Anda di halaman 1dari 7

MODUL 6

PROBABILITAS1

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep- dan aturan dasar dasar
dalam probabilita.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang konsep dasar
probabilita
2. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan aturan-aturan dasar
probablitas
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang nilai kemungkinan

1. Pendahuluan
Salah satu konsep dasar yang penting untuk dipahami sebelum kita
melangkah pada pemahaman lebih lanjut metode statistik inferensial
adalah probability (peluang/kemungkinan). Bagian ini akan
mengemukakan konsep-konsep, pengertian/definisi dan contoh agar
mahasiswa mampu memahami konsep-konsep yang dimaksud.

2. Konsep Dasar:
a. Kejadian (event)
Definisi : Hasil dari sebuah eksperimen atau survey.
Contoh :Enam (titik) yang ditunjukkan pada lemparan sebuah
dadu, dan seseorang yang membeli minuman ringan Diet Coke
i. Elementary event:
Definisi: Hasil sebuah eksperimen yang memenuhi hanya
satu kriteria
Contoh: - Seseorang yang membeli minuman ringan Diet
Coke, atau kartu berwarna merah dari sekumpulan kartu.
ii. Joint event:
Definisi: Hasil sebuah eksperimen yang memenuhi dua atau
lebih kriteria

1 Disarikan dari David M. Leine& David F. Stephan, 2010.

1
Contoh: Seorang perempuan yang membeli minuman ringan
Diet Coke, atau kartu berwarna merah dan sekaligus
bergambar hati dari sekumpulan kartu.
b. Random variable:
Definisi: Sebuah variable yang nilai numeriknya mewakili kejadian-
kejadian dalam suatu eksperimen
Contoh: Jumlah kendaraan yang tiba di SPBU dalam waktu satu
jam
c. Probability:
Definisi: sebuah bilangan yang menunjukkan kemungkinan sebuah
kejadian tertentu akan terjadi untuk random variable.
Contoh: kemungkinan mendapatkan angka 7 jika melempar dua
buah dadu, kemungkinan seorang incumbent memenangkan
pemilihan, persentase kemungkinan akan turunnya hujan.
Probabilitas ditetapkan sebagai angka desimal dengan nilai antara
0 hingga 1.0 mengindikasikan sebuah kejadian yang tidak pernah
terjadi (dikenal sebagai null event). 1 mengindikasikan certain
event, sebuah kejadian yang pasti terjadi.
d. Collectively Exhaustive Event:
Definisi: Rangkaian kejadian yang memasukkan semua kejadian
yang mungkin.
Contoh: Gambar atau angka jika melempar koin

3. Aturan Dasar Probabilitas


Serangkaian aturan menentukan perhitungan probabilitas (elementary dan
joint)
a. Aturan 1:
Probabilitas atau kemungkinan suatu kejadian harus berada
diantara 0 dan 1. Nol adalah kemungkinan yang paling kecil dan
satu yang paling besar sehingga tidak ada kemungkinan yang
bernilai negatif atau lebih besar dari 1,0.

Contoh:

2
Pada kasus pelemparan dadu. Kemungkinan akan didapatkan sisi
bernilai 7 adalah 0 karena kejadian (event) tersebut tidak mungkin
terjadi. Sedangkan kemungkinan mendapatkan sisi dengan nilai
kurang dari 7 adalah 1, karena salah satu dari elementary event
(sisi 1, 2, 3, 4, 5 atau 6) pasti terjadi.

b. Aturan 2:
Kejadian (event) bahwa A tidak terjadi disebut “A complement” atau
“bukan A”. Jika P(A) mewakili kemungkinan kejadian A terjadi,
sedangkan 1-P(A) mewakili kemungkinan kejadian A tidak terjadi.

