Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit

1) Secsio Caesarea

a. Pengertian Secsio Caesarea

Seksio secarea adalah cara melahirkan janin dengan menggunakan

insisi pada perut dan uterus (Bobak, I.M, 2000).

Seksio secarea merupakan suatu persalinan buatan, yaitu janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta bobot janin diatas 500

gram (Winkosastro, 2005).

Seksio Ceaserea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram

(Mitayani, 2011).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sectio

secarea adalah suatu proses persalinan buatan yang dilakukan melalui

pembedahan dengan cara melakukan insisi pada dinding perut dan

dinding rahim ibu, dengan syarat rahim harus dalam keadaan utuh

serta janin memiliki bobot berat badan diatas 500 gram.

9
10

b. Indikasi Secsio Caesarea

Indikasi persalinan cesarea menurut Solehati (2015), yaitu:

1) Faktor ibu

a) Distosia

Distosia merupakan suatu keadaan persalinan yang lama

karena adanya kesulitas dalam persalinan yang disebabkan

oleh bebrapa faktor dalam persalinan, baik faktor dari ibu

sendiri maupun dari faktor bayi dalam proses persalinan

seperti kelainan tenaga (his), kelelahan jalan lahir, kelainan

letak dan bentuk janin, kelainan dalam besar/ bobot janin,

serta psikologis ibu.

b) Cephal Pelvic Disporportion (CPD)

Cephal Pelvic Disporportion adalah ketidakselarasan atau

ketidak seimbangan antara kepala dan janin dan pelvis ibu.

oleh karena itu, seorang ibu penting untuk melakukan

pengukuran panggul pada saat pemeriksaan kehamilan awal

dengan tujuan memperkirakan apakah keadaan panggulnya

masih dalam batas normal ataupun tidak.

c) Preeklamsi berat dan eklamsia

Preeklamsi berat atau PEB adalah hipertensi terjadi pada ibu

hamil yang biasanya terjadi pada trimester akhir.

Preeklampsia merupak an suatu sindrom yang dijumpai pada

ibu dengan kehamilan diatas 20 minggu yang ditandai dengan


11

hipertensi dan proteinuria dengan atau tanpa edema

(bengkak). Eklampsia adalah pre-eklampsia yang disertai

dengan gejala kejang-kejang umum yang terjadi pada saat

hamil, waktu partus atau tujuh hari post partum bukan karena

epilepsi.

d) Gagal Proses persalinan

Gagal induksi persalinan merupakan indikasi dilakukannya

section secarea untuk segera menyelamatkan ibu dan bayinya

e) Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,

yaitu plasenta yang terletak pada segmen bawah uterus

sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan

jalan lahir (ostium internum).

f) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi

Tumor pada jalan lahir menimbulkan kesulitan dan

merupakan rintangan terhadap lahirnya janin pervaginam

karena adanya masa yang menghalangi jalan lahir.

2) Alasan janin

a) Terjadinya gawat janin

Disebabkan syok, anemia berat, preeclampsia berat, eklamsia

dan kelainan konginetal berat. Syok dan anemia berat yang

dialami ibu pada masa persalinan dapat menimbulkan gawat

janin.
12

b) Letak janin

Kelainan dengan letak sungsang, lintang dan presentasi ganda

atau majemuk merupakan faktor penyulit dalam kehamilan.

c) Kehamilan ganda

adalah kehamilan dengan dua janin atayu lebih dalam satu

rahim dengan satu atau dua plasenta. kehamilan kembar dapat

beresiko tinggi baik terhadap ibu maupun bayinya.

d) adanya bobot bayi yang ukurannya lebih dari normal

Bobot bayi normal antara 2500-4000 gram. Bobot bayi diatas

4000 gram atau dinamakan bayi besar (giant baby). hal ini

mengakibatkan bayinsulit keluar dari jalan lahir ibu.

c. Klasifikasi Secsio Caesarea

Menurut (Solehati, 2015) ada beberapa jenis-jenis 12secsio sesarea

antara lain:

1) Seksio secarea klasik

Tipe ini, insisi dibuat secara vertical, baik pada kulit abdomen

maupun uterus

2) Lower segmen caesarean birth

Tipe ini dilakukan dengan dua cara :

a) Insisi dilakukan dengan lower cervical dan dibuat secara horizontal

pada kulit abdomen, sedangkan pada uterus dibuat secara vertical

b) Insisi dilakukan pada lower cervical dan dibuat secara horizontal,

baik pada kulit abdomen maupun uterus.


13

d. Patofisiologi section cesarea

Ibu Janin
 Panggul sempit absolute  Letak janin yang tidak bisa
 Tumor-tumor jalan lahir dikoreksi
 Stenosis servik  Presentasi bokong (kadang-
kadang)
 Disproporsi sefalopelvis
 Penyakit konginetal
 Ruptur uteri membakat
exeritroblastosis
 Diabetes (kadang-kadang)
 Gawat janin
 Riwayat observasi yang jelek
 Riwayat dasar klasik
 Infeksi herpes virus tipe II

Masalah Keperawatan :
Seksio Kurang pengetahuan cemas

Komplikasi Persalinan normal

Kala II berjalan lancar

Ibu Janin
 Infeksi Bayi lahir dengan TTV normal
 Perdarahan
 Luka kandung kemih Kematian

Masalah Keperawatan :
o Resiko tinggi penyebaran infeksi
o resiko cedera pada ibu
o Resiko kerusakan integritas jaringan

Sumber : Mitayani, 2011

SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas

500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi

dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,


14

distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan

untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah

dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari

aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi

dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat

akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi

akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu

diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri

adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa

nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa

bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak

pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga

kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat

diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan

pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri

berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk

pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat

sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang menutup.

Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan

menurunkan mobilitas usus.


15

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan

terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.

Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh

energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga

menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena

reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko

terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu

motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi

yaitu konstipasi.

e. Komplikasi Secsio cesarea

Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea menurut Mitayani

(2011) adalah sebagai berikut:

1) Pada ibu

a) Infeksi puerperalis

Ringan : peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa

nifas

Berat : Peritonitis sepsis

b) Perdarahan

c) Komplikasi-kompilkasi lain seperti luka kandung kemih,

emboli paru-paru

2) Pada bayi

Kematian perinatal pasca Seksio secarea sebantak4-7%


16

f. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Dongoes & Moorhouse, (2002: 414). Pada seksio caesarea

pemeriksaan diagnostik yang harus dilakukan adalah:

1) Jumlah darah lengkap, hemoglobin, haemotokrit (Hb/Ht),

mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek

kehilangan darah pada pembedahan.

2) Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, dan Lochea: pemeriksaan

tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.

g. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan umum yang perlu dikaji menurut Mitayani (2011, 113)

adalah sebagai berikut:

a) Hitung darah lengkap, golongan darah (ABO) dan percocokan

silang serta coombs

b) Urinalisis : menentukan kadar albumin/ glukosa

c) Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II

d) Pelvimetri : menentukan CPD

e) Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin

f) Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menentukan pertumbuhan,

kedudukan dan presentasi janin

g) Tes stress kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin

terhadap gerakan/ stress dari pola kontraksi uterus/ pola abnormal

h) Pemantauan elektronik kontinu : memastikan status janin/ aktivitas

uterus.
17

h. Perawatan pasca post partum persalinan SC

Perawatan pasca post partum persalinan SC menurut Manuaba (2014)

yaitu :

1) Kesadaran penderita

a. Pada anastesi lumbal :

Kesadaran penderita baik, oleh karenanya ibu dapat mengetahui

hampir semua proses persalinan.

b. Pada anastesi umum :

Pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur, dengan memberikan

O2, menjelang akhir operasi.

2. Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital.

a. Pengukuran :

- Tensi, nadi, temperatur dan pernapasan.

- Keseimbangan cairan melalui produksi urin, dengan

perhitungan :

 Produksi urin normal : 500-600 cc

 Pernapasan : 500-600 cc

 Penguapan badan : 900-1.000 cc

- Pemberian cairan pengganti sekitar 2.000-2.500 cc dengan

perhitungan 20 tetes/menit ( = 1 cc/menit).

- Infus setelah operasi 2x24 jam.


18

b. Pemeriksaan :

- Paru :

 Kebersihan jalan nafas

 Ronki basal, untuk mengetahui adanya edema

- Bising usus, menndakan berfungsinya usus (dengan flatus).

