Anda di halaman 1dari 21

Tanggal Praktikum 10/03/2020

Tanggal Laporan 13/03/2020

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENCAPAN TEKSTIL 2


“Pengaruh Suhu dan Waktu Curing pada Pencapan Rintang Resin DMDHEU Kain
Kapas menggunakan Zat Warna Reaktif MCT(Novacron Yellow P-6GS) dan zat warna
reaktif Vinil Sulfon (sinarcion blue VR 150%)”

LAPORAN
ditulis untuk memenuhi nilai mata kuliah Praktikum Teknologi Pencapan 2

Oleh
KELOMPOK 6 (ENAM)
Adi Priambudi NIM. 17020003

Aditya Susanto NIM. 17020004

Alya Rizkiyani NIM. 17020010

Chintya Dwi Pebriyani NIM. 17020021

Grup 3K1

Dosen : Wulan S.,S.ST,M.T.


Asisten :1. Brilyan M. R. R.,S.ST.
2. Desiriana

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I. Maksud dan Tujuan


I.1. Maksud
Melakukan pencapan pada kain kapas menggunakan zat warna reaktif
MCT ( Novacron Yellow P-6Gs) dan zat warna reaktif vinil sulfon (Sinarcion
Blue VR 150%) untuk mendapatkan hasil analisa pengaruh Suhu dan Waktu
Curing dengan evaluasi ketuaan warna pada hasil cap.

I.2. Tujuan
Adapun beberapa tujuan dalam praktikum ini adalah :
I.2.1. Mengetahui pengaruh dari factor Suhu dan Waktu Curing pada proses
fiksasi terhadap ketuaan warna hasil pencapan kain kapas dengan zat
warna reaktif MCT (Novacron yellow P-6GS ) dan zat warna reaktif VInil
Sulfon (Sinarcion Blue VR 150%).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. Dasar Teori


II.1. Serat Kapas

Gambar diatas merupakan strukur molekul serat serat kapas. Struktur


molekul diatas tersusun dari molekul selulosa yang merupakan pengulangan dari
anhidroglukosa. Pada serat kapas diatas memiliki gugus hidroksil (-OH) yang
memberikan sifat penyerapannya terhadap air. Gugus hidroksil tersebut selain dapat
menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya, juga dapat menarik gugus hidroksil air.
Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah
menyerap zat warna baik berbentuk pasta maupun larutan.
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai
molekul selulosa (hidroselulosa).
Alkali dan oksidator mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada
suhu rendah akan menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada
proses merserisasi, sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen
dalam udara akan menyebabkan terjadinya oksiselulosa. Sedangkan oksidator dapat
menyebabkan terjadinya oksiselulosa yang dapat menyebabkan berubahnya gugus
aldehid menjadi gugus karboksilat.

II.2. Zat Warna Reaktif Golongan Vinil Sulfon


Zat warna reaktif dikenal sebagai zat warna yang dapat bereaksi
secara kimia dengan serat selulosa dalam ikatan yang kuat (ikatan kovalen),
sehingga zat warna ini merupkan bagian dari serat. Ikatan ini terbentuk dari
reaksi antara gugus reaktif pada zat warna reaktif dengan gugus –OH, –SH, –
NH2, dan –NH yang ada dalam serat. Oleh karena itu, hasil pencelupan zat
warna reaktif mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik.
Zat warna reaktif remazol golongan vinil sulfon dapat mengadakan
reaksi adisi nukleofilik dengan serat selulosa dan membentuk ikatan eter.
Ikatan ini biasanya tahan terhadap kondisi asam, tetapi kurang tahan
terhadap kondisi alkali. Reaksi fiksasi yang terjadi antara zat warna dengan
serat adalah sebagai berikut :
Alkali
D-SO2-CH2-CH2-OSO3-Na D-SO2-CH=CH2 (Reaktif)
Alkali
D-SO2-CH=CH2 + Sel-OH D-SO2-CH2-CH2-O-Sel

Sebagian zat warna reaktif bereaksi dengan air yang mengandung


alkali dan menyebabkan zat warna terdeaktivasi.
Alkali
D-SO2-CH=CH2 + H-OH D-SO2-CH2-CH2-OH (Tidak
Reaktif)
Zat warna ini cocok untuk dicelup dengan metoda pre pad alkali dan
metoda all in yang pemasukan alkalinya didepan. Kelebihan zat warna vinil
sulfon adalah relatif lebih tahan alkali, tetapi kelemahannya adalah hasil
celupnya mudah rusak oleh pengerjaan dalam suasana alkali, contohnya apabila
hasil celupnya dilakukan proses pencucian dengan sabun dalam suasana alkali
dengan suhu yang terlalu panas maka ketuaan warnanya akan sedikit turun lagi.

II.3. Zat Warna Reaktif Panas


Zat warna Reaktif Panas merupakan zat warna yang dapat larut di dalam air
dan berikatan dengan selulosa melalui ikatan kovalen sehingga tahan luntur
warna hasil celupannya baik. Contoh strukturnya adalah jenis monokloro
triazin (MCT).
Beberapa contoh zat warna reaktif panas antara lain Procion H, Drimarene X,
Sumifix, Remazol, Sumifix Supra dan Drimarene Cl. Zat Warna Procion H dan
Drimarene X yang masing - masing mempunyai sistem reaktif triazin dan
pirimidin termasuk zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui
mekanisme substitusi nukleofilik.
Kelemahan zat warna reaktif panas selain mudah rusak terhidrolisis juga hasil
celupannya kurang tahan terhadap pengerjaan asam. Sebagai contoh bila
hasil celupan dilakukan proses penyempurnaan resin finish dalam suasana
asam maka ketuaan warna hasil celupannya akan sedikit menurun.
Zat Warna reaktif kelompok kedua yaitu Sumifix dan Remazol merupakan
jenis zat warna reaktif yang bereaksi dengan serat melalui mekanisme addisi
nukleofilik.

II.4. Resin DMDHEU


Katalis adalah zat yang dapat mempengaruhi laju reaksi kimia tanpa
mengalami perubahan reaksi kimia dan pada umumnya berupa asam atau
snyawa lain yang dapat melepaskan asam pada suhu tinggi. Katalis sebenarnya
mengambil bagian dalam reaksi kimia dengan menggabungkan diri dengan salah
satu atau lebih reaktan pada suatu tahapan reaksi. Senyawa gabungan reaktan
dengan katalis itu kemudian terdekomposisi kembali dan melepaskan kembali
dalam bentuk semula.
Penggunaan katalis pada penyempurnaan resin dimaksudkan untuk
menambah derajat reaksi sehingga proses polimerisasi resin dapat berjalan lebih
cepat. Katalis merupakan donor proton untuk mendorong terjadinya reaksi
polimerisasi dari gugus metilol dengan gugus-gugus –OH dari selulosa dengan
tidak menurunkan stabilitas larutan prakondensat. Larutan prakondensat akan
lebih stabil bila katalis yang digunakan tidak dalam bentuk asam bebas tetapi
sebagai garam dari basa lemah dan asam kuat yang tetap stabil dalam larutan
pada suhu kamar, tetapi dapat melepaskan asam pada suhu tinggi, misalnya
ammonium sulfat, seng nitrat dan magnesium klorida.
II.5. Pencapan Rintang
Pencapan rintang adalah proses pencapan dengan menggunakan suatu zat
perintang, baik yang bersifat rintang mekanik maupun rintang kimia, sehingga apabila
kemudian dicelup atau dicap tumpang maka bagian yang dicap rintang tidak akan
memberikan warna tumpang.

Pencapan rintang ( resist/reserve printing ) analog dengan pencapan etsa, yaitu


meniadakan zat warna tertentu. Dalam pencapan rintang zat warna yang akan masuk
dihalangi oleh zat perintang sehingga tidak terjadi fiksasi zat warna. Jadi dalam
pencapan rintang kain dicap dulu dengan pasta yang mengandung zat perintang,
kemudian dicelup dengan zat warna yang tidak tahan zat perintang. Apabila kedalam
pasta cap ditambahkan zat warna disebut rintang warna, apabila tidak ditambahkan
zat warna disebut rintang putih. Setelah dicap dengan pasta yang diberi zat perintang,
kain keseluruhan kemudian diwarnai ( dicelup pad atau dicap blok ), menggunakan zat
warana yang tidak tahan terhadap zat perintang tadi, sehingga tidak terjadi fiksasi.
Jenis zat perintang dapat bekerja secara kimia dan fisika :

II.5.1. Zat perintang yang ditambahkan dapat bekerja secara fisika, secara kimia
atau keduanya. Zat perintang yang bekerja secara fisika misalnya lilin
( wax ), lemak, resin, pengental dan pigmen seperti kaolin, ZnO, TiO 2,
atau BaSO4.
II.5.2. Zat perintang yang bekerja secara kimia termasuk bermacam – macam
zat kimia seperti asam, alkali, garam, zat pengoksidasi, dan zat pereduksi.

