Anda di halaman 1dari 311

Penghargaan

Buku ini tidak akan bisa terbit tanpa gagasan dan dorongan dari ratusan mahasiswa doktoral
pada mata kuliah Pengembangan Proposal yang saya ampu di University of Nebraska-Lincoln selama
beberapa tahun ini. Sejumlah mahasiswa sebelumnya dan para editor yang menjadi partner dalam proses
penulisan buku ini: Dr. Sharon Hudson, Dr. Leon Cantrell, Nette Nelson (aim.), Dr. De Tonack, Dr. Ray
Ostrander, dan Diane Greenlee. Sejak edisi pertama, saya juga banyak berutang budi kepada para
mahasiswa di kelas Metode Penelitian Dasar dan orang-orang yang telah berpartisipasi dalam
seminar metode campuran yang pernah saya pimpin. Kuliah-kuliah ini, semuanya, menjadi
laboratorium pribadi saya dalam menyam-paikan gagasan, memperoleh ide-ide segar, dan membagi-
bagikan pengalaman saya sebagai penulis dan peneliti. Kepada para staf dan rekan-rekan di Kantor
Penelitian Kualitatif dan Metode Campuran di University of Nebraska-Lincoln yang sudah banyak
membantu penulisan buku ini, saya ucapkan terima kasih. Saya juga mendapat-kan banyak kontribusi
dari kajian-kajian akademis Dr. Vicki Piano Clark, Dr. Ron Shope, Dr. Kim Gait, Dr. Yun Lu,
Sherry Wang, Amanda Garrett, dan Alex Morales.

Saya juga mengucapkan terima kasih atas saran-saran yang men-cerahkan dari para pereview buku
ini. Saya tidak bisa menghasilkan buku ini tanpa dukungan dan dorongan dari rekan-rekan saya di
Penerbit Sage. Sage merupakan dan masih menjadi salah satu publishing-house dengan rating yang
cukup tinggi. Secara khusus, saya juga berutang banyak kepada pembimbing sekaligus editor saya
sebelumnya, C. Deborah Laughton (sekarang di Guilford Press), dan lisa Cuevas-Shaw, Vicki Knight,
dan Stephanie Adams. Selama hampir 20 tahvin bekerja sama'dengan Sage, kami telah berusaha
mengembangkan metode-metode penelitian.

Dalam kesempatan ini, saya ingin memberikan penghargaan sebesar-besarnya atas


kontribusi para pereview berikut ini: Mahasweta M. Banerjee, University of Kansas; Miriam W.
Boeri, Kennesaw State University; Sharon Anderson Dannels, The George S. Georgakopoulos, Nova
Southeastern University; Mary Enzman Hagedorn, University of Colorado di Colorado Springs;
Richard D. Howard, Montana State University; Drew Ishii, Whittier College; Marilyn Lockhart,
Montana State University; Carmen McCrink, Barry University; Barbara Safford, University of Northern
Iowa; Stephen A. Sivo, University of Central Florida; Gayle Sulik, Vassar College; dan Elizabeth
Thrower, University of Montevallo
Tentang Penulis
John W. Creswell adalah Profesor Psikologi Pendidikan sekaligus penulis dan
pengajar mata kuliah metodologi kualitatif dan penelitian metode campuran. Dia mengajar
di University of Nebraska-Lincoln selama 30 tahun dan telah menulis setidak-tidak-nya 11
buku, sebagian besar tentang rancangan penelitian, penelitian kualitatif, dan penelitian metode
campuran. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalamberbagai bahasa dan digunakan di
seluruh dunia. Dia juga menjabat sebagai co-director di Kantor Penelitian Kualitatif dan
Metode Campuran di Nebraska yang bertugas me-nyediakan dukungan bagi para sarjana
yang ingin mengajukan penelitian kualitatif dan metode campuran pada lembaga-lembaga
pendanaan. Dia juga tercatat sebagai co-editor utama untuk jurnal Sage, Journal of Mixed
Methods Research, dan sebagai Asisten Profesor untuk bidang Kedokteran di University of
Michigan. Cresswell juga sering diminta menjadi asisten peneliti bidang-bidang kesehatan.
Baru-baru ini, dia terpilih menjadi Senior Fulbright Scholar dan bertugas di Afrika Selatan sejak
Oktober 2008 untuk berbagi ilmu tentang penelitian metode campuran denganpara ilmuwan
sosial dan doku-mentator isu-isu AIDS. Dia hobi bermain piano, menulis sajak, dan
berolahraga. Kunjungi websitenya di www.johnwcreswell.com.
Pendahuluan — vii
Daftar Isi
Penghargaan — xvii
Tentang Penulis — xix
Daftar Isi — xx

BAGIAN SATU: PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN AWAL — I

Bab Satu: Memilih Rancangan Penelitian — 3

Tlga Jenis Rancangan — 3


liga Komponen Penting dalam Rancangan Penelitian — 6
■ Beberapa Pandangan-Dunia Filosofis — 6
♦ Pandangan-Dunia Post-positivisme — 8
♦ Pandangan-Dunia Konstruktivisme Sosial — 11
♦ Pandangan-Dunia Advokasi dan Partisipatoris — 13
♦ Pandangan-Dunia Pragmatik — 15
■ Strategi-Strategi Penelitian — 17
♦ Strategi-Strategi Kuantitatif — 18
♦ Strategi-Strategi Kualitatif — 19
♦ Strategi-Strategi Metode Campuran — 21
■ Metode-Metode Penelitian — 23
Rancangan Penelitian Sebagai Pandangan-dunia, Strategi,
dan Metode — 25
Kriteria dalam Memilih Rancangan Penelitian — 29
■ Masalah Penelitian — 29
■ Pengalaman-Pengalaman Pribadi — 30
■ Pembaca — 31
Ringkasan — 32
Latihan Menulis — 32
Bacaan Tambahan — 32

Bab Dua: Tinjauan Pustaka — 36

Topik Penelitian — 36 Tinjauan Pustaka — 40


■ Pemanfaatan Pustaka/Iiteratur — 40
■ Teknik-Teknik Tinjauan Pustaka — 46
♦ Langkah-Langkah Melakukan Tinjauan Pustaka — 46
♦ Database Terkomputerisasi — 48
♦ Prioritas dalam Memilih Literatur — 52
♦ Peta Literatur Penelitian — 54
♦ Mengabstraksikan Literatur — 57
♦ PetunjukGaya — 61
■ Definisi Istilah — 63
■ Tinjauan Pustaka Kuantitatif atau Metode Campuran — 69
Kesimpulan — 71 .
Latihan Menulis — 72
Bacaan Tambahan — 73

Bab Tiga: Penerapan Teori — 75

Teori dalam Penelitian Kuantitatif — 76


■ Variabel-Variabel dalam Penelitian Kuantitatif — 76
■ Definisi Teori — 78
■ Bentuk-Bentuk Teori — 81
■ Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif — 84
■ Menulis Perspektif Teoretis Kuantitatif — 86
Teori dalam Penelitian Kualitatif — 93
■ Variasi Penggunaan Teori dalam Penelitian Kualitatif — 93
■ Menempatkan Teori dalam Penelitian Kualitatif — 98
Teori dalam Penelitian Metode Campuran — 99
Ringkasan — 104
Latihan Menulis — 106
Bacaan Tambahan — 107
Bab Empat: Strategi-strategi Menulis dan Pertimbangan-Pertitnbangan Etis — 109

Menulis Proposal'—109
■ Bagian-Bagian dalam Proposal — 109
■ Format Proposal Kualitatif — 111
■ Format Proposal Kuantitatif — 113
■ Format Proposal Metode Campuran — 113
■ Merancang Bagian-Bagian dalam Proposal Penelitian — 114
■ Menulis Gagasan — 116
■ Menulis seperti Berpikir — 117
. ■ Kebiasaan Menulis — 118
■ Keterbacaan Tulisan — 121
■ Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan" — 124
Masalah-masalah Etis yang Perlu Diantisipasi — 130
■ Masalah-Masalah Etis dalam Masalah Penelitian — 131
■ Masalah-Masalah Etis dalam Tujuan Penelitian dan Rumusan
Masalah — 132
■ Masalah-Masalah Etis dalam Pengumpulan Data — 132
■ Masalah-Masalah Etis dalam Analisis dan Interpretasi
Data — 135
■ Masalah-Masalah Etis dalam Menulis dan Menyebarluaskan
Hasil Penelitian — 137
Ringkasan — 138
Latihan Menulis — 139 -
Bacaan Tambahan — 140

BAGIAN DUA; MERANCANG PENELITIAN — 143

,Bab Lima: Pendahuluan — 145


Pentingnya Pendahuluan — 145
Pendahuluan dalam Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode
Campuran — 147
Salah Satu Model Pendahuluan — 149
■ Sebuah Ilustrasi — 150
■ Masalah Penelitian — 153
■ PeneHtian-Penelitian Sebelumnya — 156
■ Kekurangan (Defisiensi) dalam Literatur Sebelumnya — 159
■ Signifikansi Penelitian bagi Pembaca — 161
Ringkasan — 163
Latihan Merudis — 164 Bacaan Tambahan — 164

Bab Enam: Tujuan Penelitian — 166

Signifikansi dan Makna Tujuan Penelitian — 166


■ Tujuan Penelitian Kualitatif — 167
■ Tujuan Penelitian Kuantitatif — 175
■ Tujuan Penelitian Metode Campuran —'- 181
Ringkasan — 188
Latihan Menulis — 189 Bacaan Tambahan —
189

Bab Tujuh: Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian — 191

Rumusan Masalah Kualitatif — 191


Rumusan Masalah dan Hipotesis Penelitian Kuantitatif — 196
Model Rumusan Masalah dan Hipotesis Deskriptif — 203
Rumusan Masalah Dan Hipotesis Penelitian Metode
Campuran — 205
Ringkasan — 210
Latihan Menulis — 211
Bacaan Tambahan — 212

Bab Delapan: Metode-metode Kuantitatif — 215

Mendefinisikan Rancangan Survei dan Eksperimen — 216 Komponen-


komponen Rancangan Metode Survei — 216
■ Rancangan Survei — 217
■ Populasi dan Sampel — 218
■ Instrumentasi — 221
■ Variabel-Variabel dalam Penelitian — 224
Analisis Data dan Interpretasi — 225
Komponen-komponendalam Metode Penelitian Eksperimen — 229
■ Partisipan — 229
■ Variabel-Variabel — 236
■ Instrumentasi dan Materi — 237
■ Prosedur-ProsedurEksperimentasi — 237
Ancaman-Ancaman terhadap Validitas — 240
■ Prosedur — 247
■ AnalisisData — 249
■ Interpretasi Hasil '-=- 250
Ringkasan — 251
Latihan Menulis — 254 Bacaan Tambahan — 255

Bab Sembilan: Prosedur-prosedur Kualitatif — 258

Karakteristik-karakteristik Penelitian Kualitatif — 259


Strategi-strategi Penelitian — 263
Peran Peneliti — 264
Prosedur-prosedur Pengumpulan Data — 266
Prosedur-Prosedur Perekaman Data — 271
Analisis dan Interpretasi Data — 274
Reliabilitas, Validitas, dan Generalisabilitas — 284
Menulis Kualitatif — 290 ■ .
Ringkasan — 291
Latihan Menulis — 302
Bacaan Tambahan — 302
Bab Sepuluh: Prosedur-prosedur Metode Campuran — 304

Komponen-komponen Prosedur Metode Campuran — 305 Sif at Penelitian Metode


Campuran — 307 Strategi-strategi Penelitian Metode Campuran dan Model-model
Visualnya — 308
■ Merencanakan Prosedur-Prosedur Metode Campuran — 308
♦ Timing (Waktu) — 309
♦ Weighting (Bobot) — 310
Mixing (Pencampuran) — 310
♦ Teorisasi dan Perspektif-Perspektif Transformasi — 312
■ Strategi-Strategi Penelitian Metode Campuran
dan Model-Model Visualnya — 313
♦ Strategi Eksplanatoris Sekuensial — 316
♦ Strategi Eksploratoris Sekuensial — 317
♦ Strategi Transformatif Sekuensial — 318
♦ Strategi Triangulasi Konkuren — 320
♦ Strategi Embedded Konkuren — 321
♦ Strategi Transformatif Konkuren — 324
■ Memilih Strategi Metode Campuran — 325
Prosedur-Prosedur Pengumpulan Data — 326
Analisis Data dan Prosedur-prosedur Validasi — 328
Susunan Laporan Penelitian — 331
Contoh-contoh Prosedur Metode Campuran — 332
Ringkasan — 337
Latihan Menulis — 339 Bacaan Tambahan — 339

Glosarium — 342
Daftar Pustaka — 359 .
Indeks — 379
Bagian Satu
Pertimbangan-Pertimbangan Awal

■ B abl
Memilih Rancangan Penelitian
■ Bab 2
Tinjauan Pustaka
■ Bab 3
Penggunaan Teori
■ Bab 4
Strategi-Strategi Menulis dan Pertimbangan-Pertimbangan Etis

Buku ini dirancang untuk membantu para peneliti mengem -


bangkan rencana atau proposal penelitian. Bagian I membahas
sejumlah pertimbangan awal sebelum seorang peneliti merancang
rencana atau proposal penelitian. Pertimbangan-pertirnbangart ini
pada umumnya berkaitan dengan pemilihan rancangan penelitian
yang sesuai, peninjauan pustaka untuk memosisikan penelitian
yang diusulkan dalam konteks literatur-literatur yang ada, pe-
nentuan teori apa yang hendak digunakan dalam penelitian sekali-
gus usaha dalam menulis karya yang baik dan sesuai dengan
standar etika yang berlaku.
Bab Satu
Memilih RancanganPenelitian
Rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi: dari
asumsi-asumsi luas hingga metode-metode rinci dalam pengumpulan dan analisis data.
Rancangantersebut melibatkan sejumlah keputusan yang, dalam buku ini, sudahsaya sajikan
meski tidak secara runtut dalam pengertian yang lazim.Yang jeias, secara keseluruharr,
keputusan ini melibatkan rancanganseperti apa yang seharusnya digunakan untuk meneliti topik
tertentu.
Misalnya, dalam (proposal) penelitian, para peneliti perlu mengambil keputusan terkait
dengan asumsi-asumsi filoSofis yang mendasari penelitian mereka, prosedur-prosedur (yang juga
sering di-sebut sebagai strategi -strategi) penelitian, dan metode-metode spesifik yang akan
mereka gunakan dalam pengumpulan, analisis, dan interpretasi data; Pemilihan atas satu
rancangan penelitian juga perlu didasarkan pada masalah/isu yang ingin diteliti, pengalaman
pribadisi peneliti, dan target atau sasaran pembacanya.

TIGA JENIS RANCANGAN


Dalam buku ini, ada tiga jenis penelitian yang akan disajikan:penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan metode campuran. Padahakikatnya, tiga pendekatan ini tidaklah terpisah satu
sama lainseperti ketika pertama kali muncul. Pendekatan kualitatif dankuantitatif seharusnya
tidak dipandang sebagai antitesis ataudikotomi yang saling bertentangan; keduanya hanya
merepresentasikan hasil akhir yang berbeda, namun tetap dalam satu continuum(Newman &
Benz, LggS). Suatu penelitianhanya akan lebih kualitatifketimbang kuantitatif, atau sebaliknya.
Adapun penelitian metode campuran berada di tengah continuumtersebut karena penelitian
inimelibatkan unsur-unsur dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif sering kalidijelaskan berdasarkan
bentuk-bentuknya yang menggunakan kata-kata (kualitatif) dan yang menggudakan angka-angla
(kuantitatif), atauberdasarkan pertanyaan-pertanyaan ycng tertutup (hipotesiskuantitatif) dan
yang terbuka (hipotesis kualitatif). Padahal, gradasiperbedaan antar keduanya sebenamya terletak
pada asumsi filosofisdasar yang dibawa oleh peneliti ke dalam penetitiannya, jenis-jenis strategi
penelitian yang digunakan peneliti sepanjang
penelitiannya(seperti,strategieksperimenkuantitatifataustrategistudilapangankualitatif), dari
metode-metode spesifk yang diterapkan peneliti untukmelaksanakan strategi-strategi ini (seperti,
pengumpulan data secarakuantitatif dalambentuk instrumen versus Pengumpulan data
secarakualitatif melalui observasi lapangan).
Lagi pula, ada perkembangan historis yang dapat membedakankedua pendekatan
tersebut. Misalnya saja, pendekatan kuantitatifbanyak mendominasi bentuk-bentuk penelitian
dalam ilmu-ilmu sosialsejakawalabadXIX hinggapertengahanabadXX. Namun,sejak
awalpertengahan abad XX, muncul minat yang tinggi
terhadappenelitiankualitatif,danbersamaandenganituberkembangpulapenelitianmetodecampuran(
lihatCreswell,2008,untuksejarahyang lebih lengkap). Latar belakang historis ini setidak-tidaknya
dapatdijadikan salah satu landasan untuk mencari definisi "rigid" atastiga istilah kunci tersebut,
yang untuk selanjutnya akan digunakandalambuku ini:
 Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami
makna yang – olehsejumlah individuatau sekelompok orang – dianggapberasal dari
masalah sosialatau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-uPaya
penting, sepei'ti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur,
mengumPulkan data yang spesifik daripara partisipan, menganalisis data secara induktif
mulai daritema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkanmakna data.
Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki strukturatau kerangka yang fleksibel. Siapa
pun yang terlibat dalambentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang
penelitianyangbergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, danmenerjemahkan
kompleksitas suatu persoalan (diadaptasi dari Creswell,2007).
 Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk mengujiteori-teori tertentu
dengan cara meneliti hubungan antarvariabel.Variabel-variabel ini diukur -biasanya
dmgan instrumen-instrumen penelitian- sehingga data yang terdiri dari angka-angkadapat
dianalisis berdasarkan prosedur-prosedur statistik. Laporanakhir untuk penelitian ini pada
umumnya memiliki struktur yangketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan
pustaka,landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
(Creswell,2008). Seperti halnya para peneliti kualitatif,siapa pun yang terlibat di dalam
penelitian kuantitatif juga perlurnemiliki asumsi-asumsi untuk menguji teori secara
deduktif, mencegah munculnya bias-bias, mengontrol penjelasan-penjelasan alternatif,
dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan-penemuannya.
 Penelitian metode campuran merupakan pendekatan penelitianyang mengombinasikan
atau mengasosiasikan bentuk kualitatif danbentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan
asumsi-asumsi filosofis., aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif,
danpencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalamsatu penelitian. Pendekatan
ini lebih kompleks dari sekadarmengumpulkandanmenganalisis dua jenis data; ia juga
melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektifsehingga
kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besarketimbang penelitian kualitatif dan
kuantiiatif (Creswell & PlanoClark,2007).
Seperti yang kita lihat, masing-masing definisi di atas memilikititik tekannya tersendiri.
Untuk itulah, dalam buku ini, saya akanmenjelaskantigadefinisitersebutsecaradetailagarAndabisa
mengetahui masing-masing maknanya dengan jelas.

TIGA KOMPONEN PENTING DALAM RANCANGAN PENELITIAN


Ada dua titik tekan dalam setiap definisi tadi yaitu: bahwa suatu pendekatan penelitian
selalu melibatkan asumsi-asumsi filosofis danmetode-metode atau prosedur-prosedur yang
berbeda-beda. Rancangan penelitian, yang saya sebut sebagai rencana atau propasal untuk
melaksanakan penetitian, melibatkan relasi antara asumsi-asumsifilosofis, strategi-strategi
penelitian dan metode-metode tertentu. Kerangka kerja yang saya gunakan untuk menjelaskan
pertemuanantara tiga komponen ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. Secara detail, dalam
merencanakan penelitian, para peneliti perlu memPertimbangkan tiga komponen penting, yaitu:
(1) asumsi-asumsipandangan-dunia (worldview) filosofis yang mereka bawa ke dalam
penelitiannya, (2) strategi penelitian yang berhubungan denganasumsi-asumsi tersebut, dan (3)
metode-metode atau prosedur-prosedur spesifik yang dapat menerjemahkan strategi tersebut
kedalam Praktik nyata.

Beberapa Pandangan-Dunia Filosofis


Meskipun sebagian besar gagasan filosofis tersembunyi dalamsebuah penelitian (Slife &
William, 1995), gagasan-gagasan tersebuttetap mempengaruhi praktik penelitian dan perlu
diidentifikasi. Sayamerekomendasikan agar siapa pun yang tengah mempersiapkan proposal atau
rencana penelitian seyogianya memperjelas gagasan-gagasan filosofis yang mereka ekspos.
Penjelasan ini tentu akanmencerminkan alasan mengaPa mereka perlu memilih-
pendekatankuaiitatif, kuantitatif, atau metode camPuran untuk penelitianmereka.
Dalammenjelaskanpandangan-duniafilosofis,penelitisetidak-tidaknya perlu menyertakan
– dalam proposalnya – satubagiankhusus yang membahas sejumlah hal berikut:

Beberapa Pandangan- Strategi-Strategi Penelitian


Dunia Filosofis Strategi-Strategi Kualitatif
Post-Positivis (seperti, ethnografi)
Konstruksi Sosial Strategi-Strategi Kuantitatif
Advokasi/partisipatoris (seperti, eksperimen)
Pragmatis Strategi-Strategi Metode
Campuran (seperti, sekuensial)

Rancangan-
Rancangan Penelitian
Kualitatif
Kuantitatif
Metode Campuran

Metode-metode Campuran
Pertanyaan-pertanyaan
Pengumpulan data
Analisis data
Interpretasi
Laporan tertulis
Validasi
Gambar 1.1 Kerangka Kerja Rancangan Penelitian – Relasiantara Pandangan – Dunia, Startegi-
Strategi Penelitian, dan Metode-Metode Penelitian

 Pandangandunia filosofis yang diusulkan dalam penelitian.


 Pertimbangan-Pertimbangan dasar mengapa pandangan-duniatersebut digunakan
 Bagaimana pandangan-dunia itu membentuk pendekatan penelitian.

Saya lebih memilih menggunakan istilah pandangan-dunia(worldviews) karena memiliki


artikepercayaan dasar yang memandu tindakan (Guba, 1990: 17).Peneliti lain lebih suka
menyebutnya paradigma (Lincoln & Guba, 2000; Mertens, 1998); epistemologi dan
ontologi(Crotty, 1998), ataumetodologi penelitian yang telah diterima secara luas(Neuman,
2000). Saya memandang pandangan-dunia sebagai orientasi umum terhadap dunia dan
sifatpenelitian yang dipegangkukuh oleh peneliti. Pandangan-dunia ini sering kali
dipengaruhiolehbidangkeilmuanyangmenjadikonsentrasimahasiswa,kepercayaan para
pembimbin dan pihak fakultas terhadap bidang tersebut, dan pengalaman-pengalaman penelitian
sebelumnya.Unikny pandangandunia yang dipegang kukuh oleh para
penelititidakjarangmerangkulsecarakolektifpendekatankualitatif,kuantitafrf, dan metode
campuran dalam penelitian mereka. Adaempat pandangandunia yang akan dibahas kali ini: post-
positivisme,konstruktivisme, advokasi/partisipatoris, dan pragmatisme. Elemen-elemen penting
dalam setiap pandangan dunia ini dapat dilihat dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1Empat Pandangan-Dunia

Post-positivisme Konstruktivisme
 Determinasi  Pemahaman
 Reduksionisme  Makna yang beragarn dari partisipan
 Observasi dan Pengujian empiris  Konstruksisosiai dan historis
 Verifikasi teori  Penciptaan teori

Advokasi/Partisipatoris Pragmatisme
 Bersifat politis  Efek-efek tindakan
 Berorientasi pada isu pemberdayaan  Berpusat Pada masalah
 Kolaboratif  Bersifat Pluralistik
 Berorientasi pada perubahan  Berorientasi pada praktik dunia-nyata

Pandangan-Dunia Post-positivisme
Asumsi-asumsipost-positivismerepresentasikanbentuktradisional penelitian, yang
kebenarannya lebih sering disematkanuntuk penelitian kuantitatif ketimbang penelitian kualitatif.
Pandangan-dunia ini terkadang disebut sebagai metode saintifik atau penelitian sains. Ada pula
yang menyebutnya sebagai penelitianpositivis/post-positivis,sains empiris,dan post-positivisme.
Istilah terakhirdisebut post-positivisme karena ia merepresentasikan pemikiranpost-positivisme,
yang menentang gagasan tradisional tentangkebenaran absolut ilmu pengetahuan (Phillips &
Burbules, 2000), danmengakui bahwa kita tidak bisa terus menjadi "orang yangyakin/positif"
pada klaim-klaim kita tentang pengetahuan ketika kitamengkaji perilaku dan tindakan manusia.
Dalam perkembanganhistorisnya, tradisi post-positivis ini lahir dari penulis-penulis abad XIX,
seperti Comte, Mill, Dukheim, Newton, dan Locke (Smith,1983), dan belakangan dikembangkan
lebih lanjut oleh penulis-penulis seperti Phillips dan Burbules (2000).
Kaum Post-positivis mempertahankan filsafat deterministikbahwa sebab-sebab (faktor-
fakior kausatif) sangat mungkin menentukan akibat atau hasil akhir. Untuk itulah, problem-
problem yangdikaji oleh kaum post-positivis mencerminkan adanya kebutuhanuntuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab y ang memengaruhihasil akhir, sebagaimana yang
banyak kita jumpai dalam penelitian eksperimen kuantitatif. Filsafat kaum post-positivis juga
cenderungreduksionistis yang orientasinya adalah mereduksi gagasan-gagasanbesar menjadi
gagasan-gagasan terpisah yang lebih kecil untuk diujilebih lanjut, seperti halnya variabel-
variabel yang umumnya terdiridari sejumlah rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post-positivis selalu didasarkan
pada observasi dan pengujian yang sangatcermatterhadap realitas objektif yang muncul di dunia
"luar sana." Untuk itulah, melakukan observasi dan meneliti perilaku individu-individu dengan
berlandaskan pada ukuran angka-angka dianggapsebagai aktivitas yang amat penting bagi kaum
post-positivis. Akibatnya, muncul hukum-hukum atau teori-teori yang mengatur dunia,yang
menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori-teori tersebut. agar dunia ini
dapat dipahami oleh manusia. Untukitulah, dalam metode saintifik,salah satu pendekatan
penelitian "yangtelah disepakati" oleh kaum post-positivis, seorang peneliti harusmengawali
penelitiannya dengan menguji teori tertentu, lalu mengumpulkan data baik yang mendukung
maupun yang membantah teori tersebut, baru kemudian membuat perbaikan-perbaikan lanjutan
sebelum dilakukan pengujian ulang.
Membaca buku Phillips dan Burbules (2000), kita akan menemukan sejumlah asumsi
dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-positivis, antara lain:
1. Pengetahuanbersifatkonjektural/terkaan (dan antifondasional/ddak berlandasan apa pun) -
bahwa kita tidak akan pernahmendapatkan kebenaran absolut. untuk itulah, bukti yang
dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Karena alasan ini pula,
banyak peneliti yang berujar bahwamereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya; bahkan,
tak jarang rnereka juga gagal untuk menyangkal hipotesisnya.
2. Penelitianmerupakanproses membuatklaim-klaim, kemudian menyaring sebagian klaim
tersebut meniadi "klaim-klaim lain"yang kebenarannya jauh lebih kuat. sebagian besar
penelitian kuantitatif, rnisalnya, selalu diawali dengan pengujian atas suatuteori.
3. Pengetahuan dibentuk oleh data,bukti, danPertimbang-pertimbangan logis. Dalam
praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-instrumen
Pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau dengan melakukan observasi
mendalam di lokasi penelitian.
4. Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemenyang relevan dan benar,
statemen-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat
mendeskripsikanrelasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti
membuat relasi antarvariabel dan mengemukakannya dalam bentuk pertanyaan dan hipotesis'
5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; parapeneliti harus menguji kembali
metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang sekiranya mengandung bias. untuk
ituiah,dalam penelitian kuantitatif, standar validitas dan reliabilitas. menjadi dua ispek
penting yang wajib dipertimbangkan olehpeneliti.

Pandangan-Dunia Konstruktivisme Sosial


Kelompok lain memiliki pandangandunia yang berbeda.Salah satunya adalah pandangan-
dunia konstruktivisme sosial (yangsering kali dikombinasikan dengan interpretivisme) (lihat
Merters,1998). Pandangan-dunia ini biasanya dipandang sebagai suatupendekatan dalam
penelitian kualitatif. Gagasan konstruktivismesosial berasal dari Mannheim dan buku-buku
seperti The Social Construction of Reality-nya Berger dan Luekmann (1967) danNaturalistic
Inquiry-nya Lincoln dan Guba (1985). Dewasa ini, penulis-penulisyang getol mengkaji
paradigma konstruktivisme sosial antara lainLincoln dan Guba (2000), Schwandt (2007, Neuman
(2000), dannCrotty (1998).
Konstruktivisme sosial meneguhkan asumsi bahwa individu-individu selalu berusaha
memahami dunia di mana mereka hidupdan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna
subjektif ataspengalaman-pengalaman mereka -makna-makna yang diarahkanpada objek-objek
atau benda-benda tertentu. Makna-makna ini puncukup banyak danberagam sehingga peneliti
dituntut untuk lebihmencari kompleksitas pandangan-pandangan ketimbang mempersempit
makna-maknameniadi sejumlah kategori dan gagasan. Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak
mungkin pandanganpartisipan tentang situasi yang tengah diteliti. Untuk
mengeksplorasipandangan-pandangan ini, pertanyaan-pertanyaan pun perlu diajukan. Pertayaan-
pertanyaan ini bisa jadi sangat luas dan umum sehingga partisipan dapat mengkonstruksi makna
atas situasitersebut, yang biasanya tidak asli atau tidak dipakai dalam interaksidengan oranglain.
Semakin terbuka pertanyaan tersebut tentu akansernakin baik, agar peneliti bisa mendengarkan
dengan cermat apayang dibicarakan dan dilakukan partisipan dalam kehidupan mereka.
Makna-makna subjektif ini sering kali dinegosiasi secara sosialdanhistoris. Makna-makna
ini tidak sekadar dicetak untuk kemudiandibagikan kepada indiviciu-individu, tetapi harus dibuat
melaluiinteraksi dengan mereka (karena itulah dinamakan konstruktivismesosial) dan melalui
norma-norma historis dan sosial yang berlakudalam kehidupan mereka sehari-hari. Makna-
makna itu juga harusditekankanpadakontekstertentudimanaindividu-individuini tinggal dan
kerjia agar peneliti dapat memahami latar belakanghistoris dan kultural mereka.
Para peneliti iuga perlu menyadaribahwa latar belakang dapat mempengaruhi,penafsiran
mereka terhadap hasil penelitian. Untukitulahketikamelakukanpenelitian,merekaharus
memosisikandirimerekasedemikianrupaserayamengakuidenganrendahhatibahwainterpretasimere
katidakpernahlepasdaripengalamanpribadi,kultural,danhistorismerekasendiri.Dalamkontekskonn
struktivisme, peneliti memiliki tujuan utama, yakni berusaha memaknai (atau menafsirkan)
makna-makna yang dimiliki orang laintentang dunia ini. Ketimbang mengawali penelitiannya
dengan suatuteori (seperti dalam post-positivisme), peneliti sebaiknya membuat atau
mengembangkan suatu teori atau pola makna tertentu secarainduktif.
Terkaitdengankonstruktivismeini,Crotty(1995) memperkenalkan sejumlah asumsi:
1. Makna-
maknadikonstruksiolehmanusiaagarmerekabisatertibatdenganduniayangtengahmerekatafsirka
n.Para peneliti kualititif cenderung menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar
partisipan dapat mengungkapkan pandangan-pandangannya.
2. Manusia senantiasa terlibat dengan dunia mereka dan
berusahamemahaminyaberdasarkanperspektifhistorisdansosialmereka sendiri – kitasemua
dilahirkan ke dunia makna (world of meaning)yang dianugerahkan oleh kebudayaan di
sekelilingkita. Untut itulah, para peneliti kualitatif harus memahamikonteks atau latar
belakang partisipan mereka dengan cara mengunjungi konteks tersebut dan mengumpulkan
sendiri informasi yang dibutuhkan. Mereka juga harus menafsirkan apa yangmereka cari:
sebuah penafsiran yang dibentuk oleh pengalamandan latar belakang mereka sendiri.
3. Yangmenciptakanmaknapadadasarnyaadalahlingkungansosial,yangmunculdidalamdandiluari
nteraksidengan komunitasmanusia.Prosespenelitiankualitatifbersifatinduktifdimana di
dalamnya peneliti menciptakan makna dari data-data lapangan yang dikumpulkan.

Pandangan-Dunia Advohasi dan Partisipatoris


Terdapat kelompok lain yang memiliki asumsi-asumsi filosofisberdasarkan pada
pendekatan advokasi/partisipatoris. Pendekatanini muncul sejak 1980-an hingga 1990-an dari
sejumlah kalangan yangmerasa bahwa asumsi-asumsi post-positivis telah rnembebankanhukum-
hukum dan teori-teori struktural yang sering kali tidak sesuaidengan/tidakmenyertakanindividu-
individuyangterpinggirkandalam masyarakat kita atau isu-isu keadilan sosial yang memang perlu
dimunculkan. Pandangan-dunia ini tampaknya memang cocok dengan penelitian kualitatif,
namun ia juga bisa menjadi dasar untukpenelitian kuantitatif .
Dalamsejarahnya,pembahasantentangadvokasi/partisipatoris(atau emansipatoris) dapat
kita jumpai dalam kajian-kajian yangdilakukan oleh penulis-penulis seperti Marx,
Adorno,Marcuse,Habermas, dan Freire (Neuman,2000). Adapun Fay (1987), Herondan Reason
(1997, serta Kemmis dan Wilkinson (1998) merupakansederet penulis masa kini yang aktif
mengkaji perspektif advokasidan partisipatoris ini. Yang ielas, mereka semua merasa bahwa
sikapkonstruktivis tidak memadai dalam menganjurkan (mengadvokasi)program aksi untuk
membantu orang-orangyang termarjinalkan.
Pandangan-duniaadvokasi/partisipatorisberasumsibahwa
penelitianharusdihubungkandenganpolitikdanagendapolitis.Untuk itulah, penelitian ini pada
umumnya memiiiki agenda aksidemi reformasi yang diharapkan dapat mengubah kehidupan
parapartisipan, institusi-institusi di mana mereka hidup dan bekerja, dan kehidupan para peneliti
sendiri. Di samping itu, pandangan-duniaini menyutakan bahwa ada isu-isu tertentu yang perlu
mendapatperhatian lebih, utamanya isu-isu menyangkut kehidupan sosial dewasa ini, seperti
pemberdayaan, ketidakadilan, penindasan, penguasaan, ketertindasan, dan pengasingan. Peneliti
dapat mengawalipenelitian mereka dengan salah satu dari isu-isu ini sebagai fokuspenelitiannya.
Dalampenelitianini,parapenelitiharusbertindaksecara kolaboratif agar nantinya tidak ada
partisipan yang terpinggirkan dalam hasil penelitian mereka. Bahkan, para partisipan dapat
membantumerancang pertanyaan-pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis informasi, atau
mencari hibah-hibah penelitian.
Penelitianadvokasimenyediakansaranabagipartisipanuntukmenyuarakanpendapatdari hak-
hakmerekayangselamainitergadaikan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
mereka akanrealitas sosial yang sebenarnya atau dapat mengusulkan suatuagenda perubahan
demi memperbaiki kehidupan mereka sendiri. Tentu saja, kondisi ini akan mendorong lahirnya
satu suara yangbersatu demi reformasi dan perubahan.
Pandangan-duniafilosofisadvokasi/partisipatorisfokuspadakebutuhan-kebutuhan suatu
kelompok atau individu tertentu
yangmungkintermarginalkansecarasosial.Untukitulah,tidakmenutupkemungkinan
diintegrasikannya pandangan-dunia ini denganperspektif-perspektif teoretis lain yang
mengkonstruksi suatugambaran tentang isu-isu/masalah-masalah yang hendak diteliti, orang-
orang yang diselidiki, dan perubahan-perubahan yangdiinginkan, seperti perspektif feminis,
diskursus rasialisme, teorikritis,teoriqueer,danteoridisability –sejumlahperspektifteoretisini akan
dibahas lebih rinci pada Bab 3.
Meskipunpenjelasansayasejaktadi cenderungbersifat generalisasi terhadap kelornpok-
kelompok yang termarginalkan, setidak-tidaknya kita perlu membaca ringkasan Kemmis dan
Wilkinson(1995) tentang karakteristik-karakteristik inti dari penelitian advokasiatau
partisipatoris:
1. Tindakanpartisipatorisbersikapdialektisdandifokuskanuntukmembawa perubahan. Untuk
itulah, pada akhir penelitian advokasi /partisipatoris, para peneliti harus memunculkan
agendaaksi demi reformasi dan perubahan.
2. Penelitian ini ditekankan untuk membantu individu-individuagar bebas dari kendala-kendala
yang muncul dari media, bahasa,aturan-aturankerja,
danrelasikekuasaandalamranahpendidikan. Penelitianadvokasi/partisipatorisseringkalidimulai
dengan satu isu penting atau sikap tertentu terhadapmasalah-masalah sosial, seperti
pemberdayaan.
3. Penelitian ini bersifat emansipatoris yang berarti bahwa penelitian ini membantu
membebaskan manusia dari ketidakadilan-ketidakadilan yang dapat membatasi
perkembangan dan determinasi diri. Penelitian advokasi/partisipatoris bertujuan untuk
menciptakan perdebatan dan diskusi politis untuk menciptakanperubahan.
4. Penelitian ini juga bersifat praktis dan kolaboratif karena iahanya dapat sempurna jika
dikolaborasikan dengan penelitian-penelitian lain, dan bukan menyempurnakan penelitian-
penelitian yang lain. Dengan spirit inilah para peneliti advokasi/partisipatoris melibatkan
para partisipan sebagai kolaboratoraktif dalam penelitian mereka.
Pandangan –Dunia Pragmatik
Prinsip lainberasal dari kelompok pragmatis. Pragmatisme iniberawal dari kajian Peirce,
james, Mead, dan Dewey (Cherryholmes,1992).Penulis-penulis kontemporer yang termasuk
dalam kelompokini antara lain Rorty (1990), Murphy (1990), Patton (1990), danCherryholmes
(1992). Paradigma filosofis yang satu ini memiliki banyak bentuk, tetapi pada umumnya
Pragmatisme sebagai pandangan-dunia lahir dari tindakan-tindakan, situasi-situasi,
dankonsekuensi-konsekuensi yang sudah ada, danbukan dari kondisi-kondisi sebelumnya
(seperti dalam post-positivisme). Pandangan-duniaini berpijak pada aplikasi-aplikasi dan solusi-
solusi atas problem-problem yang ada (Patton, 1990).Ketimbang berfokus pada metode-metode,
para peneliti pragmatik lebih menekankan pada pemecahanmasalah dan menggunakan semua
pendekatan yang ada untuk memahami rnasalah tersebut (lihat Rossman & Wilson, 1985).
Sebagai salah satu paradigma filosofis untuk penelitian metodecampuran, Tashakkori dan
Teddlie (1998), Morgan (2007),dan Patton (1990) menekankan pentingnya paradigma pragmatik
ini bagi parapeneliti metode campuran, yang pada umumnya harus berfokuspada masalah-
masalah penelitian dalam ilmu sosial
humaniora,kemudianmenggunakanpendekatanyangberagamuntuk memperoleh pengetahuan
yang lebih mendalam tentang problem-problemtersebut. Berdasarkan kajian Cherryholmes
(1992), Morgan (2007),dan pandangan saya pribadi, pragmatisme pada hakikatnya merupakan
dasar filosofis untuk setiap bentuk penelitian, khususnya penelitian metode campuran:
1. Pragmatisme tidak hanya diterapkan untuk satu sistem
filsafatataurealitassaja.Pragmatismedapatdigunakanuntuk penelitian metode campuran yang
di dalamnya para peneliti bisadengan bebas melibatkan asumsi-asumsi kuantitatif dan
kualitatifketikamerekaterlibatdalamsebuahpenelitian.
2. Setiappenelitimemilikikebebasan memilih.Dalamhalini,merekabebasuntukmemilihmetode-
metode,teknik-teknik,dan prosedur-prosedur peneIitian yang dianggap terbaik
untukmemenuhi kebutuhan dan tujuan mereka.
3. Kaum pragmatis tidak melihat dunia sebagai kesatuan yang mutlak. Artinya, para peneliti
metode campuran dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam mengumpulkan dan
menganaIisis data ketimbang hanya menggunakan satu pendekatan saja(jika tidak kuantitatif,
selalu kualitatif).
4. Kebenaran adalah apa yang teriadi pada saat itu. Kebenarantidak didasarkan pada dualitas
antara kenyataan yang beradadi luar pikiran dan kenyataan yang ada dalam pikiran.
Untukitulah, dalam peneiitian metode campuran,para peneliti
menggunakandatakuantatifdankualitatifkarenamerekamenelitiuntukmemilikipemahamanyang
baikterhadapmasalah penelitian.
5. Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meneliti, serayamengetahui apa
saja akibat-akibat yang akanmerekaterima –kapandandimanamerekaharusmenjalankan
penelitiantersebut.Untukitulah,parapenelitimetode campuran pada umumnya selalu memiliki
tujuan atas pencampuran (mixing)ini,sejenisalasan mengapa data kuantitatif dan kualitatif
harus dicampur menjadi satu.
6. Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalamkonteks sosial, historis, politis,
dan lain sebagainya. Dalam halini, penelitian metode campuran bisa saja beralih pada
paradigma post-modern, suatu pandangan teoretis yang reflektifterhadap keadilan sosial dan
tujuan-tujuan politis.
7. Kaum pragmatis percaya akan dunia eksternal yang berada diluar pikiran sebagaimana yang
berada di dalam pikiran manusia. Mereka juga percaya bahwa kita harus berhenti
bertanyatentang realitas dan hukum-hukum alam (Cherryholmes, 1992).Bahkan, "mereka
sepertinya ingin mengubah subjek" (Rorty, 1983: xiv).
8. Untuk itulah, bagi para peneliti metode campuran, pragmatisme dapat membuka pintu untuk
menerapkan metode-metode yangberagam, pandangan-dunia yang berbeda-beda, dan
asumsi-asumsi yangbervariasi, serta bentuk-bentuk yang berbedadalam pengumpulan dan
analisis data.

Strategi-Strategi Penelitian
Para peneliti hendaknya jangan hanya memilih penelitian kualitatif, kuantitatif, atau
metode campuran untuk diterapkan; merekajuga harus menentukan jenis penelitian dalam tiga
pilihan tersebut. Strategi-strategi penelitian merupakan jenis-jenis rancangan peneIitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran yang menetapkanprosedur-prosedur khusus dalam
penelitian. Beberapa orang menyebut strategi penelitian dengan istilah pendekatan
peneiitian(Creswell, 2007) atau metodologi penelitian (Mertens, 1998).
Strategi-strategi yang tersedia bagi peneliti sebenamya sudahmuncul bertahun-tahun lalu
saat teknologi komputer telah mempercepat aktivitas kita dalam menganalisis data-data yang
rurnit. Strategi-strategi tersebut hadir ketika manusia sudah mampu mengartikulasikan prosedur-
prosedur baru dalam melakukan penelitian ilmusosial. Pilihlah salah satu dari strategi-
strategipenelitian yang seringkali digunakan dalam ilmu sosial, seperti yang akan saya jelaskan
dalam Bab 8, 9, dan10.
Di sini, saya hanya akan memperkenalkan strategi-strategi iniyang nantinya akan
dijelaskan lebih rinci –lengkapdengan contoh-contohnya— disepanjang buku ini. Ringkasan
strategi-strategitersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2Strategl-Strategi Penetitian Alternatif


Kuantitatif Kualitatif Metode Campuran
 Rancangan-  Penelitian naratif  Sekuensial
rancanganeksperimen  Fenomenologi  Konkuren
 Rancangan-racangan  Etnografi  Transformatif
non-eksperimen,  Groundedtheory
sepertimetode survei  Studi kasus
Strategi-strategi Kuantitatif

Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi-strategipenelitian yang berkaitan
dengan rancangan kuantitatif selalu meIibatkan pandangan-dunia post-positivis. Strategi-strategi
ini meliputi eksperimeh-eksperimen nyata, eksperimen-eksperimen yangkurang rigid yang sering
disebut dengan kuasi-eksperimen dan penelitian korelasional (Campbell & Stanley, 1963), dan
eksperimen-eksperimen single-subject (Cooper, Heron, & Heward, 1987; Neuman
&McCormick,1995).
Namun, dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-eksperimen
yang lebih kompleks dengan semuavariabei dan treatment-nya (seperti rancangan faktorial dan
rancanganrepeated measure). Strategi-strategi kuantitatif juga meliputi model-model persamaan
struktural yang sedikit rumit, yang biasanya menyertakan metode-metode kausalitas dan
identifikasi kekuatan variabel-variabel ganda. Dalam buku ini, saya hanya fokus pada duastrategi
penelitian kuantitatif, yakni survei dan eksperimen.
 Penelitian survei berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini
dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitianini
meliputi studi-studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terencana dalam pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi
populasiberdasarkan sampel yang sudah ditentukan (Babbie, 1990).
 Penelitian eksperimenberusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil
sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilaidengan cara menerapkan treatment tertentu pada satu
kelompok(sering disebut kelompok treatment, penj.) dantidak menerapkannyapada kelompok
yang lain (sering disebut kelompok kontrol, Penj.), Ialu menentukan bagaimana dua
kelompok tersebut menentukanhasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual
denganpenugasan acak (random assignmenf) atas subjek-subjek yang di-treatment dalam
kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi-eksperimendengan prosedur-prosedur non-acak (Keepel
1991). Termasukdalam kuasi-eksperimen adalah rancangan single-subiect.

Strategi-Strategi Kualitatif
Untuk penelitian kualitatif, strategi-strateginya sudah mulaibermunculan sepanjang tahun
1990-an dan memasuki abad XX. Tidaksedikit buku yang telah membahas strategi kualitatif ini
(seperti 19strategi yang diperkenalkan oleh Wolcott, 2001). Bahkan, pendekatan-pendekatan di
dalam penelitian kualitatif tertentu sudah memilikiprosedur-prosedur yang lengkap dan jelas.
Misalnya, Clandinin danConnelly (2000) telah membuat deskripsi komprehensif tentang apa
yangharus dilakukan oleh seorangpeneliti naratif. Moustakas (1994)juga telah membahas
doktrin-doktrin filosofis dan prosedur-prosedurdalam metode fenomenologi, sedangkan Strauss
dan Corbin (1990,1998) memperkenalkan prosedur-prosedur untuk peneliti groundedtheory.
Wolcott (1999) menjabarkan prosedur-prosedur etnografis,dan Stake (1995) merekomendasikan
sejumlah proses yang harusdilakukan dalam penelitian studi kasus.
Dalam buku ini, saya sudah menyajikan ilustrasi-ilustrasi berdasarkan strategi-strategi di
atas, sekaligus memperkenalkan bahwapendekatan-
pendekatansepertipenelitianpartisipatoris(Kemmis& Wilkinson, 1998),analisiswacana
(Cheek,2004), dan pendekatan-pendekatan lain yang tidak disebutkan (lihat Creswell, 2007b)
jugadapat menjadi cara-cara yang memadai di dalam melakukan penelitian kualitatif:
 Etnografimerupakansalahsatustrategipenelitiankualitatifyangdi dalamnya peneliti
menyelidiki suatu kelompok kebudayaandi lingkungan yang alamiah dalam periode waktu
yang cukuplama dalam dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan datawawancara
(creswell, 2007b).Proses penelitiannya fleksibel danbiasanya berkembang sesuai kondisi
dalam merespons kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di lapangan (LeCompte
&Schensul, 1999).
 Grounded theory nterupakan strategi penelitian yang di dalamnyapeneliti "memproduksi"
teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yangberasal
daripandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani
sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang
diperoleh (Charmaz, 2006;Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Rancangan ini memiliki
duakarakteristik utama, yaitu: (1) perbandingan yang konstan antaradata dan kategori-
kategori yang muncul dan (2) pengambilan contoh secara teoretis (teoretical sampling)atas
kelompok-kelompokyang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaaninformasi.
 Studikasusmerupakanstrategipenelitiandimanadidalamnyapeneliti menyeliki secara cermat
suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus
dibatasioleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasisecara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
 Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi
hakikat pengalaman manusiatentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-
pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologisebagai suatu metode penelitian
yang prosedur-prosedurnyamengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek
denganterlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-
pola dan relasi-relasi makna (Moustakas,1994). Dalam Proses ini, peneliti mengesampingkan
terlebihdahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman-
pengalaman partisipan yang ia teiiti(Nieswiadomy,1993).
 Naratif merupakan strategi penelitian di mana di dalamnyapeneliti menyelidiki kehidupan
individu-individu dan memintaseorang atau sekolompok individu untuk menceritakan
kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali olehpeneliti dalam kronologi
naratif. Di akhir tahap penelitian, penelitiharus menggabungkan dengan gaya naratif
pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-pandangannya
tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin &Connelly,2000).

Strategi-Strategi Metode Campuran


Strategi-strategi metode campuran sebenamya kurang populerdibanding dua strategi
sebelumnya (kuantitatif dan kualitatif).Konsep untuk "mencampur metode-metode yang
berbeda" ini padahakikatnya munculpada1959 ketika Campbell dan Fisk menggunakan metode-
jamak (multimethods) dalam meneliti kebenaran watak-watak psikologis. Mereka kemudian
mendorong orang lain menggunakan matriks metode-jamak mereka untuk menguji
kemungkinandigunakannya pendekatan-jamak (muttiple approaches) dalam pengumpulan data
penelitian. Berawal dari inilah, banyak orang yang kemudianmencampur metode-metode
sekaligus pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan metode-metode tersebut, misalnya,
mereka menggabungkan metode observasi dan wawancara(data kualitatif) dengan metode survei
tradisional (data kuantitatif)(Sieber, 1973).
Dengan menyadari bahwa setiap metode pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan,
para peneliti metode campuran pun akhirnya meyakini bahwa bias-bias yang muncul dalam satu
metodedapatmenetralisasiataumenghilangkanbias-biasdalammetodemetode yang lain.
Triangulasi sumber-sumber data (triangulasi of dataresourcers) –
suatumetodedalammencarikonvergensiantarametodekualitatifdanmetodekuantitatif—pun muncul
(Jick, 1979). Pada awal 1990-an, gagasan "pencampuran" (mixing) ini mulai beralih dari yang
awalnya hanya berusaha mencari-cari konvergensimenuju usaha penggabungan yang sebenarnya
antara data kuantitatif dan data kualitatif. Misalnya, hasil-hasil dari satu metode dapatmembantu
metode yang lain, utamanya dalam mengidentifikasi parapartisipan yang diteliti atau pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan(Thashakkori& Teddlie, 1998).Selainitu,datakualitatif dankuantitatif
dapat disatukan menjadi satu database besar yang bisa digunakansecara berdampingan untuk
memperkuat satu sama lain (misalnya, kuotakualitatifdapatmendukunghasi-
hasilstatistik)(Creswell& Plano Clark, 2007). Jika tidak, kombinasi dua metode tersebut dapat
diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang luas dan transformatif, misalnya, dalam
mengadvokasi kelompok-kelompok marginal, seperti perempuan, minoritas etnik/ras, komunitas
gay dan lesbian, orang-orang difabel, dan mereka yang miskin/lemah (Mertens' 2003).
Dimungkinkannya sejumlah metode dicampur "jadi satu" telahrnenuntun para pakar
untuk mengembangkan prosedur-prosedurpenelitian berdasarkan metode campuran. Hingga saat
ini, istilah-istilah untuk menyebut rancangan metode campuran pun sangatberagam,sepertimulti-
metode,metodekonvergensi,metodeterintegrasi,danmetodekombinasi(Creswell & Plano Clark,
2007), yang memilikiprosedur-prosedurnya masing-masing (Tashakkori & Teddlie, 2003) .
Secara khusus, ada tiga strategi metode campuran dan sejumlahvariasinya yang akan
diilustrasikan dalam buku ini:
 Strategimetode campuran sekuensial/bertahap(sequentialmixedmethods) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnyapeneliti berusaha menggabungkan atau memperluas
penemuan-penernuannyayangdiperoleh dari satu metode dengan penemuan-penemuannya
dari metode yang lain. Strategi ini dapat dilakukan dengan melakukaninterview kualitatif
terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang memadai, lalu
diikutidenganmetode survei kuantitatif dengan sejumlah sampel untukmemperoleh hasil
umum dari suatu populasi. Jika tidak, penelitianini dapat dimulai dari metode kuantitatif
terlebih dahulu denganmenguji suatu teori atau konsep tertentu, kemudian diikuti
denganmetode kualitatif dengan mengeksplorasi sejumlah kasus danindividu.
 Strategi metode campuran konkuren/satu waktu (concurrentmixed metlnds) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti mempertemukan atau menyatukan data
kuantitatifdan data kualitatif untuk memperoleh analisis kornprehensif atas masalah
penelitian. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan dua jenis data tersebutpada satu waktu,
kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil keseluruhan.
Jika tidak, dalam strategi ini peneliti dapat memasukkan satujenis data yang lebih kecil ke
dalam sekumpulan data yang lebih besar untuk menganalisis jenis-jenis pertanyaan yang
berbeda-beda (misalnya, jika metode kualitatif diterapkan untuk melaksanakan penelitian,
metode kuantitatif dapat diterapkan untukmengetahui hasil akhir).
 Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixedmethods) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnyapeneliti menggunakan kacamata teoretis (lihat Bab 3)
sebagaiperspektif overaching yang di dalamnya terdiri dari data kuantitatifdan data kualitatif.
Perspektif inilah yang akan menyediakankerangka kerja untuk topik penelitian, metode-
metode untuk pengumpulan data, dan hasil-hasil atau perubahan-perubahan yangdiharapkan.
Bahkan, perspektif ini bisa digunakan peneliti sebagaimetode pengumpulan data secara
sekuensial ataupun konkuren.

Metode-Metode Penelitian
Komponen ketiga dalam kerangka kerja penelitian adalahmetode-metode penelitian spesifik
yang berkaitan dengan strategi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 1.3, peneliti perlu mempertimbangkan sejumlah metode pengumpulan
data dan mengatumya secara sisternatis, misalnya berdasarkan level metode tersebut atas sifat
objek penelitian, fungsi metode tersebut saat peneliti menggunakan pertanyaan tertutup dan
terbuka, dan fokus metode tersebut pada analisis datayangnumerikatau non-numerik.Metode-
metodeiniakandijelaskan lebih lanjut dalam Bab 8 hingga 10.

Tabel 1.3 Metode Kuantitafif, Metode Campuran, dan Metode Kualitatif


Metode Kuantitatif  Metode Campuran  Metode Kualitatif
 Bersifat Pre-determined  Bersifat Pre-determined  Berkembang dinamis
(sudah ditentukan dan berkembang dinamis  Pertanyaan-pertanyaan
sebelumnya)  Pertanyaan-pertanyaan terbuka
 Perianyaan-Pertanyaan  Terbuka dan pertanyaan-  Data wawancara, data
Yang didasarkan Pada pertanyaan tertutup observasi, data
instrumen penelitian  Bentuk-bentuk data ber- dokumentasi, dan data
 Data Performa, data ganda Yang tebuka Pada audio-visual
sikap, data observasi, dan  Kemungkinan-  Analisis tekstual dan
data sensus kemungkinan lain gambar
 Analisis statistik  Analisis statistik dan  Lnterpretasi tema-tema,
 Lnterpretasi statistik analisis tekstual pola-pola
 Lintas-interpretasi
database

Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan instrumen atautes (seperti, pertanyaan-


pertanyaan tentang harga diri) atau mengumpulan informasidengan
bantuanchecklistperilaku(seperti, observasi atas seorang pekerja yang terlibat dalam
keterampilan yang kompleks). Di sisi lain, pengumpulan data juga bisa melibatkan peneliti untuk
mengunjungi secara langsung tempat penelitian danmengobservasi perilakuindividu-individu di
dalamnya tanpa ada pertanyaan yang disediakan sebelumnya atau melakukan wawan cara secara
aktif atas individu-individu tersebut agar dapat mengungkapkan gagasannya tentang topik
penelitian, tanpa harus menyediakan pertanyaan-pertariyaan yang spesifik.
Pemilihan metode ini pada akhirnya haruslah disesuaikandengan maksud peneliti; apakah
peneliti bermaksud untuk menggali informasi yang diinginkan atau membiarkannya muncul
begitu saja dari para partisipan. Atau, apakah peneliti ingin menganalisis jenisdata berupa
informasi numerik yang dikumpulkan dari instrumenpenelitian atauinformasi teksyang
dikumpulkan dari rekaman hasilpembicaraan dengan partisipan. Atau, apakah peneliti ingin
menafsirkan, hasil-hasil statistik atau mereka ingin menafsirkan kecenderungan-kecenderungan
atau pola-pola umum yang muncul dari datapenelitian.
Dalam sejumlah penelitian, data kuantitaiif dan kualitatif bisasaja dikumpulkan,
dianalisis, dan ditafsirkan secara bersama-sama. Data instrumen dapat dilengkapi dengan
observasi-terbuka, ataudata sensus dapat diikuti dengan wawancara mendalam. Akan
tetapi,dalam kasus metode campuran, peneliti membuat inferensi/kesimpulan antara data
kuantitatif dan data kualitatif.

RANCANGANPENELITIANSEBAGAIPANDANGAN-DUNIA,STRATEGI, DAN
METODE

Pandangan-dunia, strategi, dan metode, semuanya turut menentukan apakah suatu rancangan
penelitian akan cenderung kuantitatif,kualitatif, atau campuran. Tabel 1.4 menyajikan perbedaan-
perbedaan yang mungkin berguna bagi para peneliti dalam memilih suatu pendekatan penelitian. Tabel
ini juga menyertakan praktik-praktikdari tiga pendekatan yang akan dijelaskan secara lebih rinci
dalambab-bab selanjutnya di buku ini.

Berikutini,akandigambarkanbagaimanaketigaelemenini(pandangan-dunia, strategi, dan metode)


berkombinasi dalam satuskenario penelitian:

Tabel 1.4Pendekatan-PendekatanKualitatif,Kuantitatif,danMetode Campuran


Pendekatan Pendekatan Pendekatan Metode
Kecenderungan
Kualitatif Kuantitatif Campuran
 Menggunakan  Klaim-klaim  Klaim-klaim  Klaim-klaim
asumsi-asumsi Pengetahuan pengetahuan Post- pengetahuan
filosofis ini konstruktivis/advok positivis pragmatis
asi/ Partisipatoris
 Menerapkan  Fenomenologi,  Survei dan  Sekuensial,
strategi-strategi grounded theory, eksprimen konkuren, dan
penelitian ini etnografi, studi transformatif
kasus, dan naratif 
 Menerapkan  Pertanyaan-  Pertanyaan-  Pertanyaan-
metode-metode ini Pertanyaan lerbuka, Pertanyaan pertanyaa
pendekatan- terbuka,  yang terbuka dan
Pendekatan yang pendekatan- tertutup,
berkembang pendekatan yang pendekatan-
dinamis predetermined  pendekatan yang
(fleksibel/emerging (sudah ditentukan berkembang
), data tekstual dan sebelumnya), dinamis
gambar databerupa angka- (emerging) dan
angka sudah ditentukan
sebelumnya
(predetermined),
analisis data
kuantitatif dandata
kualitatif
 Menerapkan  Posisi-posisi dia  Menguji atau  Mengumpulkan
praktik-praktik memverifikasi data kuantitatif
penelitian ini teori atau dan data kualitatif
 Mengumpulkan Penjelasan  Membuat
makna dari para  Mengidentifikasi rasinalisasi atas
partisipan variabel-variabel dicampurnya dua
 Fokus pada satu yang akan diteliti data
konsep atau  Menghubungkan  Menggabungkan
fenomenon variabel-variabel data pada tahap-
 Membawa nilai- dalam rumusan tahap penelitian
nilai pribadi ke masalah dan yang berbeda
dalam penelitian hipotesis  Menyajikan
 Meneliti konteks penelitian gambaran visual
atau setting  Menggunakan tentang prosedur-
partisipan standar-standar prosedur
 Menvalidasi akurasi validitas dan  Menerapkan
penemuan- reliabilitas praktik-praktik
penemuan  Mengobservasi kuantitatif dan
 Menginterpretasi dan mengukur kualitatif
data informasi secara
 Membuat agenda numerik (angka-
perubahan atau angka)
 Menerapkan
reformasi pendekatan-
 Berkolaborasi pendekatan yang
dengan partisipan bebas-bias
 Menerapkan
prosedur-prosedur
statistik

 Penelitian kuantitatif–pandangan-dunia post-positivis, strategipenelitian eksperimen, dan


metode pre- danpost-test perilaku
Dalam skenario ini, peneliti kuantitatif menguji suatu teoridengan cara memerinci
hipotesis-hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data-data untuk mendukung atau
membantahhipotesis-hipotesis tersebut. Strategi eksperimen diterapkan untukmenilai perilaku-
perilaku, baik sebelum maupun sesudah proses eksperimen. Data-data dikumpulkan dengan
bantuan instrumenkhusus yang dirancang untuk rnenilai perilaku-perilaku,sedangkan informasi-
informasi dianalisis dengan menggunakanprosedur-prosedur statistik dan penguiian hipotesis.

 Penelitian kualitatif –pandangan-dunia konstruktivis, strategietnografis, dan metode


observasi perilaku
Dalam hal ini, peneliti kuatitatif berusaha membangun makna tentang suatu fenomena
berdasarkan pandangan-pandangan daripara partisipan. Misalnya, peneliti menerapkan strategi
etnografisdengan berusaha mengidentifikasi suatu komunitas culture-sharing, lalu meneliti
bagaimana komunitas tersebut mengembangkanpola-pola perilaku yang berbeda dalam satu
waktu. Salah satumetode pengumpulan data untuk strategi semacam ini adalahdengan
mengobservasi perilaku para partisipan dengan caraterlibat langsung dalarn aktivitas-aktivitas
mereka.
 Penelitian kualitatif –pandangan-dunia partisipatoris, strateginaratif, dan metode wawancara
terbuka
Untuk penelitian yang satu ini, peneliti berusaha menyelidikisuatu isu yang berhubungan
dengan marginalisasi individu-individu tertentu. Untuk meneliti isu ini, cerita-cerita
dikumpulkandari individu-individu tersebut dengan menggunakan pendekatan naratif . Individu-
individu ini kemudian diwawancaraiuntuk mengetahui bagaimana mereka secara pribadi
mengalami penindasan dan marginalisasi.
 Penelitian metode campuran –pandangan-dunia pragmatis,strategi/metode pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatifsecara sekuensial
Peneliti dengan metode campuran ini melakukan suatupenelitian dengan asumsi bahwa
mengumpulkan berbagai jenisdata yang dianggap terbaik dapat memberikan pemahaman
yangmenyeluruh tentang masalah yang diteliti. Penelitian ini dapatdimulai dengan survei secara
luas agar dapat dilakukan generalisasi terhadap hasil penelitian dari populasi yang telah
ditentukan.Kemudian, pada tahap selanjutnya, dilakukan wawancara kualitatif secara terbuka
agar dapat mengumpulkan pandangan-pandangan dari partisipan.
KRITERIA DALAM MEMILIH RANCANGAN PENELITIAN
Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran memiliki kemungkinan yang
sama untuk diterapkan. Lalu, faktor-faktorapa saja yang dapat memengaruhi seseorang untuk
lebih memilihsatu pendekatan tertentu ketimbang pendekaian lain untuk proposal penelitiannya?
Selain ketiga komponen di atas (pandangan-dunia,strategi, dan metode), masalah penelitian,
pengalaman-pengalamanpribadi, dan target pembaca juga perlu dipertimbangkan oleh
penelitidalam memilih rancangan penelitian yang tepat.

Masalah Penelitian
Masalah penelitian, yang akan dijelaskan lebih rinci pada Bab 5,haruslah masalah yang
benar-benar perlu dibahas (seperti, masalahdiskriminasi ras). Masalah-masalah sosial tertentu
terkadang turutmenentukan pendekatan penelitian yang digunakan. Misalnya, jika masalah ini
mengharuskan (a) identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil, (b) fungsi keterlibatan, atau
(c) pemahaman prediksihasil, pendekatan kuantitatif menjadi pilihan terbaik. Pendekatanini juga
layak diterapkanuntukmengujisuatu teori atau pernyataan.
Di sisi lain, jika ada suatu konsep atau fenomena yang perludipahami –misalnya, karena
sedikitnya penelitian yang membahas fenomena/konsep tersebut—berarti pendekatan kualitatif
dapat dipilih sebagai jalan terbaik. Pendekatan kualitatif bersifat eksploratif,dan berguna bagi
peneliti-peneliti yang tidak mengetahui bagaimanamenguji variabel-variabel. Jenis pendekatan
ini juga bisa berguna,misalnya, karena ada topik yang baru, dan topik baru ini tidak
pernahdibahas dengan sampel atau sekelompok individu tertentu; ataukarena teori-teori yang ada
selama ini belum diterapkan sebagailandasan untuk meneliti sampel atau sekelompok individu
yang diteliti (Morse, 1991).
Pendekatan metode campuran sangatlah berguna, utamanyaketika pendekatan kuantitatif
atau pendekatan kualitatif dirasa tidakmemadai untuk memahami masalah yang diteliti. Alhasil,
keduanyapun harus digabung agar mampu memahami masalah yang tengahditeliti. Misalnya,
seorang peneliti mungkin sjia ingin melakukan generalisasi terhadap penemuan-penemuannya
atas populasi yangada; atau ingin mengembangkan pandangan yang detail mengenaimakna suatu
fenomena atau konsep tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti tersebut terlebih dahulu harus
mempelaiari variabel-variabel apa yang akan diteliti,kemudian mengujivariabel-variabelini
berdasarkansampelindividuyangluas. Jikatidak, penelitibisa
melakukansurveiterlebihdahulupadasejumlahbesarindividu,kemudianmenindaklanjuti dengan
sejumlah partisipansajauntukmemperolehpandangan mereka tentang topik penelitian. Dalam
kondisi seperti inilah, pengumpulan data kuantitatif yang tertutup dan data kualitatif yang
terbuka, benar-benar diperlukan.

Pengalaman-Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi juga turut memengaruhi para penelitidalam memilih pendekatan
yang akan mereka terapkan. Seseorangyang terbiasa dilatih dalam program-program teknik,
penulisansaintifik,statistik,dankomputer,sertaterbiasa membaca jumal-jurnalkuantitatif di
perpustakaan, ia cenderung akan memilih rancangankuantitatif. Di sisi lain, seseorang yang
sudah nyaman menulis bukuatau melakukan wawancara pribadi dan observasi, mungkin
akanlebih tergerak untuk menggunakan pendekatan kualitatif. Namun, seseorang yang
terbiasadengan penelitian kuantitatif dan kualitatif sangat mungkin akan memilih metode
campuran. Biasanya, dia memiliki waktu dan sumber yang memadai untuk mengumpulkandata-
clata kuantitatif dan kualitatif, serta memiliki outlet untuk menerapkan metode campuran yang
jangkauannya cenderung luas.
Sejak penelitian kuantitatif menjadi gaya penelitian tradisional, banyak prosedur, dan
aturan yang dibuat untuk penelitian tersebut. Sebagian orang mungkin saja lebih nyaman dengan
prosedur-prosedur penelitian kuantitatif yang sangat sistematis ini. Namun, bagisebagian yang
lain, hal ini justru kurang comfortable karena tidakdapat beradaptasi dengan keinginan sejumlah
fakultas yang memang memiliki basis pendekatan kualitatif dan advokasi/partisipatorisdalam
penelitian-penelitiannya. Apalagi, pendekatan-pendekatankualitatif diyakini menyediakan ruang
inovasi yang lebih besar bagikerangka kerja penelitian. Penelitian semacam ini juga
memungkinkan munculnya tulisan-tulisan yang lebih kreatif dan bergayasastrawi: suatu gaya
yang sebagian orang lebih menyukainya. Untukpara penulis advokasi/partisipatoris, tak dapat
disangkal adadorongan yang kuat untuk mengejar topik yang memang sesuaidengan minat
pribadi –isu-isu yang berhubungan dengan orang-orang marginal, misalnya, atau keinginan untuk
menciptakan kelompok masyarakat yang lebih baik bagi mereka dan yang lainnya.
Bagi para peneliti dengan metode campuran, proyek ini bisasaja menyita banyak waktu
karena mereka dituntut untuk mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dan kualitatif
sekaligus.Artinya, penelitian dengan metode campuran ini hanya sesuaibagiseorang peneliti yang
merasa nyaman dengan struktur penelitiankualitatif yang cenderung rigid dan fleksibilitas
penelitian kualitatif yang cenderung adaptif.

Pembaca
Pada akhirnya, peneliti menulis laporan penelitian yang benar-benar bisa diterima oleh
para pembaca. Pembaca-pernbaca ini bisajadi editor jurnal, pembaca jumal, dewan perguruan
tinggi, peserta seminar, atau rekan-rekan satu bidang ilmu pengetahuan. Mahasiswaseharusnya
mempertimbangkan pendekatan-pendekatan yangsudah biasa direstui dan digunakan oleh para
pembimbing mereka.Pembaca yang telah berpengalaman dengan penelitian kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran ini dapat membantu mahasiswauntuk menentukan pilihan mereka.

RINGKASAN
Dalam merencanakan suatu proyek penelitian, peneliti perlu
menentukanapakahmerekaakanmenggunakanrancangankualitatif, kuantitatif, atau metode
campuran. Rancangan ini dipilih berdasarkan pandangan-dniia atau asumsi-asumsi filosofis
tentang suatu penelitian,strategi-strategi penelitian,dan metode-metodepenelitian.Pilihanatas
suatu rancangan penelitian biasanya dipengaruhi oleh masalah penelitianyang akan diteliti,
pengalaman-pengalaman pribadi dari sipeneliti, dan target pembaca yang diharapkan akan
membaca hasilpenelitian tersebut.

Latihan Menulis
1. Cariiah rumusan masalah penelitian dalam sebuahartikel jurnal dan jelaskan
rancangan apa yang terbaikuntuk meneliti pertanyaan tersebut, berikut alasan-
LATIHAN MENULIS

alasannya.
2. Pikirkanlah satu topik yang ingin Anda teliti; dan dengan menggunakan
pandangan-dunia, strategi penelitian, dan metodepenelitian seperti yang
terterapada, Gambar 1.1, buatlah satuproyek penelitian yang berbasis pada satu
pandangan-dunia, strategi, dan metode yang telah Anda pilih. Lalu, tentukanlah
apakahproyek tersebut akan didesain menjadi penelitian kuantitatif, kualitatif, atau
metode campuran.
3. Apa yang membedakan penelitian kuantitatif dari pnelitian kualitatif? Jelaskan
(minimal) tiga karakteristik pembedanya!

BACAAN TAMBAHAN

Cherryholmes, C.H. (Agustus-September, 1992). "Notes on Pragmatism and scientific Realism."


dalam Educational Researcher, 14. (hlm. 13-17).

Cleo Cherryholmes menjelaskan pragmatisme sebagai suatuperspektif yang berbeda


dengan realisme saintifik. Kelebihan artikelini terletak pada sumber kutipannya yang cukup
memadai dari parapenulis pragmatisme dan klarifikasinya tentang satu versi pragmatisme.
Cherryholmes menegaskan bahwa pragmatisme digerakkanoleh konsekuensi-konsekuensi yang
telah terduga, keengganan utuk rnenceritakan kisah yang sebenarnya, dan sekumpulan gagasan
yang menyatakan bahwa ada dunia eksternal yang berada di luarpikiran kita. Selain itu, artikel
itu juga menyertakanberagam referensidari para penulis –mulai dari yang klasik hingga
modern—yangberfokus pada pragmatisme sebagai prinsip filosofis.

Crotty, M. (1998). TheFoundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research
Process. Thousand Oaks, CA: Sage.

Michael Crotty menawarkan kerangka penting unttrk mengikatsecara bersama isu-isu


epistemologis, perspektif-perspektif teoretis,metodologi, dan metode-metode penelitian sosial.
Crotty ,menghubungkan empat komponen ini dalam suatu proses penelitian, laluia menampilkan
sebuah tabel berisi metode representatif pengambilan sampel (sampling) atas topik-topik yang
ada dalam setiap komponen tersebut. Crotty lalu beralih menjelaskan enam perbedaan orientasi
teoretis dalam penelitian-penelitian sosial, seperti post-modernisme, feminisme, penelitian kritis,
interpretativisme, konstruktivisme, dan positivisme.

Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1998). "Participatory Action Researchand The Study of Practice."
dalam B. Atweh, S. Kemmis, & P. Weeks (ed.). Action Research in Practice: Partnerships
for social Justice in Education.New York: Routledge. (hlm. 21-36).

Stephen Kemmis dan Mervyn Wilkinson menyajikan saturingkasan apik tentang


penelitian partisipatoris. Singkatnya, merekamenjelaskan enam keunggulan utama penelitian aksi
partisipatoris(participatory action research),lalu menjabarkan bagaimana penelitianini
dipraktikkan dalam ranah individu, sosial, dan kedua-duanya.

Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). "Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging
Confluences." dalam N.K. Denzin &Y.S. Lincoln, The Sage Handbooko f Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (hlm.191-215).

YvonnaLincoln andEgonGuba menjelaskanprinsip-prinsipdasar dari lima paradigma


penelitian ilmu sosial: positivisme/Post-positivisme, teori kritis, konstruktivisme, dan
partisipatoris. Penielasan ini memperluas kembali analisis yang sudah disajikan dalam edisi
pertama dan kedua Handbook tersebut. Masing-masing paradigma disajikan secara ontologis
(seperti, substansi realitas), epistemologis (seperti, bagaimana kita mengenali pengetahuan kita),
danmetodologis(seperti, proses penelitian).Paradigma partisipatoris menjadi paradigma alternatif
tambahan yang kehadirannyabaru muncul pada edisi kedua buku ini. Setelah menjelaskan
limapendekatan ini, mereka kemudian membedakannya berdasarkantujuh isu utama, seperti sifat
pengetahuan bagaimana pengetahuanbertambah, dan kelayakan atau kriteria mutu.

Neuman,W.L.(2000). Social Research Methods:Qualitativeand Quantitative Approaches.


Boston: Allyn & Bacon.

Lawrence Neuman menulis buku “pengantar” komprehensiftentangmetode penelitianuntukilmu-


ilmusosial.Yangsecarakhususberguna bagi pemahaman kita tentang makna-makna metodologiterdapat
pada Bab 4, berjudul "The Meanings of Methodology."Dalambabini,Nuemanmembedakantiga
metodologi –ilmusosialpositivis, ilmu ilmu sosial interpretif, dan ilmu sosial kritis—berdasarkandelapan
pertanyaan (misalnya, apa saja yang turut membentuk penjelasan atau teori realitas sosial? epa kira-kira
manfaat dari bukti atau informasi faktual?).
Phillips,D.C.,&Burbules,N.C. (2000). PostpositivismandEducationalResearch.Lanham, MD:
Rowrnan & Littlefield.

D.C. Phillips dan Nicholas Burbules merangkum gagasan-gagasan penting pemikiran post-
positivisme. Melalui dua bab sekaligus, "What is Postpositivism?" dan "Philosophical
Commitments of Postpositivist Researchers," mereka menjelaskan ide-ide utama dalam post-
positivisme, khususnya ide-ide yang membuat aliran ini berbeda dengan aliran positivisme. Post-
positivisme menegaskan bahwa pengetahuan manusia pada hakikatnya lebih bersifat spekulatif
ketimbang normatif, dan bahwa kepastian kita sebelumnya akan suatu pengetahuan dapat
terbantahkan dalam proses penelitian selanjutnya.
Bab Dua
Tinjauan Pustaka

Selain memilih rancangan kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran, seorang peneliti juga perlu
melakukan tinjauan pustaka terkait dengan topik penelitiannya. Tinjauan pustaka ini membantu peneliti
untuk menentukan apakah topik tersebut layak diteliti ataukah tidak. Tinjauan pustaka juga akan
memberikan pengetahuan luas bagi peneliti dalam membatasi ruang lingkup penelitiannya.

Bab ini masih tetap membahas hal-hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu oleh peneliti
sebelum meluncurkan (proposal) penelitian. Pertama-tama, saya akan membahas bagaimana memilih
dan menulis suatu topik yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini, penting juga dipertimbangkan
apakah topik tersebut dapat dan perlu diteliti. Selanjutnya, saya akan menjabarkan langkah-langkah
dalam melakukan tinjauan pustaka, tujuan-tujuan utama dilakukannya tinjauan pustaka dalam penelltian,
dan prinsip-prinsip penting dalam merancang tinjauan pustaka untuk penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran.

TOPIK PENELITIAN

Sebelum mempertirnbangkan pustaka/literatur apa yang akan ditinjau dalam proyek penelitian,
pertama-tama identifikasilah dahulu satu topik yang akan diteliti, lalu pertimbangkan apakah topik
tersebut bermanfaat secara praktis atau tidak. Topik adalah subjek atau materi subjek penelitian, seperti
"pengajaran sekolah," "kreativitas organisasi," atau "tekanan psikologis." Buatlah abstraksi tentang topik
tersebut dalam beberapa paragraf. Topik inilah yang nantinya akan menjadi gagasan utama yang harus
dipelajari dan dieksplorasi oleh peneliti.
Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk memperoleh pemahaman mengenai topik
penelitian (dengan asumsi bahwa topik ini harus dipilih sendiri oleh si peneliti dan bukan oleh
pembimbing). Salah satunya adalah dengan menulis judul yang jelas dalam proposal penelitian.
Saya terkejut ketika menjumpai banyak peneliti yang sering kali gagal merancang judul awal
untuk proyek penelitian mereka. Menurut saya, judul yang baik dan terencana akan menjadi jalan
utama untuk masuk ke dalam penelitian—inilah gagasan nyata yang harus dimiliki peneliti agar
tetap fokus pada proyek penelitiannya (lihat Glesne & Peshkin, 1992). Ketika saya melakukan
penelitian, topik akan menuntun dan memberikan saya petunjuk atas apa yang harus saya teliti,
serta petunjuk yang akan saya gunakan untuk menyampaikan gagasan penelitian saya kepada
orang lain. Saat para mahasiswa pertama kali memberikan prospektus penelitian mereka pada
saya, saya sering meminta mereka agar terlebih dahulu merancang judul yang baik sebelum
menulis penelitiannya.
Bagaimana menulis judulyang baik? Coba lengkapi kalimat ini, “Penelitian saya akan
membahas....” Jawabannya bisa jadi “Penelitian saya akan membahas siswa-siswa nakal di
SMA,” atau “Penelitian saya akan membahas bagaimana memfasilitasi mahasiswa menjadi
peneliti yang kompeten.” Pada tahap in, buatlah kerangka jawaban atas pertanyaan tersebut
sehingga orang lain mudah menangkap maksud/tujuan proyek penelitian anda. Kesalahan umum
para peneliti pemula adalah bahwa mereka sering kali membuat kerangka penelitiannya dengan
bahasa yang rumit dan kompleks. Kesalahan ini mungkin saja disebabkan terlalu seringnya
mereka membaca artikel-artikel ilmiah yang telah mengalami revisi berkali-kali sebelum
diterbitkan. Akan tetapi terlepas dari itu, proyek penelitian yang baik biasanya dilandasi dengan
pemikiran-pemikiran yang jelas dan tidak rumit, mudah dibaca dan dipahami. Coba renungkan
artikel yang anda baca baru-baru ini. Jika artikel tersebut mudah dibaca dan dipahami, dipastikan
artikel ini ditulis dalam bahasa vang sederhana sehingga anda (pembaca) dapat dengan mudah
memahaminya, selain konseptualisasi dan rancangan keseluruhan artikel yang memang ditulis
dalam bentuk yang lugas dan sederhana.
Wilkinson (1991) pernah memberikan saran yang bagus dalam membuat judul: Buatlah
sejelas mungkin dan hindari pernyataan-pernyataan yang berlebihan. Hilangkan kata-kata yang
tidak penting, seperti “Suatu Pendekatan...,” “Sebuah Studi...,” dan seterusnya. Gunakan judul
tunggal atau ganda. Contoh judul ganda bisa seperti "Etnografi: Memahami Persepsi Anak-anak
tentang Perang." Selain saran-saran Wilkinson di atas, cobalah membuat judul yang tidak lebih
dari 12 kata, hilangkan kata sandang dan preposisi yang berlebihan, dan pastikan bahwa judul
tersebut sudah mencakup topik utama penelitian.
Strategi lain untuk mengembangkan topik adalah menuliskannya dalam bentuk
pertanyaan. Pertanyaan seperti apa yang harus dijawab dalam penelitian? Buatah pertanyaan,
seperti “Ancaman apa yang paling membahayakan bagi penderita depresi?” “Apa makna
menjadi orang Arab dalam masyarakat Amerika saat ini?” “Faktor-faktor apa saja yang membuat
orang ingin berkunjung ke Midwest?” Ketika merancang pertanyaan-pertanyaan seperti di atas,
fokuslah anda pada topik inti dalam penelitian. Pikirkan apakah pertanyaan tersebut akan
terjawab dalam penelitian Anda ataukah tidak (lihat Bab 6 dan 7 tentang tujuan, rumusan
masalah, dan hipotesis penelitian).
Pertimbangkan alasan-alasan utama mengapa topik penelitian tersebut benar-benar dapat
dan perlu diteliti. Suatu topik dapat diteliti jika peneliti memiliki target partisipan yang bersedia
membantunya dalam melakukan penelitian dan memiliki perangkat-perangkat yang memadai
dalam mengumpulkan dan menganalisis data dalam jangka waktu yang ditentukan, seperti
program komputer atau perangkat-perangkat lain.
Selain kemungkinan suatu topik yang dapat diteliti, peneliti juga perlu
mempertimbangkan apakah topik tersebut memang perlu diteliti. Masalahnya, untuk menentukan
topik yang layak diteliti bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak faktor yang
melatarbelakangi kemungkinan ini. Setidak-tidaknya, hal terpenting yang harus dipertimbangkan
adalah apakah topik tersebut hanya sekadar menambah pengetahuan yang sudah ada, atau
sekadar menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, atau justru berusaha menyuarakan
kembali hak-hak kelompok atau individu yang terpinggirkan, atau membantu keadilan sosial,
atau justru berusaha mentransformasi gagasan-gagasan para peneliti sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah itu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memanfaatkan sebanyak mungkin waktu di perpustakaan untuk membaca berbagai literatur
tentang topik yang akan diteliti (tentang strategi-strategi efektif memanfaatkan perpustakaan dan
sumber-sumber pustaka dapat dibaca pada subbab selanjutnya). Langkah ini harus menjadi
pertimbangan utama. Para peneliti pemula mungkin saja sudah melangkah jauh dalam penelitian,
seperti merancang rumusan masalah, melengkapi data penelitian, dan melakukan analisis
statistik. Akan tetapi bukan tidak mungkin mereka kurang didukung oleh pihak fakultas atau
perencana seminar karena penelitian mereka tidak memberikan sesuatu yang baru. Tanyakan
pada diri Anda, “Bagaimana proyek saya ini memiliki kontribusi pada literatur?” Pertimbangkan
pula apakah proyek penelitian anda akan membahas suatu topik yang belum diteliti, ataukah
akan memperluas pembahasan literatur/penelitian sebelumnya dengan menyertakan elemen
elemen baru, ataukan akan menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, namun dengan
partisipan-partisipan baru dan dalam situasi-situasi yang berbeda pula.
Mengenai apakah topik itu memang perlu diteliti atau tidak, pada hakikatnya juga
berhubungan dengan apakah ada orang lain di luar lembaga peneliti yang akan tertarik pada topik
tersebut. Jika ada pilihan antara topik yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan topik yang
berkaitan dengan kepentingan nasional, saya akan memilih opsi yang terakhir karena topik
tersebut memiliki daya tarik yang lebih besar bagi pembaca umum. Editor jurnal, pihak
universitas, panitia serninar, dan agen pendanaan, semuanya akan mengapresiasi penelitian-
penelitian yang dapat menjangkau pembaca umum. Akhirnya, isu kelayakan ini—apakah suatu
topik layak diteliti atau tidak—juga berhubungan dengan cita-cita peneliti itu sendiri.
Pertimbangkanlah waktu yang harus dihabiskan untuk merampungkan proyek anda, merevisinya,
dan menyebarkan hasil-hasil penelitian anda. Para peneliti seharusnya merenungkan betapa
penelitian dan komitmen besarnya suatu saat akan mendukung cita-cita karier mereka, baik cita-
cita ini berhubungan dengan dedikasi mereka untuk melakukan banyak penelitian, memperoleh
kedudukan di masa depan, atau menaikkan pangkat/jabatan.
Sebelum membuat proposal atau melakukan penelitian, para peneliti sebaiknya
mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan meminta orang lain memberikan respons kritis pada
topik penelitiannya. Mintalah respons-respons dari teman-teman, orang-orang yang kompeten
dalam bidang tersebut, para pembimbing akadernik, dan para pengurus fakultas.

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah mengidentifikasi satu topik yang dapat dan perlu diteliti barulah peneliti bisa
melakukan tinjauan pustaka atas topik tersebut.Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan
utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada,
dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 1984; Marshall &
Rossman, 2006). Tinjauan ini juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolok ukur untuk
mempertegas pentingnya penelitian tersebut, seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan
penemuan-penemuan lain. Semua atau beberapa alasan ini bisa menjadi dasar bagi peneliti untuk
menuliskan literatur-literatur yang relevan ke dalam penelitianya (lihat Miller, 1991 untuk
pembahasan lebih jelas mengenai tujuan-tujuan menggunakan literatur dalam penelitian).