- Perdarahan lokal pada luka operasi.

- Kontraksi rahim, untuk menutup pembuluh darah.

- Perdarahan pervaginam :

 Evaluasi pengeluaran lokhea

 Atonia uteri meningkatkan perdarahan

 Perdarahan berkepanjangan

3. Profilaksis antibotika.

Pertimbanagn pemberian antibotika :

- Bersifat profilaksis

- Bersifat terapi karena sudah terjadi infeksi

- Berpedoman pada hasil tes sensitifitas

- Kualitas antibiotika yang akan diberikan

- Cara pemberian antibiotika

4. Mobilisasi penderita

a. Mobilisasi fisik :

- Setelah sadar pasien boleh miring

- Berikutnya duduk, bahkan jalan dengan infus

- Infus dan kateter dibuka pada hari kedua atau ketiga


19

b. Mobilisasi usus :

- Setelah hari pertama dan keadaan baik, penderita boleh

minum

- Diikuti makan bubur saring dan pada hari kedua- ketiga

makan bubur

- Hari keempat-kelima nasi biasa dan boleh pulang

B. Konsep dasar presentasi bokong

1) Pengertian

Presentasi bokong yaitu jika ekstremitas bawah berada dalam keadaan

fleksi pada panggul dan ekstensi lutut, dengan kaki yang terletak dengan

kepala (Leveno, 2015 : 163).

Presentasi bokong yaitu letak bokong masuk pintu atas panggul dapat

melintang atau miring mengikuti jalan lahir dan melakukan putar paksi

dalam sehingga trochanter depan berada dibawah simfisis (Manuaba,

2014 : 492).

2) Bentuk letak bokong

Bentuk letak bokong dan kaki menurut Manuaba (2014) dapat

ditentukan sebagai berikut :

a. Letak bokong murni (teraba bokong, kedua kaki menjungkit keatas

sampai kepala bayi, kedua kaki bertindak sebagai spalk)

b. letak bokong kaki sempurna (teraba bokong, kedua kaki berada di

samping bokong)
20

c. Letak bokong tidak sempurna (teraba bokong disamping bokong

teraba satu kaki)

d. Letak kaki (bila bagian terendah salah satu dan kedua kaki atau lutut

dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah, letak lutut bila lutut

terendah.

3) Ekstraksi bokong

Ekstraksi bokong menurut Manuaba (2014 : 500) yaitu :

a. Jari telunjuk tangan kanan dimasukkan agar dapat mencapai

pelipatan paha depan

b. Dengan mengait pada spina iskiadika arterior superior dilakukan

tarikan curaman kebawah sehingga trokhanter depan dapat dilahirkan

c. Setelah trokhanter depan lahir dilakukan tarikan keatas sehingga

trokhanter belakang mencapai perineum

d. Setelah trokhanter belakang mencapai perineum telunjuk tangan kiri

dimasukkan kelipatan paha dan mencapai spina isiadika arterior

superior belakang

e. Dengan kedua tangan telunjuk dilakukan persalinan seperti metode

klasik, kombinas tindakan loevset

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan kelahiran sesaria

1) Pengkajian

Menurut Mitayani (2011) , secara teori data yang perlu dikaji dari pasien

secsio caesarea adalah:

a. Sirkulasi
21

Hipertensi dan terdapat perdarahan vagina.

b. integritas ego

Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda

kegagalan dan atau refleksi negative pada kemampuan sebagai wanita

c. Makanan dan cairan

Nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, dan edema sebagai tanda-

tanda hipertensi karena kehamilan (HKK).

d. Nyeri/ ketidaknyamanan

a. Distosia

b. Persalinan lama/ disfungsional, kegagalan induksi

c. Terdapat nyeri tekan uterus

e. Keamanan

1. Penyakit hubungan seksual aktif misalnya herpes

2. Prolaps tali pusat, distress janin

3. Ancaman kelahiran janin yang premature

4. Presentasi bokong dengan versi sefalik ekstrenal yang tidak

berhasil

5. Ketuban pecah selama 24 jam atau lebih lama

6. Adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau

jantung serta infeksi asendens

f. Seksualitas

1. Disproporsi sefalopelvik (CPD)

2. Kehamilan multiple atau gestasi (uterus sangat distensi)


22

3. Melahirkan secara bedah uterus atau serviks sebelumnya

4. Tumor/ neoplasma yang menghambat pelvis/ jalan lahir

g. Penyuluhan/ pembelajaran

Kelahiran cesarea yang tidak direncanakan, dapat memengaruhi

kesiapan dan pemahaman ibu terhadap prosedur

2) Pengkajian

a. Sirkulasi

Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml.

b. Integritas ego

Dapat menunjukan labilitas emosional, dari kegembiraan sampai

ketakutan, marah, atau menarik diri.