Pemberian warna dasar pada kain yang sudah dicap dengan pasta rintang harus
secepat mungkin, supaya zat perintang tidak larut. Untuk pencelupan dipergunakan
padder ( nip padding ) yang dapat mengurangi waktu kontak dan menghindarkan
bleeding dari zat perintang. Pencapan rintang secara kimia ialah menggunakan suatu
zat kimia yang dicampurkan kedalam pasta cap, berfungsi untuk merusak zat warna
yang dicelup atau dicap kemudian. Sehingga zat warna tersebut tidak mempunyai
afinitas lagi atau tidak bereaksi dengan serat, menghasilkan efek rintang putih yang
diinginkan.

Mekanisme pencapan yaitu Kain dicap menggunakan pasta cap yang


mengandung zat perintang dan zat warna yang tahan zat perintang. Pembangkitan
untuk warna dasar dan warna motif dapat dilakukan dengan pengukusan atau udara
panas. Pada pembangkitan ini warna dasar akan terjad fiksasi, pada motif warna
dasar ini akan terhalangi fiksasinya oleh zat perintang, sehingga pada motif hanya
terjadi fiksasi yang dicapkan semula. Proses ini terjadi pada pencapan rintang kimia.

Pencapan rintang putih adalah menghalangi terjadinya warna pada bagian motif
dengan jalan mecap bahan putih dengan pasta perintang. Setelah pencelupan atau
pencapan tumpang maka bagian yang dicap rintang akan tetap berwarna putih.
BAB III

PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

 Gelas Plastik  Gelas Ukur


 Ember Plastik  Batang Pengaduk
 Mixer  Hairdryer
 Neraca Analitik  Gelas Piala
 Pipet Ukur  Nampan
 Rakel  Kompor
 Kasa Datar

3.1.2 Bahan

 Kain Kapas
 Zat Warna Reaktif VS (Sinarcion Blue VR 150% )
 Zat Warna Reakif MCT ( Novacron Yellow P-6GS)
 Urea
 Zat anti reduksi
 Na2CO3
 RRA (Resist Reactive Agent)
 Pengental alginate 7%
3.2 Diagram Alir Proses

Persiapan Pencapan

Pencapan rintang
warna motif

Drying
(100 oC, 2 menit)

Baking
150oC, 3 menit
170oC, 6 menit

Pencapan blok warna

Drying
(100 oC, 2 menit)

Baking
(140oC, 4 menit)

Washing Off
(Cuci panas 80oC, 10 menit)

Drying

Evaluasi
(Ketuaan warna)

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pencapan


3.3 Resep
3.3.1 Pembuatan Pengental Induk
Jumlah larutan : 1000 gram
Alginat : 7%

3.3.2 Resep Pasta Cap Rintang Warna


Zat Warna Reaktif MCT : 20 gram
Urea : 100 gram
Zar anti reduksi : 10 gram
Katalis : 10 gram
Pengental Alginat : 700 gram
Balance (air) : 50 gram
1000 gram

3.3.3 Resep Pasta Blok


Zat Warna Reaktif VS : 20 gram
Urea : 100 gram
Zar anti reduksi : 10 gram
NaHCO3 : 20 gram
Pengental Alginat : 700 gram
Balance (air) : 240 gram
1000 gram

Drying : 100oC, 2 menit


Baking blok : 140oC, 2 menit dan 4 menit
Baking rintang : 150 oC, 3 menit dan 6 menit
170 oC, 3 menit dan 6 menit

3.4 Fungsi Zat


 Zat warna reaktif (MCT) :berfungsi sebagai pemberi warna pada motif pada kain kapas.
 Zat warna reaktif (VS) :berfungsi sebagai pemberi warna dasar pada kain kapas
 Urea :berfungsi sebagai zat higroskopis yang membantu menjaga
kelembapan pasta cap saat proses termifiksasi pada suhu tinggi agar motif tidak kering dan
pecah.
 RRA :berfungsi sebagai zat perintang untuk merintangi reaksi antara
zat warna reaktif (VS) dengan serat kapas
 NaHCO3 : berfungsi sebagai pemberi suasana alkali
 Pengental :berfungsi sebagai pengatur viskositas dan membantu melekatkan
zat warna pada kain
 Zat anti reduksi :berfungsi untuk mencegah terjadinya reduksi pada zat warna
dispersi

3.5 Skema Proses

 Pemfiksasian dengan cara baking

Persiapan Pencapan Drying Bakiing Bakiing


Block Warna Drying
Pencapan Rintang 100 oC
(150 oC, 3 menit) Vinil Sulfon 100 oC
(140 oC, 4 menit)
Warna MCT
(170 oC, 6 menit)

Evaluasi Cuci Cuci


panas dingin

Gambar 3.2 Skema Proses Pencapan

BAB IV
DATA PERCOBAAN
4.1 Kemurnian Warna
Berikut adalah data dari uji kemurnian warna motif pada tiap variasi yang dilakukan pada
proses pencapan rintang resin DMDHEU pada kain kapas menggunakan zat warna reaktif vinil
sulfon dan zat warna reaktif MCT dengan variasi suhu dan waktu proses curing.

Tabel 4.1 Data uji kemurnian warna motif pada tiap variasi kain
Variasi
3 menit 6 menit
Proses Curing
Suhu 150oC 1 2

Suhu 170oC 4 3

Keterangan : angka 1 - 4 menunjukkan nilai kemurnian warna terendah hingga tertinggi

Berdasarkan data percobaan diatas, maka didapatkan hasil kemurnian warna motif pada
tiap variasi yang dilakukan pada proses pencapan rintang resin DMDHEU pada kain kapas
menggunakan zat warna reaktif dalam bentuk grafik berikut

4.5

3.5

3
Ketuaan Warna

2.5

1.5

0.5

0
150°C, 3 menit 150°C, 6 menit 170°C, 3 menit 170°C, 6 menit
Metode

Gambar 4.1 Grafik hubungan kemurnian warna pada motif cap dengan variasi suhu dan waktu proses
curing
BAB V
DISKUSI DAN KESIMPULAN