Pemanfaatan Pustaka/Literatur

Persoalan lain yang juga penting dipertimbangkan dalam menulis tinjauan pustaka adalah
bagaimana menggunakan pustaka/ literatur tersebut dalam proposal penelitian. Terkait hal ini,
ada banyak cara yang bisa diterapkan. Saya menyarankan anda agar meminta pendapat dari
pembimbing atau pihak fakultas tentang keinginan mereka terkait dengan penyajian tinjauan
pustaka ini. Menurut saya, tinjauan pustaka sebaiknya disajikan secara jelas dan dapat meringkas
berbagai literatur yang relevan dengan masalah penelitian; namun, tinjauan pustaka ini jangan
sampai terlalu rumit dan komprehensif karena pihak fakultas sangat mungkin akan meminta
perubahan-perubahan besar ketika proposal penelitian diajukan. Selain itu, tinjauan pustaka juga
jangan terlalu panjang—katakanlah maksimal 20 halaman—namun mampu menunjukkan kepada
pembaca bahwa anda benarbenar memahami literatur-literatur yang berkaitan dengan topik
penelitian. Pendekatan lain dalam menulis tinjauan pustaka adalah dengan membuat ringkasan
detail tentang topik penelitian dan referensi-referensi yang terkait dengan topik ini untuk
nantinya dikembangkan kembali dalam bab khusus biasanya dalam bab dua, “Tinjauan Pustaka,”
yang mungkin saja membutuhkan 20 hingga 60 halaman lebih.
Tidak seperti dalam disertasi dan tesis, tinjauan pustaka dalam artikel jurnal pada
umumnya ditulis secara rngkas. Tinjauan itu biasanya disajikan dalam bagian khusus bertajuk
"Bacaan Terkait" setelah Pendahuluan. Ini sudah menjadi pola umum untuk artikel-artikel
penelitian kuantitatif dalam jurnal-jurnal ilmiah. Akan tetapi untuk artikel penelitian kualitatif,
tinjauan pustaka bisa jadi ditulis secara terpisah, namun tetap berada dalam bagian pendahuluan,
atau justru disajikan secara intrinsik di sepanjang penelitian. Singkatnya, bagaimanapun tinjauan
pustaka ini ditulis, yang jelas hal ini akan sangat bergantung pada jenis penelitian yang hendak
dilakukan, apakah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan literatur secara konsisten berdasarkan
asumsi-asumsi yang berasal dari para partisipan, tidak memberi ruang bagi pandangan pribadi
peneliti. Penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan pertimbangkan bahwa penelitian
tersebut haruslah eksploratif. Hal ini berarti bahwa peneliti tidak boleh terlalu banyak menulis
tentang topik atau populasi yang tengah diteliti. Sebaliknya, peneliti harus berusaha
mendengarkan opini partisipan dan membangun pemahaman berdasarkan pada apa yang ia
dengar.
Namun demikian, penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan beragam cara. Untuk penelitian yang berorientasi teoretis, seperti etnografi atau etnografi
kritis, literatur-literatur tentang konsep kebudayaan atau teori kritis diperkenalkan terlebih
dahulu dalam laporan atau proposal sebagai kerangka kerja orientasi. Namun, untuk penelitian
grounded theory, studi kasus, dan fenomenologi, literatur-literatur jarang sekali digunakan untuk
membangun tahap-tahap penelitian secara keseluruhan.
Untuk pendekatan kualitatif yang didasarkan pada opini partisipan, ada beberapa model
tinjauan pustaka yang bisa anda pertimbangkan. Saya menawarkan tiga model penempatan, yang
berarti tinjauan pustaka bisa anda letakkan dalam ketiga lokasi ini. Model pertama, seperti yang
tampak pada Tabel 2.1, peneliti bisa saja memasukkan tinjauan pustaka dalam pendahuluan.
Artinya, dengan posisi ini, pustaka/literatur berfungsi untuk menjelaskan latar belakang
"teoretis" atas masalah penelitian, seperti siapa saja yang telah menulis mengenai masalah ini,
siapa saja yang telah menelitinya, dan siapa saja yang telah menunjukkan upaya-upaya penelitian
ke arah itu. Penyajian latar belakang teoretis ini, tentu saja, sangat bergantung pada literatur-
literatur atau penelitian-penelitian yang tersedia. Peneliti dapat mencari model seperti ini di
berbagai penelitian kualitatif yang menerapkan jenis strategi penelitian yang berbeda-beda.
Model kedua adalah dengan menempatkan tinjauan pustaka di bagian terpisah. Model ini
biasanya diterapkan dalam penelitian kuantitatif atau dalam jurnal-jurnal yang berorientasi
kuantitatif. Meski demikian, dalam penelitian kualitatif yang berorientasi pada teori seperti
etnografi, teori kritis, dan advokasi atau emansipatoris, peneliti juga dapat menempatkan tinjauan
pustaka di bagian terpisah.
Model ketiga, peneliti menyertakan bagian khusus, seperti “Bacaan/Literatur Terkait,” di
akhir penelitian. Penempatan ini dimaksudkan untuk membandingkan dan membedakan hasil-
hasil atau kategori-kategori yang muncul dalam penelitian dengan hasil-hasil atau kategori-
kategori yang terdapat dalam literatur. Model ini banyak dijumpai dalam penelitian grounded
theory, dan saya merekomendasikan model ketiga ini karena penelitian grounded theory pada
umumnya mengguakan literatur secara induktif.
Tabel 2.1 Menggunakan Literatur dalam Peneitian Kualitatif
Strategi Penelitian yang
Model Penggunaan Kriteria
sesuai
Tinjuan pustaka disajikan Harus ada beberapa literatur Model ini bisanya digunakan
dalam pendahuluan untuk yang tersedia dalam peneitian-penelitian
menjelaskan kerangka kualitatif, apa pun itu jenis
“teoritis-kronologis” masalah strateginya
peneitian
Tinjauan pustaka disajikan Pendekatan ini lebih disukai Pendekatan ini biasanya
dalam bagian terpisah dengan oeh pembaca-pembaca yanng diterapkan dalam penelitian-
judul “Tinjauan Pustaka.” sudah terbiasa dan nyaman penelitian yang
dengan pendekatan pospositivis menggunakan teori yang
tradisional untuk tinjauan sudah kuat di awal penelitian,
pustaka seperti etnografi dan kajian
teori kritis
Tinjauan pustaka disajikan di Pendekatan ini cocok untuk Pendekatan ini dapat
akhir penelitian. Biasanya penelitian kualitatif yang diterapkan di semua jenis
berjudu “Bacaan/Literatur bersifat induktif; literatur tidak rancangan kuaitatif, tetapi
untuk membandingkan dan membimbing dan mengarahkan lebih sering diterapkan dalam
membedakan hasil penelitian penelitian, tetapi menjadi penelitian grounded theory
dengan apa yang terdapat pentunjuk dan pembanding atas dimana seseorang dapat
dalam literatur. pola-pola atau kategori-kategori membedakan dan
yang diperkenalkan dalam membandingkan satu teori
penelitian dengan teori-teori lain yang
terdapat dalam literatur

Penelitian kuantitatif, di sisi lain, menyertakan sejumlah besar literatur utama di awal
penelitian untuk memberikan arahan/petunjuk atas pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis-hipotesis
penelitian. Penelitian kuantitatif juga menggunakan literatur untuk mennperkenalkan masalah
atau menggambarkan secara detail literatur-literatur sebelumnya dalam bagian khusus berjudul
“Literatur Terkait” atau "Tinjauan Pustaka,” atau judul-judul yang sejenis. Selain itu, tinjauan
pustaka dalam penelitian kuantitatif dapat ditulis untuk memperkenalkan suatu teori suatu
penjelasan atas hubungan-hubungan yang diinginkan (lihat Bab 3), menggambarkan teori yang
akan digunakan, dan menjelaskan mengapa teori tersebut penting untuk dikaji. Pada akhir
penelitian, peneliti meninjau kembali literatur yang ada dan membuat perbandingan antara hasil
penelitian dengan penemuan-penemuan yang terdapat dalam literatur. Dalam hal ini, peneliti
kuantitatif menggunakan literatur secara deduktif sebagai kerangka kerja untuk merancang
rumusan masalah dan hipotesis-hipotesis penelitian.
Cooper (1984) menyarankan tinjauan pustaka yang bersifat integratif: peneliti
menyimpulkan tema-tema umum yang terdapat dalam literatur. Model ini sering digunakan
dalam proposal disertasi dan dalam disertasi itu sendiri. Model kedua yang direkomendasikan
Cooper adalah tinjauan pustaka yang bersifat teoretis: peneliti fokus pada teori-teori dalam
berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Model ini biasanya banyak
muncul dalam artikel-artikel jurnal, yang di dalamnya penulis sering kali menjelaskan teori di
bagian pendahuluan. Model terakhir yang disarankan Cooper adalah tinjuan pustaka yang
bersifat metodologis: peneliti fokus pada metode-metode dan definisi-definisi. Tmjauan
semacam ini biasanya menyajikan ringkasan atas penelitian-penelitian sebelumnya, dan kritik
atas kekuatan dan kelemahan metodologis dalam penelitian-penelitian tersebut. Model yang
terakhir ini kini sudah jarang ditemukan dalarn tesis dan disertasi.
Dalam penelitian metode campuran, peneliti menerapkan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif sebelumnya dalam menulis tinjauan pustaka, bergantung pada jenis strategi yang
digunakan. Untuk strategi sekuensial, literatur disajikan pada setiap tahapan penelitian dengan
tetap konsisten pada metode yang digunakan. Misalnya, jika penelitian dimulai dengan tahap
kuantitatif, peneliti boleh jadi memasukkan tinjauan pustaka di awal penelitian yang dapat
membantunya membangun logika atas rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Jika penelitian
dimulai dengan tahap kualitatif, tinjauan pustaka tidak terlalu ditekankan, yang berarti si peneliti
bisa menyajikannya secara detail di akhir penelitian jika pendekatannya berslfat induktif. Jika
peneliti menerapkan penelitian konkuren dengan bobot dan prioritas yang seimbang antara data
kualitatif dan kuantitatif, peneliti bisa menyajikan literatur secara detail di setiap tahap kualitatif
dan kuantitatif. Singkatnya, penggunaan literatur dalam proyek metode campuran sangat
bergantung pada strategi dan bobot yang diberikan antara penelitian kualitatif atau kuantitatif.

Saya merekomendasikan beberapa langkah dalam menulis atau menggunakan pustaka


untuk penelitian kualitatif, kuantitatif dan metode campuran.

 Dalam penelitian kualitatif, gunakanlah literatur secara hemat di awal penelitian agar nantinya
bisa terbentuk rancangan yang induktif, kecuali jika jenis rancangan yang diinginkan benar-
benar membutuhkan orientasi atau petunjuk literatur yang detail di awal penelitian.
 Masih dalam penelitian kualitatif, pertimbangkan pula segmen tempat yang benar-benar
sesuai untuk tinjauan pustaka, dan jadikan pembaca sebagai dasar keputusan untuk
pertimbangan ini. Ingatlah opsi-opsi berikut: meletakkan tinjauan pustaka diawal tulisan
untuk membantu membangun kerangka masalah penelitian; meletakkan tinjauan pustaka di
bagian terpisah atau meletakkan tinjauan pustaka di akhir penelitian untuk membandingkan
dan membedakannya dengan hasil penelitian.
 Dalam penelitian kuantitatif, gunakanlah literatur secara deduktif, sebagai dasar untuk
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
 Masih dalam proposal penelitian kuantitatif, gunakanlah literatur untuk memperkenalkan
penelitian, dan sajikanlah literatur tersebut (tinjauan pustaka) dalam bagian terpisah untuk
membandingkan hasil penelitian dengan konsep-konsep yang terdapat dalam literatur.
 Jika tinjauan pustaka diletakkan dalam bagian terpisah, pertimbangkan apakah tinjauan
tersebut akan ditulis secara integratif, teoretis, atau metodologis. Praktik yang biasa
diterapkan dalam penulisan disertasi pada umumnya adalah tinjauan pustaka secara integratif.
 Dalam penelitian metode campuran, gunakanlah literatur dalam satu pola yang konsisten
dengan jenis strategi yang dipilih dan sesuai dengan bobot yang diberikan pada pendekatan
kualitatif atau kuantitatif.

Teknik-Teknik Tinjauan Pustaka

Apa pun jenis penelitiannya, ada beberapa proses yang harus dilalui dalam melakukan tinjauan
pustaka.

Langkah-Langkah melakukan Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka berarti menempatkan dan menyimpulkan kajian-kajian tentang suatu
topik tertentu. Kajian-kajian tersebut sering kali berupa studi-studi penelitian (karena anda
memang tengah menggarap suatu penelitian), tetapi kajian-kajian ini bisa juga meliputi artikel-
artikel atau pemikiran-pemikiran yang memberikan kerangka kerja dalam menjelaskan suatu
topik. Ada banyak cara dalam menggarap tinjauan pustaka, tetapi sebagian besar sarjana
melakukannya dengan cara yang sistematis untuk menangkap, mengevaluasi, dan menyirnpulkan
pustaka/literatur yang ada. Di bawah ini adalah beberapa cara yang saya rekomendasikan untuk
anda:
1. Mulailah dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci (keywords) penelitian. Langkah ini
utamanya pent.ng ketika Anda ingin mencari materi-materi, referensi-referensi, dan
bahanbahan pustaka di perpustakaan universitas. Kata kunci ini bisa saja Anda peroleh ketika
Anda tengah mengidentifikasi topik penelitian atau bisa jadi berasal dari hasil pembacaan
beberapa buku.
2. Setelah kata kunci diperoleh, selanjutnya kunjungi perpustakaan dan mulailah-mencari
katalog untuk materi-materi referensi (seperti, jurnal-jurnal dan buku-buku). Namun,
kebanyakan perpustakaan saat ini sudah memiliki database terkomputerisasi, dan saya
menyarankan Anda fokus terlebih dahulu pada jurnal-jurnal dan buku-buku yang relevan
dengan topik penelitian anda. Selain itu, cobalah untuk mencari database-database
terkomputerisasi yang telah direview dan direkomendasikan oleh para peneliti ilmu sosial,
seperti ERIC, PsycINFO, Sociofile, Social Science Citation Index, Google Schoolar,
ProQuest, dan sebagainya. Database-database ini sudah bisa diakses secara online, bahkan
beberapa di antaranya sudah tersedia dalam bentuk CD-ROM.
3. Pertama-tama, cobalah menemukan sedikitnya 50 laporan penelitian, seperti artikel-artikel
atau buku~uku, yang berhubungan dengan topik penelitian anda. Prioritaskan pencarian pada
artikel-artikel jurnal dan buku-buku karena sumber-sumber seperti ini sangat mudah
diperoieh. Pastikan apakah artikel-artikel danbuku-buku tersebut tersedia diperpustakaan
akademik anda, atau apakah anda perlu meminta bantuan dari pustakawan untuk
mengirimkannya, atau apakah Anda harus membelinya di toko buku.
4. Bacalah sepintas sekumpulan artikel atau bab-bab dalam buku, lalu salinlah/gandakanlah bab-
bab atau artikel-artikel yang memang relevan dengan topik anda. Dalam proses ini, pastikan
apakah artikel ataubab tersebut akan cukup memberi kontribu.si yang memadai untuk tinjauan
pustaka Anda
5. Ketika Anda mengidentifikasi beberapa literatur, mulaiIah merancang peta literatur (yang
akan dibahas lebih detail pada subbab khusus). Peta literatur (literature map) merupakan
sejenis gambar visual yang menampilkan pengelompokan literatur berdasarkan topik
penelitian. Peta inilah yang nantinya akan menggambarkan bagaimana penelitian Anda
memberikan kontribusi pada literatur-literatur yang ada.
6. Setelah mernbuat peta literatur, buatlah ringkasan dari beberapa artikel yang paling relevan.
Ringkasan-ringkasan inilah yang nantinya akan dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka anda.
Masukkanlah referensi-referensi relevan dalam tinjauan pustaka dengan menggunakan
petunjuk penulisan yang sesuai, seperti petunjuk American Psychological Association (APA)
(APA, 2001) agar anda memiliki referensi yang lengkap untuk digunakan di akhir proposal
penelitian.
7. Setelah rnembuat ringkasan dari beberapa literatur yang anda peroleh, kini saatnya membuat
tinjauan pustaka, dengan menyusunnya secara tematis atau berdasarkan konsep-konsep
penting. Di akhir tinjauan pustaka, utarakan pandangan umum anda tentang tema keseluruhan
yang anda peroleh dari literatur-literatur yang ada, lalu jelaskan mengapa penelitian anda
benar-benar memiliki kebaruan tersendiri dibandingkan literatur-literatur yang sudah ada.

Database Terkomputerisasi

Dalam proses pengumpulan bahan/materi yang relevan, database terkomputerisasi


memberikan akses yang cepat dan mudah. Saat ini, database terkomputerisasi sudah banyak
tersedia di berbagai perpustakaan dan menyediakan akses pada ribuan jurnal, makalah seminar,
dan materi-materi lain tentang berbagai topik yang berbeda-beda. Perpustakaan akademik di
sebagian besar Universitas pada urnumnya juga sudah memiliki database komersial ataupun
database-database domain publik. Beberapa database yang akan saya sajikan dalam buku ini
memang sedikit, namun database-database ini sudah populer dan menjadi sumber utama yang
seriing kali digunakan oleh para peneliti profesional untuk mencari artikel-artikel jurnal dan
dokurnen-dokumen lain yang diar.ggap penting.
ERIC (Educational Resources Information center) merupakan perpustakaan digital
Qnline gratis yang berisi berbagai penelitian dan informasi yang berhubungan dengan
pendidikan. Database yang disponsori oleh Institute of Educational Sciences (IES) Departemen
Pendidikan AS ini dapat Anda kunjungi di http://www.erx.ed.gov. ERIC memungkinkan user
mengakses sekitar 1,2 juta item yang telah terindeks sejak 1966. Koleksinya meliputi artikel
ilmiah, buku, sintesis penelitian, makalah seminar, laporan teknis, undang-undang, dan materi-
materi lain yang berhubungan dengan pendidikan. ERIC mengindeks lebih dari 600 jurnal, dan
link-link untuk berbagai materi yang full-text. Jika Anda berminat menggunakan ERIC,
idenditikasilah deskriptor-deskriptor yang berhubungan dengan topik anda. Deskriptor
merupakan istilah yang digunakan oleh indexer dalam mengategorisasi artikel atau dokumen-
dokumen lain. Anda bisa mencari deskriptor ini melalui Thesaurus of ERIC Descriptors
(Educational Resources Information, Center, 1975) atau melalui thesaurus online lain. Untuk
memperoleh hasil maksimal dari program ERIC, saya merekomendaskan agar anda mencari
artikel-artikel ilmiah dan dokumen-dokumen terkini yang berhubungan dengan topik ~^r^lda.
Kemudian, lihatlah dengan cermat deskriptor-deskriptor yang digunakan dalam artkel dan
dokumen tersebut, lalu lakukan pencarian lain dengan menggunakan islah-istilah yang baru anda
temukan ini. Tips ini akan memaksimalkan kemungkinan diperolehnya beberapa artikel yang
layak untuk tinjauan pustaka.
Database gratis lain adalah Google Scholar. Database ini memungkinkan anda mencari
materi-materi dari berbagai sumber dan disiplin pengetahuan, seperti makalah peer-reviewed,
tesis, buku, abstraksi, dan artikel-artikel dari penerbit akademik, kelompok profesional,
universitas, dan organisasi-organisasi intelektual yang lain. Artikel-artikel yang terdaftar dalam
Google Schoolar pada umumnya dilengkapi dengan link-link yang terhubung dengan abstraksi,
artikel-artikel relevan, versi artikel elektronik yang berafiliasi dengan perpustakaan tertentu,
website-website relevan, dan sumber-sumber untuk membeli full-fext artikel tersebut.

Selain Google Schoolar, Anda juga bisa memperoleh abstraksi materi ilmu-ilmu
kesehatan mealui database PubMed gratis. Database ini merupakan layanan Perpustakaan
Nasional Kesehatan AS, yang memiliki lebih dari 17 juta kutipan dari MEDLINE; dan jurnal-
jurnal life science yang menerbitkan artikel-artikel biomedis sejak 1950-an
(www.ncbi.nlm.nih.gov). PubMed juga memiliki link-link yang terhubung dengan artikel-artikel
full-text (yang terdapat di perpustakaan-perpustakaan akademik) dan sumber-sumber lain yang
relevan. Untuk mendapatkan hasil pencarian yang maksimal dari PubMed, anda sebaiknya
menggunakan MeSH (Medical Subject Hendings), sejenis thesaurus kosakata yang dikontrol
oleh Perpustakaan Nasional Kesehatan AS, untuk mengindeks artikel-artikel di
MEDLINE/PubMed. Dengan MeSH, anda bisa memperoleh referensi-referensi yang sesuai
dengan topik yang Anda cari.

Perpustakaan-perpustakaan akademik saat ini juga sudah memiliki situs-situs berlisensi


untuk database-database komersial tertentu. Salah satu situs yang biasanya dimiliki adalah
ProQuest (http://proquest.com), yang memungkinkan peneliti mencari berbagai database yang
berbeda-beda. Situs ini, konon, merupakan salah satu tempat penyimpanan konten onine terbesar
di dunia. Misalnya, anda bisa mencari ERIC, PsycInfo, Dissertation Abstracts, Periodicals Index,
Health and Medical Complete, dan berbagai database spesifik lain (seperti International Index to
Black Periodicals), hanya dengan mengakses situs ini. Karena memasukkan berbagai database
yang berbeda-beda, tentu saja situs ini bisa menjadi salah satu perangkat pencarian yang dapat
anda gunakan sebelum memanfaatkan database-database yang lain.

Database komersial lain yang berlisensi yang sudah banyak dimiliki oleh berbagai
perpustakaan akademik adalah Sociological Abstracts (Cambridge Scientific Abstracts,
http://www.csa.com). Database ini mengindeks lebih dari 2000 jurnal, makalah seminar, disertasi
resensi buku, dan buku-buku terpilih dalam sosiologi, kajian sosial, dan disiplin-disiplin lain
yang relevan. Untuk literatur dalam bidang psikologi dan bidang-bidang yang terkait, anda bisa
mengakses database komersial psikologi, PsyclNFO (http:// www.apa.org). Database ini
mengindeks 2.150 judul jurnal, buku, disertasi dari berbagai negara. Database ini mencakup
bidang psikologi serta aspek-aspek psikologis dari disiplin-disiplin yang relevan, seperti
kedokteran, psikiater, keperawatan, sosiologi, pendidikan, farmasologi, fisiologi, linguistik,
antropologi, bisnis, dan hukum. Database ini memilild Thesaurus of Psychological Index Terms
yang dapat dirnanfaatkan untuk mencari istiaah-istiaah penting dalam literatur psikologi.

Database komersial terakhir yang banyak tersedia di perpustakaan adalah Social Sciences
Citation Index (SSCI, Web of Knowledge, Thomson Scientific [http://isiwebofknowledge.com]).
Database ini mengindeks sekitar 1.700 jurnal yang meliputi 50 disiplin dan juga mengindeks
item-item relevan dari lebih 3300 jurnal sains dan teknik. Database ini dapat digunakan untuk
mencari artikel-artikel dan pengarang-pengarang yang telah melakukan penelitian mengenai
topik tertentu. Database ini terutama berguna ketika anda ingin mencari satu penelitian kunci
yang dijadikan awal mula rujukan oleh penelitian-penelitian lain. Dengan demikian, anda bisa
membuat daftar referensi secara kronologis yang mendokumentasikan evolusi historis dari suatu
gagasan atau penelitian tertentu. Daftar kronologis tersebut bisa jadi sangat membantu dalam
melacak perkembangan gagasan-gagasan tentang topik tinjauan pustaka Anda.

Ringkasnya, ada beberapa tips yang saya rekomendasikan jika Anda ingin memanfaatkan
database terkomputerisasi ini:
 Gunakanlah database literatur online gratis serta database-database gratis lain yang tersedia di
perpustakaan akadernik anda.
 Carilah beberapa database yang berbeda, misalnya Anda harus tetap menggunakan database
ERIC meskipun topik penelitian anda tidak terlalu berhubungan dengan pendidikan, atau anda
menggunakan PsycINFO meskipun anda merasa topik anda tidak terlalu berkaitan dengan
psikologi. Baik ERIC maupun PsycINFO sama-sama memandang pendidikan dan psikologi
sebagai istilah umum yang bisa diteliti dengan berbagai topik yang berbeda
 Gunakanlah panduan istilah-istilah untuk mencari artikel yang anda inginkan, seperti
thesaurus --jika tersedia.
 Carilah satu artikel yang sangat berkaitan dengan topik anda, lalu lihatlah istilah-istilah
penting yang digunakan dalam artikel tersebut, kemudian gunakan istilah-istilah itu untuk
men-search literatur lain yang relevan.
 Gunakanlah database-database yang menyediakan akses, link, atau informasi tentang gandaan
full-text dari artikel-artikel yang anda inginkan (baik di perpustakaan atau di toko buku) agar
anda bisa menghemat lebih banyak waktu untuk mencari gandaan artikel-artikel lni.

Prioritas dalam Memilih Literatur

Saya sangat merekomendasikan agar Anda membuat satu prioritas ketika mencari
literatur. Jenis-jenis literatur apa saja yang ingin Anda masukkan dalam tinjauan pustaka?
Pertimbangkan beberapa hal berikut ini:

1. Jika Anda ingin meneliti topik tertentu, namun belum tahu bagaimana harus melakukannya,
cobalah memulainya dengan mempelajari sintesis-sintesis umum dari literatur yang ada.
Misalnya, Anda mencari ringkasan-ringkasan literatur yang terkait dengan topik Anda di
beberapa ensiklopedia (misalnya, Aikin, 1992; Keeves, 1988), atau anda bisa mencarinya
dalam artikel-artikel jurnal atau abstraksi-abstraksi ilmiah (rnisalnya, dalam Annual Review
of Psychology, 1950).
2. Selanjutnya, beralihlah pada artikel-artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal-jurnal
nasional/internasional kenamaan, khususnya jurnal-jurnal yang menampilkan laporan
penelitian. Para penulis di jurnal-jurnal seperti ini biasanya mengekspos rurnusan masalah
atau hipotesis penelitian mereka. Dari sini, cobalah Anda menjawab rumusan masalah dan
hipotesis tersebut. Ada beberapa jurnal yang bisa Anda pelajari dalam bidang Anda, dan
biasanya jurnal-jurnal tersebut diterbitkan oleh dewan editorial dan para penulis profesional
dari belahan Amerika Serikat dan dunia. Di halaman-halaman pertama jurnal ini, Anda bisa
melihat apakah ada dewan editorialnya dan apakah artikel-artikel di dalamnya ditulis oleh
individu-individu dari berbagai belahan dunia. Mulailah dengan isu-isu terkini dalam jurnal-
jurnal tersebut dan carilah artikel-artikel penelitian yang terkait dengan topik Anda, begitu
seterusnya. Tindaklanjuti referensi referensi di akhir artikel untuk memperoleh sumber-
sumber lain yang mendukung.
3. Setelah artikel, Anda bisa mencari buku-buku yang berkaitan dengan topik Anda. Mulailah
dengan naskah-naskah penelitian yang merujuk pada berbagai literatur penting. Kemudian,
pertimbangkan beberapa buku yang berhubungan dengan satu topik yang ditulis oleh seorang
pengarang atau sekelompok pengarang, atau buku-buku yang berisi bab-bab yang ditulis oleh
pengarang yang berbeda-beda.
4. Lanjutkan usaha Anda di atas dengan melacak makalah-makalah seminar terkini. Hadirilah
seminar-seminar nasional, lalu dapatkan makalah-makalah yang disampaikan oleh penyaji.
Jika tidak, Anda bisa mencarinya melalui database. Sebagian besar seminar, ada yang
membutuhkan. dan ada pula yang meminta para penyaji untuk mencantumkan makalahnya
dalam database-database terkomputensasi. Dari database inilah Anda bisa menghubungi para
penyaji yang telah menulis makalah yang relevan dengan topik Anda. Kirimlah email atau
teleponlah mereka, lalu tanyakan apakah mereka mengetahui penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan topik Anda. Tanyakan juga apakah mereka memiliki sebuah instrumen
yang mungkinbisa digunakan atau dimodifikasi untuk penelitian anda.
5. Jika memungkinkan, periksalah entri-entri dalam Dissertation Abstracts (University
Microfilms, l938). Akan tetapi Anda perlu berhati-hati karena setiap disertasi memiliki
kualitas yang berbeda-beda, dan Anda perlu selektif dalam memilih disertasi-disertasi tersebut
untuk disertakan dalam tinjauan pustaka. Mencari dalam Dissertation Abstracts mungkin saja
menghasilkan satu atau dua disertasi yang relevan, dan Anda bisa meminta gandaan disertasi
ini melalui pustakawan atau University of Michigar. Microfilm Library.
6. Website juga menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk tinjauan pustaka. Kemudahan
mengakses dan kemampuannya untuk memposting beragam artikel membuatnya lebih
atraktif. Namun, pelajarilah terlebih dahulu artikel-artikel ini dengan hati-hati agar Anda
memperoleh artikel yang benar-benar berkualitas. Perhatikan, apakah artikel-artikel ini
memang mencerminkan sejenis penelitian yang rigid, berkualitas, dan sistematis, yang layak
dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka Anda, atau hanya menampilkan gagasan-gagasan yang
kurang bermutu. Jurnal-jurnal online, di sisi lain, sering kali juga menyertakan artikel-artikel
yang telah diperiksa secara cermat oleh dewan editor. Meski demikian, Anda terlebih dahulu
harus mencari tahu apakah jurnal-jurnal tersebut benar-benar memiliki dewan editor
profesional dan menetapkan standar-standar untuk menerima naskah-naskah yang masuk,
ataukah tidak.
Saya meletakkan artikel-artikel jurnal di urutan teratas karena artikel-artikel semacam ini
sangat mudah dicari dan digandakan. Artikel tersebut juga tak jarang merepresentasikan suatu
penelitian tentang topik tertentu. Disertasi diletakkan dalam daftar prioritas yang lebih rendah
karena disertasi pada umumnya memiliki kualitas yang berbeda-beda dan karenanya sangat sulit
dicari, apalagi pada umumnya disertasi merupakan materi yang sangat sulit dipahami. Selain itu,
berhati-hatilah dalam memilih artikel-artikel ilmiah di website kecuali jika artikel-artikel tersebut
berasal dari salah satu artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnaljumal tertentu.

Peta Literatur Penelitian


Selain mencari literatur, peneliti juga perlu menyusun literatur tersebut sedemikian rupa
untuk disajikan dalam tinjauan pustaka. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penyusunan
ini memungkinkan pembaca untuk memahami apakah penelitian yang diajukan hanya sekadar
menambah, menduplikasi, atau justru memperluas penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Pendekatan penting dalam menyusun literatur ini adalah dengan membuat literature map (peta
literatur). Pendekatan ini merupakan gagasan yang saya peroleh beberapa tahun lalu, dan
ternyata sangat membantu para mahasiswa ketika mereka menyusun tinjauan pustaka untuk
dipresentasikan di hadapan dewan penguji, atau dalam makalah presentasi dan artikel ilmiah.

Peta literatur merupakan ringkasan visual dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
orang lain. Peta ini biasanya disajikan dalam bentuk gambar dan bisa disusun dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah disusun secara hierarkis, yakni menyajikan literatur dengan teknik
top-down, yang pada bagian paling bawah diisi oleh peneilitian yang diajukan. Struktur lain bisa
saja dibuat menyerupai flowchart, di mana pembaca melihat tinjauan pustaka disusun layaknya
suatu hamparan (unfolding) yang membentang dari kiri-kekanan, dengan sisi-kanan paling akhir
diisi oleh penelitian yang diajukan. Model ketiga bisa berbentuk lingkaran-lingkaran di mana
setiap lingkaran mencerminkan satu literatur dan titik potong lingkaran-lingkaran yang
mengindikasikan penelitian selanjutnya. Saya pernah melihat contoh-contoh dari ketiga struktur
ini, dan semuanya ternyata efektif.
Keadian Prosedural
dalam Organisasi*

Terbentuknya Efek-efek Keadilan Keadian dalam


Persepsi tentang Perubahan Organisasi*
Keadian

Outcome-outcome
Kepercayaan Penjelasan-penjelasan
Motif-motif Pengetahuan (Masterson, Lewis,
(Konovsky dan
(Tyler, 1994) (Schappe, 1996) Goldman, dan
Pugh, 1994)
Taylor, 2000)
Divestasi (Gopinath Sejarah (Lawson dan
dan Becker, 2000) Angle, 1998)
Struktur-struktur Perilaku-perilaku Dukungan
Iklim
Organisasi (Schminke, Kewarganegaraan Organisasi
(Nauman dan
Ambrose, dan Organisasi (Moorman, Blakely,
Bennett, 2000) Kemimpinan
Cropanzona, 2000) Moorman, 1991) dan Niehoff, 1998) Relokasi (Daily, 1995)
(Wiensenfeld,
Brockner, dan Thibalt,
2000)
Pendapat/Suara
(Bies dan Shapiro, 1998, Hunton, Treatment yang Tidak Adil (dailey Kredit Macet
Hall, dan Price, 1998; Lind, Kanfer, dan Kirk, 1992; Kickul, 2011; Tepper, (Shaubroeck, May, dan Pengambilan
dan Early, 1990) 2000) Brown, 1994) Keputusan strategis
(Kim dan Mauborgne,
19980

Yang perlu diteliti


(Keadilan dan Kultur Prosedural

Gambar 2.1 Contoh Peta Pustaka


*Kekhawatiran-kekhawatiran para pekerja terhadap keadilan dalam keputusan-keputusan manajerial
SUMBER: Janovec (1002) Dicetak atas izin resmi
Intinya, peneliti sebaiknya membangun gambaran visual atas penelitian-penelitian
atau literatur-literatur yang sudah ada sebelumnya. Gambar 2.1 rnerupakan contoh peta
literatur yang mengilustrasikan literatur-literatur yang berkaitan dengan keadilan prosedural
dalam studi-studi organisasi (Janovec, 2001). Peta Janovec ini menggambarkan model
hierarkis, dengan prinsip-prinsip rancangan peta yang sangat baik.
Dia menempatkan topik penelitiannya di kotak hierarki paling atas.

Selanjutnya, dia mencari penelitian-penelitian lain di database terkomputerisasi, lalu


menyusunnya ke dalam tiga subtopik umum (misalnya, Susunan Persepsi Keadilan, Efek-
Efek Keadilan, dan Keadilan demi Perubahan Organisasi). Untuk peta seperti ini, peneliti
bisa saja menempatkan lebih sedikit atau banyak dari sekadar empat kategori, bergantung
pada ketersedian penelitian-penelitian lain sebelumnya.
 Dalam setiap kotak, ada pula label-label yang menggambarkan sifat dari penelitian yang
terdapat di dalamnya.
 Dalam setiap kotak itu pula disertakan referensi-referensi relevan lain yang terkait. Saya
merekomendasikan Anda untuk menggunakan referensi-referensi yang terbit baru-baru ini
dan secara tepat menuliskan referensi-referensi tersebut, dalam setiap kotak, berdasarkan
gaya tertentu, seperti gaya APA.
 Perhatikan pula tingkatan-tingkatan dalam peta literatur ini. Setiap topik umum menuntun
subtopik-subtopik tertentu yang dilanjutkan dengan subtopik-subtopik berikutnya, begitu
seterusnya.
 Anda bisa saja membuat peta literatur yang jauh lebih luas ketimbang peta literatur di atas.
Namun, perluasan ini tentu saja bergantung pada jumlah literatur yang tersedia dan
kedalaman eksplorasi dari setiap literatur tersebut.
 Kembali lagi ke peta literatur Janovec. Setelah menyusun literatur-literatur dalam bentuk
diagram hierarkis, Janovec kemudian menyajikan cabang-cabang lanjutan dari setiap
kotak untuk menunjukkan keluasan penelitiannya. Dia membuat kotak Need to Study
(Yang Perlu Diteliti) di bagian peta paling bawah yang menunjukkan penelitian yang ia
ajukan, yaitu Procedural Justice and Culture (Keadilan dan Kultur Prosedural), lalu ia
menggambar garis-garis untuk literatur-literatur sebelumnya. Semua ini disusun untuk
membuktikan bahwa proyek penelitian Janovec dapat memperluas literatur-literatur
tersebut.
 Khusus untuk peta literatur Anda, cobalah memasukkan penelitian-penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan metode campuran di dalarnnya
Mengabstraksikan Literatur
Ketika peneliti menulis tinjauan pustaka untuk penelitiannya, dia perlu mencari
literatur-literatur, lalu membuat abstraksi atas literatur-literatur tersebut. Abstraksi ini harus
mewakili isi dari setiap literatur, utamanya yang terkait dengan topik penelitian. Abstraksi
merupakan tinjauan singkat atas literatur (biasanya dalam bentuk paragraf pendek) yang
meringkas elemen-elemen utama agar pembaca dapat memahami keunggulan-keunggulan
dasar dari setiap literatur. Untuk membuat abstraksi, peneliti perlu mempertimbangkan materi
apa yang akan diringkas dari literatur yang ada. Abstraksi menjadi informasi penting
manakala peneliti ingin meninjau puluhan atau bahkan ratusan literatur. Dalam jurnal-jurnal
ilmiah, kita dapat melihat ada banyak contoh abstraksi ini. Biasanya, abstraksi yang baik
mencakup beberapa poin berikut:

 Menyatakan masalah yang tengah dibahas.


 Menyatakan tujuan atau fokus utama penelitian.
 Menyatakan secara singkat informasi tentang sampel, populasi atau data.
 Membahas hasil-hasil inti yang berhubungan dengan penelitian yang diajukan.
 Jika tinjauan pustakanya bersifat metodologis (Cooper, 1984), tunjukkan kekurangan
teknis dari metodologis dalam literatur/ penelitian tersebut.
Dalam jurnal ilmiah, abstraksi pada umumnya ditulis di bagian awal penelitian. Namun,
dalam penelitian-penelitian akademik, seperti disertasi atau tesis, abstraksi tidak hanya ditulis
di bagian awal penelitian, tetapi juga bisa ditulis dalam bagian tinjauan pustaka, yang
biasanya ditujukan untuk mendeskripsikan materi literatur-literatur atau penelitian-penelitian
sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian yang diajukan (penj.).

Untuk mengabstraksikan penelitian-penelitian relevan lain yang sudah dilakukan


sebelumnya, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan. Jika penelitian tersebut berbentuk
karya tulis ilmiah, carilah masalah dan tujuan penelitiannya (biasanya terdapat dalam
pendahuluan). Informasi tentang sampel, populasi atau data penelitian, carilah di pertengahan
(biasanya dalam bagian metode/ prosedur penelitian), sedangkan hasil penelitian sering kali
disampaikan di akhir karya tulis (biasanya dalam penutup/kesimpulan). Khusus di bagian
akhir ini, carilah pernyataan-pernyataan si penulis yang menunjukkan jawaban singkat atas
rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya. Hal yang sama juga
dilakukan jika penelitiannya berbentuk buku. Perhatikan contoh berikut :
Contoh 2.1 Tinjauan Pustaka dalam Penelitian Kuantitatif
Berikut ini, ringkasan satu paragraf atas komponen-komponen utama dalam peneitian
kuantitatif (Creswel, Seagren, & Henry, 1979), sangat mirip dengan paragraf yang
muncul dalam tinjauan pustaka yang biasanya terdapat dalam disertasi atau artikel
jurnal. Dalam kutipan ini, saya telah memiih komponen-komponen kunci untuk
diabstraksikan.
Creswell, Seagren, dan Henry (1979) menguji mode Biglan, model tiga-dimensi
yang mengelompokkan 36 bidang akademik ke dalam bidang0bidang yang “sulit
atau mudah,” “murni atau aplikasi,” dan “kehidupan atau nono-kehidupan,”
sebagai prediktor atas kebutuhn pengembangan profesional seorang pemimpin.
Delapan ketua jurusan yang bertugas di empat perguruan tinggi dan satu
universitas negeri Midwestern menjadi partisipan dalam penelitian ini. Hasinya
menunjukkan bahwa para ketua jurusan dalam bidang akademik yang berbeda
memiliki kebutuhan pengembangan profesional yang berbeda-beda pua.
Berdasarkan penemuan ini, Creswell dkk. Merekomendasikan agar para
ketua/pimpinan yang mengembangkan program-program inservice perlu
mempertimbangkan perbedaan-perbedaan antarbidang yang dipimpinnya.

Pada contoh di atas, kami menulis abstraksi penelitian berdasarkan referensi in-text
dengan format APA (2001). Dalam abstraksi ini, kami meringkas tujuan inti penelitian, yang
diikuti dengan informasi tentang pengumpulan data dan diakhiri dengan pernyataan tentang
hasil-hasil utama dan implikasi-implikasi praktis dari hasi-hasil tersebut.
Lalu, bagaimana mengabstraksilcan esai, opini, tipologi, dan sintesis dari penelitian
sebelumnya, padahal tulisan tulisan seperti ini tidak termasuk dalam studi penelitian? Untuk
tulisan-tulisan yang berbasis penelitian non-empiris seperti di atas, abstraksinya dapat dibuat
dengan cara berikut:

 Sebutkan masalah yang dibahas oleh tulisan tersebut.


 Identifikasilah tema utama tulisan tersebut.
 Nyatakan kesimpulan utama yang berhubungan dengan tema itu.
 Jika jenis tinjauan pustakanya bersifat metodologis, jelaskan kekurangan-kekurangan
tulisan tersebut dalam hal penalaran, logika, kekuatan argumentasi, dan seterusnya.
Berikut ini, salah satu contoh abstraksi yang mengilustrasikan karakteristik-
karakteristik di atas.
Contoh 2.2 Tinjauan Pustaka dalam Studi Tipologi
Sudduth (1992) menyelesaikan disertasi kuantitatifnya dalam bidang poitik tentang
adaptasi strategis di beberapa rumah sakit pedesaan. Dia melakukan tinjauan pustaka di awal
penelitian. Dalam hal ini. Sudduth meringkas tiga ha, yakni masalah, tema, dan tipologi
Ginter, Duncan, Richardson, dan Swayne (1991) mengangap bahwa lingkungan
eksternal berdampak pada mekampuan rumah sakit untuk beradaptasi dengan
perubahan. Meraka kemudian menyarankan suatu proses yang dikenal dengan analisis
lingkungan (environmental anaysis) yang memungkinkan suatu organisasi dapat
merespons secara strategis perubahan-perubahan muncu di lingkungan, ternyata tidak
ada satu pun skema konseptual atau model komputer yang komprehensif yang berhasil
dikembangkan untuk menganalisis isu-isu lingkungan (Ginter et al., 1991). Meraka lalu
menyimpulkan bahwa perubahan yang paling strategis adalah perubahan yang bertumpu
pada proses evaluasi yang non-quantifiable dan non-judgemental. Untuk membantu
pengelola rumah sakit mengevaluasi lingkungan ekternal, Ginter et al. (1991) lalu
mengembangkan suatu tipologi, seperti yang terdapat dalam Gambar 2.1

Pada contoh di atas, Sudduth mereview penelitian/literatur relevan lain dengan


menggunakan gaya referensi in-text untuk menjelaskan masalah ("kemampuan rumah sakit
untuk menyesuaikan perubahan"), mengidentifikasi tema utama ("suatu proses yang mereka
sebut sebagai enviromental analysis"), dan menyatakan kesimpulan yang berhubungan
dengan tema tersebut (seperti, "tidak ada satu pun model konseptual yang komprehensif,"
"mengembangkan suatu tipologi”).

Petunjuk Gaya

Pada dua contoh sebelumnya, saya telah memperkenakan gagasan tentang bagaimana
menggunakan gaya APA untuk mereview artikel di bagian awal abstraksi. Petunjuk gaya
(style manual) menyediakan arahan-arahan bagi para peneliti untuk menulis penelitian
bergava akademis, seperti format yang konsisten dalam mengutip referensi membuat judul,
menyajikan tabel dan gambar, dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan
utama dalam melakukan tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya referensi yang tepat dan
konsisten di sepanjang tulisan. Ketika mendapatkan dokumen yang sekiranya penting dan
relevan, jadikanlah dokumen tersebut sebagai referensi dengan menggunakan gaya yang
sesuai. Untuk proposal disertasi, mahasiswa pascasarjana seharusnya meminta arahan dari
pihak fakultas, dewan pertimbangan disertasi, staf jurusan atau universitas tentang gaya
seperti apa yang seharusnya digunakan dalam mengutip referensi.
Publication Manual of the American Psychological Association, Fifth Edition (APA,
2001) merupakan petunjuk gaya yang paling sering digunakan dalam bidang pendidikan dan
psikologi. Gaya penulis Universitas Chicago (A Manual of Style, 1982), Turabian (1973),
dan Campbell dan Ballou (1977) juga sering digunakan dalam bidang ilmu sosial meskipun
tetap kurang populer jika dibandingkan dengan gaya APA. Beberapa jurnal juga telah
mengembangkan variasi gaya mereka sendiri. Saya merekomendasikan Anda
mengidentifikasi satu gaya yang dapat diterima oleh para pembaca dan segera
mengadopsinya dalam proyek penelitian Anda.

Style manual pada umumnya mempertimbangkan beberapa format penting, seperti in-
text, end-of- text, judul, dan penggunaan gambar dan tabel. Berikut ini adalah beberapa
rekomendasi saya terkait dengan bagaimana menggunakan petunjuk gaya untuk keperluan
tulisan akademik:
 Ketika menulis referensi in-text, perhatikan format yang tepat untuk jenis-jenis referensi
dan kutipan ganda.
 Ketika menulis referensi end-of-text, perhatikan juga apakah petunjuk gaya yang Anda
gunakan mengharuskan referensi ini ditulis secara alfabetis atau numerik. Selain itu,
pastikan pula bahwa setiap referensi in-text sudah masuk dalam daftar end-text.
 Dalarn makalah/karya tulis akademik, judul (heading) biasanya disusun dalam bentuk
tingkatan-tingkatan. Pertama-tama, perhatikan seberapa banyak tingkatan judul yang akan
Anda tulis dalam penelitian Anda. Kemudian, bukalah petunjuk gaya untuk mendapatkan
format yang sesuai untuk setiap tingkatan tersebut. Biasanya, laporan penelitian berisi
sekitar dua hingga empat tingkatan judul.
 Jika menggunakan catatan kaki (footnote), perhatikan petunjuk gaya untuk mengetahui
bagaimana menulis footnote yang sesuai. Footnote saat ini jarang sekali digunakan dalam
makalah/karya tulis akademik dibandingkan beberapa tahun lalu. Jika Anda menyertakan
footnote, perhatikan apakah footnote tersebut berada di bagian bawah setiap halaman, di
akhir setiap bab, atau di akhir makalah.
 Tabel (table) dan gambar (figure) memiliki format-formatnya tersendiri dalam setiap
petunjuk gaya. Perhatikan aspek-aspek penting, seperti garis yang harus dicetak tebal
(bold), judul, dan spasi, pada contoh-contoh yang disajikan.
Ringkasnya, aspek terpenting dalam penggunaan petunjuk gaya adalah konsistensi di
sepanjang tulisan.
Definisi Istilah

Topik lain yang berhubungan dengan tinjauan pustaka adalah identifikasi dan definisi
istilah-istilah yang dibutuhkan pembaca untuk memahami proyek penelitian yang diajukan.
Bagian defnisi istilah bisa saja ditulis secara terpisah dari tinjauan pustaka, bisa pula masuk
dalam tinjauan pustaka, atau justru diletakkan di bagian lain dalam proposal penelitian.
Saran saya, definisikan istilah-istilah vang kemungkinan tidak dimengerti oleh orang-
orang di luar bidang penelitian Anda, atau istilah-istilah yang terdengar asing (Locke,
Spirduso, & Silverman, 2007). Pentingnya sejumlah istilah untuk didefinisikan memang
hanya persoalan judgment saja, namun saya tetap merekomendasikan Anda untuk
mendefinisikan istilah-istilah tertentu y ang kemungkinan tidak dipahami oleh sebagian besar
pembaca. Selain itu, definisikan istilah-istilah ketika muncul pertama kali agar pembaca tidak
perlu kembali lagi membaca di bagian awal ketika mereka menemukan istilah-istilah tersebut
dibagian akhir atau pertengahan. Sebagai mana pendapat Wilkinson (1991), "para ilmuwan
harus mendefinisikan istilah-istilah yang dapat menjelaskan penelitian mereka secara tepat
dan dapat mengomunikasikan penemuan-penemuan dan gagasan-gagasan mereka secara
akurat" (hlm. 22). Mendefinisikan istilah juga dapat menambah keakuratan suatu penelitian,
seperti diungkapkan oleh Firestone (1987) berikut ini:

Bahasa sehari-hari memiliki makna yang sangat kaya dan beragam. Sepert halnya
simbol, kekuatan bahasa berasal dari kombinasi antara makna dengan konteks
tertentu. Bahasa ilmu saat ini tampaknya terlalu sering mengabaikan
keanekaragaman makna ini, utamanya dalam hal keakuratan. Inilah alasan mengapa
istilah-istilah umum atau bahasa-bahasa sehari-hari pun bisa saja memiliki "makna-
makna teknis" jika digunakan untuk tujuan keilmuan (hlm. 17).

Demi keakuratan inilah, peneliti perlu mendefinisikan istilah-istilah penting di awal


penelitian. Dalam proposal disertasi dan tesis, definisi istilah biasanya ditulis di bagian
khusus. Alasannya adalah bahwa dalam penelitian-penelitian formal seperti ini, mahasiswa
harus tepat dalam menggunakan bahasa dan istilah. Hanya dengan menjelaskan pemikiran-
pemikiran dalam definisi-definisi yang otoritatiflah, keilmuan kita akan terbentuk dengan
baik. Karena itu, definisikan istilah-istilah yang muncul di semua bagian proposal penelitian
Anda:
 Judul penelitian
 Masalah penelitian
 Tujuan penelitian
 Pertanyaan atau hipotesis penelitiar
 Tinjauan pustaka
 Landasan teori
 Metode penelitian.

Definisi istilah bisa saja ditulis untuk semua jerus penelitian, baik kualitatif, kuantitatif,
ataupun metode campuran.
 Dalampenelitian kualitatif, karena bersifat induktif dan melibatkan rancangan
metodologis, peneliti bisa saja mendefinisikan beberapa istilah di awal penelitian
meskipun definisi ini hanya tentatif semata. Sebagai gantinya, tema-tema (atau perspektif-
perspektif atau dimensi-dimensi) dapat ditulis setelah analisis data. Dalam bagian prosedur
penelitian, peneliti dapat mendefinisikan istilah-istilah penting pada saat istilah-istilah ini
muncul pertama kali. Karena alasan inilah, para peneliti kualitatif sering kali tidak
membuat bagian terpisah untuk definisi istilah, melainkan mengemukakan definisi-definisi
tersebut secara tentatif di awal penelitian sebelum masuk ke dalam inti persoalan.
 Di sisi lain, dalam penelitian kuantitatif—yang sering ditulis secara deduktif dengan
sasaran penelitian yang sudah fixed—peneliti dapat menyertakan definisi-definisi ekstensif
dalam proposal penelitiannya. Peneliti meletakkan definisi ini pada bagian terpisah.
Peneliti juga mencoba mendefinisikan secara komprehensif istilah-istilah yang relevan di
awal penelitian dan menggunakan definisi-definisi lain yang diperoleh dari literatur.
 Dalam penelitian metode campuran, definisi istilah bisa diletakan di bagian terpisah jika
penelitiannya dimulai dengan tahap awal pengumpulan data kuantitatif. Jika penelitiannya
diawali dengan pengumpulan data kualitatif, berarti istilah-istilah bisa didefinisikan
sepanjang penelitian, atau bahkan di bagian akhir penelitian. Jika pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif ditulis secara bersamaan, berarti penulisan definisi istilah
bergantung pada prioritas yang diberikan atas salah satu dari dua jenis penelitian tersebut.
Namun, dalam penelitian metode campuran, ada istilah-istilah yang mungkin terdengar
asing bagi pembaca—misalnya definisi tentang penelitian metode campuran itu sendiri—
sehingga peneliti perlu meletakkan definisi tersebut di bagian prosedur penelitian (lihat
Bab 10). Selain itu, jelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan strategi penelitian
yang digunakan seperti strategi konkuren atau sekuensial, dan istilah tertentu untuk
strategi tersebut (seperti rancangan triangulasi konkuren, seperti yang akan dibahas pada
Bab 10).

Tidak ada satu pun pendekatan yang dianggap paling baik untuk mendefinisikan
istilah-istilah dalam penelitian. Meski demikian, ada beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan (lihat juga Locke et al., 2007):

 Definisikan suatu istilah ketika ia muncul pertama kali dalam proposal Anda. Dalam
pendahuluan, misalnya, suatu istilah bisa saja menuntut adanya definisi untuk membantu
pembaca memahami masalah penelitian, rumusan masalah, atau hipotesis penelitian
tersebut.
 Tulislah definisi dalam tingkatan operasional tertentu. Definisi operasional ditulis dalam
bahasa tertentu, tidak dalam bahasa konseptual yang abstrak. Karena peneliti memiliki
ruang untuk menspesifikasikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitiannya maka
lebih baik digunakan definisi operasional saja.
 Jangan mendefinisikan istilah-istilah dan bahasa sehari-hari. Alhasil, gunakanlah bahasa-
bahasa "teknis" yang sudah ada dalam literatur. Dalam hal ini, istilah-istilah harus
didasarkan pada literatur dan tidak boleh Anda buat sendiri (Locke et al., 2007). Meski
demikian, sangat mungkin definisi yang tepat atas suatu istilah tidak tersedia dalam
literatur, dan bahasa sehari-hari pun bisa jadi digunakan. Jika demikian ihwalnya,
sajikanlah definisi yang tepat dan gunakanlah istilah-istilahnya secara konsisten di
sepanjang proposal penelitian (Wilkinson, 1991).
 Definisi istilah bisa ditulis dengan karakteristik yang berbeda-beda. Definisi dapat
mendeskripsikan istilah sehari-hari (seperti, organisasi). Definisi juga bisa disandingkan
dengan batasan tertentu, seperti, "Kurikulum ini dibatasi hanya pada kurikulum School
Disctrict Manual untuk siswa SMP" (Locke et al., 2007, hlm. 130). Definisi juga bisa
terdiri dari kriteria yang digunakan dalam penelitian, seperti, "Rata-rata IP mahasiswa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPA kumulatif 3,7 atau di
atasnya,berdasarkan skala 4,0." Definisi juga bisa menjelaskan istilah secara operasional,
seperti, "Penguatan (reinforcement) dalam penelitian ini merujuk usaha-usaha untuk
mendaftarkan semua anggota klub pada buletin sekolah, menyediakan ruangan khusus
bagi anggota, dan mendaftarkan keanggotaan klub pada transkip nilai sekolah" (Locke et
al., 2007, hlm. 130).
 Meskipun tidak ada satu format yang dianggap paling tepat, sebagian besar definisi istilah
diletakkan di bagian khusus penelitian, yang sering kali bertajuk "Definisi Istilah," dan
memasangkan istilah-istilah dengan definisi-definisinya dengan cara meng-highlight
istilah tersebut, yang menunjukkan bahwa istilah itu memiliki makna tertentu (Locke et
al., 2007). Biasanya, bagian yang terpisah ini tidak lebih dari dua atau tiga paragraf saja.
Dua contoh berikut menggambarkan susunan definisi istilah yang berbeda-beda dalam
penelitian:

Contoh 2.3. Definisi Istilah dalam Disertasi Metode Campuran


Contoh pertama ini mengilustrasikan definisi panjang atas istilah-istilah dalam
penelitian metode campuran yang diletakkan di bagian terpisah pada Bab I, Pendahuluan.
VanHorn-Grassmeyer (1998) meneliti bagaimana 119 staf baru bidang kemahasiswaan di
perguruan tinggi terlibat dalam refleksi secara individual atau kolaboratif. Grassmeyer
menyurvei para staf baru dan melakukan wawancara mendalam dengan mereka. Karena
penelitian refleksi individual dan kolaboratif di antara para staf bidang kemahasiswaan ini,
Grassmeyer kemudian memberikan definisi detail atas istilah-istilah tersebut di awal
penelitiannya. Berikut ini saya akan menggambarkan dua cara bagaimana Grassmeyer
mendefinisikan istilah-istilahnya. Perhatikan bagaimana Grassmeyer merujuk pada definisi
istilah yang sudah disajikan oleh para penulis lain :

Refleksi Individual
Schon (1983) menulis sebuah buku yang menjelaskan konsep-konsep yang ia sebut
sebagai berfikir reflektif, berefleksi dan praktik reflektif. Setelah beberapa decade, buku ini
kemudian ditulis dan dirombak kembali oleh Schon dan Argyris (Argyris dan Schon, 1978)
untuk mempertajam konsep-konsep tersebut. Dari buku Schon inilah, sejauh yang peneliti
pahami, definisi singkat atas refleksi individual adalah tindakan intuitif yang sulit dilakukan.
Meski demikian, dalam penelitian ini, karakteristik-karakteristik penting dari refleksi
individual dapat merujuk pada beberapa hal : (a) “tindakan artistic” (Schon, 1983); (b)
bagaimana seseorang mempraktikkan secara terang-terangan apa yang diketahuinya secara
intuitif; dan (c) bagaimana seorang pengurus professional meningkatkan praktiknya melalui
tuturan reflektif dan pikiran.
Staf Kemahasiswaan
Staf memiliki banyak definisi. Baskett dan Marsick mendeskripsikan staf sebagai
seorang individu “yang memiliki pangkat tertentu dari kebebasan untuk memberikan
judgment dengan tetap didasarkan pada gagasan, perspektif, informasi, norma dan kebiasaan
kolektif (dan seorang individu yang terlibat dalam persoalan-persoalan professional)”
(Baskett & Marsick, 1992:3). Staf kemahasiswaan setidak-tidaknya memiliki karakteristik-
karakteristik di atas dalam melayani mahasiswa di lingkungan universitas yang salah satu
fungsinya adalah mendukung keberhasilan akademik dan kurikulum.

(VanHorn-Grassmeyer, 1998:11-12)

Contoh 2.4 Definisi Istilah dalam Subbab Variabel-Variabel Bebas

Contoh keduaini menggambarkan bentuk singkatbagaimana menulis definisi istilah


untuk suatu penelitian. Jika pada contoh ini disajikan definisi operasional tertentu, pada
contoh kedua ini disajikan definisi procedural. Vernon (1992) meneliti bagaimana perceraian
dalam keturunan kedua mempengaruhi relasi antara kakek-nenek dan cucu-cucu mereka.
Untuk menjelaskan topic ini, Vernon memasukkan definisi istilah pada subbab variable-
variabel bebas.

Relasi Kekeluargaan Dengan Cucu

Relasi kekeluargaan dengan cucu pada umumnya ditentukan oleh apakah kakek-
nenek berasal dari pihak ibu atau dari pihak ayah. Penelitian sebelumnya (seperti Cherlin dan
Furstenberg, 1986) menyatakan bahwa kakek-nenek dari pihak ibu cenderung dekat dengan
cucu-cucu mereka.

Jenis Kelamin Kakek-Nenek

Baik kakek meupun nenek ternyata menjadi salah satu fackor dalam relasi
kekeluargaan antara mereka dengan cucu-cucu mereka (seperti, nenek cenderung lebih dekat
dengan cucu-cucu mereka daripada kakek), sehingga peran menjaga keutuhan keluarga sering
kali dikaitkan dengan wanita di dalamnya (Hagestad, 1988) .

(Vernon, 1992:35-36)
Tinjauan Pustaka Kuantitatif atau Metode Campuran
Saat menyusun tinjauan pustaka, biasanya peneliti akan sulit menentukan seberapa
banyak literatur yang harus direview. Agar masalah ini terselesaikan, saya telah
mengembangkan satu model yang menyajikan parameter-parameter tertentu dalam menulis
tinjauan pustaka, khususnya untuk rancangan penelitian kuantitatif atau metode campuran
yang hampir selalu menyediakan bagian/subbab khusus unhrk tinjauarr pustaka. Dalam
penelitian kualitatif, tinjauan pustaka bisa saja mengeksplorasi aspek-aspek fenomena utama
yang dibahas dan membaginya ke dalam topik-topik khusus. Meski demikian, tiniauan
pustaka dalam penelitian kualitatif ini, seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditulis
untuk tujuan yang berbeda-beda (misalnya, sebagai alasan atau penjelasan logis atas masalah
penelitian, sebagai sesuatu yang dibahas sepanjang penelitian, sebagai sesuatu yang
dibandingkan dengan hasil penelitian, dan sebagainya).
Untuk penelitian kuantitatif atau metode carnpuran yang memprioritasknn penelitian
kuantitatif, tulisiah.tinjauan pusiaka yang berisi materi-materi perrting daiam literatur yang
berhubungan dengan variabel-variabel bebas, variabel-variabel terikat, dan relasi antara
variabel bebas dan variabel terikat (lebih jelas tentang variabel ini baca Bab 3). Model
penulisan ini tampaknya sesuai untuk disertasi atau untuk mengkonseptualisasikan literatur
dalam artikel/karya tulis ilmiah. Buatlah tinjauan pustaka yang tersusun dari lima komponen:
Pendahuluan, Topik 1 (tentang variabel bebas), Topik 2 (tentang variabel terikat), Topik 3
(keterangan-keterangan lain yang membahas relasi antara variabel bebas dan variabel terikat),
dan Kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan rincian berikut ini:
1. Tulislah paragraf awal tinjauan pustaka dengan memerinci bagian-bagian yang akan
dibahas di dalamnya.Paragraf ini lebih berupa penjelasan tentang susunan setiap bagian
dalam tinjauan pustaka yang Anda tulis.
2. Tinjaulah Topik 1, yakni dengan meninjau literature-literatur akademik tentang satu atau
beberapa variabel bebas. Jika ada beberapa variabel bebas ),ang dibahas dalan'r literatur
tersebut,perhatikan subbagian-subbagiannya atau fokuslah pada satu variabel yang paling
penting saja. Jangan lupa membahas penjelasan dalam literature yang hanya terkait
dengan variabel bebas, bukan variabel terikat.
3. Tinjaulah Topik 2, yakni dengan meninjau literatur-literatur akademik tentang satu atau
beberapa variabel terikat. Jika dalam literature tersebut dibahas bebepa variabel
terikat,perhatikan subbagian-subbagiannya atau fokuslah pada satu variabel terikat yang
paling panjang saja.
4. Tinjaulah Topik 3, yakni iengan meninjau literatur-literatur akademik yang membahas
hubungan antara variabel-variabel bebas dan variabel(-variabel) terikat. Di sinilah inti
dasar penelitian Anda. untuk itu, bagian ini harus padat dan berisi literatur-literatur lain
yang memang sangat berkaitan dengan topik penelitian Anda. Ambillah satu bagian
dalam literature tersebut yang sangat berkaitan erat dengan topik atau tinjaulah bagian-
bagian lain yang membahas topik tersebut secara umum.
5. Di bagian akhir tinjauan pustak, buatlah kesimpulan atau ringkasan yang menonjolkan
literature-literatur yang dianggap paling relevan; tunjukkan tema-tema utama yang
diangkat oleh literature-literatur tersebut,jelaskan mengapa tema-tema ini membutuhkan
penelitian lebih lanjut dan tentu saja yakinkan pembaca mengapa penelitian lebih lanjut
dan tentu saja yakinkan pembaca mengapa penelitian Anda dapat memenuhi kebutuhan
ini.

Langkah-langkah di atas dapat diterapkan untuk menulis tinjauan pustaka untuk jenis
penelitian yang membahas variabel-variabel (biasanya kuantitatif atau penelitian metode
campuran dengan bobot kuantitatif). Tidak hanva itu, langkah-langkah ini iuga dapat
mempersempit ruang lingkup penelitian yang diaiukan sehingga rumusan masalah dan
metode penelitian yang nantinva disajikan benar-benar dapat terjangkau dengan baik

KESIMPULAN
Sebelum mencari literatur, identifikasilah topik Anda, misalnya dengan merancang
iudul yang jelas atau menyatakan rumusan masalah utama. Selain itu, pertimbangkan apakah
topik Anda dapat dan perlu diteliti dengan cara mencari tahu adakah akses kepada para
partisipan dan sumber-sumber lain, dan apakah topik tersebut akan memberikan konkibusi
pada literatur yangada, akan diminati oleh orang lain, dan konsisten dengan tujuan-tu;uan
utamanya.
Dalam tinjauan pustaka, peneliti seyogianya menggunakan literatur-literatur
akadernik untuk menyajikan hasil-hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya,
menghubungkan penelitiannya dengan literatur-literatur tersebu! dan menyediakan kerangka
kerja dalam membandingkan hasil penelitiannya dengan hasil penelitian-penelitian lain.
untuk penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, literatur memiliki tujuan yang
berbeda-beda. Dalam penelitian kua litatif,bteratur membantu memverifikasi masalah.
Penelitiar tetapi literatur tersebut tidak mempersempit pandangan dari para partisipan.
Pendekatan umurn yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah memasukkan
lebih banyak literatur di bagian akhir ketimbang di bagian awal. Dalam pen elTtian
kuantitatif, literatur tidak hanya membantu memverifikasi masalah, tetapi juga
memperlihatkan kemungkinan perlunya mmusan masalah atau hipotesis untuk dibahas.
Dalam penelitian kuantitatif, tinjauan pustaka biasanya diletakkan terpisah dalam satu bagian
khusus. Namun demikian, dalam penelitian metocle campuran, Penggunaan tinjauan pustaka
bergantung pada jenis rancangan dan bobot yang diberikan pada aspek-aspek kuaiitatif dan
kuantitatif.
Ketika akan melakukan tinjauan pustaka, identifikasilah kata kunci-kata kunci
(keywords) untuk mencari literatur. Kemudian, carilah database-database online, seperti
ERIC, ProQuest, Google Scholar; PubMed, dan database-database lain yang lebih spesifik,
seperti PsycINFO, Sociofile, dan SSCI. Lalu, carilah literatur-literatur yang sesuai dengan
prioritas, pertama-pertama carilah artikel jurnal, lalu buku-buku, dan seterusnya.
Identifikasilah penelitian-penelitian lain yang turut memberikan kontribusi pada penelitian
Anda. Kelornpokkan penelitian-p-enelitian ini ke dalam peta literatur yang mencerminkan
kategori-kategori utama atas penelitian-penelitian tersebut dan posisikin penelitian Anda
dalam kategori-kategori ini. Mulailah menulis absiaksi penelitian, seraya memerhatikan gaya
penulisan referensi berdasarkan petunjuk gaya (seperti, APA, 2001). Deskripsikan secara
singkat informasi penting tentang penelitian tersebut yang meliputi masalah penelitian
pertanyaan penelitian, pengumpulan dan analisis data penelitian' dan hasil akhir penelitian.
Definisikan istilah-istilah kunci dan jika dibutuhkan sediakan subbab khusus untuk
definisi istilah ini dalam proposal Anda; atau jika tidak, masukkan definisi tersebut dalam
tinjauan pustaka. pada tahap akhir, pertimbangkan keseluruhan struktur Penyusunan tinjauan
pustaka Anda, Untuk penelitian kuantitatif, Anda dapat menyediakan bagian khusus untuk
tinjauan pustaka berdasarkan variabel-variabel utama, atas berdasarkan subtema-subtema
penting suatu fenomena untuk penelitian kualitatif'
Latihan Menulis
1. Buatlah peta literatur untukliteratur-literatur yang Anda peroleh. Masukkan
penelitian Anda ke dalarn peta tersebut dan gambarlah garis-garis Cari penelitian
Anda ke kategori-kategori pehelitian lain seiringga pembaca dapat mudah
LATIHAN MENULIS

melihatbagaimana penelitian Anda benar-benar memperluas pertelitian/literatur


yang sudah ada
2. Buatlah tiniauan pustaka untuk penelitian kuantitatif dan perhatikan langkah-
langkah yang sudah diielaskansebelumny agar variabel-variabel penelitian Anda
dapat terlihat dengan jelas.
3. Berlatihlah dengan menggunakan database online terkomputerisasi untuk mencari
literalur-literatur yang relevan dengan topik Anda' Lakukan pencarian berulang-
ulang hingga Anda menemukan satu literature yang sangat ierkait dengan topik
penelitian Anda' Kemudian, lakukan pencarian ulang dengan memanfaatkan
deskrip tor-deskriptor yang terdapat dalarn literatur tersebut. Ambillah l0 literatur
yang telah Anda pilih dan abstraksikan literatur tersebut untuk tinjauan pustaka
Anda.
4. Berdasarkan pencarian yang sudah Anda lakukan pada latihan (3), tulislah satu
abstraksi -rnasing-masing untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif- atas
literatur/penelitian lain yang sudah Anda dapatkan dari database terkomputerisasi.
Gunakan petunjuk-petunjuk yang sudah dijelaskan dalambab ini
untukmengetahui elemen-elemen aPa saja yang perlu dimasukkan dalam abstraksi
tersebut.

BACAAN TAMBAHAN
Locke, L.F., Spirduso, W.W, & Silverman, SJ. (2007). Proposals that Work A Guide for
Planning Dissertations and Grant Proposals (5'h Edition). Thousand Oaks. CA: Sage.

Lawrence Locke, Waneen Spirduso, dan Stephen Silverman mendeskripsikan tiga


tahapan dalam melakukan tiniauan pustaka, antara lain: mengembangkan konsep-konseP
yang menjelaskan alasan/logika penelitian, mengembangkan subtopik-subtopik untuk setiap
konsep utama, dan menambah referensi-referensi terpenting yang mendukung konsep-konsep
tersebut. Mereka juga menjelaskan enam aturan dalam mendefinisikan istilahistilah: jangan
membuat kata-kata sendiri, sajikan definisi-definisi di bagian utama proposal, jangan
menggunakan bahasa-bahasa umum sehari-hari, definisikan istilah-istilah penting ketika
muncul pertama kali, dan gunakan definisi-definisi tertentu (prosedural atau operasional,
peni.) untuk istilah-istilah tersebut.

Merriam, S.B. (1998). Qualitatit:e Research and Case Study Applications in Education. San
Francisco: Jossey-Bass.

Sharan Merriam menyajikan pembahasan menarik tentang penggunaan literatur dalam


penelitian kualitatif . Dia mernperkenalkan langkah-langkah dalam melakukan tinjauan
pustaka dan memberikan kriteria penting dalam memilih literatur. Langkah-langkah ini
mencakup usaha peneliti untuk memeriksa apakah Pengarang literatur tersebut sudah
kompeten dengan topik yang diangkat, kapan terakhir kali literatur tersebut diterbi&an,
apakah literature tersebut relevan dengan topik penelitian yang diajukan, dan apakah literatur
tersebut berkualitas. Merriam lebih jauh menjelaskan bahwa tinjauan pustaka bukanlah
sekadar proses linear dari membaca literatur, lalu mengidentifikasi kerangka teoretis,
kemudian menulis masalah peelitian. Lebih dari itu, tinjauan pustaka justru melibatkan proses
yang lebih interaktif, yakni melakukan langkah-langkah ini secara bersama-bersama.

Punch, K.F. (2005) .Introduclion to social Research: Quantitatiae and Qualitatioe Approaches
(2'd edition). London: Sage

Keith Punch membahas tentang penelitian ilmu-ilmu sosial yang biasanya


menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan. Konseptualisasi Funch
atas isu-isu penting yang membedakan dua pendekatan ini semakin memperjelas mengapa
kedua pendekatan tersebut berbeda. Punch juga. mencatat bahwa ketika menulis proposal
atau laporan penelitian, fokus kita dalam menulis tinjauan pustaka sering kaliberbeda-beda.
Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan tersebut biasanyi meliputi gaya penelitian,
keseluruhan strategi penelitian, dan seberapa ketat penelitian tersebut akan mengikuti arahan-
arahan yang terdapat dalam literature.
BAB TIGA

PENERAPAN TEORI

Salah satu komponen penting dalam melakukan penelitian adalah menentukan teori
apakah yang akan digunakan untuk mengeksplorasi rumusan masalah. Dalam penelitian
kuantitatif,peneliti sering kali menguji berbagai teori untuk menjawab rumusan masalahnya.
Dalam proposal disertasi kuantitatif, semua bagian di dalamnya bisa saja dirancang untuk
rnenyaji kategori yang akan diteliti. Dalam penelitian kuatitatif, penggunaan teori lebih
bervaridsi lagi. Bahkan, peneliii kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil
penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di akhir proyek penelitian misalnya dalam
penelitian grounded theory. Dalam penelitian kualitatif, teori bisa juga muncul di awal
penelitian sebagai .perspektif yang nantinya dapat membentuk.apa yang dilihat Can rumusan
masalah apa yang diajukan, seperti dalam penelitian etnografi atau advokasi. Dalam
penelitian metode campuran' peneliti bisa saja menguji atau justru membuat suatu teori'
Bahkan, penelitian dengan metode carnpuran bisa didasarkan pada satu perspektif teoretis,
seperti fokus pada isu-isu feminis, ras, atau kelas, yang nantinya dapat menuntun keseluruhan
tahap penelitian.
Saya mengawali bab inidengan berfokus pada penggunaan teori dalam penelitian
kuantitatit. Saya juga akan menyajikan definisi dari teori itu sendiri, penggunaan variabel-
variabel dalam penelitian kuantitatif, peletakan serta model penulisan teori dalam penelitian
kuantitatif. Selanjutnya, saya akan membahas prcsedur-prosedur dalam mengidentlfikasi
teori, lalu menjabarkan perspektif teoretis dalam proposal penelitian kuantitatif. Kemudian,
pembahasan akan beralih pada penggunaan teoridalam penelitian kualitatif. Para peneliti
kualitatif menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut teori, sepe rti pota-pola,
kacamata teoretis' atau generalisasi naturalistik, untuk mendeskripsikan sudut pandang
mereka dalam penelitian. Dalam bab ini juga disediakan contoh-contoh penulisan teori
kualitatif. Di bagian arnir,uau ini akan berarih pada penggunaan teori dalam penelitian
metode campuran, dan penerapan perspektif transformatif yang populer dalam pendekatan
ini.

66
TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITANF
Variabet-Variabel dalam Penelitian Kuantitatif
Sebelum membahas teori kuantitatif, penelitin perlu memahami variabel-variabel dan
jenis-jenisnya vang akan digunakan dalam rnembangtrn teori. vaiabel meruiuk pada
karakteristik atau atribut seorang ir,ai riau atau suatu organisasi yang dapat diukur atau
diobservasi (Creswell, 2007 a).Variabel biasanya berv-ariasi dalam dua atau lebih kategori
atau dalam continuum skor.Variabel dapat diukur atau dinilai berdasarkan satu skala. Ahli
psikologi lebih suka.menggunakan istilah konstruk (ketimbang variabel), yang memiliki
konotasi gagasan yang.lebih abstrak ketimbang istilah yang didefinisikan justru spesifik.
Namun demikian, ilmuwan sosial biasanya menggunakan istilah aariabel,yang iuga akan
digur'akan dalam buku inisecara pemranen. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian
biasanya meliputi gender, umur, status sosial-ekonomi (SSE)' dan sikap-sikap atau, perilaku-
perilaku tertentu, seperti rasisrme control sosial, kekuatan politis, atau kepemimpinan' Ada
sejumlah buku yang menjelaskan secara rinci tentang jenis-jenis variabel dan skala
pengukurannya (seperti,Isaac & Michael 1981; Keppel, 1991; Kerlinger, 1979 ; Thotndike,
1997). Variabel-variabel dibedakan berdasarkan dua karakteristik: susunan temporal dan
pengukurannya (atau observasi).
Susunan temporal (temporal order) berarti bahwa, satu variabel mendahului variabel
lain dalam satu waktu. Karena susunan waktu inilah maka sering dikatakan bahwa satu
variabel dapat berpengaruh pada variabel iain meskipun Pernyataan yang lebih akurat adalah
satu variabel mungkin saja memengaruhi variabel lain. Ketika melakukanpenelitian dalam
setting dan terhadap manusia tertentu, peneliti tidak bisa secara mutlak membuktikan adanya
penyebab dan pengaruh (Rosenthal & Rosnow, L991), apalagi iknuwan social saat ini sering
mengatakan bahwa ada penyebab yang mungkin (probable causation). Temporal order
berarltbahlva peneliti kuantitatif belpikir tentang variabel-variabel dalam satu sustrnan
(order) "dari kiri ke kanan,, (Punch,2005), dan menyusun variabel-variabel tersebut dalarn
rumusan masalah dan fujuan penelitian, serta memvisualisasikan model-model variabel iiu ke
cialam penyajian kiri-kanan atau penyebab-dan-pengaruh. Untuk itulah:
 Vaiabel-aniabel bebas (independcnt aariables) merupakan variabel-variabel yang
(mungkin) menyebabkan, mernengaruhi, atau berefek pada outcome .Yariabel-variabel
ini juga dikenal dengan istilah variabel-variabel treatmant, manipulated, atecedent, atau
predictor.

67
 Variabel-aariabel.terikat (dependent variables merupakan variabel-variabel yang
bergantung pada variabel-variabel bebas. Variabel-variabel terikat ini merupakan
outcome atau hasil dari pengaruh variabel-variabel bebas. Istilah lain untuk variabel
terikat adalah variabel criterion, outcome, dan effect.
 Variabel intervening ataumediatingberadadi antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel ini memediasi pengaruh-pengaruh vaariabel bebas terhadap variabel terikat.
Misalnya, jika siswa dapat melakukan fesf metode penelitian dengan baik (variabel
terikat), hal ini mungkin disebabkan (a) persiapan mereka dalam penelitian (variabel
bebas) dan/atau (b) usaha mereka dalam menyusun gagasan penelitian ke dalam
kerangka kerja (variabel intervening) yang juga turut memengaruhi performa mereka
dalam test tersebut. Seperti yang terlihat bahwa variabel mediating ini, yakni usaha
menyusun penelitian, berada di antara variabel bebas dan variabel terikat.
 Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti
dengan cara rnengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk
mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X sikap = kualitas hidup), Variabel-
variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen.
 Dua jenis variabel lain adalah variabel control dan variabel confounding. Variabel
control memainkan peran penting dalam penelitian kuantitatif. variabel ini merupakan
variabel bebas jenis khusus karena variabel ini secara potmsial juga dapat memengaruhi
variabel terikat. peneliti menggunakan prosedur-prosedur statistik (seperti analisis
covariance) untuk mengontrol variabel-variabel ini. variabel tersebut bisa saja
merupakan variabel demografis atau persbnal (seperti umur atau gender) yang memang
perlu dikontrol sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variaber terikat benar-ben.r
dapat diidentifikasi. Jenis variabel lain, variabel confounding (atau spurious), sebenarnya
tidak diukur atau diobservasi dalam penelitian. Vuriabel ini meman ada, tetapi
pengaruhnya tidak dapat dilacak secara langsung. Peneliti mernberikan komentar tentang
pengaruh variabel confounding setelaah penelitiannya selesai karena variabel-variabel
ini dapat beroperasi untuk menjelaskan relasi antara variabel bebas dan variabel
terikat,tetapi variabel ini tidak atau tidak bisa dinilai (misalnya, sikap-sikap
diskriminatif).

Dalam penelitian kuantitatif, vadabel-variabel saling dihubung kan untuk menjawab


rumusan masalah (seperti,"Bagaimana harga diri mempengaruhi hubungan pertemanan di

68
antara anak-anak remaja?") atau untuk memuat prediksi tentang hasil apakah yang ingin
diharapkan. Prediksi-prediksi sering kali dikenal dengan istilah hipotesis (seperti, "Harga
diri yang positif dapat rneningkatkan hubungan pertemanan di antara anak-anak remaja")'

Definisi Teori
Dengan berbekal pemahaman tentang variabel' kita dapat melanjutkan pembahasan
tentang Penggunaan teori kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, ada beberapa preseden
historis untuk memandang teori sebagai prediksi atau penjelasan saintifik (lihat G.Thomas,
1997, mengenai cara-cara mengkonseptualisasikan teori dan bagaimana teori dapat
mempersempit ruang lingkup penelitian), Misalnya, definisi Kerlinger tentang teori masih
berlaku hingga saat ini, Dia berpendapat bahwa teori merupakan seperangkat konstruk
(variabel-variabel), definisi-definisi, dan proposisi-proposisi yang saling berhubungan yang
mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan
antar variabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah” (hlm.64).
Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat konstruk (atau variabel) yang
saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci
hubungan antar variabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Suatu teori
dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori
biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.
Labovitz dan Hagedorn (1971) menambah definisi teori ini dengan gagasan tentang
theoretical rationale, yang dimaknai sebagai "usaha mengetahui bagaimana dan mengapa
variabel-variabel dan pernyataan-Pernyataan relasional saling berhubungan satu sama lain"
(hlm. 17). Mengapa variabel bebas, X, berpengaruh atau berefek pada variabel terikat, Y?
Dalam hal ini, teori akan menyediakan penjelasan atas ekspektasi atau prediksi atas
keterhubungan ini. Pembahasan mengenai teori biasanya muncul di bagian tinjauan pustaka
atau di bagian khusus, seperti landasan teori, logika teoretis, atau perspektif teoretis,
meskipun saya lebih suka dengan istilah perspektif teoretis karena istilah ini lebih banyak
digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalarn proposal penelitian, utamanya
dalam makalah yang disajikan di seminar American Educational Research Association –
Metafora pelangi (metaphor of a rainbow) mungkin dapat membantu kita
memvisualisasikan bagaimana Suatu teori beroperasi. Dalam hal ini, pelangi mrnjembotani
variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian. Pelangi ini mengikat secara bersarrra
variabel-variabel tersebut dan menyediakan penjelasan yang memadai tentang bagaimana
dan mengapri seseorang harus berharap pada variabel t'rebas untuk menjeiaskan atau

69
memprediksikan variabel terikat. Teori-teori berkembang ketika peneliti tengah rnenguji
suatu prediksi secara terus-menerus.
Berikut ini saya tunjukkan bagaimana suatu teori ini berkembang dalam penelitian.
Misalnya, peneliti mengombinasikan variabel-variabel bebas, mediating, dan terikat
berdasarkan ukurannya yang berbeda-beda dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan
masalah ini memberikan informasi tentang jenis hubungan antarvariabel (apakah
positif,negatif,atau tidak diketahui) dan magnitudenya (apakah kuat atau lemah). Dengan
memasukkan informasi ini ke dalam pernyataan prediktif (hipotesis), peneliti bisa menulis,
semakin kuat sentralitas kekuasaan dalam diri pemimpin, semakin besar disanfranchisemant
dalam diri pengikutnya." Ketika peneliti menguji hipotesis hipotesis seperti ini dalam setting
yang berbeda-beda dan dengan populasi yang berbeda-beda pula (seperti Pramuka, gereja
Presbyterian, Rotary CIub, dan siswa-siswa SMA) maka teori pun akan rnuncul, dan ia bisa
memberinya nama (seperti, teori atribusi). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori
muncul dan berkembang sebagai penjelasan atas suahl pengetahuan dalam bidang-bidang
tertentu (Thomas, 1997).
Selain itu, teori iuga memiliki jangkauan yang berbeda-beda, Neuman (2000)
membagi teori dalam tiga level: level-mikro,level-meso, dan level-rnakro. Teori level-mikro
mernberikan penjelasan yang hanya terbatas pada waktu, ruang dan jurnlah tertentu" seperti
teori Goffman tentang gerak wajah (face work) yang menjelaskan bagaimana orang berinter
aksi face to face ketika berada dalam ritual-ritual keagaman. Teori level-meso
menghubungkan teori level-mikro dan teori level-makro. Teori ini pada umumnya meliputi
teori tentang organisasi, pergerakan sosial, atau komunitas, seperti teorinya Collin tentang
kontrol dalam organisasi. Teori level-makro menjelaskan agregat-agregat yarig lebih luas,
seperti institusi sosial, sistern berdaya, dan masyarakat luas. Teorinya Lenski tentang
stratifikasi sosial, misalnya, menjelaskan bagaimana surplus suatu masyarakat dapat
meningkat seiring dengan perkembangan masyarakat tersebut.
Teori-teori bisa saja muncul daiamberbagai disiplin ilmu sosial, seperti psikologi,
sosiologi, antropologi, pendidikan, dan ekonomi, serta dalam subbidang-subbidang lain.
Teori-teori ini tentu saja dapat diakses, misalnya, dengan mencarinya dalam database-
database literatur (seperti, Psychological Abstracts, Sociological Abstracts) atau mereview
petunjuk-petunjuk dalam literatur yang memb ahas teori-teori tersebut (misatnya, lihat
Webb, Beals, & White, L986).

70
Bentuk-Bentuk Teori

Dalam proposal peneli tian, peneliti menegaskan teorinya dalambeberapa bentuk,


seperti hipotesis, pernyataan logika "jika-maka", atau benfuk visual. Pertama,peneliti
menegaskan teori dalam bentukhipotesis-hipotesis yang saling berhubungan. Contoh,
Hopkins (1964)menegaskan teorinya tentang ?roses-Prosespenganh dalam 15 hipotesis.
Sebagian hipotesis ini dapat dilihat sebagai berikut (hipotesis-hipotesis ini sudah dimodifikasi
dengan menghilangkan pronornina-pronomina yang me3ujuk pada gender tertentu):

1. Semakin tinggi pangkat seseorang, semakin kuat sentralitasnya.


2. Semakin kuat sentralitas seseorang, semakinbesar observabilitasnya.
3. Semakin tinggi pangkat seseorang, semakinbesar observabilitasnya,
4. Semakin kuat sentralitas seseorang, semakin besar konformitasnya.
5. Semakin tinggi pangkat seseorang,semakin besar konformitasnya,
6. Semakin besar observabilitas seseorang, semakin besar konforrnitasnya.
7. Semakin besar konformitas seseorang, semakin besar observabilitasnya (htm. 51).

Kedua, peneliti menyatakan teori dalam bentuk pemyataan “Jika-maka" yang


menunjukkan mengapa seseorang harus berharap variabel bebas dapat mempengaruhi
variabel terikat. Misalnya, Homans (1950) menjelaskan teori tentang internksi:
Jika frekuensi interaksi antara dua atau lebih individu meningkat, tingkat kesukaan
antarkeduanya juga akan meningkat, dan seterusnya... Individu-individu yang
senitmentil dalam berinteraksi dengan individu-individu lain akan mengungkapkan
perasaan sentimennya dalam aktivitas-aktivitas yang sering kali melampaui aktivitas-
aktivitas sistem eksternal, dan alctivitas-aktivitas ini bisa saja sernakin memperkuat
perasaan sentimen tersebut' Semakin sering individu berinteraksi dlngan individu lain,
aktivitas-aktivitas dan sentimen-sentimen mereka, dalam beberapa keadaan, akan
semakin mirip (hlm 112,118,120).

Ketiga,peneliti dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk ini penting untuk
meneterjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual. Blalock (1969, 1985, 1991)
rnenampilkan causal modeling dengan membentuk teori-teori verbal menjadi model-model
kausal sehingga pembaca dapat menvisualisasi hubungan antarvariabel. Ada dua contoh
sederhana yang dapat disajikan di sini. Seperti yang tampak pada Gambar 3.1, tiga variabel

71
bebas mempengaruhi satu variabel terikat, yang juga dimediasi oleh pengaruh dari dua
variabel intervening. Diagram semacam ini menunjukkan adanya rangkaian kausalitas antar
variabel yang menuntun modeling melewati suatu analisis dart analisis-analisis lain yang
lebih rumit dengan menggunakan sistem pengalian antarvariabel, seperti yang terdapat
dalam model ekuasi siruktural (lihat Kline ,1998). Pada level preliminer, Duncan (1985)
memberikan saran penting untuk membuat diagrarn-diagram kausal seperti ini:
 Posisikan variabel-variabel bebas di bagian kanan diagram dan variabel-variabel terikat di
bagian kiri.
 Gunakan anak panah satu-arah yang menuntun setiap variabel utama (variabei bebas)
menuju variabel-variabel lain (variabel terikat dan variabel futercating / control)yang
bergantung padanya.
 Tunjukkan kekuatan hubungan antarvariabel dengan menyisipkan simbol-sirnbol valensi
dalam setiap anak panah.
 Gunakan valensi positif atau negatif untuk mempostulasi atau menyimpulkan hubungan-
hubungan antarvariabel.
 Gunakan anak panah two-headed yangterhubung satu sama lain untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dianalisis diantara variabel-variabel yang tidak terkait dengan
hubungan-hubungan lain.

X1
+

Y1
X2 + +

+ + Z1
Y2 Variabel-variabel
- Variabel-variabel Bebas
X3 Intevening

Variabel-variabel
Terikat

Gambar 3.1 Tiga Variabel Bebas Memengaruhi Satu Variabel Terikat Yang Dimensiasi Oleh
Dua Variabel Intervening.

72
Diagram klausal yang lebih rumit dapat dibuat dengan notasi-notasi tambahan. Contoh
diatas merupakan contoh dasar yang mengunakan variabel-variabel yang terbatas, seperti
yang sering terdapat dalam penelitian metode survei.
Variasi atas model diatas bisa dilakukan dengan menambahkan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen segala variabel-variabel yang dikomparasikan berdasarkan
pengaruhnya terhadap hasil akhir (variabel terikat). Seperti yang tanpak pada gambar 3.2, dua
kelompok dalam variabel X dikomparasikan berdasarkan pengaruh terhadap Y, variabel
terikat. Rancangan seperti ini sering diterapkan untuk penelitian eksperimen antar kelompok
(lihat Bab 8). Mengenai aturan-aturan notasi, sama seperti yang dijelaskan pada contoh
sebelumnya.
Saya mwenunjukkan dua contoh ini hanya untuk memperkenalkan kemungkinan-
kemungkinan menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat agar teori yang dapat
terpakai dapat terbangun secara utuh. Ada juga model-model yang lebih rumit, biasanya
dengan mengunakan sistem pengalian antara variabel bebas dan variabel terikat dalam bentuk
model kausal yang sangat rinci (blalock, 1969, 1985).

Variabel X
Kelompok Eksperimen

Y1

Variabel Y
Kelompok Kontrol

Gambar 3.2 Dua Kelompok (Variabel X) Dengan Treatmen Yang Berbeda-Beda


Dikomparasikan Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Y

Misalnya, Jungnikel (1990), dalam proposal disertasinya tentang produktivitas


penelitian antar guru disekolah-sekolah farmasi, menyajikan contoh visual yang kompoleks,
seperti yang tanpak pada Gambar 3.3 Jungnikel mempertanyakan faktor-faktor apa saja yang
memengaruhi performa penelitian akademik penelitian disekolah-sekolah farmasi. Setelah
mengidentifikasi faktor-faktor ini dalam literatur-literatur yang ada, dia menyesuaikan
dengan kerangka teoretis yang terdapat dalam penelitian-penelitian keperawatan (Megel,
Langston, Creswell, 1988), lalu membuat model visual yang melukiskan hubungan antar
faktor-faktor ini, dengan aturan-aturan model visual seperti yang baru saja diperkenalkan.

73
Jungnickel memerinci variabel-variabel bebas di bagian kiri, variabel-variabel intervening di
bagian tengah, dan variabel-variabel terikat di bagian kanan. Arah pengaru membentang dari
kiri ke kanan dengan simnol panah, dan simbol plus dan minus. Untuk menunjukkan arah
hipotesis.

Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif.


Dalam penelitian kuantitatif, peneliti mengunakan teori secara deduktif dan
meletakkanya diawal proposal penelitian. Karena tujuanya adalah untuk menguji atau
memverifikasi suatu teoriketimbang mengembangkanya maka peneliti kuantitatif seyogianya
mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori tersebut, dan menyatakan
konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut berdasarkan hasil yang diperoleh.

Eksogen
(+/-)
Variabel-variabel Performa akademik:
Demografis Beban kerja non riset  Presentasi (non riset)
(+)  Presentasi (riset)
 Artikel-artikel Jurnal (Tidak
Standart-standart
diminta)
Ikatan Dinas (-) Tekanan untuk
melakukan penelitian  Artikel-artikel Jurnal
(Lenure Institusi)
(-) (+) (diminta/risert)
Jarak waktu (+)  Kontributor tulisan dibuku-buku
Pengangkatan (+) (+)  Buku-buku
jabatan Kolaborasi  Hibah pemerintah (disetujui)
(+)  Hibah pemerintah (didanai)
(-) Sumber daya  Hibah swasta
Pusat study
(-) Universitas (+) (+)  kontrak

(-) Dukungan & Rekan- (+)


rekan
Persepsi diri
Sebagai peneliti (+)
Dukungan dari kepala
sekolah
(+)
(-)
Training penelitian
sebelumnya

Pengangkatan (kepala
sekolah (+/-)
vs guru)

Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan penelitian yang nantinya berfungsi
mengorganisasi rumusan masalah dan hipotesis penelitian serta prosedur pengumpulan data.
Model berfikir deduktif yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif tanpak pada gambar 3.4
peneliti memverifikasi suatu teori dengan menguji rumusan masalah atau hipotesis-hiotesis

74
yang berasal dari teori ini. Hipotesis atau rumusan tersebut berisi variabel-variabel
(Konstruk-konstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu disesuaikan dengan
definisi-definisi yang terdapat dalam literatur. Dari sinilah, peneliti mengunakan suatu
instrumen penelitian untuk mengukur sikap-sikap atau perilaku-perilaku para partisipan.
Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-skor yang diperoleh dari instrumen ini
mengonfirmasi atau mengonfirmasi teori tersebut.Para hakikatnya, pendekatan deduktif yang
diterapkan dalam penelitian kuantitatif juga turut mempengaruhi peletakan teori di dalamnya
(lihat Tabel 3.1). Petunjuk umumnya adalah memperkenalkan teori diawal proposal
penelitian: dalam pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan
masalah (sebagai resionalisasi atas hubungan antar variabel), atau dalam bab/ subbab khusus.
Masing-masing penempatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Tips penelitian: Anda sebaiknya menulis teori pada bagian terpisah dalam proposal
penelitian sehingga pembaca dxapat mudah mengidentifikasi teori tersebut dari komponen-
komponen lain. Dengan meletakkan teori di bagian khusus, anda dapat memberikan
penjelasan yang memadai tentang teori tesebut, fungsinya, dan hubunganya dengan
penelitian.
Menulis Perspektif Teoretis kuantitatif
Berdasarkan opsi-opsi yang sudah disajikan sebelumnya, berikut ini saya akan
menunjukkan satu contoh penulisan persepektif

Peneliti menguji atau memverifikasi


suatu teori

Peneliti menguji hipotesis-hipotesis


atau rumusan masalah dari teori
tersebut

Peneliti mendefinisikan dan


mengoperasionalisasikan variabel-
variabel yang terbentuk dari teori
tersebut

Peneliti mengukur atau


mengobservasi variabel-variabel
dengan bantuan instrumen untuk
memperoleh skor-skor

Gambar 3.4 Pendekatan Deduktif dalam Penelitian Kualitatif

75
Teoretis dalam penelitian kuantitatif. Anggap saja, tugas anda saat ini adalah
mengidentifikasi suatu teori yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat.
1. Periksalah literatur-literatur yang kemungkinan membahas teori ini. Jika unit analisis
untuk variabel-variabel penelitian adalah seorang individu, periksalah dalam literatur
psikologi. Jika unit analisisnya adalah kelompok-kelopmok atau organisasi, lihatlah
dalam literatur sosiologi. Jika penelitianya hendak menguji individu-individu dan
kelompok-kelompok atau organisasi, lihatlah dalam literatur sosial-psikologi. Jika
penelitianya hendak menguji individu-individu dan kelompok-kelompok,
pertimbangkanlah literatur sosial-psikologi. Tentu saja, teori-teori dari disiplin lain
bisa saja berguna (misalnya, untuk meneliti isu ekonomi).
2. Periksa pula penelitian-penelitian lain yang membahas topik atau yang sangat
berkaitan dengan topik anda. Teori-teori apa ketimbang mengembangkanya maka
peneliti kuantitatif seyogianya mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji
teori tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut
berdasarkan hasil yang diperoleh. Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan
penelitian yang nantinya berfungsi mengorganisasi rumusan masalah dan hipotesis
penelitian serta prosedur pengumpulan data. Model berfikir deduktif yang diterapkan
dalam penelitian kuantitatif tanpak pada Gambar 3.4 peneliti memverifikasi suatu
teori yang menguji rumusan masalah atau hipotesis-hipotesis yang berasal dari teori
ini. Hipotesis atau rumusan masalah tersebut berisi variabel-variabel (konstruk-
konstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu disesuaikan dengan
definisi-definisi yang terdapat dalam literatur. Dari sinilah, peneliti mengunakan suatu
instrumen penelitian untuk mengukur sikap-sikap atau perilaku-perilaku para
partisipan. Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-skor yang diperoleh dari
instrumen ini untuk mengonfirmasi atau mendiskonfirmasi teori tersebut.
Pada hakikatnya, pendekatan deduktif yang bisa diterapkan dalam penelitian kualitatif
juga turut memengaruhi peletakan teori di dalamnya (lihat tabel 3.1). Petunjuk
umumnya adalah memperkenalkan teori diawal proposal penelitian: dalam
pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan masalah
(sebagai rasionalisasi atas hubungan antarvariabel), atau dalam bab/subbab khusus.
Masing-masing penempatan ini memiliki kelebihan dan kekuranganya tersendiri.

Tabel 3.1 Opsi-Opsi Penempatan Teori Dalam Penelitian Kualitatif.

Penempatan Kelebihan-kelebihan Kekurangan-kekurangan


Dalam pendahuluan Penempatan ini banyak Pembaca sulit untuk
ditemukan dalam artikel-artikel memisahkan landasan teori
jurnal; akan tanpak fimiliar bagi dari komponen-komponen lain
pembaca; lebih bersifat deduktif. dari proses penelitian
Dalam tinjauan pustaka Teori berasal dari literatur- Pembaca silit membedakan
literatur yang ada. Dengan teori dengan tinjauan pustaka
meletakkanya dalam tinjauan
pustaka, teori ini akan semakin
jelas dan tuntut sesuai dengan
literatur aslinya.

76
Setelah rumusan masalah Bagaimanapun juga, teori Peneliti bisa saja memasukkan
atau hipotesis peelitian merupakan penjelasan logis atau logika teoretis setelah rumusan
rumusan masalah atau hipotesis masalah atau hipotesis
penelitian karena teori dapat penelitian, tetapi ia akan
menerangkan bagaimana dan mengabaikan pembahasan
mengapa variabel-variabel saling detail tentang asal mula
berhubungan perkembangan dan penerapan
teori tersebut.
Dalam bagian (bab/subbab Penempatan ini dapat Pembahasan teori bisa saja
terpisah) memperjelas pembahasan berada terpisah dari
mengenai teori dari komponen-komponen lain,
pembahasan-pembahasan lain namun pembaca akan sulit
dalam penelitian. Penempatan untuk menghubungkanya
ini juga memungkinkan dengan komponen-komponen
pembaca untuk mengidentifikasi lain dalam penelitian.
dan memahami dengan baik
landasan teori untuk penelitian
tersebut.

Yang digunakan oleh para penelitianya? Batasilah jumlah teori dan cobalah
mengidentifikasi suatu teori yang dapat menjelaskan hipotesis inti atau rumusan
masalah utama.
3. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, buatlah rumusan masalah dengan metafor
pelangi agar dapat menjembatani variabel-variabel bebas dan variabel-variabel
terikat, seperti: mengapa variabel(-variabel) bebas mempengaruhi variabel (-variabel)
terikat?
4. Jelaskan teori anda dalam bagian khusus. Ikuti kalimat-kalimat berikut: “Teori yang
akan digunakan adalah.......... (nama teori). Teori ini dikembangkan oleh.........(sumber
atau pengembang teori) dan sudah banyak diterapkan dalam penelitian
mengenai.......(topik-topik penelitian yang menerapkan teori ini sebagai landasanya).
Teori ini menegaskan bahwa...... (proposisi-proposisi atau hipotesis-hipotesis dalam
teori tersebut). Diaplikasikan pada penelitian ini, teori tersebut diharapkan dapat
menjelaskan pengaruh variabel(-variabel) bebas...........( variabel-variabel bebas)
terhadap variabel(-variabel) terikat (variabel-variabel terikat) karena....... (penjelasan
yang didasarkan pada logika dari teori tersebut).”

Dengan demikian, topik-topik yang harus dimasukkan kedalam pembahasan mengenai


teori kuantitatif ini mencangkup antara lain: teori yang digunakan, hipotesis-hipotesis atau
proporsi-proporsi dari teori tersebut, informasi tentang aplikasi teori tersebut dalam
penelitian-penelitian sebelumnya, dan pernyataan yang mencerminkan bagaimana teori
tersebut berhubungan dengan penelitian yang diajukan. Contoh penulisan teori kuantitatif ini
dapat disimak dalam penelitian Crutchfiled (1986) berikut:

77
Contoh 3.1 Teori kuantitatif

Crutchfiled (1986) menulis disertai doktoralnya dengan judul Locus of Control,


Interpersonal Trust, And Scolarly produktifity. Dengan menyurvei para guru keperawatan, ia
hendak mengetahui apakah lokus kontrol dan keyakinan interpersonal dapat memengaruhi
tingkat produktifitas para guru. Dalam bab ini pendahuluan disertai ini terdapat salah satu
subbab yang berjudul “Perspektif teoritis”. Subbab ini mencangkup poin-poin berikut:
 Teori yang akan digunakan
 Hipotesis utama dari teori tersebut
 Informasi tentang siapa yang telah mengunakan teori tersebut
 Penyesuaian antara teori dan variabel-variabel penelitian dengan mengunakan bentuk
pernyataan logika “jika-maka”

Saya telah memberikan catatan-catatan tambahan dalam format italic untuk menandai
poin-point diatas.
Perspektif Teoritis
Untuk merumuskan perspektif teoritis dalam meneliti produktifitas akademi para guru,
teori belajar sosial (sosial learning theori) menyediakan proto tipe penting. Konsep tentang
perilaku berusaha “mendekati perilaku manusia berdasarkan hubungan
(timbal-balik) berkelanjutan antara faktor-faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan”
(Bandura, 1977:vi) (Disini, peneliti tengah mengidentifikasi teori tertentu).
Meskipun teori ini menyarankan agar diterapkan reirfoncemen seperti membentuk
prinsip-prinsip, teori belajar sosial tetap melihat peran reward sebagai sarana untuk
mengidentifikasi respon-respons terbaik dan sebagai motivasi intensif terhadap perilaku yang
diharapkan. Selain itu, prinsip-prinsip belajar dalam teori ini menekankan peran penting
proses-proses lain, seperti proses vicari ous, simbolic, dan self regulating (Bandura, 1997).
Teori belajar sosial tidak hanya membahas belajar dan pembelajaran, tetapi juga
berusaha mendeskripsikan bagaimana kompetensi sosial dan dan kompetensi personal
(sehingga disebut personalitas) dapat mengembangkan kondisi sosial yang kondusif untuk
proses belajar. Teori ini juga untuk menjabarkan teknik-teknik penilaian personalitas
(Mischel, 1968), dan modifikasi perilaku dalam setting klinis dan edukatif (Bandura, 1977;
Bowel dan Hilgart, 1981; Rotter 1954) (Disini, peneliti tengah mendeskripsikan teori belajar
sosial)
Sejauh ini prinsip-prinsip teori belajar sosial telah banyak diterapkan pada perilaku-perilaku
sosial seperti kompetifitas, agresifitas peran seks, tantanga, dan perilaku patologis (Bahdura
& Walters, 1963; Bandura 1977; Mishel, 1968; Miller & Dollard, 1941, Rotter 1954; Staats,
1975) (Disini peneliti tengah mendeskripsikan penerapan teori ).

78
Dengan menjelaska teori belajar sosial, rotter (1954) menunjukkan bahwa ada empat
tingkatan variabel yang harus dipertimbangkan: perilaku, ekspektasi, reinforcement, dan
situasi psikologis. Formula umum tentang perilaku dapat dinyatakan sebagai berikut: Potensi
munculnya perilaku dan situasi psikologistertentu merupakan pengaruh ekspektasi bahwa
perilaku tersebut nantinya akan menuntun para reiformence dan manfaat-manfaatnya dalam
dalam situasi psikologis tersebut (Rotter, 1975:57).
Ekspektasi dalam formula ini merujuk pada kepastian (atau kemungkinan) tertentu
bahwa hubungan kausatif umumnya muncul antara perilaku dan rewad konstruk dari
eksprestasi ini dapat didefinisikan sebagai lokus kontrol ekternal ketika seorang individu
percaya bahwa dalam dirinya mempengaruhi oleh hal-hal seperti keberuntungan, nasib atau
kekuatan-kekuatan lain. Kesadaran akan hubungan kausatif ini tentu saja bukanlah sikap yang
mutlak dan selalu muncul dalam setiap individu, melainkan yang berupa sikap yang berbeda-
beda dalam satu kontinum bergantung pada pengalaman-pengalaman individu tersebut dan
sebelumnya dan kompleksitas-kompleksitas situasional (Rotter: 1996).(Disini peneliti
menjelaskan variabel-variabel dalam teori) Karena penelitian ini menerapkan teori belajar
sosial maka empat tingkatan variabel yang diidentifikasi oleh Rotter (1954) diatas menjadi
bahan utama untuk memerinci poin-poin produktifitas akademik seperti berikut:
1. Produktifitas akademik merupakan perilaku atau aktifitas yang diharapkan.
2. Lokus kontrol merupakan ekspektansi umum bahwa reward dapat atau tidak dapat
bergantung pada perilaku-perilaku tertentu.
3. Reinforcement merupakan reward dan penghargaan atas kerja akademik
4. Institusi pendidikan merupakan situasi psikologis yang di dalam nya terdapat berbagai
reward atas produktivitas akademik

Dengan variabel-variabel diatas maka konsep umum tentang perilaku sebagaimana


yang sedang diformulasikan oleh Rotter (1975) akan diadaptasi sehingga menjadi seperti ini:
potensi munculnya perilaku akademi dalam institusi pendidikan merupakan pengaruh dari
ekspektasi bahwa perilaku tersebut nantinya akan menuntut pada reward-rewad tertentu dan
manfaat-manfaatnya dalam institusi pendidikan, yakni produktifitas para guru semakin
meningkat karena adanya para guru. Selain itu hubungan antara kepercayaan interpersonal
dan lokus control perlu dipertimbangkan dalam kaitanya dengan ekspektasi dengan kaitanya
reward melalui perilaku-perilaku yang direkomendasikan oleh Rotter dalam bukunya yang
lain (1967). Selanjutnya, karakteristik-karakteristik tertentu, seperti persiapan akademik,umur
kronologis, beasiswa doktoral, ikatan dinas atau kerja full-time, atau part-time, diasosiasikan

79
dengan produktifitas akademik keperawatan dalam satu cara yang sama dengan produktifitas
dengan disiplin-disiplin lain (disini peneliti tengah menerapkan konsep-konsep teoretis pada
penelitianya).
Untuk lebih jelasnya, pernyataan berikut akan merepresentasikan logika dasar
penelitian ini. Jika para guru percaya bahwa: a) usaha-usaha mereka melaksanakan kegiatan
akademik akan capai menuntutnya pada reward (lokus kontrol), b) Usaha-usaha mereka
sangat bergantung pula kesanggupan-kesanggupan mereka pribadi (kepercayaan
interpersonal), c) Reward atas aktifitas akademik sangat bermanfaat (manfaat reward), d)
Reward benar-benar ada dalam bidang atau institusi mereka (Seting Institusi) maka
produktifitas akademik mereka akan semakin meningkat (hlm. 12-16) (Disini, peneliti tengah
memberikan kesimpulan hipotesis dengan pernyataan logika “jika maka” untuk
menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat).

TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF

Variasi Penggunaan Teori Dalam Penelitian Kualitatif.


Para peneliti kualitatif menggunakan teori dalam penelitian untuk tujuan-tujuan yang
berbeda. Pertama,dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai penjelasan
atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori ini bisa jadi sempurna dengan adanya variabel-
variabel, konstruk-konstruk, dan hipotesis-hipotesispenelitian. Misalnya, para ahli etnografi
memanfaatkan tema-tema kultural atau “aspek-aspek kebudayaan” (Wolcott, 1999:113)
untuk dikaji dalam proyek penelitian mereka, seperti kontrol sosial, bahasa, stabilitas dan
perubahan, atau organisasi sosial, seperti kekerabatan atau keluarga (lihat pembahasan
Wolcott:1999 tentang sejumlah penelitian antropologi yang mengangkat topik-topik
kebudayaan). Tema-tema ini dapat memberikan serangkaian hipotesis siap pakai untuk diuji
dengan literatur-literatur yang ada. Meskipun para peneliti kualitatif tidak merujuk pada
tema-tema tersebut sebagai teori mereka, tema-tema ini umumnya menyediakan penjelasan
lengkap yang sering kali dimanfaatkan oleh antropolog untuk meneliti perilaku culture-
sharing dan tingkah laku manusia. Pendekatan ini sangat populer dalam penelitian ilmu
kesehatan kualitatif dimana peneliti biasanya mengawali penelitianya dengan model-model
teoretis, seperti adopsi dalam praktek-praktek kesehatan atau kualitas dalam orentasi
kehidupan umat manusia.

80
Kedua,para peneliti kualitatif sering kali mengunakan perspektif teoritis sebagai
panduan umum untuk meneliti gender, kelas, dan ras (atau isu-isu lain mengenai kelompok-
kelompok marginal). Perspektif ini biasanya digunakan dalam penelitian
advokasi/partisipatoris kualitatif atau dapat membantu peneliti untuk merancang rumusan
masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membentuk call for action and change
(panggilan untuk melakukan aksi dan perubahan). Penelitian kualitatif pada 1980-an
mengalami transformasi besar-besaran yang ditandai munculnya perspektif-perspektif teoretis
seperti ini sehingga memperluas ruang lingkup penelitian yang muncul sebelumnya.
Perspektif-perspektif teoretis ini menuntun peneliti pada isu-isu penting yang perlu diteliti
(seperti, perempuan, anak jalanan,dan kelompok-kelompok minoritas lain). Perspektif-
perspektif juga menunjukkan bagaimana peneliti harus memosisikan diri mereka dalam
penelitian kualitatif (seperti, berada diluar atau tidak condong pada konteks pribadi, kultural,
atau historis tertentu) dan bagaimana menulis laporan akhir (seperti, dengan tidak
memarjinalisasi lebih jauh individu-individu yang diteliti, atau dengan cara berbaur langsung
dengan mereka). Dalam penelitian etnografi kritis, peneliti memulai dengan satu teori yang
menjelaskan keseluruhan proses penelitian. Teori kausatif seperti ini bisa berupa teori
emansipasi atau represi (Thomas, 1993).
Beberapa perspektif teoritis yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut (Creswell, 2007):
 Perspektif feminis mengugat kaum wanita saat ini yang ditindas dengan sewenang-
wenang dan institusi yang turut membentuk kondisi tersebut. Topik-topik penelitian
bisa mencangkup isu-isu kebijakan yang berhubungan dengan realisasi keadilan sosial
bagi kaum wanita dengan ranah-ranah tertentu atau pengetahuan tentang kondisi-
kondisi ketertindasan yang dialami oleh mereka (Ollesen, 2000).
 Wacana rasial memunculkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang tentang
kontruksi dan kontrol atas pengetahuan yang berbau ras, khususnya tentang orang-
orang dan komunitas-komunitas kulit berwarna (Ladson-Bilings, 2000)
 Perspektif teori kritis fokus pada pemberdayaan umat manusia agar dapat bebas dari
kungkunghan rasial, kelas, dan gender yang diletakkan pada mereka (Fay, 1987)
 Teori queer-begitulah istilah yang digunakan dalam literatur ini berfokus pada
individu-individu yang menanamkan pada dirinya sebagai kelompok lesbian, gay,
biseksual, atau trans gender. Penelitian-penalitian yang menerapkan perspektif teoritis
ini bukan berarti menjadikan individu-individu diatas sebagai objek mentah yang

81
dapat diperlakukan begitu saja, melainkan lebih berusaha mencari sisi-sisi kultural
dan politis apa yang membuat mereka terkucilkan dalam ranah sosial. Teori ini
bahkan menyuarakan kembali hak-hak dan pengalaman-pengalaman individu yang
tertindas (gamson, 2000)
 Studi ketidak mampuan berfokus pada makna inklusi dalam sekolah, yang melibatkan
para pengurus sekolah, guru dan orang tua yang memiliki anak-anak dengan ketidak
mampuan tetentu (Mertens, 1998).

Rossman dan Rallis (1998) mengartikan teori dalam penelitian kualitatif sebagai
perspektif pos modern dan kritis:
Menjelang abad XX, ilmu-ilmu sosial tradisional mulai dikritik dan dipertanyakan
oleh perspektif-perspektif pos modern dan kritis yang menantang asumsi-asumsi
objektif dan norma-norma tradisional dalam penelitian. Ada empat hal yang menjadi
fokus utama dalam kritik ini: a). Penelitian pada dasarnya melibatkan isu-isu
kekuasaan, b). Laporan penelitian tidak transparan dan netral, tetapi dikuasai oleh
individu-individu yang secara teoritis berorentasi pada ras, gender, merupakan aspek-
aspek penting dalam memahami pengalaman manusia dan d). Penelitian historis
tradisional telah membungkam kelompok-kelompok yang tertindas dan marginal
(hlm. 66)

Ketiga dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti
menerapkan proses penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu (lihat punch, 2005). Logika
pendekatan induktif ini dapat dilihat pada gambar 35.

82
Peneliti mengemukakan generalisasi-
generalisasi atau teori-teori dari
literatur-literatur dan pengalaman-
pengalaman pribadinya

Peneliti mencari pola umum,


generalisasi-generalisasi atau teori-teori
dari tema-tema atau kategori-kategori
yang dibuat

Peneliti menganalisis data berdasarkan


tema-tema dan kategori-kategori

Peneliti mengajukan pertanyaan-


pertanyaan terbuka pada partisipasi dan
merekam catatan-catatan lapangan

Peneliti mengumpulkan informasi


(misalnya, dari wawancara atau
observasi)

Gambar 3.5. Logika Induktif Dalam Penelitian Kualitatif

Peneliti memulai penelitianya dengan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin


dari para partisipan, lalu membentuk informasi ini menjadi pola-pola, teori-teori, atau
generalisasi-generalisasi untuk nantinya diperbandingkan dengan pengalaman-pengalaman
pribadi atau dengan literatur-literatur yang ada.
Usaha mengembangkan tema-tema dan kategori-kategori menjadi pola-pola, teori-
teori atau generalisasi-generalisasi ini menunjukkan bahwa penelitian kualitatif memiliki
point akhir yang berbeda-beda. Misalnya, dalam penelitian studi kasus, Stake (1995)
menyebut tuntutan (assertion) sebagai generalisasi proporsional (kesimpulan peneliti dari
hasil interpretasi dan klaim-klaimnya) dan generalisasi naturalistik (pengalaman-pengalaman
pribadi peneliti) (hlm. 86). Sebagai contoh lain, grounded theory memiliki poin akhir yang
berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti berharap dapat menemukan satu teori yang didasarkan
pada informasi dari para partisipan (Stauss dan Corbin, 1998). Bahkan, Lincoln dan Guba

83
(1985) menyebut pattern theory (teori pula) sebagai pemikiran-pemikiran awal yang terus
berkembang selama penelitian kualitatif ini justru merepresentasikan pemikiran-pemikiran
yang saling berhubungan atau bagian-bagian yang berhubung dengan keseluruhan.

Neuman (2000) memberikan informasi tambahan mengenai pattern theory ini:


Pattern theory tidak menemukan aspek penalaran deduktif. Sebaliknya, mirip dengan
teori kausatif, pattern theory justru berisi konsep-konsep dan relasi-relasi yang saling
berhubungan, namun teori ini tidak membutuhkan pernyataan kausatif. Malahan, teori
ini mengunakan metafora dan analogi-analogi agar relasi-relasi ini “memiliki arti.”
pattern theory merupakan sistem gagasan-gagasan. Konsep-konsep dan relasi-relasi di
dalamnya membentuk sejenis mutual-reinforcing dan sistem tertutup. Pattern theory
mengurutkan setiap tahapan atau menghubungkan bagian-bagian dengan keseluruhan
(hlm. 38)

Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak mengunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian
kualitatif dilakukan dengan observasi yang “benar-benar murni” dan (2) karena struktur
konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah memberikan
starting point bagi keseluruhan observasi (Schwandt, 1993). Bahkan, tidak sedikit orang
memandang penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki orientasi teori yang
eksplisit, seperti dalam penelitian fenomenologi, yang didalamnya peneliti berusaha untuk
membangun esensi pengalaman dari para partisipasi (lihat, misalnya, Riemen, 1986). Dalam
penelitian-penelitian semacam ini, peneliti hanya membuat sesuatu deskripsi yang kaya dan
rinci tentang fenomena tertentu.

Tips penelitian saya tentang pengunaan teori dalam penelitian kualitatif ini antara lain sebagai
berikut:
 Pastikan apakah teori tersebut dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif atau tidak.
 Jika bisa diterapkan, identifikasilah bagaimana teori tersebut akan dijabarkan dan
digunakan dalam penelitian anda; apakah sebagai penjelasan up-front, sebagai end
point penelitian, atau sebagai perspektif advokasi.
 Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian anda dibagian yang tepat, sesuai
dengan tujuan yang digunakanya teori tersebut.

84
Menempatkan Teori Dalam Penelitian Kualitatif
Bagaimana teori itu digunakan, akan turut memengaruhi penempatanya dalam sebuah
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif yang mengunakan tema kultural atau
perspektif teoretis, teori muncul diawal dan dapat dimodifikasi atau disesuaikan dengan
sedemikian rupa berdasarkan pandangan dari para partisipan. Akan tetapi, untuk sebagian
besar rancangan kualitatif yang berorientasi teori, seperti etnografi kritis, Lather (1986)
mengulifikasi pengunaan teori sebagai berikut:
Melakukan penelitian grounded theory secara empiris membutuhkan relasi timbal balik
antara data dan teori. Data harus diolah secara dialektik agar dapat menghasilkan proposisi-
proposisi baru yang memungkinkan munculnya kerangka teoretis, dengan tetap menjaga
kerangka tersebut secara ketat agar tidak tercampur-baur dengan data penelitian (hlm. 276)
Seperti yang tanpak pada contoh diatas, kami telah mengembangkan suatu model visual
yang menghubungkan variabel-variabel, merancang model ini secara induktif dari komentar-
komentar informan, dan meletakkan model tersebut di akhir penelitian, yang di dalamnya
proposisi utama dapat dibedakan dengan teori-teori dan literatur-literatur yang sudah ada.

Contoh 3.2 Teori di Bagian Awal Penelitian Kualitatif

Murguia, Padilla, dan Pavel (1991) meneliti 24 siswa yang berasal dari Spayol dan
Amerika Asli yang tergabung dalam suatu sistem sosial (dalam hal ini, universitas).
Mereka ingin mengetahui tentang bagaimana etnisitas memengaruhi integrasi sosial.
Mereka mengawalinya dengan menghubungkan pengalaman-pengalaman partisipan
dengan satu model teori, yaitu model Tinto tentang integrasi sosial. Mereka merasa
bahwa model ini telah "dikonseptualisasikan secara tidak utuh dan, sebagai
konsekuensinya, sering kali dipahami dan diukur dengan tidak tepat" (hlm. 433).
Untuk itulah, dalam penelitian mereka, model tersebut tidak diuji (seperti yang
sering ditemukan dalam proyek kuantitatif), tetapi hanya dimodifikasi (karena penelitian
mereka adalah penelitian kualitatif). Mereka mendaur-ulang model Tinto ini dan
menawarkan modifikasinya untuk mengilustrasikan bagaimana etnisitas itu berfungsi.
Karena penelitian kualitatif mereka menempatkan teori, pola, atau generalisasi sebagai
poin akhir (end point} maka modifikasi atas teori model Tinto tersebut dimunculkan di
akhir penelitian. Modtfikasi-teori ini berbentuk diagram logika, sebuah representasi
visual yang mengilustrasikan hubungan antarkonsep.

85
TEORI DALAM PENELITIAN METODE CAM! URAN
Teori dalam penelitian metode campuran dapat diterapkan secara deduktif (seperti dengan
pengujian atau verifikasi teori kuantitatif) atau secara induktif (seperti dengan pemunculan
teori atau pola kualitatif). Teori ilmu sosial atau ilmu kesehatan bisa saja digunakan sebagai
kerangka teoretis untuk diuji, baik dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain
untuk menerapkan teori dalam penelitian metode campuran adalah dengan menjadikan teori
sebagai perspektif teoretis untuk menuntun penelitian. Dalamhal ini, penelitian metode
campuran yang didasarkan pada teori gender, ras atau etnisitas, ketidakmampuan, orientasi
seksual, atau isu-isu lain maka penelitian tersebut sebaiknya menerapkan teori-teori ini di
bagian penelitian (Mertens, 2003).

Contoh 3.3 Teori di Bagian Akhir Penelitian Kualitatif

Dengan menggunakan database yang memuat sekitar 33 wawancara kami


bersama para ketua jurusan akademik, kami (Creswell & Brown, 1992) mengembangkan
suatu grounded theory yang menghubungkan variabel-variabel (atau kategori-kategori)
penelitian, yakni pengaruh para ketua jurusan terhadap performa dosen. Bab teori kami
munculkan di bagian akhir penelitian. Pada bagian ini, kami menggambarkan teori
tersebut secara induktif dalam bentuk isual berdasarkan kategori-kategori informasi
yang berasal dari para informan. Selain itu, kami juga menyertakan hipotesis-hipotesis
dari teori tersebut. Bahkan, pada bagian ini, kami juga membandingkan hasil survei dari
para partisipan dengan hasil survei dari penelitian-penelitian lain, sekaligus
membandingkan beragam spekulasi teoretis yang terdapat dalam literatur. Dalarn bab
tersebut, antara lain kami menyatakan:
Proposisi dan subproposisi-subproposisi dari teori ini ternyata menampiikan
sesuatu yang tidak biasa, bahkan kontras, dengan harapan kami. Bertentangan dengan
proposisi 2.1, kami berharap bahwa jenjang-jenjang karier akan sama, bukan dalam
jenis-jenis masalah, melainkan dalam jangkauan masalah-masalah tersebut. Kami justru
menemukan bahwa masalah yang dirasakan para dosen yang post-tenure hampir
mencakup keseluruhan masalah yang terdapat dalam daftar. Mengapa kebutuhan-
kebutuhan para dosen yang tenured justru lebih banyak dibanding para dosen yang non-
tenured? Padahal, salah satu literatur yang membahas tentang produktivitas penelitian
menegaskan bahwa performa penelitian seseorang tidak akan merosot hanya karena
ada penghargaan tenure (Holley, 1977). Barangkali, beragamnyatujuan-tujuan karier
para dosen yang post-tenure memperluas kemungkinan munculnya "jenis-jenis" masalah
tersebut. Dalam banyak hal, subproposisi ini justru menekankan pada kelompok karier
yang understudied, yang menurut Furniss (1981), mengharuskan kita untuk mengujinya
lebih rinci.
(Creswell & Brown, 1992: 58)

86
Secara historis, gagasan digunakannya landasan teoretis dalam penelitian metode
campuran sudah ditunjukkan pertama kali oleh Greene dan Caracelli pada 1997. Mereka
mengidentifikasi penerapan rancangan transformatif'untuk penelitian metode campuran.
Rancangan ini mengutamakan penelitian-penelitian yang berbasis pada nilai dan aksi, seperti
penelitian aksi partisipatoris (participatory action research) dan pendekatan pemberdayaan
(empowerment approach). Dalam rancangan ini, Greene dan Caracelli menawarkan
pencampur-an nilai-nilai dari tradisi-tradisi yang berbeda (seperti, bebas-bias dari kuantitatif
dan bermuatan-bias dari kualitatif), penerapan metode-metode yang berbeda, dan perhatian
pada solusi-solusi aksi. Banyak peneliti metode campuran yang sudah menerapkan gagasan
ini.
Tentang prosedur-prosedur penelitian metode campuran, Creswell, Piano Clark,
Gutmann, dan Hanson (2003) sudah menulis sebuah bab khusus yang menjelaskan hal
tersebut secara kompre-hensif. Mereka menjelaskan kemungkinan penelitian metode
campuran menerapkan perspektif-perspektif teoretis yang beragam, seperti gender, feminis;
kebudayaan/ras/etnik; gaya hidup; kritik; kelas dan status sosial. Perspektif-perspektif inilah
yang nantinya saling bertumpang tindih dalam penelitian metode campuran (lihat-Bab 10).
Mereka kemudian membuat model-model visual untuk mengilustrasikan bagaimana
perspektif-perspektif ini dapat menjadi panduan bagi penelitian metode campuran. Mertens
(2003) melanjutkan pembahasan ini. Sebagaimana diringkas dalam Kotak 3.1, dia
menegaskan pentingnya perspektif teoretis dalam penelitian metode carnpuran. Tidak hanya
itu, dalam menjelaskan paradigma transfor-rriatif-partisipators dan prosedur-prosedur khusus
metode campuran, dia menekankan pentingnya nilai-nilai dalam meneliti isu-isu feminis,
etnis/ras, dan isu-isu ketidakmampuan (disability issues). Teori transformatifnya Mertens ini
bisa menjadi gagasan umum bagi serrtua penelitian yang berbasis emansipatoris, anti-
diskriminasipartisipatif, Freirian, feminis, ras/etnis, dengan objek penelitian yaitu individu-
individu dengan ketidakmarnpuan-ketidakmampuan khusus dan kelompok-kelompok
marginal.
Mertens juga menjelaskan implikasi dasar diterapkannya teori-teori transformatif ini
dalam penelitian metode campuran. Para peneliti metode campuran yang menggunakan teori-
teori transformatif ini, menurut Mertens, perlu menggabungkan metodologi emansipatoris-
transformatif ke dalam semua tahap penelitiannva. Dengan membaca pertanyaan-pertanyaan
yang terdapat dalam Kotak 3.1, para peneliti akan menyadari pentingnya penelitian tentang
isu-isu diskriminisi dan tekanan, serta perlunya pengharga-an akan perbedaan di antara para
partisipan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan dalam Kotak 3.1 mengarahkan para peneliti

87
untuk respek dalam mengumpulkan dan mengomunikasikan data penelitian dan melaporkan
hasil penelitian sehingga dapat menuntun pada per-ubahan dalam proses dan relasi sosial.
Penelitian metode campuran di atas "menekankan dimensi-dimensi berbasis nilai dan
aksi dari dua tradisi penelitian yang berbeda" (Greene & Caracelli, 1997:24). Mereka
menggunakan perspek-tif teoretis untuk mengonfigurasi kembali bahasa dan percakapan
partisipan, lalu mereka mengemukakan pentingnya pemberdayaan dalam penelitian.
Langkah-langkah untuk menggunakan teori dalam proposal metode campuran ialah:
• Tentukan teori apa yang akan digunakan.
• Identifikasilah penerapan teori tersebut dalam hubungannya dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif.
• Jika teori digunakan sebagai strategi transformasional dalam penelitian, jelaskan strategi
tersebut dan bahaslah poin-poin intinya dalam penelitian yang diajukan, yang di
dalamnya gagasan-gagasan emansipatoris juga digunakan.

88
Kotak 3.1 Pertanyaan-Pertanyaan Emansipatoris-Transformatif untuk Penelitian-
Penelitian Metode Campuran selama proses Penelitian

Membatasi Masalah dan Mencari Literatur


• Apakah Anda sudah mencari dengan teliti literatur-literatur yang concern dengan
isu-isu diskriminasi dan penindasan?
• Apakah Anda sudah membatasi masalah penelitian, utamanya untuk komunitas yang
diteliti?
• Apakah Anda sudah benar-benar memanfaatkan waktu dengan komunitas-
komunitas ini? (seperti, membangun kepercayaan; menggunakan kerangka teoretis
ketimbang model tertentu yang terbatas; merrlbuat pertanyaan-pertanyaan positif
dan negatif yang seimbang? Membuat pertanyaan-pertanyaan yang menuntun pada
jawaban-jawaban transformatif, seperti pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan
pada persoalan otoritas dan relasi kekuasaan dalam institusi-institusi dan komunitas-
komunitas tertentu?).

Mengidentifikasi Rancangan Penelitian


• Apakah rancangan penelitian Anda sudah menerapkan treatment yang berbeda-
beda pada setiap kelompok dan menghormati pertimbangan-pertimbangan etis dari
para partisipan?

Mengidentifikasi Sumber-Sumber Data dan Memtlih Partisipan


• Apakah para partisipan benar-benar pernah mengalami —atau setidaknya berkaitan
dengan— diskriminasi dan penindasan?
• Apakah para partisipan sudah tepat dilabeli sebagai komunitas yang tertindas?
• Apakah proses penargetan populasi sudah memenuhi syarat-syarat pengharaan
akan perbedaan?
• Apa yang Anda lakukan pada sampel penelitian untuk mengetahui bahwa kelompok-
kelompok yang tertindas itu benar-benar terwakilkan dengan tepat dan akurat?

Mengidentifikasi atau Membuat Instrumen-Instrumen dan Metode-Metode


Pengumpulan Data
• Apakah proses pengumpulan data dan hasil penelitian akan menguntungkan
komunitas yang diteliti?

89
• Apakah temuan-temuan penelitian nantinya dapat dipercaya oleh komunitas
tersebut?
• Apakah komunikasi dengan komunitas tersebut akan berjalan efektif?
• Apakah proses pengumpulan data dapat membuka jaian bagi partisipan menuju
proses perubahan sosial?

Menganalisis, Menafsirkan, dan Melaporkan Hasil Penelitian


• Apakah hasif penelitian akan memunculkan hipotesis-hipotesis baru?
• Apakah penelitian ini juga akan meneliti subkelompok-subkelompok (seperti, analisis
multilevel) untuk mengetahui bahwa ada dampak yang berbeda terhadap setiap
kelompok?
• Apakah hasil penelitian akan membantu memahami dan memper-jelas relasi
kekuasaan?
• Apakah hasil penelitian akan mempermudah proses perubahan sosial?

Sumber: Diadaptasi seperlunya dari D.M. Mertens (2003), "Mixed Methods and the
Politics of Human Research: The Transformative-Emancipatory Perspective/'
dalam A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.), Handbook of Mixed Methods in the
Social & Behavioral Sciences. Diadaptasi atas izin penulis.

RINGKASAN
Teori diterapkan dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran untuk tujuan
yang berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan
penjelasan atau prediksi tentang relasi antarvariabel dalam penelitian. Peneliti kuantitatif
tentu membutuhkan landasan teoretis tentang variabel-variabel ini untuk membantunya
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori inilah yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa variabel-variabel itu berhubungan satu sama lain, berfungsi sebagai
jembatan antarvariabel. Ruang lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti
menyatakan teori mereka dalam beberapa bentuk, seperti dalambentuk hipotesis, pernyataan
logika "jika-maka," atau dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara
deduktif, peneliti menempatkannya di awal penelitian dalam tinjauan pustaka. Mereka juga
dapat memasukkan teori-teori itu dalam rumusan masalah atau hipotesis penelitian, atau
menempatkannya dalam bagian terpisah. Tentu saja, jika diletakkan di bagian terpisah,
peneliti perlu membuat tulisan agak panjang mengenai teori tersebut.

90
Contoh 3.4 Teori dalam Penelitian Metode Campuran Transformatif-Emansipatoris

Hopson, Lucas, dan Peterson (2000) meneliti isu-isu yang sering kali muncul
dalam masyarakat urban, yang didominast oleh penduduk Afrika Amerika yang
terjangkit HIV/AIDS. Dengan kerangka teori transformatif-emanstpatoris, mereka
meneliti bahasa para partisipan yang terjangkit HIV/AIDS dalam konteks sosial, Mereka
pertama-tama melakukan 75 wawancara etnografis terbuka untuk mengidentifikasi
"tema-tema bahasa" (him. 31), seperti celaan, kepemilikan, dan keber-terimaan dan
ketakberterimaan. Mereka juga melakukan 40 wawan¬cara semi-struktur untuk
mengidentifikasi demografi, rutinitas sehari-hari, penggunaan obat-obatan,
pengetahuan tentang bahaya HIV/ AIDS, narkoba, dan karakteristik-karakteristik
perilaku-sosio seksual. Dari data kualitatif ini, mereka menyaring kembali pertanyaan-
per-tanyaan follow-up (lanjutan) untuk digunakan sebagai instrumen posintervensi
kuantitatif. Mereka lalu menyatakan bahwa dalam metakukan penilaian (evaluasi),
sebaiknya diterapkan pendekatan pemberdayaan di mana peneliti secara aktif
mendengarkan pendapat dari para partisipan dan melaksanakan program-program yang
mereka inginkan

Sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif juga dapat


menerapkan teori sebagai penjelasan umurn, misal-nya dalam etnografi. Teori juga bisa
diterapkan sebagai perspektif teoretis untuk membantu peneliti memunculkan pertanyaan-
pertanyaan tentang gender, kelas, ras, dan sebagainya. Teori jugadapat diterapkan sebagai
poin akhir penelitian (end point), pola (pattern], atau generalisasi (generalization) yang secara
induktif berawal dari pengumpulan dan analisis data. Para peneliti kualitatif yang
menerapkan grounded theory, misalnya, berusaha menghasilkan suatu teori yang didasarkan
(grounded) pada pandangan-pandangan para partisipan, lalu memosisikannya sebagai
kesimpulan di akhir penelitian mereka. Meski demikian, ada juga beberapa penelitian
kualitatif yang tidak menyertakan teori yang eksplisit, hanya menyajikan penelitian deskriptif
tentang fenomena utama, seperti penelitian feno-menologi.
Para peneliti metode campuran dapat menerapkan teori secara deduktif (sebagaimana
dalam penelitian kuantitatif) ataupun secara induktif (sebagaimana dalam penelitian
kualitatif). Mereka juga dapat mengawalinya dengan menggunakan perspektif-perspektif
teoretis (misalnya, yang berhubungan dengan gender, gaya hidup, ras/etnis, dan kelas) dalam
penelitian metode campuran mereka. Misalnya, para peneliti metode campuran dapat

91
menerapkan pen-dekatan transformasional-emansipatoris yang menggabungkan perspektif-
perspektif di atas untuk meneliti isu utama. Bahkan, beberapa buku penelitian saat ini
(seperti, Mertens, 2003) sudah me-nyediakan prosedur-prosedur khusus bagaimana
memasukkan beragam perspektif tersebut ke dalam tahap-tahap penelitian.

Latihan Menulis
1. Berdasarkan contoh yang sudah disajikan dalam bab ini, buatlah tulisan
mengenai perspektif teoretis untuk rencana penelitian kuantitatif Anda!
Latihan Menulis

2. Setelah itu, buat juga model visual teori tersebut yang mengilustrasikan
hubungan antarvariabel dalam penelitian Anda! Ikutilah prosedur-prosedur
rancangan model kausatif yang sudah dijelaskan dalam bab ini!
3. Carilah artikel-artikel jurnal yang: (a) memodifikasi suatu teori yang muncul
sebelumnya; (b) berusaha mengembangkan suatu teori di akhir penelitian; dan
(c)menyajikan penjelasan deskriptif tanpa menggunakan teori yang eksplisit.
4. Carilah penelitian metode campuran yang menggunakan satu perspektif
teoretis, seperti perspektif feminis, etnis/ras, atau kelas. Identifikasilah secara
cermat bagaimana perspektif tersebut membentuk langkah-langkah dalam
proses penelitian itu! Gunakan Kotak 3.1 sebagai panduan identifikasi.

BACAAN TAMBAHAN

Flinders, D.J., & Mills, G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from The Field. New York: Teachers College Press, Teachers College,
Columbia University.

David Flinder dan Geoffrey Mills mengeditori sebuah buku yang membahas tentang
perspektif-perspektif yang berasal dari lapangan —"teori lapangan"— seperti yang sudah
sering dideskripsikan oleh para peneliti kualitatif. Bab-bab dalam buku ini mengilustrasikan
beberapa konsensus tentang bagaimana meryjelaskan suatu teori, dan teori seperti apa yang
dianggap buruk dan baik. Lebih jauh, buku ini juga menunjukkan bahwa teori bisa saja
beroperasi pada banyak level dalam penelitian kualitatif, seperti teori-teori formal, teori-teori
epistemologis, teori-teori metodologis, dan meta-teori. Berdasarkan keragaman inilah,
diperlukan usaha untuk mencari teori lapangan yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif.

92
Buku ini juga mengilustrasikan praktik dari kritisisme kritis, personal, formal, dan
edukasional.

Mertens, D.M. (2003). "Mixed Methods and The Politics of Human Research: The
Transformative-Emancipatory Perspective." dalam A. Tashakkori & C. Teddlie
(Ed.). Handbook of Mixed Methods in Social and Behavioral Research. Thousand
Oaks, CA: Sage. (him. 135-164).

Donna Mertens mengakui bahwa secara historis, metode penelitian pada awalnya
tidak terlibat dalam. isu-isu politik-kemanusiaan dan keadilan sosial. la juga menawarkan
paradigma transformatif-emansipatoris sebagai kerangka teoretis bagi penelitian metode
campuran karena paradigma ini digagas oleh para sarjana yang berasal dari kelompok
ras/etnis yang beragam, dari orane-orang yang memiliki ketidakmampuan-ketidakmampuan
khusus dan dari kaum feminis. Aspek yang berbeda dari tulisan Mertens ini terletak pada
bagaimana ia berusaha merangkaikan paradigma pemikiran transformatif-emansipatorisnya
dengan langkah-langkah dalam proses pelaksanaan penelitian metode campuran.

Thomas, G. (1997). "What's The Use of Theory?" dalam Harvard Educational Review. 67
(1). (him. 75-104).

Gary Thomas mengkritik penggunaan teori dalam penelitian edukatif, yang


menurutnya cenderung membatasi pemikiran. Dia mencatat beragam definisi tentang teori
dan memetakan empat fungsi teori, yaitu: (a) sebagai bahan pemikiran dan refleksi, (b)
sebagai hipotesis yang lebih sempit atau longgar, (c) sebagai penjelasan untuk menambah
pengetahuan dalam bidang yang berbeda, dan (d) sebagai pernyataan formal dalam ilmu
pengetahuan. Berangkat dari catatan-catatan ini, dia kemudian memunculkan satu tesis bahwa
teori tidak seharusnya menstrukturkan apalagi mengekang pemikiran. Sebalik-nya, teori-teori
ini harus berkembang secara terus-menerus dan menjadi ad hocery, sebagaimana dikatakan
Toffler.

93
Bab Empat

Strategi-strategi Menulis dan


Pertimbangan-Pertimbangan Etis

S
ebelum menulis proposal, peneliti perlu memiliki gagasan umum tentang struktur
penelitian yang akan sajikan, utamanya tentang 'format bagian-bagian dan outline
topik-topik di dalamnya. Struktur proposal ini akan berbeda tergantung pada apakah
proyek yang ditulis adalah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah kesadaran akan tulisan yang baik dan benar, yang akan turut
memastikan konsistenst dan keterbacaan proposal tersebut. Sepanjang penggarapan proposal,
peneliti juga perlu mematuhi aturan-aturan etis dan mengantisipasi masalah-masalah etis
yang sering kali muncul. Bab ini akan menjelaskan garis-garis besar susunan proposal
penelitian secara keseluruhan, praktik-praktik penulisan proposal agar mudah dibaca, dan
masalah-masalah etis yang harus dipertimbangkan saat proposal tersebut ditulis.

MENULIS PROPOSAL
Bagian-Bagian dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Untuk itulah, diperlukan sejenis outline atau draft meskipun
topik-topik ini akan bervariasi bergantung pada jenis proposal yang diajukan, apakah
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Dalam bab ini, saya menyajikan outline topik-
topik proposal, sejenis draf tentang bagian-bagian yang perlu dimasukkan dalam proposal
penelitian. Dalam bab-bab selanjutnva, saya akan menjelaskan bagian-bagian ini secara lebih
detail.
Yang jelas, secara keseluruhan, suatu proposal penelitian di-bentuk oleh beberapa
argumentasi utama. Maxwell (2005) menyebut sembilan argumentasi inti yang harus
diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Berikutini saya sajikan sembilan
argumentasi tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
1. Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
2. Apa yang sudah sedikit-banyak diketahui pembaca mengenuitopik Anda?

94
3. Apa yang Anda harapkan dari penelitian Anda?
4. Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
5. Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untukmenyajikan data?
6. Bagaimana Anda akan menganalisis data?
7. Bagaimana Anda akan menvalidasi penemuan-penemuanAnda?
8. Masalah-masalah etis apa saja yang akan Anda sajikan?
9. Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitianyang Anda ajukan
ini bermanfaat dan bisa diterapkan?
Sembilan pertanyaan ini, jika masing-masing disajikan secara tepat dalam satu bagian
proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses
penyusunan proposal secara keseluruhan. Yang menarik dari sembilan pertanyaan di atas
adalah disertakannya verifikasi penemuan, pertimbangan-pertimbangan etis, hasil-hasil
sementara, dan bukti manfaat atau tidaknya sebuah proposal. Komponen-komponen ini dapat
memfokuskan perhatian pembaca pada elemen-elemen kunci yang sering kali diabaikan
dalam proposal penelitian.

Format Proposal Kualitatif


Mengenai format proposal kualitatif, saya menawarkan dua model alternatif. Contoh
4.1 didasarkan pada perspektif konstruk-tivis/interpretivis, sedangkan Contoh 4.2 didasarkan
pada perspektif advokasi/partisipatoris.

Contoh 4.1 Format Konstruktivis/Interpret!vis Kualitatif

Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan
rnasalah tersebut dan pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah.
Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data,
Strategi-strategi menvalidasi hasil penelitian.
Susunan naratif penelitian.
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes
yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.

95
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan
dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional
saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa
dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya
juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim.
Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti
setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi
meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis)
kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu
advokasi/partisipatoris tertentu yaing akan dieksplorasi dalam penelitian (sepertimarginalisasi
dan pemberdayaan), berkolaborasi dengan para partisipan dalam pengumpulan data, dan
menyatakan perubahan-perubahan yang dapat ditawarkan oleh penelitian ini.

Contoh 4.2 Format Advokasi/Partisipatoris Kualitatif

Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya
penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.

Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan
data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data.
Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.

Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul.
Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.

Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan


anggaran yang diajukan.

96
Format Proposal Kuantitatif
Untuk penelitian kuantitatif, formatnya disesuaikan dengan bagian-bagian yang
biasanya terdapat dalam artikel-artikel jurnal kuantitatif. Format tersebut pada umumnya
terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil, dan pembahasan. Dalam
merencanakan penelitian kuantitatif atau proposal disertasi, pertimbangkanlah format berikut
ini sebagai panduan menulis (lihatContoh 4.3).
Contoh 4.3 merupakan format standar untuk penelitian ilmu sosial meskipun susunan
bagian-bagiannya, khususnya dalam pendahuluan, bisa jadi bermacam-macam antarmasing-
masing penelitian (lihat, misalnya, Miller, 1991; Rudestam & Newton, 2007). Contoh ini juga
sangat berguna bagi para peneliti yang ingin merancang bagian-bagian penelitian untuk
disertasi atau membuat kerangka topik-topik untuk penelitian-penelitian akademik yang lain.

Format Proposal Metode Campuran


Untuk proposal metode campuran, peneliti dapat menggabungkan format kuantitatif
dan kualitatif (lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Ilustrasi untuk format proposal metode
campuran ini dapat dilihat pada Contoh 4.4 (yang diadaptasi dari buku Creswell & Piano
Clark, 2007).
Format ini menunjukkan bahwa peneliti menerapkan komponen-komponen kuantitatif dan
kualitatif (khususnya, tujuan pe-nelitian dan rumusan masalah) sebagai komponen-komponen
Metode campuran. Untuk itu, sangat penting menjelaskan sejak awal alasan-alasan
diterapkannya pendekatan metode campuran dan mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari
rancangan ini, seperti metode campuran, gambaran visual prosedur-prosedurpenelitian secara
umum, dan prosedur-prosedur pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan kualitatif.

97
Contoh 4.3 Format Kuantitatif

Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan
pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis.
Rumusan masalah atau hipotesis.

Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian.
Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel, dan
materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.

Isu-isu etis yang mungkin muncul.


Hasil-hasil sementara.

Lampiran: instrumen, catatan waktu, dan anggaran yang diajukan.

Merancang Bagian-Bagian dalam Proposal Penelitian


Di sini, ada beberapa tips penelitian yang sering kali saya sampaikan kepada para
mahasiswa, terkait dengan bagaimana merancang struktur keseluruhan proposal penelitian.
Merinci terlebih dahulu bagian-bagian dalam rancangan proposal. Mengerjakan satu
bagian akan mendorong munculnya gagasan-gagasan baru ketika merancang bagian-
bagian proposal yang lain. Pertama-tama, buatlah satu draft atau outline bagian-bagian
proposal, lalu tulislah sesuatu dalam setiap bagian tersebut. Kemudian,saringlah kembali
ke bagian-bagian tersebut dengan mempertimbangkan secara lebih detail informasi-
informasi lain yang mungkin perlu dimasukkan ke dalam setiap bagian.

98
Contoh 4.4 Format Metode Campuran

Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalahtersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnyadan satu kekurangan yang
membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan untukmenutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.

Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannyametode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesiskuantitatif, rumusan
masalah kualitatif, rumusan masalah metodecampuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dantinjauan metode campuran}.

Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimanamenghadapi tantangan-
tantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut.
Referensi dan penyertaan diagram visual.
Pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dankualitatif.

Sumber-sumber dan skill-skill peneliti.


Isu-isu etis yang mungkin muncul.
Catatan waktu dalam menyelesaikan penelitian.
Referensi dan lampiran-lampiran, seperti instrumen penelitian,protokol penelitian, dan bentuk-
bentuk visual lain.

99
• Pelajari proposal-proposal dari mahasiswa lain yang juga dipandu oleh pembimbing
Anda dan perhatikan proposal-proposal tersebut dengan seksama. Gandakan proposal-
proposal yang me-nurut pembimbing Anda paling layak diajukan pada pihak perguruan
tinggi. Pelajari topik-topik yang dibahas dan susunan di dalamnya hingga ke tahap yang
lebih detail.
• Pastikan apakah program atau institusi Anda menawarkan sejenis kursus tentang
pembuatan proposal atau topik-topik lain yang sejenis. Kelas-kelas seperti ini sering kali
membantu Anda dalam menyusun proyek penelitian dan membantu pembaca memahami
dan merespons gagasan-gagasan dalam proposal tersebut.
• Mintalah pertimbangan dari pembimbing Anda tentang format proposal yang ia
harapkan. Jangan terlalu mengandalkan artikel jurnal sebagai panduan penyusunan.
Susunan bagian-bagian proposal yang terdapat dalam artikel-artikel jurnal bisa saja tidak
memberikan banyak informasi yang diinginkan oleh pembimbing atau pihak perguruan
tinggi.

Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang
baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya
mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi
yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose
(Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan
prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat
ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari
buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah
satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untukitu,
pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya
dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.

Menulis seperti Berpikir


Salah satu tanda penulis yang kurang berpengalaman adalah ia lebih suka
mendiskusikan penelitian yang diajukan ketimbang me-nulis tentangnya. Untuk mengatasi
masalah ini, saya merekomen-dasikan beberapa langkah berikut:
• Di awal proses penelitian, cobalah untuk benar-benar menulis gagasan-gagasan Anda,
dan bukan membicarakannya. Para penulis ahli me-mandang proses menulis layaknya

100
berpikir (Bailey, 1984). Zinsser (1983) membahas pentingnya mengekspresikan kata-kata
(gagas-an-gagasan) di kepala ke atas kertas. Pembimbing akan memberikan respons yang
lebih baik ketika mereka membaca gagasan-gagasan di atas kertas daripada ketika mereka
mendengar dan mendiskusikan topik penelitian dengan mahasiswa atau rekannya. Ketika
peneliti berusaha menuliskan gagasan-gagasannya di atas kertas, pembaca akan mampu
menvisualisasi hasil akhir-nya, lebih tepatnya melihat bagaimana hasil akhir itu tampak
ke permukaan, dan pada akhirnya pun juga mampu mengklarifikasi gagasan-gagasan di
dalamnya. Konsep tentang menulis gagasan-gagasan di atas kertas ini sudah banyak
membantu orang dalam merangkai tulisan yang baik. Sebelum merancang proposal,
buatlah draf ringkas sebanyak satu hingga dua halaman tentang proyek Anda dan biarkan
pembimbing Anda memberikan arahan atas penelitian yang Anda ajukan. Draf ini dapat
berisi sejumlah informasi penting: masalah penelitian yang akan dianalisis, tujuan
penelitian, rumusan masalah yang akan diajukan, sumber data, dan pentingnya proyek
tersebut bagi para pembaca. Selain itu, penting juga membuat draf untuk topik-topik yang
berbeda sebanyak satu sampai dua halaman, lalu melihat topik mana yang lebih disukai
pembimbing Anda dan memberikan kontribusi besar bagi bidang yang tengah Anda geluti
saat ini.
• Lebih baik menulis beberapa draf proposal ketimbang mencoba memoles drafpertama.
Setidak-tidaknya, cara ini akan membuat gagasan-gagasan di kepala Anda'segera
tercurahkan. Zinsser (1983) meng-identifikasi dua jenis penulis: "tukang batu"
(bricklayer), yang ber-usaha membuat satu paragraf yang benar-benar baik sebelum
beralih pada paragraf selanjutnya, dan penulis yang "membiarkan semuanya
menggelantung pada draf pertama", yang menulis draf pertama secara keseluruhan tanpa
peduli terlebih dahulu betapa buruknya draf tersebut. Yang berada di antara kedua jenis
ini adalah Peter Elbow (Elbow, 1973) yang lebih merekomendasikan agar seseorang
melewati proses literatif, yakni: mulai dari menulis, mereview, lalu menulis kembali.
Kata Elbow: jika Anda punya satu jam untuk membuat sebuah tulisan, lebih baik menulis
empat draf (masing-masing 15 menit) daripada menulis satu draf (yang harus dihabiskan
selama 15 menit). Peneliti yang berpengalaman akan menulis draf pertama dengan sangat
hati-hati tetapi ia tidak menulis draf yang benar-benar sudah dipoles: pemolesan ini
hanya akan membuat proses penulisan menjadi lamban.
• Jangan mengedit proposal Anda pada tahap-tahap awal. Lebih baik, Anda
mempertimbangkan model tiga-tahapnya Franklin (1986) yang saya pandang sangat
bermanfaat dalam membuat proposal awal dan penulisan penelitian akademik yang saya

101
lakukan selama ini:
1. Pertama-tama, buatlah sebuah outline; outline ini dapat berupa kalimat-kalimat atau
kata-kata, atau dapat berupa peta visual.
2. Tulislah satu draf utuh, lengkap dengan gagasan-gagasan pokoknya, lalu nyatakan
gagasan-gagasan tersebut dalam bentuk paragraf-paragraf.
3. Akhirnya, edit dan poleslah setiap kalimat yang sudah Anda tulis.

Kebiasaan Menulis
Cobalah untuk berdisiplin dan membiasakan diri menulis proposal secara reguler dan
terus-menerus. Merancang draf yang benar-benar utuh dalam satu waktu memang dapat
memberikan Anda perspektif awal ketika mereview hasil tulisan sebelum dilakukan
pengeditan yang sebenarnya, namun proses menulis yang tidak konsisten ini (sebentar-
sebentar berhenti, sebentar-sebentar memulai lagi) sering kali menghambat rampungnya
penulisan. Bahkan, cara seperti ini dapat mengubah seorang penulis yang awalnya memiliki
bakat menulis yang baik, menjadi seorang penulis mingguan, yaitu penulis yang hanya
memiliki waktu untuk mengerjakan penelitian-nya pada akhir-akhir pekan setelah semua
pekerjaan "penting" hariannya terselesaikan. Menulis proposal secara kontinu yang saya
maksudkan adalah menulis beberapa paragraf setiap hari atau se-tidak-tidaknya libatkan
pikiran kita setiap hari dalam proses berpikir, mengumpulkan informasi, dan mereview
beberapa hal yang sudah ditulis dalam proposal penelitian.
Pilihlah waktu-waktu khusus dalam satu hari untuk menggarap proyek penelitian Anda, lalu
cobalah untuk berdisiplin dalam menulis pada momen-momen itu setiap harinya. Pilihlah
tempat yang bebas dari gangguan. Boice (1990:77-78) menawarkan ide tentang bagaimana
Anda membangun kebiasaan menulis yang baik:
• Dengan prioritas yang sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika
siap maupun belum siap untuk menulis.
• Jika Anda merasa tidak memiliki waktu untuk menulis secara reguler, cobalah
memetakan aktivitas keseharian Anda dalam momen-momen setengah-jam-an selama
satu sampai dua minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat
menulis.
• Menulislah ketika Anda sedang fresh.
• Jangan menulis ketika Anda kekenyangan.
• Menulislah secara reguler meski hanya sebentar.
• Buatlah jadwal aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus

102
mengerjakan unit-unit tulisan tertentu dalam setiap sesi.
• Cobalah menaati kartu harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hal: (a) waktu yang
digunakan untuk menulis, (b) jumlahhalaman yang dapat diselesaikan, dan (c) perkiraan
kapan tugas dapat selesai secara keseluruhan.
• Rencanakan tujuan-tujuan harian Anda. ; .ni
• Diskusikan tulisan Anda dengan teman-teman yang suportif dan konstruktif sehingga
Anda merasa siap untuk go public.
• Cobalah menulis dua atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak
overload dengan satu proyek saja.
Yang juga penting diketahui, proses menulis itu berlangsung secara perlahan-lahan
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang selalu
menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan pikiran dan jari-jari
terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas menulis yang tidak tergesa-gesa,
seperti menulis sebuah surat kepada seorang teman, brainstorming di depan komputer,
membaca tulisan-tulisan di komputer, atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas
menulis lebih mudah. Saya teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42)
yang dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden Letters.
Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan membuat satu surat kepada
editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di sebuah notebook.
Ada banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan yang
deskriptif dan emotif:
• Deskripsikan suatu objek, lengkap dengan bagian-bagian dan dimensi-dimensinya, tanpa
terlebih dahulu menceritakan nama objek tersebut kepada pembaca.
• Tulislah sebuah percakapan dramatis di antara dua orang yang sekiranya dapat membuat
pembaca penasaran.
• Tulislah serangkaian petunjuk sederhana untuk tulisan-tulisan yang diperkirakan sangat
rumit untuk dimengerti.
• Carilah satu tema pokok, lalu tulislah dengan tiga cara yang ber-beda-beda (him. 113-
116).
• Latihan yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang menganalisis
data mereka dengan kode-kode dantema-tema yang beragam (lihat Bab 9 mengenai
analisis data kuali-tatif).

103
Selain itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen tersebut—
seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil, bahkan kopi dan
snack (Wolcott, 2001)— memberikan banyak opsi kepada Anda untuk dapat comfortable
ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie Dillard, seorang novelis pemenang
penghargaan Pulitzer, justru menghindari tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan, sehingga imajinasi dapat muncul
dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan ini tujuh tahun lalu, saya
mendorong meja panjang saya ke dinding kosong sehingga saya tidak dapat melihat
dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas tahun lalu, saya juga menulis di dekat
perapian di area parkir. Saya tak mau berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada
banyak pohon pinus yang tidak berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya
merasa bahwa pekerjaan di dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun
terselesaikan (Dillard, 1989:26-27).

Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
• Gunakan istilah-istilah yang konsisten di sepanjang proposal Anda. Pakailah istilah-
istilah yang sama setiap kali variabel disebutkan dalam penelitian kuantitatif atau
fenomena utama dalam penelitian kualitatif. Jangan menggunakan sinonim-sinonim dari
istilah-istilah tersebut. Hal ini hanya akan membuat pembaca bingung memahami makna
setiap gagasan dalam proposal penelitian Anda.
• Pertimbangkan pula seberapa naratif gaya pemikiran yang Anda terapkan agar pembaca
dapat memahami proposal Anda. Konsep ini pernah dikemukakan oleh Tarshis (1982)
yang merekomendasi-kan agar penulis membuat tahapan pemikiran untuk membim-bing
pembaca. Ada empat jenis gaya pemikiran yang bisa diper-timbangkan:
1. Umbrella thoughts —gagasan-gagasan umum atau inti yang disilangkan satu sama
lain.
2. Big thoughts —gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran tertentu yang berada
dalam ranah umbrella thought untuk memperkuat, mengklarifikasi, atau menjelaskan
umbrella thought.

104
3. Little thoughts —gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang fungsi utamanya
adalah memperkuat big thoughts.
4. Attention or interest thoughts —gagasan-gagasan yang tujuan-nya adalah
mengorganisasi pemikiran-pemikiran lain dan menjaga perhatian pembaca agar tetap
berada dalam satu jalur pemikiran/konsep tulisan.

Para peneliti pemula pada umumnya selalu berputar-putar dalam umbrella thought
dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang
sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasan-
gagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya
peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan
menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah
terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan
umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam
satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis
oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir
dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan
jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu
pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar
mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya
(Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian,
rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di
awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan
gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin
terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
• Terapkanlah koherensi untuk menambah keterbacaan naskah. Koherensi dalam tulisan
berarti bahwa gagasan-gagasan Anda terikat bersama dan mengalir secara logis dari satu
kalimat ke kalimat lain dan dari satu paragraf ke paragraf lain. Konsistensi nama-nama
variabel dalam judul, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka (yang
banyak muncul dalam proyek kuantitatif), misalnya, menggambarkan dengan jelas
bagaimana koherensi ini bekerja. Konsistensi ini akan turut mem-bangun koherensi dalam
penelitian. Begitu pula, menekankan urutan yang konsisten kapan pun variabel bebas dan
terikat disebutkan juga merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membangun

105
koherensi.
Pada level yang lebih detail, koherensi dapat dibangun dengan menghubungkan
kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap
kalimat ditulis secarabersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson
(1991)tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu
ke kalimat lain dan dari paragraf satu keparagraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini
diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang
membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah
menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan
latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di
setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah
tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara
koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat
transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan
satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk
menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasan-
gagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat
yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam
proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan
yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru
saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu
kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus
menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata
transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa
untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik
hook and eye.

106
Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan"
Setelah belajar bagaimana mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan paragraf-
paragraf, kini saatnya Anda belajar menulis kalimat-kalimat dan kata-kata. Persoalan tata
bahasa dan konstruksi kalimat sebenarnya sudah dijabarkan dalam Publication Manual
APA(2001), akan tetapi saya tetap menyertakan bagian ini untuk me-nyoroti beberapa
masalah tata bahasa yang sering kali saya lihat dalam proposal-proposal mahasiswa saya dan
tulisan-tulisan saya pribadi.
Dalam bagian ini, Anda tidak akan diajari untuk menulis dari tahap paling dasar
(seperti merangkai kalimat, menemukan gagasan, dan sebagainya), melainkan dari tahap —
meminjam istilah Franklin (1986)— memoles tulisan. Inilah tahap yang harus dilalui terakhir
kali dalam proses penulisan. Ada banyak buku yang membahas tentang bagaimana menulis
penelitian atau menulis kesusastraan dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus
diikuti terkait dengan konstruksi kalimat dan diksi yang tepat. Wolcott (2001), se-orang
peneliti etnografi, misalnya, berbicara tentang bagaimana mengasah kemampuan editing
dengan cara mengurangi kata-kata yang tidak perlu, menghilangkan kalimat pasif, mengukur
diksi, meminimalisir frasa-frasa yang sering diulang, dan mereduksi kutip-an-kutipan yang
berlebihan, kata-kata yang digaris miring (italic), dan pernyataan-pernyataan yang dikurawal.
Selain gagasan dari Wolcott di atas, gagasan saya tentang kalimat aktif, kata kerja, dan
"berlebih-lebihan" dalam bagian ini sebenarnya juga bisa Anda gunakan untuk menyegarkan
dan memperkuat tulisan akademik Anda selama ini.
• Untuk tulisan-tulisan akademik, gunakanlah kalimat aktif se-banyak mungkin (APA,
2001). Menurut penulis sastra, Ross-Larson (1982), "kalimat aktif jika subjeknya
melakukan tindakan. Kalimat pasif jika subjeknya dikenai tindakan" (him. 29). Jika harus
menggunakan konstruksi pasif, cobalah untuk menvariasi-kan auxiliary verb, seperti was.
Contoh-contohnya meliputi will be, have been, dan is being. Penulis dapat menggunakan
konstruksi pasif dengan variasi ini ketika subjek yang bertindak dapat secara logis
diletakkan di kiri kalimat dan ketika apa yang dilakukan subjek tersebut dapat diletakkan
sesudahnya (Ross-Larson, 1982). Misalnya, daripada konstruksi proposal yang diajukan
oleh peneliti, lebih baik menerapkan konstruksi proposal yang peneliti ajukan (penj.).

107
Halaman ini Sengaja
dikosongkan

Cek di buku

108
Halaman ini Sengaja
dikosongkan

Cek di buku

109
• Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang tulisan yang
disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba yang minim-aksi (is
atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia.
• Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan melaporkan
hasil penelitian. Padahal, yang seharus-nya diterapkan adalah future tense. Verba ini
setidak-tidaknya dapat mendukung semua waktu yang tersaji secara implisit dalam
proposal penelitian. Untuk penelitian-penelitian yang sudah di-lakukan, gunakanlah
present tense untuk menambah kesegaran dalam penelitian, khususnya di bagian
pendahuluan. Publication Manual APA (2001) hanya merekomendasikan past tense
(seperti, "Jones telah melaporkan") atau present perfect tense (seperti, "Peneliti baru saja
melaporkan") untuk tinjauan pustaka dan pro-sediir-prosedur yang berdasarkan pada
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, past tense untuk mendeskripsikan hasil penelitian
(seperti, "diketahui bahwa stres telah menurunkan harga diri"), dan present tense (seperti,
"penemuan kualitatif tersebut me-nunjukkan") untuk membahas hasil penelitian dan
menyajikan kesimpulan. Saya melihat semua ini bukanlah sebagai aturan yang rumit dan
berat, melainkan justru sebagai petunjuk yang sangat bermanfaat.
• Berusahalah mengedit dan merevisi draf-draf naskah Anda agar hal-hal yang sekiranya
terkesan "berlebihan" dapat terkurangi. "Sesuatu yang berlebihan" di sini merujuk pada
kata-kata yang tidak terlalu penting dalam menjelaskan makna suatu gagasan. Untuk
menghindari hal ini, para penulis sebaiknya membuat banyak draf untuk satu
naskah/tulisan. Proses ini biasanya me-liputi tindakan menulis, mereview, dan mengedit
tulisan. Dalam proses editing, kurangilah kata-kata yang berlebihan, seperti modi-fikasi-
modifikasi yang terlalu banyak, preposisi-preposisi yang terlalu sering muncul, dan
konstruksi "the-of" —misalnya, the study of— yang hanya akan menambah kata-kata
yang tidak terlalu penting (Ross-Larson, 1982). Saya jadi teringat dengan prosa lucu
yang ditulis oleh Bunge (1985):
Sekarang, Anda bisa melihat orang-orang pintar yang berusaha mem-buat kalimat
yang rumit. Seorang rekan yang saat ini menjadi staf administrasi universitas, setiap
harinya hampir selalu mengatakan kalimat yang rumit, yang sering kali dimulai
dengan kata-kata seperti ini, "Saya hanya akan bisa berharap bahwa kita akan bisa...."
Pada awalnya, dia tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu, tetapi di
umurnya yang sekarang, dengan pergaulan yang jauh dari krisis kehidupan anak-anak
muda, dia justru sangat sulit mengucapkan kalimat-kalimat yang mudah (Bunge,
1985:172).

110
Mulailah mempelajari bagaimana menulis penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran dengan baik. Salah satu ciri tulisan yang baik adalah mata dan pikiran ini
tidak akan terhenti dan ter-sendat tiba-tiba dalam sebuah kutipan atau kalimat tertentu.
Tulisan yang baik adalah tulisan yang ide-idenya mengalir hingga titik akhir. Dalam buku ini,
saya telah mencoba menggambarkan contoh tulisan-tulisan yang baik dari beberapa jurnal
ilmu sosial-humaniora, seperti American Journal of Sociology, Journal of Applied
Psychology, Administrative Science Quarterly, American Educational Research Journal,
Sociology of Education, dan Image: Journal of Nursing Scholarship. Dalam ranah kualitatif,
literatur yang baik akan menyajikan tulisan yang jelas dan kalimat-kalimat yang detail. Para
pengajar yang membimbing penelitian kualitatif setidak-tidaknya perlu menugaskan pada
maha-siswa untuk membaca buku-buku terkenal, seperti Moby Dick, The Scarlet Letter, dan
The Bonfire of the Vanities (Webb &; Glesne, 1992). Selain itu, Qualitative Inquiry,
Qualitative Research, Symbolic Interaction, Qualitative Family Research, dan Journal of
Contemporary Ethnography merupakan jurnal-jurnal akademik yang juga layak dipelajari.
Jika ingin melakukan penelitian dengan metode campuran, cobalah mempelajari jurnal-jurnal
yang melaporkan penelitian dengan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula
jurnal-jurnal ilmu sosial, seperti Journal of Mixed Methods Research, Field Methods, dan
Quality and Quantity. Baca pula artikel-artikel lain yang dikutip dalam Handboox of Mixed
Methods in the Social and Behavioral Sciences (Tashakkori & Teddlie, 2003).

MASALAH-MASALAH ETIS YANG PERLU DIANTISIPASI


Selain mengkonseptualisasi proses penulisan bagian-bagian proposal, peneliti juga
perlu mengantisipasi masalah-masalah etis yang bisa saja muncul dalam penelitian mereka
(Hesse-Bieber & Leavey, 2006). Untuk mengetahui masalah-masalah etis ini, peneliti perlu
terlibat langsung dalam pengumpulan data dari atau tentang orang lain (Punch, 2006). Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, menulis masalah-masalah etis seperti ini sangat
dibutuhkan, utamanya untuk membangun argumentasi dalam penelitian dan menetapkan satu
topik penting untuk format proposal. Peneliti juga harus mempro-teksi para partisipan
mereka; membangun kepercayaan (pada) mereka; berusaha jujur dalam penelitian; mencegah
kelalaian dan kecerobohan yang dapat mencemari nama baik organisasi atau insti-tusinya;
dan berupaya mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dengan sikap arif dan bijaksana
(Isreal & Hay, 2006). Pertanyaan-pertanyaan etis saat ini sudah mulai bermunculan, mulai
dari masalah-masalah seperti pembocoran rahasia individu, autentisitas dan kredibilitas

111
laporan penelitian, peran peneliti dalam konteks lintas-budaya, hingga masalah-masalah
privasi dari data-data internet (Isreal & Hay, 2006).
Dalam literatur, masalah-masalah etis biasanya dibahas di bagian kode-kode etik
profesi dan di bagian respons-respons mereka terhadap dilema-dilema etis serta solusi-
solusinya (Punch, 2005). Banyak organisasi nasional memublikasikan standar atau kode-kode
etik dalam website profesional mereka sesuai, dengan bidang yang mereka garap. Sebagai
contoh, lihatlah:
• "Ethical Principles of Psychologists and Code of Conduct," dalam www.apa.org/ethics,
tahun 2002.
• "The American Sociological Association Code of Ethics," dalam www.asanet.org, tahun
1997.
• "The American Anthropological Association's Code of Ethics," dalam www.aaanet.org,
Juni 1998.
• "The American Educational Research Association Ethical Standars of the American
Educational Research Association," dalam www.aera.net, tahun 2002.
• “The American Nurses Association Code of Ethics for Nurses Provisions,” dalam
www.ana.org, Juni 2001
• Praktik-praktik etis melibatkan lebih dari sekedar mengikuti seperangkat pedoman statis,
seperti pedoman-pedoman yang disajikan oleh organisasi-organisasi professional di atas.
Lebih dari itu, peneliti juga perlu mengantisipasi dan menyampaikan masalah-masalah
etis yang mungkin saja muncul dalam penelitian mereka (seperti, lihat Berg, 2001; Punch,
2005; dan Sieber, 1998). Masalah-masalah etis ini bisa saja muncul dalam penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, serta semua tahap dalam tiga penelitian
tersebut. Dalam bab-bab selanjutnya, saya sudah menjelaskan beberapa masalah etis
dalam banyak tahapan penelitian. Dengan menyajikan masalah-masalah ini, saya
berharap para peneliti dapat terdorong untuk lebih hati-hati merancang bagian-bagian
proposal mereka. Meskipun pembahasan dalam buku ini tidak secara komprehensif
mencakup semua masalah etis, setidaknya saya sudah menyajikan masalah-masalah etis
yang paling sering muncul. Masalah-masalah tersebut sering kali muncul ketika peneliti
tengah membatasi masalah penelitian (Bab 5); mengidentifikasi tujuan penelitian dan
rumusan masalah (Bab 6 dan 7); dan mengumpulkan, menganalisis, dan menulis data
penelitian (Bab 8,9, 10).

112
Masalah-masalah Etis dalam Masalah Penelitian.
Hesse-Biber dan Leavy (2006:86) mengajukan pertanyaan: “Bagaimana masalah-
masalah etis masuk kedalam bagian latar belakang masalah penelitian?” Dalam pendahuluan
proposal, peneliti mengidentifikasi satu masalah atau isu yang penting untuk diteliti dan
menyajikan rasionalisasi atas pentingnya penelitian tersebut. Selain itu peneliti juga perlu
mengidentifikasi satu masalah yang akan menguntungkan individu-individu yang akan
diteliti, satu masalah yang nantinya berguna bagi orang lain selain peneliti itu sendiri (Punch,
2005). Gagasan inti penelitian aksi/partisipatoris adalah: peneliti tidak boleh memarginalisasi
atau melemahkan partisipan-partisipan yang ditelitinya. Masalahnya, tidak jarang identifikasi
masalah penelitian justru semakin meminggirkan para partisipan yang diteliti. Untuk
mrncegah hal ini terjadi, peneliti terlebih dahulu harus membuat proyek-proyek utama agar
kepercayaan partisipan dapat terbangun sehingga peneliti dapat mendeteksi marginalisasi apa
saja yang tidak boleh dilakukan sebelum ia benar-benar menggarap penelitian.

Masalah-masalah Etis dalam Tujuan Penelitian dan Rumusan Masalah


Dalam merancang tujuan penelitian atau rumusan masalah, peneliti perlu menjelaskan
tujuan penelitian kepada para partisipan (Sarantakos,2005). Penipuan sering kali muncul
ketika partisipan memahami satu tujuan, tetapi penelitian memiliki tujuan lain yang berbeda.
Untuk mengatasi masalah ini, peneliti perlu menentukan sponsorship atas penelitian mereka.
Misalnya, dalam merancang surat-surat pendahuluan untuk penelitian survey, sponsorship
merupakan elemen penting yang dapat membangun kepercayaan dan kredibilitas instrument
survey yang disebarkan peneliti.

Masalah-masalah Etis dalam Pengumpulan Data


Selain mempersiapkan data apa saja akan dikumpulkan, peneliti juga perlu respek
terhadap para partisipan dan tempat-tempat yang akan diteliti. Banyak masalah etis muncul
selama tahap pengumpulan data.
Jangan membahayakan Partisipan, dan hargailah kelompok-kelompok yang rawan
kekerasan. Proposal openelitian yang diajukan sebaiknya sudah direview oleh Dewan
Peninjau Institusi/Instutional Review Board (IRB) atau lembaga-lembaga sejenis diperguruan
tinggi mereka. Komite IRB ini dibangun atas dasar peraturan pemrintah untuk mencagah
adanya kekerasan atau pelanggaran HAM. Bagi seorang peneliti, IRB dibutuhkan untuk
meninjau kemungkinan terjadinya resiko-resiko penelitian, seperti resiko fisik, psikologis,
sosial, ekonomi, atau hukum (Sieber,1998), yang mungkin saja muncul tiba-tiba. Selain itu,

113
peneliti juga mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan tertentu bagi komunitas yang rawan
kekerasan, seperti anak-anak kecil (di bawah umur 19 tahun), partisipan-partisipan yang
lemah mental, korban-korban kekerasan atau bencana, para napi, dan individu-individu yang
terserang AIDS. Penelti juga harus menyimpan proposal penelitian yang berisi prosedur-
prosedur dan informasi mengenai partisipan di komite IRB kampus mereka yang komite ini
dapat meninjau sejauh mana proposal proposal tersebut menjangkau subjek-subjek atau
partisipan-partisipan yang berada dalam resiko. Selain Proposal ini, peneliti juga harus
membuat formulir izin tertulis yang ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat
dalam penelitian. Formulir ini menjelaskan bahwa hak-hak partisipan akan dijaga selama
pengumpulan data. Elemen-elemen dalam formulir tersebut dapat meliputi beberapa
informasi sebagai berikut (Sarantakos, 2005):
 Informasi mengenai peneliti
 Informasi mengenai institusi yang mensponsori
 Informasi mengenai prosedur-prosedur pemilihan partisipan
 Informasi mengenai tujuan penelitian
 Informasi mengenai keuntungan-keuntungan bagi partisipan
 Informasi mengenai tingkatan dan jenis keterlibatan partisipan
 Natation of Risks bagi partisipan
 Jaminan kerahasiaan bagi partisipan
 Jaminan bahwa partisipan dapat mundur kapan saja
 Klausula nama-nama person yang dapat dihubungi jika ada pertanyaan

Salah satu masalah yang harus diantisipasi terkait dengan jaminan kerahasiaan adalah
bahwa beberapa partisipan bisa saja identitas mereka dirahasiakan. Jika demikian Ihwalnya,
peneliti sebaiknya meminta mereka untuk menjaga sendiri pendapat mereka dan
membebaskan mereka untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka juga harus
diberitahu mengenai resiko ketidakrahasiaan tersebut, seperti kemungkinan terbongkarnya
data dalam laporan akhir yang mungkin tidak mereka harapkan, informasi yang mungkin
melampaui batas hak-hak orang lain seharusnya disembunyikan, dan sebagainya (Giardano,
O’Reilly, Taylor, & Dogra, 2007).
 Selain, itu prosedur etis lain yang harus dipenuhi peneliti selama pengumpulan data
adalah persetujuan dari individu-individu yang berwenang (seperti, satpam) untuk
memberikan akses bagi para peneliti untuk melakukan penelitiannya. Prosedur seperti

114
ini seringkali mengharuskan penelti untuk menulis sebuah surat yang menjelaskan
jangka waktu penelitian, dampak potensial, dan hasil-hasil penelitian. Begitu pula,
pemerolehan data melalui interview atau survey elektronik juga harus disertai ijin dari
partisipan. Hal ini dilakukan, pertama-pertama dengan mengirimkan email
permohonan, baru kemudian melakukan survey dan wawancara.
 Peneliti juga harus respek pada lokasi-lokasi yang diteliti agar mereka tidak mendapat
gangguan setelah melakukan penelitian. Tugas ini mengharuskan peneliti, khususnya
dalam penelitian kualitatif, untuk terlibat dalam observasi atau wawancara
berkelanjutan di lokasi tersebut, sadar akan konsekuensinya, dan tidak boleh merusak
tatanan fisik lokasi itu. Misalnya, jika punya waktu berkunjung, peneliti juga bisa
“menyusup” ke dalam aktivitas-aktivitas partisipan. Jika tidak, peneliti harus meminta
izin terlebih dahulu. Apalagi, beberapa organisasi saat ini sudah memiliki aturan
tersendiri bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian agar tidak terjadi
perusakan di tempat mereka.
 Dalam penelitian-penelitian eksperimen, yang sering kali memperoleh keuntungan
dari penelitian hanyalah kelompok yang ditreatment (atau sering kali dengan dengan
kelompok eksperimen). Sedangkan kelompok control tidak mendapatkan apa-apa.
Untuk menghindari hal ini, peneliti perlu melakukan beberapa eksperimentasi bagi
semua kelompok dalam satu waktu atau secara bertahap sehingga kelompok-
kelompok ini bisa mengambil secara merata.
 Masalah etis juga muncul ketika tidak ada mutualitas antara peneliti dan partisipan.
Baik peneliti maupun partisipan seharusnya sama-sama dapat mengambil keuntungan
dari penelitian. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan disalah-
gunakan dan partisipan dipaksa untuk terlibat dalam proyek tersebut. Untuk itulah,
melibatkan para partisipan secara kolaboratif dalam penelitian mungkin dapat
memunculkan muatlitas tersebut. Penelitian-penelitian yang benar-benar kolaboratif,
seperti dalam beberapa penelitian kualitatif, dapat melibatkan partisipan sebagai co-
researcher dalam proses penelitian, seperti merancang penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data, menulis laporan penelitian , dan menyebarkan hasil penelitian
(Patton, 2002).
 Wawancara dalam penelitian kualitatif tampaknya sudah semakin banyak dipandang
sebagai penelitian moral (Kvale, 2007). Untuk itu, pewawancara harus memastikan
beberapa hal penting, seperti apakah wawancaranya dapat memperbaiki situasi manusia

115
(serta meningkatkan pengetahuan saintifik), seberapa sensitive interaksi wawancara pagi
partisipan, apakah partisipan pernah berkata tentang bagaimana statemen mereka harus
ditafsirkan, seberapa kritis pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan, dan apa saja
akibat-akibat yang akan diterima pewawancara dan partisipan dari hasil wawancara
tersebut.
 Peneliti juga perlu mengantisipasi kemungkinan informasi yang berbahaya dan intim
yang diungkapkan selama proses pengumpulan data. Sulit mengantisipasi dan
merencanakan dampak dari informasi ini selama atau setelah wawancara (Patton, 2002).
Misalnya, siswa bisa saja membicarakan pelecehan orang tuanya: atau para napi
berbicara tentang pelolosan dirinya dari penjara. Dalam situasi seperti ini, biasanya kode
etik bagi peneliti (yang bisa saja berbeda satu sama lain) dapat memproteksi privasi
partisipan-partisipan tersebut, dan tugas penelitian adalah menyampaikan proteksi ini
kepada semua partisipan yang juga terlibat dalam penelitian.

Masalah-masalah Etis dalam analisis dan Interpretasi Data


Ketika peneliti menganalisis dan menginterpretasi data kuantitatif ataupun kualitatif,
tidak jarang masalah-masalah muncul yang mengharuskan peneliti untuk membuat keputusan
etis yang tepat.
Dalam mengantisipasi masalah-masalah etis ini, mempertimbangkan beberapa hal berikut:
 Bagaimana peneliti memproteksi anonimitas individu-individu, peran-peran, dan
peristiwa-peristiwa yang diteliti dalam proyek penelitiannya? Misalnya, dalam
penelitian survey, peneliti tidak memasukkan nama-nama partisipan selama proses
coding dan perekaman. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan nama alias
atau nama samaran dari para partisipan atau tempat-tempat tertentu, untuk
memproteksi identitas mereka.
 Data, setelah dianalisis, harus dijaga selama dalam jangka waktu tertentu (misalnya,
Sieber, 1998, merekomendasikan jangka waktu 5-10 tahun). Setelah itu peneliti
sebaiknya membuang data tersebut agar tidak jatuh ke tangan peneliti-peneliti lain
yang ingin ,enyalahgunakannya.
 Pertanyaan tentang siapa yang memiliki data tersebut setelah proses pengumpulan dan
analisis data juga menjadi masalah yang sering kali memecah belah tim penelitian dan
membuat mereka bertengkar satu sama lain. Dalam hal ini, proposal peneliti
seharusnya juga mengidentifikasi masalah kepemilikan ini dan membahas bagaimana

116
solusinya, seperti melalui proses saling memahami antara antara peneliti, partisipan,
dan pihak fakultas (Punch, 2005). Berg (2001) merekomendasikan agar digunakan
persetujuan personal untuk menunjuk siapa pemilik pemilik data penelitian tersebut.
Hal ini dilakukan agar data dapat terjaga dari individu-individu yang tidak terlibat
dalam penelitian.
 Dalam interpretasi data, peneliti perlu memastikan bahwa informasi yang diperoleh
benar-benar akurat. Untuk mengetahui akurasi ini, dalam penelitian kuantitatif,
peneliti dapat bernegosiasi dan berinterogasi dengan para partisipan (berg, 2001).
Untuk penelitian kualitatif langkah tersebut dapat diterapkan dengan cara menerapkan
satu atau beberapa strategi validasi data bersama para partisipan atau dengan cara
membandingkan data tersebut dengan sumber-sumber data lain yang relevan (lihat
strategi-strategi validasi kualitatif pada Bab 9).

Masalah-Masalah Etis dalam Menulis dan Menyebarluaskan Hasil Penelitian


Masalah-masalah etis tidak berhenti dalam pengumpulan dan analisis data saja.
Masalah-masalah tersebut juga bisa terjadi dalam proses penulisan dan penyebaran laporan
penelitian final. Untuk mengantisipasinya, Anda bisa menerapkan beberapa langkah berikut:
 Jelaskan bagaimana penelitian Anda tidak akan menggunakan bahasa atau kata-kata yang
mengandung bias pada orang-orang tertentu, baik itu bias gender, orientasi social, ras,
etnis, ketidakmampuan, maupun usia. Publication Manual APA (2001) memberikan tiga
saran. Pertama, sajikan bahasa yang tidak bias pada tingkat spesifisitas yang sesuai
(seperti, daripada menulis “prilaku pelanggan tersebut biasanya adalah para lelaki, “
lebih baik menulis, “perilaku pelanggan tersebut……(jelaskan) ). Kedua, untuk
keperluan melabeli atau sejenisnya, gunakan bahasa yang tegas dan peka (seperti,
daripada menulis “400 Hispanik”, lebih baik menulis “400 orang yang terdiri dari
penduduk meksiko, Spanyol, dan Puerto Rico”). Ketiga, cobalah untuk benar-benar
mengenali identitas para partisipan dalam penelitian (seperti, daripada menulis “subjek”
lebih baik menggunakan kata-kata “partisipan”, daripada menulis “ dokter perempuan”
lebih baik menggunakan “dokter” atau “ahli medis” saja, tanpa ada identifikasi jenis
kelamin).
 Masalah-masalah etis lainnya dalam menulis penelitian bisa saja meliputi usaha-usaha
untuk menekan, memalsukan, atau mengkreasikan penemuan-penemuan “baru” untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan peneliti atau audiens. Praktik-praktik curang seperti ini

117
tidak diterima dalam komunitas penelitian professional, dan tindakan tersebut biasanya
akan membentuk sifat atau prilaku saintifik yang buruk (Neuman, 2000). Proposal
penelitian seharusnya mengendalikan kesempatan peneliti untuk tidak terlibat dalam
praktik-praktik seperti ini.
 Dalam merencanakan penelitian, peneliti perlu mengantisipasi konsekuensi-konsekuensi
dilaksanakannya penelitian tersebut pada partisipan-partisipan tertentu dan tidak
menyalahgunakan hasil-hasil penelitian untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Peneliti harus memberikan gandaan publikasi penelitian tersebut pada pihak-pihak yang
pernah ditelitinya (Creswell, 2007).
 Masalah lain etis yang sering dijumpai dalam tulisan-tulisan akademik adalah praktik
eksploitasi terhadap sejumlah pegawai universitas dan disertakannya nama individu-
individu yang secara substansial tidak berkontribusi atas penelitian. Israel dan hay (2006)
membahas praktik tidak etis yang disebutnya sebagai hadiah kepengarangannya bagi
individu yang tidak berkontribusi pada penelitian dan hantu kepenarangan bagi staf-staf
yunior yang membuat kontribusi penting, namun namanya tidak dimasukkan dalam
daftar contributor.
 Pada akhirnya, peneliti juga perlu mengekspos detail-detail penelitiannya agar pembaca
dapat mengetahui kredibilitas penelitian tersebut (Neuman, 2000). Prosedur-prosedur
dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran harus disajikan secara rinci
dalam setiap bab. Begitu pula, peneliti seharusnya tidak melakukan duplikasi secara
berlebihan dengan menyajikan secara persis data, pembahasan, dan kesimpulan yang
sama dari makalah seseorang, sementara peneliti tidak menawarkan materi yang baru.
Beberapa jurnal biomedis mengharuskan pengarang untuk menyatakan apakah mereka
telah atau sedang memublikasikan makalahnya pada media-media lain ataukah tidak
(Israel & Hay, 2006).

RINGKASAN
Peneliti perlu memikirkan bagaimana menulis proposal penelitian dengan baik
sebelum benar-benar terlibat dalam proses penelitian. Pertimbangkan Sembilan argumentasi
yang ditawarkan Maxwell (2005) sebagai elemen-elemen kunci yang perlu dimasukkan
dalam proposal, kemudian gunakanlah salah satu dari empat outline topic atau format
penelitian-yang sudah dijelaskan dalam bab ini-untuk membuat proposal kualitatif,
kuantitatif, atau metode campuran.

118
Dalam pembuatan proposal, mulailah merangkai kata-kata di atas kertas berdasarkan
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran Anda; cobalah membangun kebiasaan membangun
menulis secara regular; dan terapkan strategi-straregi penulisan yang baik, seperti
menggunakan istilah-istilah yang konsisten,menunjukkan level gagasan naratif yang berbeda-
beda, dan menciptakan koherensi untuk meningkatkan kekuatan tulisan. Sejumlah langkah
yang dapat dilakukan antara lain menggunakan kalimat aktif dan verba-verba yang kuat dan
tegas, serta merevisi dan mengedit kembali tulisan Anda.
Sebelum menulis proposal, peneliti juga perlu memikirkan masalah-masalah etis yang
perlu diantisipasi dan dideskripsikan dalam proposal. Masalah-masalah ini berhubungan
dengan semua tahap proses penelitian. Dengan mempetimbangkan keberadaan partisipan,
lokasi penelitian, dan pembaca potensial, penelitian bisa menjadi sejenis studi yang benar-
benar dirancang berdasarkan praktik-praktik etis yang sesungguhnya.

Latihan Menulis
1. Buatlah satu outline topic-topik atau draft bagian-bagian untuk proposal
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Masukkan topic-topik utama seperti
LATIHAN MENULIS

yang telah dijelaskan dalam bab ini.


2. Carilah artikel jurnal yang didalamnya melaporkan penelitian kualitatif,
kuantitatif, atau metoe campuran. Cobalah melatih diri anda dengan membaca
pendahuluan artikel tersebut dan gunakan metode hook and eye yamh telah
dijelaskan dalam bab ini. Identifikasikanlah aliran gagasan dari kalimat satu ke
kalimat yang lain dan dari paragraph satu ke paragraph yang lain, serta
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Pertimbangkanlah salah satu dilema etis berikut ini yang –anggap saja- pernah
anda hadapi ketika melakukan penelitian. Gambarkan cara-cara yang bisa anda
terapkan untuk mengantisipasi masalah tersebut dan membahasnya dalam
proposal penelitian Anda.
a. Seorang narapidana yang tengah Anda wawancarai bercerita tentang kesempatan
melarikan diri pada malah hari. Apa yang akan anda lakukan?
b. Salah seorang peneliti dalam tim Anda menduplikasi kalimat dari penelitian lain dan
memasukkannya dalam laporan akhir penelitian. Apa yang anda lakukan?
c. Seorang mahasiswa melakukan beberapa kali wawancara pada sekelompok individu
di tempat anda. Setelah wawancara keempat, mahasiswa tersebut bercerita kepada

119
Anda bahwa Institutional Review Board sebenarnya tidak menyetujui proyek
penelitian tersebut. Apa yang anda lakukan?

BACAAN TAMBAHAN
Maxwell, J. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua.
Thousand Oaks, CA:Sage
Joe Maxwell menyajikan ringkasan menarik mengenai proses pembuatan proposal
untuk penelitian kualitatif yang juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan metode
campuran. Dia kemudian menyajikan Sembilan langkah membuat proposal dan contoh-
contohnya. Selain itu, dia juga menganalisis dan menyajikan satu contoh proposal kualitatif -
yang menurutnya- layak untuk diikuti.

Sieber, J.E. (1998). “Planning Ethically Responsible Research”. Dalam L. Bickman & D. J.
Rog (Ed). Handbook of Applied Social Research Methods. Thousand Oaks, CA:Sage.
(hlm. 127-156)
Joan Sieber membahas pentingnya perencanaan etis sebagai bagian integral dalam
merancang penelitian. Dalam bab ini, diamenyajikan review komprehensif mengenai
beragam topic yang berhubungan dengan masalah-masalah etis, seperti IRB, formulir
perizinan, privasi, kerahasiaan, dan anonimitas, serta beberapa resiko penelitian dan
komunitas yang rawan kekerasan. Pembahasannya sangat luas, dan strategi-strategi yang ia
rekomendasikan juga sangat melimpah.

Israel, M., & Hay, L. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct
and Regulatory Compliance. London: Sage
Mark Israel dan Lain Hay menyajikan analisis kritis tentang manfaat berfikir serius
dan sistematis mengenai apa saja yang membentuk prilaku etis dalam ilmu social. Mereka
mereview beragam teori etika, seperti pendekatan konsekuensialis dan non-konsekuensialis,
viriue ethics, dan pendekatan normative berorientasi-kepedulian. Mereka juga menjelaskan
sejarah perilaku etis di berbagai Negara di dunia ini. Sepanjang buku ini, mereka
menawarkan contoh-contoh kasus etis yang sebenarnya dan cara-cara yang bisa ditempuh
peneliti untuk menghadapi kasus-kasus tersebut secara etis. Dalam lampiran buku ini, mereka
menyajikan tiga contoh kasus dan mengajak para sarjana untuk berkomentar mengenai
bagaimana mereka akan mendekati ketiga kasus tersebut.

120
Wolcott, H.F. (2001). Writing up Qualitative research. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA:
Sage
Harry Wolcott, seorang ahli etnografi pendidikan, mengumpulkan sumber-sumber
berharga terkait dengan proses penulisan penelitian kualitatif. Dia menyurvei teknik-teknik
ampuh bagaimana seseorang memulai menulis, mengembangkan detail, menghubungkan
literature, teori, dan metode; merevisi dan mengedit; dan merampungkan proses penulisan
dengan menghadirkan aspek-aspek ini sebgai judul dan lampiran. Bagi para penulis, buku ini
sangat penting, baik untuk keperluan penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode
campuran.

121
Halaman Kosong
Sesuai Buku

122
Halaman Kosong
Sesuai Buku

123
Bagian Dua

Merancang Penelitian
 BaB 5
Pendahuluan
 Bab 6
Tujuan Penelitian
 Bab 7
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian
 Bab 8
Metode-metode kuantitatif
 Bab 9
Prosedur-prosedur kualitatif
 Bab 10
Prosedur-prosedur Metode Campuran

Bagian kedua ini menghubungkan tiga rancangan – kuantitatif, kualitatif, dan metode
campuran- masing-masing dengan langkah-langkah penelitiannya. Setiap bab dalam bagian
kedua ini akan membahas satu langkah terpisah dalam proses penelitian ini.

124
BAB LIMA

PENDAHULUAN

Setelah menentukan jenis pendekatan penelitian (kualitatif, kuantitatif, atau metode


campuran), tinjauan pustaka sementara, serta format proposal, langkah selanjutnya adalah
merancang atau merencanakan penelitian. Langkah ini diawali dengan membuat pendahuluan
proposal sebagai proses mengatur dan menulis gagasan-gagasan awal. Bab ini membahas
komposisi dan penulisan pendahuluan serta menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam menulis
pendahuluan untuk tiga jenis rancangan yang berbeda. Kemudian pembahasan beralih pada
lima komponen dalam menulis pendahuluan, antara lain: a. menjelaskan masalah yang dapat
menuntun pada penelitian, b. mereview literature-literatur yang berhubungan dengan masalah
tersebut, c. menunjukkan sejumlah kekurangan dalam literature-literatur itu, d. menyatakan
pentingnya penelitian bagi pembaca-pembaca tertentu, dan e. mengidentifikasi tujuan
penelitian. Peneliti juga perlu menerapkan model defisiensi ketika menulis pendahuluan
karena komponen utama dalam pendahuluan adalah menunjukkan kekurangan-kekurangan
(defisiensi-defisiensi) dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Untuk mengilustrasikan
model ini, saya sudah menyajikan satu tulisan pendahuluan yang utuh (lengkap dengan
analisisnya) dari salah satu artikel jurnal yang pernah dipublikasikan.

PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian
akademik. Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian.
Seperti yang dijelaskan Wilkinson (1991:96):
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada
pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian
sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau

125
audien tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena ada
pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas maka
pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Ia bisa bersumber dari pengalaman yang pernah
dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau tempat kerjanya. Ia juga bisa berasal dari
perdebatan ekstensif dalam literature-literatur. Ia juga bisa muncul dari perdebatan kebijakan
di pemerintahan atau antara para eksekutif kenamaan. Intinya, sumber-sumber masalah
penelitian bisa jadi sangat beragam. Masalahnya mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
penelitian yang menggarisbawahi penelitian bukanlah tugas mudah. Misalnya, untuk
mengidentifikasi isu kehamilan anak remaja, kita masih perlu memunculkan terlebih dahulu
masalah yang terkait dengan kehidupan wanita dan social secara umum. Sayangnya, terlalu
banyak pengarang tidak secara jelas mengidentifikasi masalah penelitian, membiarkan
pembaca menentukan masalah tersebut. Ketika masalah tidak jelas, signifikansi penelitian
menjadi sulit dipahami. Apalagi, masalah penelitian seringkali dikacaukan dengan rumusan
masalah-pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau
menjelaskan masalah tersebut. Belum lagi kompleksitas ini ditambah dengan keharusan
peneliti untuk mendorong audiens agar mau lebih jauh membaca dan melihat pentingnya
penelitian.
Untungnya, ada satu model yang bisa ditiru tentang bagaimana menulis pendahuluan
yang baik untuk penelitian ilmu social. Namun, sebelum memperkenalkan model ini, saya
terlebih dahulu perlu menjelaskan perbedaan-perbedaan subtil antara pendahuluan untuk
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.

PENDAHULUAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF, KUANTITATIF, DAN


METODE CAMPURAN
Setelah melakukan tinjauan umum pada beberapa pendahuluan yang terdapat dalam
banyak penelitian, saya menemukan bahwa pendahuluan pada umumnya selalu mengikuti
pola yang sama, yaitu: menyatakan suatu masalah, lalu menjustifikasi mengapa masalah
tersebut harus diteliti. Jenis masalah yang disajikan dalam pendahuluan sangat beragam
tergantung pada pendekatan yang digunakan (lihat Bab 1). Dalam proyek kualitatif, peneliti
mendeskribsikan masalah penelitian yang benar-benar mudah dipahami dengan cara
mengeksplorasi suatu konsep atau fenomena tertentu. Saya juga sudah menegaskan bahwa
penelitian kualitatif bersifat eksploratoris, dan peneliti memanfaatkan pendahuluan untuk

126
mengeksplorasi suatu topic yang tidak bisa diidentifikasi variable-variabel ataupun teorinya.
Morse (1991:120), misalnya, pernah menyatakan:
Karakteristik-karakteristik masalah penelitian kualitatif antara lain: a. konsepnya
belum matang (immature) karena teori dan penelitian sebelumnya yang membahas
konsep tersebut tidak terlalu banyak dan menonjol, b. gagasan yang ditawarkan suatu
teori bisa saja belum akurat, tidak cocok, tidak benar, atau mengandung bias; c. adanya
keharusan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena dan mengembangkan
suatu teori; atau d. sifat fenomena yang ingin diteliti tidak sesuai jika dianalisis secara
kuantitatif.

Misalnya, meningkatnya urbanisasi (sebagai masalah penelitian) harus dieksplorasi


karena masalah tersebut pelum pernah diteliti dalam kawasan-kawasan tertentu di suatu
Negara. Misalnya lagi,anak-anak SD sering kali gelisah dan mengganggu proses belajar
(sebagai masalah penelitian), dan cara terbaik untuk mengeksplorasi masalah ini adalah
dengan pergi ke sekolah dan mengunjungi mereka dan para guru secara langsung.
Sejumlah peneliti kualitatif terkadang memiliki perspektif teoritis tentang masalah apa
yang akan diteliti (seperti, ketidakadilan dalam pembagian upah antara wanita dan laki-laki
atau sikap-sikap rasial yang sering kali muncul saat membuat sketsa biografis sopir-sopir di
jalan raya). Thomas (1993:9) mengatakan bahwa “seorang peneliti kritis selalu berangkat dari
premis bahwa semua kehidupan kultural merupakan ketegangan konstan antara control dan
resistensi”. Orientasi teoritis inilah yang kemudian membentuk struktur pendahuluan. Beisel
(1990), misalnya meneliti bagaimana teori politik kelas menjelaskan ketidaksuksesan
kampanye anti-vice di salah satu dari tiga kota besar di Amerika.
Selain itu, dalam beberapa penelitian kualitatif yang lebih berfokus pada perspektif
partisipan, pendahuluannya bisa saja tidak ditulis secara induktif, tetapi deduktif, seperti
penelitian etnografi. Pendahuluan kualitatif juga bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan
personal dari peneliti tentang pengalaman pribadi memandang suatu fenomena secara
substansial, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian-penelitian fenomenologis
(Moustakas, 1994). Bahkan pendahuluan kualitatif juga dapat ditulis dari sudut pandang
subjektif, pribadi, orang pertama, yang didalamnya peneliti memosisikan diri mereka secara
naratif dalam penelitian, seperti dalam penelitian naratif.
Untuk pendahuluan kuantitatif, masih jarang ada variasi. Dalam proyek kuantitatif,
masalah penelitian dijelaskan dengan cara mengidentifikasi, memahami, dan menemukan
factor-faktor atau variable-variabel apa saja yang mempengaruhi suatu outcome. Misalnya,

127
dalam merespon pengurangan jumlah kerja (sebagai masalah penelitian), seorang peneliti
kuantitatif harus berusaha menemukan factor-faktor apa saja yang mempengaruhi
menurunnya bisnis-bisnis besar. Contoh lain, peneliti kuantitatif perlu memahami tingginya
rata-rata perceraian (sebagai suatu masalah) dan menelti apakah salah satufaktor yang
menyebabkan perceraian itu adalah masalah financial.
Dalam dua situasi ini, masalah penelitian merupakan masalah yang darinya
pemahaman mengenai faktor - faktor yang menjelaskan atau berhubungan dengan hasil
menjadi sangat penting karena membantu peneliti menjelaskan masalah tersebut dengan baik.
Selain itu, dalam pendahulian kuantitatif, peneliti bisa saja menguji suatu teori terlebih
dahulu dan melakukan tinjauan pustaka singkat untuk mengidentifikasi rumusan masalah
yang nantinya harus dijawab. Bahkan, pendahuluan kuantitatif juga dapat ditulis dari sudut
pandang interpersonal dan dalam kalimat pasif, untuk meningkatkan objektivitas.
Peneliti dengan metode campuran dapat menerapkan pendekatan kualitatif atau
kuantitatif terlebih dahulu (atau kombinasikan sekaligus) dalam pendahuluannya. Dalam
penelitian metode campuran, peneliti bisa memprioritaskan salah satu diantara pendekatan
kuantitatif atau pendekatan kalitatif, dan pendahuluan harus mencerminkan prioritas tersebut.
Meski demikian, prioritas ini bisa saja setara antara penelitian kualitatif atau kuantitatif, yang
berarti bahwa pendahuluannya harus menjelaskan suata masalah yang di dalamnya
diperlukan pemahaman antara variable – variable dan eksplorasi terhadap suatu
topic/fenomenda secara mendalam.
Proyek metode campuran bisa terlebih dahulu menjelaskan hubungan antara perilaku
merokok dan depresi dalam lingkungan remaja, kemudian mengeksplorasi pandangan –
pandangan dari para remaja untuk dapat menampilkan pola – pola / tema – tema yang
berbeda tentang merokok dan depresi tersebut. Jika tahap pertama proyek ini bersifat
kuantitatif, pendahuluan dapat menekankan pada pendekatan kuantitatif dengan menyertakan
terlebih dahulu suatu teori yang dapat memprediksi hubungan antara perokok dan depresi,
lalu melakukan tinjauan pustaka secara mendalam.

SALAH SATU MODEL PENDAHULUAN

Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash
dijelaskan di atas – memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu
dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis – jenis
masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.
Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik

128
tanpa perlu memandang pendekatan – pendekatan dan komponen – komponen yang harus
disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu – ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing – masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1. Masalah penelitian
2. Penelitian – penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
3. Kekurangan – kekurangan (deficiencies) dalam penelitian – penelitian sebelumnya
4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.
5. Tujuan penelitian

Sebuah ilustrasi

Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya “Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom” (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang –
menurut saya- berkaitan dengan masing – masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun
1965, universitas – universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik
para mahasiswa dan dosennya. “Tindakan afirmatif” kemudian diambil sebagai kebijakan
untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik hook
naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan
nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula
dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di
dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan
berdasarkan keputusan – keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of
Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas,
menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang – undangan, dan tindakan –

129
tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive – ras atau sewa menyewa di California,
Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New Hampshire, Rhode
Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).
Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi mereka
untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa – siswa heterogen, dalam
konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa – siswa yang lebih homogen. Presiden
Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa “alasan utama diterimanya
keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai pendidikannya” (Rudenstine,
1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University of Michigan, juga menyatakan :
“Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan anggota – anggota ras yang berbeda akan
melahirkan diskusi yang miskin – wawasan” (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini tidak
sendirian. Di belakang mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri dari
para rector dari 26 universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan menegaskan
: “Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik. Kami
percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari pendidikan yang
berbasis keragaman” (“On the importance of Diversity in University Adminissions,” The
New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini, penulis mengidentifikasi masalah penelitian).
Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman terhadap
outcomes mahasiswa. Penelitian – penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga kecenderungan
utama. Pertama, penelitian – penelitian yang menganalisis hubungan mahasiswa dengan
“keragaman” secara umum sebagai salah satu implikasi percampuran mahasiswa secara
kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus (lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a;
Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian – penelitian yang memandang keragaman
structural sebagai suatu yang ilmiah, dan lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa
dan keragaman dengan cara mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan –
rekannya secara ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian – penelitian yang meneliti secara
institusional usaha – usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat
dalam “keragaman” ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan – gagasan dan
kemanusiaan.
Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh
keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti – bukti yang dimunculkan pada umumnya
tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas gender atau ras/etnis
atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keragaman, sering kali

130
memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif (Disini, penulis menyebutkan
penelitian – penelitian yang pernah membahas masalah tersebut).
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara
spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah
kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural)
memiliki manfaat –manfaat akademik yang diklaim…..Begitu pula, isu – isu, seperti apakah
tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis
menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian – penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah
kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi
bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive – ras (Di sini, penulis
menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para
pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi
pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual
mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap
outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh – pengaruh tersebut yang
ditindaklanjuti menjadi pendekatan – pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam
konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 – 512,
ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).

Masalah Penelitian

Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah
menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua
komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar – benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut
memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis
dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan – pertanyaan ini
penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal
dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
“kata – kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca
dengan/dalam penelitian. “ untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,

131
perhatikan Koran – Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh – contoh
yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh – contoh kalimat pembuka dalam jurnal
– jurnal ilmu social.
 “selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun
lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin” (Cahlil,
1989:281).
 “Siapa yang mengendalikan proses pencalonan wakil DPR?” (Boeker, 1992:400).
 “Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru
– baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis – garis tersebut (salah satunya,
McMaster:1987)” (Carstensen, 1989:181).

Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua
contoh pertama – yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif – menunjukkan
bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh
pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi
pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat
mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas,
ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan
baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi
digiring perlahan – lahan ke dalam topic penelitian.
Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya
menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur.
Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel).
Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis
yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan – lahan, seraya
membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali
dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga
pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.
Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada
signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu
perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas – universitas AS.
Mereka mencatat bahwa kebijakan – kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang
menjadi “topic perdebatan nasional yang hangat” (hlm.509).

132
Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu – isu,
kesulitan – kesulitan, dan perilaku – perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti :
“Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini?” Atau “Masalah apa yang
memengaruhi untuk melakukan penelitian ini?” jawaban atas dua pertanyaan ini bisa
bermacam – macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman –
pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar
mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan – jurusan mereka;
karena siswa – siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau
karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua
“jawaban” ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian lebih
jauh. Ketika merancang paragraph – paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi masalah
penelitian, ingatlah tips – tips penelitian berikut ini :
 Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
 Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan – kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan – kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak
jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan – kutipan seperti ini juga
dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.
 Hindari ekspresi – ekspresi idiomatic (kalimat – kalimat membingungkan).
 Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka – angka (seperti, “Setiap
tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara tiba –
tiba”).
 Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : “Adakah kalimat yang
bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?”
 Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai
referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar
intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : “Jika kalian tidak
memiliki banyak referensi pada halaman – halaman pertama proposal kalian maka
penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.”

133
 Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian hubungan –
hubungan atau predictor – predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam
metode campuran).
 Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada
banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.

Penelitan – penelitian sebelumnya

Setelah menulis paragraph – paragraph pembuka yang membahas penelitian, penelti


selanjutnya perlu mereview penelitian-penelitian/literature-literatur sebelumnya yang pernah
membahas masalah penelitian tersebut. Saya harus berhati – hati ketika berbicara tentang
“mereview penelitian” di sini karena saya tidak bermaksud bahwa Anda harus memasukkan
tinjauan pustaka utuh dalam bagian pendahuluan. Tinjauan pustaka ditempatkan di bagian
khusus yang terpisah dari bagian pendahuluan. Meski demikian, peneliti bukan berarti tidak
boleh melakukan tinjauan pustaka/penelitian dalam pendahuluan ini. Hanya saja, ia harus
lebih meringkas sebagian besar penelitian – penelitian yang nantinya akan dirinci kembali
pada bagian khusus. Saya selalu meminta mahasiswa saya untuk merefleksikan peta pustaka
(seperti yang pernah dibahas dalam Bab 2), lalu di bagian atas tinjauan psutaka, mereka
diminta untuk meringkas kategori – kategori penting dari berbagai pustaka yang ditinjaunya.
Menyebutkan katergori – kategori penting inilah yang saya maksudkan dengan meninjau
psutaka atau mereview penelitian – penelitian di bagian pendahuluan.
Peneliti perlu mereview penelitian – penelitian relevean sebelumnya dan menaruhnya
di bagian pendahuluan dengan tujuan : (1) untuk menjustifikasi pentingnya penelitian yang ia
ajukan; dan (2) untuk menjelaskan perbedaan antara penelitian – penelitian sebelumya
dengan penelitian yang sedang ia ajukan. Artinya, peneliti seyogianya berusaha “merancang
penelitiannya dalam satu dialog berkelanjutan dengan literature – literature / penelitian –
penelitian lain yang relevan.” Peneliti tentu tidak dakan melaksanakan penelitian yang
sekedar meniru apa yang telah diteliti orang lain. Untuk itu diperlukan penelitian – penelitian
baru untuk memperkaya literature – literature yang relevan atau untuk memperluas dan
bahkan menguji kembali penelitian – penelitian yang sudah ada sebelumnya.
Marshall dan Rossman (2006) memandang bahwa tinjauan pustaka dalam
pendahuluan ini adalah cara untuk merancang penelitian dalam konteks penelitian –
penelitian lain yang berhubungan. Kemampuan membingkai penelitian dengan cara inilah

134
yang membedakan peneliti pemula dengan peneliti berpengalaman. Peneliti yang
berpengalaman akan mereview dan memahami tulisan – tulisan sebelumnya yang membahas
topic atau masalah serupa yang menjadi garapan penelitiannya. Pemahaman ini tentu saja
tidak muncul dengan sendirinya, tetapi berasal dari keterlibatan peneliti selama bertahun –
tahun dalam mengikuti perkembangan masalah penelitiannya dan literature – literature yang
terkait.
Pertanyaan lain yang sering kali muncul adalah : Jenis literature seperti apa yang
harus direview oleh seorang peneliti? Saya menyarankan agar peneliti merevie penelitian –
penelitian sebelumnya yang memiliki rumusah masalah dan data – data untuk menjawab
rumusan tersebut. Penelitian – penelitian ini bisa saja berupa penelitian kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran. Intinya adalah : literature – literature atau penelitian – penelitian
sebelumnya akan memberikan sumbangsih pemikiran dalam menganalisis rumusan masalah
yang akan dibahas dalam proposal. Peneliti penula seringkali bertanya : “Apa yang harus
saya lakukan sekarang? Tidak ada satu pun penelitian / literature yang pernah membahas topi
ini.” Tentu saja, jika tinjauan pustaka diartikan secara sempit maka tidak ada satupun
literature yang mendokumentasikan atau menjabarkan secara komprehensif dan precise
masalah penelitian yang kita bahas.
Untuk itu, saya sering kali menyarankan agar peneliti memandang literature dengan
pola piker segitiga terbalik. Pada ujung segitiga itu terdapat penelitian yang diajukan.
Penelitian ini haruslah sempit dan terfokus (tidak boleh ada satu pun penelitian yang serupa).
Jika seseorang melihat tinjauan pustaka ini terus ke bagian atas segitiga, ada beberapa
literature yang bisa dijumpai meskipun agak sedikit berbeda dengan penelitian yang diajukan.
Misanya, topic mengenai siswa – siswa Amerika – Afrika yang beresiko gagal di SD
mungkin tidak pernah diteliti. Namun, secara umum, topic mengenai siswa – siswa yang
beresiko gagal di SD atau di jenjang – jenjang pendidikan lain sudah banyak diteliti. Artinya,
peneliti terlebih dahulu harus mengabstraksikan literature – literature / penelitian – penelitian
yang membahas topic yang lebih umum (seperti, siswa –siswa yang berisiko gagal di SD atau
di jenjang – jenjang pendidikan lain), baru kemudian mengakhiri abstraksinya secara spesifik
dengan menegaskan pentingnya penelitiannya yang diajukan (misalnya, tentang siswa –
siswa Afrika – Amerika yang berisiko gagal di tingkat SD).
Untuk mereview literature – literature / penelitian – penelitian yang relevan di bagian
pendahulan proposal, pertimbangkan tips – tips penelitian berikut ini :
 Reviewlah sejumlah literature dengan meringkasnya secara komunal, bukan secara
individual (tidak seperti dalam Tinjauan Pustaka yang biasanya terdapat dalam bagian
135
khusus dan terpisah). Tujuannya adalah untuk membangun wilayah penelitian yang lebih
luas.
 Agar tidak sekedar menekankan pada literature – literature secara individual, letakkan
referensi – referensi in text di akhir paragraph atau di akhir review mengenai literature –
literature tersebut.
 Tinjaulah penelitan – penelitian lain yang menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran.
 Carilah literature – literature terbaru untuk direview dan diabstraksikan, seperti literature
– literature yang dipublikasikan tidak lebih dari 10 tahun lalu. Kutiplah penelitian –
penelitian sebelumnya jika memang ada karena penelitian – penelitian seperti itu basanya
banyak dijadikan referensi oleh orang lain.

Kekurangan (Defisiensi) dalam Literatur Sebelumnya

Setelah menjabarkan masalah penelitian dan mereview sejumlah literature/penelitian


lain yang relevan, peneliti kemudian mengidentifikasi kekurangan – kekurangan
(deficiencies) yang terdapat dalam literature/penelitian tersebut. Identifikasi semacam ini
sering dikenal dengan istilah model defisiensi. Sifat defisiensi ini bervariasi dasi satu
penelitian ke penelitian lain. Defisiensi dalam literature atau penelitian sebelumnya bisa saja
muncul karena topic – topic yang diangkat di dalamnya tidak dieksplorasi berdasarkan
kelompok, sampel, atau populasi tertentu; literature/penelitian tersebut mungkin perlu dikaji
kembali untuk melihat adakah kesamaan-kesamaan dalam hal penemuan-penemuan, sampel –
sampel, ataupun tempat-tempat yang diteliti; atau komunitas yang termarjinalkan tidak
direpresentasikan secara memadai dalam literature/penelitian tersebut.
Untuk literature/penelitian mana pun, peneliti seyogianya dapat menjelaskan satu atau
lebih defisiensi ini dalam bagian pendahuluan proposal mereka. Untuk mencari defisiensi ini,
caranya sangat mudah. Dalam artikel – artikel jurnal, defisiensi ini basanya ada di bagian
“saran-saran untuk penelitian selanjutnya” yang sering kali disampaikan secara implicit
maupun eksplisit. Peneliti tinggal merujuk gagasan – gagasn defisiensi ini untuk dijadikan
topic penelitiannya.
Selain menyebutkan defisiensi – defisiensi, peneliti juga perlu menjabarkan
bagaimana penelitiannya akan mengoreksi atau menutupi defisiensi tersebut. Misalnya,
karena penelitian – penelitian sebelumnya telah mengesampingkan satu variable penting
maka penelitian anda bisa memasukkan variable tersebut dan menganalisis pengaruh –
pengaruhnya. Sebagai contoh, karena penelitian sebelumnya mengabaikan keberadaan

136
penduduk asli Amerika sebagai komunitas cultural maka Anda dapat menyertakan mereka
sebagai paratisipan dalam proyek penelitian anda.
Pada dua contoh tulisan berikut, Anda dapat melihat bagaimana para penulisnya
menunjukkan kelemahan – kelemahan atau kekurangan – kekurangan dalam beberapa
literature sebelumnya. Perhatikan pula bagaimana mereka menggunakan frasa – frasa kunci
untuk menunjukkan defisiensi – defisiensi ini, seperti “yang belum dianalisis,” sangat sedikit
penelitian empiris,” “sedikit sekali penelitian,” dan sebagainya.

Contoh 5.1 Defisiensi – Defisiensi dalam Literatur :


Dibutuhkan Penelitian – Penelitian Lanjutan

Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti
makna perang dan kedamaian (Cooper, 1965; Alvik, 1968; Rosell, 1968; Svancarova&
Svancarova, 1967-1968; Haavedsrud, 1970). Sayangnya, dari sekian banyak analisis ini,
ada satu masalah yang belum dianalisis, yaitu tentang bagaimana bekas pejuang masa lalu
memberikan reaksi terhadap perang masa kini.
(Ziller, 1990 :85-86)

Contoh 5.2 Defisiensi – Defisiensi dalam Literatur :


Sedikitnya Penelitian – Penelitian yang dilakukan

Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat
sedikit penelitian empiris yang berusaha menganalisis isu tersebut, khususnya dari
perspektif subordinasi. Penelitian politik dalam ranah pendidikan, misalnya, begitu langka.
Sedikit sekali penelitian yang difokuskan pada bagaimana guru menggunakan
kekuasannya untuk berinteraksi secara strategis dengan kepala sekolah, dan apa makna
semua ini secara deskriptif dan konseptual (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984)
(Blase, 1989 :381)

Singkatnya, untuk menunjukkan kekurangan – kekurangan (deficiencies) dalam


literature sebelumnya, peneliti perlu menerapkan tips – tips penelitian berikut ini :
 Kutiplah sejumlah kekurangan dalam literature tersebut untuk memperkuat alasan
dibutuhkannya penelitian terhadap topic tertentu.
 Tunjukkan secara spesifik kekurangan – kekurangan dalam penelitian – penelitian yang
sudah ada (seperti, kesalahan metodologis atau variable – variable yang terabaikan).

137
 Tulislah bidang – bidang atau ranah – ranah tertentu yang terabaikan oleh penelitian –
penelitian sebelumnya, termasuk topic, proses statistic, implikasi – implikasi penting, dan
sebagainya.
 Jelaskan bagaimana peneltian Anda akan mengoreksi kekurangan – kekurangan ini dan
memberkan kontribusi yang berbeda pada literature/penelitian akademik.

Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).

Signifikansi Penelitian bagi Pembaca

Dalam disertasi, peneliti sering kali menyertakan bagian khusus yang


mendeskripsikan signifikansi penelitian bagi pembaca tertentu. Hal ini dilakukan untuk
mendukung pentingnya analisis topic penelitian bagi kelompok – kelompok tertentu yang
mungkin saja dapat memperoleh manfaat dengan membaca dan menggunakan penelitian
tersebut. Dalam bagian ini, peneliti hendaknya menulis alasan/rasionalisasi tentang
pentingnya penelitiannya yang diajukan. Semakin banyak pembaca yang ditargetkan,
semakin besar signifikansi penelitian tersebut bagi mereka; begitu pula potensi penelitian
tersebut akan semakin kuat untuk diterapkan di dunia nyata. Dalam bagian ini pula, peneliti
juga dapat menjelaskan beberapa hal berikut :
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda dapat menambah
penelitian akademik dan literature dalam bidang – bidang tertentu.
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitan Anda dapat membantu
memperbaiki atau meningkatkan praktik – praktik tertentu.
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda akan
memperbaiki atau meningkatkan kebijakan tertentu.
 Tiga atau empat alasan/rasionalisasi tentang bagaimana penelitian Anda akan
memperbaiki atau meningkatkan kebijakan tertentu.

Pada contoh tulisan berikut ini, Anda bisa melihat bagaimana penulisnya menyatakan
pentingnya penelitian pada paragraph pembuka. Penelitian yang dilakuka noleh Mascarenhas
(1989) ini meneliti kepemilikan perusahaan – perusahaan industri. Dia secara jelas
menunjukkan bahwa para pengambil keputusan, anggota organisasi, dan para peneliti adalah
target pembacanya yang diharapkan akan membaca hasl penelitiannya.

138
Contoh 5.3 Signifikansi Penelitian yang Dinyatakan
dalam Pendaluluan Studi Kuantitatif

penelitian tentang kepemilikan organisasi dan ranah – ranah di dalammya, seperti


costumer service, jangkauan produk, orientasi pembeli, dan pemanfaatan teknologi (Abeli
dan Hammond, 1979; Abell, 1980; Peny dan Rainey, 1988), sangat penting dilakukan
karena sejumlah alasan. Pertama, memahami hubungan antara kepemilikan dan ranah –
ranahnya akan membantu menyingkap logika dasar aktivitas organisasi dan dapat
membantu anggota organisasi tersebut mengevaluasi strategi – strategi. Kedua, dibutuhkan
keputusan mendasar yang dapat menjangkau semua lapisan masyarakat demi
terlaksananya aktivitas organisasi ini. Pengertahuan mengenai ranah – ranah dalam
kepemilikan organisasi yang berbeda dapat menjadi input penting atas keputusan tersebut.
Ketiga, ada begitu banyak pakar yang meneliti organisasi – organisasi yang merefleksikan
satu atau dua jenis kepemilikan, namun penemuan – penemuan mereka pada umumnya
terlalu digeneralisasi untuk semua organisasi.
(Mascarenhas, 1989 : 582)

Terenzini et al. (2001) mengakhiri pendahuluannya dengan menyatakan bahwa


– penelitian
pengadilan / hakim (court) dapat menggunakan informasi dari penelitian(Blase, yang
1989 :381)
ada untuk meminta perguruan tingi dan universitas – universitas mendukung “kebijakan
admisi yang sensitive-ras” (hlm.512). Selain itu, mereka juga menyatakan pentingnya
penelitian ini bagi para staf kantor admisi, para mahasiswa yang menuntut admisi, dan para
anggota dewan yang mereview admisi – admisi tersebut.
Pada akhirnya, pendahuluan yang baik untuk penelitian selalu diakhiri dengan
pernyataan tentang tujuan atau maksud penelitian. Terenzial et al. (2001) mengakhiri
pendahuluannya dengan meyatakan secara tegas bahwa penelitiannya ditujukan untuk
membahas pengaruh keragaman structural terhadap skill intelektual mahasiswa.

RINGKASAN
Bab ini menyajikan cara – cara bagaimana menyusun dan menulis pendahuluan untuk
penelitian – penelitian akademik. Untuk menulis pendahuluan yang baik, pertama – tama
peneliti perlu mendeskripsikan masalah penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kuantitatif, kualitatif, atau metode campurannya. Kemudian, peneliti disarankan untuk
menggunakan model pendahuluan lima – bagian yang sudah dijelaskan dalam bab ini. Model
yang sering kali dikenal dengan istilah model defisiensi ini diterapkan, salah satunya, dengan

139
cara mengidentifikasi terlebih dahulu kasus – kasus umum (dengan teknik narrative hook)
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Selain itu, peneliti juga perlu menyertakan secara singkat tinjauan psutaka/literature
lain yang relevan, seraya menunjukkan satu atau lebih kekurangan (defisiensi) dalam
literature – literature tersebut dan menegaskan bagaimana penelitian yang diajukan dapat
mengoreksi kekurangan – kekurangan itu. Peneliti kemudian mulai memerinci secara implicit
atau eksplisit pembaca – pembaca tertentu yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penelitiannya. Akhirnya, peneliti dapat menutup pendahuluannya dengan menyatakan –
setidaknya- tiga atau empat tujuan diadakannya penelitian.

Latihan Menulis
1. Cobalah menulis pendahuluan dengan teknik narrative hook. Setelah itu,
diskusikan tulisan Anda ini dengan rekan – rekan Anda, apakah teknik yang Anda
gunakan berhasil menarik perhatian pembaca, meyakinkan pembaca tentang
LATIHAN MENNULIS

uniknya penelitian Anda, dan mampu menghubungkan pembaca dengan topic yang
diangkat.
2. Tulislah pendahuluan untuk suatu penelitian tertentu. Buatlah masing – masing
satu paragraph mengenai masalah penelitian, literature – literature yang terkait
dengan masalah tersebut, kekurangan – kekurangan dalam literature, dan pembaca
– pembaca yang secara potensial dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.
3. Carilah beberapa penelitian bidang – bidang tertentu yang dipublikaskan dalam
jurnal – jurnal akademik. Amatilah pendahuluannya, lalu carilah kalimat – kalimat
yang menunjukkan bahwa penulisnya tengah membahas satu masalah atau isu
tertentu.

BACAAN TAMBAHAN
Bem, D.J. (1987). “Writing the Empirical Journal Article.” Dalam M. P.Zanna&J.M Darley
(ed.). The Compleat Academic : A Practical Guide for the Beginning Social Scients.
New York : Random House. (hlm. 171-201).
Daryl Bern menekankan pentingnya statemen/paragraph pembuka dalam suatu
penelitian. Dia menyajikan sederet aturan tentang paragraph pembuka ini, yang menurutnya
harus menekankan pada kejelasan, keterbacaan, dan struktur yang dapat menuntun pembaca
langkah demi langkah untuk sampai pada rumusan masalah. Bern juga menyajikan contoh –

140
contoh paragraph pembuka, baik yang memuaskan maupun yang tidak. Menurut Bern,
paragraph pembuka yang baik adalah paragraph yang dapat dimengerti bahkan oleh
seseorang yang bukan ahli sekalipun, dan juga tidak membosankan lantaran terlalu banyak
bahasa teknis.

Maxwell, J.A. (2005). “Qualitative Research Design : An Interakctive Approach.” Edisi


kedua. Thousand Oaks, CA : Sage.
Joe Maxwell menulis tentang tujuan penelitan untuk proposal disertasi kualitatif.
Menurut Maxwell, salah astu aspek mendasar dalam proposal adalah menjustifikasi bahwa
proyek yang diajukan dapat membantu pembaca memahami, tidak hanya tentang apa yang
Anda rencanakan, tetapi juga mengapa Anda merencakanannya. Dia juga menyatakan
pentingnya mengidentifikasi isu – isu yang ingin Anda teliti dan pentingnya menunjukkan
mengapa isu – isu tersebut penting untuk diteliti. Pada satu contoh proposal disertasi
mahasisaw s2 yang disajikan, Maxwell membahas isu – isu utama yang harus dieksplorasi
mahasiswa untuk membuat argument proposal penelitiannya efektif dan efisien.
Wilkinson, A.M. (1991). The Scientist’s Handbook for Writing Papers and Dissertations.
Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson membahas tiga aspek utama dalam pendahuluan : (1)
Pernyataan mengenai suatu masalah dan sifat – sifatnya; (2) pembahasan mengenai
latar belakang dari masalah tersebut; dan (3) pernyataan mengenai rumusan masalah.
Wilkinson juga menyajikan banyak contoh dari tiga aspek tersebut, yang disertai
dengan penjelasan tentang bagaimana menulis dan menyusun sebuah pendahuluan
yang baik. Dia menekankan bahwa pendahuluan harus menuntun secara logis dan
runtut pada rumusah masalah.

141
Bab Enam

TUJUAN PENELITIAN

Bagian terakhir dari pendahuluan, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 5,
adalah menyajikan tujuan penelitian. Inilah bagian terpenting dari keseluruhan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Dari tujuan inilah semua
asfek penelitian ditentukan. Dalam artikel-artikel jurnal, peneliti biasanya menulis tujuan
penelitian dibagian pendahuluan. Namun, dalam disertasi atau proposal disertasi, tujuan
penelitian sering kali ditulis secara terpisah.
Dalam bab yang khususnya untuk tujuan penelitian ini, saya membahas alasan-
alasan/rasionalisasi ditulisnya tujuan penelitian, prinsip-prinsip kunci, dan contoh-contoh
tujuan penelitian yang biasa anda modifikasi untuk proyek proposal anda.

SIGNIFIKANSI DAN MAKNA TUJUAN PENELITIAN


Menurut Locke et al. (2007: 9), tujuan penelitian berarti menunjukkan ”mengapa
anda ingin melakukan penelitian dan apa yang ingin anda capai.” Sayangnya proposal-
proposal penelitian saat ini jarang sekali yang memperhatikan tujuan penelitian. Para penlulis
metodologi penelitianpun sering memasukkan tujuan penelitian ini kedalam bagian-bagian
lain, seperti rumusan masalah atau hipotesis. Wilkinson (1991), misalnya, menjelaskan tujuan
dalam konteks rumusan masalah dan sasaran penelitian. Penulis lain merujuknya sebagai
salah satu aspek dari masalah penelitian (Casstetter & Heisler, 1997). Akan tetapi,
pembahasan mereka pada umumnya tetap menunjukkan bahwa tujuan penelitian merupakan
gagasan inti dari suatu penelitian.
Dikenal dengan istilah tujuan penelitian karena ia menggambarkan tujuan-
tujuan/maksud-maksud dilakukannya penelitian dalam satu atau beberapa kalimat. Dalam
proposal, peneliti haruslah membedakan secara jelas antara tujua penelitian , masalah
penelitian, dan rumusan penelitian. Tujuan penelitian mengindikasikan maksud penelitian,
dan bukan masalah atau isu yang dapat menuntun pada keharusan diadakannya penelitian
(lihat Bab 5). Tujuan penelitian bukanlah rumusan masalah yang di dalamnya terdapat
sejumlah pertanyaan yang nantinya dijawab berdasarkan data-data penelitian yang telah
dikumpulkan (lihat Bab 7). Akan tetapi, tujuan penelitian adalah kumpulan pernyataan yang
menjelaskan sasaran-sasaran, maksud-maksud, atau gagasan-gagasn umum diadakannya

142
suatu penelitian. Gagasan ini dibangun berdasarkan suatu kebutuhan (masalah penelitian) dan
diperhalus kembali dalam pertanyaan-pertanyaan spesifik (rumusan masalah).
Begitu pentingnya tujuan penelitian ini, sehingga peneliti perlu menulisnya secara
terpisah dari aspek-aspek lain dalam proposal penelitiannya da ia juga perlu membingkainya
dalam satu kalimat atau paragraph yang mudah dipahami oleh pembaca. Meslipun tujuan
penelitian untuk studi kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran ditulis dengan konten
yang sama, masing-masing tujuan penelitian untuk tiga penelitian ini sebenarnya tetap
memiliki sifat-sifat dan cara penulisannya sendiri yang berbeda-beda, seperti yang akan
digambarkan dalam paragraf-paragraf berikut ini.

Tujuan Penelitian Kualitatif


Tujuan penelitian kualitatif pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena
utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan
penelitian kualitatif juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih. Tujuan ini
ditulis dengan istilah-istilah “teknis” penelitian yang bersumber dari bahasa penelitian
kualitatif (Schwandt,2007). Untuk itulah, Peneliti perlu memperhatikan beberapa hal
mendasar dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, seperti berikut ini:
 Gunakanlah kata-kata seperti tujuan, maksud, atau sasaran untuk menandai tujuan
penelitian yang anda tulis. Tulislah tujuan penelitian ini dalam kalimat atau paragraph
terpisah, dan gunakanlah bahasa-bahasa penelitian, seperti “tujuan (maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah....” Para peneliti biasanya menggunakan verba masa kini
(present verb tense) dan verb masa lampau (past verb tense) untuk proposal penelitian
karena proposal mereka tengah menyajikan rencan penelitian yang akan—bukan yang
belum—dikerjakan.
 Fokuslah pada satu fenomena (atau konsep atau gagasan) utama. Persempitlah
penelitian anda menjadi satu gagasan untuk dieksplorasi dan dipahami. Fokus ini
berarti bahwa tujuan penelitian kualitatif tidak boleh menunjukkan dua atau lebuh
variable yang salin berelasi, atau justru membandingkan dua atau lebih kategori
tertentu, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Untuk itu, jelaskan
satu fenomena saja, namun tetap tunjukkan bahwa penelitian anda bisa saja
berkembang untuk mengeksplorasi hubungan atau perbandingan antargagasan dalam
fenomena tersebut. Misalnya suatu penelitian bisa saja dimulai dengan mengeksplorasi
peran ketua jurusan dalam usaha pemberdayaan kualitas akademik para dosen

143
(Creswell & Brown, 1992), atau dengan mengeksplorasi identitas guru dan
marginalisasi atas identitas ini disekolah tertentu (Huber & Whelan,1999), atau dengan
menjelaskan makna kebudayaan bisbol dalam hubungannya dengan pekerja studion
(Trujillo,1992), atau menunjukkan bagaimana individu-individu tertentu secara kognitif
mencirikan penyakit AIDS yang dideritanya (Anderson & Spencer, 2002). Contoh-
contoh ini semua mengiliustrasikan bahwa ada satu gagasan utama yang dijadikan
focus dalam tujuan penelitian kualitaitf.
 Gunakanlah verb-verb tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam
penelitian anda. Verb-verb atau frasa-frasa tindakan, seperti mendeskripsikan,
memahami, mengembangkan, meneliti makna, atau mengamati, akan membuat
penelitian anda terbuka atas kemungkinan-kemungkinan lain: suatu cirri yang
menunjukkan bahwa penelitian anda adalah penelitian kualitatif.
 Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral ---bahasa tidak langsung ---seperti , dari
pada menggunakan kata-kata “pengalaman sukses individu-individu.” Lebih baik
memakai kata-kata “pengalamn individu-individu” jangan terlalu sering menggunakan
atau frasa-frasa yang problematik, seperti berguna, positif, dan informatif ---kata-kata
yang seolah-olah memiliki makna yang bisa saja nuncul atau tidak muncul. McCracken
(1998) mengatakan bahwa dalam wawancara kualitatif, pewawancara seharusnya
mengajak responden untuk mendeskripsikan pengalamannya. Dengan demikian,
pewawancara (peniliti) ini dapat dengan mudah mengutak-atik “atturan
ketidaklangsungan” (McCracken, 1998: 21) tersebut dengan menggunaka kata-kata
yang seolah-olah berorientasi langsung.
 Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama, khususnya jika
fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh pembaca luas. Karena
termasuk dalam retorika penelitian kualitatif, definisi ini tidak boleh rigid, melainkan
tentatif dan berkembang selama pemelitian berdasarkan informasi dari para partisipan.
Untuk itu, peneliti kualitatif setidak-tidaknya harus menggunakan kata-kata seperti:
“untuk semintara ini, definisi..... (fenomena utama) adalah ....” selain itu peneliti juga
perlu memperhatikan bahwa definisi ini tidak boleh dicampur-baurkan dengan definisi
yang lebih detail, spesifik, teoritis dan teknis yang biasanya ada pada bagian khusus,
definisi istilah, seperti yang telah saya jelaskan dalam Bab 2. Tujuan disajikannya
definisi umum ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca makna general dari
fenomena yang dijabarkan dalam penelitian.

144
 Gunakan kata-kata teknis strategis/teori penelitian yang digunakan ketika sampai pada
bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian, seperti: apakah
penelitian tersebut menggunakan teori etnografi, grounded theory, studi kasus,
fenomenologi, pendekatan naratif, atau strategi-stragi lainnya. Gunakan kata-kata yang
sering digunakan dalam teori-teori diatas.
 Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti: apakah partisipan
penelitian anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau sekelompok orang, atau suatu
organisasi.
 Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian, seperti rumah, kelas, organisasi, program,
atau peristiwa tertentu. Gambarkan tempat ini secara detail sehingga pembaca benar-
benar mengetahui dimana penelitian itu dilaksanakan.
 Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa
yang membatasi ruang lingkup partisispan atau lokasi penenlitian. Misalnya, penelitian
bisa saja terbatas pada wanita saja, atau satu wilayah geografis tertentu. Fenomena
utama dapat dibatasi pada individu-individu dalam suatu organisasi bisnis, lebih khusus
mereka yang menjadi anggota tim kreatif. Pembatasan-pembaasan semacam ini aka
membantu peneliti untuk lebih jauh menjabarkan parameter penelitiannya.
Meskipun ada banyak variasi dalam mencantumkan poin-poin di atas pada tujuan
penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidak-tidaknya harus mencakup
beberapa diantara poin-poin itu.
Untuk membantu anda, di sini saya menyajikan sejumlah catatan yang mungkin
berguna dalam menulis tujuan penelitian kualitatif. Seperti catatan-catatan (scripts)
sebelumnya dalam buku ini, saya sudah menyediakan ruang agar anda bisa menyisipkan
informasi yang sesuai.
Tujuan penelitian..... (strategi/teori penelitian, seperti etnografi, studi kasus, atau
sejenisnya) ini adalah untuk..... (memahami? mendeskripsikan? mengembangka?
meneliti?) ...... (fenomena utama yang diteliti) pada...... (para partisipan, seperti
individu, kelompok, atau organisasi) di...... (lokasi penelitian). Dalam penelitian
ini....... (fenomena utama yang diteliti) secara umum dapat didefinisikan
sebagai.... (sajikan definisi umum).
Conto-contoh di bawah ini mungkin tidak secara sempurna mengilustrasikan semua
elemen yang telah saya jelaskan, tetapi setidaknya contoh-contoh berikut ini telah berhasil
menyajikan model-model yang layak ditiru dan dipelajari.

145
Saya memperoleh tujuan penelitia yang ditulis oleh Lauterbach (1993) ini disebuah artikel
jurnaldi bagian pembukanya yang berjudul “tujuan penelitian.” Judul inilah yang secara jelas
mengajak pembaca untuk focus pada tujuan penelitian. “pengalaman kehidupan para ibu”
menjadi fenomena utama dan penulis menggunakankata kerja mengartikulasikan untuk
membahas makna (kata yang netral) dari pengalaman-pengalaman ini. Penulis lalu
mendifinisikan pengalaman-pengalaman apa saja yang ditelitinya terkait dengan “memori”
dan “pengalaman hidup” ini. Di sepanjang tulisannya, jelas Leuterbach telah menggunakan
strategi fenomenologi. selain itu, tulisan Leuterbach juga secara jelas menunjukkan bahwa
partisipannya hanya para ibu, dan bagianbagian selanjutnya di artikel itu, pembaca akan
melihat bagaimana Leuterbach melakukan interviw pada lima sampel ibu (yang masing-
masing telah mengalami keguguran) dirumah mereka.

Contoh 6.1 Tujuan Penelitian Dalam Studi Fenomenologi Kualitatif

Leuterbach (1993) meneliti lima wanita yang kehilangan bayinya ketika


sedang hamil (keguguran), dan memori serta pengalaman-pengalaman mereka atas
peristiwa itu. Tujuan penelitian Leuterbach adalah sebagai berikut:
Sebagai upaya menyingkap makana substantif suatu fenomenalogi,
penelitian fenomenologi ini berusaha mengartikulasikan “esensi-esensi”
makna dalam pengalaman kehidupan para ibu ketika bayi yang mereka
sayangi meninggal dunia. Dengan menggunakan persfektif feminis, focus
penelitian ini adalah pada memori para ibu dan pengalaman kehidupan
mereka. Perspektif ini mempermudah usaha menyingkap pengalaman-
pengalaman tersebut yang tertutup selama ini. perspektif ini juga
membantu mengartikulasikan dan menyuarakan memori para ibu dan cerita
kehilangan mereka. Metode yang digunakan dalam penelitia ini meliputi
refleksi fenomenologis atas data-data yang ada berdasarkan investigasi
pada pengalaman para ibu, dan investigasi atas fenomena tersebut dalam
konteks seni kreatif.
(Leuterbach, 1993: 134)

146
Kos (1991) menegaskan bahwa penelitiannya bukanlah penelitian kuantitatif yang
mengukur besarnya perubahan skill membaca dalam diri siswa. Kos justru meletakkan
penelitiannya dalam pendekatan kualitatif dengan menggunakan kata-kata seperti
mengeksplorasi. Dia berfokus pada “faktor-faktor” sebagai fenomena utama dan menyajikan
definisi tentative dengan menyebutkan contoh

Contoh 6.2 Tujuan Penelitian Dalam Studi Kasus

Kos (1991) melakukan beberapa kali studi kasus tentang siswa-siswa SMP
yang tidak bisa membaca. Studi kasus ini berfokus pada faktor-faktor yang
menghalangi para siswa SMP berkembang dalam skill membacanya. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor afektif, sosial, dan
edukatif yang mempengaruhi empat anak remaja (siswa) tidak mampu
membaca. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan mengapa siswa-siswa
tersebut tetap saj tidak bisa membaca meskipus sudah bertahun-bertahun
sekolah. Penelitia ini bukanlah intervensi, meskipun beberapa siswa
mungkin telah mampu mengembangkan skill membaca mereka, bukan
berarti fokus penelitian ini pada usaha peningkatan skill membaca.

(Kos, 1991: 876-877)

faktor tersebut, seperti “afektif, sosial, edukatif.” Dia juga menulis pernyataan di atas dengan
judul “Tujuan Penelitian” untuk membuat pembaca fokus pada tujuan penelitiannya. Tidak
hanya itu, dia juga menyebutkan para partisipannya secara jelas. Pada bagian selanjutnya,
diartikel tersebut, khususnya dibagian abstraksi dan metodologi, pembaca akan menemukan
bahwa penelitian Kos ini menggunakan strategi penelitian studi kasus yang dilakukan dalam
suatu ruang kelas.
Karena tujuanya adalah untuk meningkatkan iklim kampus maka penelitian
kualitaitf diatas termmasuk ke dalam jenis penelitian advokasi, seperti yang telah dijelaska
dalam Bab 1. Uniknya, tujuan penelitian ini muncul di bagian awal artikel, yang memang
menjadi cirri umum untuk artikel-artikel jurnal. Kebutuhan mahasiswa yang gay dan
biseksual menjadi fenomena utama yang diteliti.

147
Contoh 6.3 Tujuan Penelitian Dalam Etnografi

Rhoads (1997) melakukan penelitian etnografi selama dua tahun disebuah


Universitas kenamaan. Dia berusaha mengeksplorasi bagaimana iklim kampus
dapat ditingkatkan bagi laki-laki gay yang biseksual. Tujuan penelitian, yang ia
sertakan pada bagain awal tulisannya adalah sebagai berikut:
Artikel ini berusaha memberikan sumbangsih tambahan pada literatur-
literatur yang membahas tentang kebutuhan mahasiswa gay yang biseksual
dengan mengidentifikasi sejumlah kawasan yang sekiranya dapat
meningkatkan iklim kampus bagi mereka. Tulisan ini sebenarnya berasal
dari penelitian etnografis yang pernah penulis lakukan duaa tahun terhadap
suatu subkultur mahasiswa yang terdiri dari laki-laki gay yang biseksual
disebuah Universitas kenamaan. Penelitian ini hanya dibatasi pada laki-laki
gay dan biseksual saja, yang berarti secara langsung merefleksikan bahwa
wanita lesbian dan biseksual merupakan komonitas berbeda yang
membentuk subkultur tersendiri di Universitas tersebut.

(Rhoads, 1997: 278)

juga berusaha mengidentifikasi kawasan-kawasan yang dapat meningkatkan iklim kampus


bagi laki-laki gay dan biseksual. Selain itu, Rhoads juga telah menyebutkan bahwa strategi
penelitian yang digunakan adalah etnografi, dan bahwa penelitian ini hanya akan melibatkan
laki-laki saja (partisipan) di sebuah Universitas kenamaan (lokasi penelitian). Sayangnya,
Rhoads tidak memberikan informasi tambahan mengenai sifat utama kebutuhan para
mahasiswa ini atau definisi umum dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi, dib again terpisah,
dia sudah berusaha mengidentifikasi dan menyajikan makna tentative atas istilah-istilah
penting tersebut.
Pada pernyataan di atas, fenomena utamanya adalah perkembangan karier, da
pembaca juga akan mengetahui bahwa fenomena tersebut didefinisikan sebagai pengaruh-
pengaruh penting dalam kesuksesan karir 18 wanita tersebut. Dalam penelitian ini memang
digunakan kata langsung, seperti kesuksesan. Akan tetapi, kata ini lebih dimaksudkan untuk
mendefinisikan sampel individu yang diteliti dan bukan untuk membatasi tentang fenomena
utama.

148
Contoh 6.4 Tujuan Penelitian Dalam Studi Grounded Theory

Richie et al. (1997) melakukan penelitian kualitatif untuk


mengembangkan suatu teori tentang perkembangan karier 18 wanita Amerika-
Afrika (kulit putih dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi Ameriaka Serikat
yang masing-masing dalam bidang profesi yang berbeda-beda. Pada paragraph
kedua penelitiannya, mereka menyatakan tujuan diadakannya penelitian tersebut:
Artikel ini ---yang didasarkan pada penelitian kualitatif--- berusaha
meneliti perkembangan karier 18 wanita Amerika-Afrika (kulit putih
dan hitam) yang memiliki prestasi tinggi di Amerika Seriakat dalam 8
bidang profesi yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, tujuan kami
melakukan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi factor-faktor
penting yang mempengaruhi perkembangan karier para wanita ini,
khusunya pengaruh-pengaruh yang berhubungan dengan kesuksesan
karier mereka.

(Richie et al. 1997: 133)

Peneliti beusaha untuk mengeksplorasi fenomena terssebut, dan pembaca akan memahami
bahwa partisipannya adalah para wanita yang bekerja di tempat berbeda-beda. Grounded
Theory sebagai strategi penelitian disebutkan pada bagian abstraksi dan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian prosedur penelitian.

Tujuan Penelitian Kuantitatif


Tujuan penelitian kuantitatif sangat berbeda dengan model tujuan penelitian
kualitatif, baik dalam hal bahasa maupun fokusnya dalam menghubungkan atau
membandingkan varibel-varibel. Ingatklah kembali Bab 3 yang menjelaskan jenis-jenis
variable utama dalam penelitian kuantitatif, yaitu varibel bebas, varibel mediate, varibel
moderate, dan varibel terikat.
Tujuan penelitian kuantitatif meliputi varibel-varibel dalam penelitian dan hubungan
antar varibel tersebut, para partisipan, dan lokasi penelitian. Tujuan ini ditulis dengan bahasa-
bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif, dan terkadang juga mencakup
pengujian deduktif atas hubungan-hubungan atau teori-teori tertentu. Tujuan penelitian
kuantitatif biasanya dimulai dengan mengidentifikasikan varibel-varibel utama dalam
149
penekitian (bebas, intervening, atau terikat) beserta model visualnya, lalu mencari dan dan
menentukan bagaimana varibel-varibel itu akan diukur atau diamati. Pada akhirnya, tujuan
digunakannya variable-varibel secara kuantitatif adalah untuk menghubungkan varibel-
varibel tersebut, seperti yang bisa ditemukan dalam penelitian survei, atau untuk
membandingkan sampel-sampel atau kelompok-kelompok tertentu dalm kaitannya dengan
hasil penelitian, seperti yang sering dijumpai dalam penelitian eksperimen.
Untuk menulis tujuan penelitian kuantitatif, ada sejumlah hal yang perlu diperhatika:
 Gunakan kata-kata untuk menandai tujuan penelitian anda, seperti tujuan, maksud,
atau sasaran. Mulailah dengan kata-kata seperti “tujuan (atau maksud atau sasaran)
penelitian ini adalah......”
 Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang anda gunakan. Dalam hal ini,
Anda tidak perlu mendeskripsikannya secara detail karena--- seperti yang sudah saya
jelaskan pada Bab 3--- ada kemungkinan bagian “Perspektif Teoritis” ditulis secara
terpisah untuk keperluan ini. Mendeskripsikan teori secara sederhana di bagian tujuan
penelitian akan memberikan penekanan pada pentingnya teori itu dalam penelitian
tersebut.
 Tunjukkanlah varibel bebas dan varibel terikat, serta varibel-variabel lain, seperti
mediate, moderate,atau control, yang digunakan dalam penelitian.
 Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan varibel bebas dan varibel terikat
untuk emnunjukkan bahwa kedua jenis varibel ini benar-benar saling berhubungan,
seperti “hubungan antara” dua atau lebih varibel, atau “perbandingan antara” dua atau
lebih kelompok. Kebanyaka penelitian kuantitatif menggunakan dalah satu dari dua
opsi ini untuk menghubungkan varibel-varibel dalam tujuan penelitian. Tetapi ada
juga peneliti yang menggunaka kombinasi antara membandingkan (comparing) dan
menghubungkan (relating), misalnya, penelitian eksperimen dua faktor yang
didalamnya peneliti memiliki dua atau lebih kelompok treatment dan satu varibel
bebas. Meskipun peneliti kebanyakan menggunakan teknik menghubungkan dua atau
lebih kelompok dalam penelitian eksperimen, tidak menutup kemungkinan mereka
juga menggunakan teknik tersebut dalam penelitian survei.
 Tempatkanlah dan susunlah varibel-varibel ini dari kiri ke kanan, dengan varibel
bebas (di bagain kiri) yang diikuti oleh varibel terikat (di bagian kanan). Letakkan
varibel-variabel intervening antara varibel bebas dan varibel terikat. Banyak peniliti
juga meletakkan varibel-varibel moderating antara varibel bebas dan varibel terikat.

150
Bahkan, varibel control juga tidak jarang diletakkan secara tiba-tiba mengikuti varibel
terikat, misalnya dalam frasa “yang juga dipengaruhi oleh......” atau “dengan varibel
kontrol.......” Dalam penelitian eksperimen, varibel bebas selalu menjadi varibel yang
dimanipulsi.
 Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti strategi survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian. Dengan menyatakan informasi tentang strategi
penelitian, peneliti setidaknya sudah mengantisipasi diri untuk tidak membahas detail
metodologi penelitian (yang biasanya di tulis dibagian khusus) dan memungkinkan
pembaca untuk mengasosiasikan hubungan antarvaribel dengan strategi penelitian.
 Tunjukkan sedcara jelas partisipan (atau unit analisis) dan lokasi penelitian tersebut.
 Definisikanlah secara umum masing-masing varibel kunci, misalnya dengan
menggunakan definidi-definisi yang sudah diterima secara umum yang berasal dari
literatur-literatur. Disertakannya definisi umum ini adalah untuk membantu pembaca
lebih memahami tujuan penelitian. Meski demikian, peneliti tidak boleh memberikan
terlalu detail memberikan definisi secara operasional karena definisi semacam ini
biasanya ditulis dalam bagian khusus “Definisi Istilah” (yang menjelaskan secara
rigid bagaimana varibel-varibel diukur). Selain itu, berikan batasan pada ruang
lingkup penelitian, seperti ruang lingkup pengumpulan data atau ruang lingkup
partisipan penelitian.
Berdasarkan poin-poin di atas, tujuan penelitian kuantitatif dapat ditulis sebagai
berikut:
Tujuan penelitian....... (eksperimen? survei?) ini adalah untuk menguji teori....... yang .....
(membandingkan? emnghubungkan?)...... dengan (varibel terikat), yang juga
dipengaruhi/dikontrol oleh....... (varibel kontrol), terhadap..... (partisipan penelitian)
di...... (lokasi penelitian). Varibel-(varibel) bebas....... dalam hal in didefinisikan
sebagai....... (sajikan suatu definisi umum), dan varibel(-varibel) control dan
intervening..... (tunjukkan varibel control dan intervening) didefinisikan sebagai.......
(sajikan definisi umum).
Contoh-contoh berikut ini akan mengilustrasikan elemen-elemen di atas. Dua
penelitian pertama adalah penelitian survey, satu penelitian terakhir adalah penelitian
eksperimen.

151
Contoh 6.5 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei

Kalof (2000) melakukan penelitian selama dua tahun pada 54


mahasiswi, terkait oerilaku-perilaku dan pengalaman-pengalaman mereka
terhadap pelecehan seksual. Mahsiswi ini memberikan responnya masing-masing
pada dua instrumen survei yang disebarkan secar terpisah selama dua tahun.
Kalof menggabungkan tujuan penelitian dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
Penelitian ini berusaha mengelaborasikan dan mengklarifikasi hubungan
antara perilaku seksual wanita dan pengalaman-pengalaman mereka
terhadap pelecehan seksual. Saya memanfaatkan data yang diperoleh
selama dua tahun dari 54 mahasiswi untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut ini: (1) Apakah perilaku-perilaku wanita mempengaruhi
pelecehan seksual terhadap mereka dua tahun ini? (2) Apakah sikap-sikap
wanita berubah setelah mengalami pelecehan seksual? (3) Apakah
pelecehan seksual sebelumnya mengurangi atau justru meningkatkan
resiko pelecehan-pelecehan seksual selanjutnya?

(Kalof, 2000: 24)

Meskipun Kalof (2000) tidak menyebutkan teori yang dia gunakan, setidak-tidaknya
dia telah mengidentifikasi varibel bebas (perilaku seks) dan varibel terikat (pelecehan
seksual) dalam penelitiannya. Dia juga menggunakan kata-kata hubungan antara untuk
menunjukkan relasi antarvaribel. Tujuan penelitian di atas juga telah mengidentifikasi secara
jelas para partisipan (wanita) dan lokasi penelitian (Universitas) . Selanjutnya, pada bagian
metodologi penelitian, Kalof menyebutkan bahwa penelitiannya menggunakan metode survei
mailed. Selain itu, meskipun Kalof tidak mendefinisikan varibel-varibel utama dalam tujuan
penelitian di atas setidaknya dia sudah menyajikan ukuran-ukuran spesifik pada varibel-
varibel tersebut dalam rumusan masalah.
Kutipan di atas mencakup beberapa komponen tujuan penelitian yang baik. Selain
ditulis pada bagian terpisah (Pernyataan Masalah), kutipan di atas telah menggunakan kata
hubungan, istilah-istilah yang didefinisikan, populasi dan sebagainya. Lebih jauh, dari
susunan varibel yang dijelaskan, pembaca akan mudah mengidentifikasi varibel bebas dan
varibel terikatnya.
152
Contoh 6.6 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei Disertasi

DeGraw (1984) menyelsaikan disertasi doktoralnya dalam bidang


pendidikan. Disertasi itu membahas topik tentang para pendidik yang bertugas
pada institusi-institusi perbaikan remaja. Dalam salah satu subjudul disertasinya
“Pernyataan Masalah” dia menjelaskan tujuan penelitian sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan antara karakristik-
karakristik pribadi dan motivasi pekerjaan bagi para pendidik yang
mengajar dilembaga-lembaga negeri perbaikan remaja di Amerika Serikat.
karakristik-karakristik dibagi ke dalam dua informasi penting, yaitu
informasi tentang latar belakang responden (seperti informasi institusional,
tingkat pendidikan, pelatihan sebelumnya, dan sebagainya) dan informasi
tentang pemikiran responden terhadap pekerjaannya yang berubah-ubah.
Penelitian terhadap latar belakang responden sangat penting dalam
disertasi ini karena penelitian semacam ini diharapkan dapat
mengidentifikasi karakristik-karakristik dan faktor-faktor yang
mempengaruhi mobilitas dan motivasi. Bagian kedua penelitian ini
meminta responden untuk mengidentifikasi faktor-faktor motivasional ini
yang berhubungan dengan mereka. Motivasi pekerjaan didefinisikan
sebagai enam faktor utama, sebagaimana yang terdapat dalam kuesioner
penelitian komponen kerja pendidikan (educational work components
study/EWCS) (Miskel & Heller, 1973). Enam faktor ini antara lain: potensi
perubahan dan perkembangan diri, daya saing, keinginan dan penghargaan
akan kesuksesan, kesabaran terhadap tekanan pekeerjaan, keamanan
konservatif, da kesediaan untuk mencari reward meski berada diantara
ketidakpastian dan penyangkalan.

(DeGrew, 1984: 4-5)

Kutipan di atas juga merefleksikan komponen-komponen tujuan penelitian


kuantitatif yang baik. Selain ditulis dengan terpisah, tujuan penelitian di atas juga
menjelaskan adanya perbandingan antarvaribel. Para penulisnya juga telah menunjukkan para
partisipan yang terlibat dalam penelitian eksperimennya. Dalam hal susunan varibel, mereka
menyusunnya dengan meletakkan varibel terikat diurutan pertama an varibel bebasnya di
153
bagian ke dua (Note: cara penulisan ini berbeda dengan apa yang sayasarankan agar varibel
bebas ditulis terlebih dahulu---- dari kiri--- kemudian varibel terikat---- kekanan). Meski
demikian, kelompok-kelompok dalam masing-masing varibel telah diidentifikasi secara jelas.
Begitu pula, meskipun dalam tujuan penelitian diatas par apenulisnya tidak menyebutkan
dasar teori yang digunakan, dalam pararaf-paragraf sebelumnya mereka sebenarnya sudah
mereview beberapa penemuan dari teori sebelumnya.
Contoh 6.7 Tujuan Penelitian Dalam Studi Eksperimen

Booth-Kewley, Edwards, dan Rosenfeld (1992) membandingkan antara


daya tarik sosial terhadap penggunaan computer dan daya tarik pribadi terhadap
pensil dan kertas. Mereka melanjutkan penelitian inventaris yang telah dilakukan
sejumlah mahasiswa sebelumnya dengan menggunaka Balanced Inventory of
Desirable Responding (BIRD), yang menawarkan dua skala, yaitu impression
management (IM) dan Self-Deception (SD). Dalam paragraf terakhir di bagaian
pendahhuluan, mereka mengemukakan tujuan penelitiannya:
Kami merancang penelitian ini untuk membandingkan respon-respon para
calon Angkata Laut terhadap skala IM dan SD, yang dikumpulkan dalam
tiga kondisi, yaitu: (1) kertas---dan----pensil, (2) komputer dengan
backtracking (3) komputer tanpa backtracking. Kurang lebih separu dari
calon AL ini menjawab kuesioner-kuesioner yang diberikan secara anonym
(tanpa nama/identitas jelas) dan separuh lainnya menjawab dengan
identitas yang jelas.

(Booth-Kewley et al. 1992: 563)

Tujuan Penelitian Metode Campuran


Tujuan penelitian metode campuran berisi tujuan penetian secara keseluruhan,
informasi mengenai unsure-unsur penelitian kuantitatif dan kualitaif, dan alasan/rasionalisasi
mencampur dua unsur tersebut untuk meneliti masalah penelitian. Tujuan penelitian metode
campuran biasanya ditunjukkan terlebih dahulu, dalam pendahuluan, untuk memberikan
panduan awal bagi pembaca dalam memahami bagian-bagian penelitian kuantitatif dan
kualitatif di dalamnya. Berikut ini saya sajikan beberapa petunjuk bagaimana menyusun dan
menyajikan tujuan penelitian metode campuran.

154
 Mulailah dengan menulis kata-kata yang menunjukkan secara jelas tujuan penelitian
yang akan dijabarkan, seperti “Tujuan.....” atau “Maksud....”
 Jelaskan tujuan penelitian dari perspektif konten, seperti “Tujuannya adalah untuk
mempelajari efektivitas organisasi” atau “Tujuannya adalah untuk mengamati
keluarga-keluarga yang anak tiri” untuk memahami keseluruhan maksud penelitian
tersebut terlebih dahulu sebelum peneliti membagi penelitiannya ke dalam bagian
kuantitatif dan kualitatif.
 Tunjukka jenis rancangan metode campuran yang digunakan, apakah itu sekuensial,
konkuren, atau transformasional.
 Jelaskan alasan/rasionalisasi dikombinasikannya data kuantitatif dan kualitatif.
Alasan ini dapat berupa salah satu dari yang berikut ini (lihat Bab 10 untuk lebih
detailnya):
1. Untuk lebih memahami masalah penelitian dengan mengonvergensikan
(atau mentrianggulasi) data kuantitatif yang berupa angka-angka dan data
kualitatif yang berupa rincian-rincian deskreptif.
2. Untuk mengeksplorasi pandangan partisipan (kualitatif) untuk kemudian
dianalisis berdasarkan sampel yang luas (kuantitatif).
3. Untuk memperoleh hasil-hasil statistic kuantitatif dari suatu sampel,
kemudian menindaklanjutinya denga mewawancarai atau mengobservasi
sejumlah individu untuk membantu menjelaskan lebih jauh hasil statistik
yang sudah diperoleh (lihat juga O’Cathain, Murphy & Nicholl, 2007).
4. Untuk mengungkap kecenderungan-kecenderungan dan hak-hak dari
kelompok atau individu-individu yang tertindas.
 Terapkan karakristik-karakristik tujuan penelitian kualitatif yang baik, seperti
berfokus pada satu fenomena utama, menggunakan kata-kata tindakan dan bahasa
tidak langsung, menyebutkan strategi penelitian, dan menjelaskan para partisipan
dan lokasi penelitian.
 Terapkan pula karakristik-karakristik tujuan penelitian kuantitatif yang baik, seperti
menyebutkan suatu teori dan varibel-varibel, menghubungkan varibel-varibel atau
membandingkan kelompok-kelompok varibel, menyusun varibel-variabel ini mulai
dari varibel bebas terlebih dahulu lalu varibel terikat, menyebutkan strategi
penelitian dan memerinci para partisipan dan lokasi penelitian.

155
 Pertimbangkan pula informasi-informasi tambahan mengenai jenis-jenis/strategi-
strategi pengumpilan data kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan elemen-elemen di atas, berikut ini disajikan empat contoh tujuan
penelitian metode campuran (Creswell & Plano Clark, 2007). Dua contoh pertama adalah
penelitian sekuensial dengan satu strategi pengumpulan data yang turut membangun strategi
pengumpulan data yang lain. Contoh ketiga adalah penelitian konkuren dengan menerapkan
dua strategi pengumpulan data dalam satu waktu lalu dibawa secara bersama-sama dalam
analisis data. Contoh keempat adalah penelitian metode campuran transformative yang
didasarkan pada rancangan konkuren.

1. Penelitian sekuensial dengan tahap kuantitatif di urutan kedua yang didasarkan pada tahap
kualitatif di urutan pertama:
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial dua-tahap ini adalah untuk....
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Tahap pertama adalah eksplorasi
kualitatif terhadap ...(fenomena utama) dengan mengumpulkan (jenis-jenis data) dari(para
partisipan) di(lokasi penelitian). Penemuan- penemuan dari tahap kualitaiif ini kemudian
digunakan untuk menguji (suatu teori, rumusan masalah, atau
hipotesis)yang(menghubungkan? membandingkan?) (variabel bebas) dengan(variabel
terikat) terhadap(sampel dari populasi) di(lokasi penelitian). Alasan didahulukannya
pengumpulan data kualitatif disebabkan(seperti, instrumen - instrumennya tidak sesuai atau
tidak tersedia, variabel variabel-nya tidak diketahui, ada sedikit teori atau taksonomi yang
dapat dijadikan panduan rigorus).
2. Penelitian sekuensial dengan tahap kualitatif tindak-lanjut (di urutan kedua) yang turut
membantu menjelaskan tahap kuantitatif sebelumnya (di urutan pertama):
Tujuan dari penelitian metode campuran sekuensial dua- tahap ini adalah untuk
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Pada tahap pertama, rumusan masalah
atau hipotesis penelitian kuantitatif akan menjelaskanhubungan atau
perbandingan(variabel bebas) dan (variabel terikat) dengan melibatkan(partisipan
penelitian) di(lokasi penelitian). Informasi dari tahap pertama akan dieksplorasi lebih lanjut
pada tahap kedua, yaitu tahap kualitatif. Pada tahap kedua ini, wawancara atau observasi
kualitatif digunakan untuk memeriksa kembali(hasil-hasil kuantitatif) dengan
mengeksplorasi aspek-aspek ................................................... (fenomena utama)
dengan melibatkan(para partisipan) di(lokasi penelitian). Alasan ditindaklanjutinya

156
metode kuantitatif ini dengan metode kualitatif adalah untuk(seperti, lebih memahami dan
menjelaskan hasil-hasil kuantitatif yang diperoleh sebelumnya).
3. Penelitian konkuren dengan mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif sekaligus
dalam satu waktu, lalu memadukan keduanya untuk dapat memahami masalah penelitian
dengan lebih baik :
Tujuan penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk..:.. (sebutkan tujuan
penelitian berdasarkan konten). Dalam penelitian ini,.... (instrumen instrumen kuantitatif)
akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel bebas) dan (variabel
terikat). Pada waktu bersamaan, (fenomena utama) akan dieksplorasi dengan
menggunakan (wawancara atau observasi kualitatif) dengan/terhada (para partisipan)
di (lokasi penelitian). Asalan mengombinasikan data kuantitatif dan data kualitatif
ini adalah agar lebih memahami masalah penelitian tersebut dengan mengon vergensi data
kualitatif (berupa angka-angka) dan data kuantitatif (berupa pandangan-pandangan
deskriptif).
4. Contoh terakhir adalah penelitian metode campuran dengan strategi transfofiriatif.
Contoh ini ditulis berdasarkan penelitian konkuren, tetapi yang namanya proyek metode
campuran bisa saja menggunakan strategi konkuren (data kuantitatif dan data kualitatif
dikumpulkan dalam waktu bersamaan) ataupun strategi sekuensial (dua jenis data yang
dikumpulkan secara ber-tahap). Dikatakan strategi tranformatif karena tujuan dari penelitian
ini adalah untuk membahas isu utama yang berhubungan dengan kelompok-kelompok atau
individu-individu yang ter-marjinalkan. Selain itu, hasil dari penelitian semacam ini biasa-
nya untuk mengadvojcasi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau individu tersebut sehingga
dalam tujuan penelitiannya diserta-kan pula penjelasan mengenai usaha/harapan
transformasi (perubahan) dalam tujuan penelitian. Tujuan penelitian metode campuran
konkuren ini adalah untuk (sebutkan isu-isu yang perlu dibahas terkait dengan kelompok
atau individu-individu yang termarjinalkan). Dalam penelitian ini, ..... (instrumen-
instrumen kuantitatif) akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel-
variabel bebas) dan(variabel-variabel terikat). Pada waktubersamaan, (fenomena utama)
akan dieksplorasi jugadengan menggunakan(wawancara atau observasi
kualitatif)dengan/terhadap (para partisipan) di (lokasi penelitian).Alasan
dikombinasikannya data kuantitatif dan data kualitatif iri adalah untuk lebih memahami
masalah penelitian dengan cara mengonvergensi data kuantitatif (berupa angka-angka) dan

157
data kualitatif (berupa pandangan-pandangan rinci),dan untuk mengadvokasi
perubahan/transformasi bagi (kelompok-kelompok atau individu-individu).

Contoh 6.8 Tujuan Penelitian Metode Campuran Konkuren

Hossler dan Vesper (1993) meneliti sikap/kecehderungan anak-anak dan prang tua, khususnya
yang terkait dengart pengbernatan orang tuauntuk pendicfikan S2 bag] anak-a.nak rriereka.
Pajarrr penejitian yang diiaksariakan selama tig a tahun, mereka rnengideritiftkasi
taktpf-faktof yang sangat berhubufigari dengan p'enghematart orang tua dan data kuantitatif-
kualitatif yang mereka kurhpulkan. Tujuan penelitian mereka adalah sebagai perikut:
Karya tulis ini berusaha meneliti perilaku-perilaku pengtiernatan (saving) orang tua,
Dengan menggunakan data anak-anak dan orang tua yang diperoleh dari penelitian
longitudinal dengan metode survei selama tiga tahun, kami memilih regresi logistik untuk
mengidentifikasifaktor-faktor yang berhubungan dengan pehghematan prang tua bagi
pendidikan S2 anak-anak mereka. fidakhanya itu, kami juga berusaha menggali pengetahuan
lain dari hasil wawancara kami dengan beberapa sampel mahasiswa dan orang tua mereka
selama lima kali dalam jangka waktu tiga tahun. Pengetahuan ini diharapkan dapat
mernbantu mengekSplorasi lebih jauh isu teritang penghematan orang tua.
(Hossler & Vesper, 1991: 141)

Dalam teks aslinya, tujuanpenelitian di atas ditulis denganjudul "Tujuan." Tujuan tersebut juga
sudah mengindikasikan bahwa ada data kuantitatif (seperti, survei) dan data kualitatif (seperti,
wawan-cara) yang dicampur dalam penelitian. Kedua jenis data ini di-kumpulkan selama
periode tiga tahun. Artinya, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian triangulasi atau
konkuren. Alasan dipilihnya metode triangulasi atau konkuren ini memang tidak di-sertakan
dalam tujuan penelitian di atas, namun ia telah disajikan pada bagian selanjutnya, dalam
pembahasan metode survei dan wawancara. Dalam bagian metode survei dan wawancara inilah
di-dapati pernyataan bahwa "wawancara juga digunakan untuk meng-eksplorasi lebih detail
variabel-variabel yang sudah dianalisis dan untuk mengtriangulasi hasil penelitian berdasarkan
data kuantitatif dan data kualitatif" (Hossler & Vesper, 1993:146)

158
Contoh 6.9 Tujuan Penelitian Metode Campuran Sekuensial
Ansorge, Creswell, Swidler, dan Gutmann (2001) meneliti penggunaan laptop
iBook di tiga kelas Metoae Pendidikan Guru. Laptop ini memungkinkan mahasiswa untuk
belajar di meja mereka masing-masing dan mernanfaatkannya untuk login secara langsung
ke dalam website-website yang direkomendasikan oleh instruktur. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial ini adalah per-tama-tama untuk
mengeksplorasi dan membuat tema-tema utama tentang penggunaan laptop
iBook di kelas Metode Pendidikan Guru dengan melakukan observasi lapangan
dan wawancara langsung. Kemudian, dari tema-tema tersebut, dibuatlah
instrumen penelitian untuk menyurvei cara penggunaan laptop oleh para mahasiswa
dalam beberapa kondisi. Alasan digunakannya data kualitatif dan ddta kuantitatif
ini disebabkan survei terhadap.pengalaman mahasiswa dapat dilakukan dengan lebih
baik hanya jika eksplorasi terhadap cara penggunaan laptop oleh mahasiswa terlebih
dahulu diterapkan.

Tujuan penelitian di atas ditulis dengan judul "Tujuan." Tujuan penelitian tersebut
sudah menyebutkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan (rancangan
sekuensial). Hal ini diperkuat karena di dalamnya berisi elemen-elemen dasar dari tahap
pertama ' (kualitatif) yang ditindaklanjuti oleh tahap kedua (kuantitatif). Tujuan penelitian di
atas juga menyertakan informasi mengenai dua strategi pengumpulan data dan diakhiri
dengan alasan digunakannya dua bentuk data dalam rancangan metode campuran
sekuensial.
Contoh 6.10 Tujuan Penelitian Metode Campuran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman umum tentang bagaimana keadilan dan
kesetaraan gender dipersepsikan oleh perernpuan dan laki-laki Swedia. Tujuan karya tulis ini
adalah untuk rneneliti pentingnya pemanfaatan waktu, surnber daya-surnber daya individu,
keadilan distributif, dan ideologi gender bagi terbentuknya persepsi positif masyarakat Swedia
tentang kejadilan dan kesetaraan gender.
(Nordenmark & Nyman, 2003: 185)

159
Seperti yang sudah kita baca, kutipan di atas diawali dengan pernyataan tentang
maksud penelitian dan ditulis di akhir pen-dahuluan. Kutipan tersebut mengetengahkan
persoalan kesetaraan gender sebagai isu utama. Sebelum kutipan di atas, pembaca di-
sajikan satu informasi bahwa orang-orang Swedia ternyata memiliki tujuan politis terkait
dengan kesetaraan gender ini, di mana "ke-seimbangan kerja dan kekuasaan antara pria
dan wanita seolah-olah dieliminasi" (Nordenmark & Nyman, 2003: 182). Para penulisnya
juga menunjukkan dua jenis data yang dikumpulkan (yaitu, survei dan wawancara), dan
setelah kutipan di atas, mereka juga menjelaskan mengapa dua jenis data ini digabungkan
(yaitu, untuk saling melengkapi satu sama lain). Artinya, penelitian metode campuran ini
dilaksanakan berdasarkan strategi konkuren. Selain itu, tujuan penelitian di atas juga sudah
menyebutkan variabel-variabel kuanti-tatif yang saling berhubungan dalam penelitian. Uniknya, di
bagian-bagian selanjutnya dalam artikel ini, pembaca akan mengetahui bahwa variabel-variabel
ini ternyata ditulis dalam bentuk pertanya-an-pertanyaan kualitatif.
Meski demikian, para pen1 llisnya bisa saja lebih eksplisit dalam menjelaskan prosedur-
prosedur kuantitatif dan kualitatifnya, serta jenis strategi metode campuran yang digunakan.
Dalam kutipan di atas juga tidak disebutkan bagaimana penelitian ini akan turut mem-bantu
menciptakan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat Swedia. Meski demikian, di bagian
akhir karya tulisnya, mereka sudah menegaskan bahwa tidak menu tup kemungkinan muncul
tujuan-tujuan, pemikiran-pemikiran, dan perilaku-perilaku yang saling kontradiktif yang
berimplikasi terhadap kesetaraan gender di Swedia, dan karena inilah mereka mengharapkan
adanya penelitian lanjutan terhadap keadilan dan kesetaraan gender dengan metode survei
skala-luas.

RINGKASAN
Bab ini menjelaskan pentingnya tujuan penelitian yang menjadi gagasan utama
dilakukannya suatu penelitian atau studi. Dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, peneliti perlu
menegaskan feno-mena utama yang diteliti dan menyajikan definisi tentatif ten tang fenomena
tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu menggunakan kata-kata tindakan seperti mengamati,
mengetribangkan, atau mernahami, menggunakan bahasa tidak langsung, dan memperjelas strategi
penelitian, para partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam tujuan penelitian kuantitatif, peneliti menegaskan teori yang akan diuji dan
variabel-variabel yang akan dihubungkan atau diperbandingkannya. Peneliti juga perlu
menempatkan variabel bebas di urutan pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di urutan
kedua (bagian kanan). Selain itu, peneliti harus menyatakan secara jelas strategi penelitian yang

160
hendak diterapkan serta para partisipan dan lokasi penelitiannya. Dalam beberapa hal,
peneliti juga dapat mendefinisikan variabel-variabel kunci yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam tujuan penelitian metode campuran, jenis strategi harus dinyatakan secara
jelas: apakah data penelitian dikumpulkan secara konkuren atau sekuensial, dan
alasan/rasionalisasi dignnakannya strategi tersebut. Selebihnya, karena ini penelitian
metode campuran maka beberapa elemen dalam tujuan penelitian kuantitatif dan kuali-tatif
juga harus disertakan.
Latihan Menulis
1. Dengan merujuk pada sejumlah contoh tujuan penelitian kualitatif yang
sudah disajikan dalam bab ini, buatlah satu tujuan penelitian dengan
mengisi ruang-ruang kosong di dalamnya. Pastikan tujuan ini ringkas
LATIHAN MENULIS

dan jelas. Tulislah tidak lebih dari sepertiga halaman.


2. Dengan merujuk pada beberapa contoh tujuan penelitian kuantitatif, tulislah
satu saja tujuan penelitian. Seperti biasa, pastikan tulisan Anda singkat,
tidak lebih dari sepertiga halaman
3. Dengan merujuk pada beberapa contoh tujuan penelitian metode campuran,
tulislah satu saja tujuan penelitian. Pastikan Anda menyertakan alasan
dicampurnya data kuantitatif dan data kualitatif, selebihnya Anda bisa
menerapkan elemen-elemen kunci dalam tujuan penelitian kuantitatif dan
kualitatif sebagaimana yang telah dijelas-
kan sebelumnya.

BACAAN TAMBAHAN

Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Dalam buku ini, Catherine Marshall dan Gretchen Rossman membahas di antaranya
mengenai tujuan penelitian. Tujuan penelitian, menurut Marshall dan Rossman, lazimnya
disertai dengan pembahasan singkat mengenai topik penelitian dan sering kali ditulis dalam satu
atau dua kalimat. Tujuan penelitian menjelaskan kepada pembaca hasil-ttasil apa saja yang ingin
dicapai oleh peneliti. Peneliti harus menulis tujuan penelitian secara eksploratif, ekplanatoris,
deskriptif, dan emansipatoris. Peneliti juga perlu menyertakan unit analisis (seperti, individu-
individu atau kelompok-kelompok) dalam tujuan penelitiannya.

161
Creswell, J.W., & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Thousand Oaks, CA: Sage.

John W. Creswell dan Vicki L. Piano Clark menulis buku peng-antar tentang penelitian
metode campuran. Di dalamnya, mereka membahas proses-proses penelitian dengan metode
campuran; mulai dari menulis pendaehuhian, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan
data, serta menulis hasil penelitian. Mereka juga me-nyajikan empat cqntdh jenis penelitian
metode campuran serta panduan-panduan umum dalam menulis tujuan penelitian berdasar-kan
contoh-contph tersebut.

Wilkinson, AJNC (1991).; The Scientist's Handbook for Writing Papers andfiissertatkms.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson menyebut tujuan penelitian dengan istilah "sasaran langsung penelitian"
(immediate objective of the study). Dia menyatakanbahwa tujuan penelitian ditulis untuk menjawab
rumus-an masalah. Lebih lanjut, tujuan penelitian harus disajikan dalam bagian pendabAiluan,
meskipun tujuan ini bisa saja secara implisit dinyatakan di bagian mana pun. Jika ditulis secara
eksplisit, tujuan penelitian sbaiknya ditulis di bagian akhir pendahuluan saja, atau diletakkan
berdampingan atau di pertengahan pendahuluan, tergantung pada bagaimana bagian
pendahuluan itu disusun oleh peneliti.

162
BabTujuh

Rumusan Masalah dan Hipotesis


Penelitian
Peneiiti seyogianya menyajikan rarnbu-rambu yang dapat me-nuntun pembaca melewati
semua tahap penelitian. Rambu pertama adalah tujuan penelitian yang menjadi petunjuk
utama sebuah penelitian. Dari tujuan penelitian ini, peneliti mulai memper-sempit fokus
penelitiannya dengan menyajikan rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Bab tujuh ini
akan menjelaskan sejumlah prinsip dan panduan dalam merancang rumusan masalah
penelitian kualitatif, rumusan masalah dan hipotesis penelitian kuantitatlf, serta rumusan
masalah penelitian metode campuran.

RUMUSAN MASALAH KUALITATIF

Dalam penelitian kualitatif, peneliti menyatakan rumusan masalah, bukan sasaran


penelitian (seperti, hasil-hasil akhir yang ingin diperoleh dalam penelitian) ataupun
hipotesis-hipotesis (seperti, prediksi-prediksi yang melibatkan variabel-variabel dan
pengujian-pengujian statistik). Rumusan masalah untuk penelitian kualitatif
mengandaikan dua bentuk: satu rumusan masalah utama danbebe-rapa subrumusan
masalah spesifik.
Rumusan masalah utama mempakan pertanyaan umum tentang konsep atau fenomena
yang diteliti. Peneliti mengajukan pertanyaan ini sebagai masalah umum yang tidak
dimaksudkan untuk mem-batasi penelitian. Untuk membuat pertanyaan seperti ini y
cobalah bertanya: "Apa pertanyaan terluas yang bisa say a ajukan terkait dengan
penelitian ini?" Peneliti pemvila yang dilatih dalam penelitian kuantitatifbiasanya akan
kesulitan untuk menerapkan pendekatan ini karena mereka terbiasa dengan pendekatan
sebaliknya: meng-identifikasi rumusan masalah yang spesifik atau hipotesis-hipotesis
yang didasarkan pada variabel-variabel yang sangat terbatas. Sebaliknya, penelitian
kualitatif bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor kompleks yang berada di sekitar
fenomena utama dan me-ny ajikan perspekuf-perspektif atau makna-makna yang beragam
dari para partisipan. Berikut ini saya sajikan beberapa petunjuk bagai-mana menulis
rumusan masalah atau pertanyaan umum dalam penelitian kualitatif:

163
 Ajukanlah satu atau dua pertanyaan utama (rumusan masalah) yang diikuti oleh lima
hingga tujuh subpertanyaan. Subpertanyaan-sub-pertanyaan ini harus sesuai dengan
rumusan masalah dan mem-peisempit fokus penelitian, tetapi tetap membuka
diri akan kemungkinan-kemungkinan lain. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar peneliti menulis tidak lebih dari dua belas pertanyaan
penelitian kualitatif, baik itu pertanyaan utama (rumusan masalah) maupun
subpertanyaan-subpertanyaan. Sebaliknya, subpertanyaan-subpertanyaan bisa
dibuat menjadipertanyaan-pertanyaan spesifik untuk digunakan selama xvawancara
(atau obser-vasi, atau ketika proses dokumentasi). Dalam membuat protokol atau
panduan wawancara, misalnya, peneliti dapat mengajukan pertanyaan ice breaker
di awal wawancara, yang kemudian di-lanjutkan dengan lima subpertanyaan (lihat
Bab 9). Wawancara ini kemudian bisa diakhiri dengan pertanyaan penutup,
seperti yang pernah saya lakukan dalam salah satu penelitian studi kasus saya:
"Pertanyaan terakhir, siapa yang bisa saya hubungi untuk mempelajari lebih jauh
tentang topik ini?" (Asmussen & Creswell, 1995).
 Kaitkanlah pertanyaan utama (rumusan masalah) dengan strategi penelitian
kualitatif'tertentu. Misalnya, spesifikasi rumusan masalah dalam penelitian etnografi
berbeda dengan rumusan masalah dalam strategi-strategi penelitian kualitatif yang
lain. Dalam penelitian etnografi, Spradley (1980) mengajukan taksonomi rumusan
masalah etnografis terkait dengan sekelumit kisah komunitas culture-sharing,
pengalaman-pengalaman mereka, penggunaan bahasa asli, perbedaan-perbedaan mereka
dengan kelompok-kelompok kultural lain, dan rumusan masalah tambahan untuk
menverifikasi keakuratan data. Dalam etnografi kritis, rumusan masalah bisa saja
dibuatberdasarkan literatur-literatur yang ada. Rumusan masalah ini, biasanya lebih
berupa petunjuk-petunjuk kerja ketimbang kebenaran-kebenaranyang haruc
dibuktikan (Thomas, 1993:35). Sebaliknya, dalam fenomenologi, rumusan masalahnya
bisa dinyatakan secara luas tanpa harus merujuk pada literatur-literatur. Moustakas (1994)
membahas satu rumusan masalah tentang peristiwa apa saja yang dialami partisipan dan
dalam situasi apa mereka mengalami peristiwa itu. Contoh rumusan masalah fenomenologi
adalah: "Bagaimana kehidupan seorang ibu jika satu anak remajanya meninggal
karena kanker?" (Nieswiadomy, 1993: 151). Dalam grounded theory, rumusan
masalahnya bisa diarahkan menuju upaya menciptakan teori baru tentang proses-proses
tertentu, seperti mengajukan rumusan masalah untuk menciptakan teori tentang

164
interaksi antara pasien dan dokter di rumah sakit. Dalam penelitian studi kasus, rumusan
masalahnya bisa diarahkan untuk mendesknpsikan suatu kasus dan kecenderungan-
kecenderungan tertentu.
 Awalilah rumusan masalah peneliticm Anda dengan kata-kata "apa" atau
"bagaimana" untuk meniinjukkan keterbukaan penelitian Anda. Kata bagaimana
sering kali menyiratkan bahwa penelitian tengah berusaha menjelaskan mengapa sesuatu
muncul. Kata ini memang menuntut adanya jawaban sebab-akibat yang lebih berhubungan
dengan penelitian kuantitatif. Hanya saja, dalam penelitian kuali-tatif, kata itu
mencerminkan pemikiran yang lebih terbuka.
 Fokuslah pada satu fenomena atau konsep utama. Suatu penelitian memang bisa berkembang
dari waktu ke waktu; ada kemungkin-an banyak faktor lain yang muncul dan
memengaruhi fenomena tersebut, tetapi cobalah memulai penelitian Anda dengan satu
fenomena utama untuk dieksplorasi secara detail.
 Gunakanlah verba-verba eksploratif sesuai dengan jenis strategi kualitatif yang
Anda terapkan. Verba-verba ini seyogianya mengajak pembaca untuk
memahami bahwa penelitian Anda:

1. Menemukan (grounded theory).


2. Berusaha memahami (etnografi).
3. Mengeksplorasi suatu proses (studi kasus).
4. Mendeskripsikanpengalaman-pengalaman (fenomenologi).
5. Menyajikan cerita-cerita (penelitian naratif).

 Karena ini penelitian kualitatif maka gunakanlah verba-verba eksploratoris


berupa kata-kata tidak langsung (nondirectional words) ketimbang kata-kata
langsung (directional words), seperti "berdampak pada,” "memengaruhi,"
"merientukan," "menyebabkan," dan "menghubungkan."
 Upayakan rumusan masalah Anda terus berkembang dan berubah selama
penelitian berlangsung, namun tetap konsisten dengan asumsi-asumsi dasar
rancangan penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah
sering kali didasarkan pada revieiv atau reformulasi secara terus-menerus (seperti
dalam penelitian grounded theory). Pendekatan ini mungkin saja
problematis bagi individu-individu yang sudah terbiasa dengan

165
rancangan kuantitatif, di mana rumusan masalah harus fixed
sepanjang penelitian.
 Gimakanlah rumusan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada
literatur atau teori tertentu, kecualijika ada strategi ' penelitian kualitatif yang
menganjurkan hal itu.
 Rinicilah para partisipan dan lokasi penelitian, itu pun jika sebelumnya
informasi mengenai keduanya belum dijelaskan.

Di bawah ini, salah satu model bagaimana menulis rumusan masalah kualitatif:
.............................. (bagaimana atau apa) ("cerita tentang" untuk
penelitiannaratif; "makna dari" untuk penelitian fenomenologi; "teori yang
menjelaskan proses" untuk penelitian grounded theory; "kecenderungan culture-
sharing" untuk penelitian etnografi; "isu" dalam "kasus" untuk penelitian studi
kasus)....(fenomena utama) dengan (partisipan penelitian) di..... (lokasi
penelitian).
Berikut ini, kutipan sejumlah rumusan masalah kualitatif dari strategi-strategi
penelitian yang berbeda-beda.

Contoh 7.1 Rumusan Masalah Kualitatif dalam Etnografi

Finders (1996) menggunakan prosedur-prosedur etnografi uhtuk


mendokumentasikan kecenderungan membaca majalah-majalah remaja oleh siswa -
siswi kelas 1 SMP Amerika yang berekonomi kelas-menengah. Finders berusaha
mengeksplorasi bagaimana sis'wi-siswi tersebut memersepsi.dan mengkonstruksi peran
sosiaf dan pergaulan mereka saat mereka masuk ke SMP dengan cara meneliti
kecenderungan mereka dalam membaca majalah-majalah remaja. Finders meng-ajukan
satu rumusan masalah utama dalam penelitiannya:

Bagaimana para remaja putrj membaca buku -buku yang menyajikan realisme
fiksi?
(Rnders, 1996: 72)

166
Rumusan masalah Finders (1996) ini dimulai dengan kata bagaimana, menggunakaan
verba terbuka, membaca; fokus pada satu konsep utama, literatur atau majalah remaja; dan
menyebutkah para partisipannya, remaja-remaja putri, sebagai kelompok culture-sharing.
Perhatikan bagaimana Finders membuat rumusan masalah yang ringkas dan padat ini untuk
nantinya dijawab dalam penelitiannya. Rumusan masalahnya adalah pertanyaan luas yang
memungkinkan Finders menyingkap pola-pola aiau kecenderungan-kecenderungan siswi
SMP membaca majalah remaja.

Contoh 7.2 Rumusan Masalah Kualitatif dalam Studi Kasus

Padula dan Miller (1999) melakukan studi kasus untuk mendeskripsikan pengalaman
para mahasiswi program doktrol psikologi di salah satu universitas research Midwestern yang
ingin kembali bersekolah, setefah beberapa lama mereka kuliah di universitas. Tujuannya
untuk mendokumentasikan pengalaman para mahasiswi ini berdasarkan perspektif
"perempuan" feminis dan gender. Padula dan Miller mengajukan tiga rumusan masalah
utama dalam penelitiannya:
(1) Bagaimana paYa mahasiswi program doktora psikologi mendeskripstkan keputusan
mereka untuk kembali bersekolah?
(2) Bagaimana para mahasiswi program doktoral psikologi mendeskripstkan
pengalaman mereka, ketika sudah mulai bersekolah kembalf? Dan
(3) Bagaimana sekembalinya mereka dari seKotah ini mengubah kehidupan mereka?
(Padula & Miller, 1999: 328)

Tiga rumusan masalah ini, semuanya diawali dengan kata bagaimana, menggunakan verba-
verba yang terbuka, seperti mende-kripsikan; dan fokus pada tiga aspek pengalaman psikologis —
kembali ke sekolah, masuk kembali, dan mengubah. Ketiganya juga_me-nyebutkan secara jelas para
partisipan, yaitu mahasiswi-mahasiswi program doktoral di salah satu universitas research
Midwestern.

RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS PENELITIAN KUALITATIF


Dalam penelitian kuantitatif, peneliti menyajikan rumusan masalah dan hipotesis
penelitian, terkadang sasaran penelitian juga. Rumusan masalah ini biasanya berupa
pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan antara variabel-variabel yang akan dianalisis oleh

167
peneliti. Rumusan masalah pada umumnya digunakan dalam penelitian ilmu sosial dan lebih
khusus dalam penelitian survei. Di sisi lain, hipotesis kuantitatif merupakan prediksi-prediksi
yang dibuat peneliti tentang hubungan antarvariabel yang ia harapkan. Hipotesis ini biasanya
berupa perkiraan numerik atas populasi yang dinilai berdasarkan data sampel penelitian.
Menguji hipotesis berarti me-nerapkan prosedur-prosedur statistik di mana di dalamnya peneliti
mendeskripsikan dugaan-dugaannya terhadap populasi tertentu berdasarkan sampel
penelitian. Hipotesis sering kali digunakan dalam penelitian eksperimen yang di dalamnya
peneliti memban-dingkan kelompok-kelompok (groups). Para pembimbing biasanya
merekomendasikan penggunaan hipotesis ini hanya untuk pene-litian-penelitian formal, seperti
disertasi atau tesis, guna memperjelas ke mana penelitian-penelitian tersebut diarahkan.
Selain rumusan masalah dan hipotesis, ada pula sasaran kuantitatif. Sasaran ini
mengindikasikan tujuan jangka panjang yang ingih dicapai. Sasaran kuantitatif banyak dijumpai
dalam proposal-proposal permohonan dana, tetapi jarang digunakan dalam penelitian-penelitian
ilmu social dan kesehatan de wasa ini. Untuk itulah, f okus kita hanya pada rumusan masalah dan
hipotesis penelitian. Berikut ini adalah contoh rumusan masalah kuantitatif:
Apakah ...... (nama teori) dapat menjelaskan hubungan antara .............. (variabel bebas) dan
.................. (variabel terikat), yang dipengaruhi pulaoleh .................. (variabel control)?

Sementara untuk contoh hipotesis kuantitatif dapat berupa seperti ini (hipotesis nol):

Tidak ada perbedaan signifikan antara .......... (kelompok kontrol dankelompok eksperimen dalam
variabel bebas) terhadap .............................. (variabel terikat).

Berikut ini, disajikan sejumlah petunjuk dalam menulis rumusan masalah dan hipotesis
kuantitatif yang baik:
 Variabel-variabel dalam rumusan masalah atau hipotesis biasanya hanya digunakan dengan
tiga pendekatan dasar. Pertama, peneliti membandingkan kelompok-kelompok dalam
variabel bebas untuk melihat dampaknya terhadap variabel terikat. Kedua,
penelitimenghubungkan satu atau beberapa variabel bebas dengan satu atau beberapa
variabel terikat. Ketiga, peneliti mendeskripsikan respons-respons terhadap variabel bebas,
variabel mediate, atau variabel terikat. Kebanyakan penelitian kuantitatif menggunakan
salah satu atau lebih dari tiga pendekatan ini.
 Salah satu hal yang paling sering muncul dalam penelitian kuantitatif adalah pengujian
terhadap suatu teori (lihat Bab 3) dan spesi-fikasi rumusan masalah atau hipotesis yang
berhubungan dengan teori tersebut.

168
 Variabel bebas dan variabel terikat harus diukur secara terpisah. Prosedur ini sekaligus
memperkuat logika sebab-akibat dalam penelitian kuantitatif.
 Untuk mengurangi "kelebihan muatan", tulislah hanya rumusan masalah atau hipotesis saja,
tidak kedua-duanya, kecuali jika hipotesis tersebut dibuatberdasarkan rumusan masalah
(mengenai
hal ini, akan dijelaskan kemudian). Pilihlah satu pola rumusan masalah atau hipotesis
berdasarkan tradisi atau rekomendasi dari pembimbing atau pihak fakultas, atau
berdasarkan ada tidaknya prediksi akan hasil penelitian dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
 Jika hipotesis yang digunakan, ada dua bentuk: hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol merepresentasikan pendekatan tradisional: ia membuat suatu prediksi yang
menyatakan tidak ada satu pun hubungan atau perbedaan signifikan antara kelom-pok-
kelompok dalam variabel penelitian. Pernyataan untuk hipotesis nol bisa berupa: "Tidak
ada perbedaan (atau hubungan)" antara kelornpok-kelompok. Berikut ini, salah satu
contoh hipotesis nol

Contoh 7.3 Hipotesis Nol


Seorang peneliti mengamati tigas jenis penguatan (reinforcement) bagi anak-anak
autis, yaitu isyarat-isyarat verbal, reward dan tanpa penguatan. Peneliti tadi mengumpulkan
informasi mengenai perilaku anak-anak autis yang nantinya dapat dijadikan instrumen
pengukuran untuk menganlisis interaksi sosial mereka dengan saudara-saudara mereka.
Hipotesis nol untuk penelitian ini bisa berupa :
Tidak ada perbedaan signifikan antara isyarat verbal, reward dan tanpa penguatan
terhadap interaksi sosial antara anak-anak autis dan saudara-saudara mereka

 Hipotesis kedua, yang banyak dijumpai dalam artikel-artikel jurnal;-adalah hipotesis


alternatif atau hipotesis direksional. Peneliti m^mbuat suatu prediksi atas hasil yang
diharapkan. Predjks«tini bjasanya berasal dari literatur-literatur atau peneMan-penelitiajfiL
set>eltunnya yang pen\ah menyatakan kemungkinan hasil tersebut. Misalnya, peneliti dapat
memprediksikan bahwa "Nilai Kelompbk A akan lebih tinggi ketimbang Kelompok B"
dalam yariabel terikat; atau, bahwa "Kelompok A akan lebih banyak berubah ketimbang
Kelompok B" dalam outcome yang diharapkan. Contoh-contoh berikut mengilustrasikan

169
hipotesis direksional ini karena outcome yang diharapkan (seperti, lebih tinggi, lebih
banyak berubah, dan sebagainya) juga disertakan di dalamnya.

Contoh 7.4 Hipotesis Direksional

Mascarenhas (1989) meneliti perbedaan antara jenis-jents keperriilikan


perusahaan (milik riegara, publik, dan swasta) dalam Industrioffshore drilling
(pengeboran jauh dari paritai). Secara khustis, perbedaan-perbedaan yang dieksplbrasi
menyangkut soal dominasi market domestik, jangkauan internasional, dan orientasi
kostumer antara ketiga jenis perusahaan tersebut. Penelitian inimerupakan penelitian
lapangan terkontroi (control field study} dengan prosedur kuasi-eksperimehtai
Hipotesis 1: Perusahaan-perusahaan publik akan rnemiliki rata-rata pertumbuhan yang
lebih besar ketimbang perusahaan-perusahaan swasta.
Hipotesis 2: Perusahaan-perusahaan publik akan rnemiliki jangkauan internasional yang
lebih luas ketimbang perusahaan-perusahaan milik negara dan swasta.
Hipotesis 3: Perusahaan-perusahaan rnilik riegara akan rrie-miiiki share yang lebih
luas dalam market domestik ketimbang perusahaan-psrusahaan publik dan swasta.
Hipotesis 4: Perusahaan-perusahaan publik akan memiliki jaringan produk yang
lebih luas ketimbang perusahaan-perusahaan rnilik negara dan swasta.
Hipotesis 5: Perusahaan-perusahaan milik negara kemungkinan akan lebih banyak
membangun BUMN-BUMN di seberang lautan untuk menjaring kostumer yang lebih
luas.
Hipotesis 6: Perusahaan-perusahaan milik negara akan memiliki jumlah kostumer
yang lebih stabil ketimbang perusahaan-perusahaan swasta.
Hipotesis 7: Meskipun tidak terlalu tampak, perusahaan-perusahaan publik sepertinya
akan menerapkan teknologi yang lebih canggih ketimbang perusahaan-perusahaan
milik negara dan swasta.
(Mascarenhas, 1989: 585-588

 Jenis lain dari hipotesis alternatif adalah hipotesis nondireksional: suatu prediksi dibuat,
namun bentuk perbedaan-perbedaannya (seperti, lebih besar, lebih lemah, lebih banyak,
kurang, dan se-bagainya) tidak secara eksak dirinci karena si peneliti tidak menge-tahui apa
yang diprediksikan dari literatur-literatur sebelumnya. Untuk itu, peneliti yang
menggunakan hipotesis ini kemungkinan akan menulis: "Ada perbedaan" antara dua

170
kelompok. Berikut ini, salah satu contoh yang menggabungkan dua jeni§ hipotesis
tersebut (direksional dan nondireksional).

Contoh 7.5 Hipotesis Nondireksional dan Direksional

Terkadang hipotesis-hipotesisdireksional dibuat untuk meneliti hubungan antara


variabel=variabel ketimbang membandingkan kelompok-kelompok. Misalnya Moore (2000)
meneliti makna identitas gender wanita Yahudi dan Arab yang religius dan sekuler di
lingkungan Israel. Dengan sampel probabilitas berskala nasional yang terdiri dari wnita
Yahudi dan Arab lingkungan Israel, Moore mngidentifikasikan tiga hipotesis untuk
penelitiannya. Hipotesis pertama bercirinondireksional, sedangkan dua hipotesis terakhir
berciri direksional.

Ht: Identitas gender Wanita Arab dan Yahudi yang religius dan sekuler sangat berkaitan
dengan tatanan masyarakat sosio-politik yang berbeda-beda yang turut
merefleksikan sistem nilai mereka yang berbeda-beda pula.
H2: Wanita religius dengan identitas gender yang prominen kurangaktif secara
sosio-politik ketimbang wanita sekuler dengan identitas gender yang juga
prominen.
H3: Hubunga.,0 antara identitas gender, religiusitas, dan penlaku sosial lebih lemah
dalam komunitas wanita Arab ketimbang wanita Yahudi

 Jika penelitian Anda menggunakan variabel-variabel demografis sebagai prediktor-


prediktornya, sebaiknya gunakanlah variabel-variabel nondemografis (seperti,
sikap atau perilaku) sebagai vaxiabel bebas dan terikatnya. Bahkan, variabel-
variabel demografis (seperti, umur, tingkat pemasukan, level pendidikan, dan
sebagainya) bisa saja Anda gunakan sebagai variabel-variabel intervening (atau
mediate atau moderate) sebagai ganti dari variabel-variabel bebas.
 Gunakanlah pola urutan kata-kata yang konsisten dalain menulis rumusan masalah
atau hipotesis penelitian agar pembaca mudah mengidentifikasi variabel-variabel
utama. Hal ini mengharuskan peneliti untuk mengulang frasa-frasa kunci dan
memosisikan variabel bebas di bagian pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di
bagian kedua (sebelah kanan), seperti yang sudah dibahas dalam Bab 6 tentang
Tujuan Penelitian. Berikut ini, contoh susunan kata-kata dengan menyatakan variabel
bebas terlebih dahulu, lalu variabel terikat.

171
Contoh 7.6 Penggunaan Standar Bahasa dalam Hipotesis

1. Tlidak ada hubungan antara fasilitas tambahan dan ketekunan akademik bagi para
mahasiswi di bawah umur rata-rata.
2. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dan ketekunan akademik bagi para
mahasiswi di bawah umur rata-rata.
3. Tidak ada hubungan antara fasilitas tambahan dan dukungan keluarga bagi para
mahasisvvi di bawah umur rata-rata

MODEL RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS DESKRIPTIF


Salah satu model yang saya rekomendasikan dalam merancang rumusan masalah dan
hjpotesis penelitian adalah dengan menulis rvtmusan masalah yang bersifat deskriptif
(mendeskripsikan sesuatu) terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan menulis rumusan
masalah dan hipotesis inferensial (memberikan dugaan-dugaan atas populasi tertentu berdasarkan
sampel penelitian). Model rumusan masalah dan hipotesis ini mencakup variabel bebas dan
variabel terikat. Dalam model ini, peneliti membuat rumusan masalah deskriptif, masing-masing
untuk variabel bebas, variabel terikat, dan variabel intervening/control. Setelah menulis rumusan
masalah deskriptif ini, peneliti bisa menyajikan rumusan masalah (atau hipotesis) inferensial yang
menghubungkan variabel-variabel atau mem-bandingkan kelompok-kelompok. Berikut ini, contoh
model rumusan masalah deskriptif dan inferensial.

Contoh 7.7 Rumusan Masalah Deskriptif dan Inferensial

Untuk mehgiiustrasikan model rumusan masalah deskriptif dan , inferensial ini, anggap
saja ada seorang peneliti yang tengah rnenganalisis hubungan antara keterampilan berpikir kritis
(variabe! bebas yang .diukur berdasarkan instrumen tertentu) dan prestasi (variabel terikat yang
dmkur berdasarkan level-level) siswa kelas delapan jurusan ilmu sosial di distnk sekolah
metropolitan. Sebagai tindak lanjutnya, peneliti tersebut mendasarkan analisis ini pada variaber
control, yaitu pengaruh prestasi siswa-siswa sebeiumnya di kelas ilmu sosial dan pendidikan orang
tua. Jika mengikuti model yang sudah dijelaskan tadi, rumusan masalahnya bisa ditulis seperti
berikut ini:

172
Rumusan Masalah Deskriptif :

1. Bagaimana' rata-rata keterampilan berpikir kritis para siswa? (Rumusan masalafi


deskriptif yang fokus pada vanabel bebas).
2. Bagaimana level-level prestasi siswa di kelas ilmu sosial?(Rumusan masalah
deskriptif yang fokus pada vanabel terikat).
3. Bagaimana level-level kualitas siswa sebelurnnya di kelas ilmu sosial? (Rumusan
masalah deskriptif yang fokus pada variabel kontrol, yaknj prestasiTprestasj
siswasebelumnya),
4. Bagaimana keberhasilan pendidikan orang tua? (Rumusan masalah deskriptif
yang fokus pada variabel kontrpl yang lain, yakni keberhasilan pendidikan orang
tua).

Rumusan Masalah Inferensial


1. Apakah kemampuan berpjkir-kritis berpengaruh pada prestasi siswa? (Rumusan
masalah inferensial yang rnenghubungkah variabel bebas dengan variabel tenkati.

2. Apakah kemampuan berpikir krijtis tierpengaruh pada prestasi 5iswa? Apakah


pengaruh ini juga berasal dari kualitas-kualitas siswa-siswa sebelijmnya dan
keberhasilan pendidikan orang tua? (Rumusan masalah inferensial yang
menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat, yang juga melibatkan
pengaruh-pengaruh dari dua variabel control).

Contoh di atas mengilustrasikan bagaimana menyusiin rumusan masalah secara deskriptif dan
inferensial dalam konteks hubungan antarvariabel. Peneliti bisa saja membandingkan kelompok-
kelompok dalam variabel. Hanya saja, dalam rumusan masalah inferensialnya, bahasa yang
digunakan mungkin akan sedikit berbeda. Anda juga bisa mengkreasikan sendiri rumusan
masalah deskriptif dan inferensial dengan cara membuat sebanyak mungkin rumusan masalah
yang menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat. Akan tetapi, saya
merekomendasikan Anda untuk menggunakan model deskriptif-inferensial seperti di atas tadi.
Contoh di atas juga mengilustrasikan bagaimana mendeskripsi-kan variabel-variabel dan
menghubungkannya. Begitu pula, dalam struktur penulisannya, contoh di atas meletakkan
variabel bebas di urutan pertama dan variabel terikat di urutan kedua, sedangkan variabel
control di urutan ketiga. Tidak hanya itu, contoh di atas juga menggunakan informasi-informasi
demografis (seperti, pendidikan orang tua dan prestasi siswa sebelumnya) sebagai variabel

173
control ketimbang sebagai variabel utama sehingga pembaca akan berasumsi bahwa rumusan
masalah tersebut berasal dari suatu model teoretis tertentu.

RUMUSAN MASALAH DAN HIPOTESIS PENELITIAN METODE CAMPURAN

Dalam buku^buku yang membahas mstode penelitian, peneliti biasanya tidak akan
melihatpenjelasan mengenai rumusan masalah atau hipotesis yang spesifik yang memang didesain
untuk rancangan metode campuran, Meski demikian, sudah banyak pembahasan mengenai aplikasi
rumusan masalah metode campuran dan bagaimana merancang rumusan masalah ini (lihat Creswell
& Piano Clark, 2007; Tashakkori & Creswell, 20&7).

Penelitian metode Campuran seharusnya dimulai dengan rumusan masalah. yang


memang dirancang khusus untuk penelitian metode campuran.Haliriidimaksudkari
untukmembentukmetode dan rancangan penelitian yang benar-benar sesuai dan utuh. Karena
penelitian metode campufan sering kali bertumpu pada salah salu dari dua desain penelitian yang
lain, yaitu kuantitatif atau kualitatif, maka kombinasi atas dua rancangan ini bisa jadi memberikan
infor-masi yang berguna dalam membuat rumusan masalah dan hipotesis metode campuran.
Dengan demikian, yang perlu dipikirkan adalah: seperti apa jenis-jenis rumusan masalah
yang seharusnya disajikan dan kapan serta informasi'apa saja yang paling dibutuhkan —dalam
rumusan masalah— untuk menunjukkan sifat penelitian metode campuran
 Rumusan masalah (atau hipotesis), baik yang didasarkan pada rancangan kualitatif
maupun kuantitatif, harus sama-sama disajikan dalam penelitian metode campuran untuk
mempersempit dan memfokuskan tujuan penelitian. Rumusan masalah atau hipotesis ini
dapat diajukan diawal penelitian atau dibagian-bagian lain, tergantung tahap penelitian
apa yang didahulukan. Misalnya, jika penelitiannya diawali dengan tahap kuantitatif,
penelitisebaiknya memperkenalkan hipotesis terlebih dahulu. Nanti, dalam penelitian
tersebut, ketika tahap kualitatif sudah mulai di-bahas, barulah peneliti memunculkan
rumusan masalah kualitatif.
 Ketika menulis rumusan masalah atau hipotesis penelitian metode campuran, ikutilah
petunjuk-petunjuk dalam bab ini tentang bagaimana menulis rumusan msalah dan
hipotesis yang baik.
 Peneliti seharusnya juga memerhatikan susunan rumusan masalah dan hipotesis ini.
Dalam penelitian metode campuran dua- tahap (sekuensial), rumusan masalah tahap
pertama seharusnya diajukan terlebih dahulu, kemudian diikuti oleh rumusan masalah tahap
kedua sehingga pembaca bisa melihat rumusan-rumusan tersebut secara berurutan sebagai

174
acuan mereka ketika akan mem- baca keseluruhan penelitian. Untuk penelitian metode
campuran satu-tahap (konkuren), rumusan masalah seharusnya disusun berdasarkan
metode apa yang paling ditekankan dalam penelitian tersebut.
 Tulislah rumusan masalah penelitian metode campuran yang secara langsung
menunjukkan adanya pencampuran {mixing) karakteristik-karakteristik penelitian
kuantitatif dan kualitatif. Rumusan masalah inilah yang nan tiny a akan dijawab berdasarkan
proses pencampuran tersebut (lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Inilah rumusan masalah
terbaru yang akhir-akhir ini banyak di- bahas dalam buku-buku metode penelitian.
Tashakkori dan Creswell (2007: 208), misalnya, menyebut rumusan masalah iru sebagai
rumusan masalah "hibrida" atau "terintegrasi". Rumusan masalah semacam ini dapat ditulis
di awal penelitian maupun di bagian-bagian lain. Misalnya, dalam penelitian dua-tahap,
rumusan masalah ini dapat diletakkan dalam pembahasan antara dua tahap tersebut.
Rumusan semacam ini mengandaikan salah satu dari dua bentuk. Bentuk pertama adalah
menuliskannya ketika peneliti tengah membahas metodologi atau prosedur-prosedur dalam
penelitian (seperti, apakah data kualitatif dapat membantu menjelaskan hasil-hasil dari
tahap penelitian kuantitatif sebclumnya?) (Lihat Creswell & Piano Clark, 2007). Bentuk
kedua adalah menuliskannya ketika peneliti tengah membahas isi atau konten penelitian
(seperti, apakah topik mengenai dukungan sosial dapat membantu menjelaskan
mengapa beberapa siswa menjadi nakal di sekolah?) (lihat Tashakkori & Creswell, 2007).
 Pertimbangkan pula teknik-teknik lain yang berbeda: bahwa semua jenis rumusan
masalah (baik itu kuantitatif, kualitatif, maupun metode campuran) bisa saja ditulis
untuk keperluan penelitian metode campuran, misalnya:
1. Tulislah, secara terpisah dan sendiri-sendiri, rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif dan
rumusan masalah kualitatif. Semua rumusan masalah dan hipotesis ini bisa ditulis di awal
penelitian atau di bagian-bagian lain ketika penelitian tersebut sampai pada tahap
tertentu. Dengan teknik ini, berarti peneliti tengah menekankan penelitiannya pada dua
pendekatan sekaligus (kuantitatif dan kualitatif), bukan pada metode campuran saja
atau pada komponen integratif penelitian semata.
2. Tulislah, secara terpisah dan sendiri-sendiri, rumusan masalah dan hipotesis kuantitatif,
rumusan masalah kualitatif, yang kemudian diikuti oleh rumusan masalah metode
campuran. Teknik penulisan semacam ini menyisratkan
pentingnya dua tahap penelitian tersebut (kualitatif dan kuantitatif) serta kekuatan

175
kombinasi keduanya. Tidak mengherankan jika pendekatan semacam ini dianggap
sebagai pendekatan yang paling ideal.
3. Tulislah hanya rumusan masalah metode campuran yang mencerminkan prosedur-
prosedur atau isi (atau, tulislah rumusan masalah metode campuran berdasarkan
pendekatan prosedurai maupun isi), dan jangan menulis rumusan
masalah kuantitatif dan kualitatif secara terpisah. Pendekatan ini dapat meningkatkan cara
pandang pembaca bahwa penelitian tersebut memang dimaksudkan untuk
mengintegrasikan atau menghubungkan secara ketat tahap penelitian kuantitatif dan
kualitatif (artinya, jumlah/gabungan dari dua tahap ini —kuantitatif dan kualitatif—
lebih besar ketimbang jumlah masing-masing dari keduanya).

Contoh 7.8 Hipotesis dan Rumusan Masalah dalam Penelitian Metode Campuran

Houtz (1995) melakukan penelitian metode campuran dua-tahap (sekuensial) dengan


hipotesis dan rumusan masalah yang ditulis secara terpisah (antara kuantitatif dan kualitatif)
di masing-masing bagian pendahuluan tahap tersebut. Penelitian mi mengana'isis perbedaan-
perbedagn antara strategi instruksional SNIP (nontradisio-nal) dan strategi instruksional SLTP
(tradisional) bagi siswa-siswa kelas tujuh dan kelas delapan, juga prestasi-prestasi mereka dan
sikap-sikap me-eka terhadap ilmu pengetahuan. Penelitian mi dilaksanakan ketika banyak
sekolah berahh dan konsep dua-tahun SLTP menuju tiga-tahun SMP (yang mehputi kelas
enam). Dalam penelitian dua-tahap ini, tahap pertama (kuantitatif) melibatkan penilaian pre-
test dan post-test terhadap penlaku-perilaku dan prestasi-prestasi siswa dengan menggunakan
ska'a dan nilai ujian. Houtz kemudian me-ianjutkan hasil kuantitatif in1 dengan wawancara
kualitatif bersama para guru ilmu sostal, kepala sekolah, dan konsultan-konsultan terkait. Tahap
kedua sni rrterqbantu menjelaskan perbedaan-perbedaan dan petsamaan-persamaan. antara Qua
strategi instruksional yang diper-ojefi'dan'tahap pertama tadi.
Dengan penelitian kuantitatif d; tahap pertama, Houtz (1995: 630) menulis hipotesis-
hipotesisnya sebagai benkut:
PeneJitian mi didasarkan pada hipotesis bahwa tidak ada per-bedaan signifikan antara siswa di
SMP (nontradisional) dan siswa di SLTP (tradisional) dalam hal sikap-sikap mereka terhadap
ilmu pengetahuan sebagai maten pelajaran. Selain itu, dihipotesiskan pula bahwa tidak ada
perbedaan signifikan anta~a siswa di SMP dan siswa di SLTP dalam hal prestasi keilmuan
mereka

Hipotesis-hipotesis di atas muncul di bagian pendahuluan tahap kuantitatif Setelah itu,

176
dalam tahap kualitatif, Houtz memuncunculkan tiga rumusan masalah untuk mengeksplorasi
hasil-hasii Kuantitatif secara lebih mendalam. Rumusan masalah mi la jadikan sebagai bahan
pertanyaan untuk mewawancarai guru ilmu sosial, kepala sekolah dan para konsultan universitas.
Tiga rumusan masalah tersebut antara lain:
Apa saja perbedaan antare strategi instruksional SMP dan strategi instruksional SLTP ketika
sekolah ini berada dalam masa-masa transisi? Bagaimana masa-masa transisi ini memengaruhi
perilaku dan prestasi keilmuan siswa Anda? Bagaimana perasaan para guru tentang proses
yang berubah ini?
(Houtz, 1995: 649)

Dari penelitian metode campuran ini dapat kita lihat bahwa Houtz telah menyertakan
hipotesis kuantitatif dan rumusan masaiah kualitatif di awal setiap tahap peneiitiannya, dan ia
sudah menggunakan elemen-elemen yang tepat dalam menulis hipotesis dan rumusan
masaiah tersebut. Dari hipotesis dan rumusan masaiah ini; Houtz (1995) sebenarnya bisa
membuat sejenis rumusan masaiah metode campuran yang ia nyatakan berdasarkan
perspektif procedural:
Bagaimana interview dengan para guru, kepala sekolah, dan para konsultan universitas
dapat membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan kuantitatif dalam hal prestasi siswa-
siswa SMP dan SLTP?
Jika tidak, rumusan masaiah metode campurannya dapat ditulis berdasarkan orientasi
isi, seperti berikut ini:
Bagaimana pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh para guru dapat membantu
menjelaskan mengapa nilai siswa SMP lebih rendah ketimbang nilai siswa SLTP?

Contoh 7.9 Rumusan Masalah Metode campuran dalam Konteks Prosedur-prosedur


Campuran
Sejauh mana dan dalam hal apa wawancara kualitatif bersama para mahasiswa dan pihak
fakultas turut menciptakan pemahaman yang lebih komprehensif tentang hubungan antara
nilai SEEPT dan performa akademik siswa, meialui analisis metode campuran integratif?
(Lee & Greene, 2007)

177
Rumusan masalah ini merupakan rumusan masalah metode campuran yang fokus pada
tujuan dicampurnya dua tahap penelitian, yakni gabungan antara data kuantitatif dan wawancara
kualitatif untuk melihat hubungan antara nilai dan performa siswa. Rumusan masalah di atas juga
menekankan pada apakah penggabungan ini dapat membantu menciptakan pemahaman yang
komprehertsif tentang topik penelitian. Di akhir penelitiannya, Lee dan Greene telah menyajikan
petunjuk untuk menjawab pertanyaan ini.

RINGKASAN

Rumusan masalah dan hipotesis berperan sebagai "rambu-ranribu" bagi pembaca dan
untuk mempersempit tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seyogianya mengajukan
sedikitnya satu rumusan masalah utama danbeberapa subrumusari masalah. Mereka harus
mengawali rumusan masalahnya dengan kata-kala seperti bagaimana atau apakah dan
menggunakan verba-verba eksploratoris, seperti mengeksplorasi atau mendeskripsikan. Selain itu,
mereka harus menyajikan rumusan masalah yang umum dan luas yang memung-kinkan mereka
mengeksplorasi gagasan-gagasan partisipan. Mereka juga harus fokus pada satu fenomena utama
yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga harus menyebutkan partisipan
dan lokasi penelitian.
Sebaliknya, para peneliti kuantitatif bisa menulis rumusan masalah atau hipotesis saja. Kedua
bentuk ini harus meliputi variabel-variabel yang dideskripsikan. dihubungkan,
dikategorisasikan ke dalam kelompok-kelompok perbandingan. Dua bentuk ini juga bisa meliputi
variabel bebas dan variabel terikat yang diukur secara ter-pisah. Dalam beberapa penelitian
kuantitatif, peneliti sering kali menggunakan rumusan masalah saja. Akan tetapi, untuk
keperluan formal, hipotesis tidak jarang disertakan pula. Hipctesis merupakan prediksi atas hasil-
hasil penelitian. Hipotesis ini dapat berupa hipotesis alternatif yang memerinci hasil eksak yang
diharapkan (lebih banyak atau lebih luas, lebih kuat atau lebih lemah, dan sebagainya) dan juga
dapat berupa hipotesis nol yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan atau hubungan
signifikan antara kelornpok-kelompok dalam variabel terikat. Biasanya, peneliti menulis variabel
bebas di urutan pertama, kemudian diikuti oleh variabel terikat di urutan kedua. Salah satu
teknik penyusunan rumusan masalah dalam proposal kuantitatif adalah mengawalinya dengan
rumusan masalah deskriptif, kemudian diikuti oleh rumusan masalah infe-rensial yang
menghubungkan variabel-variabel atau membanding-kan kelompok-kelompok dalam variabel.

178
Bagi para peneliti metode campuran, saya merekomendasikan agar mereka membuat
rumusan masalah metode campuran secara terpisah dalam penelitian mereka. Rumusan masalah ini
dapat ditulis berdasarkan prosedur-prosedur atau isi penelitian, dan bisa diletak-kan dalam bagian
yang berbeda-beda. Rumusan masalah untuk metode oampuran setidaknya juga harus
menunjukkan pentingnya penggabungan atau pengombinasian elemen-elemen kuantitatif dan
kualitatif. Sejumlah teknik dapat diterapkan untuk menulis rumusan masalah dengan metode
campuran, antara lain: (1) menulis hanya rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif (bukan
keduanya) dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif
dan rumusan masalah kualitatif yang diikuti oleh rumusan masalah metode campuran; atau (3)
menulis hanya rumusan masalah metode campuran saja.

Latihan Menulis
1. Untuk penelitian kualitatif, tulislah salah satu atau dua rumusan masalah utama yang

LAT kemudian diikuti oleh lima hingga tujuh subrumusan masalah.

IHA 2. Untuk penelitian kuantitatif, tulisiah dua jenis rumusan masalah. Jenis rumusan

N pertama ditulis secara deskriptif tentang variabel bebas dan variabel terikat dalam

ME penelitian. Jenis rumusan kedua ditulis secara inferensial yang menghubungkan

NU (atau membandingkan) variabel bebas dan variabel terikat. Ikutilah model yang
disajikan dalam bab ini tentang pengombinasian rumusan masalah deskriptif dan
LIS
rumusan masalah inferensial.
3. Tulislah rumusan masalah metode campuran. Pertama-tama, tulislah rumusan
tersebut sebagai rumusan masalah yang didasarkan pada prosedur-prosedur
penelitianmetode campuran, kemudian tulislah kembali rumusan tersebut berdasarkan
pada isi penelitian. Berikan komentar tentang pendekatan mana yang paling tepat
untuk Anda gunakan

BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. (1999). "Mixed-Method Research: Introduction and Application." dalam GJ. Cizek
(ed.). Hcnulbook of Educational Policy. San Diego: Academic Press, (him. 455-472).

Dalam bab ini, saya menjelaskan sembilan langkah dalam melaksanakan penelitian metode
campuran, antara lain:
1. Pastikan, apakah masalah yang ingin Anda teliti memang mengharuskan dicampurnya dua
metode penelitian yang berbeda.

179
2. Pikirkan kemungkinan dan ketidakmungkinan dilaksanakannya penelitian metode
campuran.
3. Tulislah rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif.
4. Tentukan jenis-jenis strategi pengumpulan data.
5. Ukurlah bobot relatif dan strategi implementasi atas dua strategi (kuantitatif dan kualitatif)
tersebut.
6. Sajikan model visualnya.
7. Jelaskan bagaimana data akan dianalisis.
8. Berikan kriteria-kriteria pasti untuk mengevaluasi penelitian.
9. Buatlah rencana penelitian.
Dalam menulis rumusan masalah, saya merekomendasikan kepada para peneliti agar
membuat jenis rumusan kualitatif dan kuantitatif di mana di dalamnya juga disebutkan strategi
penelitian kualitatif yang digunakan
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). "Exploring the Nature of Research Questions in
Mixed Methods Research." dalam Tim Editorial. Journal of Mixed Methods Research.
1(3). (him. 207-211).

Tim editorial jurnal ini membahas penulisan dan sifat rumusan masalah dalam
penelitian metode campuran. Jurnal ini menyoroti pentingnya rumusan masalah dalam
proses penelitian dan membahas perlunya peiriahaman yang baik untuk menulis
rumusan masalah metode campuran. Dalam jurnal ini pula, diajukan sebuah pertanyaan:
"Bagaimana seseorang merancang rumusan masalah dalam penelitian metode
campuran?" (him. 207). Tiga model kemudian disajikan: (1) menulis secara terpisah
rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis satu rumusan
masalah untuk metode campuran yang dapat mewakili semuanya; dan (3) menulis
rumusan masalah untuk masing-masing tahap penelitian (kuantitatif dan kualitatif) ketika
penelitian tersebut tengah ditulis dan dilakukan.

Morse, J.M. (1994). "Designing Founded Qualitative Research." dalam N.K. Denzin & Y.
S. Lincoln (Ed.).- Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (him.
220-235).
Janice Morse mengidentifikasi dan mendeskripsikan sejumlah persoalan dalam
merancang proyek kualitatif. Dia membandingkan beberapa strategi penelitian kualitatif
dan membuat kerangka atas jenis-jenis rumusan masalah yang digunakan dalam masing-

180
masing strategi tersebut. Untuk penelitian fenomenologi dan etnografi, rumusan
masalahnya harus deskriptif dan mencerminkan usaha me-nyingkap makna. Untuk
penelitian grounded theory, rumusan masalahnya harus membahas suatu proses,
sedangkan dalam penelitian etnometodologi dan analisis wacana, rumusan masalahnya
harus berhubungan dengan interaksi verbal dan dialog. Morse juga me-ngatakan bahwa
rumusan masalah harus menegaskan fokus dan ruang lingkup penelitian
Tuckman, B.W. (1999). Conducting Educational Research. Edisi kelima. Fort Worth, TX:
Harcourt Brace.
Bruce Tuckman menyajikan satu bab tentang bagaimana caranya membuat
hipotesis-hipotesis. Dia mengidentifikasi asal mula hipotesis dalam teori deskriptif dan
observasi induktif. Tuckman lebih jauh mendefinisikan dan mengilustrasikan hipotesis
alternatif dan hipotesis nol serta mengajak pembaca merrahami bagaimana pro -sedur-
prosedur pengujian dua hipotesis ini

181
Bab Delapan

METODE-METODE KUANTITATIF
Bagi kebanyakan penulis proposal, bagian metode penelitian merupakan bagian
proposal yang paling konkret dan spesifik. Untuk itulah, bab ini ditulis untuk menyajikan
langkah-langkah penting dalam merancang metode-metode kuantitatif untuk proposal
penelitian, dengan berfokus pada rancangan metode survei dan eks-perimen. Dua
rancangan ini merefleksikan asumsi filosofis pospositivis, sebagaimana yang telah dibahas
dalam Bab 1. Salah satu asumsi fiiosofis pospositivis adalah determinisme. Kaum
determinis menegas-kan bahwa —dalam metode survei dan eksperimen— meneiiti
hubung-an antara variabel-variabel merupakan syarat utama untuk menjawab rumusan
masalah dan hipotesis sebuah penelitian. Daiam menganalisis hubungan antarvariabel,
yang secara ketat dilakukan melalui analisis statistik, peneliti melakukan pengukuran atau
observasi untuk menguji teori tertentu. Data objektif dihasilkan dari observasi dan
pengukuran empiris. Validitas dan reiiabilitas skor dalam instrumeri-instrumen penelitian
memandu peneliti untuk menginterpretasi data penelitian.
Dengan menjelaskan relasi antara asumsi-asumsi ini dan prosedur-prosedur untuk
menerapkan asumsi-asumsi tersebut, pembahasan dalam bab ini tidak secara komprehensif
menyajikan metode-metode penelitian kuantitatif (survei dan eksperimen). Ada banyak
sumber yang secara detail membahas penelitian survei (seperti, lihat Babbie, 1990,2007;
Fink, 2002; Salant & Dillman, 1994). Untuk prosedur-prosedur eksperimen, sejumlah
buku lama (seperti, Campbell & Stanley, 1963; Cook & Campbell, 1979) dan buku baru
turut memperluas pembahasan-pembahasan yang disajikan dalam buku ini (seperti,
Bausell, 1994; Boruch, 1998; Field & Hole, 2003; Keppel, 1991; Lipsey, 1990; Reichardt
& Mark, 1998). Dalam bab ini, fokus pembahasannya hanyalah pada komponen-komponen
penting yang harus disertakan oleh peneliti dalam bagian metode penelitian untuk proposal
survei dan eksperimen.

MENDEFINISIKAN RANCANGAN SURVEIDAN EKSPERIMEN


Dalam rancangan survei, peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif (angka-angka)
kecenderungan-kecenderuiigan, perilaku-perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi dengan
meneliti sampel populasi tersebut. Dari sampel ini, peneliti melakukan generalisasi atau
membuat klaim-klaim tentang populasi itu. Dalam rancangan eksperimen, peneliti juga

182
mengidentifikasi sampel dan melakukan generalisasi populasi. Akan telapi, tujuan utama rancangan
eksperimen adalah untuk menguji dampak suatu treatment (atau suatu intervensi) terhadap hasil
penelitian,. yang dikontrol oleh faktor-faktor lain yang dimungkinkan juga memengaruhi
hasil tersebut. Misalnya, dalam rancangan eksperimen yang melibatkan kelompok kontrol, peneliti
secara acak membagi (random assignment) individu-individu ke dalam kelompok-kelompok. Ketika
satu kelompok menerima suatu treatment (kelompok eksperimen, penj.) dan kelompok lain
(kelompok kontrol, penj.) tidak, peneliti eksperimen dapat memilah-milah mana yang termasuk
treatment dan mana yang merupakan faktor-faktor lain namun turut memengaruhi outcome
penelitian.

KOMPONEN-KOMPONEN RANCANGAN METODE SURVEI


Untuk menulis bagian metcde survei dalam proposal penelitian, peneliti sebaiknya mengikuti
format standar. Ada banyak sekali contoh format ini, seperti dalam jurnal-jurnal akademik, dan
contoh-contoh ini pun sering menampilkan model-model yang patut diper-timbangkan. Berikut
ini, akan disajikan sejumlah komponen yang sudah biasa muncul dalam penelitian survei. Akan
tetapi, sebelum berencana untuk memasukkan komponen-komponen ini ke dalamproposal,
peneliti sebaiknya mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam
checklist, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 8.1, sebagai panduan umum.

Rancangan Survei
Dalam proposal, salah satu komponen pertama dalam bagian metode penelitian
adalah tujuan dasar atau alasan/rasionalisasi di-adakannya penelitian survei. Mulailah
membahas bagian pertama ini dengan rciereview tujuan survei dan rasionalisasi atas
pemilihan metode tersebut dalam penelitian yang Anda ajukan. Berikut ini, beberapa hal
yang bisa Anda bahas dalam proposal, khususnya di bagian metode penelitian untuk
rancangan survei:
 Identifikasilah tujuan penelitian survei. Tuiuannya untuk menggeneralisasi
populasi dari beberapa sampel sehingga dapat dibuat kesimpulan-
kesimpulan/dugaan-dugaan sementara tentang karakteristik-karakteristik,
perilaku-perilaku, atau sikap-sikap
dari populasi tersebut (Babbie, 1990). Sajikan referensi mengenai tujuan ini dari

183
salah satu buku/literatur yang membahas metode survei (beberapa buku tersebut
sudah saya tunjukkan dalam bab ini).
 Tunjukkan mengapa survei lebih dipilih sebagai jenis prosedur pengumpulan
data dalam penelitian tersebut. Untuk rasionalisasi ini, pikirkanlah keunggulan-
keunggulan rancangan survei, seperti keekonomisan rancangan ini dan kecepatan
dalam menyajikan data penelitian. Jangan lupa untuk membahas keuntungan-ke-
untungan mengidentifikasi sifat-sifat suatu populasi berdasarkan sekelompok kecil
individu (sampel) (Babbie, 1990; Fowler, 2002).
 Pertegas apakah survei yang Anda tetapkan adalah survei lintas- bagian {cross-
sectional survey) dengan mengumpulkan data satu per satu dalam satu waktu, atau
survei longitudinal (longitudinal survey) dengan mengumpulkan data secara
kumulatif sepanjang waktu.
 Rincilah strategi pengumpulan data. Fink {2002) menunjukkan empat strategi
pengumpulan data, antara lain: (1) kuesioner yang disusun sendiri (self-administered
questionnaires); (2) wawancara (interviews); (3) review catatan terstruktur (structured
record review) untuk mengumpulkan informasi finansial, medis, atau sekolah; dan
(4) observasi terstruktur (structured observation). Pengumpulan data juga bisa
dilakukan dengan menerapkan survei berbasis website atau internet dan
mengolahnya secara online (Nesbary, 2000; Sue & Ritter, 2007). Seperti apa pun data
dikumpulkan, yang jelas, peneliti harus tetap rnenyajikan alasan/rasionalisasi diguna-
kannya prosedur pengumpulan data tersebut dengan argumen-tasi-argumentasi
yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahannya, biaya (cost), ketersediaan data,
dan kemudahan.

Populasi dan Sampel

Tenrukaniah karakteristik-karakteristik populasi dan prosedur sampling. Ada banyak


pakar metodologi yang telah menulis buku-buku tentang logika dasar teori sampling
(seperti, Babbie, 1990,2007). Berikut ini, aspek-aspek penting populasi dan sampel yang
dapat dideskripsikan dalam proposal penelitian:

 Identifikasilah populasi dalam penelitian. Selain itu, nyatakan secara jelas


besaran popuiasi ini; apakah besaran tersebut dapat ditentukan ataukah tidak, dan
cara-cara pengidentifikasian individu-individu dalam populasi itu. Pertanyaan-

184
pertanyaan akses juga bisa ditulis di bagian ini, dan peneliti dapat menunjukkan
ketersediaan kerangka-kerangka sampling —surat atau daftar-daftar—para
responden potensial dalam populasi tersebut.
 Perjelaslah apakah prosedur sampling untuk populasi ini menggunakan satu-tahap
atau multi-tahap (yang sering dikenal dengan istilah clustering). Prosedur sampling
multi-tahap atau clustering sampling adalah prosedur sampling yang ideal ketika
peneliti merasa tidak mungkin mengumpulkan daftar semua elemen yang membentuk
populasi (Babie, 2007). Prosedur sampling salu-tahap merupakan prosedur sampling
yang di dalamnya peneliti sudah memiliki akses atas nama-nama dalam populasi
dan dapat mensampling sejumlah individu (atau elemen-elemen) secara langsung

Tabel 8.1 Checkllist Pertanyaan-Pertanyaan untuk Merancang Metode Survei


Apakah tujuan rancangan survei sudah dijelaskan secara rinci?
Apakah alasan/rasionalisasi dipilihnya rancangan ini juga sudah disebutkan?
Apakah sifat survei (cross-sectional atau longitudinal) sudah dipartegas?
Apakah populasi dan besarnya populasi sudah dirinci?
Apakah populasi tersebut akan distratifikasi (stratified sampling, penj.)? Jika iya,
bagaimana caranya?
Seberapa banyak orang yang akan dijadikan sampel? Didasarkan pada apa besaran sampel
ini?
Apa prosedur sampling yang akan diterapkan terhadap pcpulasi yang ada (apakah acaW
random sampling atau non-acak/nonrandom sampling)?
Instrumen apa yang akan digunakan dalam survei ini? Siapa yang membuat instrumen itu?
Konten apa saja yang akan dijelaskan dalam survei ini? Skala-skalanya?
Prosadur survei apa yang akan diuji terlebih dahulu di lapangan?
Seberapa lama catatan waktu (timeline) untuk menyusun, mengolah, dan mengurus survei
tersebut?
Apa saja variabel-variabel dalam penelitian survei ini?
Bagaimana variabel-variabel tersebut disilangkan (cross-reference) dengan pertanyaan-
pertanyaan dan item-item penelitian dalam rancangan survei ini?
Langkah-langkah spesifik apa saja yang akan diambil dalam menganalisis data?
Apakah:
(a) Analisis return (hasil/keuntungan)?

185
(b) Analisis bias respons (check for response bias)?
(c) Analisis deskriptif?
(d) Memasukkan item-item ke dalam skala-skala?
(e) Anaiisis reliabilitas skala-skaia?
(f) Menerapkan statistik inferensiai untuk menjawab rurriusan masalah?
Bagaimana hasil-hasil ini diinterpretasikan?

Dalam prosedur multi-tahap atau clustering, peneliti terlebih dahulu menentukan


kluster-kluster (kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi), lalu
mengidentifikasi nama-nama individu dalam setiap kluster, baru kemudian men-
sampling individu-individu tersebut.
 Jelaskanlah proses pemilihan atas individu-individu. Saya me-rekoniendasikan agar
Anda memilih sampel acak (random sample) di mana di dalamnya setiap individu
dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih (sering juga
dikenal dengan istilah systematic sample atau probabilistic sample). Yang kurang
menarik adalah sampel nonprobability (atau convenience smnple) di mana di
dalamnya para responden/individu dipilih berdasarkan kemudahan
{convenience) dan ketersediaannya (Babbie, 1990). Dengan pengacakan
(randomization), sampel yang paling representif akan memungkinankan peneliti
untuk melaku-kan generaiisasi terhadap suatu populasi.
 Pertegaslah apakah peneliti.an Anda akan menggunakan strati-fikasi
(penjenjangan) populasi sebelum Anda memilih sampel, ataukah tidak. Stratifiknsi
berarti bahwa karakteristik-karakteristik tertentu dari individu-individu yang dipilih
(seperti, jenis kela-min, iaki-laki atau perempvian) direpresentasikan dalam sampel
agar sampel ini nantinya dapat merefleksikan proporsi yang tepat dalam populasi
sesuai dengan karakteristik-karakteristiknya masing-masing (Fowler, 2002).
Ketika individu-individu dipilih secara acak dari suatu populasi, karakteristik-
karakteristik mereka bisa disajikan dalam sampel sesuai proporsinya masing-
masing secara sama rata sebagaimana dalam populasi. Dalam hal ini,
stratifikasilah yang memastikan penyajian ini. Selain itu, iden-tifikasilah
karakteristik-karakteristik yang Anda gunakan untuk menstntifikasi populasi

186
tersebut (seperti, gender, tingkat peng-hasilan, pendidikan,. dan sebagajnya).
Kemudian, dalam setiap strata ini, tetapkan apakah sampelnya berisi individu-
individu yang memiliki karakteristik-karakteristik yang sama sebagaimana
karakteristik-karakteristik dalam keseluruhan populasi, ataukah tidak (Babbie,
1990; Miller, 1991).
 Jelaskan prosedur-prosedur dalam menyeleksi sampel dari daftar-daftar yang ada.
Metode yang paling umum digunakan untuk menyeleksi sampel ini adalah
memilih individu-individu (sampel) dengan menggunakan tabel angka-angka
secara acak (random numbers table), sebuah tabel yang banyak dibahas dalam
buku-buku panduan statistik (seperti, Gravetter & Wallnau, 2000).
 Tunjukkan juga angka setiap individu yang di-sampling dan jelaskan prosedur-
prosedur yang Anda gunakan untuk mengalkulasi angka-angka ini. Dalam
peneiitian survei, saya merekomendasikan agar peneliti menggunakan formula
besaran sampel (sample size formula) yang banyak dibahas dalam buku-buku
peneiitian survei (seperti, lihat Babbie, 1990; Fowler, 2002).

Instrumentasi
Sebagai populasi dan sampel, peneliti juga perlu menyajikan informasi detail
mengenai instrumen-Lnstrumen survei yang akan digunakan dalam peneiitian yang
diajukan. Pertimbangkan larigkah-langkah berikut:
 Namailah instrumen survei yang Anda gunakan untuk mengumpulkan data.
Jelaskan apakah instrumen tersebut merupakan instrumen yang dirancang
khusus untuk peneiitian ini, sejenis instrumen yang dimodifikasi, ataukan
instrumen utuh yang pemah dirancang orang lain. Tika instrumen yang
digunakan memang dirancang khusus (modified instrument),, jelaskan apakah Anda
sudah memiiiki izin atau dasar teoretis yang kuat untuk menggunakannya.
Dalam sejumlah proyek penelitian survei, pe- neliti sering kali merancang suatu
instrumen dari beberapa komponen instrumen lain. Jika demikian, peneliti
tersebut seharusnya memiiiki izin atau dasar teoretis untuk menggunakan
sebagian instrumen-instrumen ini. Apalagi, instrumen-instrumen yang ada saat ini
sudah banyak dirancang monjadi sejenis pe- rangkat survei online (lihat, Stie &

187
Ritter, 2007). Salah satu pe rangkat survei online yang cukup terkenal adalah
SurveyMonkey (SurveyMonkey.com), sebuah produk komersial yang dirilis sejak
1999. Dengan menggunakan perangkat ini, peneliti dapat mem-buat survei-survei
pribadinya dalam waktu yang relatif cepat, hanya dengan memanfaatkan custom
templates, lalu mem-posting-nya di website-website mereka, atau mengirimkannya
pada para partisipan untuk diisi. Setelah itu, SurveyMonkey akan memberi-kan
hasil dan laporan balik kepada peneliti dalam bentuk statistik deskripuf, atau dalam
wujud informasi grafik. Hasil-hasil ini dapat diunduh ke dalam spreadsheet atau
database untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Perangkat ini gratis jika
digunakan untuk 100 resporis per survei, dan tidak lebih dari 10 pertanyaan per
survei. Jika peneliti menginginkan respons-respons tambahan, pertanyaan-
pertanyaan yang lebih banyak, dan beberapa custom feature yang lain,
SurveyMonkey membebankan biaya bulanan atau tahunan kepada si peneliti.
 Ketika menggunakan instrumen yang memang sudah ada, deskripsikanlah
validitas dan reliabilitas skor-skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen
tersebut sebelumnya. Hal ini berarti. mengharuskan peneliti untuk membangun
validitas atas instrumen tersebut —adakah peneliti dapat menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan/dugaan-dugaan penting dan berguna dari skor-skor yang
diperoleh dari instrumen ini. Tiga bentuk validitas yang harus dicari adalah: (1)
content validity (apakah item-item yang dianalisis benar-benar sesuai konten yang
terdapat dalam item-item tersebut?); (2) predictive validity (apakah skor-skor yang
diperoleh sudah memprediksi kriteria-kriteria yang diukur? Apakah hasil-hasilnya
berkorelasi dengan hasil-hasil yang lain?); dan (3) construct validity (apakah item-
item yang dianalisis sudah sesuai dengan konstruksi-konstruksi atau konsep-
konsep hipotesis?). Dalam penelitian baru-baru ini, construct validity juga meliputi
pertanyaan dasar tentang apakah skor-skor yang dihasilkan me-miliki tujuan
yang berguna dan dampak-dampak yang positif ketika dipraktikkan dalam
kehidupan nyata (Humbley & Zumbo, 1996). Dengan mendeteksi validitas skor
dalam penelitian survei, peneliti dapat mengetahui apakah instrumen yang
digunakan benar-benar sudah tepat untuk penelitian surveinya. Konsep
validitas (validity) dalam penelitian survei ini tentu saja berbeda dengan identifikasi

188
ancaman-ancaman terhadap validitas (threats to validity) dalam paielitian eksperimen
(mengenai hal ini, akan di-jelaskan lebih lanjut).

Lebih dari itu, jelaskan pula apakah skor-skor yang dihasilkan dari penggunaan
instrumen sebelumnya sudah mencerminkan adanya reliabilitas atau tidak. Untuk
mengetahui hal ini, peneliti harus mencari laporan mengenai konsistensi internal
(apakah respons dari setiap item sudah konsisten dengan konstruk -konstruk
yang dibuat?) dan korelasi test-retest (apakah skor-skor yang dihasilkan selalu stabil
meskipun instrumennya digunakan pada lain waktu?) dalam penggunaan
instrumen tersebut sebelumnya. Selain itu, pastikan juga apakah ada konsistensi
dalam aturan testing dan scormg-nya (apakah ada kesalahan-kesalahan yang
disebabkan karena kecerobohan dalam menerapkan aturan testing atau scoring
sebelumnya?) (Borg, Gall, & Gall, 1993).

 Ketika peneliti memcdifikasi suatu instrumen atau mengkom binasikan beberapa


instrumen, validitas dan reliabilitas tidak berlaku untuk instrumen yang baru ini.
Untuk irulah, peneliti perlu membangun kembali validitas dan reliabiiitas tersebut
ketika dilakukan proses analisis data.
 Tunjukkan item-item sampel dari instrumen tersebut sehingga pembaca dapat
melihat item-item sebenarnya yang digunakan. Dalam lampiran proposal,
lampirkan juga item-item sampel atau keseluruhan instrumen penelitian ini.
 Tunjukkan isi-isi utama dalam instrumen tersebut, seperti Surat Pengantar
(Dillman, 1978, menyajikan beberapa hal yang perlu di- masukkan dalam Surat
Pengantar), item-item (seperti, demografis, item-item perilaku, item-item sikap,
item-item faktual), dan instruksi penutup. Selain itu, sebutkan juga jenis skala-skala
yang digunakan untuk mengukur/menganalisis item -item dalam instrumen,
seperti skala-skala berkelanjutan (misalnya, benar-benar diterima hingga tidak diterima)
dan skala-skala kategorial (misalnya, ya/tidak, level ranking atau signifikansi dari yang
tertinggi hingga yang terendah)
 Jelaskan rencana-rencana Anda untuk melakukan uji coba surveidi lapangan (pilot
testing) dan sajikan pula alasan/rasionalisasi atas rencana ini. Pilot testing ini
penting untuk membangun validitas konten dari suatu instrumen dan untuk
memperbaiki pertanyaan-pertanyaan, format, atau skala-skala yang mungkin
tidak sesuai ketika diterapkan. Sebutkan juga jumlah orang-orang yang akan menguji

189
coba instrumen tersebut. Jangan lupa untuk menyertakan pendapat-pendapat
mereka dalam instrumen final yang sudah direvisi.
 Untuk mailed survei, perjelaslah langkah-langkah Anda dalam pengaturan
pendekatan survei ini dan tindak lanjutnya untuk memastikan rating respons yang
tinggi. Salant dan Dillman (1994)menyarankan proses pengaturan empat-tahap. Mail
yang dikirim pada tahap pertama adalah surat pemberitahuan singkat kepada
semua daftar sampel yang dipilih. Mail yang dikirim pada tahap kedua adalah mail
survei yang sebenarnya, yang didistribusikan setidak-tidaknya satu minggu
setelah surat pemberitahuan diedarkan. Mail yang dikirim pada tahap ketiga berisi
tindak lanjutberupa kartu pos (atau sejenisnya) yang dikirimkan pada semua
anggota sampel 4 hingga 8 hari setelah pengiriman mail sebelumnya. Mail yang
dikirimkan pada tahap keempat, yang biasanya ditujukan untuk anggota
nonresponden, berisi surat pengantar pribadi lengkap dengan tanda tangan
tertulis, kuesioner, danamplop plus perangko pengembalian. Peneliti mengirimkan
mail keempat ini tiga minggu setelah mail kedua dikirimkan. Jadi, total
secara keseluruhan, peneliti menyelesaikan periode administrasi/ pengaturan ini
selama kurang lebih empat minggu (sebulan), bisa jadi dengan proyek tindak
lanjutnya.

Variabel-Variabel dalam Penelitian

Meskipun pembaca proposal sudah mengetahui informasi mengenai variabel-


variabel dalam tujuan penelitian, rumusan masa-lah, atau hipotesis, peneliti tetap perlu
memasukkannya dalam bagian metode penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk
menghubung kan variabel-variabel tersebut dengan rumusan masalah atau hipo-tesis dan
instrumen penelitian. Salah satu tekniknya adalah dengan menghubungkan variabel-
variabel, rumusan masalah atau hipotesis, dan item-item survei agar pembaca mudah
mengidentifikasi bagaimana item-item tersebut digunakan. Untuk itu, buatlah sebuah tabel
dan penjelasan khusus tentang variabel-variabel, rumusan masalah, hipotesis, dan item-item
tersebut. Teknik ini khususnya berguna bagi para peneliti yang menggunakan model-model
berskala luas untuk penelitian disertasinya. Di bawah ini adalah tabel 8.2 yang meng-
gunakan data hipotesis.

190
Analisis Data dan Interpretasi

Tabel 8.2 Variabel-variabel, Rumusan Masalah dan item-item Survei


Nama Variabel Rumusan Masaiah Item-Item dalam Survei
Variabelbebasi: Rumusan masalah deskriptif 1: Lihat rumusan masalah 11, 12, 13, 14,
Penelitian Seberapa banyak penelitian dan 15: hasil penelitian dalam bentuk
sebelumnya yang mampu dihasilkan oleh artikel jurna!, maka-iah seminar, bab-bab
dosen untuk diserahkan sebagai buku yang berhasil dipublikasikan
tanda bukti doktoralnya? sebelum menerima gelar doktor?
Variabel terikat 1 : Rumusan masalah deskriptif Lihat rumusan masalah 16, 17, dan 18:
Hibah penelitian 3:Ada berapa hibah yang di- Hibah dari yayasan, lembaga swasta,
yang didanai terima dosen dalam tiga tahun atau lembaga negara
terakhir ini?
Variabel kontrol: Rumusan masalah deskriptif 5: Lihat rumusan masalah 19: Ikatan
Status ikatan di-nas Apakah dosen memiliki ikatan dinas (Ya/Tidak)
dinas?

Dalam proposal, jelaskan tahap-tahap analisis data. Saya me-nyarankan Anda


menggunakan tips penelitian berikut, yaitu dengan menyajikan analisis data dalam
bentuk tahap-demi-tahap agar pembaca bisa memahami bagaimana suatu tahap
menuntun tahap selanjutnya hingga semua prosedur analisis data dibahas secara tuntas.
Langkah 1. Sajikan informasi tentang jumlah sampel yang ter-libat dan tidak terlibat
dalam survei. Informasi ini bisa dirancang dalam bentuk tabel yang berisi angka-angka
dan persentase-persen-tase yang mendeskripsikan responden dan nonresponden.
Langkah 2. Jelaskan metode-metode yang sekiranya dapat naengidentifikasi
respons bias. Respons bias adalah pengaruh/efek dari tidak adanya respons terhadap survei
(Fowler, 2002). Bias berarti bahwa jika nonresponden memberikan respons, maka respons ini
akan memberi perubahan besar-besaran terhadap hasil survei akhir. Jelaskan prosedur-
prosedur yang digunakan untuk mengecek respons bias, seperti wave analysis atau
analisis responden/nonresponden. Dalam wave analysis, peneliti mengevaluasi hasil-
hasil item yang terpilih dari minggu ke minggu untuk mengetahui apakah sebagian besar
respons berubah (Lesile, 1972). Berpijak pada asumsi bahwa partisipan yang
mengembalikan survei pada minggu terakhir hampir semuanya merupakan partisipan
191
yang nonresponden, maka jika respons-respons tersebut terlihat mulai berubah, ada
kemungkinan terdapat respons bias. Salah satu cara untuk.mengecek adanya respons
bias adalah dengan menghubungi beberapa nonresponden melalui sambungan telepon,
kemudian mengidentifikasi apakah respons mereka berbeda jauh dengan hasil respons
dari responden.
Langkah 3. Lakukan analisis data secara deskriptif terhadap variabel bebas dan
variabel terikat dalam penelitian. Analisis ini harus menunjukkan rata-rata, deviasi stand
ar, dan skor-skor untuk dua variabel ini.
Langkah 4. Jika Anda menggunakan instrumen penelitian dengan skala-skala
atau berencana untuk mengembangkan sendiri instrumen tersebut (dengan
mengombinasikan beberapa item dalam skala), gunakanlah prosedur statistik (analisis
faktor) untuk menye-lesaikan proses ini. Anda juga bisa menggunakan tes reliabilitas
untuk mengidentifikasi konsistensi internal skala-skala tersebut (seperti, statistik alpha
Cronbach).
Langkah 5. Gunakanlah statistik atau program statistik kompu-ter untuk menguji
rumusan masalah atau hipotesis inferensial. Rumusan masalah atau hipotesis
inferensial menghubungkan (relate) variabel-variabel atau membandingkan (compare)
kelompok-kelompok dalam variabel agar kesimpulan-kesimpulan sementara (inferensi-
inferensi) dari skala sampel hingga skala populasi dapat diketahui. Sajikanlah rasionalisasi
mengapa dipilih tes statistik, lalu jelaskanlah asumsi-asumsi yang berkaitan dengan statistik
tersebut. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 8.3, pilihan atas tes statistik harus didasarkan
atas sifat rumusan masalah (apakah menghubungkan variabel-variabel atau
membandingkan beberapa kelompok dalam variabel), jumlah variabel bebas dan variabel
terikat, serta jumlah variabel kontrol (lihat, misalnya, Rudestam & Newton, 2007). Lebih
jauh, pertimbangkan apakah variabel-variabel ini akan diukur ber-dasarkan suatu
instrumen sebagai skor berkelanjutan/continuousscore (seperti, umur dari 18 hingga 36)
atau sebagai skor katagoris/ categorical score (seperti, perempuan = 1, laki-laki = 1). Selain itu,
pertimbangkan pula apakah skor-skor ini akan didistribusikan secara normal (normal
distribution) dalam kurva berbentuk bel (bell-shaped curve) atau tidak didistribusikan secara
normal (non-normal distribution). Ada banyak cara untuk mengetahui apakah skor-skor ini
didistribusikan secara normal ataukah tidak (Lih. Creswell, 2008). Faktor-faktor ini, dalam
kombinasinya, akan memudahkan peneliti untuk menentukan apakah tes statistik akan

192
cocok untuk menjawab rumusan masalah atau hipotesis. Dalam Tabel 8.3, saya
menunjukkan bagaimana faktor-faktor ini bisa menuntun peneliti untuk memilih
sejumlah tes statistik yang biasa digunakan. Untuk mendapatkan jenis tes statistik yang
lain, peneliti bisa merujuk pada buku metode statistik, seperti buku yang ditulis Gravetter
dan Wallnau (2000).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam proses analisis data adalah menyajikan hasil
survei dalam bentuk tabel atau gambar, kemudian menginterpretasikan hasil tes statistik.
Interpretasi terhadap hasil berarti bahwa seorang peneliti membuat suatu kesimpulan
dari rumusan masalah dan hipotesis yang sudah dianalisis. Interpretasi ini melibatkan
beberapa langkah khusus

Tabel 8.3 Kriteria Memilih Tes-tes Statistik


Sifat Jumlah Jumlah Jumlah Jenis Skor Distribusi Tes
Pertanyaan Variabel Variabel Variabel Variabel Skor Statisik
Bebas Terikat Control Bebas/Terikat
Petbandngan 1 1 0 Kategorial/ Normal l-tes
kelompok berkelanjutan
Peibandngan 1 atau 1 0 Kategorial/ Normal Analisis
kelompok lebih berkelanjutan varian
Perbandingan 1 atau 1 t Kategorial/ Normal Analisis
kelompok lebih berkelanjutan kovarian
Petbandingan 1 1 0 Kategorial/ Non- Tes
kelompok berkelanjutan normal Mann-
Whitney
U
Gabungan antar 1 1 0 Kategorial/ Non- Chi-
kelompok berkelanjutan normal square
Menghubungkan 1 1 0 Kategorial/ Normal Korelasi
variabel-variabel berkelanjutan product
moment
Pearson
Menghubungkan 2 atau 1 0 Kategorial/ Normal Regresi
variabel-variabel lebih berkelanjutan berganda
Menghubungkan i 1 atau 0 Kategorial/ Non- Korelasi
variabel-variabel lebih berkelanjutan normal rank-
order
Spearman

193
 Laporan apakah hasil – hasil tes statistic yang diperoleh signifikan atau tidak secara
statistic, seperti “ analisis varian secara statistic menunjukan adanya perbedaan signifikan
antara wanita dan pria dalam hal sikap – sikap mereka terhaap larangan merokok di
restoran F (2:6) = 8,55, p =.001.”
 Laporan bagaimana hasil – hasil ini menjawab rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
Apakah hasil – hasil tersebut mendukung hipotesis ataukah kontradiktif dengan yang
diharapkan?
 Tunjukan pula kemungkinan menjelaskan mengapa hasil – hasil tersebut bias muncul
seperti itu. Untuk menjelaskan ini, anda dapat merujuk kembali pada teori yang anda
gunakan dalam penelitian (lihat bab 3), literature – literature sebelumnya yang membahas
hal ini (lihat bab 2), atau alasan/rasionalisasi lain yang logis.
 Jelaskan juga kemungkinan hasil ini dipraktikkan di lapangan atau untuk penelitian –
penelitian sebelumnya.

KOMPONEN – KOMPONEN DALAM METODE PENELITIAN EKSPERIMEN


Metode penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan format standar yang
melibatkan komponen – komponen sebagai berikut : partisipan, materi, prosedur, dan ukuran
(besaran). Pada sub bab kali ini, saya akan membahas komponen – komponen tersebut dan
menyajikan informasi seputar rancangan eksperimen dan analisis statistic. Sebagaiman
pembahasan mengenai peneleitian survey sebelumnya, pembahasan mengenai penelitian
eksperimen ini juga dimaksudkan untuk menonjolkan beberapa komponen kunci di
dalamnya. Untuk mengetahui petunjuk detail atas komponen – komponen ini, cobalah untuk
menjawab pertanyaan – pertanyaan dalam checklist table 8.4
Contoh 8.1. Bagian Metode Survey
Berikut ini adalah salah satu contoh tulisan bagian metode survey yang didasarkan
pada langkah – langkah yang telah dijelaskan sebelumnya. Tulisan ini (yang diperoleh atas
izin penulis) dikutip dari salah satu artikel jurnal yang melaporkan penelitian tentang factor –
factor yang mempengaruhi atrisi (berkurangnya jumlah) mahasiswa di salah satu universitas
seni liberal (bean & creswell, 1980 : 32 1 – 322).
Metodologi
Penelitian ini memilih lokasi disalah satu universitas seni liberal yang kecil (tingkat
pendaftaran 1.000 orang), religious, dan koendukatif, di kota Midwestern dengan populasi
175.000 orang. (disini, penulis mengidentifikasi lokasi dan populasi penelitian)

194
Rating dropout pada tahun sebelumnya adalah 25 %. Rating Dropuot yang paling sering
terjadi adlah pada mahasiswa tahun pertama dan tahun kedua maka dibuatlah kuisioner –
kuisioner untuk didistribusikan kepada sebanyak mungkin mahasiswa tahun pertama dan
tahun kedua di universitas tersebut. Sejumlah penelitian yang membahas atrisi atau
menurunnya jumlah mahasiswa bahwa dropoutnya mahasiswa ini, baik laki – laki maupun
perempuan ternyata dilatari oleh banyak alasan (Bean, 1978; Spady, 1971). Maka dari itu,
hanya mahasiswa saja yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
Selama April, 1979, sebanyak 169 mahasiswi mengembalikan kuisioner. Dari 169
mahasiswi ini, diantaranya berumur 25 tahun, tidak menikah, warga Negara AS, dan kulit
putih; dipilih sebagai objek analisis dengan mengecualikan beberapa variabel yang
kemungkinan mengacaukan sampel ini (Kerlinger, 1973).
Dari keseluruhan mahasiswi, yang dipilih sebagai sampel, 71 diantaranya mahasiswi
tahun pertama, 55 mahasiswi tahun kedua, dan 9 diantaranya mahasiswi junior. Sebanyak 95
% mahasiswi ini rata – rata berumur 18 hingga 21 tahun. Sampel ini lebih ditekankan pada
mereka yang memili kemampuan melebihi rata – rata yang dapat dilihat dari skor – skor yang
mereka perolah dalam tes ACT. (disini, penulis menyajikan informasi deskriptif tentang
sampel penelitian).
Data dikumpulkan dengan metode kuisioner yang berisi 116 item. Item – item ini
kebanyakannya likertlike yang didasarkan pada skala dari “jangkauan sangat kecil” hingga
“jangkauan sangat besar” ada juga pertanyaan – pertanyaan lain yang diajukan untuk
mendapatkan informasi factual, seperti skor – skor ACT, tingkat kelas, dan pendidikan orang
tua. Semua informasi yang digunakan dalam analisis ini berasal dari data kuisioner. Kuisioner
ini telah dirancang dan diuji pada tiga institusi yang lain sebelum kemudian diterapkan pada
institusi ini. (disini penulis membahas instrument penelitian).
Validitas konkuren dan konvergen (Campbell & Fiske, 1959) atas instrument ini telah
diuji melalui analisa factor (Faktor analysis), dan didapatkan bahwa validitas tersebut sudah
berada dalam level yang layak (memenuhi syarat). Reliabilitas factor – factor juga telah diuji
melalui alpha koefisien (coefficeient alpha). Untuk konstruk – konstruk disajikan dalam 25
ukuran yaitu item – item berganda berdasarkan analisis factor untuk membuat indeks –
indeks dan 27 ukuran lainnya indicator – indicator item tunggal. (disini penulis menjelaskan
validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian, regresi berganda dan path analysis (helse, 1969; Kerlinger &
Pedhazur, 1973) dipilih sebagai tes statistic untuk menganalisis data.

195
Dalam metode kausal….., keinginan untuk keluar dari universitas diregresi pada
semua variabel yang mendahuluinya dalam satu rangkaian kausal. Setelah itu, variabel –
variabel intervening yang secara signifikan berhubungan dengan keinginan untuk keluar dari
universitas diregresi pada variabel – variabel organisasi, varibel – variabel personal, variabel
– variabel lingkungan, dan variabel – variabel latar belakang. (disini, penulis menyajikan
langkah – langkah analisis data).

Partisipan
Pembaca perlu mengetahui cara pemilihan (sampling). Penugasan (assignment), dan
jumlah partisipan yang terlibat dalam suatu eksperimen. Perhatikanlah beberapa hal berikut
ini saat menulis metode eksperimen.
 Deskripsikanlah proses pemilihan (sampling) partisipan, apakah dilakukan secara acak
atau non – acak (dipilih secara kovenien).
 Dalam pemilihan acak atau random sampling, masing – masing individu memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai partisipan penelitian
 Langkah ini juga akan memastikan bahwa sampel yang terpilih benar – benar
representative dan bisa mewakili suatu populasi (Keppel, 1991). Meski demikian, dalam
beberapa penelitian eksperimen, hanya sampel convenience-lah yang memiliki
kemungkinan untuk terpilih sebab peneliti biasanya menggunakan kelompok – kelompok
yang sudah terbentuk secara alamiah (seperti, sebuah kelas, organisasi, atau sebuah
keluarga) atau sukarelawan. Jika masing – masing partisipan, tidak ditugaskna secara
acak (non-randomly assignment), berarti prosedur yang demikian lebih dikenal sebagai
prosedur quasi-eksperimen.
 Jika setiap partisipan ditugaskan secara acak (randomly assignment) ke dalam beberapa
kelompok, berarti prosedur yang demikian dikenal sebagai prosedur true-experiment, jika
penelitian anda menggunakan penugasan acaka seperti ini, paparkanlah secara detail
bagaimana anda akan menugaskan secara acak masing – masing individu ke dalam
kelomopk – kelompok treatment. Hal ini berarti bahwa dalam lingkup partisipan,
partisipan pertama ditugaskan dalam kelompok I, partisipan kedua ditugaskan dalam
kelompok II, dan begitu seterusnya hingga tidak ada bias sistematik dalam penugasan
masing – masing partisipan. Prosedur ini bisa menghilangkan kemungkinan adanya
perbedaan sistematik antara karakteristik – karakteristik dari setiap partisipan yang bisa

196
mempengaruhi hasil penelitian, sehingga perbedaan apapun yang muncul dalam hasil
penelitian bisa diatribusikan pada treatment eksperimen (Keppel, 1991).
 Jelaskan pula keunggulan – keunggulan lain penelitian ekperimen yang secara sistematik
dapat mengontrol variabel – variabel yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Salah satu
pendekatannya adalah dengan memasangkan partisipan berdasarkan sifat atau
karakteristik tertentu, kemudian memilih seorang partisipan dari masing – masing
pasangan ini untuk ditugaskan dalam suatu kelompok. Pengukurannya dapat
menggunakan skor – skor pre-test. Berdasarkan skor pretest ini, peneliti dapat
menugaskan setiap partisipan ke dalam kelompok tertentu dengan anggota yang juga
memiliki skor pre-test yang sama. Skro pre-test bisa dibagi menjadi skor tinggi, sedang
dan rendah, sebagai alternatifnya, individu – individu bisa dipasangkan satu sama lain
berdasarkan level kemampuan atau variabel demografi.

197
Tabel 8.4. : Checklist pertanyaan – partanyaan untuk merancang prosedur
penelitian eksperimen.
_________ Siapa saja partisipan yang terlibat dalam penelitian?
Populasi seperti apa yang akan dijadikan landasan untuk menggeneralisasi semua
_________ partisipan?
Bagaimana partisipan – partisipan ini dipilih? Apakah dengan menggunakan
_________ pemilihan acak (random sampling)?
Bagaimana partisipan – partisipan ini akan ditugaskan secara acak (randomly
_________ assignment)? Apakah mereka akan dipasangkan? Bagaimana caranya?
_________ Ada berapa banyak partisipan dalam kelompok eksperimen dan kelompok control?
Apakah variabel (variabel) bebas (seperti, variabel outcome) dalam penelitian
tersebut? Bagaimana cara mengukurnya? Apakah variabel tersebut akan diukur
_________ sebelum atau sesudah eksperimen?
_________ Seperti apa treatmen nya? Bagaimana langkah operasionalnya?
_________ Apakah variabel – variabel akan dicovarian? Bagaimana cara pengukurannya?
Metode/rancangan penelitian eksperimen seperti apakah yang akan digunakan?
_________ Bagiamana model visual untuk rancangan ini?
Instrumen apa saja yang akan digunakan untukm mengukur hasil penelitian?
Mengapa instrument tersebut dipilih? Siapa saja yang membuatnya? Apakah
instrument tersebut sudah valid dan reliable? Apakah peneliti sudah memiliki izin
_________ unutk menggunakannya??
Bagaimana langkah – langkah dalam prosedur penelitian ini (apakh dengan
menugaskan secara acak para partisipan ke dalam beberapa kelompok, atau dengan
mengumpulkan infromasi demografis, ataukah dengan menggunakan pre-test,
_________ treatment, atau post-test?
Ancaman – ancaman seperti apakah yang paling berpotensi mengurangi validitas
internal dan eksternal dalam penelitian ini? Bagaimana ancaman – ancaman ini
_________ akan dibahas?
_________ Apakah instrument penelitian sudah diuji lapangan terlebih dahulu??
Statistic seperti apakah yang akan digunakan untuk menganalisis data (apakah
_________ secara deskriptif atau inferensial?
_________ Bagaimanahasil penelitian akan diinterpretasi?

Seorang peneliti bisa saja memutuskan untuk tidak melakukan pemasangan seperti
diatas sebab hal ini bisa menyedot banyak biaya maupun waktu (Salkind, 1990) serta
rentan menimbulkan adanya kelompok yang tidak bisa dibandingkan, misalnya jika ada
partisipan yang tidak mau ditreatment (Rosenthal & Roshnow, 1991). Prosedur lain untuk
mengontrol proses eksperimen adalah dengan menggunakan covarian (seperti, skor – skro
pres-tes) sebagai variabel moderating dan mengontrol pengaruh dari skor – skor ini secara
statistic, memilih sampel – sampel yang homogen, atau mem-block beberapa partisipan
dalam subkelompok atau kategori tertentu, kemudian menganalisis pengaruh dari masing
– masing subkelompok ini terhadap hasil penelitian (Creswell, 2008)
 Tunjukkan kepada pembaca jumlah partisipan dalam setiap kelompok dan jelaskan
prosedur – prosedur sistematik dalam menentukan besaran setiap kelompok. Untuk

198
penelitian eksperimen, penelitian seyogianya menggunakan analisis kekuatan (power
analysis) (lipsey, 1990) untuk mengidentifikasi besaran sampel yang sesuai untuk
kelompok – kelompok tersebut. Kalkulasinya harus melibatkan beberapa hal berikut.
1. Pertimbangan level signifikasi statistic untuk eksperimen ini (alpha)
2. Jumlah kekuatan yang diinginkan – biasanya disajikan dalam bentuk kuat (high),
sedang (medium), lemah (low) – dalam pengujian statistic terhadap hipotesis nol
ketika hipotesis ini, sebenarnya, gagal.
3. Besaran efek, perbedaan – perbedaan yang diinginkan dalam jumlah rata – rata
antara kelompok control dan kelompok eksperimen yang dinyatakan dalam unit –
unit deviasi standar.
 Susunlah nilai – nilai untuk tiga factor ini (seperti, alpha = .05, kekuatan = .80, dan
besaran efek = .50) dan perlihatkanlah dalam sebuah tabel besaran, besaran yang
dibutuhkan untuk setiap kelompok ini (lihat Cohen, 1977; Lipsey, 1990). Dalam hal
ini, rencanakanlah sebuah eksperimentasi supaya besaran setiap kelompok yang di-
tretment memberikan sensitivitas yang paling tinggi : bahwa pengaruh yang
diinginkan terhadap outcome penelitian bisa tercapai dalam manipulasi eksperimental
ini.

Variabel – Variabel
Dalam penelitian eksperimen, variabel – variabel harus dirinci agar pembaca bisa
melihat dengan jelas kelompok – kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan outcome –
outcome apa saja yang ingin diukur. Berikut ini adalah beberapa saran bagaimana
mengembangkan gagasan terkati dengan variabel – variabel dalam proposal penelitian:
 Tunjukkanlah secara jelas variabel – variabel bebas yang anda gunakan dalam
penelitian tersebut (ingat kembali pembahasan mengenai variabel dalam bab 3). Satu
variabel harus menjadi treatment variabel. Satu atau beberapa harus meminta
treatment dari peneliti. Variabel – variabel bebas yang lain bisa saja menjadi
measured variabel yang didalamnya tidak ada manipuasi yang dilakukan (seperti,
sikap atau karakteristik pribadi pada partisipan). Variabel – variabel bebas lain bisa
menjadi variabel control atau dapat dikontrol secara statistic, seperti demografi
(gender atau usia). Intinya, bagian metode penelitian dalam proposal eksperimen
harus memerinci dan menunjukkan secara jelas semua variabel bebas ini.
 Tunjukan pula variabel (variabel) terikat (misalnya, outcome) yang anda gunakan
dalam penelitian eksperimen. Variabel terikat merupakan variabel respons atau

199
variabel criteria yang diasumsikan mendapat pengaruh dari variabel bebas. Rosenthal
dan Rosnow (1991) menyajikan tiga ukuran outcome prototipik dalam variabel
terikat, yaitu : arah perubahan, kuantitas perubahan, dan kemudahan perubahan, yang
diperoleh dari partisipan (misalnya, seorang partisipan memberikan respon yang tepat
ketika ditreatmen dalam rancangan eksperimen single-subjet).

Instrumentasi dan Materi


Selama penelitian eksperimen, khususnya pada tahap pres-test atau post-test (atau
keduanya), penelitia biasanya melakukan observasi dan pengukuran dengan menggunakan
instrument – instrument yang tersedia. Nah, dalam proposal penelitian, peneliti perlu
membahas instrument – instrument ini, cara perancangannya, item – itemnya, skala –
skalanya, dan laporan reliabilitas dan validitas skornya. Peneliti juga perlu melaporkan,
materi – materi yang akan digunakan selama proses eksperimentasinya (seperti, program –
program, atau kegiatan – kegiatan tertentu yang diberikan pada kelompok eksperimental).
 Deskripsikan pula instrument – instrument yang di isi / diselesaikan partisipan
(biasanya, instrument – instrument ini diselesaikan sebelum eksperimen tersebut
dilakukan atau bahkan di akhir eksperimen). Tunjukkan pula validitas dan reliabiitas
skor atas instrument tersebut, individu – individu yang mengembangkannya, dan izin
– izin untuk menggunakannya.
 Jelaskan secara menyeluruh materi – materi yang akan dimanfaatkan selama proses
eksperimentasi. Satu kelompok, misalnya berpartisipasi dalam rencana pembelajaran
berbasis IT yang disampaikan seorang guru di ruang kelas. Rencana ini dapat meliputi
handout, mata pelajaran, dan isntruksi tertulis khusus unutk membantu siswa dalam
kelompok eksperimen ini, belajar mata pelajaran dengan computer. Tes lapangan atas
materi – materi semacam ini harus dijelaskan. Bahkan, jika dibutuhkan, peneliti juga
perlu menjelaskan training – training lain yang mungkin dibutuhkan untuk mengelola
materi – materi tersebut. Tujuan tes lapangan ini adalah untuk memastikan bahwa
materi – materi penelitian bisa dikelola dengan baik tanpa varibilitas dalam kelompok
eksperimen.

200
Prosedur – Prosedur Eksperimentasi
Selain instrument dari materi penelitian, peneliti juga perlu menjelaskan dalam
proposalnya prosedur – prosedur khusus yang digunakan selama proses eksperimentasi.
Penjelasan ini bisa meliputi pembahasan mengenai jenis rancangan eksperimentasi, alasan –
alasan digunakannya rancangan tersebut, dan model visual untuk membantu pembaca
memahami prosedur – prosedurnya.
 Tunjukanlah jenis rancangan eksperimentasi yang akan anda gunakan dalam penelitian.
Jenis – jenis rancangan eksperimentasi bisa meliputi rancangan pra-eksperimen (pre-
experimental design), eksperimentasi yang sebenarnya (true experiment), kuasi
eksperimen (quasi experiment) dan rancangan subjek tunggal (single subject design).
Dalam rancangan pre experimental, peneliti mengatai satu kelompok utama dan
melakukan intervensi di dalamnya sepanjang penelitian. Dalam rancangan ini, tidak ada
kelompok control untuk diperbandingkan dengan kelompok eksperimen. Dalam quasi-
experiment, peneliti menggunakan kelompok control dan kelompok eksperimen, namun
tidak secara acak memasukkan (no random assignment) para partisipan ke dalam dua
kelompok tersebut (misalnya, mereka bisa saja berada dalam satu kelompok utuh yang
tidak dapat dibagi – bagi lagi) dalam true experiment, peneliti mulai memasukkan secara
acak para partisipan dalam kelompok – kelompok yang akan diproses. Adapun rancangan
single-subject atau yang dikenal dengan rancangan N of 1. Mengharuskan peneliti untuk
mengobeservasi perilaku satu individu utama (atau sejumlah kecil individu) sepanjang
penelitian.
 Tunjukkan pula apa yang ingin dikomparasikan. Dalam kebanyakan penelitian
eksperimen, yang salah satunya dikenal dengan rancangan subjek – antara (between
subject design), peneliti membandingkan dua atau lebih kelompok (Keppel, 1991;
Rosenthal & Rosnow, 1991). Misalnya, rancangan factorial (factorial design) salah satu
varian dalam between subject design mengharuskan peneliti untuk menggunakan dua atau
lebih variabel treatment untuk menguji pengaruh – pengaruh simultan variabel – variabel
ini terhadap hasil penelitian (Vogt, 1999). Rancangan penelitian ini mengeksplorasi
pengaruh – pengaruh setiap treatment secara terpisah dan juga pengaruh – pengaruh
variabel yang digunakan di dalamnya sehingga peneliti dapat memperoleh pandangan
yang multidimensional dan lebih kaya (Keppel, 1991).
Dalam penelitian eksperimen lain, yang dikenal dengan rancangan kelompok dari dalam
(within group design), peneliti menguji hanya satu kelompok treatment saja. Misalnyal,
dalam rancangan ukuran terulang (repeated measure design), sejenis varian dalam within

201
group desing, para partisipan dikelompokkan dalam treatmen yang berbeda – beda pada
waktu yang berbeda – beda pula selama penelitian. Praktik lain dari within group design
adalah meneliti perilaku seorang individu sepanjang waktu, yang didalamnya peneliti
menyajikan dan memberikan treatment terhadap individu tersebut pada waktu yang
berbeda – beda, untuk mengetahui dampaknya.
 Sajikanlah diagram atau gambar yang dapat menghasilkan rancangan penelitian yang
anda gunakan. System notasi standar juga perlu diterapkan dalam gambar/diagram ini.
Rekomendasi saya, gunakanlah system notasi klasik yang pernah disampaikan oleh
Campbell dan Stanley (1963 : 6).
1. X merepresentasikan satu kelompok dalam peristiwa atau variabel eksperimental
tertentu; efek – efek dari variabel tersebut.
2. O mempresentasikan proses observasi atau pengukuran dengan instrument penelitian
3. X dan O yang berada dalam satu lajur mempresentasikan kelompok (X) dan observasi
(O) yang di aplikasikan dalam lajur yang sama, atau disejajarkan secara vertical,
bersifat simultan.
4. Simbol matra dari kiri ke kanan merepresentasikan pelaksanaan prosedur – prosedur
treatment secara temporal (terkadang disimbolkan dengan anak panah)
5. Simbol R merepresentasikan penempatan acak (random assignment).
6. Pemisahan lajur – lajur yang sejajar oleh garis horizontal merepresentasikan bahwa
kelompok – kelompok yang diperbandingkan tidak ditempatkan secara acak (no
random assignment). Tidak adanya garis antara kelompok – kelompok menunjukkan
bahwa individu – individu di dalamnnya ditempatkan secara acak (random assignment)
ke dalam kelompok – kelompok yang akan di treatment (treatment groups).
Contoh – contoh berikut ini mengilustrasikan bagaimana notasi di atas digunakan untuk
mengindentifikasi rancangan pre experimental, quasi experimental, true experimental,
dan single subject.

Ancaman – Ancaman terhadap Validitas


Ada sejumlah ancaman terhadap validias yang sering kali membuat orang
mempertanyakan hasil / outcome yang disimpulkan oleh peneliti : apakah hasil tersebut
dipengaruhi oleh factor – factor utama, atau justru ada intervensi peneliti didalamnya. Untuk
itu, peneliti harus mengidentifikasi beberapa hal yang berpotensi mengancam validitas dan
eksperimentasinya. Setelah berhasil diidentifikasi, peneliti harus merancang dan
mengantisipasi sedemikian rupa agar ancaman – ancaman ini tidak lagi muncul atau

202
setidaknya dapat diminimaliasasi. Ada dua jenis ancaman terhadap validitas : ancaman dalam
(internal threats) dan ancaman luar (external threats).
Ancaman Validitas Internal dapat berupa prosedur – prosedur eksperimentasi,
treatment – treatment, atau pengalaman – pengalaman dari para partisipan yang mengancam
kemampuan peneliti untuk menarik kesimpulan – kesimpulan yang tepat dari data penelitian.
Tabel 8.5 menyajikan beberapa ancaman ini, mendeskripsikan setiap ancaman, dan
memberikan saran – saran kepada peneliti agar ancaman – ancaman tersebut tidak lagi dating.
Ada ancaman – ancaman yang melibatkan para partisipan (seperti sejarah, maturasi, seleksi,
dan mortalitas), ancaman – ancaman yang berhubungan dengan treatment eksperimental
(seperti difusi, demoralisasi imbang, dan rivalitas imbangan), dan ancaman – ancaman yang
berhubungan dengan prosedur – prosedur eksperimentasi (seperti, pengujian / testing dan
instrumentasi).
Contoh 8.2 Rancangan Pre- - Experimental

Studi Kasus Dengan Satu – Bidikan (One – Shot Case Study)


Rancangan Berikut Ini Melibatkan Satu Kelompok (X) Dalam Treatment Tertentu Yang
Kemudian Dilanjutkan Dengan Observasi/Pengukuran (O)
Kelompok A X ---------------------- O

Rancangan Pra – Tes Pos – Tes pada Satu Kelompok (One – Group Pre – Test Post –
Test Design)
Rancangan berikut ini mencakup satu kelompok yang diobservasi pada tahap pre – test yang
kemudian dilanjutkan dengan treatment dan psot – test.
Kelompok A O1 -------------------X------------------ O2

Perbandingan Kelompok Statis atau Rancangan Pos – Tes terhadap Kelompok –


Kelompok Non – Ekuivalen (Statistic Group Compariosn or Post – Test – Only with
Nonequivalent Groups)
Setelah melakukan treatment pada satu kelompok eksperimental (A), peneliti memilih satu
kelompok perbandingan (B), lalu melakukan Post – test pada kelompok eksperimental A
(kelompok yang sudah di treatment tadi) dan kelompok perbandingan B yang sudah dipilih
sebelumnya.
Kelompok A X ---------------------- O

203
-----------------------------------------------
Kelompok A X ---------------------- O
Rancangan Alternatif Pos – tes Treatment dengan kelompok – kelompok Non –
Ekuivalen (Alaternative Treatment Post – Test Only with Nonequipalent Groups
Design)
Rancangan ini menerapkan prosedur yang sama dengan rancangan Static Group Comparison
sebelumnya. Hanya saja, dalam rancangan ini peneliti melakukan treatment yang sedikit
berbeda (dengan rancangan sebelumnya) terhadap kelompok perbandingan non ekuvalen.
Berikut ilustrasinya :
Kelompok A X1 ---------------------- O
------------------------------------------------
Kelompok B X2 ---------------------- O

Contoh 8.3 Rancangan Quasi – experimental


Rancangan Kelompok – control (Pra Tes dan Pos – Tes) Nonekuivalen (nonequivalent
(Pre – test and Post – test)Control – Group Design)
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimen (A) dan kelompok control (B) diseleksi tanpa
prosedur penempatan acak (without random assignment) pada dua kelompok tersebut, sama –
sama dilakukan pre – test dan post – test. Hanya kelompok eksperimen (A) saja yang di
treatment.
Kelompok A O ------------X---------- O
------------------------------------------------
Kelompok B O ------------------------ O

Rancangan Serangakain waktu yang diputus oleh satu kelompok (Single – Group
Interupted Time-Series Design)
Dalam rancangan ini, peneliti melakukan pengukuran pada satu kelompok, baik sebelum
maupaun sesudah treatment.
Kelompok A O—O—O—O—X—O—O—O—O

Rancangan serangkaian waktu yang diputus oleh kelompok control (control – group
Interrupted Time – Series Design)

204
Rancangan ini merupakan modifikasi dari rancangan single – group sebelumnya. Dalam
rancangan ini, dua kelompok partisipan (A dan B), yang dipilih tanpa random assignment,
diobeservasi sepanjang waktu. Meski demikian, dari dua kelompok tersebut, hanya satu
kelompok saja yang di treatment, yaitu kelompok A.
Kelompok A O—O—O—O—X—O—O—O—O
-----------------------------------------------------------------
Kelompok B O—O—O—O—O—O—O—O—O

Contoh 8.4 Rancangan True Experimental


Rancangan Pra – Tes Pos – Tes pada kelompok control (Pre – Test Pos – Test Control
Group Design)
Rancangan ini merupakan rancangan klasik dan tradisional yang menerapkan prosedur
random assignment (R) pada para partisipan untuk ditempatkan ke dalam dua kelompok (A)
dan (B). Peneliti menerapkan pre –test dan pos – test pada dua kelompok ini. Meski
demikian. Yang di treatment hanya kelompok eksperimen (A) saja.
Kelompok A R -----------O-----------X--------------O
-----------------------------------------------------------------
Kelompok B R -----------O---------------------------O

Rancangan Post – Test pada kelompok control (post – test – only control group design)
Rancangan post test ini merupakan salah satu rancangan eksperimen yang paling popular dan
diterapkan karena pre-test memberikan efek – efek yang kurang diharapkan. Para partisipan
dikategorisasikan atau ditempatkan secara acak (random assignment) dalam dua kelompok.
Penelitia sama –sama melakukan post – test pada kedua kelompok tersebut, dan hanya
kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment.
Kelompok A R ----------------------X--------------O
Kelompok B R --------------------------------------O

Rancangan Solomon Empat – Kelompok (Solomon Four – Group Design)


Rancangan ini merupakan salah satu bentuk rancangan faktorial 2 X 2 yang menerapkan
prosedur random assignment (R) pada para partisipan untuk dikategoriasasi ke dalam empat

205
kelompok (A,B,C, dan D). Peneliti bisa memberikan pre-test dan treatment secara variatif
pada masing – masing kelompok, hanya saja, peneliti harus melakukan post – test untuk
semua kelompok tersebut tanpa terkecuali.
Kelompok A R -----------O-----------X-------------- O
Kelompok B R -----------O--------------------------- O
Kelompok C R ---------------------------X------------ O
Kelompok D R ----------------------------------------- O

Contoh 8.5 Rancangan Single – Subejct


Rancangan Subejk – Tunggal A-B-A (A-B-A Single – Subejct Design)
Rancangan ini menerapkan observasi terus menerus pada satu individu utama. Target
perilaku dari individu tersebut dibangun sepanjang waktu untuk kemudian dicari perilaku
utama yang menjadi garis dasar (baseline) untuk diteliti. Perilaku dasar ini kemudian dinilai,
di treatment, sebelum pada akhirnya treatment tersebut dihentikan di tahap akhir penelitia.
Baseline A Treatment B Baseline A
O—O—O—O—O—X—X—X—X—X— O—O—O—O—O—O

Ancaman – ancaman terhadap valitidas eksternal juga harus di indentifikasi dan


dirancang sedemikian rupa agar ancaman – ancaman tersebut dapat direduksi sedikit
mungkin. Ancaman – ancaman validitas eksternal ini muncul, misalnya, ketika peneliti
menarik kesimpulan – kesimpulan yang seharusnya berasal dari data sampel, namun ia justru
menariknya dari orang – orang lain, setting – setting lain, atau kondisi – kondisi masa lalu,
bahkan masa depan. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam tabel 8.6, ancaman – ancaman ini
biasanya berasal dari karakteristik – karakteristik individu yang dipilih sebagai sampel,
keunikan – keunikan setting, dan timming eksperimentasi. Misalnya, ancaman – ancaman ini
muncul ketika peneliti melakukan generalisasi

206
Tabel 8.5 Ancaman-ancaman terhadap Validitas Internal
Jenis Deskripsi Ancaman Tindakan-Tindakan Responsif
Ancaman
Sejarah Seiring berjalannya waktu selama Peneliti dapatmemintatelonrF pok kontrol
peneiitian, ada banyak peristiwa dan kelompok eksperimen untuk
bermunculan yang sering kali merasakan peristiwa-peristiwa yang
memengaruhi outcome yang tidak sama.
diharapkan.
Maturasi Selama peneiitian, para parti-sipan Peneliti dapat memilih para partisipan
bisa saja berubah dan menginjak yang sudah dewasa dengan rating yang
dewasa (mature) sehingga dapat sama (seperti, umur yang sama).
memengaruhi outcome peneiitian.
Regresi Para partisipan yang memiliki skor Peneliti dapat memilih para partisipan
yang tinggi dipilih sebagai objek yang tidak memiliki skor-skor yang tinggi
peneiitian. Tentu saja, skor-skor uniuk di-toliti.
mereka sangat rnung-kin berubah
selama peneiitian. Tidak heran jika
skor-skor yang tinggi ini, sewaktu-
waktu, bisa merosot menjadi rata-
rata.
Seleksi Para partisipan sering kali dipilih Peneliti dapat memilih para partisipan
hanya karena mereka memiliki secara acak sehingga karakteristik-
karakteristik-karakteristik yang karakteristik mereka memiliki kemung-
dianggap dapat memengaruhi hasil- kinan yang sama untuk didistri-busikan
hasil tertentu (misalnya, karena menjadi kelompok-kelompok eksperimen.
mereka lebih cerdas).
Mcrtalitas Para partisipan bisa saja mun-dur Peneliti dapat merekrut se-banyak
dari peneiitian disebabkan banyak mungkin partisipan peneiitian untuk
alasan. Tidak heran jika peneliti mengantisi-pasi para partisipan yang
sering kali ke-bingungan untuk mun-dur atau untuk membanding-kan
mengetahui outcome atas individu- mereka yang mundur dengan mereka
individu ini. yang tetap meneruskan, guna memper-
oleh outcome peneiitian.
Difusi Para partisipan dalam kelom-pok Peneliti harus menjaga keter-pisahan
treatmenta kontrol dan eksperimen saling antara dua kelompok ini selarna
berkomunikasi satu sama Iain. penelitian.
Ironisnya, komu-nikasi ini bisa saja
memengaruhi skor akhir kedua
kelompok tersebut.
Demoralisasi Keuntungan diadakannya pe- Peneliti dapat memberikan keuntungan
imbang-an nelitian bisa saja tidak setara pada dua kelompok ini, misalnya dengan
karena yang 6\-treatment hanyalah memberikan treatment pada kelompok
Kelompok eksperimen saja kontrol setelah penelitian usai atau
(misalnya, kelompok eksperimen dengan memoerikan jenis treatment yang
diberikan terapi, sedangkan sama pada dua kelom-pok tersebut se/ama
kelompok kontrol tidak diberikan penelitian.

207
apa-apa).
Rivalitas Para partisipan dalam kelompok Peneliti dapat mencari lang-kah-langkah
imbangan kontrol merasa bahwa mereka strategis guna menciptakan kesetaraan
didevaluasi karena di- antara dua kelompok ini, misalnya
perbandingkan dengan kelompok dengan cara me-ngurangi ekspektasi
eksperimen dan tidak men- kelompok kontrol.
dapatkan treatment sama sekali.
Pengujian Para partisipan sudah terbiasa Peneliti harus memiliki teng-gang waktu
(testing) dengan hasil akhir pengujian yang lebih lama dalam menyebarkan
sehingga mereka bisa meren- instrumen-instrumen yang berbeda
canakan manipulasi atas res-pons- kepada para partisipan.
respons tersebut jika ada pengujian
selanjutnya.
.Instrumen Perubahan instrumen dalam pre- Peneliti dapat menggunakan instrumen
test dan post-test tidak jarang yang sama untuk pre-test dan post-test.
memengaruhi skor-skor penelitian.

ralisasi melampaui kelompok-kelompok yang dieksperimentasi, seperti kelompok-kelompok


sosial atau ras lain, setting-setting lain, atau situasi-situasi lain, yang tidak termasuk objek
eksperimentasi. Langkah-langkah untuk menyiasati isu-isu ini juga disajikan dalam Tabel
8.6.
Ancaman-ancaman lain yang juga perlu diperhatikan adalah ancaman-ancaman
terhadap validitas kesimpulan statistik yang muncul ketika peneliti menarik kesimpulan yang
tidak tepat dari data penelitian, disebabkan kekuatan statisik yang lemah atau pe-langgaran
terhadap asumsi-asumsi statistik yang sebenarnya. Selain ancaman terhadap kesimpulan
statistik, ada pula ancaman terhadap validitas konstruk. Ancaman ini muncul ketika peneliti
menyajikan definisi-definisi dan ukuran-ukuran yang tidak tepat pada variabel-variabel
penelitian.
Berikut ini adalah tips-tips penelitian praktis untuk menjabar-kan isu-isu validitas
tersebut dalam proposal penelitian:

 Identifikasilah ancaman-ancaman potensial terhadap validitas yang mungkin muncul.


Anda bisa membuat bagian terpisah khusus untuk membahas ancaman ini.
 Definisikanlah jenis ancaman dan isu-isu apa yang sering dimunculkan oleh ancaman
itu.
 Jelaskan bagaimana Anda akan menjabarkan ancaman-ancaman ini dalam proposal
eksperimen Anda.
 Kutiplah referensi dari beberapa buku yang membahas mengenai ancaman terhadap

208
validitas ini, seperti Cook dan Campbell (1979); Creswell (2008); Reichardt dan Mark
(1998); Shadish, Cook, & Campbell (2001); dan Tuckman (1999).

Prosedur
Dalam proposal penelitian, peneliti harus mendeskripsikan secara detail prosedur-
prosedur dalam melakukan eksperimentasi. Deskripsi ini akan membantu pembaca untuk
memahami rancangan, observasi, treatment, dan jangka waktu yang ditetapkan.
Tabel 8.6 Ancaman-ancaman terhadap Validitas Eksternal
Jenis Deskrlpsi Ancaman Tindakan-Tindakan Responsif
Ancaman
Antara Karena sempitnya karakteris-tik- Peneliti perlu membatasi tuntutan-
pemilihan karakteristik yang ditetap-kan tuntutan atau klaim-klaimnya mengenai
dan dalam memilih para parti-sipan, karakteristik partisipan yang sering kali
treatment peneliti sering kali tidak mampu membuat peneliti tidak mampu
menggenaralisasi siapa saja yang menggeneralisasi hasil penelitian.
rhemiliki dan tidak memiliki Peneliti me-laksanakan penelitian tam-
karakteristik khusus untuk menjadi bahan pada kelompok-kelom-pok/para
parti-sipan penelitian. partisipan yang memiliki karakteristik
yang berbeda.
Antara Karena ditetapkan karakteristik- Peneliti perlu melakukan penelitian
setting dan karakteristik khusus dalam memilih tambahan dalam setting yang baru untuk
treatment setting, peneliti sering kali tak menge-tahui apakah hasil yang mun-cul
mampu menggeneralisasi individu- sama dengan yang diper-oiehnya dalam
individu pada setting-setting yang setting se-belumnya.
berbeda.
Antara Karena hasil ekspenmentasi terikat- Peneliti perlu melakukan penelitian
sejarah dan waktu, peneliti sering kali tidak ulang pada waktu-waktu yang akan
treatment mampu menggeneralisasi hasil datang untuk mengetahui apakah hasil-
penelitian untuk situasi masa lalu hasil yang diperolehnya sama dengan
dan masa depan. hasil-hasil pada penelitian terdahulu.
Sumber : diadaptasi dari Creswell (2008)
Jelaskan pendekatan langkah demi langkah dalam prosedur eksperimentasi tersebut.
Misalnya, Borg dan Gall (1989: 679) meringkas enam langkah yang biasanya digunakan
dalam prosedur rancangan pre-test post-test control group dengan menjodohkan para
partisipasi dalam kelompok kontrol :
1. Buatlah ukuran-ukuran variabel terikat atau variabel yang sangat berkorelasi dengan
variabel terikat untuk setiap partisipan penelitian
2. Tempatkan para partisipan secara berpasangan berdasarkan skor-skor dalam ukuran
mereka sebagaimana yang telah diidentifikasi pada langkah 1
3. Tempatkan secara acak satu anggota dari setiap pasangan ini dalam kelompok
eksperimen dan anggota lain dalam kelompok kontrol

209
4. Lakukan treatment eksperimen pada kelompok eksperimen dan berikan treatment
alternatif (atau bahkan tanpa treatment) pada kelompok kontrol
5. Buatlah ukuran-ukuran variabel terikat untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol ini
6. Bandingkan performa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada akhir tes
(post-tes) dengan menggunakan tes-tes signifikansi statistik

Analsis Data
Jelaskan kepada pembaca jenis-jenis analisis statistik yang akan anda gunakan selama
penelitian.
 Laporkan statistik-statistik deskriptif yang telah diukur dan diobservasi pada pre-test
dan post-test sebelumnya. Statistik-statistik ini haruslah berupa means (rata-rata),
standard deviation (deviasi standar) dan range (jangkauan).
 Jelaskan tes statistik inferensial (inferensial statistic test) yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian. Dalam rancangan eksperiman (eksperimental design),
yang menerapkan informasi kategoris untuk variabel bebasdan informasi
berkelanjutan untuk variabel terikat, penelitian menerapkan t-test atau univariate
analysis of variance (ANOVA), analysis of covariance (ANCOVA), atau
multivariate analysis of variace (MANOVA) – multiple dependent measure).
(sebagaimana jenis tes ini telah ditunjukan dalam tabel 8,3 sebelunya.) dalam
rancangan faktorial (factorial design), peneliti menggunakan pengaruh timbal-balik
dan efek-efek utama dari ANOVA. Akan tetapi, ketika data dalam pre-test dan post-
test menunjukan deviasi pemarkaan (marked deviation) dari distribusi normal,
peneliti sebaiknya menggunakan tes statistik nonparameter (parametric statical test)
untuk menguji hipotesis penelitian.
 Untuk rancangan subjek-tunggal (single-subject design), gunakanlah grafik garis-
gsris untuk beseline, sedangkan untuk unit waktu gunakanlah grafik abscissa( poros
horizontal) dan grafik ordinate (poros Vertikal) untuk unit target perilaku dalam
observasi treatment. (mengenai ilustrasinya dapat dilihat dalam contoh 8.5
sebelumnya,penj). Setiap data diformulasikan secara terpisah dalam grafik tersebut,
lalu masing-masing data ini dihubungkan dengan garis-garis (misalnya, lihat Neuman
& McCormick, 1995). Kadang-kadang, tes-tes signifikansi statistik, seperti t test,
digunakan untuk membandingkan rata-rata beseline dengan tahap-athap treatment ,

210
meskipun prosedur-prosedur seperti ini bisa saja melanggar asumsi ukuran-ukuran
variabel bebas (Borg&Gall, 1989)
 Peneliti juga perlu melaporkan hasil-hasil statistik pengujian hipotesis, interval
confidence dan besaran efek sebagai indikator-indikator utama atas signnifikansi
hasil penelitian. Interval confidence merupakan perkiraan interval atas nilai statistik
yang lebih tinggi dan lebih rendah, yang sesuai data penelitian dan bisa saja
mencerminkan rata-rata populasi yang sebenarnya. Besaran efek merupakan kekuatan
atas hasil kesimpulan tentang perbedaan-perbedaan antarkelompok atau hubungan
antarvariabel dalam penelitian kuantitatif. Kalkulasi besaran efek ini bermacam-
macam, tergantung pada tes statistik yang digunakan.

Interpretasi Hasil

Langkah terakhir dalam penelitian eksperimen adalah mentafsirkan penemuan-


penemuan berdasarkan hipotesis atau rumusanmasalah yang sudah dirancang di awal
penelitian. Dalam laporan interpretasi ini, jelaskan apakah hipotesis atau rumusan masalah
tersebut disetujui (signifikan) atau ditolak (tidak signifikan). Jelaskan pula apakah proses
treatment yang diimplementasikan benar-benar mendptakan suatu perbedaanbagi para
partisipan yang diteliti. Beri-kan alasan mengapa hasil penelitian signifikan atau tidak
signifikan, berdasarkan literatur-literatur yang telah Anda review (Bab 2), teori-teori yang
Anda gunakan (Bab 3), atau logika persuasif lain yang dapat menjelaskan hasil tersebut.
Jelaskan adakah hasil penelitian yang muncul disebabkan prosedur-prosedur eksperimental
yang tidak tepat, seperti kehadiran ancaman-ancaman terhadap validitas, dan jelaskan pula
bagaimana Anda menggeneralisasi hasil tersebut pada orang-orang tertentu, setting-setting
tertentu, dan waktu-waktu tertentu. Pada akhirnya, Anda juga harus menunjukkan dampak-
dampak dari hasil ini terhadap populasi yang diteliti atau bagi penelitian-peneiitian
selanjutnya.

RINGKASAN

Bab ini menjelaskan tentang komponen-komponen penting dalam merancang prosedur-


prosedur metodis penelitian eksperimen dan survei. Dalam penelitian survei, peneliti
menjelaskan tujuan, mengidentifikasi populasi dan sampel, instrumen-instrumen yang

211
digunakan, hubungan antarvariabel, rumusan masalah, item-item khusus, dan langkah-
langkah yang diambil dalam analisis dan interpretasi data.
Dalam penelitian eksperimen, peneliti mengidentifikasi partisipan, variabel-variabel —
kondisi-kondisi treatment dan variabel-variabel outcome— dan instrumen-instrumen yang
digunakan untuk pre-test dan post-test, dan materi-materi yang akan dimanfaatkan selama
treatment. Penelitian eksperimen juga mencakup jenis-jenis rancangan eksperimen, seperti
pre-experimental, quasi-experimental, true experiment, dan single-subject.
Peneliti kemudian membuat sebuah gambar untuk mengilus-trasikan rancangan ini, sesuai
notasi yang tepat. Setelah itu, peneliti-
Contoh 8.6 Bagian Metodologi Penelitian Eksperimen

Berikut ini, salah satu contoh tulisan dari penelitian quasi-experimental yang
dilakukan Enns dan Hackett (1990). Tulisan ini mengilus-trasikan beberapa komponen
penting dalam penelitian eksperimen seperti yang sudah dijelaskan sejak awal. Penelitian
Enns dan Hackett ini mengangkat isu umum tentang kesesuaian minat antara klien dan
penasihatnya sepanjang menyangkut dimensi-dimensi dikap femi-nisme. Enns dan Hacket
berhipotesis bahwa para partisipan (klien) feminis lebih reseptif pada penasihat feminis
yang radikal ketimbang para partisipan non-feminis, dan bahwa para partisipan non-
feminis lebih reseptif pada penasihat feminis yang liberal dan non-seksis ketimbang para
partisipan feminis. Kecuali pembahasan yang begitu terbatas mengenai analisis dan
iriterpretasi data, tulisan Enns dan Hackett ini setidaknya sudah berisi elemen-elemen
penting bagai-mana menulis bagian metode penelitian eksperimen yang baik.

Metode Penelitian

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah 150 mahasiswi kelas dasar dan kelas atas dalam
bidang sosiologi, psikologi, dan komunikasi, di uni-versitas negeri dan perguruan tinggi
swasta, di pesisir barat. (Disini, peneliti mendeskripsikan para partisipan penelitiannya).

Rancangan dan Manipulasi Eksperimental

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial (factorial design) 3 X 2X2:


Kecenderungan Penasihat (humanis-nonseksis, feminis liberal, atau feminis radikal) X
Nilai-nilai (implisitatau eksplisit) X Identifikasi Feminisme Partisipan (feminis atau

212
nonfeminis). Untuk data penelitian yang kemungkinan tidak mengenai sasaran dalam item-
item tertentu, sudah kami tangani dengan prosedurpairwise deletion. (Disini, peneliti
menjabarkan keseluruhan rancangan penelitian).

Tiga sifat konseling (humanis-nonseksis, feminis liberal, dan feminis radikal) tergambar
dari hasil deskripsi singkat atas rekaman videotape selama 10 menit antara seorang
penasihat wanita dan seorang klien wanita.... Nilai-nilai implisit kami peroleh dari hasil
wawancara pada sampel (klien) saja, tidak pada penasihatnya secara langsung. Karena
itulah, nilai penasihat bersifat implisit. Untuk nilai-nilai eksplisit, kami memperolehnya
dengan cara menggabungkan tiga sifat konseling tadi dengan deskripsi singkat atas
rekaman videotape selama 2 menit tentang seorang penasihat yang tengah menjelaskan
pendekatan konselingnya kepada seorang klien. Setelah itu, kami mengidentifikasi nilai-
nilai tersebut berdasarkan dua orientasi filospfis feminisme, yaitu liberal dan radikal. Tiga
sifat konseling kami tetapkan berdasarkan tiga perbedaan filosofis feminisme (humanjs-
nonseksis, liberal, dan radikal) dan implikasi-implikasi konselingnya. Pernyataan-
pernyataan klien dan hasil wawancara dengan mereka pada umumnya bersifat konstan
(tidak berubah-ubah). Sedangkan respons-respons penasihat justru berbeda-beda sesuai
pendekatan yang mereka gunakan. (D/ sini, peneliti mendeskripsikan tiga ^variabel yang
di-treatment dan dimanipulasi dalam penelitiannya).

Instrumen

Cek manipulasi. Untuk rhengecek persepsi partisipan terhadap manipulasi eksperimeritai


dan untuk menilai kesamaan persepsi mereka terhadap tiga penasihat, dua subskala dari
Attributions of the Term Feminist Sca/e-nya Berryman-Fink dan Verderber (1935) karni
modifikasi dan kami gunakan sebagai instrumen penelitfan, yaitu Counselor Description
Quesiidnnaire (CDQ) dan Personal Description Questionnaire (PDQ).... Berryman Fink
dan Verderber melaporkart reliabilitas konsistensi internal .86 dan .89 untuk versi asli dari
dua subskala ini. (Di sini, peneliti menjelaskan instrumen-instrumeh dan reliabilitas
skala-skala untuk variabel terikat).

Prosedur

Semua tahap eksperimentasi dilakukan secara individual. Kami telah mengundang para
partisipan, menjelaskan tujuan penelitian kami untuk mengetahui respons mereka
mengenai konseling, dan kami telah mengatur ATF. Sementara ATF dikumpulkan dan
dinilai, kami meminta setiap partisipan untuk mengisi formulir data demografis dan

213
membaca serangkaian petunjuk untuk menggunakan videotape. Separuh partisipan
pertama ditempatkan secara acak (randomly assigned) ke dalam 12 videotape (3
Pendekatan X 2 Nilai X 2 Penasihat). Untuk nilai rata-rata, kami memperolehnya dari
ATF. Nilai rata-rata untuk separuh partisipan pertama kemudian digunakan untuk menga-
tegorisasi separuh kelompok kedua ke dalam feminis dan nonfeminis, dan sisany'a yang
lain ditempatkan secara acak {randomly assigned) ke dalam'tiga' kelorhpok orientasi
feminis (humanis-nonseksis, liberal, dan radikal) untiik memastikan hasii cell size yang
setara. Pada tahap akhir, kami memeriksa nilai rata-rata sampel final dan menga-tegorisasi
kembali beberapa partisipan dengan pecahan rata-rata, yang akhirnya menghasilkan 12
atau 13 per cell.

Setelah m.endehgsirkan videotape yang bernubungan dengan pe-nempatan/periugasah


eksperimentalnya {experimental assignment), para partisipan kernudian diminta untuk
menyelesaikan instrumen variabel terikat (dependent measure), setelah itu baru mereka
mulai diwawancarai (him. 35-36). (D/ sini, peneliti mende'skripsikan pro-sedur-prosedur
yang diterapkan dalam penelitian eksparimen).

Sumber : Erns dan Hackett (1990). © 1990 oleh American Psychological Association.
Dikutip atas izin penulis
memberikan komentar-komentarnya tentang ancaman-ancaman potensial pada validitas
internal dan eksternal (dan validitas statistik dan konstruk, jika ada) yang berhubungan
dengan penelitian eksperi-men, analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis atau
rumusan masalah, dan interpretasi hasil.

Latihan Menulis
LA 1. Buatlah desain penelitian berdasarkan prosedur-prosedur penelitian survei.
TI Setelah usai, amati kembali checklist dalam Tabel 8.1 untuk mengetahui apakah
H
semua komponen sudah disertakan secara jelas dalam desain yang Anda buat,
A
N 2. Buatlah desain penelitian berdasarkan prosedur-pro-sedur penelitian eksperimen.
M Setelah ucai, amati kembali Tabel 8.4 untuk mengetahui apakah semua
E
komponen sudah disertakan secara jelas.
N
UL
IS

214
BACAAN TAMBAHAN

Babbie, E. (1990). Survey Research Methods, (Edisi kedua. Belmont, CA: Wadsworth.

Earl Babbie membahas secara detail aspek-aspek penelitian survei. Dia menyajikan
jenis-jenis rancangan penelitian survei, logika sampling, dan contoh-contoh untuk masing-
masing rancangan. Dia membahas konseptualisasi instrumen survei dan skala-skalanya. Dia
juga menyajikan gagasan yang amat penting terkait dengan bagai-mana mengatur kuesioner
dan memproses hasil akhir. Selain itu, disertakan pula pembahasan tentang analisis data
dengan fokus pada bagaimana membuat dan memahami tabel-tabel dan menulis laporan
survei. Buku ini sangat detail, informatif, dan teknis, sangat cocok bagi mahasiswa yang
sudah berada di level intermediate atau advance dalam mempelajari penelitian survei.

Campbell, D.T. & Stanley, J.C. (1963). "Experimental and Quasi-Experimental Designs for
Research." dalam N. L. Gage (Ed.). Handbook of Research on Teaching. Chicago:
Rand-McNally. (him. 1-76)

Salah satu bab dalam Handbook ini membahas penelitian ekspe-rimen. Campbell dan
Stanley merancang sistem notasi untuk penelitian eksperimen yang hingga saat ini masih
digunakan. Mereka juga mengajukan jenis-jenis rancangan eksperimen, dimulai dari faktor-
faktor yang membahayakan validitas internal dan eksternal, jenis-jenis rancangan pre-
exnerimental, true experiment, quasi experimental, dan rancangan correlational dan ex post
facto. Bab ini menyajikan ringkasan yang menarik tentang jenis-jenis rancangan eksperimen,
ancaman-ancaman terhadap validitas, dan prosedur-prosedur statis-tik. Bab ini cocok bagi
mahasiswa yang baru belajar penelitian eksperimen.
Fink, A. (2002). The Survey Kit. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
"The Survey Kit" disusun daribeberapa buku dan dieditori oleh Arlene Fink.
Ringkasan detail buku-buku tersebut disajikan dalam volume pertama. Dalam pendahuluan
volume tersebut, Fink mem-bahas aspek-aspek penelitian survei, yang meliputi antara lain:
bagai-mana mengajukan pertanyaan, bagaimana melaksanakan survei, bagaimana melibatkan
diri dalam wawancaran telepon, bagaimana melakukan sampling, dan bagaimana mengukur
validitas dan relia-bilitas. Pembahasan dalam buku ini pada umumnya cocok untuk para
peneliti survei pemula. Apalagi di dalamnya juga disajikan banyak contoh dan ilustrasi yang
bagus, membuatnya lebih menarik untuk dipelajari.

Fowler, F.J. (2002). Survey Research Methods. Edisi ketiga. Thousand Oaks, CA: Sage.

215
Floyd Fowler menyajikan tulisan menarik tentang keputusan-keputusan yang harus
diambil dalam melaksanakan proyek penelitian survei. Dia menjelaskan tentang bagaimana
menerapkan prosedur sampling alternatif, mengurangi rating nonrespons, mengumpulkan
data, merancang pertanyaan yang baik, menerapkan teknik-teknik wawancara yang menarik,
mempersiapkan anaiisis, dan menghadapi masalah-masalah etis dalam penelitian survei.

Keppel, G. (1991). Design and Analysis: A Researcher's Handbook. Edisi ketiga. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Geoffrey Keppel menjelaskan penelitian eksperimen secara detail dan menyeluruh, mulai dari
prinsip-prinsip rancangan eksperimen hingga anaiisis statistik terhadap data-data eksperimen.
Secara kese-luruhan, buku ini cocok dibaca oleh mahasiswa dalam bidang statistik di level
intermediate hingga advance, yang ingin memahami rancangan dan anaiisis statistik
eksperimentasi. Bab pendahuluan dalam Handbook ini menyajikan ringkasan yang begitu
informatif rnengenai komponen-komponen dalam rancangan eksperimen.
Upsey, M.W. (1990). Design Sensitivity: Statistical Power for Experimental Research.
Newbury Park, CA: Sage.

Mark Iipsey menulis sebuah buku yang membahas rancangan-rancangan eksperimental


dan kekuatan statistik dari rancangan-rancangan tersebut. Premis dasarnya adalah: bahwa
sebuah eksperi-mentasi perlu memiliki sensitivitas yang memadai untuk mendeteksi
pengaruh-peng£ruh dari objek yang diteliti. Buku ini mengeksplorasi kekuatan statistik dan
menyertakan sebuah tabel untuk membantu para peneliti menentukanbesaran (size) yang
sesuai untuk kelompok-kelompok yang diteliti.

Neuman, S.B., & McCormick, S. (Ed.). (1995). Single-Subject Experimental Research:


Applications for Literacy. Newark, DE: International Reading Association.
Susan Neuman dan Sandra McCormick mengeditori sebuah buku panduan praktis yang
membahas ten tang rancangan penelitian single-subject. Mereka juga menyajikan banyak
contoh jenis-jenis rancangan yang lain, seperti reversal design dan Tiniltipe-baseline design.
Selain itu, mereka juga menyajikan prosedur-prosedur statistik yang bisa diterapkan dalam
analisis data single-subject. Salah satu bab, misalnya, mengilustrasikan bagaimana
menampilkan data dengan grafik garis-garis. Meskipun aplikasi dari rancangan single-subject
yang dijeiaskan dalam buku ini secara khusus diorientasikan untuk bidang kesusastraan,
Anda sebenarnya juga bisa menerapkan rancangan ini untuk bidang ilmu sosial-humaniora.

216
Bab Sembilan

Prosedur-prosedur Kualitatif
Prosedur-prosedur kualitatif memiliki pendekatan yang lebih beragam dalam peneiitian
akademik ketimbang metode-metode kuantitatif. Penelitian kualitatif juga memiliki asumsi
asumsi filosofis, strategi-strategi penelitian, dan metode-metode pengumpulan, analisis, dan
interpretasi data yang beragam. Meskipun prosesnya sama, prosedur-prosedur kualitatif
tetap mengandalkan data berupa teks dan gambar, memiliki langkah-langkah unik dalam
analisis datanya, dan bersumber dari strategi-strategi peneiitian yang berbeda-beda.
Pada dasarnya, strategi-strategi penelitian yang dipilih dalam proyek kualitatif sangat
berpengaruh terhadap prosedur-prosedurnya yang, meski seragam, tetap menunjukkan pola
yang berbeda-beda. Melihat landskap prosedur-prosedur kualitatif berarti melihat perspektif-
perspektif yang beragam, mulai dari perspektif keadilan sosial (Denzin & Lincoln, 2005),
perspektif ideologis (Lather, 1991), perspektif filosofis (Schwandt, 2000), hingga petunjuk-
petunjuk prosedur sistematis (Creswell, 007; Corbin & Strauss, 2007). Semua perspektif ini
bersaing untuk menjadi landasan utama dalam penelitian kualitatif.
Bab ini berusaha mengombinasikan perspektif-perspektif tersebut, menyajikan prosedur-
prosedur urnum, dan menampilkan contoh-contoh dari beragam strategi kualitatif. Bab
ini juga akan menyajikan gagasan-gagasan dari beberapa pakaryang menulis tenta.ng
rancangan proposal kualitatif (misalnya, lihat Berg, 2001; Marshall &. Rossman, 2006;
Maxwell, 2005; Rossman & Rallis, 1998). Topik-topik yang termasukke dalam bagian
prosedur kualitatif antara lain: karakteristik-karakteristik penelitian kualitatif, strategi
peneiitian, peran peneliti, langkah-langkah dalam pengumpulan dan analisis data,
strategi-strategi validasi, akurasi penemuan, dan struktur naratif. Tabel 9.1 menunjukkan
checklist pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana merancang prosedur-prosedur
kualitatif ini.

KARAKTERISTIK-KARAKTERISTIK PENEUTIAN KUALITATIF


Bertahun-tahun lamanya, para penulis proposal terus berusaha membahas karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif untuk me-mastikan legitimasi dari pihak fakultas dan
pembacanya. Saat ini, pembahasan-pembahasan semacam itu sudah jarang dijumpai dalam
literatur. Bahkan, sekarang ada beberapa konsensus yang telah meng-atur ketentuan-

217
ketentuan dalam penelitian kualitatif. Untuk itulah, saran saya bagi para penulis proposal
yang ingin merancang bagian karakteristik penelitian ini antara lain:
 Amatilah apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh para pembaca proposal Anda.
Identifikasilah apakah pembaca Anda sudah banyak mengetahui karakteristik-
karakteristik penelitian kualitatif sehingga bagian ini tidak begitu pen ting bagi
mereka.
 Jika Anda ragu-ragu atas pengetahuan mereka, jelaskan karakteristik-karakteristik
dasar penelitian kualitatif dalam proposal Anda dan jika rnemungkinkan, bahaslah
sebuah artikel jurnal (atau studi) kualitatif baru-baru ini sebagai contoh untuk meng-
ilustrasikan karakteristik-karakteristik tersebut.
 Sejumlah karakteristik penelitian kualitatif bisa saja digunakan (seperti, Bogdan &
Biklen, 1992; Eisner, 1991; Hatch, 2002; LeCompte & Schensul, 1999; Marshall &
Rossman, 2006), tetapi saya lebih mengandalkan pada analisis gabungan dari
beberapa
penulis ini yang sudah saya sertakan secara menyeluruh dalam buku saya tentang
penelitian kualitatif (Creswell, 2007). Saya tidak hanya menyertakan perspektif-
perspektif tradisional saja, tetapi juga perspektif-perspektif baru dalam penelitian
kualitatif, seperti
advokasi, partisipatoris, dan refleksi-diri. Berikut ini adalah beberapa karakteristik
penelitian kualitatif yang disajikan tidak dalam urutan prioritas tertentu.

Tabel 9.1 Checklist pertanyaan-pertanyaan untuk merancang prosedur kualitatif


--------- Apakah karakteristik-karakteristik dasar penelitian kualitatif sudah di-jelaskan?
---------- Apakah jenis strategi kualitatif yang akan digunakan juga sudah
- dijelaskan? Apakah sejarah, definisi, dan penerapan dari strategi
tersebut sudah dijelaskarvpula? _____
--------- Apakah pembaca dapat memahami peran peneliti dalam peneiitian tersebut
- (pengalaman historis, sosial, dan kultural sebelumnya, hubungan personal dengan
lokasi dan partisipan, langkah-langkah dalam memperoleh entri, dan masalah-
masaiah etis)?
---------- Apakah strategi sampling dalam memilih lokasi dan partisipan penelitian sudah
- diidentifikasi?
-------- Apakah jenis strategi pengumpulan data dan rasionalisasi pengguna-annya juga

218
sudah dijabarkan?
---------- Apakah langkah-langkah perekaman/pencatatan informasi selama prosedur
- pengumpulan .data sudah dijelaskan?
---------- Apakah langkah-langkah analisis data juga sudah dijabarkan?
-
--------- Apakah ada bukti/petunjuk bahwa peneliti telah mengatur data untuk dianalisis?
---------- Apakah peneliti telah merew'ewdata secara umum untuk memperoleh makna
- informasi?
---------- Apakah data sudah di-cocffng?
-
---------- Apakah kode-kode sudah dirancang untuk membentuk deskripsi atau
mengidentifikasi tema-tema utama?
---------- Apakah tema-tema tersebut sating terkait satu sama lain, memperkuat analisis
dan abstraksi?
---------- Apakah cara-cara penyajian data sudah dijelaskan —misalnya dalam bentuk
tabel, grafik, atau gambar?
--------- Apakah dasar-dasar dalam menginterpretasi data sudah dijelaskan secara rinci
(pengalaman-pengalaman personal, literatur, pertanyaan-pertanyaan, agenda
aksi)?
---------- Apakah peneliti sudah menyebutkan outcome penelitian (misalnya, untuk
mengembangkan/msnciptakan suatu teori, menyajikan gambar-an kompleks
tentang tema)?
---------- Apakah ada strategi-strategi lain yang dikutip untuk menvalidasi hasil atau
penemuan penelitian?

 Lingkungan alamiah (natural setting); para peneliti kualitatif cenderung


mengumpulkan data lapangan di lokasi di mana para partisipan mengalami isu atau
masalah yang akan diteliti. Peneliti kualitatif tidak membawa individu-individu ini
kedalm laboratoratorium (atau dalam situasi yang telah di-setting sebelumnya); tidak
pula membagikan instrumen-instrumen kepada mereka. Informasi yang dikumpulkn
dengan berbicara langsung kepada orang-orang dan melihat mereka bertingkah laku
dalam konteks natural inilah yang menjadi karakteristik utama peneliti kualitatif.

219
Dalam setting yang alamiah, para peneliti kualitatif melakukan interaksi face-to-face
sepanjang penelitian.
 Penneliti sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument); para peneliti
kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau
wawancara dengan para partisipan. Mereka bisa saja mengumpulkan protokol-sejenis
instrumen untuk mengumpulkan data-tetapi diri merekalah yang sebenarnya menjadi
satu-satunya instrumen dalam mengumpulkan informasi. Mareka, pada umumnya,
tidak menggunakan kuesioner atau instrumen yang di buat oleh peneliti lain.
 Beragam sumber data (multiple sources of data); para peneliti kualitatif biasanya
memilih mengumpulkan data dari beragam sumber, seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi, ketimbang hanya bertumpu pada satu sumber data saja. Kemudian,
peneliti mereview semua data tersebut, memberikannya makna, dan mengolahnya ke
dalam kategori-kategori atau tema-tema yang melintasi semua sumber data.
 Analisis data induktif (inductive data analysis); para peneliti kualitatif membangun
pola-pola, kategori-kategori, dan tema-temanya dari bawah ke atas (induktif), dengan
mengolah data ke dalam unit-unit informasi yang lebih abstrak. Proses induktif ini
mengilustrasikan usaha peneliti dalam mengolah secara berulang-ulang membangun
serangkaian tema yang utuh. Proses ini juga melibatkan peneliti untuk bekerjasama
dengan para partisipan secara interaktif sehingga partisipan memiliki kesempatan
untuk membentuk sendiri tema-tema dan abstraksi-abstraksi yang muncul dari proses
ini.
 Makna dari para partisipan (paticipants’ meaning); dalam keseluruhan proses
penelitian kualitatif, peneliti terus fokus pada usaha mempelajari makna yang
disampaikan para partisipan tentang masalah atau isu penelitian, bukan makna yang
disampaikan oleh peneliti atau penulis lain dalam literatur-literatur tertentu.
 Rancangan yang berkembang (emergent design); bagi para peneliti kualitatif, proses
penelitian selalu berkembang dinamis. Hal ini berarti bahwa rencana awal penelitian
tidak bisa secara ketat dipatuhi. Semua tahap dalam proses ini bisa saja berubah
setelah peneliti masuk kelapangan dan mulai mengumpulkan data. Misalnya,
pertanyaan-pertanyaan bisa saja berubah, strategi pengumpulan data juga bisa
berganti, dan individu-individu yang diteliti serta lokasi-lokasi yang dikunjungi juga
bisa berubah sewaktu-waktu. Gagasan utama di balik penelitian kualitatif sebenarnya
adalah mengkaji masalah atau isu dari para partisipan dan melakukan penelitian untuk
memperoleh informasi mengenai masalah tersebut.

220
 Perspektif teoritis (theoretical lens); para peneliti kualitatif sering kali menggunakan
perspektif tertentu dalam penelitian mereka, seperti konsep kebudayaan, etnografi,
perbedaan-perbadaan gender, ras, atau kelas yang muncul dari orientasi-orientasi
teoritis, seperti yang telah dijelaskan pada Bab 3. Terkadang pula penelitian dapat
diawali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu konteks sosial, politis, atau historis
dari masalah yang akan diteliti.
 Bersifat penafsiran (interpretive); penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk
penelitian interpretif di mana di dalamnya para peneliti kualitatif membuat suatu
interpretasi atas apa yang mereka lihat, dengar, dan pahami. Interpretasi-interpretasi
mereka bisa saja berbeda dengan latar belakang, sejarah, konteks, dan pemahaman-
pamahaman mereka sebelumnya. Setelah laporan penelitian diterbitkan, barulah para
pembaca dan para partisipan yang melakukan interpretasi, yang seringkali berbeda
dengan interpretasi peneliti. Karena pembaca, partisipan, dan peneliti sama-sama
terlibat dalam proses interpretif ini, tampaklah bahwa penelitian kualitaif memang
menawarkan pandangan-pandangan yang beragam atas suatu masalah.
 Pandangan menyeluruh (holistic account); para penelitia kualitatif berusaha mambuat
gambaran kompleks dari suatu masalah atau isu yang diteliti. Hal ini melibatkan
usaha pelaporan perspektif-perspektif, pengidentifkasian faktor-faktor yang terkait
dengan situasi tertentu, dan secara umum usaha pensketsaan atas gambaran besar
yang muncul. Untuk itulah, para peneliti kualitatif diharapkan dapat membuat suatu
model visual dari berbagai aspek mengenai proses atau fenomena utama yang diteliti.
Model inilah yang akan membantu mereka membangun gambaran holistik (lihat,
misalnya, Creswell & Brown, 1992)

STRATEGI-STRATEGI PENELITIAN
Selain karakteristik-karakteristik utama diatas, penelitian kualitatif juga memiliki
strategi-strategi penelitian yang spesifik. Strategi-strategi ini utamnya terkait dengan
pengumpulan data, analisis data, dan laporan penelitian, tetapi tetap berasal dari berbagai
disiplin dan teru berkembang dinamis sepsnjang proses penelitian (seperti, jenis-jenis
problem, masalah-masalah etis, dan sebagainya) (Creswell, 2007b). Ada banyak strategi
kualitatif yang sudah dibahas, seperti 28 pendekatan yang pernah diidentifikasi oleh Tesch
(1990), 19 jenis dalam konsep pohon-nya Wolcott (2001), dan 5 pendekatan kualitatif oleh
Creswell (2007).

221
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 1, saya merekomendasikan agar para
peneliti kualitatif memilih antara beberapa kemungkinan, seperti naratif, fenomenologi,
etnografi, studi kasus, dan grounded theory. Saya memilih lima strategi ini karena kelimanya
cukup populer dalam ilmu kesehatan dan sosial saat ini. Strategi-strategi lain juga ada dan
sudah byank dibahas secara meyakinkan dalam buku-buku kulaitatif, seperti penelitian
tindakan partisipatoris (Kemmis & Wilkinson, 1998) atau analisis wacana (Cheek, 2004).
Khusus untuk lima pendekatan tadi, para peneliti dapat mengkaji individu-individu (dengan
naratif atau fenomenologi); mengeksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa-peristiwa (dengan
studi kasus atau grounded theory); atau mempelajari perilaku culture-sharing dari individu-
individu atau kelompok-kelompok tertentu (dengan etnografi).
Dalam menulis prosedur penelitian untuk proposal kualitatif, pertimbangkan tips-
tips penelitan berikut ini:
 Jelaskan pendekatan spesifik yang akan anda gunakan.
 Sajikan sejumlah informasi historis mengenai strategi penelitan yang akan Anda terapkan,
seperti asal mulanya, penerapannya, dan definis ringkasnya (lihat Bab 1 tentang lima
strategi penelitian kualitatif).
 Jelaskam mengapa strategi tersebut dianggap sesuai untuk anda gunakan dalam penelitian
Anda.
 Jabarkan pula bagaimana penggunaan strategi tersebut dapat menentukan jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan (lihat Morsee, 1994, untuk pertanyaan yang berhubungan
dengan strategi penelitian), cara-cara pengumpulan data, langkah-langkah analisis data,
dan narasi/laporan akhir.

PERAN PENELITI
Sebagaiman yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian kualitatif merupakan
penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang
berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya
memunculkan serangkaian isu-isu strategi, etis, dan personal dalam proses penelitian
kualitatif (Locke et at.,2007). Dengan keterlibatannya dalam concern seperti ini, peneliti
kualitatif berperan untuk mengidentifikasi bisa-bisa, nilai-nilai, dan latar belakang pribadinya
secara refleksif, seperti gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonominya, yang bisa
saja turut membentuk interpretasi mereka selama penelitian. Selain itu, para peneliti kualitatif
juga berperan memperoleh entri dalam lokasi penelitan dan masalah-masalah etis yang bisa
muncul tiba-tiba.

222
 Nyatakanlah pengalaman-pengalaman Anda sebelumnya yang kira-kira dapat
mencerminkan data mengenai latar belakang yang komprehensif sehingga pembaca bisa
lebih memahami topik, setting, atau para partisipan serta interpretasi Anda atas fenomena
tertentu.
 Jelaskan hubungan antara Anda (sebagai peneliti) dan partisipan, dan berilah keterangan
mengenai lokasi penelitian. Penelitian “Backyard” (Glesne & Peshkin, 1992) melibatkan
usaha identifikasi atas strategi pengolahan, mitra-mitra, atau setting kerja peneliti. Tugas
ini sering kali mengharuskan peneliti terlibat dalam kompromi-kompromi tertentu untuk
mengungkap informasi dan memunculkan isu-isu kekuasaan. Meskipun pengumpulan
data bisa berlangsung nyaman dan mudah, masalah-masalah pelaporan data yang sering
kali mengandung bias, tidak utuh, atau penuh dengan kompromi-kompromi juga tidak
bisa diremehkan begitu saja. Jika penelitian backyard akan digunakan , cobalah
menerapkan beberapa strategi validasi (akan dijelaskan kemudian) untuk membuat
pembaca merasa yakin akan akurasi hasil penelitan.
 Jelaskan langkah-langkah yang Anda lalui dalam memperoleh izin dari Dewan
Pertimbangan Institusional /Institutional Review Board (IRB) (lihat Bab 4) untuk
memproteksi hak-hak para partisipan. Dalam lampiram, sajikan Surat Persetujuan atau
Surat Izin dari IRB dan jelaskan proses-proses memperoleh izin tersebut.
 Jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam meneliti para
partisipan dan lokasi penelitian (Marshall & Rossmas, 2006). Peneliti perlu memiliki
akses untuk meneliti dan mengarsipkan lokasi penelitian dengan cara berusaha
mendapatkan izin dari pihak security atau individu-individu tertentu yang memiliki akses
pada lokasi tersebut dan memberikan izin penelitian. Proposal ringkas perlu dibuat untuk
diserahkan sebagai pertimbangan kepada phak security tersebut. Bogdan dan Biklen
(1992) menjelaskan beberapa hal yang dapat dibahas dalam proposal untuk keperluan izin
ini:
1. Mengapa lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian?
2. Kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama penelitan?
3. Apakah penelitian ini kan mengganggu lingkungan sekitar?
4. Bagaimana melaporkan hasil penelitian?
5. Apa yang dapat diperoleh pehiak security dari penelitian ini?
 Berikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul (lihat Bab 3)
(Berg, 2001). Untuk masalah-masalah etis ini, jelaskan bagaimana Anda akan

223
mengantisipasinya. Misalnya, ketika sedang meneliti topik yang sensitif, penting
merahasiakan nama-nama orang, lokasi, atau aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam hal ini,
proses merahasiakan informasi juga perlu dibahas dalam proposal penelitian.

PROSEDUR-PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Penjelasan tentang peranan peneliti akan turut menentukan penjelasan tentang
masalah-masalah yang mungkin muncul dalam proses pengumpulan data. Langkah-langkah
pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui
observasi dan wawancara, baik yang tersetruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi
visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam/mencatat informasi.
 Identifikasi lokasi-lokasi atau individu-individu yang sengaja dipilih dalam proposal
penenlitian. Gagasan di balik penelitian kualitatif adalah memilih dengan sengaja dan
penuh perencanaan para partisipan dan lokasi (dokumen-dokumen atau materi visual)
penelitian yang dapat membantu peneliti mamahami masalah yang diteliti. Dalam
penelitian kualitatif, tidak terlalu dibutuhkan random sampling atau pemilihan secara
acak terhadap para partisipan dan lokasi penelitian, yang biasa dijumpai dalam penelitan
kuantitatif. Pembahasan mengenai para partisipan dan lokasi penelitian dapat mencakup
empat aspek (Miles dan Huberman, 1994), yaitu: setting (lokasi penelitian), aktor (siapa
yang akan diobservasi atau diwawancarai), dan proses (sifat peristiwa yang dirahasiakan
oleh aktor dalam setting penelitian).
 Jelaskan jenis-jenis data yang akan dikumpulkan. Peneliti-dalam kebanyakan penelitian
kualitatif-mengumpulkan beragam jenis data dan memanfaatkan waktu seefektif
mungkin untuk mengumpulkan informasi dilokasi penelitian. Prosedur-prosedur
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan empat jenis strategi, seperti
yang ditunjukkan dalam Tabel 9.2.
1. Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun
ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi
penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat-baik dengan cara
terstruktur maupun semistruktur (misalnya, dengan mengajukan sejumlah pertanyaan
yang memang diketahui oleh peneliti) – aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian.
Para peneliti kulitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari
sebagai nonpartisipan hingga partisipan utuh.

224
2. Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (
wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, wawancarai mereka dengan
telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok
tertentu) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok. Wawancara-
wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara
umum tidak tersetruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openended) yang
dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan.

Tabel 9.2Jenis-Jenis, Opsi-Opsi, Kelebihan-Kelebihan, dan Kelemahan-Kelemahan


Pengumpulan Data Kualitatif
Jenis-Jenis Opsi-Opsi Kelebihan-Kelebihan Kelemahan-
Kelemahan
Observasi  Partisipasi utuh –  Peenliti mendapatkan  Peneliti bisa saja
peneliti pengalaman langsung tampak sebagai
menyembunyikan dari partisipan. pengganggu.
perannya sebagai  Peneliti dapat  Peneliti sangat
Observer. melakukan mungkin tidak dapat
 Peneliti sebagai perekaman ketika ada melaporkan hasil
partisipan – peneliti informasi yang observai yang
menampakkan muncul. bersifat frivat.
perannya sebagai  Aspek-aspek yang  Peneliti tidak
observer. tidak biasa, ganjil, dianggap memiliki
 Partisipan sebagai atau aneh bisa di skill observasi yang
observer –peran deteksi selama baik.
observasi sekunder observasi.  Sejumlah partisipan
diserahkan kepada  Opsi terkhir penting tertentu (seperti,
partisipan. jika peneliti tengah siswa) sering kali
 Peneliti utuh – mengeksplorasi hanya
peneliti topik-topik yang mendatangkan
mengobservasitanpa mungkin kurang masalah selama
bantuan partisipan. menyenangkan bagi proses penelitian.
para partisipan untuk
dibahas.
Wawancara  Berhadap-hadapan –  Opsi pertama penting  Informasi yang
peneliti melakukan ketika peneliti tidak diperoleh bisa saja
wawancara bisa mengobservasi tidak murni karena
perorangan. secara langsung masih disaring
 Telepon –peneliti semua partisiapan. kembali oleh
mewawancarai peneliti.
partisipan lewat
telepon
Jenis-Jenis Opsi-Opsi Kelebihan-Kelebihan Kelemahan-Kelemahan
 Focus group –  Para partisipan bisa  Wawancara hanya
peneliti lebih leluasa akan memberikan
pewawancarai memberikan informasi di tempat

225
partisiapan dalam informasi historis. yang sudah
sebuat kelompok  Memungkinkan ditentukan, dan
 Wawancara internet peneliti mengontrol bukan di tempat
dengan email atau alur tanya jawab alamiah.
perangkat online (questioning).  Kehadiran peneliti
lain. bisa saja melahirkan
respons-respons
yang bias.
 Tidak semua orang
punya kemampuan
artikulasi dan
persepsi yang
setara.
Doumentasi  Dokumen publik,  Memungkinkan  Tidak semua orang
seperti makalah, peneliti memperoleh memiliki
atau koran. bahasa dan kata-kata kemampuan
 Dokumen privat, tekstual dari artikulasi dan
seperti diary, buku partisipan. persepsi yang
harian, atau surat.  Dapat diakses kapan setara.
saja –sumber  Dokumen ini bisa
informasi yang tidak saja diproteksi dan
terlalu menonjol. tidak memberikan
 Menyajikan data akses privat mapun
yang berbobot. Data publik.
ini biasanya sudah  Mengharuskan
ditulis secara peneliti menggali
mendalam oleh informasi dari
partisipan tempat-tempat yang
mungkin saja sulit
ditemukan.
Jenis-Jenis Opsi-Opsi Kelebihan-Kelebihan Kelemahan-Kelemahan
 Sebagai bukti tertulis,  Dokumen yang
data ini benar-benar terkomputerisasi
dapat menghemat masih
waktu peneliti dalam mengharuskan
mentranskip. peneliti untuk
mentranskip secara
online atau men-
scanning-nya
terlebih dahulu.
 Materi-materinya
sangat mungkin
tidak lengkap.
 Dokumen tersebut
bisa saja tidak asli
atau tidak akurat.
Audio-  Foto  Bisa menjadi metode  Materi seperti ini
Visual  Vediotape yang tidak terlalu bisa saja sangat
 Objek-objek seni menonjol dalam rumit untuk

226
 Software komputer proses pengumpulan ditafsirkan.
 film data.  Bebarapa materi
 Memberikan audio-visual
kesempatan bagi diproteksi dan tidak
partisipan untuk memberikan akses
membagi publik maupun
pengalamannya privat.
secara langsung.  Kehadiran peneliti
 Materi audio-visual (seperti, fotografer)
merupakan materi sangat mungkin
kreatif yang dibuat mengganggu
dengan penuh (disruptif).
perhatian.
Catatan: Tabel ini merupakan gabungan dari beberapa materi yang pernah disampaikan oleh
Merriam (1998), Bogdam & Biklen (1992), dan Creswell (2007)
3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen
kulitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan
kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).
4. Kategoti terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini bisa
berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi.
 Dalam membahas pengumpulan data lain di luar observasi dan wawancara yang biasa.
Strategi-strategi yang tidak biasa seperti ini tidak hanya memungkinkan peneliti
memperoleh informasi penting yang mungkin luput dari observasi dan wawancara, tetapi
juga akan membuat pembaca tertarik pada proposal yang diajukan. Misalnya, amatilah
sejumlah pendekatan pengumpulan data dalam Tabel 9.3 yang mungkin bisa anda
gunakan. Dari tabel ini, diharapkan anda mampu membuka imajinasi lebih luas terhadap
kemungkinan pendekatan-pendekatan lain, misalnya dengan mengumpulkan bunyi atau
rasa, atau dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disukai partisipan untuk
membangkitkan komentar mereka selama wawancra.

PROSEDUR-PROSEDUR PEREKAM DATA


Sebelum terjun kelapangan, peneliti kualitatif merencanakan pendekatan untuk
merekam data penelitian. Proposal seharusnya mengidentifikasi data apa yang akan direkam
dan prosedur-prosedur apa yang digunakan untuk merekam data tersebut.

227
 Gunakanlah protokol untuk merekam data observasional. Peneliti sering kali terlibat
dalam banyak observasi selama penelitian dan selama observasi ini; peneliti meggunkan
protokol observasional untuk merekam data. Protokol ini bisa berupa satu lembar kertas
dengan garis pemisah di tengah untuk membedakan catatan-catatac deskriptif (deskripsi
mengenai partisipan, rekonstruksi dialog, deskripsi mengenai setting fisik, catatan tentang
peristiwa

Tabel 9.3Beberapa Pendekatan Pengumpulan Data Kualitaif Observasi


Observasi
 Mengumpulkan data lapangan denga berperan sebagai partisipan.
 Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai Observer.
 Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai partisipan
ketimbang observer.
 Mengumpulkan data lapangan dengan lebih banyak berperan sebagai observer ketimbang
partisipan.
 Mengumpulkan data lapangan dengan berperan sebagai outsider (orang luar) terlebih
dahulu, kemudian mulai masuk kedalam setting penelitian sebagai insider (orang dalam)
Wawancara
 Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil mencatat hal-hal
penting.
 Melaksanakan wawancara tidak-tersetruktur dan terbuka, sambil merekamnya dengan
audiotape, lalu mentranskipnya.
 Melaksanakan wawancara semi-terstruktur, sambil merekamnya dengan audiotape, lalu
mentranskipnya.
 Melaksankan wawancara focus group, sambil merekamnya dengan audiotape, lalu
mentranskipnya.
 Melaksanakan jenis wawancara yang berbeda sekaligus: melalui email, dengan berhadap-
hadapan langsung, wawancara focus group, wawancara focus group online, dan
wawancara telepon.
Dokumentasi
 Mendokumentasikan buku harian selama penelitian.
 Meminta buku harian atau diary dari partisipan selama penelitian.
 Mengumpulkan surat pribadi ari partisipan.

228
 Menganalisis dokumen publik (seperti, memo resmi, catatan-catatan resmi, atau arsip-
arsip lainnya).
 Menganalisis autobiografi atau biografi.
 Meminta foto partisipan atau merekam suara mereka dengan videotape.
 Audit-audit.
 Rekaman medis
Materi Audio-Visual
 Menganalisis jejak-jejak fisik (seperti, jejak-jejak kaki di salju).
 Merkam atau memfilmkan situasi sosial atau seorang individu atau kelaompok tertentu.
 Menganalisis foto dan rekaman video.
 Mengumpulkan suara/bunyi (seperti, musik, teriakan anak, klakson mobil),
 Mengumpulkan email.
 Mengumpulkan text massage dari telepon seluler.
 Menganalisis harta kepemilikan atau objek-objek ritual.
 Mengumpulkan bunyi, aroma, rasa, atau stimuli-stimuli indra lainnya
Sumber: Diadopsi dari Creswell (2007)
 dan aktivitas tertentu) dengan catatan-catatan refleksif (pengetahuan pribadi peneliti,
seperti “spekulasi, perasaan, masalah, gagasan, dugaan, kesan, dan prasangka”) (Bogdan
& Biklen, 1992:121). Dalam prorokol ini juga bisa disertsakan informasi demografis,
seperti jam, tanggal, dan lokasi di mana peneliti saat itu berada.
 Gunakanlah protokol wawancara ketika mengajukan pertanyaan dan merekam jawaban-
jawaban selama wawancara kualitatif. Protokol ini bisa mencakup komponen-komponen
berikut ini:
1. Judul (tanggal, lokasi, pewawancara/peneliti, yang diwawancarai/partisipan).
2. Instruksi-instruksi yang harus diikuti oleh partisipan agar prosedur-prosedur
wawancara dapat berajalan lancar.
3. Pertaanyaan-pertanyaan (biasanya pertanyaan ice-breaker di awal wawancara yang
kemudian dilanjutkan dengan 4-5 pertanyaan yang menjadi subpertanyaan-
subpertanyaan dari rumusan masalah penelitian; lalu diikuti oleh beberapa pertanyaan
lain atau pertanyaan penutup, seperti: “siapa yang harus saya kunjungi untuk
mempelajari lebih lanjut mengenai topik ini?”

229
4. Proses penjajakan/pemeriksaan dengan mengajukan 4-5 pertanyaan, untuk meminta
partisipan menjelaskan gagasan-gagasan mereka lebih detail atau menguraikan lebih
rinci tentang apa yang mereka katakan.
5. Waktu tunda selama wawancara untuk merekam/mencatat respons-respons dari
partisipan.
6. Ucapan terimakasih kepada orang yang diwawancarai atas waktu yang diluangkan
untuk wawancara (lihat Creswell, 2007)
 Peneliti merekam informasi dari partisipan dengan menggunakan catatan-tangan, dengan
audiotape, atau dengan videotape. Akan tetapi, meskipun wawancara ini direkam
menggunakan audiotape, saya merekomendasikan agar peneliti tetap mencatatnya karena
banyak kejadian hasil rekaman menjadi korup, rusak, atau gagal. Jika videotape yang
digunakan, peneliti harus tetap mengatur rencana selanjutnya untuk mentranskip hasil
rekaman vediotape ini.
 Untuk dokumen dan materi-materi visual, dapat direkam/ dicatat sesuai keinginkan
peneliti. Biasanya, rekaman/catatan haruslah merefleksikan informasi menganai dokumen
tersebut atau materi lain serta gagasan-gagasnan inti dalam dokumen itu. Penting juga
mencatat apakah materi ini benar-benar mencerminkan materi primer (seperti, informasi
yang secara langsung berasal dari orang atau situasi yang tengah diteliti) atau materi
sekunder (seperti, catatan-catatan tangan-kedua/second-hand tentang orang atau situasi
penelitian yang berasal dari sumber lain).
 Peneliti juga perlu memberikan komentar tentang nilai dan reliabilitas sumber-sumber
data ini.

ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA


Dalam proposal, bagian analisis data bisa terdiri dari sejumlah komponen. Tetapi,
proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang berupa teks
atau gambar. Untuk itu, peneliti perlu mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis,
melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman akan data tersebut
(sejumlah peneliti kualitatif lebih suka membayangkan tugas ini layaknya menguliti lapisan
bawang), menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang lebih luas akan data
tersebut. Ada sejumlah proses umum yang bisa dijelaskan oleh peneliti dalam proposal
mereka untuk menggambarkan keseluruhan aktivitas analisis data ini, sebagaimana yang
pernah saya (Creswell, 2007), Rossman dan Rallis (1998) deskripsikan berikut ini:

230
 Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus
terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat
sepanjang penelitian. Maksud saya, analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses
pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.
Ketika wawancara berlangsung, misalnya, peneliti sambil lalu melakukan analisis
terhadap data-data yang baru saja diperoleh dari hasil wawancara ini, menulis catatan-
catatan kecil yang dapat dimasukkan sebagainarasi dalam laporan akhir, dan memikirkan
susunan laporan akhir.
 Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan umum, dan analisis informasi dari para partisipan.
 Analisis data kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku
ilmiah sering kali menjadi model analisis yang umum digunakan. Dalam model
analisis tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya berdasarkan
tema-tema atau perspektif-perspektif tertentu, dan melaporkan 4-5 tema. Meski
demikian, saat ini tidak sedikit peneliti kualitatif yang berusaha melampaui model
analisis yang sudah lazim tersebut dengan menyajikan prosedur-prosedur yang lebih
detail dalam setiap strategi penelitiannya. Misalnya, strategi grounded theory kini
sudah memiliki langkah-langkah sistematis dalam analisis datanya (Corbin & Strauss,
2007; Strauss & Corbin, 1990,. 1998). Langkah-langkah ini meliputi, misalnya,
membuat kategori-kategori atas informasi yang diperoleh (open coding), memilih
salah satu kategori dan menempatkannya dalam satu model teoretis (axial coding),
lalu merangkai sebuah cerita dari hubungan antar-kategori ini (selective ceding).
Selain grounded theory, studi kasus atau penelitian etnografi kini sudah melibatkan
deskripsi detail mengenai setting atau individu-individu tertentu, yang kemudian
diikuti oleh analisis data (lihat Stake, 1995; Wolcott, 1994). Penelitian fenomenologis
sudah menerapkan analisis terhadap per-nyataan-pernyataan penting, generalisasi
unit-unit makna, dan apa yang disebut Moustakas (1994) sebagai deskripsi esensi.
Penelitian naratif melibatkan penceritaan kembali cerita-cerita partisipan dengan
menggunakan unsurunsur struktural, seperti plot, setting, aktivitas, klimaks, dan
ending cerita (Clandinin & Connelly, 2000). Intinya, proses-proses dan istilah-istilah
dalam strategi penelitian kualitatif berbeda satu sama lain dalam hal analisis datanya.
 Meskipun perbedaan-perbedaan analitis ini sangat bergantung pada jenis strategi yang
digunakan, peneliti kualitatif pada umumnya menggunakan prosedur yang umum dan

231
langkah-langkah khusus dalam analisis data. Cara yang ideal adalah dengan
mencampurkan prosedur umum tersebut dengan langkah-langkah
khusus. Ringkasan proses analisis data dapat dilihat pada Gambar 9.1. Sebagai tips
penelitian, saya mengajak peneliti untuk melihat analisis data kualitatif sebagai suatu
proses penerapan langkah- langkah dari yang spesifik hingga yang umum dengan
berbagai level analisis yang berbeda, sebagaimana yang ditunjukkan
berikut ini

Gambar 9.1 mengilustrasikan pendekatan linear dan hierarkis yang dibangun dari
bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya saya melihat pendekatan ini lebih interaktif; beragam
tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan.
Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut ini:
Langkah 1. Mengolnh dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeuk data lapangan, atau
memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung
pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun general
sense atas Informasi yang diperoleh dan me-refleksikan maknanya secara keseluruhan.
Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasan-
gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi
itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-catatan khusus atau
gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan mene-coding data. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya
(Rossman & Rallis, 1998:171). Langkah ini melibatkan beberapa tahap: mengambil data
tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi
kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau

Menginterpretasitema-
tema/deskripsi-deskripsi

Menghubungkan tema-
tema/deskripsi-deskripsi
(seperti, grounded theory,
studikasus)
232
A V.

Tema-tenia Deskripsi

I L

Menvalidasi * Men-coding data


keakuratan (tangan atau
informasi komputer)i *
Membaca keseluruhan data

ji

Mengolatrdan
mempersiapkan data untuk
dianalisis i

Data mentah (transkripsi,


data lapangan, gambar, dan
Analisis data dalam Penelitian Kualitatif
sebagainya)

gambar-gambar tersebut ke dalam kategori-kategori, kemudian melabeli kategori-kategori


ini dengan istilah-istilah khusus, yang sering kali didasarkan pada istilah/bahasa yang benar-
benar berasal dari partisipan (disebut istilah in vivo).
Sebelum melanjutkan pada Langkah 4, pertimbangkan peturv-juk-petunjuk detail yang
dapat membantu Anda dalam proses coding. Tesch (1990:142-145) memberikan ulasan
menarik tentang dela-pan langkah dalam proses coding:
1. Berusahalah untuk memperoleh pemahaman umum. Bacalah semua tran'skripsi dengan
hati-hati. Berusahalah untuk menangkap gagasan-gagasan inti dari transkripsi tersebut.
2. Pilihlah satu dokumen (seperti, wawancara) —yang paling menarik, paling singkat, dan
paling penting. Pelajari baik-baik, lalu tanyakan pada diri Anda sendiri, "Ini tentang
apa?" Jangan dulu berpikir mengenai substansi informasi, tetapi pikirkanlah
makna dasarnya. Tulislah gagasan tersebut dalam bentuk catatan-catatan kecil.
3. Ketika Anda sudah merampungkan tugas ini, buatlah daftar mengenai semua topik yang
Anda peroleh dari perenungan Anda sebelumnya. Gabungkan topik-topik yang sama.
Masukkan topik-topik ini dalam kolom-kolom khusus, bisa sebagai topik utama, topik
unik, atau topik lain.

233
4. Sekarang,bawalah daftar topik tersebut dan kembalilah ke data Anda. Ringkaslah topik-
topik ini menjadi kode-kode, lalu tulislah kode-kode tersebut dalam segmen-
segmen/kategori-kategori. Amati kembali kategori-kategori yang sudah Anda buat, lalu
lihatlah apakah ada kategori-kategori dan kode-kode lain yang luput dari pengamatan
Anda.
5. Buatlah satu kalimat/frasa/kata yang paling cocok untuk meng- gambarkan topik-topik
yang sudah Anda peroleh sebelumnya, lalu masukkanlah topik-topik ini dalam kategori-
kategori khusus. Cobalah meringkas kategori-kategori yang ada dengan
mengelompokkan topik-topik yang saling berhubungan satu sama lain. Untuk
melakukan hal ini, Anda bisa membuat garis-garis antarkategori untuk menujukkan
keterhubungannya
6. Jika masih dimungkinkan, ringkas kembali kategori-kategori ini, lalu susunlah kode-
kode untuknya.
7. Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebut dan bersiaplah untuk
melakukan analisis awal.
8. Jika perlu, coding-lah kembali data yang sudah ada.

Intinya, deiapan langkah di atas akan membuat peneliti lebih sistematis daiam proses
analisis data tekstual. Tentu saja ada banyak variasi dalam proses ini. Sebagai tips penelitian,
saya mendorong para peneliti kualitatif untuk menganalisis materi data mereka dengan
menjelaskan:

 Kode-kode yang berkaitan dengan topik-topik utama yang sudah banyak diketahui oleh
pembaca secara umum, dengan berpijak pada literatur sebelumnya dan common sense.
 Kode-kode yang mengejutkan dan tidak disangka-sangka di awal penelitian.
 Kode-kode yang ganjil dan memiliki ketertarikan konseprual bagi pembaca (seperti,
dalam Asmussen dan Creswell, 1995, kami memunculkan retriggering, "penembakan
kembali," sebagai salah satu kode/tema yang menyuguhkan dimensi baru pada kita
tentang insiden penembakan di kampus dan tentu saja berhubungan dengan pengalaman
orang lain di kampus mana pun).
 Kode-kode yang mencerminkan perspektif teoretis yang luas dalam penelitian.

Sebagai konseptualisasi alternatif, pertimbangkan pula jenis-jenis kode yang menurut


Bogdan dan Biklen (1992:166-172) banyak muncul dalam database kualitatif:

 Kode-kode setting dan konteks.

234
 Perspektif-perspektif subjek.
 Kecenderungan berpikir subjek tentang orang lain dan objek-objek.
 Kode-kode proses.
 Kode-kode aktivitas.
 Kode-kode strategi.
 Kode-kode relasi dan struktur sosial
 Skema-skema coding yang sudah direncanakan sejak awal.

Masalah lain yang sering kali muncul terkait dengan proses coding ini adalah soal
apakah peneliti seharusnya: (a) membuat kode-kode hanya berdasarkan informasi yang
muncul dengan sendirinya (enlarging code) dari para partisipan; (b) menggunakan kode-
kode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code), kemudian men-/ft-kan kode-
kode tersebut dengan data penelitian; atau (c) mengombinasikan dua jenis.kodie ini
(emerging code dan predetermined code). Pendekatan yang banyak diterapkan dalam ilmu
sosial adalah dengan membiarkan kode-kode tersebut muncul (emerging code) selama
analisis data. Dalam ilmu kesehatan, pendekatan yang paling sering digunakan adalah
dengan menggunakan kode-kode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code)
yang didasarkan pada teori yang akan diuji.
Meski demikian, peneliti juga bisa menerapkan pendekatan lain yang lebih variatii,
yaitu dengan membuat codebook kualitatif, sebuah tabel atau catatan yang berisi kode-kode
yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined codes) untuk digunakan dalam meng-
coding data. Codebook ini bisa tersusun dari nama kode di satu kolom, definisi kode di kolom
lain, dan keterangan-keterangan lain (seperti, nomor garis) yang menunjukkan adanya kode
dalam transkrip ter-tentu. Hanya saja, codebook ini tidak akan terlalu berfungsi jika peneliti
meng-coding data dari transkrip yang berbeda-beda. Codebook ini ber-kembang dan bisa
berubah jika penelitiannya didasarkan pada" analisis tertutup (close analysis) atau ketika
peneliti tidak memulai analisisnya dari perspektif emerging code.
Bagi para peneliti yang memiliki teori yang sudah pasti dan mereka ingin menguji
dalam proyek-proyeknya, saya merekomen-dasikan agarcodebook digunakan terlebih dahulu
untuk meng-coding data dan biarkan codebook tersebut berkembang dan berubah sesuai
dengan informasi yangdipelajari ketika melakukan analisis data. Penggunaan codebook
secara khusus berguna bagi bidang-bidang yang menerapkan penelitian kuantitatif, namun
masih memerlukan pendekatan yang lebih sistematis dari penelitian kualitatif.

235
Kembali pada proses coding sebelumnya, sejumlah peneliti melihat pentingnya meng-
coding transkrip-transkrip atau informasi kualitatif dengan memakai tangan, atau meng-
coding skema-skema dengan warna-warna, lalu menuliskan segmen-segmen teksnya ke
dalam kartu-kartu kecii. Tentu saja, pendekatan ini menguras energi dan waktu.
Pendekatan lain yang lebih cepat adalah dengan menggunakan program-program
software komputer untuk membantu meng-coding, mengolah/ dan memilah-milah informasi
yang mungkin berguna dalam proses penulisan bagi penelitian kualitatif. Ada beberapa soft-
ware komputer yang memiliki fitur-fitur yang sangat berguna, seperti tersedianya tutorial
dan CD peragaan, kemampuan menggabungkan data teks dan gambar (seperti, foto),
kehandalan dalarh penyimpanan dan pengolahan data, kapasitas pencarian dan penempatan
semua teks yang berhubungan dengan kode-kode tertentu, pencarian kode-kode yang saling
berhubungan dalam membuat pertanyaan-per-tanyaan mengenai hubungan antarkode, dan
import serta export data kualitatif ke dalam program-program kuantitatif seperti dalam
spreadsheet atau program analisis data.
Ide dasar di balik program-program seperti ini adalah bahwa menggunakan komputer
merupakan cara efisien untuk menyimpan dan menempatkan data kualitatif. Meskipun dalam
program ini peneliti masih perlu membaca teks (seperti transkripsi-transkripsi) dan
memindah kode-kode, proses ini akan menjadi lebih cepat dan efisien ketimbang meng-
coding menggunakan tangan. Selain itu, jika database sangat banyak, peneliti bisa dengan
cepat mencari semua kutip-an (atau segmen-segmen teks) yang memiliki kode yang sama
dan mendeteksi apakah para partisipan merespons gagasan dalam kode tersebut dengan cara
yang sama atau berbeda. Di luar kemudahan ini, program komputer dapat menfasilitasi
peneliti untuk mem-bandingkan kode-kode yang berbeda (seperti, bagaimana laki-iaki dan
wanita —kode pertama tentang gender— berbeda-beda dalam hal sikap mereka terhadap
aktivitas merokok —kode kedua). Fitur-fitur inilah yang membuat proses coding dengan
software komputer menjadi pilihan yang lebih logis kefimbang meng-codzng-nya dengan
tangan. Sebagaimana program-program software lain, program software kualitatif seperti ini
juga membutuhkan waktu dan keterampilan peneliti untuk mempelajari dan menerapkannya
secara efektif, meski-pun buku-buku y ang membahas teknik-teknik penggunaan program ini
sudah banyak tersedia (seperti, Weitzman & Miles, 1995).
Ada begitu ban)'ak program software yang mendukung untuk PC pribadi. Misalnya,
program-program software yang saya dan rekan-rekan saya guriakan di kantor penelitian
adalah sebagai berikut:

236
 MAXqda (www.maxqda .com). Program ini merupakan program berbasis PC dari
Jerman yang dapat membantu peneliti secara sistematis mengevaluasi dan
menginterpretasi teks-teks kualitatif. Program ini istimewa karena memiliki semua fitur
yang telah saya sebutkan di atas.
 Atlas.ti (www.atlasti.com). Program berbasis PC lain yang juga berasal dari Jerman ini
juga dapat membantu peneliti dalam mengolah file-file data teks, gambar, audio, dan
visual, serta hal-hal lain yang dapat di-coding, seperti memo, ke dalam proyek penelitian.
 QSR NVivo (www.qsrintemational.com). Program yang berasal dari Austrasila ini
menawarkan program software terkenal a N6 (atau Nud.ist) yang dikombinasikan dengan
concept mapping NVivo. Program ini juga mendukung PC berbasis windows.
 HyperRESEARCH (www.researchware.com). Program yang mendukung, baik untuk PC
maupun MAC ini, merupakan paket software kualitatif yang mudah digunakan dan
memungkinkan peneliti untuk meng-codzrzg, memperoleh kembali, dan membangun
teori-teori, serta melakukan analisis data.

