8
= 7

 Rataan hitung dari data berkelompok


5

∑ f 1.x 1
i=1
x= 5

∑f1
i =1

keterangan : xi = titik tengah interval kelas ke i


fi = frekuensi interval kelas ke i

b).Median
1). Median untuk data tunggal
Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan median dilambangkan me.
Untuk menentukan nilai median data tunggal dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengurutkan data kemudian dicari nilai tengah
2. Jika banyaknya data besar , setelah data diurutkan , digunakan rumus :
x1
 Untuk n ganjil : me = (n+1)
2
1 xn+1
 Untuk n genap : me = ¿ + )
2 2

2). Median data kelompok


n
−f
Me = tb + ( 2
¿p
fm

Keterangan :

14
n
Tb = tepi bawah dari kelas
2
f = frekuensi kumulatif
fm = frekuensi kelas median
p = interval
b. Modus
Modus ialah nilai yang paling sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi
tertingggi . jika satu data hanya mempunyai satu modus disebut unimodal dan bila
mempunyai dua modus disebut bomodal , sedangkan mempunyai modus lebih dari
dua disebut multi modal . modus dilambangkan dengan mo .
1). Modus data tunggal
Modus dari data tunggal adalah data yang sering muncul atau data dengan
frekuensi tertingggi.
2). Modus data kelompok
Modus dat kelompok ditentukan dengan rumus

Mo = L + d1 . p
d1 + d2

Keterangan :
Mo = Modus
Tb = tepi bawah kelas modus
d1 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya.
P = panjang interval kelas

2). Ukuran letak


a. kuartil (Q)
Kuartil adalah membagi data yang telah diurutkan menjadi empat bagian yang sama
banyak

1). Kuartil data tunggal


Urutkan data dari yang kecil ke yang besar , kemudian tentukan kuartil denan rumus :
1(n+1)
letak Q1 =
4
2(n+1)
letak Q2 =
4

15
contoh

1. Tentukan kuartil-kuartil dari data: 1, 3, 6, 9, 14, 18, 21

Jawab :
Jumlah data (n) = 7

maka nilai kuartil 1 adalah 3

maka nilai kuartil 2 adalah 9

maka nilai kuartil 3 adalah 18

2). Kuartil data kelompok


i
Qi = tb + 4
(
N−∑ F
fi
.P )
Ket : tb = tepi bawah yang memuat kuartil bawah Qi
(∑f ) = jumlah frekuensi sebelumquartil bawah Qi
fi = frekuensi kelas yang memuat kuarti bawah Qi
i = kuartil 1,2,3

b.Desil
Desil adalah suatu nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian yang sama banyak
( setelah data diurutkan).
1). Desil untuk data tunggal
i(n+1)
Di =
10
Keterangan : Di = desil ke i
i = 1,2.3,4,5,6,7,8,9,
n = banyaknya data
2). Desil untuk data kelompok
i.n

(
Di = tb + 100
f
−F
).p

Keterangan : Di = desil ke i
n = banayak data
F = frekuensi kumulatif

16
f = frekuensi kelas desil
tb = tepi bawah kelas
P = panjang kelas
Contoh untuk data kelompok.
Tentukan Desil ke 7 dari data dibawah ini
Nilai Frekuensi
50 – 54 6
55 – 59 9
60 – 64 12
65 – 69 15
70 – 74 20
75 – 79 10
80 – 84 8
∑ f = 80

Jawab:
Nilai Frekuensi F kumulatif
50 – 54 6 6
55 – 59 9 15
60 – 64 12 27
65 – 69 15 42
70 – 74 20 62
75 – 79 10 72
80 – 84 8 80

7
D7 terletak pada data ke x 80 = 56.
10
Kelas D7 pada interval 70 – 74
Fk = 42
F7 = 20
D7 = 69,5 + 56 – 42 . 5
20
= 69,5 + 3,5
= 73

17
c. Persentil
Jika data dibagi menjadi 100 bagian yang sama maka ukuran itu disebut persentil.
1) Persentil untuk data tunggal
i(n+1)
Pi =
100