5.1. Diskusi dan Pembahasan

Pada praktikum ini telah dilakukan pencapan rintang resin DMDHEU pada kain kapas
menggunakan zat warna reaktif MCT (Novacron Yellow P-6GS) dan zat warna reaktif Vinil
Sulfon (sinarcion blue VR 150%) dengan variasi pengaruh suhu dan waktu curing kain kapas.
Saat proses pencapan, dilakukan pencapan rintang warna motif terlebih dahulu, kemudian
dilakukan pencapan blok warna. Hal ini dilakukan agar zat warna yang akan masuk dihalangi
oleh zat perintang yang menyebabkan tidak terjadi nya fiksasi zat warna pada bagian yang
telah dicap rintang. Sehingga pada bagian yang dicap rintang tidak akan memberikan warna
tumpang. Karena prinsip pencapan rintang adalah meniadakan zat warna tertentu di bagian
yang telah di lapisi zat perintang.
Dilakukan variasi suhu dan waktu curing (thermofiksasi) pada pencapan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap kemurniaan warna. Berdasarkan data percobaan setelah
dilakukan pengamatan secara visual didapatkan hasil bahwa kain kapas yang dicuring dengan
suhu 170°C selama 3 menit memiliki tingkat kemurnian warna paling baik. Hal ini mungkin
dikarenakan sudah terfiksasinya zat warna rintang motif ke dalam serat sehingga zat warna
blok tidak berikatan dengan serat kapas, serta terpolimerisasinya RRA sebagai zat perintang
yang menyebabkan warna pada motif tidak tercampur dengan warna dasar sehingga dihasilkan
kemurnian warna baik. Kemungkinan juga kemurnian warna yang baik didapatkan karena peran
penambahan resin DMDHEU sebagai katalis yang mengambil bagian dalam reaksi kimia
dengan menggabungkan diri dengan salah satu atau lebih reaktan pada suatu tahapan reaksi.
Penggunaan katalis pada pencapan rintang resin DMDHEU dimaksudkan untuk menambah
derajat reaksi sehingga proses polimerisasi resin dapat berjalan lebih cepat karena katalis
merupakan donor proton untuk mendorong terjadinya reaksi polimerisasi dari gugus metilol
dengan gugus-gugus –OH dari selulosa, sehingga polimerisasi dari zat warna perintang motif
semakin baik berikatan ke serat kapas.
Untuk pengaruh suhu dan waktu curing terhadap kemurnian warna, semakin tinggi suhu
curing yang dilakukan yaitu 170°C setelah pencapan rintang warna MCT dapat menyebabkan
terjadinya optimalisasi polimerisasi zat warna perintang. Zat warna perintang MCT dapat
berikatan dan terfiksasi dengan serat kapas secara optimal pada suhu curing 170°C selama 3
menit, sehingga blok warna vinil sulfon yang dicapkan setelahnya tidak dapat berikatan dengan
bagian kain kapas yang telah terlapisi zat warna perintang. Sedangkan untuk pengaruh waktu
curing tidak begitu berpengaruh terhadap kemurnian warna pada pencapan ini, karena pada
suhu yang sama yaitu 170°C sebagai suhu optimal, curing selama 6 menit tidak lebih baik
tingkat kemurnian warna nya dibanding curing selama 3 menit, sedangkan pada suhu 150°C
kain kapas yang di curing selama 6 menit memiliki tingkat kemurnian warna yang lebih baik
dibanding kain kapas yang di curing selama 3 menit. Hal ini mungkin bukan disebabkan oleh
pengaruh penggunaan resin DMDHEU / RRA / zat warna vinil sulfon/ MCT, tetapi mungkin
dapat disebabkan karena tekanan yang diberikan saat perakelan pada pencapan rintang motif
yang tidak sama atau kualitas screen blok warna yang kurang baik atau mungkin karena
pengaruh baking dengan suhu 140°C selama 4 menit setelah pencapan blok warna.

5.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum serta pengamatan secara visual pada pencapan rintang resin
DMDHEU dengan Kain Kapas menggunakan Zat Warna Reaktif MCT dan zat warna reaktif Vinil
Sulfon dapat disimpulkan :

- Kain kapas yang di curing dengan suhu 170°C selama 3 menit memiliki nilai kemurnian
warna yang paling baik / optimal
- Semakin tinggi suhu curing yang dilakukan maka semakin baik juga tingkat kemurnian
warna yang didapat
- Waktu curing tidak begitu berpengaruh terhadap tingkat kemurnian warna

LAMPIRAN

PERHITUNGAN
a) Resep pembuatan pengental induk 4%
4
Pengental Alginat 4% = x 1000 mL=40 gram
100
Air = 1000 - 40 = 960 mL

b) Resep pembuatan pasta cap rintang warna


Kebutuhan pasta cap=50 gram
20
Zat warna reaktif MCT = x 50 gram=1 gram
1000
100
Urea= x 50 gram=5 gram
1000
700
Pengental= x 50 gram=35 gram
1000
20
DAP 1 :1= x 50 gram=1 gram
1000
10
Zat Anti Reduksi= x 50 gram=0,5 gram
1000
50
Balance= x 50 gram=2,5 gram
1000

c) Resep pembuatan pasta blok


Kebutuhan pasta cap=50 gram
20
Zat warna reaktif VS= x 50 gram=1 gram
1000
100
Urea= x 50 gram=5 gram
1000
700
Pengental= x 50 gram=35 gram
1000
10
Zat Anti Reduksi= x 50 gram=0,5 gram
1000
20
NaHCO 3= x 50 gram=1 gram
1000
240
Balance= x 50 gram=12 gram
1000

KAIN 1 (150oC, 3 menit)


KAIN 2 (150oC, 6 menit)
KAIN 3 (170oC, 3 menit)
KAIN 4 (170oC, 6 menit)
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, Agus., dkk. 2006. Bahan Ajar Teknologi Pencapan 1. Bandung : Sekolah
Tinggi Teknologi Tekstil.
Lubis, Arifin., dkk. 1998. Teknologi Pencapan Tekstil. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Djufri, Rasjid., dkk. 1973. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan Dan Pencapan.
Bandung : Institute Teknologi Tekstil

Anda mungkin juga menyukai