Langkah 4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang,


kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di-analisis. Deskripsi ini melibatkan usaha
penyampaian informasi secara detail mengenai orang-orang, lokasi-lokasi, atau peristiwa-
peristiwa dalam setting tertentu. Peneliti dapat membuat kode-kode untuk mendeskripsikan
semua informasi ini, lalu menganalisisnya untuk proyek studi kasus, etnografi, atau penelitian
naratif. Setelah itu, terapkanlah proses coding untuk membuat sejumlah kecil tema atau
kategori, bisa lima hingga tujuh kategori. Tema-tema inilah yang biasanya menjadi hasil
utama dalam penelitian kualitatif dan sering kali digvinakan untuk membuat judul dalam
bagian hasil penelitian. Meski demikian, tema-tema ini sebaiknya diperkuat dengan berbagai
kutipan, seraya menampilkan perspektif-perspektif yang terbuka untuk dikaji ulang.
Setelah mengidentifikasi terria-tema selama proses coding, pene-liti kualitatif dapat
memanfaatkan lebih jauh tema-tema ini untuk membuat analisis yang lebih kompleks.
Misalnya, peneliti mengait-kan tema-tema dalam satu rangkaian cerita (seperti dalam
penelitian naratif) atau mengembangkan tema-tema tersebut menjadi satu model teoretis
(seperti dalam grounded theory). Tema-tema ini juga bisa dianalisis untuk kasus tertentu,
lintas kasus yang berbeda-beda (seperti dalam studi kasus), atau dibentuk menjadi deskripsi
umum (seperti dalam fenomenologi). Penelitian kualitatif yang rumit biasanya melampaui

237
deskripsi dan identifikasi tema untuk masuk ke dalam huburvgan antartema yang lebih
kompleks.
Langkah 5. Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali
dalam narasi/laporan kualitatif. Pendekatan yang paling populer adalah dengan menerapkan
pendekatan naratif dalam menyampaikan hasil analisis. Pendekatan ini bisa meliputi
pembahasan tentang kronologi peristiwa, tema-tema tertentu (lengkap dengan subtema-
subtema, ilustrasi-ilustrasi khusus, perspektif-perspektif, dan kutipan-kutipan), atau tentang
keterhubung-an antartema. Para peneliti kualitatif juga dapat menggunakan visual-visual,
gambar-gambar, atau tabel-tabel untuk membantu menyaji-kan pembahasan ini. Mereka
dapat menyajikan suatu proses (sebagaimana dalam grounded theory), menggambarkan
secara spesifik lokasi penelitian (sebagaimana dalam etnografi), atau memberikan informasi
deskriptif tentang partisipan dalam sebuah tabel (sebagaimana dalam studi kasus dan
etnografi).
Langkah 6. Langkah terakhir dalam analisis data adalah meng-interpretasi atau
memaknai data. Mengajukan pertanyaan seperti "Pelajaran apa yang bisa diambil dari semua
ini?" akan membantu peneliti mengungkap esensi dari suatu gagasan (Lincoln & Guba,
1985). Pelajaran ini dapat berupa interpretasi pribadi si peneliti, dengan berpijak pada
kenyataan bahwa peneliti membawa kebudayaan, sejarah, dan pengalaman pribadinya ke
dalam penelitian. Interpretasi juga bisa berupa makna yang berasal dari perbandingan antara
hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Dalam hal ini, peneliti
menegaskan apakah hasil peneliti-annya membenarkan atau justru menyangkal informasi
sebelumnya. Interpretasi/pemaknaan ini juga bisa berupa pertanyaan-pertanyaan baru yang
perlu dijawab selanjutnya: pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari data dan analisis, dan
bukan dari hasil ramalan peneliti.
Salah satu cara yang, menurut Wolcott (1994), dapat diterapkan ahli etnografi untuk
mengakhiri penelitiannya adalah dengan meng-ajukan pertanyaan-pertanyaan lebih laniut.
Pendekatan questioning ini juga berlaku dalam pendekatan advokasi dan partisipatoris.
Selain itu, jika peneliti kualitatif menggunakan perspektif teoretis, mereka dapat membentuk
interpretasi-interpretasi yang diorientasikan pada agenda aksi menuju reformasi dan
perubahan. Jadi, interpretasi atau pemaknaan data dalam. penelitian kualitatif dapat berupa
banyak hal, dapat diadaptasikan untuk jenis rancangan yang berbeda, dan dapat bersifat
pribadi, berbasis penelitian, dan tindakan.

RELIABIUTAS, VALIDItAS, DAN GENERALISABILITAS

238
Meski validasi atas hasil penelitian bisa berlangsung selama proses penelitian (seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 9.1), peneliti tetap harus memiokuskan pembahasannya
mengenai validasi ini dengan cara menulis prosedur-prosedur validasi pada bagian khusus
dalam proposal. Peneliti perlu menyampaikan langkah-iangkah yang ia ambil untuk
memeriksa akurasi dan kredibilitas hasil penelitiannya.
Dalam penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama dengan validitas
dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas (yang berarti pengujian
stabilitas dan konsistensi respons) ataupun dengan generalisabilitas (yang berarti validitas
eksternal atas hasil penelitian yang dapat diterapkan pada setting, orang, atau sampel yang
baru) dalam penelitian kuantitatif) (mengenai generalisabilitas dan reliabilitas kuantitatif ini
sudah di-jelaskan dalam Bab 8). Sebaliknya, validitas kualitatif merupakan upaya
pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan me-nerapkan prosedur-prosedur
tertentu, sementara reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan
peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk proyek-proyek yang
berbeda (Gibbs, 2007).
Bagaimana para peneliti kualitatif mengetahui bahwa pendekatan mereka konsisten dan
reliabel? Yin (2003) menegaskan bahwa para peneliti kualitatif harus mendokumentasikan
prosedur-prosedur studi kasus mereka dan mendokumentasikan sebanyak mungkin langkah-
langkah dalam prosedur tersebut. Dia juga merekomendasi-kan agar para peneliti kualitatif
merancang secara cermat protokol dan database studi kasusnya. Gibbs (2007) memerinci
sejumlah prosedur reliabilitas sebagai berikut:

 Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama
proses transkripsi.
 Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama
proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kode-
kode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan defirusi-definisinya (lihat
pembahasan mengenai codebook kualitatif).
 Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama partner satu tim
dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis.
 Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain dengan
kode-kode yang teiah Anda buat sendiri.

239
Para peneliti kualitatif perlu menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam proposal
penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya akan
benar-benar konsisten dan reliabel. Saya merekomendasikan agar beberapa prosedur
penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu mencari orang yang dapat
mengkroscek kode-kode mereka untuk memperoleh apa yang saya sebut dengan intercoder
agreement. Persetujuan semacam ini dapat didasarkan pada apakah dua atau lebih coder
(pemeriksa kode, penj.) telah "sepakat" tentang kode-kode yang digunakan untuk
"pernyataan yang sama" (Catatan: ini bukan soal apakah mereka menfr-coding pernyataan
yang sama, tetapi apakah mereka akan meng-codmg pernyataan tersebut dengan kode yang
sama/mirip satu sama lain). Setelah itu, peneliti dapat menerapkan prosedur-prosedur
statistik atau subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program
software kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada dalam 80% agreement
untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.
Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam pe-nelitian kualitatif selain
reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari
sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum (Creswell & Miller, 2000).
Ada banyak istilah dalam literatur-literatur kualitatif yang membahasakan validitas ini,
seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility (Greswell & Miller, 2000), bahkan ini
menjadi salah satu topik penelitian yang paling banyak dibahas (Lincoln & Guba, 2000).
Prosedur lain yang saya rekomendasikan untuk disertakan dalam proposal penelitian
adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi yang ada untuk memeriksa
akurasi hasil penelitian. Peneliti perlu menjelaskan strategi-strategi validitas ke dalam
proposalnya. Saya rnemang merekomendasikan digunakan-nya beragam strategi validitas
karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menilai keakuratan hasil
penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Berikut ini adalah dela-pan
strategi validitas yang disusun mulai dari yang paling sering dan mudah digunakan hingga
yang jarang dan sulit diterapkan:
 Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-
bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun
justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasar-kan sejumlah
sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.
 Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member

240
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-
deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka
merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa
peneliti membawa kembali transkrip- transkrip mentah kepada partisipan untuk
mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari
hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory,
deskripsi kebudayaan, dan sejenisnya. Tugas ini bisa saja mengharuskan peneliti untuk
melakukan wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan
pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
 Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil
penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting penelitian dan
membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman partisipan. Ketika para
peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail mengenai setting misalnya, atau
menyajikan banyak perspektif mengenai tema, hasilnya bisa jadi lebih realistis dan kaya.
Prosedur ini tentu saja akan menambah validitas hasil penelitian.
 Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Dengan
melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias dalam penelitian, peneliti
akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan dirasakan oleh pembaca.
Refleksivitas dianggap sebagai salah satu karakteristik kunci dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat peneliti tentang bagaimana
interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut dibentuk dan dipengaruhi oleh latar
belakang mereka, seperti gender, kebudayaan, sejarah,dan status sosial ekonomi.
 Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or discrepant
information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena
kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu, membahas
informasi yang berbeda sangat mungkin menambah kredibilitas hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu tema.
Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis problem
tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan informasi yang
berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan menyajikan bukti yang
kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.
 Memanfaatkan waktu yang relatif lama {prolonged time) dilapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam fenomena

241
yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dan orang-orang
yang turut membangun kredibilitas hasil naratif peneiitian. Semakin banyak pengalaman
yang dilalui peneliti bersama partisipan dalam setting yang sebenarnya, semakin akurat
atau valid hasil penelitiannya.
 Melakukan tanya-jawab.dengan sesama rekan peneliti {peer debriefing) untuk
meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini mengharuskan peneliti mencari
seorang rekan {a peer debriefer) yang dapat mereviezv untuk berdiskusi mengenai
penelitian kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh orang lain, selain
oleh peneliti sendiri. Strategi ini —yaitu melibatkan interpretasi lain selain interpretasi
dari peneliti— dapat menambah validitas atas hasil penelitian.
 Mengajak seorang auditor {external auditor) untuk mereviexv ke- seluruhan proyek
penelitian. Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti atau
proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat memberikan
penilaian objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian. Peran auditor ini
sebenarnya mirip peran auditor fiscal; begitu pula dengan karakteristik pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh keduanya (Lincoln & Guba, 1985). Hal-hal yang
akan di-periksa oleh investigator independen seperti ini biasanya me-nyangkut banyak
aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan transkrip, hubungan antara rumusan masalah
dan data, tingkat analisis data mulai dari data mentah hingga interpretasi). Tentu saja,
strategi ini dapat menambah validitas penelitian kuaiitatif.

Generalisasi kuaiitatif merupakan suatu istilah yang jarang digunakan dalam penelitian
kuaiitatif karena istilah generalisasi lebih banyak diterapkan untuk penelitian kuantitatif.
Tujuan dari generalisasi dalam penelitian kuaiitatif ini sendiri bukan untuk menggenerali-
sasi hasil penemuan pada individu-individu, lokasi-lokasi, atau tempat-tempat di iuar objek
penelitian, sebagaimana yang banyak dijumpai dalam penelitian kuantitatif (lihat Gibbs,
2007, terkait catat-an marning-nya tentang generalisasi dalam penelitian kuaiitatif). Pada
dasarnya, nilai dari penelitian kuaiitatif terletak pada deskripsi dan tema-tema tertentu yang
berkembang/dikembangkan daiam konteks lokasi tertentu pula.

MenekankanparHkularitaskeiimbang generalisabilitas (Greene & Caracelli, 1997)


merupakan karakteristik penelitian kuaiitatif. Akan tetapi, ada sejumlah literatur kuaiitatif
yang membahas mengenai generalisabilitas ini, khususnya yang berlaku untuk penelitian
studi kasus. Yin (2003), misalnya, merasa bahwa hasil studi kasus kuaiitatif dapat
digeneralisasi pada sejumlah teori yang lebih luas. Generalisasi ini muncul ketika para

242
peneliti kuaiitatif meneliti kasus-kasus tambahan dan menggeneralisasi hasil penelitian
sebelumnya pada kasus-kasus yang baru tersebut. Ini mirip logika replikasi yang berlaku
dalam penelitian eksperimen. Akan tetapi, untuk mengulang atau mereplikasi hasil penelitian
studi kasus dalam setting kasus yang baru, peneliti perlu melakukan dokumentasi yang baik
atas prosedur-prosedur kuaiitatif, seperti protokol penelitian untuk mendoku-mentasikan
kasus secara detail dan mengembangkan database studi kasus secara utuh (Yin, 2003).

MENULIS KUALITATIF

Bagian prosedvir kualitatif dalam proposal penelitian seharusny a diakhiri dengan


penjelasan mengenai bagaimana peneliti menarasi-kan hasil analisis datanya. Ada banyak
model narasi ini; peneliti bisa menemukannya dalam jurnal-jumal akademik. Yang jelas,
dalam merancarig penelitian kualitatif, peneliti perlu menjelaskan tentang proses narasi
tersebut.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa prosedur dasar dalam melaporkan hasil
penelitian kualitatif adalah membuat des-kripsi-deskripsi dan tema-tema yang berasal dari
data penelitian (lihat Gambar 9.1), khususnya deskripsi atau tema yang mengandung
beragam perspektif dari partisipan atau gambaran detail tentang setting dan individu-
individu. Setiap strategi penelitian kualitatif pada hakikatnya memiliki prosedur narasinya
masing-masing, misal-nya narasi kronologis mengenai kehidupan individu (penelitian nara-
tif), deskripsi detail mengenai pengalaman mereka (fenomenologi), sebuah teori yang
dihasilkan dari data penelitian (grounded theory), potret detail mengenai kelompok culture-
sharing (etnografi), atau analisis mendalam tentang satu atau beberapa kasus (studi kasus).
Dari narasi-narasi yang berbeda ini pula, peneliti dapat mem-bahas bagian-bagian
proposal lain, seperti hasil penelitian dan inter-pretasi data, utamanya tentang bagaimana
bagian-bagian ini akan, disajikan: apakah dengan pertimbangan objektif, pengalaman-
pengalaman lapangan (Van Maanen, 1988), ataukah dengan krono-logi, model proses, kisah
yang diperluas, analisis berdasarkan kasus atau lintas kasus, atau dengan potret deskriptif
yang detail (Creswell, 2007).
Pada tingkat tertentu, strategi /menulis dua bagian proposal di atas (hasil penelitian dan
interpretasi data) dapat dilakukan dengan leknik-teknik berikut ini:

 Gunakanlah cuplikan-cuplikan dan variasikan panjang pendeknya cuplikan tersebut


dengan tepat dan sesuai keperluan.
 Catatlah percakapan-percakapan yang terjadi selama penelitian dan sajikan percakapan-

243
percakapan ini dalam bahasa yang berbeda untuk merefleksikan sensitivitas kultural.
 Sajikan informasi tekstual dalam bentuk tabel (seperti, matriks, tabel-tabel perbandingan
untuk kode-kode yang berbeda).
 Gunakan pernyataan dari partisipan untuk membuat kode-kode atau melabeli tema.
 Campurkan kutipan-kutipan dengan penafsiran-penafsiran penulis.
 Terapkan indent (menambah spasi di depan alinea untuk tulisan- tulisan penting atau
semiblok, penj.) atau format lain untuk menandai cuplikan-cuplikan yang berasal dari
partisipan.
 Gunakan kata ganti pertama (saya) atau "kita" dalam bentuk naratif.
 Gunakan metafora-metafora dan analogi-analogi (lihat, misalnya, Richardson, 1990, yang
membahas bentuk-bentuk ini).
 Terapkan pendekatan naratif yang biasanya digunakan dalam strategi penelitian kualitatif
(seperti deskripsi dalam studi kasus atau etnografi, narasi detail dalam penelitian naratif).
 Deskripsikan bagaimana hasii narasi tersebut dikomparasikan dengan teori-teori atau
literatur-literatur yang membahas topic yang sama. Dalam sebagian besar karya tulis
kualitatif, peneliti membahas literatur ini di akhir penelitian (lihat pembahasan
dalam Bab 2).

RINGKASAN
Bab ini mengeksplorasi langkah-iangkah dalam mengembang-kan dan menulis
prosedur-prosedur kualitatif. Selain memperkenal-kan sejumlah variasi dalam penelitian
kualitatif, bab ini juga menge-mukakan panduan umum tentang prosedur-prosedur kualitatif
yang meliputi pembahasan mengenai karakteristik-karakteristik umum penelitian kualitatif,
yang berguna bagi para pembaca yang mungkin kurang familiar dengan pendekatan ini.
Beberapa karakteristik penelitian kualitatif antara Iain: berada dalam setting yang alamiah;
berpijak pada dasar bahwa peneliti adalah instrumen utama pengum-pulan data; melibatkan
beberapa metode pengumpulan data; bersif at induktif; didasarkan pada makna partisipan;
sering kali menyertakan perspektif-perspektif teoretis; bersifat interpretif dan holistik.

Contoh 9.1, Prosedur-Prosedur Kualitatif

Berikut ini adalah salah satu contoh prosedur kualitatif yang ditulis di bagian kbiisus
dalam sebuah proposal doktoralnya Miller (1992). Proyek Miller ini adalah penelitian
etnografi tentang pengalaman tahun pertama seorang rektor di sebuah universitas yang

244
baru berumur empat tanun. Untuk menyajikan bagian prosedur kualitatif dalam pr,oyek
ini, saya sudah merujuk pada beberapa bagian yang dianggap paling penOng. Selain itu,
saya juga tetap mempertahankan istilah informan yang digunakan Miller meskipun saat ini
ibtilah yang lebih tepat digunakan adalah partisipan.

Paradigma Penelitian Kualitatif


Paradigma penelitian kualitatif pada hakikatnya berasal dari antropologi kultural dan
sosiologi Amerika (Kirk & Miller, 1936). - Hanya baru-baru ini saja paradigma tersebut
diadopsi oieh para peneliti per.didikan (Borg &Gall, 19R9). Tujuan peneiitian kualitatif /
adalah memahami situasi, peristiwa, kelompok. atau interaksi j sosial tertentu (Locke,
Spirduso, & Silverman, 1987). Penelitian > ini dapat diartikan sebagai proses investigatif
yang di dalamnya penelitj secara perlahan-lahan memaknai suatu fenamena sosial dengan
membedakan, membandingkan, menggandakan, menga-talogkan, dan mengklasifiKasikan
objek penelitian (Miles & Huberman, 1984). Marshall dan Rossman (1989) menyatakan
bahwa penelitian ini melibatkan peneliti untuk menyelami setting peneliti. Peneliti
memasuki dunia informan melalui interaksi berkeianjutan, mencaii makna-makna dan
perspektif-perspektif informan. {Di $ini, peneliti menjelaskan asumsi-asumsi kualitatif).
Para sarjana menyatakan bahwa penelitian kualitatif dapat dibedakan dengan metodologi
kuantitatif berdasarkan karakteristik-karakteristiknya yang inheren. Berikut ini adalah
sintesis dari asumsi-asumsi umum tentang karaktenstik-karakteristik penelitian kualitatif
yang pemah diajukan oleh sejumlah peneliti:
1. Penelitian kualitatif muncul dalam setting yang alamiah di mana di dalamnya ada
banyak penlaku dan peristiwa ' kemahusiaan yang terjadi.
2. Penelitian kualitatif didasarkan pada sumsi-sumsi yang sangat berbeda dengan
rancangan kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, tidak ada teori atau hipotesis yang
dibangun secara priori
3. Penelitian kualitatif lebih memprioritaskan peneliti ketimbang mekanisme yang tak
bernyawa sebagai instumen primer dalam pengumpulan data (Eisner, 1991; Frankel
& Wallen, 1990; Lincoln & Guba, 1985; Merriam, 1998).
4. Data Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. Data ini merupakan data yang
disajikan dalam bentuk kata-kata (utamanya kata-kata parisipan) atau gambar-
gambar ketimbang angka-angka (Freenkel & Wallen, 1990; Locke
et.al.1987;Marshall & Rossman,1989; Merriam 1988)

245
5. Penelitian kualitatif menekankan pada persepsi-persepsi dan pengalaman-
pengalaman partisipan, dan cara-cara mereka memaknai hidup (Freenkel & Wallen,
1990; Locke et.al.1987; Merriam 1988)
6. Penelitian kualitatif berfokus pada proses-proses yang terjadi, atau hasil dan
outcome. Penelitian kualitatif khususnya tertarik pada usaha memahami bagaimana
sesuatu itu muncul (Freenkel & Wallen, 1990; Merriam 1988)
7. Dalam Penelitian Kualitatif, diterapkan interpretasi ideografis. Dengan kata lain,
fokusnya pada sesuatu yang partikular dimana data diinterpretasikan dalam
hubungannya dengan partikulasi-partikularitas suatu kasus daripada generalisasi-
generalisasi
8. Penelitian kualitatif merupakan suatu rancangan di mana di dalamnya peneliti dpat
menegosiasi hasil penelitian (outcomes). Makna dan interpretasi dinegosiasi dengan
sumber-sumber data manusiawi karena inilah realitas subjek yang memang ingin
direkonstruksi oleh seorang peneliti kulatatif (Lincoln & Cuba, 1985; Merriam,
1988)
9. Tradisi penelitian in (kualitatif) bertumpu pada penerapan pengetahuan yang
tersirat (pengetahuan intuitif atau perasaan) karena sering kali nuansa dari beragam
realitas hanya dapat diapresiasi dengan cara ini (Lincoln & Cuba, 1985 ) Maka dari
itu, bentuk datanya tidak bisa dihitung {not quantifiable) dalam pengertian yang
biasa.
10. Objektivitas dan kebenaran menjadi dua hal yang sangat penting dalam tradisi-
tradisi penelitian. Akan tetapi, kriteria untuk mempertimbangkan penelitian
kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pertama dan yang utama, peneliti
kualitatif lebih berusaha untuk mencari ketepercaya-an {believability) yang
didasarkan pada koherensi, kegunaan instrumental dan pengetahuan, (Eisner, 1991)
serta ber-dasarkan pada sesuatu yang dapat dipercaya {trustworthiness) (Lincoln &
Guba, 1985) melalui proses verifikasi dari-pada melalui pengukuran validitas dan
reliabilitas pada umumnya. {Disini, peneliti menjelaskan karakteristik-karak-teristik
penelitian kualitatif).

Rancangan Penelitian Etnografis


Penelitian ini menerapkan rancangan etnografis. Rancangan etnografis berasal dari
bidang antropologi, khususnya dari kohtribusi Brortislaw Malinowski, Robert Park,
dan Franz Boas (Jacob, 1987; Kirk & Miller, 1986). Tujuan penelitian etnografis

246
adalah memperoleh gambaran umum mengenai subjek penelitian. Penelitian ini
menekankan aspek pemotretan pengalaman individu-indivsdu sehari-hari dengan cara
mengobservasi dan mewawancarai mereka dan individu-individu lain yang relevan
(Fraenkel & Wallen, 1990). Penelitian etnografis melibatkan wawancara mendalam
dan observasi terus-menerus pada para partisipan dalam situasi tertentu (Jacob, 1987).
Penelitian ini juga berusaha memperoleh gambaran menyeluruh untuk dapat
menyingkap bagaimana manusia mendeskripsikan dan men-strukturkan dunia
(Fraenkel & Wallen, 1990). {DI sini, peneliti menggunakan dan menjelaskan
pendekatan etnografis).

Peran Peneliti
Karena peran peneliti dianggap sebagai instrument primer dalam pengumpulan data
kualitatif, maka di bagian awal penelitian diperlukan adanya identifikasi terhadap nilai-nilai,
asumsi-asumsi, dan bias-bias personal (peneliti). Kontribusi peneliti terhadap setting
penelitian sangat penting da positif, buka malah merugikan (locke et al., 1987). Persepsi saya
terhadap jabatan rector perguruan tinggi dari universitas terbentuk dari pengalaman pribadi
saya. Dari agustus 1980 hingga Mei 1990, saya bertugas sebagai staf administrasi di sejumlah
perguruan tinggi swasta yang terdiri dari 600 hingga 5000 mahasiswa. Yang lebih terkini
(1987-1990), saya menjabat sebagai Dekan Student Life di salah satu universitas di Midwest.
Sebagai anggota dewan rektorat, saya sudah sering terlibat dalam semua aktivitas dan
keputusan dewan administratif tingkat tinggi. Saya juga sering bekerja sama dengan pihak
fakultas, anggota dewan, rektor, dan dewan perwakilan mahasiswa. Selain memberikan
laporan kepada rektor, saya juga telah bekerja sama dengannya pada awal tahun masa
kepemimpinannya di universitas. Saya yakin pemahaman saya tentang konteks dan peran ini
dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan sensitivitas saya terhadap tantangan-
tantangan, keputusan –keputusan, dan isu-isu yang sering dihadapi oleh rektor universitas di
tahun pertama, dan karena itulah saya berniat untuk menjadikan rektor sebagai informan
dalam penelitian ini. Sayajuga sudah cukup memahami tentang struktur perguruan tinggi dan
peran rektor di dalamnya. Focus penelitian ini adalah pada peran seorang rektor baru dalam
menginisiasi perubahan, pembangunan relasi, dan pembuatan keputusan, serta
mempersiapkan kepemimpinan dan visi universitas.

247
Karena pengalaman-pengalaman bekerja sebelumnya dengan seorang rektor baru di
sebuah universitas, saya tentu membawa bias bias tersendiri ke dalam penelitian ini.
Meskippun saya sudah berusaha semaksimal mungkin memastikan objektivitas penelitian,
bias-bias ini tetap saja muncul. Akan tetapi, bias-bias ini justru membantu bagaimana saya
memandang dan memahami data yang dikumpulkan, serta bagaimana saya
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman saya pribadi. Saya mengawali penelitian ini
dengan asumsi bahwa rektor universitas merupakan suatu jabatan yang sangat berbeda dan
rumit. Meskipun banyak ekspektasi terhadapnya, saya tetap mempertanyakan seberapa besar
kemampuan rektor untuk menginisiasi perubahan dan mempersiapkan kepemimpinan dan
visi universitas. Saya memandang tahun pertama sebagai tahun yang amat penting; dipenuhi
dengan berbagai perubahan, frustasi, kejutan-kejuatan yang tak terduga, dan tentu saja
tantangan-tantangan baru. (disini, peneliti merefleksikan perannya dalam penelitian).

Batasan Penelitian
Lokasi
Penelitian ini dilakukan di salah satu universitas negeri di Midwest. Universitas ini
terletak di lingkungan masyarakat pedesaan Midwestern. Ketika kuliah aktir, mahasiswa
universitas ini yang berjumlah 1.700 orang nyaris mengisi tiga kali lipat populasi
masyarakat di sana yang hanya berkisar 1.000 orang. Institusi ini memiliki jenjang S1,
S2, dan S3 dengan 51 mata kuliah.

Informan
Informan dalam penelitian inin adalah rektor baru disalah satu universtitas negeri
Midwest. Informan utama dalam penelitian ini adalah rektor tersebut. Akan tetapi saya
mengobservasi peran rektor ini hanya dalam konteks pertemuan-pertemuan dewan
administrative. Dalam dewan ini, rektor memliki tiga pembantu Rektor (Bidang
Akademik, Bidang Administrasi, dan Bidang Kemahasiswaan) dan dua Dekan (Sarjana
dan Diploma).

Peristiwa
Didasarkan pada metodologi etnografis, focus penelitian ini adalah pengalaman dan
peristiwa sehari-hari seorang rektor yang baru, serta persepsi-persepsinya dan makna-makna
dalam pengalaman tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan. Penelitian ini

248
mencangkup penyesuaian peristiwa-peristiwa atau informasi-informasi yang mengejutkan
dan pemaknaan atas peristiwa-peristiwa atau isu-isu penting yang muncul.

Proses
Penelitian ini difokuskan pada peran seorang rektor baru dalam menginisiasi
perubahan, membangun relasi, membuat keputusan, serta mempersiapkan kepemimpinan dan
visi universitas. (Disini, peneliti menjelaskan batasan-batasan pengumpulan data).
Perimbangan-pertimbangan Etis
Dalam merancang penelitian, para peneliti kualitatif pada umumnya selalu membahas
pentingnya pertimbangan-pertimbangan etis (Locke et al., 1982; Marshall & Rossman, 1989;
Merriam, 1988; Spradley, 1980). Pertama dan yang utama, peneliti harus memiliki kewajiban
untuk menghormati hak-hak, kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan keinginan-keinginan
(para) informan. Dalam konteks pertimbangan etis ini, penelitian etnografis lah yang paling
menonjol. Observasi dalam penelitian etnografis mengharuskan peneliti untuk menggali
kehidupan informan (Spradley, 1980) dan terus menyikap informasi-informasi yang dianggap
sensitif. Uniknya, dalam penelitian ini, jabatan dan institusi informan yang benar-benar
tampak justru menjadi salah satu perhatian.
Untuk itulah diperlukan pula proteksi terhadap hak-hak informan: (1) sasaran
penelitian harus disampaikan secara verbal da tulisan sehingga sasaran-sasaran tersebut bisa
dipahami dengan jelas oleh informan (termasuk deskripsi mengenai bagaimana data yang
nanti terkumpul dan dimanfaatkan selanjutnya dan untuk keperluan apa); (2) izin tertulis
untuk melakukan penelitian tersebut harus diperoleh dari informan; (3) formulir dispensasi
penelitian harus disahkan oleh Dewan Peninjau Institusional/ Institutional Review Board/IRB
(Lampiran B1 dan B2); (4) informan harus diberi tahu mengenai semua perangkat dan
aktivitas pengumpulan data (5) transkripsi harfiah (kata demi kata) da interpretasi serta
laporan tertulis harus dibuat dan diberikan pada informan; (6) hak-hak, keinginan-keinginan,
dan harapan-harapan informan harus dpertimbangkan terlebih dahulu ketika akan dibuat
pilihan-pilihan tentang pelaporan data penelitian; dan (7) keputusan akhir yang terkait dalam
anonimitas informan selebihnya diserahkan pada informan sendiri. (Disini, peneliti
membahas masalah-masalah etis dan review IRB)

Strategi-Strategi Pengumpulan data


Data dikumpulkan sejak Februari hingga Mei, pada 1992. Jangka waktu ini sudah
mencangkup minimal sekali dalam sebulan wawancara terekam selama 45 menit dengan

249
informan (rancangan pertanyaan-pertanyaan wawancara, lampiran C), sekali dalam sebulan,
observasi dua jam pada aktivitas-aktivitas keseharian, dan sekali dalam sebulan analisis pada
kalender dan dokumen-dokumen informan (catatan-catatan pertemuan, memo, dan
Publikasi). Selain itu, informan telah setuju untuk merekam kesan-kesan mengenai
pengalaman, pemikiran, dan perasaan-perasaannya melalui diary terekam/ taped diary
(petunjuk-petunjuk tentang refleksi terekam, Lampiran D). wawancara lanjutan (follow up
interview) dijadwalkan akan dilakukan pada akhir Mei 1992 (lihat Lampiran E untuk catatan
waktu dan jadwal kegiatan yang direncanakan). (Disini, peneliti berencana untuk wawancara
secara berhadap-hadapan, berpartisipasi sebagai observer, dan memperoleh dokumen-
dokumen pribadi).
Untuk membantu pengumpulan data, saya akan menggunakan catatan lapangan (field
log), yang menampilkan sejumlah petunjuk tentang bagaimana saya harus memanfaatkan
waktu ketika saya berada di lapangan, ketika menstranskip dan menganalsis data. Saya juga
bermaksud mencatat detail-detail observasi saya dalam notebook dan pemikiran, perasaan,
penglaman, dan persepsi saya selama proses penelitian dalam catatan lapangan. (Disini,
peneliti menjelaskan bagaimana ia mencatat informasi deskriptif dan reflektif).

Prosedur-Prosedur Analisis Data


Merriam (1998) dan Marshall dan Rossman (1989) menyatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data dan analisis data harus serempak (simultaneously).
Schatzman dan Strauss (1973) menyatakan bahwa analisis data kualitatif utamanya
melibatkan pengklasifikasian benda-benda, orang-orang, dan peristiwa-peristiwa, serta
property-properti lain yang mencirikan ketiganya. Biasanya sepanjang proses analisis data,
peneliti etnografi mengindeks dan mengkode data mereka dengan menggunakan sebanyak
mungkin kategori-kategori (Jacob, 1987). Mereka berusaha mengidentifikasi dan
mendeskripsikan pola-pola dan tema-tema dari sudut pandang partisipan, kemudian berusaha
memahami dan menjelaskan pola-pola dan tema-tema tersebut (Agar, 1980). Selama analis
ini, data disusun secara kategoris dan kronologis, diperiksa kembali berulang-ulang, dan di-
coding secara terus menerus. Gagasan- gagasan utama dicatat rentetan kemunculannya
(seperti yang disarankan oleh Merriam, 1988). Diary terekam (taped diary) milik partisipan
dan hasil wawancara terekam (taped interview) di transrip dalam kata demi kata. Catatan-
catatan rekaman dan entri-entri di dalamnya direview secara terus menerus. (Disini, peneliti
mendeskripsikan langkah-langkah dalam analisis data).

250
Selain itu, proses analisis data ini dibantu dengan penggunaan program computer
analisis data kualitatif yang dikenal dengan HyperQual. Raymond Padilla (Arizona State
University) merancang HyperQual ini pada 1987 yang diterapkan pertama kali dalam
komputer Macintosh. HyperQual memanfaatkan software HyperCard dengan memfasilitasi
perekaman/ pencatatan dan analisis data teks dan grafis. Stack-stack khusus dirancang untuk
mengoperasikan dan mengolah data. Denga HyperQual, peneliti dapat langsung
“memasukkan data lapangan, termasuk data wawncara, observasi, catatan pribadi, dan
ilustrasi-ilustrasi…(dan) menge-tag (atau meng-coding) semua atau sebagian sumber data
sehingga sekumpulan data dapat disaring dan dirakit kembali dalam konfigurasi yang baru
dan lebih baik” (Padilla, 1989: 67-70). Sekumpulan data yang penting dapat diidentifikasi,
diperoleh kembali, dipilah-pilah, dikelompokkan , dan dikelompokkan kembali untuk
dianalisis. Kategori-kategori atau kode-kode dapat dimasukkan terlebih dahulu atau di lain
waktu. Kode-kode ini juga dapat ditambah, diubah, atau dihapus dengan menggunakan editor
HyperQual, data-data teks dapat dicari kategori-kategori, tema-tema, kata-kata, atau frasa-
frasa kuncinya. (Disini, peneliti menjelaskan penggunaan software computer untuk analisis
data).

Verifikasi
Untuk memastikan validitas internal, berikut ini strategi-strategi yang akan
diterapkan:
1. Triangulasi data; data dikumpulkan melalui beragam sumber agar hasil wawancara,
observasi, dan dokumen dapat dianalisis seutuhnya.
2. Member Checking; informan akan mengecek seluruh proses analisis data. Tanya
jawab bersama informan terkait dengan hasil interpretasi peneliti tentang realitas dan
makna yang disampaikan informan akan memastikan nilai kebenaran sebuah data
3. Waktu yang lama dan observasi berulang di lokasi penelitian; observasi regular dan
berulang atas fenomena dan setting penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu
empat bulan.
4. Pemeriksaan oleh sesame peneliti (peer examination); seorang mahasiswa doktoral
dan graduate asisten di Jurusan Psikologi Pendidikan dipilih sebagai rekan pemeriksa
atas peneitian ini.
5. Pola partisipatoris; informan dilibatkan dalam sebagian besar tahap penelitian ini,
mulai dari perancangan proyek hingga pemeriksaan interpretasi dan kesimpulan.

251
6. Klarifikasi bias penelitian; di awal penelitian ini; bias peneliti telah dijelaskan dalam
subjudul “Peran Peneliti”.
Sementara itu, untuk memastikan validitas eksternal dalam proyek ini, strategi utama
yang diterapkan adalah menyediakan deskripsi-deskripsi yang kaya, padat, dan rinci sehingga
setiap orang yang tertarik membaca proyek ini akan memiliki perbandingan kerangka kerja
(Merriam, 1988). Ada tiga teknik untuk memastikan reabilitas penelitian ini. Pertama,
peneliti memberikan penjelasan detail tentang focus penelitian, peran peneliti, kedudukan
informan dan dasar penelitian, serta konteks dari mana data dikumpulkan (LeCompte &
Goetz, 1984). Kedua, diterapkan traingulasi dan beberapa metode lain dalam pengumpulan
dan analisis data. Ketiga, Strategi pengumpulan dan analisis data akan dilaporkan secara
detail untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai metode-metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Semua tahap dalam penelitian ini juga akan diperiksa oleh
seorag auditor luar yang sudah berpengalaman dalam metode penelitian kualitatif. (Disini,
Peneliti mengidentifikasi strategi-strategi validitas yang akan digunakan dalam penelitian).

Melapokan Hasil Penelitian


Lofland (1974) menegaskan bahwa: meskipun strategi-strategi pengumpulan dan
analisis data relatif sama dalam berbagai metode kualitatif, cara melaporkan hasil penelitian
cenderung berbeda. Miles dan Huberman (1984), misalnya, menjelaskan pentingnya
membuat tampilan data, dan tulisan naratif adalah bentuk yang paling sering digunakan untuk
menampilkan data kualitatif. Karena penelitian ini merupakan penelitian naturalistik maka
hasil-hasilnya akan lebih pas bila disajikan dalam bentuk deskriptif-naratif ketimbang dalam
bentuk laporan saintfik. Deskripsi yang padat akan menjadi sarana menyampaikan gambaran
holistik mengenai pengalaman-pengalaman dari seorang rektor universitas yang baru. Proyek
akhirnya akan berupa konstruksi pengalaman-pengalaman informan dan pemaknaannya
terhadap pengalaman tersebut. Hal ini akan memungkinkan pembaca untuk turut merasakan
tantangan-tantangan yang dirasakan informan dan memberikan prespektif yang dengannya
pembaca juga dapat memandang dunia sang informan (Disini, Peneliti menyebutkan outcome
penelitian).

Selain itu, saya juga merekomendasikan agar peneliti menjelas-kan —dalam proposal
penelitian— strategi penelitian yang akan di-gunakan, seperti penelitian individu-individu
(naratif, fenomenologi), eksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa (studi kasus, grounded
theory), atau pengamatan perilaku-perilaku individu ataii kelompok culture-sharing

252
(etnografi). Jika ada satu strategi yang dipilih, berarti strategi ini juga perlu disajikan
sesuai dengan model narasinya masing-masing.
Lebih jauh, proposal penelitian juga perlu membahas peran peneiiti: pengalam an-
pengalaman sebelumnya, hubungan personal dengan lokasi penelitian, langkah-langkah
memperoleh entri, dan masalah-masalah etis. Dalam bagian proposal pengumpulan data,
peneliti seharusnya menyertakan penjelasan tentang pendekatan sampling dan
jenis/strategi apa yang digunakan untuk mengumpulkan data (seperti, observasi,
wawancara, dokumentasi, dan audiovisual). Penting juga menjelaskan jenis-jenis protokol
perekaman/ pencatatan data yang akan digunakan.
Analisis data merupakan proses yang terus berkelanjutan selama penelitian. Analisis
ini melibatkan analisis informasi partisipan, dan peneliti biasanya menerapkan langkah-
langkah analisis umum dan strategi-strategi khusus di dalamnya. Langkah-langkah umum
ini meliputi antara lain: pengolahan dan penyiapan data, pembacaan awal informasi, pehg-
codmg-an data, deskripsi detail kode-kode, analisis tematik kode-kode, penggunaan
program-program kom puter, penyajian data dalam tabel, grafik, dan gambar, serta inter-
pretssi terhadap data penelitian.
Untuk interpretasi data penelitian, peneliti perlu menyampaikan pelajaran apa yang
dapat diambil, membandingkan hasil penelitian dengan literatur dan teori tertentu,
memunculkan pertanyaan-per-tanyaan, dan/atau mengajukan agenda perubahan. Proposal
penelitian seharusnya juga berisi satu bagian tentang outcome yang di-harapkan. Selain itu,
dalam proposal tersebut, peneliti juga perlu menyebutkan strategi-strategi yang akan
digunakan untuk memvali-dasi keakuratan hasil penelitian, menunjukkan reliabilitas
prosedur-prosedur, dan menjelaskan fungsi generalisabilitas.

Latihan Menulis
LA
TI 1. Tulislah satu rancangan prosedur penelitian kualitatif. Setelah menulis
HA
rancangan ini, perhatikan Tabel 9.1 untuk mengecek apakah rancangan yang
N
M Anda tulis tersebut sudah lengkap atau tidak.
EN
2. Buatlah tabel yang, dalam kolom paling kiri, menyajikan langkah-langkah
UL
IS analisis data. Dalam kolom-kolom sebelah kanan, tunjukkan langkah-langkah
yang akan Anda terapkan dalam proyek Anda, strategi penelitian
yang ingin Anda giinakan, dan data yang harus Anda kumpulkan.

253
BACAAN TAMBAHAN

Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Catherine Marshall dan Gretchen Rossman memperkenalkan prosedur-prosedur dalam
penelitian kualitatif. Topik-topik yang di-sertakan dalam buku ini sangat komprehensif.
Misalnya, mereka menjelaskan tentang kerangka.-konseptual penelitian; logika dan asumsi-
asumsi dasar tentang rancangan dan metode penelitian; rnetode-metode pengumpulan data
dan prosedur-prosedur dalammengatur, merekam, dan menganalisis data kualitatif; dan
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk penelitian, seperti waktu, anggota, dan pendanaan.
Ini adalah buku yang komprehensif dan insightful, cocok dipelajari untuk para peneliti
pemula maupun peneliti yang sudah mahir.

Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.

Buku yang terdiri dari delapan volume dan diedit oleh Uwe Fick ini ditulis oleh para
peneliti kualitatif kelas dunia dan dibuat secara kolektif untuk menjelaskan masalah-masalah
inti yang muncul ketika para peneliti melaksanakan penelitian kualitatif. Buku ini men-
jelaskan bagaimana merencanakan dan merancang penelitian kualitatif, mengumpulkan data,
dan menganalisisnya (misalnya, data visual, analisis wacana). Tidak hanya itu, buku ini juga
membahas isu-isu kualitas dalam penelitian kualitatif. Secara keseluruhan, buku ini bisa
menjadi informasi up-to-date bagi para peneliti masa kini yang ingin mendalami bidang
penelitian kualitatif.

Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.

Terkadang, sejumlah penulis yang membahas penelitian kualitatif terlalu berpijak pada sikap
filosofis terhadap topik yang dibahas, dan pembaca dibiarkan tanpa pemahaman tentang
prosedur-pro-sedur dan praktik-praktik yang sebenarnya dalam merancang dan melaksanakan
penelitian kualitatif. Sebaliknya, ketimbang menekan-kan sikap filosofis, buku saya lebih
menyajikan lima pendekatan praktis dalam penelitian kualitatif—pendekatan naratif,
fenomeno-logi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus— dan membahas bagaimana
prosedur-prosedur dalam lima jenis penelitian ini ber-beda dan sama antarsatu dengan yang
lain. Di bagian akhir, para pembaca akan lebih mudah memilih dan menentukan mana dari
kelimanya yang tepat diterapkan untuk masalah penelitian mereka dan sesuai dengan gaya
pribadi mereka dalam melakukan penelitian.

254
Bab Sepuluh

PROSEDUR-PROSEDUR METODE
CAMPURAN
Seiring berkembangnya penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam ilmu sosial humaniora,
penelitian dengan metode campuran —yakni, menerapkan kombinasi dua pendekatan
sekaligus (kualitatif dan kuantitatif)— menjadi kian populer. Popularitas ini, salah satunya,
disebabkan oleh kenyataan bahwa metodologi penelitian teais berevolusi dar. berkembang,
dan metode campuran adalah salah satu wujud dari perkembangan ini, yang memanfaatkan
kekuatan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Apalagi, masalah-masalah
yang diangkat oleh para pakar ilmu sosial dan kesehatan begitu kom-pleks sehingga
menerapkan hanya satu pendekatan saja tentu tidak memadai untuk menjabarkan
kompleksitas ini. Sifat interdisipliner penelitian juga turut memengaruhi tim penelitian yang
terdiri dari individu-individu yang memiliki minat dan pendekatan metodologis yang
beragam. Pada akhirnya, ada begitu b3nyak manfaatyang dapat diperoleh dari kombinasi
penelitian kualitatif dan kuantitatif ini daripada sekadar menerapkan salah satu dari keduanya
secara terpisah. Salah satu manfaatnya adalah memberikan pemahaman yang lebih luaster-
hadap masalah-masalah penelitian.
Bab ini akan mengulas banyak hal yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya,
misalnya pembahasan lebih luas mengenai pandang-an-dunia pragmatis, kombinasi
penerapan metode kualitatif dan kuantitatif, dan penerapan metode-metode jamak (multiple
methods) sebagaimana yang telah dijabarkan pada Bab 1. Bab ini juga akan menjelaskan
lebih lanjut tentang masalah-masalah penelitian yang menuntut keniscayaan untuk
dieksplorasi dan dijelaskan (Bab 5). Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan tujuan
penelitian dan rumusan masalah dari kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif (Bab 6 dan
7), dan menjelaskan alasan-alasan digunakannya strategi-strategi jamak (multiple forms)
dalam pengumpulan dan analisis data (Bab 8 dan 9).

KOMPONEN-KOMPONEN PROSEDUR METODE CAMPURAN

255
Saat ini, penelitian metode campuran telah berkem'oang menjadi seperangkat prosed ur
y a rig dapat diterapkah para peneliti dalam mendesain penelitian metode campuran mereka.
Pada 2003, diterbit-kanlah Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavior Sciences
(Tashakkori & Teddlie, 2003), yang untuk pertama kalinya menyajikan overviezo
komprehensif mengenai strategi penelitian yang satu ini. Baru-baru ini, sejumlah jurnal juga
m ulai fokus pada peneli tian d engan metode campuran, seperti Journal of Mixed Methods
Research; Quality and Quantity dan Field Methods. Bahkan, sejumlah jurnal lain juga telah
berusaha merumuskan penelitian ini dalam konteks disiplin ilmu pengetahuan tertentu,
seperti International Journal of Social Research Methodology; Qualitative Health Research;
Annals of Family Medicine. Selain jurnal, beberapa penelitian sosial humaniora juga bany ak
yang menerapkan penelitian metode campuran ini dalam bidang-bidang yang beragam,
seperti bidang terapi okupasional (Lysack & Kreftdng, 1994), komunikasi interpersonal
(Boneva, Kraut.. & Frohlich, 2001), pencegahan AIDS (Janz et al., 1996), perawatan
demensia (Weitzman & Levkoff, 2000), kesehatan mental (Rogers, Day, Randall, & Bentall,
2003), dan dalam sains sekolah menengah (Houtz, 1995). Buku-buku terbaru yang terbit
setiap tahun pun juga tidak sedikit yang ditulis khusus untuk membahas penelitian metode
campuran (seperti, Bryman, 2008; Creswell & Piano Clark, 2007; Greene, 2007; Piano Clark
& Creswell, 2008; Tashakkori & Teddlie, 1998).
Checklist pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana mendesain penelitian metode
campuran sudah disajikan dalam Tabel 10.1. Dalam bab ini, akan dijelaskan komponen-
komponen penting terkait sifat-sifat dan jenis-jenis strategi penelitian metode campuran.
Selain itu, bab ini juga akan membahas perlunya model visual dalam

Tabel 10.1 Checklist Pertanyaan-pertanyaan untuk merancang prosedur Metode


campuran
------------- Apakah definisi dasar tentang metode campuran sudah disajikan?
------------- Apakah alasan/rasionalisasi digunakannya dua pendekatan atau data ini
(kuantitatif dan kualitatif) juga sudah disajikan?
------------- Apakah pembaca merasakan manfaat potensial dari diterapkannya
rancangan metods campuran ini?
--------- Apakah kriteria-kriteria dalam memilih strategi metode campuran sudah
diidentifikasi?
______ Apakah strategi yang dipilih sudah disebutkan?
--------- Apakah model visual yang mengilustrasikan strategi tersebut juga sudah
disajikan?
------------- Apakah ada notasi yang digunakan untuk menyajikan model visual
tersebut?

256
------------- Apakah prosedur-prosedur pengumpulan dan analisis data sudah
dijelaskan?
------------- Apakah strategi-strategi sampling untuk pengumpulan data kuantitatif
dan kualitatif sudah dijeiaskan? Apakah strategi-strategi sampling ini
berkaitan erat dengan strategi penelitian yang dipiiih?
------------- Apakah prosedur-prosedur data yang spesifik sudah dijelaskan? Apakah
prosedur-prosedur ini berkaitan erat dengan strategi penelitian yang
dipilih?
---------- Apakah prosedur-prosedur validasi data kualitatif dan kuantitatif sudah
dijelaskan?
------------ Apakah struktur naratif/penyajian metode campuran sudah dijelaskan,
dan apakah struktur ini berkaitan dengan strategi penelitian yang dipilih?

rancangan metode campuran, prosedur-prosedur khusus dalam pengumpulan dan


analisis datanya, peran peneliti, dan struktur penyajjan laporan akhir. Setelah pembahasan
mengenai komponen-komponen di atas, disajikan satu contoh prosedur metode campuran
yang diperoleh dari berbagai sumber.

SIFAT PENELITIAN METODE CAMPURAN

Karena penelitian metode campuran ini relatif baru di dalam ilmu sosial humaniora
maka peneliti perlu menyajikan definisi dasar dan deskripsi singkat dalam proposal. Berikut
ini, beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait dengan sifat metode campuran dalam proposal
penelitian:

 Jelaskan secara kronologis dan singkat sejarah perkembangan metode campuran.


Beberapa sumber mengidentifikasi bahwa penelitian ini bermula dari psikologi dan
matriks multitraid-multwietlwd-nya Campbell dan Fiske (1959) yang tertarik untuk
mengonvergensi dan mentriangulasi sumber-sumber data kuantitatif dan kualitatif 0ick,
1979). Namun, ada pula yang menyatakan bahwa metode campuran ini didorong oleh
keinginan untuk mengembangkan metodologi yang berbeda dalam penelitian (lihat
Creswell & Piano Clark, 2007; Tashakkori & Teddlie, 1998).
 Definisikan penelitian metode campuran, misalnya, dengan menyertakan definisi dalam
Bab 1 yang fokus pada pengombinasian dua metode (kualitatif dan kuantitatif) dalam.
satu penelitian (lihat, panjelasan lebih detail tentang bagaimana mendefinisikan pene
litian metode campuran dalam Johnson, Onwuegbuzie, Turner, 2007). Jelaskan pula
mengapa peneliti harus menggunakan rancangan metode campuran (misalnya, untuk
memperluas pembahasan dengan cara menerapkan dua metode sekaligus; untuk
menggunakan satu pendekatan integratif agar mampu memperoleh pemahaman yang

257
lebih baik; atau untuk menguji hasil penelitian dari pendekatan yang berbeda). Yang
jelas, campuran dua metode ini bisa saja berada dalam satu penelitian atau berada di
antara sejumlah studi dalam satu program penelitian. Selain itu, kenalilah istilah-istilah
berbeda yang sering digunakan untuk menyebut penelitian ini, seperti integmsi, sintesis,
metode kuantitatif dan kualitatif. multimetode, dan metodologi campuran, meski buku-
buku yang terbit baru-baru ini lebih banyak menggunakan istilah
metode campuran (Bryman, 2006; Tashakkori & Teddlie, 2003).
 Jelaskan secara singkat perkembangan minat terhadap penelitian metode campuran
seperti yang banyak terungkap dalam buku- buku, artikel-artikel jurnal, penelitian-
penelitian akademik, dan proyek-proyek yang didanai/hibah (lihat Creswell & Piano
Clark, 2007 untuk pembahasan mengenai inisiatif inisiatif awal yang turut
berkontribusi pada perkernbangan metode campuran saat ini).
 Tulislah tantangan-tantangan yang Anda hadapi ketika menerapkan penelitian metode
campuran. Tantangan-tantangan ini bisa berupa sifat pengumpulan datanya yang harus
ekstensif, sifat analisisnya yang begitu intensif atas data teks dan angka-angka, serta
tuntutan akan pengetahuan mendalam tentang bentuk penelitian kuantitatif sekaligus
kualitatif.

STRATEGI-STRATEGI PENELITIAN METODE CAMPURAN DAN MODEL-


MODEL VISUALNYA

Ada beberapa tipologi yang bisa dimanfaatkan peneliti untuk memilih jenis strategi
metode campuran yang akan digunakan dalam ponelitiannya. Creswell dan Piano Clark
(2007) mengidentifikasi 12 sistem klasifikasi strategi penelitian metode campuran yang
didasar-kan pada ranah-ranah yang berbeda, seperti evaluasi, perawatan kesehatan publik,
kebijakan dan penelitian pendidikan, serta penelitian sosial dan behavioral. Dalam
klasifikasi-klasifikasi ini, setiap strategi memiliki istilah yang berbeda-beda, meskipun ada
sejumlah hal substansial yang mirip dan overlapping dalam rancangan-rancang-an tersebut.
Berikut ini, saya jelaskan enam strategi penelitian metode campuran yang sudah saya dan
rekan-rekan saya gunakan sejak 2003 (Creswell et al., 2003).

Merencanakan Prosedur-Prosedur Metode Campuran


Sebelum membahas enam strategi ini, penting kiranya untuk mempertimbangkan
terlebih dahulu sejumlali aspek penting dalam merancang prosedur-prosedur untuk penelitian

258
metode campuran. Aspek-aspek tersebut antara lain: timing (waktu), iveighting (bobot),
mixing (pencampuran), dan teorizing (teorisasi) seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 10.1

Timing Bobot/Prioritas Pencampuran Teorisasi


Konkuren/Tidak Seimbang Menggabungkan Eksplisit
Sekuensial {Integrating)
Tahap Pertama Kualitatif Menghubungkan
Kualitatif-Sekuen- (Connecting)
sial
Implisit

Tahap Pertama Kuantitatif Menancapkan


Kuantitatif-Se- (Embedding)
kuensial
Gambar10.1 Aspek-Aspek yang Perlu Dipertimbangkan dalam Merancang Penelitian
Metode Campuran
Sumber: Diaptasi dari Creswell et al. (2003).

Timing (Waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatifnya: apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekuensial) atau langsung
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu (konkuren). Ketika data dikumpuikan secara ber-
tahap, peneliti periu menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan terlebih dahulu:
apakah data kuantitatif atau data kualitatif. Hal ini bergantung pada tujuan awai peneliti.
Ketika data kualitatif yang terlebih dahulu dikumpulkan, berarti tujuannya adalah untuk
mengeksplorasi topik penelitian dengan cara mengamati para parti-sipan di lokasi penelitian.
Setelah itu, peneliti memperluas pema-hamannya melalui tahap kedua, kuantitatif, yang di
dalamnya data dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan (yang biasanya di-anggap
sebagai sampel penelitian). Ketika data dikumpulkan secara konkuren, berarti data kualitatif
maupun data kuantitatif sama-sama dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu, dan
pelaksanaannya ber-langsung serempak. Dalam beberapa proyek penelitian, terkadang
memang tidak efektif mengumpulkan data secara bertahap dalamjangka waktu yang lama
(misalnya, dalam ilmu kesehatan di mana para dokter tidak punya banyak waktu untuk
mengumpulkan data di lapangan). Dalam hal ini, ketika peneliti berada dalam lokasi
penelitian, mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam satu waktu sering kali lebih
efektif ketimbang mengumpulkannya secara bertahap.
Weighting (Bobot)

259
Faktor kedua yang perlu diperhatikan dalam merancang prosedur-prosedur metode
campuran adalah bobot atau priori tas yang diberikan antara metode kuantiatif dan kualitatif.
Dalam beberapa penelitian, bobot ini bisa saja seimbang, namun dalam beberapa penelitian
lain, bobot tersebut bisa lebih berat ke satu metode daripada metode yang lain. Prioritas pada
satu metode bergantung pada minat peneliti, keinginan pembaca (seperti, pihak fakultas,
organisasi profesionai), dan hal apa yang ingin diutamakan oleh peneliti. Dalam kerangka
yang lebih praksis, bobot dalam penelitian metode campuran ini bisa dipertimbangkan
melalui beberapa hal, antara lain apakah data kualitatif atau data kuantitatif yang akan
diutamakan terlebih dahulu, sejauh mana treatment terhadap masing-masing dari dua jenis
data tersebut; atau apakah pendekatan induktif (seperti, membangun tema-tema dalam
kualitatif) atau pendekatan deduktif (seperti, menguji suatu teori) yang akan diprioritaskan.
Terkadang, peneliti memang sengaja lebih mernprioritaskan satu jenis data untuk penelitian
tertentu, seperti dalam percobaan-percobaan eksperimen (lihat Rogers et al., 2003).

Mixingr(Pencttiiipuran)
Mencampur data (atautialam pengertian yang lebih luas, men-campur rumusan
masalah/ filosofi, dan interpretasi penelitian) bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat
data kualitatif terdiri dari teks-teks dan gambar-gambar, sedangkan data kuantitatif terdiri
dari angka-angka. Ada dua pertanyaan yang perlu diajukan dalam hal ini: Kapan peneliti
harus melakukan pencampuran (mixing) dalam penelitian metode campuran? Dan
bngaiinann proses pencampuran ini? Pertanyaan pertama lebih mudah dija wab ketimbang
pertanyaan kedua. Pencampuran dua jenis data bisa saja dilakukan dalam bebe-rapa tahap:
tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap inter-pretasi, atau bahkan dalam ketiga
tahap ini sekaligus. Bagi para pem-buat proposal yang menggunakan metode campuran ini,
mereka perlu menjelaskan dan menyajikan dalam. proposalnya kapan proses pencampuran
tersebut terjadi.
Bagaimana data dicampur? Ini menjadi salah satu perhatian utama di kalangan para
pakar metodologi penelitian baru-baru ini (Creswell & Piano Clark, 2007). Mencampur
(mixing) berarti bahwa data kualitatif dan kuantitatif benar-benar dileburkan dalam satu end
of continuum, dijaga keterpisahannya dalam end of continuum yang lain, atau
dikombinasikan denganbeberapa cara yang lain. Dua data ini bisa saja ditulis secara
terpisah, namun keduanya tetap dihubung-kan satu sama lain secara implisit. Misalnya,
dalam proyek dua-tahap yang diawali oleh tahap kuantitatif, analis,is data danhasilnya dapat
digunakan untuk mengidentifikasipara partisipan yang dikumpul-kan pada tahap

260
selanjutnya, yakni pada tahap pengumpulan data kualitatif. Dalam situasiini, baik data
kuantitatif maupun data kualitatif, saling dihubungkan (connecting) satu sama lain selama
tahap-tahap penelitian. Keterhubungan ini tergambar dari penelitian kuantitatif dan kualitatif
yang terhubung selama analisis data pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap
kedua.
Dalam proyek yang lain, peneliti bisa saja mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
secara konkuren dan menggabungkan (integrating) database keduanya dengan
mentransformasikan tema-tema kualitatif menjadi angka-angka yang bisa dihitung (secara
statistik) dan membandingkan hasil penghitunganini dengan data kuantitatif deskriptif.
Dalam hal ini, pencampuran berarti menggabungkan dua database dengan meleburkan secara
utuh data kuantitatif dengan * data kualitatif.
Dalam skenario proyek terakhir. peneliti bisa saja lebih cende-rung untuk mengumpulkan
satu jenis data (katakanlah kuantitatif) yang didukung oleh jenis data lain (katakanlah
kualitatif) yang sudah ia miliki sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti tidak menggabungkan dua
jenis data yang berbeda dan tidak pula menghubungkan dua tahap penelitian yang
berbeda..Sebaliknya, ia justru tengah me-nancapkan (embedding) jenis data sekunder
(kualitatif) ke dalam jenis data primer (kuantitatif) dalam satu penelitian. Database sekunder •
memainkan peran pendukung dalam penelitian ini.

Teorisasi dan Perspektif-PerspektifTrcmsformasi

Faktor terakhir yang perlu dipertimbangkan seorang peneliti dalam merancang prosedur
metode campuran adalah perspektif teo-retis apa yang akan menjadi landasan bagi
keseluruhan proses/ tahap penelitian. Perspektif ini bisa berupa teori yang berasal dari ilmu-
ilmu sosial (seperti, teori adopsi, teori kepemimpinan, teori atribusi) atau perspektif-
perspektif teoretis lain yang lebih luas, semacam advokasi/partisipatoris (misalnya, gender,
ras, kelas) (lihat Bab 3). Semua peneliti membawa teori-teori ke dalam penelitian mereka,
dan teori-teori ini dapat ditulis secara eksplisit dalam. penelitian metode campuran, tetapi
bisa juga ditulis secara implisit, bahkan tidak disebutkan sama sekali.
Di sini, kita akan fokus pada penggunaan teori-teori yang eksplisit. Dalam penelitian
metode campuran, teori biasanya muncul di bagian awal penelitian untuk membentuk
rumusan masalah yang diajukan, siapa yang berpartisipasi dalam penelitian, bagaimana data
dikumpulkan, dan implikasi-implikasi yang diharapkan dari penelitian (biasanya demi

261
perubahan dan advokasi). Setiap teori pada umumnya menyediakan perspektif utuh yang bisa
diterapkan dalam semua strategi penelitian metode campuran (akan dibahas sebentar lagi).
Mertens (2003), misalnya. Ia menyajikan pembahasan yang me-narik tentang bagaimana
perspektif transformasi membentuk tahap-tahap penelitian metode campuran.

Strategi-Strategi Penelitian Metode Campuran dan Model-Model


Visualnya

Empat faktor ini —waktu, bobot, pencampuran, dan teorisasi— dapat membantu
peneliti untuk merancang prosed ur-prosedur penelitian metode campuran. Meski demikian,
keempat faktor tersebut tidak menu tup kemungkinan'kemungkinan yang lain. Masih a da
enam strategi penting yang bisa dipiiih oleh peneliti dalam merancang prosedur-prosedur
penelitiannya. Keenam strategi ini di-adaptasi dari Creswell et al. (2003). Sebuah proposal
seharusnya berisi deskripsi tentang strategi penelitian dan model visualnya, serta prosedur-
prosedur dasar yang akan digunakan peneliti dalam menerap-kan strategi tersebut. Gambar
10.2 dan 10.3 mendeskripsikan dan mengilustrasikan secara singkat masing-masing strategi
ini. Kata kualitatifdan kumititatif dalam dua gambar tersebut disingkat dengan kata "qual"
dan "quan" (pembahasan detailnya akan disajikan lebih lanjut).
Masing-masing strategi metode campuran ini dapat dideskripsi-kan dengan notasi yang
sudah lazim digunakan dalam ranah metode campuran. Notasi metode campuran merupakan
label-label dan simbol-simbol singkatan yang mencerminkan aspek-aspek penting dalam
penelitian metode campuran, yang bisa digunakan oleh para peneliti untuk
mengomunikasikan prosedur-prosedur metode campuran mereka dengan mudah. Berikut ini
adalah notasi yang diadaptasi dari Morse (1991), Tashakkori dan Teddlie (1998), dan
Creswell dan Piano Clark (2007):

 Simbol "+" mengindikasikan strategi pengumpulan data secara konkuren dan


simultan, dengan data kualitatif dan kuantitatif yang dikumpulkan sekaligus dalam
satu waktu.
 Simbol"—>" mengindikasikan strategi pengumpulan data sekuensial, dengan satu
jenis data (misalnya, data kualitatif) yang men- dukung jenis data yang lain
(misainya, data kuantitatif).
 Pengapitalan ("KUAN" atau "KUAL") mengindikasikan suatu bobot atau prioritas
yang diberikan pada data, analisis, dan interpretasi kuantitatif atau kualitatif. Dalam
penelitian metode campuran, data kualitatif dan kuantitatif dapat diprioritaskan

262
Gambar 10.2 Strategi-Strategi Sekuensial
Sumber: Diadaptasi dari Creswell et al. (2003)

secara seimbang, atau salah satu data dapat diutamakan ketim-bang data yang lain.
Pengapitalan ini mengindikasikan adanya satu pendekatan atau metode yang lebih
diprioritaskan.
 "Kuan" dan "Kual" merupakan kependekan dari kunntitntif dan kualiatif. Keduanya
menggunakan jumlah kata yang sama untuk menunjukkan keseimbangan antara dua
jenis data.
 Notasi KUAN/kual mengindikasikan bahwa metode kualitatif ditancapkan ke dalam
rancangan kuantitatif.
 Kotak-kotak mengindikasikan analisis dan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif.

263
Selain notasi di atas, yang juga perlu dimasukkan ke dalam setiap gambar adalah
prosedur-prosedur spesifik dalam pengumpulan analisis, dan interpretasi data untuk

Gambar 10.3 Strategi-Strategi Konkuren


Sumber: Diadaptasi dari Creswell et al. (2003).

membantu pembaca memahami prosedur-prosedur spesifik yang digunakan. Dalam hal mi,
sebuah gambar setidaknya harus terdiri dari dua elemen: prosedur umum dalam metode
campuran yang digunakan dan prosedur-prosedur yang lebih spesifik dalam pengumpulan,
analisis., dan interpretasi data.

Strategi Eksplanatoris Sekuensial

Strategi eksplanatoris sekuensial merupakan strategi yang cukup populer dalam


penelitian metode campuran dan sering kali digunakan oleh para peneliti yang lebih condong
pada proses kuanti-tatif. Strategi ini diterapkan dengan pengumpulan dan analisis data

264
kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif
pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif. Bobot/prioritas lebih
diberikan pada data kuantitatif. Proses pencampuran (mixing) data dalam strategi ini terjadi
ketika hasil awal kuantitatif menginformasikmi proses pengumpulan data kualitatif. Untuk
itulah, dua jenis data ini terpisah, namun tetap berhubungan. Teori yang eksplisit bisa saja
disajikan, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruban prosedur. Langkah-langkah
dari strategi ini sudah diilustrasikan dalam Gambar 10.2a.
Rancangan eksplanatoris sekuensial biasanya digunakan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan hasil-hasil kuantitatif berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data
kualitatif. Rancangan ini secara khusus berguna ketika muncul hasil-hasil yang tidak di-
harapkan dari penelitian kuantitatif (Morse, 1991). Artinya, pengumpulan data kualitatif
yang dilakukan sesudahnya dapat diterapkan untuk menguji hasil-hasil yang mengejutkan
ini dengan lebih detail. Strategi ini bisa saja memiliki atau tidak memiliki perspektif teoretis
tertentu. Sifat keterusterangan (straightforward) dari rancangan ini merupakan salah satu
kekuatan utamanya. Rancangan ini juga mudah dideskripsikan dan dilaporkan. Kelemahan
utama rancangan ini terletak pada lamanya waktu dalam pengumpulan data karena harus
melewati dua tahap secara terpisah. Selain itu, strategi ini akan lemah ketika dua tahap
pengumpulan data diberikan prioritas yang seimbang.

Strategi Eksploratoris Sekuensial

Strategi ini mirip dengan strategi sebelumnya, hanya tahap pengumpulan dan analisis
datanya saja yang dibalik. Strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengurr«pulan
dan analisis data kualitatif pada tahap pertama, yang kemudian diikuti oleh pengtimpuian
dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap
pertama. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahap pertama, dan proses pencampuran
(mixing) antarkedua metode ini terjadi ketika peneliti menghnbungkan antara analisis data
kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Strategi eksploratoris sekuensial bisa, atau
tidak bisa, diimplimentasikan berdasarkan perspektif teoretis tertentu (lihat Gambar 102b).
Pada level yang paling dasar, tujuan dari strategi ini adalah menggunakan data dan hasil-hasil
kuantitatif untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif. Tidak seperti
strategi eksplanatoris sekuensial, yang lebih cocok untuk menjelaskan dan menginterpretasi
hubungan-hubungan, fokus utama dalam strategi eksploratoris sekuensial adalah
mengeksplorasi suatu fenomena. Morgan (1998) menyatakan bahwa strategi ini cocok

265
digunakan untuk menguji elemen-elemen dari suatu teori yang dihasilkan dari tahap
kualitatif. Lebih dari itu, strategi ini juga dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atas
penemuan-penemuan kualitatif pada sampel-sampel yang berbeda. Begitu pula, Morse
(1991) menyatakan bahwa salah satu tujuan dipilihnya strategi ini adalah untuk menentukan
distribusi suatu fenomena dalam populasi yang dipilih. Pada akhirnya, strategi eksploratoris
sekuensial sering kali dipilih sebagai prosedur penelitian ketika peneliti perlu membuat suatu
instrumen disebabkan instrumen yang ada tidak layak atau tidak tersedia. Untuk membuat
instrumen ini, peneliti perlu melewati tiga tahap: pertama-tama, mengumpulkan data
kualitatif dan mengana-lisisnya (Tahap 1), lalu menggunakan analisis tersebut untuk
membuat suatu instrumen (Tahap 2), yang kemudian diatur untuk ke-perluan sampel
populasi (Tahap 3) (Creswell & Piano Clark, 2007).
Strategi eksploratoris sekuensial memiliki banyak keunggulan sebagaimana strategi
sebelumnya. Pendekatan dua-tahap irvi (pene-litian kualitatif yang diikuti oleh penelitian
kuantitatif) membuat strategi ini mudah diwujudkan, dideskripsikan, dan dilaporkan. Strategi
ini tepat digunakan oleh peneliti yang ingin mengeksplorasi suatu fenomena, tetapi juga ingin
memperluas penemuan-penemuan kualitatifnya. Selain itu> strategi ini dapat membuat
penelitian kualitatif yang sangat luas menjadi nyaman dibaca oleh pembimbing, panitia, atau
komunitas penelitian yang terbiasa dengan penelitian kuantitatif. Seperti halnya strategi
eksplanatoris sekuensial, strategi eksploratoris sekuensial juga mengharuskan peneliti untuk
melewati. waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan tahap-tahap pengumpulan data,
yang tentu saja lemah untuk beberapa situasi penelitian tertentu. Selain itu, peneliti juga
harus membuat keputusan penting tentang penemuan-penemuan awal kualitatif apa saja yang
akan difokuskan dalam tahap kuantitatif berikutnya (seperti, satu tema, perbandingan
antarkelompok.. tema-tema ganda).

Strategi Transformatif Sekuensial


Strategi ini terdiri dari dua tahap pengumpulan data yang ber-beda, satu tahap mengikuti
tahap yang lain, seperti halnya dua strategi sekuensial sebelumnya (lihat Gambar 10.2c).
Strategi transformatif sekuensial merupakan proyek dua-tahap dengan perspektif teoretis
tertentu (seperti, gender, ras, teori ilmu sosial) yang turut membentuk prosedur-prosedur di
dalamnya. Strategi ini terdiri dari tahap pertama (baik itu kuantitatif ataupun kualitatif) yang
diikuti oleh tahap kedua (baik itu kuantitatif maupun kualitatif). Perspektif teoretis
diperkenalkan di bagian pend~huluan. Perspektif ini dapat membentuk rumusan masalah
yang akan dieksplorasi (seperti, ke-tidaksetaraan, diskriminasi, ketidakadilan), menciptakan

266
sensitivitas pengumpulan data dari keiompok-kelompok marginal, dan diakhiri dengan
ajakan akan perubahan. Dalam strategi ini, peneliti dapat menggunakari salah satu dari dua
metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikanpada salah satu dari keduanya
atau didis-tribusikan secara merata pada masing-masing tahap. Dalam strategi transfonnatif
sekuensial ini, proses pencampuran (mixing) terjadi ketika peneliti menggabungkan antardua
metode penelitian, seperti yang dilakukan dalam strategi-strategi sekuensial sebelumnya.
Meski demikian, tidak seperti strategi eksploratoris dan eksplanatoris sekuensial
sebelumnya, dalam strategi transformatif sekuensial ini, peneliti harus menggunakan
perspektif teoretis tertentu untuk me-mandu penelitiannya. Pada dasarnya, perspektif teoretis
ini, apakah itu berupa kerangka konseptual atau ideologi tertentu, atau sejenis advokasi,
lebih bertujuan untuk membimbing penelitian ketimbang untuk diterapkan sebagai metode
tersendiri.
Tujuan dari strategi transformatif sekuensial adalah untuk me-nerapkan perspektif
teoretis si peneliti. Dengan diterapkannya penelitian dua-tahap dalam strategi ini, peneliti
diharapkan dapat me-nyuarakan perspektif-perspektif yang berbeda, memberikan advokasi
yang lebih baik kepada partisipan, atau niemahami suatu feno-mena dengan lebih baik.
Strategi transformatif sekuensial juga memiliki kekuatan dan kelemahan metodologis
tersendiri dibandingkan dengan dua strategi sekuensial sebelumnya. Tahap-tahap yang
berbeda dalam strategi iru mernudahkan peneliti untuk menerapkan, mendeskripsi, dan rne-
laporkan hasil penelitiannya meskipun strategi ini juga membutuh-kan waktu yang tidak
sebentar dalam menyelesaikan dua tahap pengumpulan data. Yang lebih pen ting, strategi ini
telah menempat-kan penelitian metode campuran dalam kerangka transformatif: sesuatu
yang tidak dilakukan dalam dua strategi sebelumnya. Maka dari itu, strategi ini bisa jadi
lebih menarik dan acceptable bagi para peneliti yang perriah menggunakan kerangka
transformatif dalam satu metodologi terlentu, misalnya dalam penelitian kualitatif.
Sayangnya, salah satu kelemahan strategi ini adalah sedikitnya buku yang ditulis
tentangnya, terutama tentang bagaimana visi transformatif tersebut digunakan untuk
memandu metode penelitian. Begitu juga, seperti halnya strategi-strategi sekuensial lain,
peneliti masih perlu memutuskan tentang hasil-hasil apa saja pada tahap pertartia yang akan
dijadikan fokus vintuk ditindaklanjuti pada tahap kedua.

Strategi Triangulasi Konkuren

267
Strategi triangulasi konkuren mungkin menjadi satu-satunya strategi dari enam strategi
rnetode campuran yang paling populer saat ini (lihat gambar 10.3a). Dalam strategi
triangulasi konkuren, peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren
(dalam satu waktu), kemudian membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah
ada konvergensi, perbedaan-perbeda-an, atau beberapa kombinasi. Sebagian penulis
menyebut perban-dingan ini dengan istilah konfirmasi, diskonfirtnasi, lintas-validasi, atau
corroboration (Greene, Caracelli, & Graham, 1989; Morgan, 1998; Steckler, McLeroy,
Goodman, Bird, & McCormick, 1992). Strategi ini pada umumnya menerapkan metode
kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi/menyeimbangkan kelemahan-
kelemahan satu metode dengan kekuatan-kekutan metode yang lain (atau sebaliknya,
kekuatan satu metode menambah kekuatan metode yang lain). Dalam strategi ini,
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersamaan (konkuren) dalam
satu tahap peneliuan. Idealnya, bobot antara dua metode ini setara/seimbang, tetapi dalam
praktiknya; sering kali ada prioritas yang lebih dibebankan pada satu metode ketimbang pada
metode yang lain.
Dalam strategi ini, pencampuran (mixing) terjadi ketika peneliti sampai pada tahap
interpretasi dan pembahasan. Pencampuran tersebut dilakukan dengan meleburkan dua data
penelitian menjadi satu (seperti, mentransformasi satu jenis data menjadi jenis data lain
sehingga keduanya dapat mudali diperbandingkan) atau dengan mengintegrasikan atau
mengomparasikan hasil-hasil dari dua data tersebut secara berdampingan dalam
pembahasan. Integrasi ber-dampingan ini (side-by-side integration) banyak dijumpai dalam
pene-litian-penelitian metode campuran terpublikasi yang bagian pembahasan di dalamnya
selalu menyajikan hasil-hasil statistik (kuantitatif) terlebih dahulu, baru kemudian diikuti
oleh kuota-kuota kualitatif yang mendukung atau menolak hasil-hasil tersebut.
Strategi transformatif konkuren ini memiliki banyak manfaat selain karena sudah
populer di kalangan peneliti, strategi ini juga dapat menghasilkan penemuan yang substantif
dan benar-benar tervalidasi. Saya sering menjumpai bahwa para peneliti yang ingin
melakukan penelitian metode campuran hampir selalu mengguna-kan strategi ini dalam
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif, dan membandingkan kedua data tersebut.
Apalagi, pengumpuian data konkuren membutuhkan jangka waktu pengumpuian data yang
relatif sebentar jika dibandingkan dengan pengumpuian data se-kuensial. Hal ini disebabkan
data kuantitatif dan kualitatif dikumpul-kan sekaligus dalam satu waktu di lokasi penelitian.
Meski demikian, strategi ini juga memiliki sejumlah keterbatas-an. Salah satunya
adalah karena strategi ini membutuhkan usaha keras dan keahlian khusus dari peneliti untuk

268
mengkaji fenomena dengan dua metode yang berbeda. Kerumitan strategi ini juga ter-letak
pada keharusan untuk membandingkari hasil-hasil dari dua analisis dengan dua data yang
berbeda. Selain iru, peneliti bisa saja bingung bagaimana mengatasi ketidaksesuaian-
ketidaksesuaian yang sering kali muncul ketika membandingkan hasil-hasil penelitian,
meskipun cara-cara mengatasi masalah ini sudah banyak di-bahas dalam literatur, seperti
mengumpulkan data tambahan untuk memecahkan ketidaksesuaian, memeriksa kembali
database asli, memperoleh gagasan baru dari ketidaksamaan data, atau membuat proyek baru
yang membahas ketidaksesuaian tersebut (Creswell & Piano Clark, 2007).

Strategi Embedded Konkuren


Seperti halnya strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren juga dapat dicirikan
sebagai strategi metode campuran yarg menerapkan satu-tahap pengumpuian data kuantitatif
dan kualitatif dalam satu waktu (lihat Gambar 10.3b). Meski demikian, yang membedakan
strategi ini dengan strategi konkuren sebelumnya adalah bahwa strategi embedded konkuren
memiliki metode primer yang memandu proyek dan database sekunder yang memainkan
peran pendukungdalam prosedur-prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang
diprioritaskan (kuantitatif atau kualitatif) di-tancapkan {embedded) atau disarangkan (nested)
ke dalam metode yang lebih doniinan (kualitatif atau kuantitatif). Penancapan ini dapat
berartibahwa metode sekunder menjabarkan rumusan masalah yang berbeda dari metode
primer (seperti, dalam penelitian eksperimen, data kuantitatif menjelaskan outcome yang
diharapkan dari proses treatment, sementara data kualitatif mengeksplorasi proses-proses
yang dialami oleh masing-masing individu dalam kelompok treat-men t) atau mencari
informasi dalam tingkatan analisis yang berbeda (seperti, analogi dalam analisis hierarkis
kualitatif sangat membantu dalam mengkonseptualisasi level-level hierarki ini) (lihat
Tashakkori dan Teddlie, 1998).
Dalam strategi ini, pencampuran (mixing) dua data terjadi ketika peneliti
mengomparasikan satu sumber data dengan sumber data yang lain, biasanya pencampuran
ini banyak muncul dalam bagian pem-bahasan penelitian. Meski demikian, dua data tersebut
bisa saja tidak dikomparasikan, tetapi dideskripsikan secaraberdampingan sebagai dua
gambaran berbeda yang rnerepresentasikan penilaian gabungan terhadap suatu masalah. Hal
ini akan terjadi jika peneliti mengguna-kan strategi ini untuk mengevaluasi dua rumusan
masalah yang berbeda (antara kualitatif dan kuantitatif) atau meneliti level-level yang
berbeda dalam suatu organisasi. Mirip dengan strategi konkuren sebelumnya,. strategi ini
juga menerapkan perspektif teoretis tertentu untuk menjelaskan metode primer.

269
Strategi embedded konkuren dapat digunakan untuk beragam tujuan. Strategi ini kerap
kali digunakan agar peneliti dapat memper-oleh perspektif-perspektif yang lebih luas karena
mereka tidak hanya menggunakan metode yang dominan saja, melainkan juga meng-
gunakan dua metode yang berbeda. Morse (1991) misalnya, menyata-kanbahwa strategi
kualitatif pada umumnya dapat ditancapkan (embedded) ke dalam data kuantitatif untuk
memperkaya deskripsi ten tang para partisipan yang menjadi sampel penelitian. Lebih lanjut,
Morse mendeskripsikan bagaimana data kualitatif juga dapat digunakan untuk
mendeskripsikan aspek penelitian kuantitatif yang tidak dapat dihitung (unquantifiable).
Selain itu, strategi embeddedkonkuxen iniberguna ketika peneliti lebih memilih
menggunakan metode-metode yang berbeda uhtuk meneliti kelompok-kelompok atau level-
level yang berbeda pula. Misalnya, jika yang diteliti adalah suatu organisasi, peneliti dapat
meneliti para pegawainya secara kuantitatif, mewawancarai manajer-nya secara kualitatif,
menganalisis seluruh divisi di dalamnya ber-dasarkan data kuantitatif, dan seterusnya.
Tashakkori dan Teddlie (1998) menyebut strategi ini sebagai rancangan multilevel
(multilevel design). Pada akhirnya, dalam strategi ini, satu metode dapat diguna-kan dalam
kerangka metode yang lain. Misalnya, jika peneliti me-rancang dan melakukan penelitian
eksperimen untuk menguji hasil-hasil treatment, dia bisa menggunakan metodologi studi
kasus untuk meneliti bagaimana partisipan dalam penelitian tersebut menjalani prosedur-
prosedur treatment,
Strategi embedded konkuren ini, untuk sejumlah alasan tertentu, memang atraktif.
Peneliti mampu mengumpulkan dua jenis data secara serempak dalam satu tahap
pengumpulan data saja. Strategi ini menampiikan suatu penelitian yang sama-sama
memanfaatkan kelebihan-kelebihan dari data kualitatif dan kuantitatif. Apalagi, dengan
digunakannya dua metode yang berbeda sekaligus, peneliti dapat memperoleh perspektif-
perspektif yang lebili luas dari jenis-jenis data yang berbeda dalam satu penelitian.
Meski demikian, ada pula kelemahan-kelemahan yang perlu dipertimbangkan ketika
memilih strategi ini. Peneliti terlebih dahulu harus mentransf ormasikan data dari dua
metode ini ke dalam bebe-rapa kategori agar data tersebut dapat digabungkan dalam tahap
analisis. Selain itu, jika dua database ini dikomparasikan, bisa saja muncul ketidaksesuaian-
ketidaksesuaian yang tentu saja perlu di-tuntaskan sesegera mungkin. Karena prioritas pada
dua metode ini tidak seimbang, strategi triangulasi konkuren tidak jarang meng-hasilkan
bukti-bukti yang juga tidak setara dalam penelitian, yang mungkin akan merugikan peneliti
ketika menginterpretasi hasil akhir.

270
Strategi Transformatif Konkuren

Seperti halnya strategi transformatif sekuensial, strategi transformatif konkuren ini


diterapkan dengan mengumpulkan data kuanti-tatif dan kualitatlf secara serempak serta
didasarkan pada perspektif teoretis tertentu (lihat Gambar 10.3c). Perspektif ini bisa
berorien-tasi pada ideologi-ideologi seperti teori kritis, advokasi, penelitian partisipatoris,
atau pada kerangka konseptual tertentu. Perspektif ini biasanya direfleksikan dalam tujuan
penelitian atau rumusan masalah. Bahkan, perspektif inilah yang akan menjadi kekuatah
utama dalam mendefinisikan masalah, mengidentifikasi rancangan dan sumber-sumber data,
menganalisis, menginterpretasi, dan me-laporkan hasil penelitian.
Tldak hanya itu, strategi transformatif ini juga bisa diterapkan dalam konteks strategi-
strategi konkuren lain, seperti triangulasi dan embedded, untuk menfasilitasi perspektif
teoretis yang dibawanya. Misalnya, seorang peneliti bisa saja menancapkan {embedding)
satu metode ke dalam. metode yang lain agar suara paridsipan dapat ter-sampaikan demi
perubahan proses suatu organisasi. la juga bisa men-trianguiasi {triangulating) data
kuantitatif dan kualitatif untuk me-ngonvergensi informasi-informasi demi membuktikan
adanya ke-tidaksetaraan dalam kebijakan-kebijakan organisasi tersebut.
Untuk itulah, strategi transformatif konkuren bisa saja diterapkan dalam kerangka
strategi konkuren yang lain, baik itu triangulasi maupun embedded (dua jenis data
dikumpulkan sekaligus dalam satu tahap penelitian, atau ditancapkanberdasarkanprioritas
yang diberi-kan pada keduanya). Proses pencampuran {mixing) dalam strategi ini terjadi
ketika peneliti meleburkan {merging), menghubungkan {connecting), atau menancapkan
{embedding) dua data yangberbeda. Karena strategi transformatif konkuren ini
salingberbagi fitur dengan strategi.embedded dan triangulasi maka ketiga strategi ini pun
juga saling berbagi kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Akan tetapi, strategi
transformatif ini memiliki iiilai plus karena —tidak seperti dua strategi konkuren
sebelumnya— telah menempatkan penelitian metode campuran dalam kerangka
transformatif, yang rnembuatnya tampak menarikbagi para peneliti yang memang ingin
menggunakan perspektif transformative untuk memandu penelitiannya.
Memilih strategi metode campuran.
Para peneliti metode campuran perlu memilh strategi spesifik dalam pengumpulan data.
Lebih jauh, mereka juga perlu menampilkan gambar visual yang dapat mempresentasikan
prosedur-prosedur pengumpulan data yang akan mereka terapkan. Gambar 10.2 dan 10.3

271
menampilkan strategi-strategi metode campuran yang bisa dipertimbangkan, dan berikut ini
beberapa tips penelitian tentang cara-cara bagaimana memilih strategi metode campuran:
 Gunakanlah informasi dalam gambar 10.1 untuk mengevaluasi prosedur-prosedur
yang ingin anda terapkan, lalu identifikasilah salah satu dari enam strategi yang telah
dibahas dalambab ini sebagai strategi utama yang akan anda gunakan untuk penelitian
anda. Dalam proposal, sajikan satu definisi untuk strategi tersebut beserta model
visual dan rasionalisasinya: mengapa strategi tersebut anda anggap paling layak untuk
digunakan.
 Pertimbangkan batas waktu yang anda miliki dalam mengumpulkan data. Strategi-
strategi konkuren tidak terlalu time consuming karena data kualitatif dan kuantitatif
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu di lokasi penelitian.
 Ingatlah bahwa pengumpulan data analisis kuantitatif dan kualitatif merupakan proses
rigrous yang benar-benar memakan waktu. Ketika waktu menjadi masalah, saya
selalu memberikan pertimbangan kepada para mahasiswa untuk menggunakan strategi
embedded kongkuren. Strategi ini merupakan satu teknik primer (seperti, survey) dan
teknik seunder (seperti, sedikit mewawancarai beberapa partisipan yang sudah
mengisi instrument survey) dalam pengumpulan data. Apalagi, strategi embedded
konkuren memberikan bobot tidak setara pada dua bentuk data yang memiliki besara
dan kerumitan yang berbeda sehingga memungkinkan penelitu untuk membatasi
ruang lingkup penelitiannya dan mengatur waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
 Cobalah untuk menggunakan strategi sekuensial eksplanatoris. Strategi ini merupakan
strategi favorit para mahasiswa saya, khususnya mereka yang kurang berpengalaman
dengan penelitian kulitatif namun memiliki potensi besar dalam penelitian kualitatif.
Dalam strategi ini, pengumpulan data kuantitatif pada tahap pertama dilanjutkan
dengan pengumpulan data kualitatif pada tahap kedua sebagai tindak lanjut atas hasil-
hasil kuantitatif sebelumnya.
 Bacalah artikel-artikel jurnal yang menggunakan strategi-strategi yang berbeda dan
tentukan artikel mana yang paling berkesan bagi anda. Creswell dan Plano Clark
(2007) menyertakan empat artikel jurnal utuh sehingga pembaca dapat mengamati
detail-detail penelitian di dalamnya yang menerapkan strategi-strategi yang berbeda.
 Carilah artikel-artikel jurnal metode campuran yang menerapkan strategi yang anda
pilih, lalu tunjukkan artikel tersebut pada pembimbig anda atau pihak fakultas agar
mereka memiliki satu model nyata tentang strategi penelitian yang ingin anda

272
gunakan. Karena kita masih berada dalam tahap mengadopsi penelitian dengan
metode campuran, penelitian-penelitian terpublikasi (seperti, artikel jurnal) dalam
bidang konsentrasi anda akan menbantu strategi metode campuran yang anda pilih
yang telah disetujui oleh pihak fakultas. Hal ini akan membuat mereka dan pembaca
lain merasa yakin bahwa strategi tesebut benar-benar dapat diterapakan untuk meneliti
masalah penelitian yang anda angkat.

Proseder-prosedur pengumpulan data


Meskipun model visual dan pembahasan mengenai strategi penelitian sudah memberikan
deskripsi yang cukup jelas mengenai prosedur-prosedur pengumpulan data yang
digunakan, peneliti tetap harus menjelaskan – dalam proposalnya- jenis-jesi data yang
akan dikumpulkan. Penting pula bagi peneliti untuk mengidentifikasi strategi-strategi
sampling dan pendekatan-pendekatan dalam memvalidasi data.
 Identifikasi dan tentukanlah jenis data –baik kulitatif maupun kuantitatif- yang
akan dikumpulkan selama penelitian. Amati kembali table 1.3 yang menunjukkan
dua jenis data tersebut (kuantitatif dan kualitatif). Data dibedakan dalam konteks
respons terbuka versus respon tertutup. Bebrapa jenis data, seperti wawancara dan
observasi, bisa menjadi data kuantitatif atau kualitatif, tergantung pada seberapa
terbuka (kualitatif) opsi-opsi respons yang muncul dalam hasil wawancara atau
ceklis obserpasi tersebut. Mesipun mengubah informasi menjadi angka-angka
merupakan pendektan yang sering diterapkan dalam penelitian kuantitatif, hal ini
bukan tidak mungkin juga diterapakan dalam penelitian kulitatif (mengubah
angka-angka menjadi deskripsi-deskripsi yang detail).
 Ketahuilah bahwa data kuantitatif sering kali dipilih dengan random sampling
agar masing-masing individu memiliki yang sama untuk diseleksi sebagai sampel,
dan sampel ini dapat digeneraisasi pada populasi yang lebih luas. Meski demkian,
sampling juga ditetapan dalam pengumpulan data penelitian kulitatif untuk
memilih individu-individu yang benar-benar telah mengalami/ merasakan
fenomena utama. Prosedur-prosedur sampling ini perlu dijelaskan dalam proposal,
khususnya di bagian pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Selain itu,
teddlie dan yu (2007) telah mengembangkan tipologi lima sampling metode
campran. Tipologi ini dibuat dengan cara menghubungkan prosedur-prosedur
sampling dengan srategi-strategi metode campuran yang sudah saya bahas
sebelumnya:

273
1. Strategi-strategi dasar; di dalamnya sampling kuantitatif dan sampling
kualitatif dikombinasikan (seperti, stratified purposeful sampling dan
purposive random sampling).
2. Sampling sekuensial; didalamnya sampling tahap pertama melengkapi
sampling tahap kedua.
3. Sampling konkuren; di dalamnya probabiltas kuantitatif dan sampling
kulitatif dikombinasikan menjadi prosedur-prosedur sampling indevenden
atau ditetapkan secara bersamaan ( seperti, instrument survey dengan
respons tertutup dan respons terbuka).
4. Sampling multilevel; di dalamnya sampling ditetapkan pada dua atau lebih
unit analisis.
5. Sampling yang menerapkan bentuk kombinasi apa pun dengan strategi-
strategi metode campuran sebelumnya.
 Sertakan prosedur-prosedur rinci dalam model visual anda. Misalnya, dalam
strategi eksplanatoris sekuensial, prosedur-prosedur umum harus terletak di
bagian atas halaman, sedangkan prosedur-prosedur yang lebih spesifik ditulis
di bawahnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar 10.2a. lalu,
bahaslah kemabali secara rinci model visual anda. Misalnya, pembahasan ini
dapat meliputi pendeskripsian lebih jauh tentang pengumpulan data survey
yang diikuti oleh analisis data yang deskriptif dan inferensial pada tahap
pertama, kemudian obsevasi kualitatif, coding, dan analisis tematik dalam
penelitian etnografi pada tahap kedua.

ANALISIS DATA DAN PROSEDUR-PROSEDUR VALIDASI


Selain prosedur-prosedur pengumpulan data, penelitian juga perlu menjelaskan
prosedur-prosedur analisis data dalam proposalnya. Analisis data dalam penelitian metode
campuran sangat berkaitan dengan jeis strategi yang dipilih.analisis bisa dilakukan
berdasarkan pendekatan kuantiataif (analisis angka-angka secara deskriptif dan inferesial)
dan kualitatif (deskripsi dan analisis teks atau gambar secara tematik), atau antar dua
pendekatan ini. Misalnya, ada beberapa analisis data metode campuran yang menerapkan
pendekatan-pendekatan berikut ini (lihat caracelli & greene, 1993; creswell & plano clark,
2007; tashakkori & teddlie, 1998):

274
 Transformasi data. Dalam strategi-strategi konkuren, peneliti bisa saja menghitung berapa
kali kode-kode dan tema-tema tersebut muncul dalam data teks (atau dengan menhitung
garis-garis dan kalimat-kalimat yang membicarakan kode dan tema itu). Penghitungan
data kualitatif inilah yang memungkinkan peneliti untuk membandingkan hasil-hasil
kuantitatif dengan data kualitatif. Sebaliknya, peneliti juga dapat mengualifikasi (qualify)
data kuantitatif. Misalnya, dalam analisis faktor berdasarkan skala dengan menggunakan
instrumen tertentu, peneliti dapat membuat faktor-faktor atau tema-tema kuantitatif yang
kemudian diperbandingkan dengan tema-tema dan database kualitatif.

 Mengeksplorasi outlier-outlier. Dalam strategi-strategi sekuensial, analisis data kuantitatif


pada tahap pertama dapat menghasilkan kasus-kasus ekstrem dan outlier. Setelah analisis
ini, peneliti dapat menindaklanjuti dengan wawancara kualitatif tentang kasus-kasus
outlier tersebut untuk memperoleh pengetahuan tentang mengapa kasus-kasus ini
berbeda/menyimpang dari sampel kuantitatif.
 Membuat instrumen. Dengan menerapkan salah satu strategi sekuensial sebelumnya,
kumpulkan tema-tema atau statemen-statemen tertentu dan partisipan pada tahap pertama
kualitatif. Pada tahap selanjutnya, gunakanlah statemen-statemen ini Sebagai item-item
spesifik dan tema-temanya sebagai skala-skala untuk membuat instrumen survei
kuantitatif. Pada tahap ketiga, cobalah ménvalidasi instrumen tersebut dengan sampel
yang representatif dan populasi.
 Menguji level-level ganda. Dengan menerapkan strategi embedded konkuren, lakukan
survei (misalnya, pada kelompok-kelompok) untuk mengumpulkan hasil-hasil kuantitatif
tentang sampel. Pada waktu yang bersamaan, lakukan wawancara kualitatif (seperti, pada
inclividu-individu) untuk mengeksplorasi suatu fenomena berdasarkan pandangan
individu-individu dalam kelompok-kelompok tersebut.
 Membuat matriks/tabel. Dengan menerapkan salah satu strategi konkuren yang sudah
dijelaskan sebelumnya, kombinasikanlah informasi-informasi yang diperoleh dan
pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif ke dalam sebuah matriks/tabel. Poros
horizontal dalam matriks/tabel ini dapat berupa variabel kategorial kuantitatif (seperti,
jenis-jenis provider perawat, dokter, dan asisten medis), sedangkan poros vertikalnya
dapat berupa data kualitatif (seperti, lima tema tentang relasi caring antara provider dan
pasien-pasiennya). Informasi dalam setiap cell (kotak-kotak dalam matriks/tabel) dapat
berupa kuota-kuota dan data kualitatif, hitungan jumlah kode dan kualitatif, atau
kombinasi-kombinasi lain. Dengan cara seperti ini, matriks/tabel tersebut akan

275
menampilkan analisis data kualitatif dan kuantitatif terkombinasi. Untuk membuat
matriks/tabel ini, gunakanlah program-program software kualitatif (lihat Bab 9).
Aspek lain dari analisis data yang harus dideskripsikan dalam proposal metode
campuran adalah serangkaian langkah yang diambil untuk memeriksa validitas data
kuantitatif dan akurasi hasil kualitatif. Sejumlah penulis metode campuran menganjurkan
pada kita untuk menerapkan prosedur-prosedur validitas, baik untuk tahap penelitian
kuantitatif maupun tahap penelitian kualitatif (Tashakkori & Teddlie, 1998). Untuk tahap
kuantitatif, penulis proposal harus membahas validitas dan reliabilitas skor-skor dan peng-
gunaan instrumen sebelumnya. Selain itu, ancaman-ancaman potensial terhadap validitas
internal dalam rancangan survei dan eksperimen juga perlu dicatat (lihat Bab 8). Untuk tahap
kualitatif, strategi-strategi yang akan digunakan untuk memeriksa akurasi hasil penelitian
juga harus disebutkan (lihat Bab 9). Strategi-strategi ini bisa meliputi triangulasi sumber data,
member checking, deskripsi detail, atau pendekatan-pendekatan lain.
Penulis proposal juga harus menjelaskan mengapa dan bagaimana validitas untuk
penelitian metode campurannya berbeda dengan validitas untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Beberapa penulis menyebut validitas untuk penelitian metode campuran ini dengan
istilah legitimasi (Onwuegbuzie & Johnson, 2006: 55). Legitimasi dalam penelitian metode
campuran berhubungan erat dengan semua tahap dalam proses penelitian, mulai dari isu-isu
filosofis (seperti, apakah prinsip-prinsip filosofis penelitian kuantitatif dan kualitatif sudah
dicampur ke dalam satu konsep filosofis yang bisa diterapkan secara menyeluruh?) hingga
inferensi-inferensi yang diambil (misalnya, inferensi-inferensi ini haruslah benar-benar ber-
kualitas) dan manfaat penelitian bagi pembaca (lihat Onwuegbuzie & Johnson, 2006).
Bagi siapa pun yang merancang proposal dengan metode campuran,
pertimbangkanlah jenis validitas yang berhubungan dengan komponen kuantitatif (lihat Bab
8), jenis validitas yang berhubungan dengan komponen kualitatif (lihat Bab 9), dan isu-msu
validitas lain yang mungkin berhubungan dengan pendekatan metode campuran. Isu-isu
validitas dalam penelitian metode campuran juga bisa berhubungan dengan jenis-jenis
strategi yang pernah dibahas dalam bab ini. Bahkan, isu-isu tersebut juga bisa berhubungan
dengan pemilihan sampel, besaran sampel, tindak lanjut terhadap hasil-hasil yang
bertentangan, bisa dalam pengumpulan data, prosedur-prosedur yang tidak layak, atau
rumusan masalah-rumusan masalah yang saling berseberangan (lihat Creswell & Piano Clark,
2007, untuk pembahasan lebih detail mengenai hal ini).

SUSUNAN LAPORAN PENELITIAN


276
Susunan untuk laporan penelitian, sebagaimana untuk analisis data, harus disesuaikan
dengan jenis strategi yang dipilih. Karena penelitian metode campuran mungkin terkesan
asing bagi pembaca maka penulis proposal perlu memberikan beberapa petunjuk tentang
bagaimana menyusun laporan akhir.
 Dalam penelitian sekuensial, peneliti metode campuran biasanya menyusun laporannya
mengenai prosedur-prosedur ke dalam bagian pengumpulan data kuantitatif dan analisis
data kuantitatif yang dilanjutkan dengan bagian data kualitatif, pengumpulan data
kualitatif, dan analisis data kualitatif. Setelah itu, dalam bagian kesimpulan dan
interpretasi, peneliti memberikan komentar tentang bagaimana hasil-hasil kualitatif
membantu mengelaborasi atau memperluas hasil-hasil kuantitatif. Sebagai alternatifnya,
laporan mengenai pengumpulan dan analisis data kualitatif dapat disajikan terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh laporan tentang pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Dalam kedua susunan ini, penulis proposal biasanya menyajikan proyeknya menjadi dua
tahap yang berbeda, dengan judul yang juga terpisah untuk keduanya.
 Dalam penelitian konkuren, laporan tentang pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif
dapat disajikan di bagian terpisah, tetapi analisis dan interpretasinya harus
dikombinasikan untuk mencari konvergensi dan kesamaan-kesamaan antara hasil-hasil
yang diperoleh. Biasanya, susunan seperti ini tidak memperjelas perbedaan antara tahap
kuantitatif dan tahap kualitatif.
 Dalam penelitian transformatif, susunannya biasanya meliputi pembahasan mengenai isu
advokasi di awal proposal, sedangkan untuk penyusunan proposal, penelitian
transformatif bisa menggunakan susunan sekuensial ataupun konkuren seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Di akhir proposal harus ada bagian tersendiri yang membahas
mengenai agenda perubahan atau reformasi yang akan dilakukan setelah penelitian
berlangsung.

CONTOH-CONTOH PROSEDUR METODE CAMPURAN


Beberapa ilustrasi berikut ini menggambarkan penelitian-penelitian metode campuran
yang menggunakan strategi-strategi dan prosedur-prosedur, baik yang sekuensial maupun
yang konkuren.
Tujuan penelitian di atas mengilustrasikan kombinasi antara tujuan dan rasionalisasi
dilakukannya mixing (pencampuran), yakni “untuk memperoleh pemahaman yang lebih
baik,” serta kombinasi antara dua jenis data yang dikumpulkan selama penelitian. Di bagian

277
Pendahuluan penelitiannya, Kushman perlu menganalisis secara statistik komitmen
organisasi dan komitmen terhadap pembelajaran siswa, yang berarti menjadikan pendekatan
kuantitatif sebagai prioritas utama. Prioritas ini lebih jauh diilustrasikan dalam bagian
Definisi istilah yang menjabarkan apa yang disebut dengan komitmen organisasi dan
komitmen terhadap pembelajaran siswa. Untuk mendukung definisi ini, Kushman merujuk
pada beberapa literatur yang pernah membahas dua konsep tersebut. Setelah itu, Kushman
me-

Contoh 10.1 Strategi Sekuensial


Kushman (1992) meneliti dua Jenis komitmen para guru -baik komitmennya secara organisasional
maupun komitmennya terhadap pembelajaran siswa-di 63 SD dan SMP kota Penelitian Kushman
ini menerapkan strategi metode campuran sekuensial eksplanatoris dua-tahap, sebagaimana
dijelaskan dalam tujuan penelitiannya
Premis utama dalam penelitian ini adalah bahwa komitmen organisasi dan komitmen
terhadap pembelajaran slswa merupakan dua sikap yang berbeda, namun sama-sama
penting untuk efektivitas sekolah Premis ini memang sudah banyak dibahas dalam
literatur, namun membutuhkan validasi empiris lebih lanjut..... Tahap 1 adalah penelitian
kuantitatif yang melihat hubungan statistik antara komitmen guru dan antesenden-
anteseden organisasional di SD dan SMP Setelah analisis mikrolevel ini, diterapkanlah
Tahap 2, yaitu metode kualitatif/studi kasus pada sekolah-sekolah tertentu-untuk
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang persoalan komitmen guru
(Kushman, 1992 13)

nyajikan kerangka konseptual, lengkap dengan model visualnya, serta rumusan masalah yang
diajukan untuk mengeksplorasi hubungan antar kedua komitmen tersebut. Kerangka
koniseptual inilah yang memberikan petunjuk-petunjuk teoretis tentang semua proses/tahap
penelitian kuantitatif (Morse, 1991).
Dalam penelitian dua-tahap ini, Kushman menerapkan tahap kuantitatif dengan
KUAN  kual. Artinya, Kushman menyajikan hasil-hasilnya dalam dua tahap, yakni tahap
pertama-hasil kuantitatif- yang menampilkan dan membahas korelasi, regresi, dan ANOVA.
Kemudian, hasil studi kasus kualitatif disajikan pada tahap kedua dalam bentuk tema-tema
dan subtema-subtema, lengkap dengan kutipan-kutipannya. Pencampuran (mixing) hasil
kuantitatif dan hasil kualitatif dalam penelitian Kushman muncul di pembahasan akhir di
mana di dalamnya Kushman menyoroti hasil-hasil kuantitatif dan kompleksitas-kompleksitas
yang muncul dan hasil-hasil kualitatif. Meski demikian, Kushman tidak menggunakan satu
teori yang spesifik dalam penelitiannya kali ini.

278
Contoh 10.2 Strategi Konkuren
Pada 1993, Hossler dan Vesper meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan
penghematan orang tua untuk anak-anaknya yang tengah studi di perguruan tinggi. Dengan data
longitudinal yang dikumpulkan dari para mahasiswa dan orang tua mereka selama jangka waktu
3 tahun, penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang paling berhubungan dengan tabungan
orang tua untuk pendidikan S2 anak-anak mereka. Hasilnya, ditemukan bahwa faktor-faktor
yang penting dalam relasi ini adalah dukungan orang tua, ekspektasi pendidikan, dan informasi
akan biaya perguruan tinggi. Dalam hal ini, Hossler dan Vesper mengumpulkan Informasi dari
hasil survei terhadap 128 mahasiswa dan orang tua dan hasil wawancara dengan 56 mahasiswa
dan orang tua Berikut ini tujuan penelitian Hossler dan Vesper yang cenderung menerapkan
strategi trangulasi data
Karya tulis ini berusaha meneliti perilaku-perilaku penghematan (saving) orang tua.
Dengan menggunakan data mahasiswa dan orang tua yang diperoleh dari penelitian
longitudinal dengan metode survei selama 3 tahun, kami memilih regress logistik untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan penghematan orang tua bagi
pendidikan S2 anak-anak mereka. Tidak hanya itu, kami juga berusaha menggali
pengetahuan lain dari hasil wawancara kami dengan beberapa mahasiswa dan orang tua
mereka selama lima kali dalam jangka waktu tiga tahun. Pengetahuan ini diharapkan
dapat membantu mengeksplorasi lebih jauh isu tentang penghematan orang tua.
(Hossler & Vesper, 1993: 141)

Data aktual dikumpulkan dari hasil survei terhadap 182 mahasiswa dan orang tua dari
hasil wawancara dengan 56 mahasiswa dan orang tua. Dan tujuan penelitiannya, kita bisa
melihat bahwa Hossler dan Vesper mengumpulkan dua data ini secara konkuren (dalam satu
waktu). Mereka juga menyajikan pembahasan tentang analisis kuantitatif terhadap data
survei, termasuk pembahasan mengenai pengukuran variabel-variabel dan detail-detail dalam
analisis data regresi logistik. Mereka juga menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam analisis
kuantitatif dan hasil-hasil analisis t-test dan regresi.
Meski demikian, dalam satu halaman khusus, mereka juga menyajikan analisis data
kualitatif dan menjelaskan secara singkat tema-tema yang muncul dalam pembahasannya.
Bobot atau prioritas untuk penelitian metode campurannya Hossler dan Vesper kali ini
cenderung pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, dan notasi untuk penelitian ini
berupa KUAN + kual. Pencampuran (mixing) kedua sumber data ini dilakukan dalam bagian
khusus berjudul ‘Tembahasan Hasil Survei dan Wawancara” (hlm. 155), lebih tepatnya
dalam tahap interpretasi. Dalam bagian ini, mereka mengomparasikan pentingnya faktor-
faktor yang menjelaskan penghematan orang tua untuk hasil-hasil kuantitatif, di satu sisi,
dengan hasil-hasil wawancara kualitatif di sisi ang lain.

279
Mirip dengan Contoh 10.1, tidak ada perspektif teoretis yang digunakan dalam
penelitian ini meskipun di bagian awal mereka menyajikan literatur-literatur yang membahas
tentang ekonometrik dan pilihan perguruan tinggi, dan di bagian akhir mereka menyajikan
“Model Tambahan tentang Penghematan Orang Tua.” Artinya, kami melihat teori yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif (sebagaimana penelitian kualitatif),
didasarkan literatur-literatur yang ada (sebagaimana penelitian kuantitatif), dan pada akhirnya
dibangun dan direkonstruksi secara terus-menerus selama proses penelitian.
Peneliti (dalam hal ini, Bbopal) menulis penelitiannya dengan tujuan untuk
menyuarakan pandangan kaum wanita dan memberikan kritik tajam terhadap ketidakadilan
gender. Dalam penelitian di

280
Contoh 10.3 Strategi Transformatif
Bhopal (2000) menggunakan perspektif feminis dalam penelitian metode campuran
triangulasi transformatifnya. Ia tertarik menguji apakah teori-teori patriarki bisa diterapkan
untuk meneliti para wanita Asia Selatan (dari India, Pakistan, dan Bangladesh) yang hidup di
London Timur. Sejak kaum wanita ini menikah dan diberi mas kawin, Bhopal melihat mereka
sering kali mengalami bentuk-bentuk patriarki yang-anehnya-justru tidak dialami oleh kaum
wanita Kulit Putih di Britania. Tujuan penelitian ini secara keseluruhan adalah “untuk
memperoleh pengetahuan detail tentang kehidupan kaum wanita, perasaan mereka terhadap
perannya sebagai istri dan apakah mereka benar-benar melaksanakan peran tersebut di rumah,
sikap mereka terhadap pernikahan, mahar atau mas kawin, pekerjaan domestik, dan keuangan
rumah tangga” (hlm. 70). Dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, Bhopal
meneliti 60 wanita, (untuk) menginvestigasi tingkat perbedaan yang signifikan antara kaum
wanita ini yang pernah mengalami patriarki..., dan menyajikan informasi akurat yang
berhubungan dengan jumlah kaum wanita yang mengalami bentuk-bentuk patriarki yang
berbeda, serta menguji kekuatan dampak-dampak patriarki yang berbeda.
(Bhopal, 2000: 68)
Dari penelitian ini, Bhopal menemukan bahwa pendidikanlah yang berpengaruh secara signifikan
terhadap kehidupan kaum wanita. Di samping itu, dia juga mendeskripsikan bagaimana
metodologi feminis membantu proses penelitiannya. Dia juga membahas bagaimana kaum
wanita hidup dalam istilah-istilah mereka sendiri, dengan menggunakan bahasa dan kategori-
kategori yang di dalamnya kaum wanita mengekspresikan dirinya sendiri. Menariknya, penelitian
Bhopal ini tidak saja tentang wanita, tetapi juga untuk wanita. Bhopal terlibat langsung dalam
proses penelitian yang di dalamnya dia menjelaskan prosedur-prosedur rasionalisasi mengapa ia
tertarik meneliti kehidupan kaum wanita dengan perspektif feminis ini. Tidak hanya itu,
penelitian Bhopal tersebut juga merupakan refleksi yang menampilkan bias-bias pribadinya
sebagai seorang wanita. Dalam hal ini, penelitian metode campuran membantu Bhopal untuk
mengekspos kehidupan kaum wanita Apajagi, strategi transformatif yang dipilihnya
memungkinkan para wanita untuk mengambil manfaat dan proyek penelitian ini (hlm 76)

atas, data kuantitatif menampilkan pola-pola partisipasi umum, sementara data kualitatif
menunjukkan narasi personal kaum wanita. Timing dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data terlebih dahulu, kemudian mewawancarai beberapa wanita untuk
menindaklanjuti dan memahami partisipasi mereka secara mendalam (strategi sekuensial
eksplanatoris). Komponen kualitatif dan komponen kuantitatif sama-sama diberi bobot yang
seimbang, dengan asumsi bahwa keduanya dapat memberikan kontribusi pada pemahaman
yang lebih detail terhadap masalah penelitian. Pencampuran (mixing) antara dua komponen
ini dilakukan dengan cara menghubungkan hasil-hasil dan survei kuantitatif dan
mengeksplorasi lebih jauh hasil-hasil ini dalam tahap kualitatif. Karena teori feminis dibahas.

281
Sepanjang penelitian ini dengan fokus pada kesetaraan dan penyuaraan hak-hak kaum wanita
maka bisa dipastikan bahwa penelitian ini secara eksplisit telah menggunakan perspektif
feminis sebagai landasan berpikinya.
RINGKASAN
Untuk merancang prosedur-prosedur penelitian metode campuran, mulailah dengan
menjelaskan sifat penelitian metode campuran. Penjelasan ini bisa meliputi sejarah
berkembangnya penelitian tersebut, definisinya, dan aplikasinya dalam berbagai bidang
penelitian. Setelah itu, terapkan empat kriteria (seperti yang sudah dijelaskan) untuk memilih
strategi metode campuran yang dianggap paling layak. Tunjukkan pula strategi timing dalam
melakukan pengumpulan data (apakah konkuren, dalam satu waktu, atau sekuensial, tahap
demi tahap). Selain itu, nyatakan pula bobot/ prioritas untuk dua pendekatan penelitian
(kuantitatif dan/atau kualitatif), apakah bobotnya setara atau lebih memprioritaskan salah satu
di antara keduanya. Jelaskan pula bagaimana kedua data ini dicampur (mixed), apakah
dengan cara meleburkan (merging) data, menghubungkan (connecting) data dan satu tahap ke
tahap lain, atau menancapkan (embedding) sumber data sekunder ke dalam sumber data
primer. Akhinya, tunjukkan dan jelaskan pula apakah ada perspektif teoretis tertentu yang
akan digunakan untuk memandu penelitian, seperti teori dan ilmu-ilmu sosial atau perspektif
advokasi (misalnya, feminisme, ras, dan sebagainya).
Ada enam strategi pengumpulan data dalam penelitian metode campuran. Peneliti
patut memilih salah satu dari keenam strategi tersebut: apakah secara sekuensial
(eksplanatoris dan eksploratoris), secara konkuren (triangulasi dan embedded), atau dengan
perspektif transformatif (sekuensial atau konkuren). Setiap strategi memiliki kekuatan dan
kelemahannya tersendiri, meskipun diakui bahwa strategi sekuensial memang paling mudah
diterapkan. Strategi yang dipilih juga harus disajikan dalam gambar (model visual). Peneliti
lalu menghubungkan dan menjelaskan gambar ini dengan prosedur-prosedur yang lebih
spesifik untuk membantu pembaca memahami semua proses penelitian. Prosedur-prosedur ini
bisa meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data (kuantitatif dan kualitatif) dan prosedur-
prosedur analisis data (kuantitatif dan kualitatif).
Analisis data metode campuran bisa dilakukan dengan mentransformasi data,
mengeksplorasi outlier-outlier, menguji level-level ganda, atau membuat matriks/tabel yang
mengombinasikan hasil kuantitatif dan penemuan kualitatif. Prosedur-prosedur validitas juga
harus dideskripsikan secara eksplisit. Meski penelitian metode campuran ini kurang familiar
bagi sebagian pembaca, peneliti sebaiknya tetap menyusun laporan tertulis untuk proposal
penelitiannya. Susunan laporan ini harus disesuaikan dengan jenis strategi yang dipilih-

282
sekuensial, konkuren, atau transformatif- karena masing-masing dari ketiganya memiliki
susunan penyajian tersendiri.

283
LATIHAN MENULIS

1. Rancanglah sebuah penelitian yang mengombinasikan model kualitatif dan kuantitatif


dengan fokus pada strategi sekuensial dua-tahap. Jelaskan alasan/rasionalisasi mengapa
tahap-tahap tersebut diterapkan secara Sekuensial.
2. Rancanglah penelitian yang mengombinasikan model kualitatif dan kuantitatif dengan
memprioritaskan pengumpuian data kualitatif ketimbang pengumpulan data kuantitatif.
Jelaskan juga pendekatan yang diambil (sekuensial, konkuren, dan transformatif) dalam
menyajikan atau menulis pendahuluan, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan strategi
pengumpulan data.
3. Buatlah gambar visual dan prosedur-prosedur spesifik yang mengilustrasikan penggunaan
suatu perspektif teoritis tertentu, seperti perspektif ferminis, dalam penelitian metode
campuran transformatif. Jangan lupa untuk menggunakan notasi yang tepat dalam gambar
ini.

BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L.(2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Piano Clark, V.L. & Creswell, J.W. (2008). The Mixed Methods Reader. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Creswell dan Piano Clark menulis dua buku yang menjelaskan penelitian metode
campuran, lengkap dengan contoh-contohnya dan artikel-artikel metodologis tentang
penelitian ini. Pada buku pertama, mereka fokus pada empat jenis strategi metode campuran
(sekuensial eksplanatoris, sekuensial eksploratoris, triangulasi, dan rancangan embedded) dan
menyajikan contoh-contoh penelitian yang “mencerminkan” masing-masing strategi ini.
Strategi-strategi ini kemudian dijabarkan lebih jauh dalam buku kedua, yang di dalamnya
mereka menyertakan contoh-contoh penelitian lain yang “benar-benar menerapkan” strategi-
strategi tersebut. Dalam buku kedua ini pula, mereka membahas seputar ide-ide dasar tentang
empat strategi metode campuran tersebut.
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). “Toward a Conceptual Framework for
Mixed-Method Evaluation Designs.” dalam Educational. Evaluation and Policy
Analysis. 11 (3). (hlm. 255-274).
Jennifer Greene dan rekan-rekannya mengevaluasi 57 penelitian metode campuran
yang dipublikasikan mulai tahun 1980 hingga 1988. Dari evaluasi ini, mereka menampilkan

284
lima tujuan dari tujuh karakteristik metode campuran. Mereka menyatakan bahwa penelitian
metode campuran sering kali diterapkan untuk mencari konvergensi (triangulation), meneliti
aspek-aspek yang berbeda dari sebuah fenomena (complementary), menganalisis data secara
sekuensial (development), mendeteksi paradoks dan perspektif-perspektif baru (initiation),
dan memperluas ruang lingkup penelitian (expansion). Mereka juga menemukan bahwa
penelitian-penelitian metode campuran ini pada umumnya berbeda-beda dalam hal asumsi-
asumsi, kekuatan-kekuatan, dan kelemahan-kelemahan metodologisnya. Begitu pula,
perbedaan-perbedaan ini bisa terlihat dari apakah penelitian-penelitian ini menjabarkan
fenomena yang berbeda atau fenomena yang sama; apakah diimplementasikan dalam para-
digma yang sama atau berbeda; apakah diberikan bobot/prioritas yang sama atau berbeda;
atau apakah diimplementasikan secara independen, konkuren, atau sekuensial. Dengan
tujuan-tujuan dan karakteristik-karakteristik tersebut, mereka kemudian merekomendasikan
sejumlah strategi metode penelitian yang “layak” digunakan.
Morse, J.M. (1991). “Approaches to Qualitative-Quantitative Methodological Triangulation”
dalam Nursing Research. 40(1). (him. 120-123).
Janica Morse menyatakan bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan untuk membahas suatu masalah penelitian menuntut adanya upaya
mempertimbangkan bobot dan urutan masing-masing metode tersebut. Berdasarkan gagasan
inilah, Morse kemudian mengetengahkan dua bentuk triangulasi metodologis, yakni secara
simultan (simultaneous), yang menggunakan dua metode dalam satu waktu, dan bertahap
(sequential), yang memanfaatkan hasil dari satu metode untuk melaksanakan metode
selanjutnya. Dua bentuk ini dideskripsikan dengan menggunakan notasi huruf kapital dan
huruf kecil yang menunjukkan bobot relatif serta urutan masing-masing metode. Morse juga
menjelaskan tujuan-tujuan, pendekatan-pendekatan, dan kelemahan-kelemahan dalam strategi
triangulasi ini.

Tashakkori, A., & Teddlie, C. (Ed). (2003). Handbook of Mixed Methods in the Social &
Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Handbook yang dieditori oleh Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie ini menyajikan
tulisan dari para penulis kontemporer yang memang berkonsentrasi dalam penelitian metode
campuran. Dengan 27bab di dalamnya, handbook ini memperkenalkan kepada pembaca
metode campuran, mengilustrasikan isu-isu metodologis dan analisis dalam penerapan
metode campuran, mengidentifikasi aplikasi-aplikasinya dalam ilmu sosial humaniora, dan
menggagas pandanganpandangan masa depan terkait dengan metode campuran ini. Misalnya,

285
ada bab-bab khusus yang mengilustrasikan penerapan metode penelitian dalam evaluasi,
manajemen dan organisasi, ilmu kesehatan, keperawatan, psikologi, sosiologi, dan
pendidikan.

286
Glosarium
Abstrak dalam review penelitian adalah review singkat mengenai penelitian
(biasanya berupa paragraf singkat) yang menyimpulkan beberapa bagian utama dalam sebuah
penelitian agar pembaca bisa memahami hal-hal dasar yang ada dalam sebuah penelitian.
Pandangan advokatif/partisipatoris adalah landasan filosofis dalam penelitian
dimana dalam proses penyelidikan, penelitian dihubungkan dengan politik dari sebuah
agenda politik. Karena itu, penelitian semacam ini memuat sebuah rencana tindakan untuk
melakukan perubahan yang dimungkinkan bisa terjadi dalam kehidupan partisipan, institusi
yang didiami partisipan, atau dalam kehidupan peneliti sendiri. Selain itu, pandangan ini juga
mengangkat isu-isu spesifik dalam kehidupan sosial yang tengah terjadi di masyarakat, Se-
misal pemberdayaan, ketidaksetaraan, penindasan, dominasi, tekanan, dan pengasingan.
Perhatian atau minat dalam penulisan adalah beberapa kalimat yang bertujuan
untuk memberi batasan pembahasan pada pembaca (agar pembaca bisa tetap fokus),
mengorganisir gagasan, dan menarik perhatian individu secara kontinu.
Gagasan dasar dalam penulisan adalah kalimat-kalimat yang mengandung beberapa
gagasan atau gambar khusus yang termasuk dalam gagasan utama. Gagasan atau gambar
khusus ini berfungsi untuk menguatkan, memperjelas, atau memaparkan gagasan-gagasan
yang termuat dalamgagasan utama.
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasus-kasus tersebut
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan infor-masi yang
detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data selama periode waktu
tertentu.

Pertanyaan inti (Rumusan masalah) dalam penelitian kualitatif adalah pertanyaan besar
yang dimiliki peneliti dan mengharuskan adanya sebuah penjelasan berupa fenomena sentral
atau konsep sebuah penelitian.

Kode etik adalah aturan-aturan dan prinsip etis yang ditetapkan oleh sekelompok profesional
yang khusus mengatur penelitian-penelitian ilmiah.

Materi kode (coding) adalah proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam
keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar dalam tiap-tiap bagian.

287
Koherensi dalam penulisan berarti adanya kesatuan gagasan dan adanya ketersambungan
logis antar beberapa kalimat dan beberapa paragraf.

Database literarur dalam komputer dewasa ini sudah bisa diakses di perpustakaan.
Database ini memberikan akses cepat pada ribuan jurnal, arsip konferensi, dan materi-materi
lain.

Strategi embedded konkuren dalam metode penelitian campuran bisa diketahuai dari
kegunaannya pada satu fase pengumpulan data, yakni selama pengumpulan data kualitatif
dan kuantitatif dilakukan secara berkesinambungan. Tidak seperti model triangulasi tradisio-
nal,pendekatan embedded konkuren memiliki metode utama yang membimbing laju
penelitian dan memiliki metode kedua yang ber-peran suportif dalam prosedur tersebut.

Prosedur metode campuran konkuren adalah prosedur di mana peneliti mengumpulkan


atau mengombinasikan data kualitatif dan kuantitatif untuk memberikan sebuah analisis
komprehensif ter-hadap masalah penelitian.

Pendekatan transformatif konkuren dalam metode campuran di-arahkan oleh sebuah


perspektif teoretis khusus yang digunakan pe-neliti serta pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif yang konku-ren.

Strategi triangulasi konkuren dalam metode campuran adalah se-buah pendekatan di mana
peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren kemudian
membandingkan dua data-base tersebut untuk menentukan adakah kesamaan, perbedaan, atau
kemungkinan melakukan kombinasi antar dua data tersebut.

Interval kepercayaan adalah sebuah prkiraan dalam penelitian kuantitatif yang berupa nilai
statistik tertinggi dan terendah yang konsisten pada data yang diteliti serta memuat mean
populasi yang sesungguhnya.

Ketersambngan dalam penelitian metode campuran berarti adanya keterhubungan antara


penelitian kualitatif maupun penelitian kuan-titatif dengan analisis data pada fase pertama
penelitian serta dengan pengumpulan data fase kedua.

Validitas gagasan terjadi ketiga seorang invertostor menggunakan definisi dan ukuran
variabel yang cukup.

Kekurangan dalam penelitian terdahulu mungkin terjadi sebab topik penelitian yang sama
tidak ditujukan pada kelompok, sampel, atau populasi yang khusus. Penelitian terdahulu
mungkin sudah harus dikaji uang untuk melihat adakah temuan penelitian yang sama, untuk

288
diberi sampel baru berupa individu baru atau situs-situs penelitian, atau untuk mengetahui
adanya data dari sebuah kelompok yang belum terangkat dalam penelitian terdahulu tersebut.

Penegasan judul adalah bagian yang berada dalam proposal penelitian dan menjelaskan
istilah-istilah yang mungkin tidak dipahami pembaca.

Analisis deskriptif terhadap data untuk variabel-variabel sebuah penelitian mencakup


penggambaran hasil penelitian yang berupa mean, penyimpangan standar, dan jarak antara
angka terendah dan angka tertinggi.

Hipotesis direktif, yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah ketika seorang
peneliti membuat prediksi tentang arah atau hasil penelitian yang diharapkan.

Ukuran efek mengkaji kekuatan sebuah kesimpulan dari segi per-bedaan kelompok atau
hbungan antara beberapa variabel dalam penelitian kuantitatif.

Embedding adalah bentuk pencampuran dalam metode penelitian campuran,di mana bentuk
data kedua dihubungkan dengan peneliti-an berskala lebih luas yang menjadi database utama.
Database kedua berfungsi untuk mendukung database utama.

Etnografi adalah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari sebuah kelompok kultural
secara utuh dalam setting yang natural selama periode waktu tertentu dengan mengumpulkan
data pene-litian dan wawancara.

Desain eksperimental dalam penelitian kuantitatif menguji dampak treatment (arah sebuah
intervensi) terhadap hasil penelitian serta mengkaji semua faktor lain yang dimiliki
kemungkinan untuk memengaruhi hasil sebuah penelitian.

Penelitian eksperimental berupaya menentukan apakah sebuah treatmen khusus bisa


memengaruhi hasi sebuah penelitian. Dampak atau pengaruh tersebut bisa diketahuai dengan
memberikan sebuah treatment khusus pada sebuah kelompok dan membatasi treatment pada
kelompok lain. Kemudian, peneliti menentukan bagaimana perbedaan dua kelompok tersebut
memengaruhi hasil sebuah penelitian.

Ancaman validitas eksternal munculsaat seorang yang melakukan eksperimen membuat


kesimpulan yang salah dari sampel data dengan mengkaji orang lain, setting lain, atau situasi
yang telah lalu dan situasi yang akan datang. (tidak tepat sasaran)

Kegemukan dalam penulisan berartiadanya kata yang ditambahkan dan sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam sebuah kalimat untuk me-nyampaikan sebuah gagasan.

289
Gatakeeperadalah beberapa staf yang terlibat dalam situs penelitian yang memberikan akses
pada situs yang bersangkutan dan meng-izinkan terlaksananya sebuah penelitian kualitatif.

Teori grounded adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti menyampaikan teori yang
umum dan abstrak mengenai proses, tindakan, atau interaksi yang grounded dalam
pandangan partisipan sebuah penelitian.

Penulisan yang biasa adalah penulisan proposal dengan cara yang umum dan terus-menerus,
bukan penulisan dalam jangka waktu yang tidak teratur dan mandeg beberapa saat.

Hipotesis menghubungkan beberapa variabel atau membandingkan kelompok-kelompok


dalam variabel sehingga kesimpulan sampel bisa ditarik menjadi kesimpulan populasi.

Formulir izin ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat dalam sebuah
penelitian. Formulir ini menegaskan bahwa hak partisipan akan dilingdungi selama proses
pengumpulan data.

Memadukan dua database dalam metode penelitian campuran ber-arti bahwa database
kualitatif dan kuantitatif benar-benar digabung-kan dengan sebuah pendekatan perbandingan
atau untuk keperluan melakukan transformasi data.

Persetujuan intercoder (atau pengujian ulang) adalah ketika dua atau beberapa coder
menyetujui penggunaan beberapa kode untuk bagian yang sama dalam sebuah teks. (Hal
tersebut tidak berarti mereka memberi kode pada teks yang sama, namun berarti bahwa coder
lain akan memberi kode yang persis sam dengan kode yang digunakan seorang coder pada
bagian yang sama).Prosedur statistik atau subprogram yang telah terakui dalam paket
software kualitatif bisa digunakan untuk menentukan level konsistensi dalam memberi kode.

Ancaman validitas internal adalah prosedur eksperimental, treat-ment, atau pengalaman


partisipan yang bisa menghambat peneliti untuk membuat kesimpulan yang tepat dari data
mengenai populasi yang dilibatkan dalam eksperimen.

Interpretasi hasil dalam penelitian kuantitatif berarti bahwa peneliti menarik kesimpulan
dari pertanyaan dalam penelitian, hipotesis, dan makna yang lebih luas dalam hasil penelitian.

Interpretasi dalam penelitian kualitatif berarti bahwa peneliti dapat menarik makna dari
hasil analisis data. Makna ini bisa berupa pelajaran atau informasi untuk melakukan
perbandingan dengan penelitian lain dan pengalaman pribadi.

Protokol wawancara adalah sebuah formulir yang digunakan oleh peneliti kualitatif untuk
merekam dan menulis informasi yang di-dapatkan selama proses wawancara.

290
Peta penelitian adalah sebuah gambaran visual (atau gambar) me-ngenai penelitian sebuah
topik yang menggambarkan bagaimana sebuah penelitian khusus bisa memberikan kontribusi
terhadap se-buah topik tertentu.

Memasangkan partisipan dalam penelitian eksperimental adalah prosedur yang


memasangkan beberapa partisipan yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu dan secara
acak ditugaskan untuk terlibat dalam kelompok eksperimental dan kelompok yang melakukan
kontrol.

Notasi metode campuran memberikan label dan simbol kecil yang memainkan peran
penting dalam metode penelitian campuran. Notasi ini memaparkan cara bagaiman peneliti
dengan metode campuran bisa dengan mudah berkomunikasi dengan prosedur yang harus
dipenuhinya.

Statemen purpose metode campuran memuat keseluruhan maksud penelitian, informasi


mengenai STRAND kualitatif dan kuantitatif penelitian, serta alasan logis dalam memadukan
kedua STRAND tersebut untuk menelti masalah yang diangkat.

Metode penelitian campuran adalah sebuahpendekatan untuk me-nyelidiki suatu objek


dengan mengombinasikan atau menghubung-kan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk
penelitian kuantitatif. Metode ini juga dilibatkan asumsi filosofis, kegunaan pendekatan
kualitatif dan kuantitatif, dan campuran antara dua pendekatan dalam sebuah penelitian.

Rumusanmasalahdalammetodepenelitian campuran adalah per-tanyaan khusus yang


diangkat dalam penelitian metode campuran dan secara langsung membidik percampuran
antara STRANDS pe-nelitian kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan inilah yang akan di-jawab
pada penelitian yang menggunakan metode campuran.

Pencampuran bisa diartikan adanya kombinasi antara data kualitatif dan kuantitatif,satu
data terakhir dalam sebuah rangkai-an,pemisahan dua data,satu data lain berakhir dalam
sebuah rangkaian, atau pencampuran sedemikian rupa dalam sebuah rangkaian.

Sisipan narasi adalah sebuah istilah yang berasal dari susunan bahasa inggris. Sisipan ini
berarti kata bermakna yang digunakan sebagai kalimat pembuka sebuah pendahuluan yang
berfungsi untuk menggambarkan,melibatkan,atau mengajak pembaca untuk terlibat dalam
penelitian.

Penelitian naratif adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari kehidupan
individu dengan meminta satu atau bebe-rapa individu untuk menuturkan cerita

291
kehidupannya. Informasi ini sering kali dituturkan kembali oleh peneliti dengan
menggunakan narasi kronologis.

Hipotesis tak berarah dalam strategi penelitian kuantitatif adalah sebuah penelitian di mana
seorang peneliti membuat prediksi, namum bentuk perbedaan yang pasti (semisal lebih
tinggi, lebih rendah, lebih, atau kurang) tidak diperkirakan secara jelas, sebab peneliti tidak
mengetahui apa yang bisa diperkirakan dari penelitian terdahulu.

Hipotesis nol penelitian kuantitatif yang mencerminkan pen-dekatan tradisional dalam


membuat hipotesis. Hipotesis tradisional tersebut adalah bahwa, dalam populasi umum, tidak
ada hubungan atau tidak ada perbedaan signifikan antara dua kelompok dalam sebuah
variabel.

Protokol observasional adalah sebuah formulir yang digunakan oleh seorang peneliti
kualitatif untuk merakam dan menulis informasi saat tengah melakukan observasi.

Penelitian fenomenologis adalah strategikualitatif di mana peneliti mengidentifikasikan


esensi pengalaman manusia tentang fenomena yang diungkapkan seorang partisipan dalam
sebuah penelitian.

Postpositivistik mencerminkan sebuah filosofi deterministik mengenai penelitian yang bisa


menentukan efek atau hasil tertentu. Sebab itu, masalah yang diteliti dengan menggunakan
landasan ini mencerminkan isu yang tidak harus diidentifikasi dan diketahui penyebab yang
memuat hal tersebut bisa memengaruhi hasil penelitian, semisal dalam sebuah eksperimen.

Pragmatisme sebagai sebuah pola pikir atau landasan filosofis muncul dalam tindakan,
situasi, dan konsekuensi serta bukan dari kondisi yang sebelumnya (seperti dalam
postpositivistik). Ada sebuah konsern yang dilengkapi dengan aplikasi-yang berfungsi
dengan baik-serta solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Selain fokus pada beberapa
metode, peneliti juga menekankan masalah penelitian dan menggunakan semua pendekatan
yang cocok untuk bisa memahami sebuah permasalahan.

Statemen purpose dalam sebuah proposal penelitian memaparkan sasaran, tujuan, dan
gagasan beasr sebuah penelitian.

Adanya partisipan atau situs yang sengaja dipilih (atau dengan dokumen serta materi
visual) menandakan bahwa peneliti kualitatif memilih beberapa individu yang akan banyak
membantu dalam memahami masalah penelitian dan memecahkan pertanyaan yang
mendasari penelitian.

292
Materi audio dan visual kualitatif bisa berbentuk foto,karya seni, videotapes, atau bentuk-
bentuk suara lain.

Kode buku kualitatifadalah sebuah alatuntuk mengatur data kuali-tatif dengan


menggunakan sebuah list yang berisi kode yang belum ditentukan dan akan digunakan untuk
memberi kode pada data. Buku kode ini bisa berisi nama kode dalam sebuah kolom, definisi
kode di kolom lain,lalu contoh-contoh khusus(semisal garis angka) yang menunjukkan di
mana saja posisi kode dalam transkrip pada kolom yang lain.

Dokumen kualitatif adalah dokumen publik (semisal surat kabar, arsip pertemuan, report
kantor), atau dokumen pribadi (semisal jurnal pribadi, diari, surat, dan email).

Generalisasi kualitatifadalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkancara-cara


tertentu dalam penelitian kualitatif, sebab tujuan penyelidikan ini tidaklan untuk
mengumumkan temuan pada individu, situs, atau tempat-tempat yang tidak terkait dengan
pene-litian. Menggeneralisasi beberapa temuan menjadisebuah teori merupakan sebuah
pendekatan yang digunakan dalam beberapa studi kasus penelitian kualitatif, namun peneliti
harus memiliki pro-sedur yang terdokumentasi dengan baik dan database kualitatif yang telah
dikembangkan dengan baik.

Wawancara kualitatif berarti bahwa peneliti mengadakan wawan-cara tatap muka dengan
partisipan,melakukan wawancara melalui telepon, ata terlibat dalam sebuah wawancara
diskusi kelompok yang berisi enam hingga delapan narasumber pada masing-masing
kelompok. Bebarapa wawancara ini melibatkan pertanyaan yang tidakteratur dansecara
umum masih open-ended.Jumlah pertanyaan untuk wawancara ini relatif masih sedikit dan
digunakan untuk memperoleh pandagan dan opini yang muncul dari partisipan.
Observasi kualitatif berarti bahwa seorang peneliti memerhatikan dan mencatat tingkah laku
dan aktivitas individual yang terlibat dalam situs penelitian dan rekaman observasi.

Statemen purpose kualitatif memuat informasi mengenai fenomena inti yang dipaparkan
dalam sebuah penelitian, partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen ini juga
memuat desain yang muncul dan kata-kata penelitian yang didapatkan dari bahasa
penyelidikan kualitatif.

Reabilitas kualitatif menunjukkan bahwa sebuah pendekatan ter-tentu bisa konsisten di


tengah beberapa peneliti yang memiliki beragam proyek penelitian.

Penelitian kualitatif adalahsebuah alatuntuk memaparkan dan me-mahami makna yang


berasal dari individu dan kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Proses
293
penelitian melibatkan pertanyaan dan prosedur yang sudah muncul; yakni dengan me-
ngumpulkan data menurut setting partisipan; menganalisis data secara induktif,mengelola
data dari yang spesifik menjadi tema umum,dan membuat penafsiran mengenai makna di
balik data.Re-port yang berhasil ditulis memiliki struktur penulisanyang fleksibel.

Validitas kualitatif berarti bahwa peneliti menguji akurasi temuan penilaian dengan
menggunakan beberapa prosedur tertentu.

Hipotesis kualitatif adalah prediksi-prediksi yang dibuat oleh pe-neliti mengenai hubungan
antar variabel yang diharapkan.

Statemen purpose kuantitatif mencakup beberapa variabel dalam peneltitian dan hubungan
antarbeberapa variabel tersebut,partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen
purpose ini juga memuat bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif danuji coba
deduktif terhadap hubungan antar beberapa teori.

Penelitian kuantitatif adalah cara untuk menguji sasaran teori dengan mengkaji hubungan
antarbeberapa variabel.Beberapa varia-bel ini bisa diukur,khususnya dalam beberapa
instrumen,sehingga data yang sudah ditandai dengan nomor bisa dianalisis dengan
menggunakan prosedur statistik.Report yang ditulis pada akhir penelitian memiliki susunan
penulisan yakni pendahuluan, literatur dan teori, metode, hasil, dan diskusi.

Pertanyaandalampenelitiankuantitatifadalahstatemen interogatif yang memunculkan


pertanyaan mengenai hubungan antarbeberapa variabel yang ingin dicari tahu jawabannya
oleh pelaku investigasi.

Kuasi-eksperimen adalah sebuah bentuk penelitian eksperimental di mana para individu


tidak secara acak disuruh bergabung dalam sebuah kelompok.

Pengacakan sampel adalah sebuah prosedur dalam penelitian kuantitatif untuk memilih
partisipan. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu dalam sebuah populasi memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih dan dijaring sebagai sampel. Dengan teori ini, bisa
dipastikan bahwa sampel yang diambil benar-benar cukup representatif mewakili populasi
yang ada.

Refleksitas berarti bahwa seorang peneliti memasukkan bias, nilai, dan latar belakang
semisal gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonomi yang dimilikinya dalam
membentuk interpretasi yang dimilikinya selama melakukan penelitian.

294
Keberterimaan sebuah penelitian berarti bahwa berapa pun skor pada item yang berada
dalam sebuah instrumen,skor tersebut secara internal memiliki konsistensi(yakni apakah item
responsselalu kon-sisten?) tetap stabil dari waktu ke waktu (dengan menguji dan me-lakukan
korelasi dengan uji ulang), dan apakah ada konsistensi dalam uji administrasi dan penetapan
skor.

Desainpenelitianadalahrencana dan prosedur penelitian yang men-cakup semua keputusan


mulai dari asumsi yang luas hingga metode paling mendetail mengenai proses pengumpulan
dan analisis data.

Desain ini melibatkan adanya pertemuan antara beberapa asumsi filosofis, strategi
penyelidikan, dan metode-metode tertentu.

Metode penelitian melibatkan berbagai macam teknik pengumpul-an, analisis, serta


interpretasi data yang dikemukakan peneliti dalam kerja penelitiannya.

Masalah penelitian adalah masalah atau isu yang menjadi sebab adanya sebuah penelitian.

Tips penelitian adalah pikiran-pikiran saya mengenai pendekatan atau teknik yang telah
banyak berfungsi dengan baik pada saya selama beberapa tahun saya melakukan berbagai
penelitian.

Responsbias adalah efekdari tidak adanya respons dalam perkiraan survei, dan hal tersebut
berarti bahwa jika ada orang yang bukan termasuk responden mamberikan respons, maka
respons ‘asing’ tersebut akan secara substansial mengubah hasil survei.

Penelitianreview dalam sebuah pendahuluan memaparkan pentingnya penelitian dan


membuat batasan antara penelitian terdahulu yang telah dilakukan dengan penelitian yang
diinginkan dan akan dilakukan.

Skripsi, yang digunakan dalam buku ini, adalah sebuah template yang berisi beberapa
kalimat dengan kata-kata dan gagasan utama dalam bagian khusus sebuah proposal atau
laporan penelitian (se-misal statemen purpose atau rumusan masalah) dan memberikan ruang
bagi peneliti untuk menyisipkan informasi yang berhubungan dengan proyek yang tengah
dikerjakan.

Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran bisa dikenali dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif dalam fase pertama yang kemudian diikuti dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua yang akan menghasilkan temuan
awal dalam sebuah penelitian kuantitatif.

295
Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran melibatkan fase
pertama pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian diikuti dengan fase kedua,
yakni pengumpulan dan analisis data kualitatif yang akan mengahasilkan temuan dalam fase
pertama kuantitatif.

Prosedur metode campuran sekuensial ialah prosedur yang mengharuskan peneliti


memaparkan atau mengembangkan sebuah temuan mengenai sebuah metode dengan metode
lain.

Strategi transformatif sekuensial dalam metode penelitian campuran adalah sebuah proyek
dengan dua fase yang memiliki lensa teoretis (yakni gender,ras,sosial,teori ilmu pengetahuan)
berlandaskan sebuah prosedur, yakni fase awal (baik kualitatif ataupun kuantitatif) yang
diikuti oleh fase kedua (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang akan melengkapi proses fase
pertama.

Signifikansi penelitian dalam pendahuluan menyampaikan pentingnya masalah yang


menjadi subjek penelitian untuk diangkat pada audien yang berbeda serta keuntungan yang
mungkin bisa di-dapatkan dari pembacaan dan penggunaan hasil penelitian.

Desain subjek tunggal atau desain N of 1 melibatkan aktivitas penelitian perilaku seorang
individu (atau sejumlah kecil individu) dalam jangka waktu tertentu.

Konstruktivis sosial memiliki asumsi bahwa masing-masing orang mencoba memahami


dunia yang akrab dengan hidup keseharian mereka. Masing-masing individu tersebut
mengembangkan makna subjektif dari pengalaman yang mereka lewati serta makna yang
diarahkan terhadap sesuatu tertentu.

Validitas kesimpulan statistik tidak muncul saat seorang pelaku eksperimen menghasilkan
kesimpulan yang tidak akurat dari data sebab kekuatan statistik yang tidak sama atau
kesalahan dalam asumsi statistik.

Strategi penyelidikan adalah tipe desain atau model kualitatif, kuantitatif, dan metode
campuran yang memberikan arah khusus terhadap prosedur dalam desain penelitian.

Gaya manual memberikan bimbingan untuk membuat sebuah manuskrip ilmiah, semisal
format yang konsisten dalam menulis referensi, memuat heading memuat tabel dan gambar,
dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif.

296
Desain survey memaparkan rancangan sebuah gambaran kuantitatif berupa angka yang
menunjukkan kebiasaan, tingkah laku, pendapat, atau populasi dengan mempelajari sebuah
sampel dari sebuah populasi tertentu.

Penelitian survey menampilkan sebuah gembaran kuantitatif dalam bentuk angka mengenai
kebiasaan, tingkah laku, atau opini sebuah populasi dengan mempelajari sampel dari sebuah
populasi.

Lensa teoretisatauperspektif dalam penelitiankualitatif memuat keseluruhan pandangan


yang digunakan untuk penelitian yang mengkaji masalah gender,kelas,ras,atau isu lain
mengenai kelom-pok yangn termarginalkan).Lensa ini menjadi sebuah perspektif advokasi
yang membentuk tipe-tipe pertanyaan yang diajukan, me-maparkan cara-cara pengumpulan
dan analisis, serta menyuntikkan semangat untuk melakukan sebuah gerakan perubahan.

Teori dalam metode penelitian campuran memuat sebuah lensa orientasi yang akan
mengarahka tipe pertanyaan yang diajukan, siapa saja yang berpartisipasi dalam penelitian,
cara pengumpulan data,dan implikasi yang dihasilkandari penelitian (khususnya untuk

297
Daftar Pustaka
Aikin, M.C. (Ed.). (1992). Encyclopedia of educational research (6th ed.). New York: Macmillan.
American Psychological Association. (2001). Publication Manual of the American Psychological
Association (5th ed.). Washington, DC: Author.
Anderson, E.H., & Spencer, M.H. (2002). Cognitive representation of AIDS. Qualitative
Health Research, 12(10). 1338-1352.
Annual Review of Psychology. (1950-). Stanford, CA: Annual Reviews.
Ansorge, C, Creswell, J.W., Swidler, S. & Gutmann, M. (2001). Use of iBook laptop computers
in teacher education. Unpublished manuscript. University of Nebraska-Lincoln.
Asmussen, K.J,, & Creswell, J.W. (1995). Campus response to a student gunman. Journal of
Higher Education. 66. 575-591.
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods (2nd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
Babbie, E. (2007). The Practice of Social Research (11th ed.). Belmont, CA: Wadsworth/
Thomson.
Bailey, E.P. (1984). Writing Clearly: A Contemporary Approach. Columbus, OH: Charles
Merrill.
Bausell, R.B. (1994). Conducting Meaningful Experiments. Thousand Oaks. CA: Sage.
Bean, J., & Creswell, J.W. (1980). Student attrition among women at aliberal arts college.
Journal of College Student Personnel, 3,320-327. v ..
Beisel, N. (February, 1990). Class, culture, and campaigns against vice in three American
cities, 1872-1892. American Sociological Revieio, 55,44-62.
Bern, D. (1987). Writing the empirical journal article. In M. Zanna &J. Darley (Ed.), The
Compleat Academic: A Practical Guide for the Beginning Social Scientist (pp. 171-201).
New York: Random House.
Berg, B.L. (2001). Qualitative Research Methods for the Social Sciences (4th ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Berger, P. L. & Luekmann, T. (1967). The Social Construction of Reality: A Treatise in the Sociology
ofKjwzoledge. Garden City, NJ: Anchor.
Bhopal, K. (2000). Gender, "race" and power in the research process: South Asian women in
East London. In C. Truman. D.M. Mertens, & B. Humphries (Ed.), Research and
inequality. London: UCL Press.
Blalock, H. (1969). Theory Construction: From Verbal to Mathematical Formulations.Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Blalock, H. (1985). Casual Models in the Social Sciences. New-York: Aldine.
Blalock, H. (1991). Are there any constructive alternatives to causal modeling? Sociological
Methodology, 21, 325-335.
Blase, J.J. (1989, November). The micropolitics of the school: The everyday political
orientation of teachers toward open school principals. Educational Administration
Quarterly, 25(4), 379-409.
Boeker, W. (1992). Power and Managerial Dismissal: Scapegoating at the top. Administrative
Science Quarterly, 37. 400-421.
Bogdan. R.C. & Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory
and Methods. Boston: Allyn & Bacon.
Boice, R. (1990). Professors as Writers: A Self-help Guide to Productive Writing. StiUwater, OK:
New Forums.
Boneva, B., Kraut, R., & Frohlich, D. (2001). Using e-mail for personal relationships.
American Behavioral Scientist, 45(3). 530-549.
Booth-Kewley, S. Edwards, J.E. & Rosenfeld, P. (1992). Impression management, social

298
desirability, and computer administration of attitude questionnaires: Does the
computer make a difference. Journal of Applied Psychology, 77(4). 562-566.
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction (5th ed.). New York:
Longman.
Borg, W.R., Gall, J.P. & Gall, M.D. (1993). Applying Educational Research: A Practical Guide.
New York: Longman.
Boruch, R.E. (1998). Randomized controlled experiments for evaluation and planning. In L.
Rickman & D.J. Rog (Ed.). Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 161-
191). Thousand Oaks. CA: Sage.
Bryman, A. (2006). Mixed Methods: A Four-Volume Set. London: Sage.
Bunge, N. (1985). Finding the Words: Conversations with Writers Who Teach. Athens, OH:
Swallow Press, Ohio University Press.
Cahill, S.E. (1989). Fashioning males and females: Appearance management and the social
reproduction of gender. Symbolic Interaction. 12(2), 281-298.
Campbell, D., & Stanley, J. (1963). Experimental and quasi-experimental designs for
research. In N.L. Gage (Ed.). Handbook of Research on Teaching (pp. 1-76). Chicago:
Rand McNally.
Campbell, D.T., & Fiske, D. (1959). Convergent and discriminant validation by the multitrait-
multimethod matrix. Psychological Bul-, letin, 56, 81-105.
Campbel,. W.G., & Ballou, S.V. (1977). Form mid Style: Theses, Reports, Term Papers (5th ed.).
Boston: Hough ton Mifflin.
Caracelli, V.J., & Greene, J.C. (1993). Data analysis strategies for mixed-method
evaluation designs. Educational Evaluation and Policy Analysis. 15(2). 195-207.
Carroll, D.L. (1990). A Manual of Writer's Tricks. New York: Paragon.
Carstensen, L.W, Jr. (1989). A fractal analysis of cartographic generalization. The American
Cartographer, 16(3), 181-189.
Castetter, W.B. & Heisler, R.S. (1977). Developing and Defending a Dissertation Proposal.
Philadelphia: University of Pennsylvania, Graduate School of Education. Center for
Field Studies.
Charmaz, K. (2006). Constructing Grounded Theory. Thousand Oaks, CA: Sage.
Cheek, J. (2004). At the margins? Discourse analysis and qualitative research. Qualitative
Health Research, 14,1140-1150.
Cherryholmes. C.H. (1992, August-September). Notes on pragmatism and scientific realism.
Educational Researcher, 13-17.
Clandinin, D.J. & Connelly, F.M. (2000). Narrative Inquiry: Experience and Story in Qualitative
Research. San Francisco: Jossey-Bass.
Cohen, J. (1977). Statistical Power Analysis for the Behavioral Sderices. New York: Academic
Press.
Cook, T.D.. & Campbell, D.T. (19 79). Quasi-Experimentation: Design and Analysis Issues for
Field Settings. Chicago: Rand McNally.
Cooper, H. (1984). The lntegrative Research Review: A Systematic approach. Beverly Hills, CA: Sage.
Cooper. J.O., Heron, T.E., & Heward. W.L. (1987). Applied Behavior Analysis. Columbus.
OH: Merrill.
Corbin, J.M., & Strauss, J.M. (2007). Basics of Qualitative Research: Techniques and Procedures for
Developing Grounded Theory (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. (1999) Mixed method research: Introduction and application. In G.J. Cizek
(Ed.). Handbook of educational policy (pp. 455-472). San Diego, CA: Academic Press.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches ( 3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. (2008). Educational Research: Ptoming, Conducting, and Evaluating Quantitative

299
and Qualitative Research (3rd ed.). Upper Saddle River, NJ: Merrill.
Creswell, J.W. & Brown, M.L. (1992, Fall). How chairpersons enhance faculty research: A
grounded theory study. The Review of Higher Education, 16(1), 41-62.
Creswell, J.W., & Miller, D. (2000). Determining validity in qualitative inquiry. Theory into
Practice, 39(3), 124-130.
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. Piano Clark, V. Gutmann. M., & Hanson, W. (2003). Advanced mixed
methods designs. In A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.), Handbook of Mixed Method
Research in the Social and Behavioral Sciences (pp. 209-240). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W., Seagren, A.. & Henry, T. (1979). Professional development training needs of
department chairpersons: A test of the Biglan model. Planning and Changing, 10. 224-
237.
Crotty. M. (1998). The Foundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research
Process. London: Sage.
Crutchfield, J.P. (1986). Locus of Control, Interpersonal Trust, and Scholarly Productivity.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
DeGraw, D.G. (1984). Job Motivational Factors of Educators Within Adult Correctional Institutions
from Various States. Unpublished doctoral dissertation. University of Nebraska-
Lincoln.
Denzin, N.K., & Lincoln, YS. (Ed.). (2005). The Handbook of Qualitative Research (3rd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
DiUard. A. (1989). The Writing Life. New York: Harper & Row.
Dillman, D.A. (1978). Mail and Telephone Surveys: The Total Design Method. New York: John
Wiley.
Duncan, O.D. (1985). Fath analysis: Sociological examples. In H. M. Blalock, Jr. (Ed,). Causal
Models in the Social Sciences (2nd ed., pp. 55-79). New York: Aldine.
Educational Resources Information Center. (1975). Thesaurus of ERIC descriptors (12th ed.).
Phoenix. AZ: Oryx.
Eisner, E.W. (1991). The Enlightened Eye: Qualitative Inquiry and the Enhancement of
Educational Practice. New York: Macmillan.
Elbow, P. (1973). Writing Without Teachers. London: Oxford University Press.
Erms, C.Z.. & Hackett, G. (1990). Comparison of feminist and nonfeminist women's
reactions to variants of nonsexist and feminist counseling. Journal of Counseling
Psychology, 37(1), 33-40.
Fay, B. (1987). Critical Social Science. Ithaca, NY: Cornell University Press.
Field, A., & Hole, G. (2003). How to Design and Report Experiments. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Finders, MJ. (1996). Queens and teen Zines: Early adolescent females reading their way
toward adulthood. Anthropology and Education Quarterly, 27, 71-89.
Fink, A. (2002). The Survey Kit (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Firestone. WA. (1987). Meaning in method: The rhetoric of quantitative and qualitative
research. Educational Researcher, 16,16-21.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
Flinders, D.J., & Mills. G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from the Field. New York: ColumbiaUniversity, Teachers College Press
Fowler, E J. (2002). Survey Research Methods (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Franklin, J. (1986). Writing for Story: Craft Secrets of Dramatic Nonfic-tion by a Two-time
Pulitzer Prize-winner. New York: Atheneum.
Gamson, J. (2000). Sexualities, queer theory, and qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S.

300
Lincoln (Ed.), Handbook of Qualitative Research (pp. 347-365 ). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Gibbs, G.R. (2007). Analyzing qualitative data. In U. Flick (Ed.). The Sage Qualitative
Research Kit. London: Sage.
Giordano, J., O'Reilly, M., Taylor, H. & Dogra, N. (2007). Confidentiality and autonomy: The
challenge(s) of offering research participants a choice of disclosing their identity.
Qualitative Health Research. 17(2). 264-275.
Glesne, C, & Peshkin, A. (1992). Becoming Qualitative Researchers: An Introduction. White
Plains, NY: Longman.
Gravetter, E.J., & Wallnau, L.B. (2000). Statistics for the Behavioral Science (5th ed.). Belmont,
CA: Wadsworth/Thomson.
Greene, J.C. (2007). Mixed Methods in Social Inquiry. San Francisco: Jossey-Bass.
Greene. J.C, & Caracelli, V.J. (Ed.). (1997). Advances in Mixed-method Evaluation: The
Challenges and Benefits oflntegrating Diverse Paradigms. (New Directions for Evaluation,
No. 74). San Francisco: Jossey-Bass
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a conceptual framework for
mixed-method evaluation designs. Educational Evaluation and Policy Analysis, 11(3),
255-274.
Guba, E.G. (1990). The alternative paradigm dialog. In E.G. Guba (Ed.). The paradigm
Dialog (pp. 17-30). Newbury Park, CA: Sage.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). Paradigmatic controversies, contradictions, and emerging
confluences. In N.K. Denzin & Y.S.
Lincoln, The Sage handbook of qualitative research (3rd ed., pp. 191-215). Thousand Oaks. CA:
Sage.
Hatch, J.A. (2002). Doing Qualitative Research in Educational Settings. Albany: State University
of New York Press.
Heron, ]., & Reason, P. (1997). A participatory inquiry paradigm. Qualitative Inquiry, 3,
274-294.
Hesse-Bieber, S.N. & Leavy, P (2006). Tlie Practice of Qualitative Research. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Humans, G.C (1950). The Human Group. New York: Harcourt, Brace.
Hopkins, T.K. (1964). The Exercise of Influence in Small Groups. Totowa, NJ: Bedmister.
Hopson, R.K., Lucas, K.J., & Peterson, J.A. (2000). HIV/AIDS talk: Implications for
prevention intervention and evaluation. In R.K. Hopson (Ed.), How and why Language
Matters in Evaluation. (New Directions for Evaluation. Number 86). San Francisco:
Jossey-Bass.
Hossler, D. & Vesper, N. (1993). An exploratory study of the factors associated with parental
savings for postsecondary education. Journal of Higher Education, 64(2), 140-165.
Houtz, L.E. (1995). Instructional strategy change and the attitude and achievement of
seventh- and eighth-grade science students. Journal of Research in Science Teaching,
32(6), 629-648.
Huber, J., & Whelan, K. (1999). A marginal story as a place of possibility: Negotiating self
on the professional knowledge landscape. Teaching and Teacher Education, 15,381-
396.
Humbley, A.M., & Zumbo, B.D. (1996). A dialectic on validity: Where we have been and where
we are going. The Journal of General Psychology, 123, 207-215.
Isaac, S. & Michael, W.B. (1981). Handbook in Research and Evaluation: A Collection ofPrinciples.
Methods, and Strategies useful in the Planning, Design, and Evaluation of Studies in
Education and the Behavioral Sciences (2nd ed.). San Diego. CA: EdITS.
Isreal, M. & Hay, I. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct and

301
Regulatory Compliance. London: Sage.
Janovec, T. (2001). Procedural Justice in Organizations: A Literature Map, Unpublished
manuscript. University of Nebraska-Lincoln.
Janz, N.K., Zimmerman, MA,, Wren, P.A., Isreal. B. A., Freudenberg, N. & Carter, R.J.
(1996). Evaluation of 37 AIDS prevention projects: Successful approaches and
barriers to program effectiveness. Health Education Quarterly, 23(1), 80-97.
Jick, T.D. (1979, December). Mixing qualitative and quantitative methods:
Triangulationin action. Administrative Science Quarterly, 24, 602-611.
Johnson, R.B., Onwuegbuzie, A.J., &Turner, L.A. (2007). Toward a definition of mixed
methods research: Journal of Mixed Methods Research, 1(2), 112-133.
Jungnickel, P.W. (1990). Workplace Correlates and Scholarly Performance of Pharmacy Clinical
Faculty Members. Unpublished manuscript, University of Nebraska-Lincoln.
Kalof, L. (2000). Vulnerability to sexual coercion among college women: A longitudinal
study. Gender Issues, 18(4), 47-58
Keeve, J.P. (Ed.). (1988). Educational Research, Methodology, and Measurement: An international
handbook. Oxford, UK: Pergamon.
Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1998). Participatory action research and the study of practice.
In B. Atweh, S. Kemmis. & P. Weeks (Ed.). Action Research in Practice: Partnerships for
Social Justice in Education (pp. 21- 36). New York: Routledge.
Keppel, G.' (1991). Design and Analysis: A Researcher's Handbook (3rd ed.). Englewood Cliffs,
NJ: Prentice Hall.
Kerlinger, RN. (1979). Behavioral Research: A conceptual Approach. New York: Holt, Rinehart &
Winston.
Kline, R.B. (1998). Principles and Practice of Structural Equation Modeling. New York: Guilford.
Kos, R. (1991). Persistence of reading disabilities: The voices of four middle school students.
American Educational Research Journal. 28(4), 875-895.
Kushman, J.W. (1992, February). The organizational dynamics of teacher workplace.
Educational Administration Quarterly. 28(1), 5-42.
Kvale, S. (2007). Doing interviews. In U. Flick (Ed.). The Sage Qualitative Research Kit. London:
Sage.
Labovitz, S. & Hagedorn, R. (1971). Introduction to Social Research. New York: McGraw-
Hill.
Ladson-Billings, G. (2000). Racialized discourses and ethnic episte-mologies In N.K. Denzin
& Y.S. Lincoln (Ed.), Handbook on Qualitative Research (pp. 257-277). Thousand
Oaks. CA: Sage.
Lather, P. (1986). Research as praxis. Harvard Educational Review 56, 257-277.
Lather, P. (1991). Getting Smart: Feminist Research and Pedagogy with/in the Postmodern. New
York: Routledge.
Lauterbach, S. S. (1993). In another world: A phenomenologicalperspective and discovery of
meaning in mothers' experience with death of a wished-for baby: Doing
phenomenology. In P.L. Munhall & CO. Boyd (Ed.). Nursing Research: A qualitative
Perspective (pp. 13 3-179). New York: National League for Nursing Press.
LeCompte, M.D., & Schensul, J.J. (1999). Designing and Conducting Ethnographic Research.
Walnut Creek, CA: AltaMira.
Lee. Y.J., & Greene, J. (2007). The predictive validity of an ESLplacement test: A mixed
methods approach. Journal of Mixed Methods Research. 1(4), 366-389.
Leslie, L.L. (1972). Are high response rates essential to valid surveys? Social Science Research,
1,323-334.
Lincoln, Y. S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills. CA:Sage.
Lincoln, Y. S. & Guba. E.G. (2000). Paradigmatic controversies, contradictions, and emerging

302
confluences. In Y. S. Lincoln & E. G. Guba (Ed.). Handbook of Qualitative Research (pp.
163-188). Thousand Oaks. CA: Sage.
Iipsey, M.W. (1990). Design Sensitivity: Statistical Power for Experimental Research. Newbury Park,
CA: Sage.
Locke, L.E. Spirduso, W.W, & Silverman, S.J. (2007). Proposals that work: A Guide for
Planning Dissertations and Grant Proposals (5th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Lysack, C.L., & Krefting, L. (1994). Qualitative methods in field research: An Indonesian
experience in community based practice. The Occupational Therapy Journal of Research,
14(20), 93-110.
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Desigiiing Qualitative Research (4th ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Mascarenhas, B. (1989). Etomains of state-owned, privately held, and publicly traded firms in
international competition. Adminis-trative Science Quarterly, 34,582-597.
Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach (2nd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
McCracken, G. (1988). The Long Interview. Newbury Park, CA: Sage.
Megel, M.E., Langston, N.E. & Creswell, J.W. (1987). Scholarly productivity: A survey of
nursing faculty researchers. Journal of Professional Nursing, 4,45-54.
Merriam, S.B. (1998). Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San
Francisco: Jossey-Bass.
Mertens, D.M. (1998). Research Methods in Education and Psychology: Integrating Diversity with
Quantitative and Qualitative Approaches. Thousand Oaks. CA: Sage.
Mertens, D.M. (2003). Mixed methods and the politics of human research: The
transformative-emancipatory perspective. In A. Tashakkori & C. Teddli (Ed.),
Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavioral Sciences (pp. 135-164). Thousand
Oaks. CA: Sage.
Miles. M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods. Thousand Oaks, CA: Sage.
Miller, D. (1992). The Experiences of a First-year College President: An Ethnography.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
Miller, D.C. (1991). Handbook of Research Design and Social Measurement (5th ed.). Newbury
Park, CA: Sage.
Moore, D. (2000). Gender identity. Nationalism and social action among Jewish and Arab
women in Israel: Redefining the social order? Gender Issues, 18(2), 3-28.
Morgan, D. (1998). Practical strategies for combining qualitative and quantitative methods:
Applications to health research. Qualitative Health Research, 8(3), 362-376.
Morgan, D. (2007). Paradigms lost and pragmatism regained: Methodological implications
of combining qualitative and quantitative methods. Journal of Mixed Methods
Research, 1(1), 48-76.
Morse, J.M. (1991. March/April). Approaches to qualitative-quantitative methodological
triangulation. Nursing Research, 40(1). 120-123.
Morse, J.M. (1994). Designing funded qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln,
(Ed.), Handbook cf Qualitative Research (pp. 220-235). Thousand Oaks, CA: Sage.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research Methods. Thousand Oaks. CA: Sage.
Murguia, E. Padilla, R.V., & Pavel. M. (1991. September). Ethnicity and the concept of
social integration in Tinto's model of institutional departure. Journal of College
Student Development, 32, 433-439.
Murphy, J.P. (1990). Pragmatism: Vrom Peirce to Davidson. Boulder, CO: Westview.
Nesbary, D.K. (2000). Survey Research and the World wide web. Boston: Allyn & Bacon.
Neuman, S.B. & McCormick. S. (Ed.). (1995). Single-subject Experimental Research:

303
Applications for Literacy. Newark, DE: International Reading Association.
Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods: Qualitative'and Quantitative Approaches (4th
ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Newman, L. & Benz. C.R. (1998). Qualitative-quantitative Research Methodology: Exploring the
Interactive Continuum. Carbondale and Edwardsville: Southern Illinois University
Press.
Nieswiadomy, R.M. (1993). Foundations of Nursing Research. (2nd ed.). Norwalk. CT: Appleton
& Lange.
Nordenmark, M. & Nyman, C. (2003). Fair or unfair? Perceived fairness of household division
of labour and gender equality among women and men. The European Journal of Women's
Studies. 10(2). 181-209.
O'Cathain, A., Murphy, E., & Nicholl, J. (2007). Integration and Publications as indicators
of "yield" from mixed methods studies. Journal of Mixed Methods Research. 1(2), 147-
163.
Olesen, V.L. (2000). Feminism and qualitative research at and into the millennium. In N.L.
Denzin & Y.S. Lincoln. Handbook of qualitative Research (pp. 215-255). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Onwuegbuzie, A.J., & Johnson, R.B. (2006). The validity issue in mixed research. Research in the
Schools, 13(1), 48-63.
Padula, M. A., & Miller, D. (1999). Understanding graduate women's reentry experiences.
Psychology of Women Quarterly, 23,327-343.
Patton, M.Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.). Newbury Park.
CA: Sage.
Patton, M.Q. (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods (3rd ed.). Thousand Oaks,
CA: Sage.
Phillips, D.C., & Burbules,N.C. (2000). Postpositivism and Educational Research. Lanham, NY:
Rowman & Littlefield.
Piano Clark, V.L., & Creswell, J.W. (2008). The Mixed Methods Reader Thousand Oaks, CA:
Sage.
Prose, F. (2006). Reading Like a Writer New York: HarperCollins.
Punch, K.F. (2000). Developing Effective Research Proposals. London: Sage.
Punch, K.F. (2005). Introduction to Social Research: Quantitative and Qualitative Approaches
(2nd ed.). London: Sage.
Reichardt, CS., & Mark. M.M. (1998). Quasi-experimentation. In L. Bickman & DJ. Rog
(Ed.), Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 193-228). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Rhoads, R.A. (1997). Implications of the Growing Visibility of Gay and Bisexual male
Students on Campus. NASPA Journal, 34(4). 275-286.
Richardson, L. (1990). Writing strategies: Reaching diverse audiences. Newbury Park, CA:
Sage.
Richie, B.S., Fassinger, R.E., Linn. S.G., Johnson. J., Prosser. J., & Robinson, S. (1997).
Persistence, connection, and passion: A qualitative study of the career development
of highly achieving African American-Black and White women. Journal of Counseling
Psychology, 44(2), 133-148.
Riemen, D.J. (1986). The essential structure of a caring interaction: Doing phenomenology.
In P.M. Munhall & C.J. Oiler (Ed.). Nursing Research: A qualitative Perspective (pp. 85-
105). Norwalk, CN: Appleton-Century-Crofts.
Rogers. A., Day. J. Randall, E, & Bentall, R.P. (2003). Patients' understanding and
participation in a trial designed to improve the management of anti-psychotic
medication: A qualitative study. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology. 38,

304
720-727.
Rorty, R. (1983). Consequences of Pragmatism. Minneapolis: University of Minnesota Press.
Rorty, R. (1990). Pragmatism as anti-representationalism. In J.P. Murphy, Pragmatism:
From Peirce to Davison (pp. 1-6). Boulder. CO: Westview.
Rosenthal, R., & Rosnow, R.L. (1991). Essentials of Behavioral Research: Methods and Data
Analysis. New York: McGraw-Hill.
Ross-Larson. B. (1982). Edit Yourself: A manual for Everyone who Works with Words. New York:
Norton
Rossman. G., & Rallis. S. F. (1998). Learning in the Field: An Introduction to Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Rossman, G.B.. & Wilson. B.L. (1985, October). Numbers and words: Combining quantitative
and qualitative methods in a single large-scale evaluation study. Evaluation Review,
9(5), 627-643.
Rudestam, K.E., & Newton, R.R. (2007). Surviving your Dissertation (3rd ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Salant. F, & Dillman, DA. (1994). How to Conduct your own Survey. New York: John
Wiley.Salkind, N. (1990). Exploring Research. New York: MacMillan.
Sarantakos, S. (2005). Social Research (3rd ed.). New York: Palgrave Macmillan.
Schwandt, TA. (1993). Theory for the moral sciences: Crisis of identity and purpose. In D j.
Flinders & G.E. Mills (Ed.), Theory and concepts in Qualitative Research: Perspectives
from the Field (pp. 5-23). New York: Columbia University, Teachers College Press.
Schwandt, TA. (2000). Three Epistemological stances for qualitative Inquiry. In N.K. Denzin
& Y.S. Lincoln (Ed.). Handbook of qualitative research (2nd ed. pp. 189-213). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Schwandt, TA. (2007). Dictionary of Qualitative Inquiry (3rd ed.). Tho sand Oaks, CA: Sage.
Shadish, W.R.,*Cook, T.D., & Campbell, D.T. (2001). Experimental and Quasi-experimental
Designs for Generalized Causal Inference. Boston: Houghton Mifflin.
Sieber, J.E. (1998). Planning ethically responsible research. In L.Bickman & D.J. Rog
(Ed.).. Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 127-156). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Sieber, S.D. (1973). The integration of field work and survey methods.American Journal of
Sociology. 78,1335-1359.
Slife, B.D., & Williams, R.N. (1995). What's behind the Research? Discovering Hidden Assumptions
in the Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Smith, J.K. (1983, March). Quantitative versus qualitative research: An attempt to clarify the
issue. Educatioiial Researcher. 6-13.
Spradley,J.R (1980). Participant Observation,New York: Holt, Rinehart & Winston.
Stake, R.E. (1995 ). The art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Steckler, A., McLeroy, K.R., Goodman, R.M., Bird, S.T. & McCormick. L. (1992). Toward
integrating qualitative and quantitative methods: An introduction. Health Education
Quarterly, 19(1), 1-8.
Steinbeck, J. (1969). Journal of a Novel: The East of Eden Letters. New York: Viking.
Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and
Techniques (1st ed.). Newbury Park. CA: Sage.
Strauss, A., & Corbin. J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded theory Procedures and
Techniques (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Sudduth, A.G. (1992). Rural Hospitals use of Strategic Adaptation in a changing health care
environment. Unpublished doctoral dissertation. University of Nebraska-Lincoln.
Sue, V.M.. & Ritter, L.A. (2007). Conducting online surveys. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tarshis, B. (1982). How to Write like a pro: A guide to Effective Ncnfiction Writing. New York:

305
New American Library.
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). Exploring the nature of research questions in mixed
methods research. Editorial. Journal of Mixed Methods Research, 1(3), 207-211
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (1998). Mixed Methodology: Combining Qualitative and
Quantitative Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (Ed.). (2003). Handbook of Mixed Method Research in the Social and
Behavior Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Teddlie, C, & Yu, R (2007). Mixed methods sampling: A typology with examples. Journal
of Mixed Methods Research. 1(1), 77-100.
Terenzini. P.T., Cabrera, A.E. Colbeck, C.L., Bjorklund, S A. & Parente, JM. (2001). Racial and
ethnic diversity in the classroom. The Journal of Higher Education, 72(5), 509-531.
Tesch, R. (1990). Qualitative Research: Analysis Types and Software Tools. New York: Falmer.
Thomas, G. (1997). What's the use of theory? Harvard Educational Review, 67(1), 75-104.
Thomas, J. (1993). Doing critical ethnography. Newbury Park, CA: Sage.
Thorndike, R.M. (1997). Measurement and Evaluation in Psychology and Education (6th ed.).
New York: Macmillan.
Trujillo, N. (1992). Interpreting (the work and the talk of) baseball: Perspectives on ballpark
culture. Western Journal of Communication, 56.350-371.
Tuckman, B.W. (1999). Conducting Educational Research (5th ed.). Fort Worth, TX: Harcourt,
Brace.
Turabian, K.L. (1973). A Manual for Writers of term Papers. Theses, and Dissertations (4th ed.)
Chicago: University of Chicago Press.
University of Chicago Press. A manual of Style. (1982). Chicago: Author.
University Microfilms. (1938). Dissertation Abstracts International. Ann Arbor, MI: Author.
VanHorn-Grassmeyer, K., (1998). EnJiancing Practice: New Professional in student affairs.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
Van Maanen,}., (1988). Tales of the Field: On Writing Ethnography. Chicago: University of
Chicago Press.
Vernon, J.E., (1992). The impact of divorce on the Grandparent/Grandchild Relationship When
the Parent Generation Divorces. Unpublished doctoral dissertation. University of
Nebraska-Lincoln.
Vogt. W.P., (1999). Dictionary of Statistics and Methodology: A nontechnical Guide for the Social
Sciences (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Webb, R.B., & Glesne, C. (1992). Teaching qualitative research. In M. D. LeCompte, W. L.
Millroy. & J. Preissle (Ed.), The Handbook of Qualitative Research in Education (pp. 771-
814). San Diego, CA: Academic Press.
Webb, W.H., Beals, A.R., & White, CM. (1986). Sources of Information in the Social Sciences: A
Guide to the Literature (3rd ed.). Chicago: American Library Association.
Weitzman, P.A., & Miles. M.B. (1995). Computer Programs for Qualitative Data Analysis.
Thousand Oaks. CA: Sage.
Weitzman, R.F., & Levkoff, S.E. (2000). Combining qualitative and quantitative methods in
health research with minority elders: Lessons from a study of dementia caregiving.
Field Methods, 12(3), 195-208.
Wilkinson, A.M. (1991). The Sientist's Handbook for Writing Papers and Dissertations.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Wolcott, H.T. (1994). Transforming Qualitative Data: Description, Analysis, and interpretation.
Thousand Oaks. CA: Sage.
Wolcott, H.T. (1999). Ethnography: A way of Seeing. Walnut Creek, CA: AltaMira.
Wolcott, H.T. (2001). Writing up Qualitative Research (2nd ed.). Thousand Oaks. CA: Sage.
Yin, R.K. (2003). Case study research: Design and Methods (2nd ed.). Thousand Oaks, CA:

306
Sage.
Ziller, R.C. (1990). Photographing the self: Methods for Observing Personal Orientations.
Newbury Park. CA: Sage.
Zinsser, W. (1983). Writing with a Word Processor. York: Harper Colophon.

307
Indeks
Adorno, 13
Analisis data, 301 D
analysis of covariance (ANCOVA),249 dependent variables, 77
antropologi, 80 Dewey, John, 15
B Dillard, Annie, 121
Beisel, N., 148 Dillman, D.A., 224
Berg, E.L., 136 diskonfirmasi, 320
Berger, P.L., 11 Duncan, O.D., 82
between-subject design, 238 Durkheim, Emile, 9
Biklen, S.K., 266, 279
Bjorklund, S.A., 150 E
Blalock, H., 82 Elbow, Peter, 118
Bogdan, R.C., 266, 279 empowerment approach, 101
Boice,R., 119 etnografi, 20,93;
Borg, W.R., 248 kritis, 98
Burbules, N.C., 9,10 experimental design, 249
C
Cabrera, A.F., 150 F
Campbell, D.T., 21, 307 factorial design, 250
Caracelli, V.J., 101 Fay, B., 13
Carrol, D.L., 120 Fenomenologi, 20
Cherryholmes C.H., 15 Finders, M.J., 195
Clandinin, D.J., 19 Fink, A., 217
Clark, Piano, 101, 308, 313 Firestone, 63
clustering, 218 Fisk, 21
clustering sampling, 218 Fiske,D.,307
Colbeck, C.L., 150 Franklin, 118, 125
Collin, 80 Freire, Paulo, 13
Comte, 9
concurrent mixed methods, 23 G
Connelly, F.M., 19 Gall, M.D., 248 generalisasi:
construct validity, 222 kualitatif, 289
contmt validity, Til naturaiistik, 97
Cooper, H., 44 proporsional, 97
CorbinJ., 19 Gibbs, G.R., 285
corroboration, 320 Goffman, 80
Creswell, J.W., 101, 206, 263, Gravetter, F.J., 227
308, 313 Greene, J.C., 101
Crotty, M., 11, 12 grounded theory, 19, 20, 42, 97,
Crutchfiled, J.P., 89 98, 193
culture-sharing, 93

308
Guba,E.G.,ll,97 Gutmann, mikro, 80
101 Lincoln, Y.S., 11, 97
H lintas-validasi, 320
Habermas, Jurgen, 13 Locke, L.F., 9,166
Hagedorn, R., 79 Luekmann, T., 11
Hanson, 101 M
Hay, I., 138 Mannheim, Karl, 11
Heron, J., 13 ----- . __ . Marcuse, 13
Hesse-Biber, S.N., 131 Marshall, C, 157
hipotesis, 78,197; alternatif, 198;nol, 198 Marx, Karl, 13
Homans, 81 Maxwell, J.A., 110, 138
Hopkins, T.K., 81 McCracken, G. 169
Huberman, A.M., 192, 286 Mead, 15
means, 249
I member checking, 330
independent variables, 77 Mertens, D.M., 101,102,312
inferential statistical test, 249 Metafora pelangi, 79
integratif, 44 metode:
Interval confidence, 250 campuran, 149, 307
Isreal, M., 138 kombinasi, 22
konvergens, 22
J primer, 322
James, 15 saintifik, 8, 9
Jancvec, 55 sekunder, 322
Jungnickel, P.W., 84 terintegrasi, 22
K metodologi:penelitian, 17
Kalof, L., 178 kelompok: metodologis, 44
eksperimen, 134 Miles, M.B., 192, 286
kontrol, 134 Mill, 9
Kemmis, S., 13,14 model:
Kerlinger, E.N., 78 defisiensi, 145, 159
Kushman, J.W., 332, 333 defisiensi pendahuluan, 150
Morgan, D., 15,317
L Morse J.M., 147, 313, 317, 322
Labovitz, S., 79 Moustakas, C, 19,193, 275
Lather, 98 multi-metode, 22
Lather, P., 98 multilevel design, 323
Lauterbach, S.S., 171 multimethods, 21
Leavy, P., 131 multiple approaches, 21
legitimasi, 330 multivariate analysis of variance
Lenski, 80 (MANOVA), 249
level: Murphy, J.P., 15
makro, 80 N
meso, 80 Naratif, 21
309
Neuman, W.L., 11, 80, 97 Reason, 13
Newton, 9 regresi, 335;,logistik, 335
nonparametric statistical test, 250 Rorty, R., 15
Rosenthal, R., 236
O Rosnow, R.L., 236
observasi, 327; kualitatif, 267 Ross-Larson, B., 125 '
Rossman, G., 95, 274
P Rossman, G.B., 157
Parente, J.M., 150
participatory action research, 101 S
pattern theory, 97 Salant, P., 224
Patton, M.QV 15 sampel, 218
Peirce, Sanders, 15 sample size formula, 221
pendekatan: sampling, 218, 327
deduktif, 86 Schwandt, T.A., 11
penelitian, 17 penelitian: sequential mixed methods, 22
korelasional, 18 single-subject r18
kualitatif, 4, 28 single-subject design, 238, 250
kuantitatif, 5, 27 sosiologi, 80
metode campuran, 5, 28 Spradley, J.P., 192
positivis/post-positivis, 8 Stake, R.E., 19, 97
penelitian sains, 8 standard deviation, 249
Perspektif Stanley, J., 239
feminis, 94 starting point, 97
teori kritis, 94 Steinbeck, John, 120
Phillips, D.0,9,10 Strategi:
populasi, 218, 220 eksploratoris sekuensial, 317
Pragmatisme, 15 embedded konkuren, 321
pre-experimental design, 238 transformatif konkuren, 324
predictive validity, 222 transformatif sekuensial,318
probabilistic sample, 220 triangulasi konkuren, 320
Prose, Francine, 116 Studi kasus, 20
systematic sample, 220
Q
quasi-eksperimen (quasi-experi-ment), T
18,232, 238 t-test, 249, 335
Tarshis, B., 122
R Tashakkori, A., 15, 206, 313, 323
Rallis, S.F., 95,274 . Teddlie, C, 15, 327,313, 323
rancangan transformatif, 101 theoretical rationale, 79
random assignment, 19, 216 Teori queer, 94
random numbers table, 221 Terenzini, P.T., 150
random sampling, 220, 232, 327 Tesch, R., 263
range, 249 Thomas, J., 148

310
transformative mixed methods, 23 Wacana rasial, 94
triangulasi, 324 Wallnau, L.B., 227
triangulasi of data resourcers, 22 wawancara, 327;
triangulate, 286 kualitatif, 267;
true experiment, 232, 238 mendalam, 25
U Wilkinson M., 13,14, 38, 63,123,
univariate analysis of variance (ANOVA), 145, 166
249 Wolcott, 125, 284 Wolcott, H.T., 19,
125, 263
V
validitas, 222, 286; Y
konstruk, 247 Yin, R.K., 285, 289 Yu, R,
Variabel, 76; bebas, 87, 178; confounding, 327
78; control, 78; intervening, 77;
moderating, 77; terikat, 87, 178 Z
W Zinsser, W., 117, 118, 123

311

Anda mungkin juga menyukai