Klien dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam

pengalaman kelahiran.

Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi

baru.

c. Eliminasi

Kateter urinarius mungkin terpasang: urine jernih pucat.

Bising usus tidak ada, samar, atau jelas.

d. Makanan/cairan

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal.

e. Neurosensori

Kerusakan gerakan dan sensasi dibawah tingkat anestesia spinal

epidural.
23

f. Nyeri/ketidaknyamanan

Mungkin mengeluh, ketidaknyamanan dari berbagai sumber, misal

trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/

abdomen, efek-efek anesthesia, mulut mungkin kering.

g. Pernafasan

Bunyi paru jelas dan vesikuler.

h. Keamanan

Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.

Jalur parental, bila digunakan, paten, dan sisi bebas eritema, bengkak,

nyeri tekan.

i. Seksualitas

Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.

Aliran Lochea sedang bebas bekuan berlebihan/ banyak

( Doenges, and Moorhouse, 2001 ; 414 )

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri (akut) /ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma

pembedahan, efek-efek hormonal, distensia kandung kemih/abdomen.

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasife, dan atau

peningkatan pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama, malnutrisi.

( Doenges, and Moorhouse, 2001 ; 417-444 )


24

3. Rencana Keperawatan

a. Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan Trauma

pembedahan, efek-efek anesthesia, efek-efek hormonal, distensi

kandung kemih/abdomen.

Hasil yang diharapkan:

1) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)

2) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

3) Tanda vital dalam rentang normal

4) Tidak mengalami gangguan tidur

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Nyeri akut berhubungan


dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, secara komprehensif
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level termasuk lokasi, karakteristik,
jaringan  Setelah dilakukan tinfakan durasi, frekuensi, kualitas dan
Ds: keperawatan selama 3 hari faktor presipitasi
- Klien mengatakan nyeri pasien tidak mengalami  Observasi reaksi nonverbal
pada luka operasi nyeri, dengan kriteria hasil: dari ketidaknyamanan
- Nyeri seperti ditusuk-  Mampu mengontrol nyeri Bantu pasien dan keluarga
tusuk (tahu penyebab nyeri, untuk mencari dan
- Skala 6 mampu menggunakan menemukan dukungan
- Durasi nyeri 5 menit tehnik nonfarmakologi Kontrol lingkungan yang
sekali untuk mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
Do: mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
- Klien tampak meringis pencahayaan dan kebisingan
 Melaporkan bahwa nyeri
25

kesakitan berkurang dengan Kurangi faktor presipitasi


- Skala nyeri 6 menggunakan manajemen nyeri
- TD : 110/80 mmHg nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
- N : 86x/menit  Mampu mengenali nyeri untuk menentukan intervensi
- RR : 20x/menit (skala, intensitas, frekuensi  Ajarkan tentang teknik non
0
- S 36,5 C dan tanda nyeri) farmakologi: napas dala,
- Klien memegang daerah  Menyatakan rasa nyaman relaksasi, distraksi, kompres
yang sakit setelah nyeri berkurang hangat/ dingin
 Tanda vital dalam rentang  Berikan analgetik untuk
normal mengurangi nyeri: ……...
 Tidak mengalami gangguan  Tingkatkan istirahat
tidur  Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
( NIC-NOC, 2015 )

b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma

jaringan/kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasife, dan/atau peningkatan

pemajanan lingkungan, pecah ketuban lama, malnutrisi.

Hasil yang diharapkan:

1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

3. Jumlah leukosit dalam batas normal

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan Resiko Risiko infeksi b.d post op sc

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan dan Kriteria Hasil
Risiko infeksi b.d post op sc NOC : NIC :
26

Ds:  Immune Status  Pertahankan teknik aseptif


- Klien mengatakan verban  Knowledge : Infection Batasi pengunjung bila perlu
pada luka operasi basah control  Cuci tangan setiap sebelum
- Klien mengatakan dari  Risk control dan sesudah tindakan
kemarin balutan belum  Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diganti keperawatan selama…… Gunakan baju, sarung tangan
Do : pasien tidak mengalami sebagai alat pelindung
- Tampak ada luka diperban infeksi dengan kriteria Ganti letak IV perifer dan
dibagian perut bagian hasil: dressing sesuai dengan
bawah  Klien bebas dari tanda dan petunjuk umum
- Verban tampak basah gejala infeksi  Gunakan kateter intermiten
kemerahan  Menunjukkan kemampuan untuk menurunkan infeksi
- Klien memegang daerah untuk mencegah timbulnya kandung kencing
yang sakit infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
- Terpasang infuse RL 20
 Jumlah leukosit dalam batas Berikan terapi
tpm
normal antibiotic: ..........
- Hb : 12,7 g/dl
 Menunjukkan perilaku Monitor tanda dan gejala
- Leukosit : 8,10 103/ul
hidup sehat infeksi sistemik dan lokal
- Hasil pemeriksaan
 Status imun, Pertahankan teknik isolasi k/p
REEDA didapatkan hasil
gastrointestinal,  Inspeksi kulit dan membran
tidak ada kemerahan,
genitourinaria dalam batas mukosa terhadap kemerahan,
- Tidak ada edema,
normal panas, drainase
- Tidak ada ekimosis
 Monitor adanya luka
- Tidak ada discharge serta
 Dorong masukan cairan
luka jahitan menyatu
 Dorong istirahat
dengan baik
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
( NIC-NOC, 2015 )

c. Kurang pengetahuan b.d keterbatasan informasi tentang nutrisi post sc

Hasil yang diharapkan:

1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan


27

2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan

secara benar

3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan

perawat/tim kesehatan lainnya

Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Kurang Pengetahuan Berhubungan


dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi
yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi.
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan dan Kriteria Hasil

Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


Berhubungan dengan :  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan
keterbatasan kognitif,  Kowledge : health Behavior pasien dan keluarga
interpretasi terhadap informasi  Setelah dilakukan tindakan Jelaskan patofisiologi dari
yang salah, kurangnya keperawatan selama …. penyakit dan bagaimana hal
keinginan untuk mencari pasien menunjukkan ini berhubungan dengan
informasi, tidak mengetahui pengetahuan tentang proses anatomi dan fisiologi, dengan
sumber-sumber informasi. penyakit dengan kriteria cara yang tepat.
Ds: hasil:  Gambarkan tanda dan gejala
- Klien mengatakan belum  Pasien dan keluarga yang biasa muncul pada
mengetahui perawatan menyatakan pemahaman penyakit, dengan cara yang
28

payudara tentang penyakit, kondisi, tepat


- Klien mengatakan belum prognosis dan program Gambarkan proses penyakit,
mengetahui nutrisi post sc pengobatan dengan cara yang tepat
- Klien mengatakan belum  Pasien dan keluarga mampu Identifikasi kemungkinan
mengetahui senam nifas melaksanakan prosedur penyebab, dengan cara yang
Do : yang dijelaskan secara tepat
- Saat ditanya tentang benar  Sediakan informasi pada
nutrisi ibu menyusui klien  Pasien dan keluarga mampu pasien tentang kondisi,
tidak mengerti. menjelaskan kembali apa dengan cara yang tepat
- Klien sering bertanya yang dijelaskan perawat/tim Sediakan bagi keluarga
tentang makanan yang kesehatan lainnya informasi tentang kemajuan
boleh dikonsumsi oleh ibu pasien dengan cara yang tepat
menyusui dan ibu post sc  Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

D. Penelitian terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Rini dan Susanti (2018) dengan judul

penurunan nyeri pada ibu post sectio caesaria pasca intervensi biologic

nurturing baby led feeding. Tindakan sectio caesarea (SC) menyebabkan

nyeri yang menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi.

Sebanyak 68% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan

perawatan bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi

yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri. Akibat rasa nyeri

tersebut menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada


29

bayinya. Posisi biologic nurturing baby led feeding merupakan salah satu

posisi menyusui yang direkomendasikan bagi ibu nifas post SC karena lebih

rileks. Selama ini penanganan ibu nifas dengan nyeri masing dengan

pemberian analgetik peroral, sedangkan posisi menyusui biologic nurturing

baby led feeding belum diterapkan. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis

adanya penurunan nyeri pada ibu post sectio caesaria pasca intervensi

biologic nurturing baby led feeding dengan menggunakan metode penelitian

Quasi-eksperiment, dengan rancangan one group pretest-postest design.

Penelitian dilakukan di RSUD Goeteng Taruna Dibrata Purbalingga. Populasi

penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan secara SC, sampel yang

digunakan sebanyak 41 responden yang diambil secara purposive sampling.

Instrument untuk menilai nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).

Data dianalilis dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian

menunjukan sebanyak 28 dari 41 responden (68,3%) mengalami penurunan

skala nyeri pascaintervensibiologic nurturing baby led feeding. Hasil analysis

menunjukkan terdapat penurunan nyeri yang bermakna pada ibu post SC

sebelum dan sesudah intervensi biologic nurturing baby led feeding (p<0,01).

Dengan kesimpulan bahwa intervensi biologic nurturing baby led feeding

dapat menurunkan nyeri pada ibu post sectio caesarea.

Penelitian lain yang dilakukan Karina, Wagiyo, Elisa. (2016) dengan judul

Efek pemberian ekstrak ikan gabus terhadap penyembuhan Luka Perineum

Pada Ibu Postpartum Di Bpm Bonangrejo Demak. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh kejadian tingginya luka perineum gradeII yang

mengalami infeksi pada masa nifas. Ekstrak ikan gabus memiliki kandungan
30

protein dan albumin yang tinggi. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh

gambaran perbedaan proses penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum

gradeII antara yang diberi kapsul ekstrak ikan gabus dan yang tidak diberi

ekstrak ikan gabus desain penelitian ini eksperimendengan rancangan post

test only control group design. dengan teknik penelitian Purposive

samplingdengan 30 responden. Pengamatan pada penelitian ini hari 1, hari 4,

Hari 7, hari 10. Teknik pengambilan data dengan metode observasi

langsung/observasi partisipasif. Hasil analisis data menggunakan Mann-

Whitney didapatkan hasil nilai sig (2-tiled) sebesar 0,000 <0,05 dengan rata-

rata lama penyembuhan kelompok eksperimen adalah 7 hari. Sedangkan rata-

rata lama penyembuhan kelompok kontrol adalah 10 hari. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh ekstrak ikan gabus terhadap penyembuhan

luka perineum pada ibu postpartum dengan selisih 3,2 hari.

Penelitian oleh Hidayati (2016) dengan judul hubungan pola makan dengan

penyembuhan luka postopsectio caesarea di RSUD dr. Soewondo Kenda

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka post opSectio Caesarea (SC)

yaitu nutrisi, obat-obatan, keturunan, mobilisasi, saranaprasarana, budaya dan

keyakinan, usia, pantang makan. Kebanyakan pasien pascaoperasidi

Kabupaten Kendalmasih mempunyai kekhawatiranapabilamakan

makananyang mengandung protein seperti telur, ikan, daging.meraka

berpersepsi akanmempengaruhi luka operasi dan akan menyebabkan luka

jahitan menjadi gatal danproses penyembuhan luka tidak normal.Penelitian

inibertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaanpola makan dengan

penyembuhan luka post op Sectio Caesarea (SC). Penelitian ini termasuk


31

dalam jenis deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross sectional

menggunakan kuesioner dan checklist sebagai alat pengambilan data. Sampel

dalam penelitian ini adalah ibu postpartum dengan post op Sectio Caesarea

(SC) sebanyak 30 responden diRuangMawar RSUD Dr.Soewondo Kendal.

Tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Hasil

penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara

kebiasaan pola makan dengan penyembuhan luka post op Sectio Caesarea

(SC). Diharapkan ibu nifas untuk bisa mengkonsumsi makanan bergizi

seimbang dan takaran cukup sertatidakmelakukan pantang makan, kecuali

apabila ada alergi terhadap makanan tertentu,supaya proses penyembuhan

luka post op Sectio Caesarea (SC) berlangsung cepat dan normal.

Anda mungkin juga menyukai