Keterangan : Pi = Persentil ke i
i = 1,2.3,,,,,99
n = banyaknya data
2). Persentil untuk data kelompok
i .n

(
Pi = tb 1 oo
f
−F
.p )
Keterangan : Pi = persentil ke i
n = banyak data
F = frekuensi kumulatif
f = frekuensi kelas persentil
tb = tepi bawah kelas
P = panjang kelas

3). Ukuran penyebaran


a. jangkauan (range)
jangkauan atau rentangan nial, yaitu selisih anatara data terbesar dan data terkecil.
1). Range data tunggal
R = Xmaks – Xmin

Contoh :

Tentukan range dari data data di bawah ini

6,7,3,4,8,3,7,6,10,15,20
Jawab :
Dari data di atas diproleh xmaks = 20 dan xmin = 3
Jadi R = Xmaks – Xmin
=20 – 3 = 17

18
2) Range data berkelompok
Untuk data berkelompok , nilai tertingggi diambil dari nilai tengah kelas tertingggi dan
nilai terendah diambil dari nilai kelas yang terendah

Contoh:
berikut ini adalah data yang sudah dikelompokkan dari harga saham pilihan pada bulan Juni
2007 di BEJ. Hitunglah Range dari data tersebut.

Harga saham
1 160 – 303 2
2 304 – 447 5
3 448 – 591 9
4 592 – 735 3
5 736 – 878 1
Penyelesaian:
Range = batas atas kelas tertinggi – batas bawah kelas terendah
= 878 – 160
= 718

b. Simpangan Rata Rata ( deviasi Rata Rata)

simpangan rata rata suatu data adalah nilai rata rata dari selisih setiap data dengan nilai
rataan hitung

1) simpangan rata rata data tunggal

SR = ∑ | xi – x |
n
2) simpangan rata rata data kelompok
SR = ∑Fi | xi – x |
∑fi
Ket : xi = ukuran data ke i
x = rataan hitung(mean)

19
|…| = nilai mutlak
c. Simpangan Baku ( Deviasi Standart)
Simpangan baku adalah akar dari jumlah kuadrat deviasi dibagi banyaknya data.
1). Simpangan baku data tunggal
S = √∑( xi – x )2
N
2). Simpangan baku data kelompok
S = √∑fi ( xi – x )2
∑fi

d. ragam atau variansi


ragam adalah rata rata kuadrat selisih atau simpangan dari semua nilai data terhadap
rata rata hitung.
1) ragam data tunggal
S2 = ∑( xi – x )2
n
2). Ragam data kelompok
S2 = ∑fi ( xi – x )2
∑fi

ATURAN PENCACAHAN
20
Aturan pencacahan adalah metode untuk menghitung berapa banyak cara yang mungkin
terjadi dalam suatu percobaan . yang termasuk aturan encacahan yaitu (Perkalian, Permutasi,
Kombinasi dan peluang)

2.7 Aturan Perkalian (Rule Of Product)

Secara umum dirumuskan sebagai berikut:

“Jika suatu prosedur dapat dipecah menjadi dua tahap, dan jika tahap pertama menghasilkan
m keluaran yang mungkin dan masing-masing  keluaran dilanjutkan ke tahap kedua dengan n
keluaran yang mungkin, maka prosedur tersebut akan menghasilkan m x n keluaran yang
mungkin”.   Kaidah perkalian sebagaimana dikemukakan di atas dapat pula dipahami sebagai
kaidah pengisian tempat yang tersedia yaitu jika suatu kejadian terjadi dengan m cara berbeda,
kejadian kedua dapat terjadi dengan n cara berbeda, dan kejadian ketiga dapat terjadi dengan p cara
berbeda, dan seterusnya, maka kejadian seluruhnya adalah m x n x p x .... cara berbeda

contoh soal;
1. Rina mempunyai 5 kaos dan 4 celana. Ada berapa cara berbeda untuk Rina memakai
pakaiannya?
jawab;
untuk memakai kaos Rina mempunyai 5 cara, dan untuk memakai celana Rina mempunyai 4
cara, sehingga Rina mempunyai 5 x 4 (20) cara berbeda untuk memakai pakaiannya.
2. ada berapa bilangan yang terdiri 3 angka yang dapat dibentuk dari angka 5,6,7,8 dan 9
dengan syarat bahwa setiap bilangan tidak boleh ada angka yang sama?
jawab;
pada tempat ratusan ada 5 cara, pada tempat puluhan ada 4 cara (karena tidak boleh ada
angka yang sama sehingga kita mengambil salah satu angka dari kelima angka tersebut), pada
tempat puluhan ada 3 cara. jadi banyaknya bilangan adalah 5 x 4 x 3 = 60 bilangan.

2.8 Permutasi

Permutasi adalah pengelompokkan unsur dengan memperhatikan urutan. Permutasi


dilakukan dengan cara menyusun kembali suatu kumpulan objek dalam urutan yang berbeda
dari urutan semula yang sudah dilakukan. Dalam permutasi berlaku susunan AB ≠ susunan
BA sehingga AB dan BA merupakan dua susunan yang berbeda. Penulisan permutasi dapat
disombolkan dengan P(n,k), nPk ataupun Pkn dibaca permutasi k dari n benda yaitu
menyusun ulang sejumlah unsur saja. Banyaknya permutasi k unsur dari n benda dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
n!
nPr =
( n−r ) !
dengan syarat r ≤ n.

Permutasi dapat berupa permutasi siklis maupun permutasi berulang sebagai berikut :
1. Permutasi Siklis

21
Permutasi siklis adalah jenis permutasi yang beranggapan bahwa susunan benda
berbentuk lingkaran. Dengan kata lain, permutasi siklis digunakan untuk melihat banyaknya
penyusunan benda yang disusun secara melingkar.
nP(siklis) = (n - 1)!

2. Permutasi Berulang

Permutasi berulang adalah jenis permutasi yang dalam penyusunannya urutan


diperhatikan dan suatu objek dapat dipilih lebih dari sekali sehingga ada perulangan.
Banyaknya permutasi adalah :

nPr (berulang) = nr

dengan :
n = banyaknya objek yang dapat dipilih
r = jumlah yang harus dipilih.

3. Permutasi Unsur Sama 

Jika permutasi diatas tidak ada unsur yang sama alias tiap element berbeda-beda.
maka ada juga permutasi dengan elemen yang sama misalnya pada kata 

MATEMATIKA dimana terdapat 3 huruf A, 2 huruf M dan 2 huruf T . Maka rumus nya nya 

        n!             
r1! x r2! x ri!......
Contoh:
Lima putra dan tiga putri duduk berderet pada 8 kursi kosong sesuai dengan 8 lembar karcis
bioskop yang mereka miliki. Berapa banyak cara untuk duduk yang diperoleh dengan urutan
berbeda jika :

1. Putra dan putri dapat duduk di sembarang kursi?


2. Putra dan putri masing-masing mengelompok sehingga hanya sepasang putra dan
putri yang dapat duduk berdampingan?

Jawab:

1. Terdapat 8 orang yang menempati 8 kursi dimana perbedaan urutan duduk


memberikan hasil yang berbeda. Ini adalah masalah permutasi 8 unsur dari 8 unsur
atau P(8, 8) diberikan oleh : P(8, 8) = 8! = 8 x 7 x 6 x 5 x 3 x 2 x 1 = 40.320
2. 5 orang putra duduk pada 5 kursi tertentu dan pertukaran duduk hanya boleh pada ke
5 kursi tersebut, sehingga banyaknya cara duduk putra adalah P(5, 5). Demikian juga
3 putri duduk pada tiga kursi tertentu dan pertukaran duduk diatara mereka hanya
boleh pada ke 3 kursi ini, sehingga banyaknya cara untuk duduk putri adalah P(3, 3).
Dengan demikian, banyak cara duduk 5 putra dan 3 putri yang masing-masing
mengelompok adalah P(5, 5) x P(3, 3) = 5! X 3! = 720

22
2.9. Kombinasi
Kombinasi adalah campuran atau gabungan atau susunan dari semua atau sebagian
elemen dari suatu himpunan yang tidak mementingkan urutan elemen. Banyaknya
kombinasi dapat dihitung menggunakan rumus berikut :

n!
nCr= r ! ( n−r ) !

Contoh

Manuel Pelegrini membawa 16 pemain saat Manchester City melawan Liverpool di Etihad
Stadium. 11 orang diantaranya akan dipilih untuk bermain pada babak pertama. jika kita tidak
memperhatikan posisi pemain, berapakah banyaknya cara yang dapat diambil oleh pelatih
untuk memilih pemain?

Pembahasan:
Karena tidak mementingkan posisi pemain, maka kita gunakan rumus kombinasi:
16
C11 =       16!        =  16 x 15 x 14 x 13 x 12 x 11!  
              11!(16-11)!                      11!5!                          

=          524160         =  524160  = 4368


     5 x 4 x 3 x 2 x 1          120

2.10. Peluang
Definisi peluang

Himpunan semua kejadian yang mungkin dari suatu percobaan disebut Ruang Sampel atau
Ruang Contoh biasa diberi lambang huruf S
Bagaimana kalau sebuah koin uang logam  dilemparkan sekali, apa saja yang mungkin
muncul?
S = {Angka, gambar}
n(S) = 2
Kejadian merupakan himpunan bagian dari ruang sampel dan

Titik Sampel Merupakan anggota yang ada di dalam ruang sampel

1. Peluang Suatu Kejadian


Jika A adalah suatu kejadian yang terjadi pada suatu percobaan dengan ruang sampel S, di
mana setiap titik sampelnya mempunyai kemungkinan sama untuk muncul, maka peluang
dari suatu kejadian A ditulis sebagai berikut.

23
             n(A)
P(A) = ———
             n(S )

Keterangan:
P(A) = peluang kejadian A
n(A) = banyaknya anggota A
n(S) = banyaknya anggota ruang sampel S

Contoh :
Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang muncul:
a. ketiganya sisi gambar;
b. satu gambar dan dua angka.

Penyelesaian:
a. S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}
    Maka n(S) = 8
    Misal kejadian ketiganya sisi gambar adalah A.
    A = {GGG}, maka n(A) = 1
                  n(A)        1
    P(A) =  ——— =——
                  n(S )       8
b. Misal kejadian satu gambar dan dua angka adalah B.
     B = {AAG, AGA, GAA}, maka n(B) = 3
                  n(B)        3
    P(B) =  ——— =——
                  n(S )       8

2. Kisaran Nilai Peluang

Jika kejadian A dalam ruang sampel S selalu terjadi maka n(A) = n(s), sehingga peluang
kejadian A yaitu :

n( A) S
P(A) =
n (S)
= S
=1

Suatu kejadian yang peluangnya nol dinamakan kejadian mustahil dan kejadian yang
peluangnya 1 dinamakan kejadan pasti.

Contoh
Sebuah dadu dilemparkan sekali, tentukan peluang munculnya
a. Mata dadu 8              
b. Mata dadu kurang dari 7

24
Penyelesaian:
a.  S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
     misal kejadian muncul mata dadu 8 adalah A
     A = { }, n(A) = 0
                   n(A)       0       
     P(A) =  ——— = — =  0
                   n(S )      6      
     Kejadian muncul mata dadu 8 adalah kejadian mustahil, P(A) = 0
b.  S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6
     misal kejadian muncul mata dadu kurang dari 7 adalah B
     B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(B) = 6
                   n(B)       6       
     P(B) =  ——— = — =  1
                   n(S )      6      
    Kejadian muncul mata dadu kurang dari 7  adalah kejadian pasti, P(A) = 1

Jadi kisaran nilai peluang: 0  ≤  P(A) ≤ 1

3. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian

Frekuensi harapan dari sejumlah kejadian merupakan banyaknya kejadian dikalikan dengan
peluang kejadian itu. Misalnya pada percobaan A dilakukan n kali, maka frekuensi
harapannya ditulis sebagai berikut.

  Fh = n × P(A)

Contoh
Pada percobaan pelemparan 3 mata uang logam sekaligus sebanyak 240 kali, tentukan
frekuensi harapan munculnya dua gambar dan satu angka.
Penyelesaian:
S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG} ⇒ n(S) = 8
A = {AGG, GAG, GGA} ⇒ n(A) = 3
                                          n(A)                3
Fh(A) = n × P(A) = 240 × —— = 240 × —— =  90 kali
                                          n(S)                 8

4. Peluang Komplemen Suatu Kejadian

Komplemen dari sebuah kejadian A adalah himpunan semua kejadian yang bukan A.
Komplemen kejadian A ditulia sebagai (A bar). Peluang dari sebuah kejadian dan
komplemennya selalu berjumlah 1( sebuah kejadian bisa terjadi / tidak terjadi)

P(A) + P(AC) = 1 atau P(AC) = 1 – P(A)

25
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dadu sekali, berapakah peluang munculnya:
a. nomor dadu ganjil,
b. nomor dadu tidak ganjil?
Penyelesaian:
a.  S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6.
     A adalah kejadian  keluar nomor dadu ganjil
     A = {1, 3, 5}, maka n(A) = 3 sehingga
                  n(A)        3        1
     P(A) =  ——— = —— = —
                  n(S )       6        2

b.  B adalah kejadian  keluar nomor dadu tidak ganjil


     B = {2, 4, 6}, maka n(B) = 3 sehingga
                  n(B)         3        1
     P(B) =  ——— =—— = — , Peluang B adalah Peluang komplemen dari A
                  n(S )       6        2

5. Peluang Kejadian Majemuk


a. Peluang Gabungan 2 kejadian
Misal A dan B adalah dua kejadian yang berbeda, maka peluang kejadian
A ∪  B ditentukan dengan aturan:

 P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B
adalah kejadian munculnya bilangan prima. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan
ganjil atau prima!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
3
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) =
6
3
B = bilangan prima : {2, 3, 5} → P(B) =                                 
6
2
A∩B = {3, 5} → P{A∩B} =
6
P(A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B)
3 3 2 4 2
               =
6
+ 6  – 6
= 6
= 3
2
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau prima adalah
3

26
b. Peluang Kejadian Saling Lepas (Saling Asing)
Kejadian A dan B saling asing jika kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-
sama. Ini berarti A∩B = 0  atau P(A∩B) = 0
Sehingga: P (A∪ B) = P(A) + P(B) – P(A∩B) = P(A) + P(B) – 0
  P (A∪ B) = P(A) + P(B)

Contoh:
Sebuah dadu dilambungkan sekali, jika A adalah kejadian munculnya bilangan ganjil dan B
adalah kejadian munculnya bilangan genap. Tentukan peluang kejadian munculnya bilangan
ganjil atau genap!
Penyelesaian:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
3
A = bilangan ganjil : {1, 3, 5} → P(A) =
6
3
B = bilangan genap : {2, 4, 6} → P(B) =                         
6
A∩B = {} → P(A∩B) = 0 (A dan B kejadian saling lepas)
P(A∪ B) = P(A) + P(B)
3 3
               = + = 1
6 6
Jadi peluang kejadian munculnya bilangan ganjil atau genap adalah 1

c. Peluang Kejadian Saling Bebas


Jika kejadian A tidak memengaruhi terjadinya kejadian B dan sebaliknya, atau terjadi atau
tidaknya kejadian A tidak tergantung pada terjadi atau tidaknya kejadian B maka dua
kejadian ini disebut kejadian saling bebas. Hal ini seperti digambarkan pada pelemparan dua
buah dadu sekaligus.
A adalah kejadian munculnya dadu pertama angka 3 dan
B adalah kejadian munculnya dadu kedua angka 5
maka kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian yang saling bebas, dan peluang
kejadian ini dapat dirumuskan:

  P(A∩B) = P(A) × P(B)


.
Contoh:
Dua buah dadu dilemparkan bersama-sama, tentukan peluang munculnya mata dadu 3 pada
dadu pertama dan mata dadu 5 pada dadu kedua!
Penyelesaian: 
Kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama tidak terpengaruh kejadian munculnya
mata dadu 5 pada dadu kedua jadi ini adalah dua kejadian yang saling bebas
S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ….., (6, 6)} → n(S) = 36