Contoh:
Pada kasus pelemparan dadu. Complement untuk mendapatkan
sisi 3 berarti tidak mendapatkan sisi 3. Karena kemungkinan untuk
mendapatkan sisi 3 adalah 1/6, maka kemungkinan mendapatkan
bukan sisi 3 adalah (1-1/6) = 5/6 atau 0,833

c. Aturan 3:
Jika kejadian A dan B bersifat mutually exclusive, maka
kemungkinan terjadinya kejadian A dan B secara bersama bernilai
0. Artinya, dua kejadian tidak mungkin terjadi secara bersamaan.

Contoh:
Pada satu pelemparan dadu, tidak mungkin didapatkan sisi 3 dan
sisi 4 secara bersamaan karena elementary events tersebut bersifat
mutually exclusive. Sisi 3 bisa saja muncul dan sisi 4 juga bisa
muncul, tapi tidak keduanya.

d. Aturan 4:
Jika kejadian A dan B bersifat mutually exclusive, kemungkinan
terjadinya kejadian A atau kejadian B merupakan penjumlahan dari
nilai dari kemungkinan masing-masing.

Contoh:

3
Kemungkinan mendapatkan sisi 3 dan sisi 4 pada sebuah
pelemparan dadu adalah 1/3 atau 0,333. Nilai tersebut adalah
penjumlahan dari kemungkinan mendapatkan sisi 3 (1/6) dan
kemungkinan mendapatkan sisi 4 (1/6).

e. Aturan 5:
Jika kejadian dalam satu rangkaian bersifat mutually exclusive dan
collectively exhaustive maka total probilitas harus berjumlah 1,0.

Contoh:
Kejadian mendapakan sisi bernilai genap dan mendapatkan sisi
bernilai ganjil adalah bersifat mutually exclusive dan collectively
exhaustive. Bersifat bersifat mutually exclusive karena sisi genap
dan sisi ganjil tidak mungkin terjadi bersamaan pada satu
pelemparan dadu. Bersifat collectively exhaustive karena salah satu
(sisi genap atau sisi ganjil) pasti akan muncul pada satu
pelemparan dadu. Oleh karenanya, kemungkinan mendapatkan
muka genap atau ganjil adalah total dari kemungkinan
mendapatkan sisi genap ditambah kemungkinan mendapatkan sisi
ganjil yakni 1,0.

P (genap atau ganjil) = P (sisi genap) + P (sisi ganjil)

= 3/6 + 3/6
= 6/6 = 1

f. Aturan 6:
Jika kejadian A dan B tidak bersifat mutually exclusive,
kemungkinan kejadian A atau kejadian B terjadi adalah jumlah dari
kemungkinan masing-masing dikurangi kemungkinan terjadinya
kejadian simultan.

Contoh:
Pada sebuah pelemparan dadu, mendapatkan sisi genap tidak
bersifat mutually exclusive dengan mendapatkan muka bernilai

4
kurang dari 5, karena kedua kejadian mungkin terjadi pada satu
lemparan. Untuk menentukan nilai kemungkinan dua kejadian
tersebut maka nilai kemungkinan mendapatkan sisi genap (3/6)
harus ditambahkan dengan nilai kemungkinan mendapatkan sisi
bernilai kurang dari 5 (4/6) dan kemudian dikurangi denfan nilai
kemungkinan mendapatkan sisi genap dan sisi kurang dari 5 (2/6).

P (sisi genap atau sisi kurang dari 5) = P (sisi genap) + (P (sisi


kurang dari 5) – P (sisi genap DAN kurang dari 5)

= 3/6 + 4/6 – 2/6


= 5/6
= 0,833

g. Aturan 7:
Jika kejadian A dan B bersifat independen, kemungkinan kedua
kejadian, A dan B terjadi, sama dengan hasil dari kemungkinan
masing-masing. Dua kejadian bersifat independen apabila
keberlangsungan sebuah kejadian pertama tidak akan mungkin
mempengaruhi kemungkinan kejadian kedua.

Contoh:
Ketika melempar dadu, tiap lemparan merupakan kejadian
independen, karena tidak ada lemparan yang mempengaruhi
lemparan lainnya. Karenanya, nilai kemungkinan untuk
mendapatkan sisi 5 berturut-turut pada dua kali lemparan dadu
adalah nilai kemungkinannya pada lemparan pertama (1/6)
dikalikan dengan nilai kemungkinannya pada lemparan kedua (1/6).

P (sisi 5 pada lemparan pertama dan sisi 5 pada lemparan kedua)


= P (sisi 5 pada lemparan pertama ) X P (sisi 5 pada lemparan
kedua)

= 1/6 x 1/6
= 1/36 = 0,028

5
h. Aturan 8:
Jika kejadian A dan B bersifat tidak independen, kemungkinan
kedua kejadian, A dan B terjadi adalah hasil kemungkinan kejadian
A dikalikan dengan kemungkinan kejadian B, jika kejadian A telah
terjadi.

Contoh:
Pada sebuah quiz, peserta dipilih secara random dari mereka yang
menonton acara secara langsung. Setelah seseorang dipilih, maka
dia laki-laki atau dia perempuan tidak boleh kembali menjadi
penonton dan tidak boleh dipilih kembali. Hal ini menyebabkan dua
kejadi bersifat tidak independen.

Jika penonton terdiri dari 30 perempuan dan 20 laki-laki, berapa


nilai kemungkinan dua peserta pertama adalah laki-laki? Nilai
kemungkinan peserta pertama seorang laki-laki adalah 20/50 atau
0,40. Kemungkinan peserta kedua seorang laki-laki pula bukan
20/50, karena jumlah laki-laki sekarang adalah 19 dan total peserta
adalah 49. Karenanya, nilai kemungkinan peserta kedua seorang
laki-laki adalah 19/49 = 0,388. Oleh karena itu nilai kemungkinan
kedua peserta pertama adalah laki-laki adalah 0,155.

P (peserta pertama laki-laki dan peserta kedua laki-laki) = P


(peserta laki-laki pertama) X P (peserta kedua laki-laki)
= 20/50 x 19/49
= 380/2.450
= 0,155

4. Menentukan Nilai Kemungkinan:

Terdapat tiga pendekatan berbeda untuk menentukan nilai kemungkinan


terjadinya sebuah variable random, yaitu pendekatan klasik, pendekatan
empiric dan pendekatan subjektif.
a. Pendekatan Klasik
Probabilitas ditentukan berdasarkan pengetahuan sebelumnya
(yang telah dimiliki) tentang proses yang terjadi.

6
b. Pendekatan Empirik
Probabilitas ditentukan berdasarkan frekuensi yang didapatkan dari
data yang diobservasi secara empris.

c. Pendekatan Subjektif
Probalitas ditentukan berdasarkan pendapat ahli atau metode
subjektif lainnya seperti “perasaan” atau “petunjuk”.

5. Latihan

a. Apakah yang dimaksud dengan kejadian (event)?


b. Jika kejadian A dan B bersifat mutually exclusive, berapakah nilai
kemungkinan terjadinya kejadian A atau kejadian B?
c. Jika kejadian A dan B bersifat mutually exclusive, maka berapakah
nilai kemungkinan terjadinya kejadian A dan B secara bersamaan?
d. Jika sebuah dadu dilemparkan, maka kemungkinan kita akan
mendapatkan 3 (muka dadu bertitik 4) adalah 1/6 karena pada
setiap kali pelelmparan ke enam muka dadu mempunyai peluang
yang sama untuk muncul pada tiap pelemparan. Maka, jika kita
melemparkan dadu sebanyak 6000 kali maka kemungkinan kita
akan mendapatkan angka 4 adalah 1000. Penentuan nilai
kemungkinan yang diuraikan diatas disebut dengan pendekatan
apa?

Sumber:
David M. Leine& David F. Stephan (2010), Even You Can Learn Statitiscs
(2nd Ed.): A Guide for Everyone Who Has Ever Been Afraid of
Statistics. Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai