Anda di halaman 1dari 10

Nama : Nur Azizah Awaliyah B

NIM : 1816440003

DISCOVERY LEARNING

A. Definisi discovery learning

Model discovery learning adalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang


terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery
Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not
presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him
self”. Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus
berperan aktif dalam belajar di kelas.

Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,


melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps
and principles in the mind.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa,
dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses
belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi.
Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana
siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan
agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk
memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi
bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan
pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. 

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang
ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap
enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan
pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar
melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic,
seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya. 
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin
matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Secara
sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak
menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan
mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive.
Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan
akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase
symbolic.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai


pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif,
sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar
yang teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning bahan
ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.

1) Kelebihan Penerapan Discovery Learning.

 Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
 Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
 Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
 Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannyasendiri.
 Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan
akalnya dan motivasi sendiri.
 Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerja sama dengan yang lainnya.
 Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di
dalam situasi diskusi.
 Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
 Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
 Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
 Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
 Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan
manusia seutuhnya.
 Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
 Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

2) Kelemahan Penerapan Discovery Learning.

 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan
masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan
oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

B. Sintaks Discovery learning

LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK
KERJA

Pemberian Guru memulai kegiatan  Peserta didik dihadapkan pada


rangsangan pembelajaran dengan sesuatu yang menimbulkan
mengajukan pertanyaan, anjuran kebingungannya, kemudian dilanjutkan
(Stimulation) membaca buku, dan aktivitas untuk tidak memberi generalisasi, agar
belajar lainnya yang mengarah timbul keinginan untuk menyelidiki
pada persiapan pemecahan sendiri.
masalah.  Stimulasi pada fase ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan.
Pernyataan/ Guru memberi kesempatan Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya
Identifikasi kepada peserta didik untuk harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,
masalah mengidentifikasi sebanyak atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai
mungkin agenda-agenda jawaban sementara atas pertanyaan yang
(Problem masalah yang relevan dengan diajukan.
Statement) bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban
sementara atas pertanyaan
masalah).

Pengumpulan Ketika eksplorasi berlangsung Tahap ini berfungsi untuk menjawab


data guru juga memberi kesempatan pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
kepada para peserta didik untuk hipotesis. Dengan demikian peserta didik
mengumpulkan informasi yang diberi kesempatan untuk mengumpulkan
relevan sebanyak-banyaknya (collection)
(Data untuk membuktikan benar atau
Collection) tidaknya hipotesis. berbagai informasi yang relevan, membaca
literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.

Pengolahan Guru melakukan bimbingan Pengolahan data merupakan kegiatan


data (Data pada saat peserta didik mengolah data dan informasi baik melalui
Processing) melakukan pengolahan data. wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan
cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.

Pembuktian Verifikasi bertujuan agar Peserta didik melakukan pemeriksaan secara


proses belajar akan berjalan cermat untuk membuktikan benar atau
(Verification) dengan baik dan kreatif jika tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
guru memberikan kesempatan dengan temuan alternatif, dihubungkan
kepada peserta didik untuk dengan hasil pengolahan data.
menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.

Menarik Proses menarik sebuah Berdasarkan hasil verifikasi maka


simpulan/ kesimpulan yang dapat dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi dijadikan prinsip umum dan generalisasi.
berlaku untuk semua kejadian
(Generalization) atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
CONTOH PENERAPAN DISCOVERY LEARNING
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena
dan kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Menjelaskan konsep usaha, 3.3.1 Menjelaskanjenis pesawat sederhana
pesawat sederhana, dan yang terdapat di sekitar peserta didik.
penerapannya dalam kehidupan 3.3.2 Mendeskripsikan kegunaan pesawat
sehari-hari, serta hubungannya sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
dengan kerja otot pada struktur 3.3.3 Menjelaskan prinsip kerja pesawat
rangka manusia sederhana pada otot dan rangka
manusia.
4.3 Menyajikan hasil penyelidikan
atau penyelesaian masalah 4.3.1 Melakukan Mengamati cara kerja
tentang manfaat penggunaan pesawat sederhana secara
pesawat sederhana dalam langsung/video
kehidupan sehari-hari 4.3.2 Mengidentifikasi jenis pesawat
sederhana seperti katrol, roda berporos,
bidang miring
4.3.3 Melakukan percobaan dan
mengidentifikasi mekanisme kerja
pesawat sederhana serta hubungannya
dengan kerja otot pada struktur rangka
manusia
4.3.4 Melaporkan/ memaparkan hasil
penyelidikan tentang manfaat pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari
LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU

Pemberian rangsangan Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan


(Stimulation) mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah contohnya mengajak siswa untuk
melihat benda benda yang berkerja dengan prinsip
pesawaat sederhana

Pernyataan/ Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk


Identifikasi masalah mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
berkaitan dengan peswat sederhana sampai peserta didik
(Problem Statement) dapat berpikir dan bertanya, misalnya mengapa
menimba sumur menggunakan katrol lebih mudah
daripada menggunakan tangan langsung?
Pengumpulan data Pada tahap ini peserta didik mengumpulkan informasi
yang relevan untuk menjawab pertanyaan yang telah
(Data Collection) dirumuskan. Informasi ini diperoleh melalui kegiatan:
Membaca literatur tentang “Pesawat serderna”,
Mengamati gambar alat pesawat sederhana, kemudian
membaca tabel tentang prinsip kerja pesawat sederhana

Pengolahan Pada tahap ini peserta didik dalam kelompoknya


data (Data Processing) berdiskusi untuk mengolah informasi yang diperoleh
dengan cara: Mendiskusikan hasil pengumpulan
informasi dari hasil pengamatan gambar dan bahan
bacaan literatur tentang “Pesawat sederhana”;
Memperhatikan pertanyaan - pertanyaan pada lembar
kegiatan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut
berdasarkan informasi yang diperoleh dari bahan bacaan
dan pengamatan gambar

Pembuktian Memeriksa secara cermat rumusan hipotesis;


Mencocokkan rumusan hipotesis tentang pesawart
(Verification) sederhana dengan informasi yang berhasil ditemukan;
apakah sesuai atau tidak.

Menarik simpulan/ Pada tahap ini peserta didik menyimpulkan hasil


generalisasi pengumpulan informasi dan diskusi misalnya dengan
cara: Menyimpulkan bahwa menimba sumur
(Generalization) menggunakan katrol lebih mudah daripada
menggunakan tangan langsung karena katrol merupakan
contoh pesawat sederhana yang membelokkan gaya
untuk mempermuda perkerjaan danMemberikan contoh
pesawat sederhana lainnya.

LEMBAR KERJA SISWA


PESAWAT SEDERHANA

            A.    Tujuan
Peserta didik dapat menjelaskan tuas (pengungkit)

            B.     Alat dan Bahan


1.      Alat-alat tulis
2.      Lembar kerja

            C.    Dasar Teori
Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan kuasa, tuas
digolongkan menjadi tiga, yaitu tuas golongan pertama, tuas golongan kedua, dan
tuas golongan ketiga.
a.    Tuas Golongan Pertama
Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu terletak di antara
beban dan kuasa. Contoh tuas golongan pertama ini di antaranya adalah gunting,
linggis, jungkat-jungkit, dan alat pencabut paku.
b.   Tuas Golongan Kedua
Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di antara titik tumpu
dan kuasa. Contoh tuas golongan kedua ini di antaranya adalah gerobak beroda
satu, alat pemotong kertas, dan alat pemecah kemiri, pembuka tutup botol.
c.    Tuas Golongan Ketiga
Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di antara titik tumpu
dan beban. Contoh tuas golongan ketiga ini adalah sekop yang biasa digunakan
untuk memindahkan pasir.

            D.    Langkah Percobaan
1.      Siapkan alat tulis dan lembar kerja yang diperlukan
2.      Isilah tabel pengamatan dalam lembar kerja yang disediakan

            E.     Pengamatan

1.      Tabel Hasil Pengamatan

Gambarlah dan Tuliskan Posisi Titik Tumpu,


No Nama Alat
Titik Beban, dan Titik Kuasa
1 Gunting

2 Pembuka Tutup
Botol
3
Penjepit

2.      Pembahasan
Gunting memiliki titik tumpu di...................., merupakan contoh tuas
ke.................... Pembuka tutup botol memiliki titik beban di....................,
merupakan contoh tuas ke.................... Penjepit memiliki titik kuasa
di...................., merupakan contoh tuas ke....................
SOAL SOAL PESAWAT SEDERHANA

1. Bagian dari pengungkit yang kita beri gaya dinamakan ...


A. titik tumpu
B. titik kuasa
C. beban
D. lengan beban

2. Berikut ini benda-benda yang dapat dijadikan pengungkit, kecuali...


A. batang bambu
B. linggis
C. tali
D. palu

3. Manakah diantara pesawat berikut yang termasuk pesawat sederhana jenis kedua?
A. gunting kuku
B. gerobak pasir
C. gunting
D. lengan

4. Bila titik beban adalah B, titik kuasa adalah K dan titik tumpu adalah T, maka susunan
ketiga titik tersebut pada pengungkit jenis kedua adalah ...
A. B – K – T
B. T – B – K
C. K – T – B
D. T – K – B

5. Bila titik beban adalah B, titik kuasa adalah K dan titik tumpu adalah T, maka susunan
ketiga titik tersebut pada pengungkit jenis ketiga adalah ...
A. B – K – T
B. T – B – K
C. K – T – B
D. K – B – T

6. Bila perbandingan panjang lengan beban dan lengan kuasa adalah 1: 2, berapakah gaya
yang diperlukan untuk mengangkat beban seberat 100 N dengan menggunakan
pengungkit jenis
pertama?
A. 50 N
B. 100 N
C. 150 N
D. 200 N

7. Untuk Soal No. 4 diatas, berapakah keuntungan mekanis yang diperoleh?


a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

8. Untuk mengangkat atau memindahkan sebuah benda, orang biasanya menggunakan


sebuah katrol tunggal tetap. Katrol tunggal tetap berkerja dengan cara ...
A. memperbesar usaha
B. memperkecil usaha
C. mengubah arah gaya
D. memperbesar gaya

9. Seorang anak mengambil seember air dengan berat 50 N. Bila anak tersebut
menggunakan sebuah katrol bebas (bergerak), berapakah gaya yang diperlukan anak
tersebut?
A. 10 N
B. 25 N
C. 50 N
D. 100 N

10. Perhatikan gambar dibawah ini

Bila berat beban yang hendak diangkat adalah 600 N, berapakah gaya yang diperlukan
untuk mengangkat beban tersebut?
A.100 N
B. 300 N
C. 600 N
D.1200 N

Anda mungkin juga menyukai