27
Misal kejadian munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama adalah A, maka:
                                                                                                      

6 1
A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)} → n(A) = 6  P(A) = =
36 6
Misal kejadian munculnya mata dadu 5 pada dadu kedua adalah B, maka:
6 1
B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} → n(B) = 6  P(B) = =
36 6
1 1 1
P(A∩B) = P(A) × P(B) =  x =
6 6 36
                     
Jadi peluang munculnya mata dadu 3 pada dadu pertama dan mata dadu 5
1
pada dadu kedua =
36

6. Peluang Kejadian Bersyarat


Dua kejadian disebut kejadian bersyarat atau kejadian yang saling bergantung apabila terjadi
atau tidak terjadinya kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak terjadinya kejadian B.
Peluang terjadinya kejadian A dengan syarat kejadian B telah terjadi adalah:
                  P(A∩B)      
 P(A/B) =  ————  P(B) ≠ 0
                    P(B)      
 
Atau Peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah terjadi adalah:
                  P(A∩B)      
 P(B/A) =  ————  P(A) ≠ 0
                    P(A)      

Contoh:
Sebuah kotak berisi 5 bola merah dan 3 bola kuning. Akan diambil sebuah bola secara acak
berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian . Tentukan peluang terambilnya
keduanya bola merah!

Penyelesaian:                     
Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan pertama adalah A, maka:
                   n(A)         5          
     P(A) = ——— = ——
                   n(S)         8  

Misal kejadian terambilnya bola merah pada pengambilan kedua adalah B, maka:
                    n(B/A)       4          
     P(B/A) = ——— = ——
                     n(S)        7 
                                           5           4           5          
P(A∩B) = P(A) × P(B/A) =  ——  × ——  = —— 
                                              8           7         14

28
BAB III
PENUTUP
3.1. kesimpulan
Adapun penyusun yang dapat simpulkan di dalam penyusun makalah ini di lihat dari
pembahasan diatas adalah :
1.      Metode statistik prosedur – prosedur atau cara-cara penyajian dan penafsiran data.
Penyajiannya meliputi : penyajian, pengorganisasian, peringkasan dan penyajian data.
Sedangkan penafsiran data meliputi : pengdugaan, pengujian dugaan dan penarikan
kesimpulan.
2.      Jenis Metode  Statistik ada 2 yaitu :
         Statistik deskriptif (Descriptive Statistics) adalah metode pengumpulan, peringkasan dan
penyajian data. Descriptive bersifatmemberi gambaran.
         Statistik Inferensia (Inferential Statistics) adalah metode statistik peramalan, pendugaan
dan penarikan kesimpulan. Inferential bersifat melakukan generalisasi (penarikan
kesimpulan.
3. pada bab peluang materinya meliputi kaidah pencacahan , permutasi , kombinasi ,ruang
sampel peluang , frekuensi harapan, komplemen dan kejadian majemuk
4. peluang merupakan bagian matematika yang membahas pengukuran tingkat keyakinan
orang muncul atau tidak munculnya suatu kejadian atau pristiwa.

3.2. Saran
Statistic adalah suatu ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan untuk perkembangan dunia
banyak sekali orang ingin mengetahui cabang ilmu ini sehingga banyak yang mengetahui
ilmu statistik namun karena kesukaran sehingga banyak yang terkadang enggan atau malas
untuk mempelajari ilmu ini sebenarnya statistik  mudah untuk dipelajari yang penting ada
niat dari kita untuk mau mendalami ilmu ini pasti akan tahu dan paham sebagai ntang ilmu
statistik ini. Dan dalam peluang kami menyarankan peluang itu tidak harus digunakan alam
kegiatan sehari hari karna perhitungan menggunakan peluang cukup rumit , dan sebagian
besar di sekitar kita juga ada yang tidak bisa menghitung. Jadi dalam mengetahui sesuatu hal
bukan hanya bisa menggunakan perhitungan peluang saja tetapi bisa juga dengan praktik.

29
30

Anda mungkin juga menyukai