Anda di halaman 1dari 4

BUKU NONFIKSI

I. Identitas Buku

 Judul : SILARIANG Siri’ Orang Makassar


 Pengarang : HM. Natzir Said
 Penerbit : Pustaka Refleksi
 Tahun terbit : 2005
 Tempat terbit : Makassar
 Cetakan : Kedua
 Tebal halaman : xi + 86
 Editor buku : Rosmawaty N. Bachtiar
 Desain sampul : Syam Rappung
 Ukuran buku : Lebar=12 cm, panjang=18,6 cm

II. Isi Buku

Masyarakat suku Makassar, siri’ yang berhubungan dengan perkawinan


sangat disakralkan, sehingga orang rela membunuh atau menyeahkan nyawanya
demi mepertahankan siri’-nya.
Buku yang berjudul SILARIANG Siri’ Orang Makassar ini ditulis oleh HM.
Natzir Said mengungkapkan kisah siri’ yang berhubungan dengan perkawinan.
Ada tiga sebab yang bisa menimbulkan siri’ bila tidak dibayar dengan
perkawinan. Yaitu, silariang, nilariang, dan erangkale. Ketiganya ini sangat erat
berkaitan dengan soal siri’.
Silariang adalah apabila seorang gadis/perempuan dengan seorang
pemuda/laki-laki meninggalkan rumah tanpa sepengatahuan atau persetujuan
keluarga kemudia menikah. Beberapa factor yang menyebabkan terjadinya
silariang adalah
1. Menentang perjodohan yang datang dari pihak keluarga
2. Tidak mampu membayar mas kawin yang terlalu tinggi, sedangkan
antara pemuda dan gadis telah ada hubungan batin
3. Adanya perbadaan status atau tingkatan derajat.

Larinya gadis/perempuan bersama dengan pemuda/laki-laki ini


dipandang sebagai tantangan atau penghinaan terhadap kehormatan pihak
perempuan/gadis. Ini datangnya dari pihak pemuda/laki-laki, namun
sebernarnya, perginya gadis bersama pemuda adalah atas dasar kehendak
bersama, akan tetapi tetap dipermasalahkan pada pihak pemuda/laki-laki,
sehingga ia disebut Tomannyala. Pihak Tomasiri’ mempunyai kewajiban
membunuh Tomannyala sebagai pembalasan untuk membela kehormatan
anggota keluarga gadis.

Nilariang adalah perkawinan yang terjadi setelah seorang laki-laki


melarikan seorang perempuan dengan paksa atau bertentangan dengan
kehendaknya. Sebab-sebab terjadinya kawin nilariang pada dasarnya sama
dengan silariang, yaitu perbedaan tingkatan derajat dan mahar pernikahan yang
terlalu tinggi. Disamping itu, ada unsur-unsur lain, diantaranya:
- Peminangan yang ditolak oleh perempuan
- Penghinaan langsung dari pihak perempuan sehingga membuat malu
pihak laki-laki
- Pembalasan semata-mata

Kawin nilariang mengandung akibat yang sama dengan perkawinan


silarian. Akan tetapi, kawin nilariang ini menimbulkan perasaan siri’ yang
jauh lebih berat.

Erangkale adalah larinya seorang gadis kepada pemuda dan minta


dinikahi karena tersinggung perasaanya.

Untuk silariang, nilariang dan erengkali diatur dalam KUHP pasal 332 yaitu
1. Dihukum karena melarian perempuan:
1e. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, barangsiapa membawa
pergi seorang wanita yang belum dewasa, tanpa dikehendaki orang tuanya
atau walinya tetapi dengan persetujuannya, dengan maksud untuk
memastikan penguasaannya terhadap wanita itu, baik di dalam maupun di
luar perkawinan
2e. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, barangsiapa
membawa pergi seorang wanita dengan tipu-muslihat, kekerasan atau
ancaman kekerasan, dengan maksud untuk memastikan penguasaannya
terhadap wanita itu, baik di dalam maupun di luar perkawinan.
2. Penuntutan dilakukan hanya atas pengaduan.
3. Pengaduan dilakukan:
a. bila wanita itu sewaktu dibawa pergi belum dewasa, leh dia sendiri, atau
oleh rang lain yang harus memberi izin bila dia kawin
b. bila wanita itu sewaktu dibawa pergi sudah dewasa, oleh dia sendiri atau
oleh suaminya.

4. Bila yang membawa pergi lalu kawin dengan wanita yang dibawanya pergi
itu dan terhadap perkawinan itu berlaku aturan-aturan Kitab Undang-
undang Hukum Perdata, maka tak dapat dijatuhkan pidana sebelum
perkawinan itu dinyatakan batal.
III. Kelebihan Buku
 Buku ini bisa memberi tahu tentang budaya Makassar pada pembaca.
 Ukuran font/tulisan dalam buku ini cukup besar.
 Penjelasan dari beberapa istilah dijelaskan dengan cukup baik.
 Buku ini memberikan gambaran pada pembaca tentang dampak negative dari
kawin lari atau Silariang.
 Buku ini memberikan penjelasan secara poin per poin sehingga mudah
dimengerti.

IV. Kelemahan Buku


 Pada sinopsis buku terdapat kesalahan tanda baca.
 Sampul dari buku memiliki desain yang kurang menarik.
 Bahasa yang digunakan kurang efektif dan tidak baku.
 Ada beberapa pembahasan dalam buku ini yang dijelaskan secara berulang-
ulang.
 Tidak adanya Ilustrasi gambar pada buku ini.
 Ada beberapa kesalahan dalam penulisan/pengetikan.

V. Kesimpulan

Buku ini memberi kita pemahaman mengenai perkawinan silariang, perkawinan


nilariang dan perkawinan erengkale. Harga diri orang Makassar dengan taruhan nyawa
yang terefleksi dari kedalaman adat, diungkap dalam buku ini. Buku ini menjelaskan
tidak hanya dari segi pandangan sosial, juga dari pandangan agama dan hukum yang
berlaku.

Buku ini cocok dibaca bagi mereka yang ingin mendalami soal siri’ yang
berhubungan dengan perkawinan di kalangan suku Makassar.
Tugas Bahasa Indonesia

MENGIDENTIFIKASI BUKU NONFIKSI

SILARIANG
Siri’ Orang Makassar

Nama Kelompok
 Andi Amaliah Ibrahim
 Nur Azizah Awaliyah.B
 Syakila Khaira Syah

XI MIA 1

Anda mungkin juga menyukai