Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“HAKIKAT ANAK USIA DINI DI PAUD”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini

Dosen Pengampu:

Evi Winingsih, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh :
Siti Roudlotul Jannah (17010014002)
Titannia Abdini (17010014022)
Nabila Salma Salsabila (17010014030)
Irine Diva Savira (17010014038)
Dewi Nur Anggraini (17010014062)
Nabiel Rifqy Anwar (17010014076)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini dengan segenap kemampuan kami, dengan adanya
makalah ini kami mengaharapkan bimbingan dari Ibu Evi Winingsih S.Pd.,M.Pd. Sehingga
kami kedepannya dapat membuat makalah yang jauh lebih baik.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses pembuatan makalah ini dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Surabaya, 25 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Anak Usia Dini ..........................................................................2
2.2 Titik Kritis yang Perlu Diperhatikan pada Anak Usia Dini .........................3
2.3 Tahap Perkembangan Anak Usia Dini di PAUD .........................................5

BAB III PENUTUP


1.1 Kesimpulan .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan yang professional mempunyai tugas utama adalam mendidik, mengajar,


membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada satuan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun pendidikan yang lebih lanjut. Untuk
melaksanakan tugas secara professional, seorang pendidik PAUD harus memiliki kompetensi
yang dipersyaratkan. Selaras dengan kebijakan pembangunan yang meletakan
pengembangan. Sumberdaya manusia sebagai prioritas pembangunan nasional.
Makan kedudukan dan peran pendidik PAUD semakin strategis dalam mempersiapkan sisiwa
yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.
Direktorat pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal. Sebagai institusi pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap
peningkatan mutu pada PAUD selalu berupaya melakukan trobosan dalam meningkatkan
kompetensi PAUD yang akan berdampak pada peningkatan kualitas Pendidikan Anak Usia
Dini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Anak Usia Dini?
2. Apa saja titik kritis yang perlu diperhatikan pada Anak Usia Dini?
3. Bagaimana tahap perkembangan Anak Usia Dini di PAUD?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Agar memiliki pemahaman mengenai definisi dari Anak Usia Dini.
2. Untuk mengetahui titik kritis yang perlu diperhatikan pada Anak Usia Dini.
3. Agar memiliki pengetahuan mengenai tahap perkembangan Anak Usia Dini di
PAUD.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anak Usia Dini


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-
undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.
Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan
pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa
50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak
berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai
100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui
Pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan
melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur
formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain
yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompokbermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti
bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan
satuan PAUD sejenis (SPS).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahawa Anak Usia Dini adalah anak
yang berada pada masa perkembangan 0-6 tahun yang sedang dalam masa usia emas
(golden age) dan dalam masa perkembangan yang sangat pesat sehingga membutuhkan
stimulus yang teapt dan kuat baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan
pendidikan formal yang salah satunya adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) agar
anak dapat bertumbuh dan berkembang secara maksimal.
2.2 Titik Kritis Yang Perlu Diperhatikan Pada Anak Usia Dini
Beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan pada anak usia dini yang berbeda
dengan anak usia sesudahnya. Titik kritis tersebut adalah sebagai berikut (Kartadinata,
2003):
1. Membutuhkan rasa aman, istirahat dan makanan yang baik
Anak-anak usia dini membutuhkan keseimbangan berbagai zat makanan,
latihan dan tidur yang cukup. Secara rutin anak-anak tersebut perlu diperiksa
kesehatannya untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangannya berjalan dengan
baik. Selain itu, diperlukan pengawasan orang tua secara teratur untuk memelihara
keselamatan dan perasaan keberadaan dirinya, sehingga anak merasa aman secara
fisik maupun psikologis.
2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru
Anak usia dini secara konstan mencontoh apa yang dilihat dan didengarnya.
Semua kata, perilaku, sikap, keadaan, perasaan, dan kebiasaan anak atau orang
dewasa di sekitarnya akan dia amati, dicatat dalam pikirannya, kemudian akan
ditirunya. Imitasi atau peniruan ini merupakan salah satu cara belajar utama anak usia
dini. Oleh karena itu, pemberian teladan atau contoh merupakan hal yang paling
penting dalam mendidik anak usia dini.
3. Membutuhkan latihan dan rutinitas
Melakukan sesuatu secara berulang-ulang merupakan suatu keharusan
sekaligus kesenangan bagi anak usia dini. Mereka tak pernah bosan berulangulang
melakukan sesuatu, misalnya: memungut kerikil, menempel gambar, atau
mendengarkan cerita, dan lain lain. Pengulangan ini merupakan latihan bagi anak
untuk menguasai keterampilan tertentu. Selain itu, rutinitas juga merupakan proses
belajar yang penting bagi kehidupan anak karena anak mengembangkan berbagai
kebiasaan baik melalui rutinitas ini, misalnya: melatih kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, mengucapkan
terima kasih pada orang lain, dan sebagainya.
4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban
Bertanya merupakan cara yang paling umum dilakukan oleh anak usia dini
dalam proses belajarnya. Anak usia 3-4 tahun banyak bertanya menggunakan
”bagaimana” dan ”mengapa”. Jika berbagai pertanyaan anak ini dilayani dengan baik
melalui jawaban yang memuaskan, rasa ingin tahu dan keinginan untuk bereksplorasi
pada anak akan semakin kuat. Sebaliknya, jika pertanyaan tersebut diacuhkan, dikritik
atau dijawab dengan asal-asalan, anak akan merasa bersalah dengan pertanyaan yang
terlanjur dia ungkapkan dan rasa bersalah ini akan menutup keinginannya untuk
belajar lebih lanjut.
5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa
Meskipun anak kadang-kadang dapat mengerti dan melakukan perintah dari
orang dewasa, namun anak usia dini belum mampu berpikir seperti orang dewasa.
Kemampuan berpikir logis pada anak berkembang lebih lambat dari pada
kemampuannya dalam menguasai kata-kata. Kadang, pembicaraan anak tampak
sangat menakjubkan, tetapi pikiran yang mendasari kata-katanya sebenarnya masih
kekanakan dan tidak logis. Pemikiran anak lebih banyak didasari hal-hal yang tampak
olehnya secara dangkal, dan sering kali kesimpulan tentang apa yang dilihatnya belum
tepat. Oleh karena itu, mendidik anak usia dini sangat memerlukan kesabaran dan
pemahaman.
6. Membutuhkan pengalaman langsung
Orang dewasa memiliki kemampuan mental untuk menghadapi situasi baru,
mencari alasan dalam menjawab persoalan, menggambarkan pemecahan masalah
dalam pikirannya dan mengungkapkan suatu gagasan baru. Anak usia dini belum
memiliki kemampuan mental seperti itu. Pemerolehan pengetahuan pada anak lebih
banyak diperoleh dari pengalaman langsung. Anak banyak belajar pada sesuatu yang
hadir secara nyata di depannya. Dia belajar dengan tubuh dan indranya sendiri,
misalnya dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, mencicipi, dan mencium.
7. Trial and error menjadi hal pokok dalam belajar
Anak usia dini suka mencoba-coba. Tiap kali dia gagal, dia tidak akan bosan
untuk mencoba dan mencobanya lagi. Oleh karena itu, pendidik perlu memberikan
kesempatan pada anak untuk mencoba dulu dengan caranya sendiri, meskipun kita
tahu bahwa cara yang dia lakukan keliru. Kita perlu memotivasi anak untuk
melakukan dan mengulanginya lagi, karena ketekunan merupakan kunci keberhasilan
hidup dan belajar. Selain itu, pendidik juga diharapkan siap untuk menunjukkan cara-
cara yang benar dalam melakukan sesuatu jika anak tampak sudah lelah dengan
kegagalannya atau jika anak bertanya.
8. Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak
Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk ke
dalam dunia orang dewasa, cara bagi anak untuk memperoleh serpihan pengetahuan
tentang berbagai hal, menumbuhkan hasrat bereksplorasi, melatih pertumbuhan fisik
dan imajinasi, berlatih berinteraksi dengan orang dewasa dan anak lain, dan berlatih
menggunakan kata-kata. Selain itu bermain membuat belajar menjadi sesuatu yang
menyenangkan, dan manfaat bermain ini menjadi sangat penting karena pada saat
anak masuk SD belajar akan menjadi lebih formal dan memerlukan upaya yang
serius.

2.3 Tahap Perkembangan Anak Usia Dini di PAUD


Perkembangan dapat diartikan sebagai ”perubahan yang progresif dan kontinu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”. Setiap manusia
akan mengalami tahapan perubahan sesuai dengan periode perkembangannya. Setiap
perkembangan memiliki karakteristik yang dicapai. Setiap tahap perkembangan yang
dicapai oleh anak akan menjadi landasan untuk mencapai tahap perkembangan
berikutnya. Perkembangan memiliki tahapan pencapaian dan karakteristik tersendiri dari
setiap tahapannya, hal itu bisa digambarkan dalam Menu Generik (Direktorat PAUD
2008) sebagai berikut.

ASPEK
USIA KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN
3-4 Agama dan Moral  Menyanyikan lagu bernuansa imtaq (1 – 3
Tahun lagu)
 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan serta menirukan sikap berdoa
 Menirukan gerakan ibadah dengan tertib
 Menyimak dengan baik cerita bernuansa
imtaq
 Meniru dan menyebutkan nama-nama dan
beberapa sifat Tuhan.
 Menunjukkan rasa sayang dan cinta kasih
kepada ciptaan Tuhan
 Mengucapkan syair atau pantun imtaq
Menirukan ucapan yang baik
 Mengucapkan terima kasih setelah
menerima sesuatu (dengan meniru)
 Mengucapkan salam
 Dapat mengenal kata-kata santun (maaf,
tolong)
 Menghargai teman dan tidak memaksakan
kehendak
Motorik  Berdiri dengan satu kaki bergantian
sebentar
 Berdiri dengan satu kaki selama lima
detik
 Berjalan ke depan dengan tumit sebanyak
tiga langkah
 Naik tangga dengan kaki bergantian
sambil berpegang pada pegangan tangga
 Menuruni tangga dengan kaki bergantian
sambil memegang pegangan tangga
 Berlari sambil menggiring bola Melompat
dengan satu kaki
 Melompat jauh melewati rintangan/tali
setinggi 5cm
 Melompat sejauh 25 cm
 Dapat melompat dengan satu kaki satu
sampai lima lompatan
 Menendang bola dengan kaki berayun ke
depan dan belakang
 Berjalan ke depan di balok titian dengan
tangan direntangkan sebagai penyeimbang
 Menangkap bola yang dipantulkan dengan cara
“merangkul” dan dada
 Menangkap bola yang dipantulkan
dengan kedua tangan Melipat kertas
 Mengelompokkan benda-benda yang
tidak serupa Membangun menara dari 10 balok
 Menggambar benda yang dikenal yang
berarti bagi anak
 Membuat garis mendatar, tegak lurus dan
lingkaran
 Menggunting kertas di antara dua garis
Bahasa  Menjawab pertanyaan “siapa”, “mengapa”,
“dimana”.
 Bertanya pertanyaan “kapan”, “bagaimana”
 Merangkai kalimat dengan 4 buah kata
 Menyebutkan jenis kelaminnya, usia dan
saudaranya
 Mengerti dan melaksanakan dua perintah
sederhana
 Mengenali, menirukan, dan mengetahui
suara-suara benda dan binatang
 Menunjukkan 13 gambar yang dikenalnya
 Menyebutkan hingga 10 gambar yang
dikenalnya
Kognitif  Mengenal fungsi benda dengan benar
 Mengelompokkan benda berdasarkan
bentuk, warna, ukuran dan fungsi secara
sederhana
 Ikut dalam kegiatan membaca dengan
mengisi kata-kata atau kalimat yangkosong
 Menunjukkan dan menyebutkan anggota
tubuhnya
 Mencocokkan hingga 11warna
 Menunjuk hingga 6 warna yang
disebutkan Menyebutkan dua warna dasar
 Mencocokkan dua bentuk (lingkaran dan
bujur sangkar)
 Menunjukkan dua bentuk yang diminta
(lingkaran dan bujur sangkar)
 Memahami konsep banyak/sedikit,
kecil/besar, penuh/ kosong, ringan/berat,
pendek/tinggi, kurus/gemuk, kurang/ lebih,
pendek/panjang
 Memahami konsep buka/tutup,
depan/belakang. Keluar/masuk, di belakang/di
depan, dasar/atas, di atas/di bawah
 Mengklasifikasikan sekitar empat macam
benda
 Mengerti apa yang harus dilakukan dalam
situasi tertentu
 Mengenal sedikitnya sembilan fungsi
benda
Sosial dan Emosional  Mulai bisa menunggu giliran
 Bermain bersama tetapi dengan
pengawasan orang dewasa
 Menunggu giliran tetapi dengan dibantu
 Mempunyai teman khayalan
 Menggunakan balok atau benda lain
untuk membuat bangunan sederhana
 Mengikuti aktivitas sedikitnya 20 menit
 Bekerja dalam kelompok kecil selama
lima – 12 menit
 Menggunakan balok atau benda lain
untuk membangun bangunan yang lebih
kompleks
Seni  Menyanyikan lagu anak-anak lengkap
sesuai irama dengan gerakan
 Membuat bunyi-bunyian dengan berbagai
alat/ benda
 Menggambar/melukis dengan jari
Keterampilan hidup  Menggunakan sisi garpu untuk memotong
makanan empuk
 Menggunakan serbet
 Melepas pakaian sendiri kecuali untuk
baju yang harus ditarik keatas
 Mengenakan celana atau rok yang
menggunakan karet pinggang
 Mengenakan kaos kaki
 Mengenakan rok
 Tahu sepatu kiri dan kanan
 Mengenakan pakaiannya yang ditarik ke
atas
 Mengenakan pakaian sendiri kecuali
untuk mengencangkan
 Membuka kancing baju
 Mengancingkan baju
 Menarik retsleting
 Mencoba untuk menalikan sepatu tapi
belum benar
 Mengancingkan baju dengan kancing
yang kecil
 Berusaha untuk cebok sendiri
 Menyiram WC
 Cuci tangan dengan sabun tanpa bantuan
 Membasuh muka dengan bantuan
 Memutar tombol keran
 Mengeringkan wajah tanpa dibantu
 Menggosok gigi dengan bantuan
 Berkumur dan membuang airnya
4-5 Agama dan Moral  Menyanyikan lagu-lagu bernuansa imtaq
tahun (lebih dari 3 lagu)
 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan sehari- hari dengan baik
 Melakukan gerakan ibadah
 Menyimak dan menceritakan kembali
cerita bernuansa imtaq
 Menyebutkan dan mengetahui beberapa
sifat Tuhan
 Memperlihatkan kasih sayang kepada
ciptaan Tuhan melalui belaian dan rangkulan
 Meniru dan mengerti (tahu arti) kalimat
yang baik
 Mengucapkan salam
 Dapat mengenal kata-kata santun (maaf,
tolong)
Fisik dan Motorik  Berdiri dengan satu kaki hingga 10 detik
 Berjalan ke depan mengikuti garis dengan
menggunakan tumit/ jinjit sejauh 2 meter
 Melompat ke depan 10 kali
 Melompat mundur satu kali
 Melompat satu kaki secara bergantian
sebanyak tiga kali
 Menendang bola dengan tendangan yang
luwes
 Berjalan di atas balok titian dengan
seimbang
 Menangkap bola dengan kedua tangan
terjulur
 Melempar bola sejauh tiga meter
 Menjepit kertas dengan alat penjepit
 Merapikan lipatan kertas dengan jari
 Membangun menara dari banyak balok
 Menggambar orang lengkap dengan
anggota tubuhnya
 Menirukan bentuk, silang, bujur sangkar
 Menggunting di luar bentuk-bentuk
geometri
Bahasa  Menggunakan kata sambung “tapi”.
 Mendefinisikan kata-kata yang sederhana
 Menanyakan arti berbagai kata
 Menceritakan perbedaan suatu benda
 Menceritakan persamaan suatu benda
 Menyebutkan kota asalnya
 Menyebutkan alamat rumahnya
 Mengerti dan melaksanakan 3 perintah
 Menunjukkan sekitar 13 macam benda
yang diminta
 Menyebutkan 13 benda yang ditunjuk
Kognitif  Memperoleh informasi tentang sesuatu
yang nyata melalui buku
 Mencoba untuk menceritakan kembali
suatu cerita berdasarkan ingatannya
 Mengikuti buku yang sedang dibacanya
 Mencocokkan lebih dari 11 warna
 Menunjukkan sekitar 11 warna yang
diminta
 Menyebutkan 11 warna yang ditunjuk
 Mencocokkan bentuk lingkaran, bujur
sangkar, segitiga, persegi panjang
 Menunjukkan bentuk lingkaran, bujur
sangkar, segitiga dan persegi panjang jika
diminta
 Menyebutkan bentuk lingkaran dan bujur
