Anda di halaman 1dari 7

RESUME ANALISIS MIKROBIOLOGI

OLEH

NAMA : RINI RAHAYU MEZANITA PANYILI

STAMBUK : 15020170030

KELAS : C2

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019
RESUME

1. IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN

Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya
tahan simpan suatu sediaan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi sediaan atau
indikator keamanan suatu sediaan (Astuti, 2014)

Dalam system pengendalian mutu, ada banyak cara untuk menilai apakah pengolahan
pangan dilakukan secara memadai atau tidak. Salah satu cara yang umum dilakukan adalah
dengan menggunakan mikroba tertentu sebagai indikator. Mikroba ataupun bakteri indikator,
secara singkat dapat didefiniskan sebagai suatu golongan mikroba atau bakteri atau produk
metabolitnya yang keberadaannya dalam produk makanan dapat dijadikan indikator adanya
potensi masalah mutu, hygiene ataupun keamanan pangan (Surono, IS. 2016)

Pengujian cemaran mikroorganisme dalam sediaan obat tradisional meliputi Angka


Lempeng Total (ALT), uji kapang/ khamir (AKK), serta uji most probably number (MPN) untuk
menguji adanya bakteri coliform dan uji cemaran mikroorganisme patogen seperti Escherichia
coli, Salmonella sp, Pseudomonas aeuroginosa, Staphylococcus aureus dan mikroorganisme
patogen lain (Pratiwi, 2008).
2. Uji Bakteri Kloroform
Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan kualitas air minum, air bersih, air
badan, air permadian umum, air kolam renang dan pemriksaan angka kuman pada air
PDAM. Air yang harus diminum adalah air yang sehat yang harus memenuhi persyaratan
Bakteriologi, kimia radioaktif dan fisik berdasarkan KepMenKes RI No :
907/MenKes/SK/VII/2002 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air minum,
dimana untuk nilai Most probable Number (MPN) yaitu 0 / 100 ml contoh air yang
dianalisis (Depkes, 2002).
Ada 3 macam ragam yang digunakan dalam metode MPN yaitu : 1. Ragam I : 5 x 10
ml, 1 x 1 ml, 1 x 0,1 ml. Untuk spesimen yang sudah diolah atau angka kumannya
diperkirakan rendah. 2. Ragam II : 5 x 10 ml, 5 x 1ml, 5 x 0,1 ml. Untuk spesimen yang
belum diolah atau yang angka kumannya diperkirakan tinggi. Kalau perlu penanaman
dapat dilanjutkan dengan 5 x 0,01 ml dan seterusnya. 3. Ragam III : 5 x 10 ml, 1 x 1 ml x
0,1 ml. Adalah ragam alternatif untuk ragam II, apabila jumlah tabung terbatas begitu
pula persedian media juga terbatas, cara pelaksanaannya seperti ragam II (Soemarno,
2002).
Dalam metode MPN untuk air minum ada dua tahap pemeriksaan yaitu :
a. Tes Pendahuluan (Presumtive Test) Pemeriksaan pada tes pendahuluan dengan
menginokulasi pada media Lactose Broth dilihat ada tidaknya pembentukan gas dalam
tabung durham setelah di inkubasi selama 24 – 48 jam pada suhu 35oC – 37oC. Bila
terdapat pembentukan gas tabung durham maka tes air minum menurut KepMenKes RI
No. : 907/MenKes/SK/VII/2002. bila setelah 48 jam tidak terbentuk gas, hasil dinyatakan
negatif dan tidak perlu melakukan penegasan.
b. Tes Penegasan (Confirmatif Tes) Pemeriksaan pada tes penegasan dengan
penanaman pada media Brillian Green Lactosa Bile Broth, dilihat ada tidaknya
pembentukan gas dalam tabung durham setelah diinkubasi selama 48 jam. Bila terbentuk
gas dalam tabung durham maka tes dinyatakan positif. Coliform merupakan suatu
kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi
yang tidak baik terhadap air, susu dan produk susu. Adanya bakteri Coliform di dalam
makanan dan minuman. Menunjukan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Suriawiria, 1996).
Bakteri Coliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok :
1. Coliform fekal, contoh : Escherichia coli, merupakan bakteri yang berasal dari
kotoran hewan dan manusia. Adanya Escherichia coli dalam air minum, hal ini
menunjukkan bahwa air minum yang dikomsumsi telah terkontaminasi oleh feses
manusia, oleh karena itu standar air minum mensyaratkan Escherichia coli harus 0/100
ml.
2. Coliform non fekal misalnya : Enterobakter aerogenes Bagi manusia air minum
ialah salah satu kebutuhan utama mengingat air sebagai faktor utama dalam penularan
penyakit khususnya dalam masyarakat, maka tujuan utama penyedian air bersih atau air
minum adalah untuk mencegah penyakit yang dibawa oleh air (Suriawira, 1996).

Cara identifikasi

Bakteri dapat diidentifikasi dengan mengetahui reaksi biokimia dari bakteri tersebut.
Dengan menanamkan bakteri pada medium, maka akan diketahui sifat-sifat suatu koloni bakteri.
Sifat-sifat suatu koloni tersebut ialah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya dengan bentuk,
susunan, permukaan, pengkilatan, dan sebagainya. Identifikasi bakteri dapat diketahui dengan
menanamkan sampel bakteri dalam media seperti media gula-gula dan penanaman dalam
IMVIC. Uji IMVIC ini merupakan singkatan dari uji Indol, Metil Red, Voges Proskauer, dan
Citrate (BPOM RI, 2008).

Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino triptofan dan
menghasilkan suatu senyawa berbau busuk yang disebut indol. Bakteri yang telah ditumbuhkan
dalam medium yang mengandung triptofan, kemudian diberi 3-5 tetes pereaksi Kovacs yang
mengandung amil alkohol atau diberi kristal asam oksalat. Adanya indol akan menyebabkan amil
alkohol berubah warnanya menjadi merah tua atau warna kristal asam oksalat menjadi merah
muda. Uji yang menggunakan penunjuk amil alkohol disebut metode Kovacs (Winarno.1992).

Berikut adalah pemaparan tentang uji IMVIC yang telah dilakukan.

1. Uji Indol Asam amino triptofan merupakan kompunen asam amino yang lazim terdapat
pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme
akibat penguraian protein. Bakteri tertentu seperti misalnya Escherichia Coli mampu
menggunakan triptofan sebagai sumber karbon. Escherichia coli menghasilkan enzim
triptofanase yang mengkatalisasikan penguraian gugus indol dari triptofan. Dalam media biakan,
indol menumpuk sebagai produk buangan, sedangkan bagian lainnya dari molekul triptofan
(asam piruvat dan NH4) dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat hara mikroorganisme.
Reagen bereaksi dengan indol dan menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan
berwarna merah pada permukaan medium. Dan hal ini terlihat dalam praktikum yang dilakukan
sehingga didapatkan hasil dua tabung semuanya bernilai positif. Pada prinsipnya, uji Indol
dilakukan untuk menentukan kemampuan mikroorganisme untuk menghasilkan indol dari
triptofan. Asam amino triptofan merupakan kompoen asam amino yang lazim terdapat pada
protein, sehingga sama amio ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme akibat
penguraian protein. Bakteri tertentu seperti misalnya Escherichia coli mampu menggunakan
triptofan sebagai sumber karbon.

2. Uji Methyl Red Dalam praktikum digunakan media MR-VP untuk mengetahui
fermentasi asam campuran atau fermentasi butanadiol. Uji methyl red digunakan untuk
menentukan adanya fermentasi asam campuran. Beberapa bakteri memfermentasikan glukosa
dan menghasilkan berbagai produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media
pertumbuhannya menjadi 5.0 atau lebih rendah. Penambahan indikator pH ”methyl red” dapat
menunjukkan adanya perubahan pH menjadi asam. Methyl Red berwarna merah pada
lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna kuning dalam lingkungan dengan pH 6.2. Fermentasi
asam campuran ditentukan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu yang
mengandung glukosa, dan setelah masa inkubasi menambahkan reagens methyl red. Bila terjadi
fermentasi, biakan akan tetap berwarna merah. Bila tidak terjadi fermentasi, biakan berubah
menjadi kuning setelah penambahan reagen methyl red. Uji ini sangat berguna dalam identifikasi
kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan.indol dari triptofan oleh mikroorganisme
dapat diketahui dengan menumbuhkannya dalam media biakan yang kaya dengan triptofan.

3. Uji Voges-Proskauer Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang


melaksanakan fermentasi 2,3-butanadiol. Bila bakteri memfermentasi karbohidrat menjadi 2,3-
butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media
pertumbuhan. Penambahan 40% KOH dan 5% larutan alphanaphtol dalam ethanol dapat
menentukan adanya asetoin (asetil metil karbonil), suatu senyawa pemuka dalam sintesis 2,3-
butanadiol. Pada penambahan KOH, adanya asetoin ditunjukan adanya perubahan warna menjadi
merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan penambahan larutan alpha-naphtol.
Perubahan warna biakan lebih jelas pada bagian yang berhubungan dengan udara, karena
sebagian 2,3-butanadiol dioksidasikan kembali menjadi asetoin sehingga memperjelas hasil
reaksi. Akan tetapi, pada praktikum kedua tabung tidak menunjukkan adanya perubahan warna
sehingga didapatkan hasil yang negatif.

4. Uji Citrate Uji Citrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme


menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini dapat
digunakan medium sitrat–koser berupa medium cair. Bila mikroorganisme mampu menggunakan
sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan pH
dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru. Perubahan warna dari hijau menjadi biru
menunjukan bahwa mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satusatunya sumber
karbon. Sedangkan para medium sitrat-Koser kemampuan menggunakan sitrat ditunjukan oleh
kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan.
DAFTAR PUSTKA

Astuti, 2014, “Substitusi Tepung Tapioka Dalam Pembuatan non Flaky Crackes Bayam Hijau”

BPOM RI (Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia). 2008. Pengujian
Mikrobiologi Pangan. Info POM Vol. 9, No. 2, Maret 2008. Jakarta: Badan Pengawas
Obat Dan Makanan.

Departemen Kesehatan. 2002. Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia Tahun 2002 :
Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. pp. IV
Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga : Jakarta.

Surono, Ingrid Suryanti. 2016. Pengantar Keamanan Pangan Untuk Industri Pangan : Yogyakarta
Depublish Maret.

Suriawiria., 1996. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa : Bandung.


Winarno, F.G., 1992. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia. 1997. Kimia
Pangan dan Gizi. Bogor: Embrio Press.

Anda mungkin juga menyukai