Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan teknologi maju merupakan suatu hal yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Selain pentingnya
penggunaan teknologi maju tersebut, tetap perlu diperhatikan langkah
pengendalian yang tepat agar tidak merugikan manusia itu sendiri.
Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan terutama pada era
industrialisasi seperti pada saat ini sehingga penggunaan mesin-mesin,
instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai dengan
kebutuhan industrialisasi (Tarwaka, 2008).

Namun demikian, disisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan


berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan
pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja, dan timbulnya berbagai macam
penyakit akibat kerja. Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana para
pekerja beraktifitas sehari-hari mengandung banyak bahaya, baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi keselamatan dan kesehatan pekerja.
Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya getaran,
kimia, radiasi, thermal, pencahayaan, dan kebisingan (Tambunan, 2005).

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48
Tahun 1996). Menurut KepMenNaker No. 51 Tahun 1999, kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat
proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan pendengaran (Septiana NR dan Widowati E,
2017).
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi.
Selain berdampak pada gangguan pendengaran intensitas bising yang
tinggi juga dapat mengakibatkan hilangnya konsentrasi, hilangnya
keseimbangan dan disorientasi, kelelahan, gangguan komunikasi,
gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas, gangguan faal tubuh, serta
adanya efek visceral, seperti perubahan frekuensi jantung/peningkatan
denyut nadi, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat
(Harrington & Gill, 2003).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 prevalensi


gangguan pendengaran di Asia Tenggara adalah 156 juta orang atau 27%
dari total populasi sedangkan pada orang dewasa di bawah umur 65 tahun
adalah 49 juta orang atau 9,3% yang disebabkan karena suara keras yang
dihasilkan di tempat kerja. Menurut Komite Nasional Penanggulangan
Gangguan Pendengaran dan Ketulian pada tahun 2014 ganggunan
pendengaran akibat bising di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia
Tenggara yaitu sekitar 36 juta orang atau 16,8% dari total populasi
(Taneja, 2014).

Berdasarkan kasus diatas, kami dari kelompok tutorial 11 melakukan


penelitian untuk memenuhi tugas community based learning (CBL) untuk
mengetahui bagaimana hubungan kondisi pekerjaan dan kesehatan pada
bidang THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) pada pekerja pengrajin
kayu yang berada di Kelurahan Fajar Baru, Kecamatan Jati Agung,
Lampung Selatan, terutama terkait masalah penyakit yang sering dialami
para pekerja tersebut yaitu gangguan pendengaran.
1.2. Tujuan
1. Mengetahui gangguan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) apa saja
yang terjadi pada pekerja pengrajin kayu tersebut.
2. Mengetahui hubungan penyakit gangguan Telinga, Hidung, dan
Tenggorokan (THT) terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
3. Mengetahui penyebab dari kelainan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan
(THT) yang terjadi pada pekerja pengrajin kayu tersebut.
4. Memberikan edukasi mengenai keselamatan dan kesehatann kerja kepada
pekerja pengrajin kayu tersebut.

1.3. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan penulis, pembaca dan perusahaan agroindustri
mengenai kelainan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) yang
terbanyak dalam perusahaan tersebut.
2. Meningkat pengetahuan penulis, pembaca, dan perusahaan agrindustri
tentang langkah mendiagnosis penyakit akibat kerja.
3. Memberikan informasi kepada perusahaan mengenai hubungan kelainan
Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) dengan penyakit akibat kerja
yang terbanyak di tempatnya.
4. Meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan
agroindustri tersebut.

DAFPUS ILHAM :

Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN


PRESS.

Tambunan. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Jakarta: Andi

Septiana NR, Widowati E. 2017. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Higeia.


1(1) : 73-82.

Harrington JM, Gill FS. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja Edisi Ke-3. Jakarta

Taneja MK. 2014. Noise-Induced Hearing Loss. Indian Institute of Ear Diseases,
New Delhi, India. 20(4) : 151-154.

Anda mungkin juga menyukai