sangkar yang ditunjuk
 Memahami konsep banyak/sedikit,
kecil/besar, penuh/kosong, ringan/berat,
pendek/tinggi, kurus/gemuk, kurang/lebih,
pendek/panjang, cepat/lambat, sedikit/banyak,
tebal/tipis, sempit/lebar
 Memahami konsep buka/tutup,
depan/belakang. Keluar/masuk, di belakang/di
depan, dasar/atas, di atas/di bawah, naik/turun,
maju/mundur, menjauh/mendekat, rendah/tinggi,
melebihi/kurang dari
 Mengklasifikasikan sekitar delapan
macam benda
 Mengerti apa yang harus dilakukan dalam
situasi tertentu
 Mengenal sedikitnya 12 fungsi benda
Sosial dan Emosional  Bermain sedikitnya satu permainan di atas
meja dengan pengawasan
 Masih belum lancar mengikuti arahan
secara verbal dalam bermain
 Menunggu giliran dalam bermain tanpa
pengawasan
 Mempertunjukkan suruhan sederhana
 Tidak mengganggu teman dengan sengaja
 Berani pergi ke sekolah sendiri
 Memilih kegiatan sendiri
 Menunjukkan ekspresi wajar saat mara,
sedih, takut
 Menjadi pendengar dan pembicara yang
baik
Seni  Menyanyikan lagu lengkap sesuai irama
 Mencipta/mengarang/mengubah syair
lagu
 Memainkan alat musik
 Melukis/menggambar/membuat
pola/meronce/menganyam/mencocok/
membentuk dengan berbagai alat
Ketreampilan hidup  Memegang garpu dengan jari-jari
 Menggunakan pisau untuk mengoles
 Melepaskan pakaian yang harus ditarik ke
atas
 Berpakaian sendiri tanpa diawasi kecuali
untuk mengencangkan
 Membuka retsleting
 Mengenakan ikat pinggang
 Menalikan tali sepatu
 Berusaha untuk membuat pita tali sepatu
 Mengenakan pakaian sendiri setelah
BAB/BAK
 Cebok sendiri
 Sudah memahami kebersihan di kamar
mandi (siram WC, cuci dan mengeringkan
tangan)
 Mencuci muka sendiri
 Mandi dengan bantuan
 Setelah mandi mengeringkan badan
sendiri
 Menyisir rambut sendri
 Menggosok gigi sendiri
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendidikan yang professional adalah
pendidikan yang mempunyai tugas utama adalam mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, pada satuan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) maupun pendidikan yang lebih lanjut.
Anak usia dini adalah anak yang berada direntan usia 0-6 tahun dan 0-8 tahun mereka
berada dalam kelompok perkembangan dan pertumbuhan yang unik . pada masa ini
merupakan golden age atau masa emas. Karena pada usia ini anak memiliki keterampilan
dan kemampuan yang bekembang sangat pesat dan tak tergantikan pada masa
mendatang.
Adapun bebrapa titik kritis yang perlu diperhatiakan pada Anak Usia Dini adalah sebagai
berikut ;
1. Menumbuhkan rasa aman, istirahat dan makana yang baik
2. Berperan sebagai peniru yang baik
3. Membutuhkan latihan dan rutinitas
4. Banyak bertanya dan ingin memperoleh jawaban
5. Cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa
6. Membutuhkan pengalaman langsung
7. Mencoba dan membuat besalahan menjadikan pembelajaran
8. Bermain merupakan dunia anak-anak
9.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat PAUD. (2008). Menu Generik. Jakarta: Depdiknas.


Kartadinata, Sunaryo. (2003). Konseptualisasi Pendidikan Anak Dini Usia di Indonesia.
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia ‘Konseptualisasi Sistem & Program
PAUD’, Edisi Khusus 2003. Jakarta: Dit. PADU Depdiknas, h. 68-80.
Mansur, M.A., 2005. Pendidikan anak usia dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sisdiknas, U.U., 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika.
Suyanto, S., 2005. Pembelajaran untuk anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai