Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM

DENGAN PEMBERIAN KACANG HIJAU TERHADAP


KELANCARAN ASI DI PUSKESMAS X

CASE STUDY RESEARCH

Disusun Oleh :
Devita Rajak
1910104086

KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM
DENGAN PEMBERIAN KACANG HIJAU TERHADAP
KELANCARAN ASI DI PUSKESMAS X

CASE STUDY RESEARCH

Diajukan Guna Melengkapi Syarat Tugas Praktik Klinik Kebidanan


pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh :
Devita Rajak
1910104086

KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020

HALAMAN PERSETUJUAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POSTPARTUM
DENGAN PEMBERIAN KACANG HIJAU TERHADAP KELANCARAN
ASI DI PUSKESMAS X

CASE STUDI RESEARCH

Disusun oleh :
Nama : Devita Rajak
NIM : 1910104086

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian CSR


Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesahatan
Di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Oleh :

Pembimbing : Sri Wahtini, S.ST.,M.HKes

Tanggal : 29 Februari 2020

Tanda tangan :…………………


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam dan shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang
mengikuti beliau dengan benar hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Study Research yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Post Partum dengan pemberian kacang hijau terhadap kelancaran ASI di Klinik Bina
Sehat Kasihan, Bantul Yogyakarta ”. Terlaksananya studi kasus dan penyusunan studi kasus ini
tidak lepas dari bimbingan dari banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat, Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT.,M.NS, Selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana
terapan Kebidnaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Sri Wahtini, S.ST.,M.Hkes, selaku pembimbing Case Study Research yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama penyusunan Case Study Research ini.
5. Kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan bantuan, baik berupa materi
maupun spiritual dan doa.
6. Teman-teman yang telah memberikan bantuan dan dukungan hingga terselesaikannya Studi
kasus.

Semoga Case Study Research ini dapat bermanfaat. Tidak lupa semua ini kita kembalikan
kepada Allah SWT, semoga segala niat baik dalam penyusunan Case Study Research ini
mendapat ridho-Nya, amin ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................


KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................
.........................................................................................................................
B. Batasan Masalah .............................................................................................
.........................................................................................................................
C. Rumusan Masalah .........................................................................................
.........................................................................................................................
D. Tujuan..............................................................................................................
.........................................................................................................................
E. Manfaat............................................................................................................
.........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.............................................................................................
B. Pathway...........................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................................................
.........................................................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................
.........................................................................................................................
C. Subjek Studi Kasus..........................................................................................
.........................................................................................................................
D. Pengumpulan Data...........................................................................................
.........................................................................................................................
E. Uji Keabsahan Data.........................................................................................
.........................................................................................................................
F. Analisis Data...................................................................................................
.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) terbaru pada tahun 2015 di Amerika

Serikat persentase perempuan menyusui yang mangalami bendungan Air Susu Ibu (ASI)

pada tahun 2013 rata-rata mencapai 87,05 % atau sebanyak 8242 ibu nifas dari 12.765

orang, pada tahun 2014 ibu mengalami bendungan ASI sebanyak 7198 orang dari 10.764

orang dan pada tahun 2015 terdapat ibu yang mengalami bendungan ASI sebanyak 6543

orang dari 9.862 orang (WHO, 2015).

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 masih menunjukkan rata-rata

angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru berkisar 38 %. Di Indonesia meskipun

sejumlah besar perempuan 96% menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya

42% dari bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat

anak-anak mendekati ulang tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI.

(WHO, 2016)

Sehubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGS) atau tujuan

pembangunan berkelanjutan 2030, menyusui merupakan salah satu langkah pertama bagi

seorang manusia untuk mendapatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera, namun tidak
semua orang mengetahui hal tersebut. Di beberapa Negara maju dan Negara berkembang

termasuk Indonesia, banyak ibu yang bekerja namun tidak menyusui bayinya secara

eksklusif. Rendahnya cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif ini dapat

berdampak pada kualitas hidup generasi penerus bangsa dan juga pada perekonomian

nasional (IDAI,2016)

Data Dinas kesehatan Daerah Istimewah Yogyakarta Yaitu daerah Kulon Progo

77,00 % , daerah Bantul 74,27 %, daerah Gunung Kidul 66,75 %, daerah Sleman 82,62

%, d an daerah kota Yogyakarta 66,13 %, menunjukan bahwa persentase pemberian

ASI ekslusif paling tinggi terjadi di kabupaten sleman dan paling rendah terjadi di kota

Yogyakarta. (Dinkes DIY, 2017)

Menurut data ASEAN tahun 2014 disimpulkan bahwa persentase cakupan kasus

bendungan ASI pada ibu Nifas tercatat 107.654 ibu nifas, pada tahun 2014 terdapat ibu

nifas yang mengalami bendungan ASI sebanyak 76.543 orang. Hal ini disebabkan karena

kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relative

rendah (Depkes RI, 2014)

Salah satu peran bidan dalam rangka mendukung ibu untuk dapat memilih minat

memberikan ASI kepada banyinya yaitu dengan melakukan konseling kepada ibu untuk

melakukan perawatan payudara. Hal tersebu sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI secara Ekslusif di Indonesia.

Dimana pada Kemenkes tersebut disebutkan bahwa, tenaga kesehatan agar

menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI

eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui yaitu sarana

pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju


keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI, sarana pelayanan kesehatan

melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya, meneyiapkan ibu hamil untuk

mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui serta memberikan

konseling, mebantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi perlengkatan

tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara), hanya memberikan ASI saja tanpa

minuman pralaktal sejak bayi lahir, melaksanankan rawat gabung ibu dan bayi,

melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi, tidak memberikan dot dan

kempeng, serta menindak lanjuti ibu dan bayi setelah pulang dari sarana pelayanan

kesehatan (Depkes,2014)

Berkurangnya produksi Air Susu Ibu (ASI) ini disebabkan oleh beberapa faktor,

seperti faktor makan ibu, faktor isapan bayi, frekuensi penyusuan, faktor psikologi,

riwayat penyakit ibu, dukungan suami dan keluarga, berat badan lahir, jenis persalina,

umur kehamilan data melahirkan, konsumsi rokok, konsumsi alcohol, cara menyusui

yang tidak tepat, rawat gabung, pil kontrasepsi (pil KB) dan perawatan payudara baik

pada saat hamil maupun pada saat menyusui (Haryono dan Setianingsih,2014)

Membantu proses pengeluaran ASI dengan mengkonsumsi sari kacang hijau

setiap hari selama 7 dari dan memberikan pengertian tentang penting ASI eksluasif untuk

bayi. Hal ini di sebabkan karena sari kacang hijau mengandung 19,7-24,2 % protein dan

5,9-7,8 % besi dapat menghasilkan ASI dalam jumlah yang maksimal (Shohib,2016)

Berdasarkan penelitian sebelumya pengeluaran ASI responden sesudah


mengkonsumsi sari kacang hijau di dapatkan data (5,71 %) responden mengalami
perubahan pengeluaran ASI menjadi lebih banyak dan lancar . hal ini dapat di simpulkan
bahwa pemberian terapi sari kacang hijau dapat mempengaruhi kelancara pengeluaran
ASI .( Dewi dan siti , 2015 : 5)
B. Batasan Masalah
Pada studi kasus ini berfokus pada penatalaksanaan masalah kebidanan dengan

Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Postpartum Di Klinik Bina Sehat Kasihan,Bantul

Yogyakarta dengan pemberian Sari kacang hijau.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan , perumusan masalah

dalam study kasus ini adalah “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Postpartum dengan

pemberian Kacang Hijau terhadap kelancaran ASI di Klinik Bina Sehat Kasihan Bantul,

Yogyakarta?”

D. Tujuan

Penulis mampu :

1. Melakukan analisis pasien ibu postpartum dengan ASI tidak lancar.

2. Melakukan tatalaksana pemberian sari kacang hijau untuk membantu meningkatkan

jumlah ASI.

3. Melakukan analisis dari hasil intervensi yang telah dilakukan yaitu mengidentifikasi

kesenjangan antara teori dan praktek dalam masalah asuhan kebidanana ibu

postpartum dengan ASI tidak lancar.

E. Manfaat

1. Bagi Institusi

a) Bagi Perpustakaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dan

informasi untuk menambah wawasan serta pengetahuan terkait Kelancaran ASI.


b) Bagi Bidan di Klinik

Dapat memberikan informasi dan masukan kepada Klinik dalam manajemen

Ibu Postpartum dengan pemberian Kacang Hijau terhadap kelancaran ASI

sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat.

2. Bagi Pengguna

a) Bagi Responden

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan

responden tentang penatalaksaan Peningkatan Produksi ASI pada ibu PostPartum.

b) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mahasiswa mampu menganalisa asuhan yang

diberikan pada Ibu Postpartum dengan pemberian Kacang Hijau terhadap

kelancaran ASI dari hasil analisa jurnal dengan metode PICOT.

F. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup materi

Materi didalam penelitian ini adalah Ibu Postpartum dengan pemberian Kacang Hijau

terhadap kelancaran ASI di Klinik Bina Sehat Kasihan Batul, Yogyakarta.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Ibu Postpartum dengan pemberian Kacang

Hijau terhadap kelancaran ASI.

3. Ruang lingkup waktu


Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan dari hari ke-0 sampai

dengan hari ke-7 postpartum (nifas)..

4. Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Klinik Bina Sehat Kasihan Bantul,

Yogyakarta, .
G. Keaslian Studi Kasus
Beberapa penelitian dengan karakteristik hampir sama dengan penelitian ini adalah telah dilakukan penelitian sebelumnya,
penelitian tersebut sebagai berikut:

N Judul Tahu Nama Tempat Metode Cara Analisis Hasil Perbedaan


O n Peneliti peneliti penelitian pengump
an ulan data
1 Efektivitas 2019 Lidia Widia Quasi Berdasarkan hasil Tempat penelitian
Konsumsi Sari dan Ayu eksperimen penelitian diperoleh Variabel,
Kacang Hijau Sukoco
(Vigna Putri
(eksperimen kesimpulan bahwa Pengumpulan data
Radiate) semu) sebelum diberikan jumlah sampel
Terhadap dengan intervensi sari kacang analisis,
Kelancaran rancanganpr hijau pada saat desain penelitian
ASI Pada Ibu e dan post didapatkan hamper
Nifas
test design seluruh (80%)
mengalami ketidak
lancaran produksi
ASI dan sebagian
kecil mengalami ASI
lancar (20%).
1. Sesudah diberikan
intervensi sari kacang
hijau sebagian besar
(80%) mengalami
kelancaran produksi
ASI dan sebagian
kecil (20%)
mengalami ketidak
lancaran ASI . ada
efektivitas konsumsi
sari kacang hijau
terhadap kelancaran
produksi ASI pada
ibu Nifas.

2 pengaruh 2015 Dewi di BPM pra- Pada penelitian ini Tempat penelitian
pemberian sari Triloka yuni Experiment didapatkan terjadi Variabel,
kacang hijau Wulandari
pada ibu nifas , Siti
widarya al design kelancaran Pengumpulan data
dengan Roudhotul nti dengan pengeluaran ASI jumlah sampel
kelancaran Jannah menggunaka sesudah diberikan analisis,
produksi ASI n One sari kacang hijau, dan desain penelitian
Group Pra pada penilaian akhir
post Test didapatkan responden
Design yang pengeluaran
ASInya banyak dan
lancar sebanyak 4
responden (57,1%).
Sedangkan responden
yang pengeluaran
ASInya sedikit atau
kurang lancar
sebanyak 3 responden
(42,9%)

3. Pengaruh 2017 Catur eksperimen Hasil penelitian Tempat penelitian


jus Erty dengan diperoleh rata-rata Variabel,
campuran Suksesty rancangan kenaikan berat badan Pengumpulan data
kacang , post test bayi pada hari ke-15 jumlah sampel
hijau Marthia only with adalah sebesar 819,3 analisis,
terhadap Ikhlasia control gr pada kelompok desain penelitian
peningkatan h group yang diberikan jus
hormon design sedang pertambahan
prolaktin berat bayi yang
dan berat ibunya tidak diberi
badan bayi jus hanya bertambah
550 gr. Hasil tersebut
menunjukan
pemberian nutrisi
tambahan dengan
bahan baku kacang
hijau dan daun
adasmampu
menginduksi
peningkatan sekresi
air susu yang
berdampak terhadap
meningkatnya berat
badan bayi karena
adanya kandungan
senyawa flavonoid
yang bersifat
estrogenik. Konsumsi
jus campurang
kacang hijau dan
daun ada pada
kelompok intervensi
pada memenuhi
kecukupan gizi pada
ibu dalam masa
laktasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kelancaran Asi

a) Pengertian

Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produksi ASI berlebihan

yangditandai dengan ASI akan menetes dan akan memancar deras saat

diisap bayi (Purwanti, 2010). Hal yang dapat mempengaruhi kelancaran

produksi ASI tersebut, antara lain : perawatan payudara, makanan, faktor

isapan bayi atau frekuensi menyusui, berat lahir bayi, umur kehamilan

saat melahirkan, stres dan penyakit. 

Perawatan payudara yang dilakukan saat masa nifas tersebut

bermanfaat mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon

prolaktin dan oksitosin, hormon prolaktin mempengaruhi jumlah

produksi ASI dan hormon oksitosin mempengaruhi pengeluaran ASI.

Kelancaran pengeluaran ASI dapat dilihat dari kenaikan berat

badan bayi per hari yaitu 15-20 gram, seminggu sekitar 150-200 gram,

sebulan 700-800 gram (Suriviana, 2010).

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh

terhadap produksi ASI, apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi

dan pola makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.

Pada faktor isapan bayi atau frekuensi menyusui ini maka paling sedikit

bayi disusui 8x/hari karena semakin sering bayi menyusu pada payudara

ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin lancar.


Berat lahir bayi pada BBLR mempunyai kemampuan menghisap

ASI lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya normal,

karena perbedaan berat tersebut mempengaruhi stimulasi hormon

prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. Umur kehamilan saat

melahirkan mempengaruhi kemampuan menghisap bayi sehingga

produksi ASI yang dihasilkan tidak optimal. Stres dan penyakit dapat

mengganggu produksi ASI sehingga dalam hal ini ibu harus dalam

kondisi yang rileks dan nyaman (Weny Kristiyansari, 2009)

Untuk mengatasi masalah ketidaklancaran produksi ASI, maka

anjurkan pada ibu postpartum untuk makan makanan yang bergizi

sehingga kebutuhan nutrisinya dapat terpenuhi dengan baik, anjurkan ibu

postpartum minum air putih yang banyak agar ibu postpartum tidak

mengalami dehidrasi sehingga suplai ASI dapat berjalan lancar dan ibu

postpartum harus banyak istirahat agar kondisinya tetap terjaga dengan

baik.

b) Kriteria Kelancaran Produksi ASI

Menurut Suhariono (2009), menyebutkan bahwa indikator untuk

menentukan kelancaran produksi ASI antara lain :

1) ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.

2) Payudara teraba penuh atau tegang sebelum menyusui.

3) ASI masih menetes setelah menyusui.

4) Bayi paling sedikit menyusu 8-10 kali dalam 24 jam.

5) Setelah disusui, bayi tidak akan memberikan reaksi apabila

dirangsang, misalnya disentuh pipinya, bayi tidak akan mencari arah

sentuhan.
6) Jika ASI cukup, setelah bayi menyusu bayi akan tertidur tenang

selama 3-4 jam

7) Bayi lebih serih BAK, minimal 8 kali dalam satu hari.

8) Urin bayi berwarna jernih

9) Bayi BAB 3-4 kali dalam 24 jam, dan fesesnya berwarna

kekuningan.

10) Berat badan bayi naik sesuai usia. Kenaikan berat badan bayi per

hari yaitu 15-20 gram, seminggu sekitar 150-200 gram dan sebulan

700-800 gram.

c) Kecukupan ASI akan menyebabkan :

1) Bayi lebih tenang dan tidak rewel

2) Status gizi bayi normal dan tidak berlebih atau kurang

3) Daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit tinggi

4) Bayi tidak menderita gangguan pencernaan misalnya konstipasi atau

diare.

Menurut Suhariono (2009), produksi ASI dikatakan lancar jika minimal

terdapat 5dari 10 indikator tersebut.

Pengukuran volume ASI dapat juga dilakukan dengan cara lain yaitu:

1) Memerah ASI dengan pompa

2) Memerah ASI dengan tangan

Caranya, tempatkan tangan ibu di salah satu payudara, tepatnya di tepi

areola. Posisi ibu jari terletak berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan

tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari dan telunjuk

bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai

menggeser ke puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu.


Putar perlahan jari di sekeliling payudara agar seluruh saluran susu dapat

tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika diperlukan, pijat

payudara di antara waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama,

kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut

lebar yang sudah disterilkan di bawah payudara yang diperas, kemudian

diukur menggunakan gelas ukur (Rahayu, 2010).

Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Sudarti, (2013) upaya memperbanyak ASI yaitu :

1. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk

merangsang produksinya.

2. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui.

3. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada.

4. Jangan terburu memberi formula bayi sebagai tambahan.

5. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8 – 10 gelas/hari) baik

berupa susu maupun air putih. Karena ASI yang diberikan

mengandung banyak air.

6. Makanan ibu setiap hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk

menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan.

7. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan

kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI


d) Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi Kelancaran Air Susu Ibu (ASI)

1. Makanan

Agar produksi ASI Meningkat, ibu yang menyusui dianjurkan

untuk selalu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat gizi

yang cukup, terutama sayuran hijau.

Selama kehmahilan metabolism ibu berubah sehingga terjadi

penimbunan ernergi dalam bentuk lemak sebagai cadangan. Pada

wanita hamil yang sehat penimbunan lemak kira-kira sebanyak 4 kg

sesuai dengan penyimpangan sebanyak 35.000 kkal yang cukup untuk

menyusui setiap hari. Selama menyusui lemak di ubah menjadi energy

dalam air susu.

Energy dibutuhkan menutupi kandungan energy dari ASI yang

disekresikan, ditambah lagi dengan energy yang diperlukan untuk

memproduksi ASI. Ibu dengan gizi yang baik dapat memberikan ASI

kepada bayinya pada bulan pertama kurang lebih 600 cc perhari,

untuk itu nutrisi yang baik untuk ibu menyusui sangat diperlukan.

Kebutuhan protein pada ibu menyusui pada enam bulan pertama

memerlukan tambahan 16 gram perhari.

Pada enam bulan kedua 12 gram perhari, lemak diperlukan 25 %

- 40 %, karbohidrat 55 % - 75 %, cairan minimal 10 gelas perhari dan

vitamin. ( Hikmawati, 2008)

Menu sehari ibu menyusui :

a. Nasi/Pengganti : 5-6 piring

b. Lauk hewan : 3-4 potong dengan berat 50 gr

c. Lauk nabati : 2-4 potong


d. Sayuran : 1,5 – 2 potong

e. Buah : 2-3 potong

f. Ditambah 1 gelas susu jika memungkinkan

g. Minum Kurang lebih 10 gelas/hari

2. Psikologi

Selain Mengkonsumsi makanan yang bergizi, kelancara ASI juga

ditemukan oleh kondisi Psikologi ibu saat menyusui. ASI yang keluar

dari puting bukan hanya karena hisapan mulut bayi, melainkan ada

reflex-refleks tertentu yang saling berhubungan antara otak

(hypothalamus hipofisis), kelenjar bawah otak, dengan kelenjar susu

yang menghasilkan susu. Jika ibu dalam kondisi stress saat menyusui,

akan menyebabkan jalur neuro hormonal terganggu, sehingga kelenjar

susu pun tidak akan memproduksi ASI dengan Baik.

Ibu yang selalu sedih, kesal binggung dan tidak tenang, tidak

dapat memberikan ASInya secara benar kepada si kecil. Banyak

penelitian membuktikan kondisi psikologi ibu berhubungan dengan

jumlah ASI yang dikeluarkan. Disinilah pentingnya mengatasi kondisi

psikis ibu agar si kecil tidak terkena dampaknya dan segera

mendapatkan ASI yang lancer sesuai yang sibutuhkan.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan guna mendukung psikologis

ibu anatar lain dukungan ibu melewati masa-masa kehamilan dan

persalinan, suami dan keluarga dekat membangun hubungan yang

lebih dekat, hindari konflik anatara suami istri dan upayakan selalu

suasana tenang serta relaks. Selain itu, suami dapat menemani istri

selama menyusui sehingga dukungan ayah dirasakan oleh si ibu.


Dengan demikian kewajiban menyusui dapat dijalankan dengan baik.

(Rahayu, 2010)

3. Menurut Padangan Agama Islam

Setiap ibu (meskipun ia janda) berkewajiban menyusui

anaknya sampai anak itu mencapai usia dua tahun. Tidak mengapa

kalau dikurangi dari masa tersebut apabila kedua ibu bapak

memandang ada maslahatnya. Demikian pula setiap bapak

berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan para ibu baik dengan

sandang maupun pangan menurut yang semestinya.

Ibu laksana sebagai wadah bagi anak sedang bapak sebagai

pemilik si wadah itu. Maka sudah sewajarnya bapak berkewajiban

memberi nafkah kepada orang yang di bawah tanggung jawabnya dan

memelihara serta merawat miliknya.

Alasan utama diwajibkannya seorang ibu menyusui anaknya

karena ASI merupakan minuman dan makanan terbaik secara alamiah

maupun medis. Ketika bayi masih di dalam kandungan ia

ditumbuhkan dengan darah ibunya, setelah ia lahir, darah tersebut

berubah menjadi susu yang merupakan makanan utama dan terbaik

bagi bayi. Ketika ia lahir dari kandungan ibunya, hanya ASI yang

paling cocok dan paling sesuai dengan perkembangannya. Tidak ada

yang perlu dikhawatirkan oleh seorang ibu bahwa anaknya akan

terserang penyakit ataupun cedera karena ASI. (Azzam, 2014).

Al-Qur’an telah menegaskan keharusan seorang ibu untuk menyusui

anaknya. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

a. QS Al-Baqoroh : 233
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan

kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu

dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut

kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita

kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,

dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin

menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika

kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada

dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut

yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Baqarah :

233).

b. QS Al-Luqman : 14

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada

dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam

keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam

dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu

bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.

c. QS Al-Ahqof : 15

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada

dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah

payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).


Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,

sehingga apabila dia telah dewasa dan umumnya sampai empat

puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk

mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku

dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang

saleh yang Engkau ridloi; berilah kebaikan kepadaku dengan

(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku

bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-

orang yang berserah diri.” (Kamaludiningrat, 2012).

Allah mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya, guna

membuktikan bahwa air susu si ibu mempunyai pengaruh yang

besar kepada si anak. Dari hasil pemeriksaan para ahli medis

menunjukkan bahwa air susu ibu tersusun dari saripati yang benar-

benar murni. Juga air susu ibu merupakan makanan yang paling

baik untuk bayi, dan tidak disangsikan lagi oleh para ahli gizi. Di

samping ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa kasih sayang

yang mendalam sehingga penyusuan langsung dari ibu ini

berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan mental anak.

Dengan demikian kurang tepat tindakan sementara para ibu yang

tidak mau menyusui anaknya secara langsung hanya karena

kepentingan pribadinya, umpamanya untuk memelihara

kecantikan. Padahal hal ini bertentang dengan fitrahnya sendiri dan

secara tidak langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan

dengan anaknya sendiri dalam bidang mental (Kamaludiningrat,

2012).
Demikianlah pembagian kewajiban kedua orang tua terhadap

bayinya yang diatur oleh Allah swt. Sementara itu Allah

memberikan pula keringanan terhadap kewajiban itu yaitu umpama

kesehatan ibu terganggu atau seorang ahli mengatakan tidak baik

bila disusukan oleh ibu karena sesuatu hal, maka tidak mengapa

kalau anak mendapat susu atau makanan dari orang lain.

Demikian juga apabila bapak tidak mempunyai kesanggupan

melaksanakan kewajibannya karena miskin maka bolehlah ia

melaksanakan sesanggupnya saja. Keringanan itu membuktikan

bahwa anak tidak boleh dijadikan sebab adanya kemudaratan, baik

terhadap bapak maupun terhadap ibu. Dengan pengertian

kewajiban tersebut tidak mesti berlaku secara mutlak sehingga

mengakibatkan kemudaratan bagi keduanya. Salah satu pihak tidak

boleh memudaratkan pihak lain dengan menjadikan anak sebagai

kambing hitamnya. Umpamanya karena ibu mengetahui bahwa

bapak berkewajiban memberi nafkah maka ia melakukan

pemerasan dengan tidak menyusui atau merawat si bayi tanpa

sejumlah biaya yang tertentu. Atau bapak sangat kikir dalam

memberikan nafkah sehingga ibu menderita karenanya (Basyarahil,

2008).

Selanjutnya andai kata salah seorang dan ibu atau bapak tidak

memiliki kesanggupan untuk melaksanakan kewajiban atau

meninggal dunia, maka kewajiban-kewajiban itu berpindah kepada

ahli warisnya.
Lamanya masa penyusuan dua tahun, namun demikian apabila

berdasarkan musyawarah antara bapak dan ibu untuk kemaslahatan

anak, mereka sepakat untuk menghentikannya sebelum sampai

masa dua tahun atau meneruskannya lewat dari dua tahun maka hal

ini boleh saja dilakukan.

Demikian juga jika mereka mengambil seseorang wanita lain

untuk menyusukan anaknya maka hal ini tidak mengapa dengan

syarat, kepada wanita yang menyusukan itu diberikan imbalan jasa

yang sesuai sehingga terjamin kemaslahatan baik bagi anak

maupun wanita yang menyusui itu.

Demikianlah Allah menjelaskan hukum-Nya kepada manusia

terutama untuk pembinaan keluarga karena itu selalu manusia

diingatkan agar bertakwa dengan menaati semua peraturan-Nya

yang mengandung hikmah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Dan manusia selalu diingatkan bahwa Allah Maha Melihat

apa-apa yang dikerjakan dan akan membalasnya dengan balasan

yang setimpal (Basyarahil, 2008).

Ulama fikih berbeda pendapat tentang siapa yang berhak

untuk menyusukan dan memelihara anak tersebut, jika terjadi

perceraian antara suami-istri. Apakah pemeliharaan menjadi

kewajiban ibu atau kewajiban bapak? Imam Malik berpendapat

bahwa ibulah yang berkewajiban menyusukan anak tersebut

walaupun ia tidak memiliki air susu; kalau ia masih memiliki harta

maka anak itu disusukan pada orang lain dengan mempergunakan


harta ibunya. Imam Syafii dalam hal ini berpendapat bahwa

kewajiban tersebut kewajiban bapak (Azzam, 2014). 

d. Ibu yang Tidak Menyusui Anaknya

Dalam hadis dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, bahwa

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-

tiba aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik

ular yang ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu

menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui

anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.”

(HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya 7491, Ibnu Khuzaimah 1986,

dan Syaikh Muqbil rahimahullah dalam Al-Jami’ush Shahih

menyatakan: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili

radhiyallahu ‘anhu.” Hadis ini juga dinilai shahih oleh Imam Al-

Albani).

Ancaman hadis ini berlaku, ketika seorang ibu sengaja

menghalangi anaknya untuk mendapatkan nutrisi dari ASInya

tanpa alasan yang dibenarkan. Sementara jika sang ibu tidak

memungkinkan untuk menyusui anaknya, baik karena faktor yang

ada pada ibu maupun pada si anak, insyaaAllah tidak termasuk

dalam ancaman hadis ini. Karena itu, tidak masalah jika anak diberi

susu selain ASI ibunya. Islam membolehkan seseorang

menyusukan anaknya kepada orang lain, dengan kesepakatan upah

tertentu. Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang tua boleh

menyusukan anaknya ke orang lain,


1. Allah berfirman,

“Jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak

ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang layak…” (QS. Al-Baqarah: 233).

2. Allah berfirman,

“Jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh

menyusukan (anak itu) untuknya…” (QS. At-Thalaq: 6)

Dalam syariat kita dikenal istilah ibu susu, saudara sepersusuan,

dst. Bahkan karena menyusu kepada orang lain, bisa menyebabkan

hubungan mahram, sebagaimana layaknya hubungan nasab.

Sementara, mayoritas ulama menegaskan bahwa susuan bisa

menyebabkan mahram, jika diberikan sebelum berusia dua tahun.

Al-Hafidz Ibnu Katsir mangatakan,

“Pendapat yang menegaskan bahwa persusuan tidak menyebabkan

mahram jika diberikan setelah dua tahun merupakan riwayat dari

Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Jabir, Abu Hurairah, Ibnu Umar,

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian Said bin

Musayib, Atha, dan mayoritas ulama.” (Tafsir Ibn Katsir, 1:634)

Ini semua menunjukkan syariat membolehkan si anak untuk disusui

orang lain di masa anak itu masih membutuhkan asi ibunya, yaitu

sebelum menginjak usia dua tahun.

e. Syarat dan ketentuan menyusukan anak kepada orang lain

Pada keterangan di atas, seorang ibu diizinkan tidak menyusui

anaknya, dengan disusukan kepada wanita lain atau diberi susu

formula. Namun tentu saja kebolehan ini tidak berlaku mutlak. Ada
beberapa syarat dan ketentuan yang wajib diperhatikan,

diantaranya:

f. Suami tidak mewajibkan sang istri untuk menyusui anaknya

Ketentuan ini kembali pada aturan bahwa istri berkewajiban

mentaati perintah suaminya. Terlebih jika perintah itu demi

kemaslahatan anaknya atau keluagnya.

Imam Ibnu Utsaimin mengatakan,

“Syaikhul Islam Ibnu taimiyah menegaskan, ‘Bahkan jika si ibu

masih menjadi istri dari suaminya, si ibu wajib menyusui anaknya’

dan apa yang disampaikan oleh Syaikhul islam adalah pendapat

yang benar. Kecuali jika si ibu dan si bapak merelakan untuk

disusukan orang lain, hukumnya boleh. Namun jika suami

menyuruh: ‘Tidak boleh ada yang menyusuinya kecuali kamu’

maka wajib bagi istri untuk menyusuinya. Meskipun ada orang lain

yang mau menyusuinya atau meskipun si bayi mau mengkonsumsi

susu formula. Selama suami menyuruh, ‘Kamu harus menyusui

anak ini’ maka hukumnya wajib bagi istri. Karena suami

berkewajiban menanggung nafkah, dan status nafkah – seperti yang

telah kami jelaskan – merupakan timbal balik dari ikatan suami

istri dan persusuan.” (asy-Syarhul Mumthi’, 13/517)

g. Anak mau mengkonsumsi susu selain asi ibunya.

Kewajiban orang tua adalah memberikan makanan bagi

anaknya. Karena itu, jika ada anak yang tidak mau minum susu

kecuali ASI ibunya, maka wajib bagi ibu untuk menyusuinya. Jika
si ibu tetap tidak bersedia, maka dia berdosa karena dianggap

menelantarkan anaknya. Al-Buhuti mengakan:

“Wajib bagi wanita merdeka untuk menyusui anaknya ketika

dikhawatirkan anaknya terlantar karena tidak mau minum asi

wanita lain atau susu lainnya. Dalam rangka menjaga anak ini dari

kematian. Sebagaimana juga ketika tidak dijumpai wanita lain yang

bersedia menyusuinya. Dan si istri berhak mendapatkan upah yang

sewajarnya. Namun jika tidak dikhawatirkan si anak terlantar

(karena masih mau minum susu lainnya, pen) maka si istri tidak

boleh dipaksa. Berdasarkan firman Allah (yang artinya), ” jika

kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan

(anak itu) untuknya..” (Syarh Muntaha al-Iradat, 3:243)

Bahkan sebaliknya, jika ada anak yang justru muntah dengan

asi ibunya, sang suami tidak berhak memaksa istrinya untuk

menyusui anaknya.

h. Air Susu Ibu (ASI) adalah asupan terbaik

Kami sangat menyarankan agar para orang tua berusaha untuk

memberikan ASI kepada anaknya karena itu merupakan asupan

terbaik bagi si anak, sebagaimana yang direkondasikan ahli medis.

Syariat mengajarkan agar setiap kebijakan atasan diarahkan untuk

kemaslahatan bawahannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda:

“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung

jawaban terhadap bawahan yang kalian pimpin.” (HR. Bukhari

dan Muslim)
2. Masa Nifas

A. Pengertian Masa Nifa


Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8
minggu (Mochtar, 2011).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2009).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,2010)

B. Klasifikasi Masa Nifas


Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan – jalan.

2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat

genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

kembali dan sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna

berminggu – minggu, berbulan – bulan atau tahunan.

C. Tujuan Asuhan Nifas


Asuhan nifas bertujuan untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensip, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi yang sehat.

4. Memberikan pelayanan KB.

5. Mempercepat involusi alat kandung.

6. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi puerperium.

7. Melancarkan fungsi alat gastro intestinal atau perkamihan

8. Meningkatkan kelancaran peredarahan darah sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

D. Perubahan–Perubahan Yang Terjadi Pada Masa Nifas


1. Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Reproduksi

Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu :

a) Alat genitalia

Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-

angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering

disebut involusi,selain itu juga perubahan-perubahan penting

lain,yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena

laktogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar

mammae.

b) Fundus Uteri

Setelah plasenta lahir, TFU setinggi pusat, beratnya mencapai

1000 gr, diameter 12,5 cm.Setelah 1 minggu, TFU ½

pstsymphisis, beratnya 500 gr, diameter 7,5 cm.


Setelah 14 hari TFU tidak teraba, beratnya 350 gr, 5 cm

6 minggu post partum, TFU Normal, beratnya 60 gr, diameter 2,5

cm.

c) Serviks

Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat

mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks

uteri terbentuk semacam cincin.

d) Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang

selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-

angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum

rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke

belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya

turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat

penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk

memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genitalia

tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul

dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari

post partum sudah dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain

adalah dicegahnya pula statis darah yang dapat mengakibatkan

thrombosis masa nifas.

2. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas


Periode masa nifas merupakan suatu waktu yang sangat rentan untuk

terjadinya stress, terutama pada ibu primipara sehingga dapat

membuat perubahan psikologis yang berat. Periode adaptasi

psikologi masa nifas, dideskripsikan oleh Reva Rubin ada 3, yaitu:

a) Taking in Period

1) Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya

menjadi pasif dan sangat tergantung dan fokus perhatian

terhadap tubuhnya.

2) Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan

yang dialami

3) Tidur yang tidak terganggu sangat penting buat ibu untuk

mencegah efek kurang baik yaitu kurang tidur, kelemahan

fisik, gelisah, gangguan proses pemulihan kesehatan.

4) Tambahan makanan kaya gizi sangat penting dibutuhkan

sebab nafsu makan biasanya akan meningkat. Kurang nafsu

makan memberi indikasi bahwa proses pemulihan

kesehatan tidak berlangsumg normal.

b) Taking Hold Period

1) Periode ini berlangsung pada 3-4 hari setelah persalinan, ibu

menjadi berkonsentrasi pada kemampuannya menjadi ibu

yang sukses, dan menerima tanggung jawab sepenuhnya

terhadap perawatan bayinya

2) Fokus perhatiannya pada kontrol fungsi tubuh misalnya

proses defekasi dan miks, kekuatan, dan daya tahan tubuh ibu
3) Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya

seperti menggendong, memandikan, menyusui bayinya dan

mengganti popok

4) Ibu menjadi sangat sensitif pada masa ini sehingga mungkin

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk

mengatasi kritikan yang dialami ibu

5) Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan support

emosional pada ibu

c) Letting go Period

1) Periode ini umumnya dialami oleh ibu setelah ibu tiba

dirumah dan secara penuh merupakan waktu pengaturan

2) Kumpul bersama keluarga

3) Ibu telah menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu

merasa menyadari kebutuhan bayinya sangat tergantung

kesiapannya sendiri sebagai ibu, ketergantungannya kepada

orang lain, serta dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya

keluarga.

E. Tujuan Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas terdiri dari :

1. Kunjungan I

6- 8 jam setelah persalinan :

Tujuannya :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk

bila perdarahan berlanjut


c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri

d) Pemberian ASI awal.

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi

2. Kunjungan II

6  hari setelah persalinan :

Tujuannya: :

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda –

tanda penyakit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari– hari.

3. Kunjungan III

2  minggu setelah persalinan

Tujuannya :

Sama dengan di atas ( 6 hari setelah persalinan )


4. Kunjungan IV

6   minggu setelah persalina

Tujuannya :

1) Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 2011)

3) Tujuan kunjungan masa nifas antara lain yaitu :\

a) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

b) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-

kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan

bayinya

c) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi

pada masa nifas

d) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan

mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya

F. Perawatan Masa Puerperium


Perawatan pueperium lebih aktif dengan dianjurkan untuk melakukan “

mobilisasi dini ”( early mobilization). Perawatan mobilisasi mempunya

keuntungan :

a) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi pueperium

b) Memperlancar involusi alat kandungan

c) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

d) Menigkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat

fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

G. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan

post partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas

antara lain:

1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas

sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan

psikologis selama masa nifas

2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa

nyaman.

4) Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan

dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi

5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

6) Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya

mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,

menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman

7) Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara

mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan

serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama priode nifas.

8) Memberikan asuhan kebidanan secara professional

3. Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminoseae yang cukup

penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kacang


kedelai dan kacang tanah (Soeprapto, 2013). Kacang hijau (phaseolus

radiates) merupakan tanaman berbatang basah yang tumbuh pendek.

Kacang berbentuk jorong dengan panjang 2 – 4 cm. kulit biji tebal,

berwarna cokelat muda atau tua, bagian tengah berbintik putih, dan

dilingkari warna hitam. Bagian yang digunakan adalah kacang atau biji

(Prapti, 2009). Bagi masyarakat Indonesia kacang hijau dimanfaatkan

sebagai bahan pangan, makan ternak, dan pupuk hijau, dalam tatanan

makanan sehari – hari, kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur

(tauge), kue – kue, dan selain itu juga berkhasiat sebagai obat tradisional.

Hasil penelitian KAISI, lembaga penelitian kesehatan tubuh manusia di

Korea, menunjukkan bahwa tiap 100 gram tauge kacang hijau mengandung

4,2 g protein, 3,4 g karbohidrat, 1,0 g lemak 47 g kalori, 9,2 g air, dan 15 g

vitamin C. Kacang hijau (phaseolus radiates) juga merupakan sumber gizi,

terutama protein nabati. Kandungan gizi kacang hijau cukup tinggi dan

komposisinya lengkap (Rahmat R, 20011).

Berdasarkan jumlahnya, protein merupakan penyusun utama kedua setelah

kabohidrat. Kacang hijau mengandung 20 – 25% protein. Protein pada kacang

hijau mentah memiliki daya cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu tinggi

tersebut disebabkan oleh adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin

(polifenol) pada kacang hijau (Made A, 2009). Dengan adanya polifenol pada

beberapa jenis tanaman dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI. Selain itu

peningkatan peoduksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon

prolaktin (Lany, 2010). Peningkatan kedua hormon ini dipengaruhi oleh protein

yaitu polifenol dan asam amino yang ada pada kacang hijau yang juga

mempengaruhi hormon prolaktin untuk memproduksi ASI dengan cara

merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Peningakatan


hormon oksitoksin akan membuat ASI mengalir deras dibanding dengan biasanya.

Selain itu kacang hijau mempunyai kandungan B1 yang sangat bermanfaat untuk

ibu menyusui.
B. Pathway

Pospartum

Menyusui

Hormon Prolaktin Hormon Oksitosin

Laktasi

Pengeluaran ASI tidak lancar

Ketidak Efektifan Pemberian ASI Faktor-faktor yang


mempengaruhi
pengeluaran ASI :
Sari Kacang Hijau
a. Frekuensi penyusuan
b. Berat lahir
c. Umur kehamilan saat
melahirkan
d. Ketenangan jiwa dan
fikiran
e. Ibu dengan penyakit
f. Konsumsi rokok
g. Konsumsi alkohol
h. Pil kontrasepsi
i. Nutrisi/gizi ibu
j. Pola istirahat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


Sumber : (Wiji, R.K. 2013)

Ibu post partum yang akan menyusui dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan
hormon oksitosin. Hormon tersebut yang akan menjadikan terjadinya proses
menyusui, kemudian apabila proses menyusui tidak berjalan dengan lancar atau
pengeluaran ASI tidak lancar karena disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi ASI sehingga menyebabkan pemberian ASI tidak efektif. Oleh
karena itu peneliti memberikan intervensi dengan menggunakan Sari kacang hijau.
sebagai upaya untuk proses kelancaran ASI.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penyusunan Case Study Research menggunakan bentuk laporan studi

kasus kualitatif dengan menggunakan metode obervasional deskriptif.

Observasional yaitu kasus yang dilakukan dengan cara pengamatan/observasi.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan

untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo,

2010).

Studi kasus adalah laporan yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu

permasalahan studi kasus melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal

(Notoatmodjo, 2011). Studi kasus ini termasuk asuhan kebidanan 7 langkah

varney dari pengumpulan data sampai evaluasi dan data perkembangan termasuk

SOAP.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Pengambilan kasus dilaksanakan di Klinik Pratama Bina Sehat Bantul dan di

rumah pasien.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2019 dengan melakukan

obsevasi dari hari ke-1 sampai dengan hari ke-7 pada ibu 2 orang ibu

postpartum.

41
C. SUBYEK STUDI KASUS

Subyek dalam studi kasus ini adalah 2 orang ibu postpartum yang mengalami

ASI tidak lancar yaitu Ny. A umur 32 tahun P2 A 0, beragama Islam, suku Jawa,

pendidikan terakhir SMP, pekerjaan IRT, nama suami Tn. A, umur 40 tahun,

beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir SD, pekerjaan Buruh. Dan Ny.

E, umur 27 tahun P2 A 0 , beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir SMU ,

pekerjaan Buruh, nama suami Tn. W umur 38 tahun, beragama Islam, suku Jawa,

pendidikan terakhir SMP, pekerjaan Buruh

D. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan di Klinik Bina Sehat dan di lanjutkan dengan

kunjungan ke rumah pasien sebanyak 7 kali dengan pemberian kacang hijau ,

yaitu pada pasien Ny. A dan Ny. E. Alat yang digunakan dalam pengambilan data

ini adalah sebagai berikut :

a. Alat Pengumpulan Data

1. Wawancara

Pada studi kasus ini, peneliti melakukan wawancara langsung pada pasien

di Klinik Pratama Bina Sehat 2019 yaitu Ny.A dan Ny.E setiap kali

melakukan kunjungan rumah.

2. Observasi

Pada studi kasus ini, peneliti melakukan observasi secara langsung pada Ibu

postpartum hari ke-1 sampai dengan hari ke-7 sejak di Klinik sampai

dengan pasien pulang kerumah untuk melihat proses peningkatan produksi

ASI setelah diberikan intervensi berupa sari kacang hijau selama 1 minggu.

3. Dokumentasi

42
Dalam studi kasus ini, peneliti mendapatkan informasi dan data tambahan

Ibu postpartum dari catatan medis di Klinik Pratama Bina Sehat Bantul.

E. UJI KEABSAHAN DATA

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang

berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga

dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya

adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

Sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Patton (2010) ada 4 macam

triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :

1. Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil

wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu

subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda. Wawancara juga

dilakukan terhadap suami, dan ibu pasien.

2. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil

pengumpulan data. Dalam penelitian ini, pembimbing lahan studi kasus

bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan

terhadap hasil pengumpulan data.

3. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlaianan untuk memastikan bahwa

data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai

43
teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji

terkumpulnya data tersebut.

4. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat

wawancara dilakukan.

F. ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan sejak peneliti berada di lapangan melakukan

pengumpulan data sampai asuhan selesai. Analisa data dilakukan dengan metode

PICOT (Patient-Intervensi-Comparison-Outcome-Teory).

1. Patient
Merupakan keadaan atau hasil pengkajian pada subyek penelitian yang
menjadikan dasar penelitian dalam memberikan penatalaksanaan kepada
responden
2. Intervensi
Merupakan asuhan atau penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien.
Intervensi yang diberikan berdasarkan pada evidence based.
3. Comparison
Merupakan perbedaan penatalaksanaan antara pasien satu dengan pasien
yang lainnya.
4. Outcome
Merupakan hasil ataupun perubahan yang diharapkan terjadi setelah pasien
diberikan asuhan atau penatalaksanaan atas masalah
2. Teory
Merupakan dasar dalam memberikan penatalaksanaan atau masalah yang
dihadapi oleh pasien. Teori diperoleh melalui studi pustaka buku atau jurnal.

44
G. ANALISI JURNAL

Tabel 4.1 Analisi Jurnal

Populasi Intervensi Comparation Outcome Time Jurnal


Populasi penelitian Pemberian Sari - Hasil penelitian Waktu penelitian dimulai Pengaruh pemberian sari
adalah semua ibu Kacang Hijau Menunjukan bahwa 4 pada April 2014 – Mei kacang hijau pada ibu
nifas yang untuk membantu (57,1 %) responden yang 2014 di di BPM Yuni nifas dengan kelancaran
melakukan meningkatkan ASInya keluar dengan Widaryanti Amd.Keb Produksi ASI di BPM
persalinan di BPM Produksi ASI lancar, sedangkan 3 Sumber Mulyo Jogorot Yuni Widaryanti Amd.Keb
Yuni Widaryanti (42,9%) responden yang Jombang Sumbermulyo Jogorot
Amd.Keb Sumber ASInya tidak keluar Jombang (Dewi Triloka
Mulyo Jogorot dengan lancar. Wulandari dan Siti
Jombang Kesimpulan bahwa Roudhatul Jannah,
semakin sering Nurdiati, 2015)
mengkonsumsi sari kacang
hijau maka ASI akan Jurnal Edu Health , Vol.
semakin lancar keluar 05, No.2, September 2015
seluruh ibu sebelum ibu - Pada penelitian ini Dalam jurnal ini pengaruh Pijat oksitosin
menyusui di menyusui didapatkan menunjukkan Penelitian dilakukan terhadap peningkatan
Wilayah dilakukan pijat bahwa let down sebelum selama 2 minggu. Pada produksi ASI ibu
Puskesmas Plus oksitoksin, ibu pijat oksitosin vertebrae September tahun 2015. menyusui di Puskesmas
Mandiangin dipersilahkan 60% (9 orang) tidak Plus Mandiangin (Mera
selama 3 bulan duduk yang sudah lancar, 40% (6 orang) Delina, Gina Zulfian Arni,
terakhir berjumlah disiapkan oleh lancar sedangkan setelah dan Ernalinda Rosya.)
64 orang pasien. peneliti, intervensi data
selanjutnya tanda – menunjukkan 86,7% (13

45
tanda vital ibu orang) kategori let down
diukur dulu yaitu lancar dan 13,3% (2 orang)
tekanan darah, memiliki let down tidak
nadi, dan lancar.
pernafasan, kalau
tanda – tanda vital
ibu normal baru
dilakukan pijat
oksitoksin
Seluruh ibu nifas Memberikan suatu - Hasil penelitian ini Penelitian dilakukan Pengaruh pemberian
yang mengalami tindakan pada menunjukkan bahwa pada bulan Juni-Juli Serbuk Daun Pepaya
ketidak lancaran kelompok subjek sebagian besar atau 57,14 2017. Terhadap kelancaran ASI
ASI. yang mendapat % pada kelompok control Pada Ibu Nifas Di BPM.
perlakuan, pengeluaran ASI 3 hari Ny. Hanik Dasiyem
kemudian setelah persalinan, dan Amd.Keb Di Kedungpring
dibandingkan sebagian besar atau 71,4 kabupaten Lamongan
dengan kelompok % pada kelompok (Lilin Turlina, Rindy
subjek yang tidak perlakuan pengeluaran Wijayanti)
mendapatkan ASI pada hari ke 2. Dari
perlakuan. uji statistik diperoleh hasil Jurnal Darul Azhar
terdapat pengaruh yang Volume 7 Nomor 1
signifikan dalam Februari Tahun 2019
pemberian minuman daun
pepaya terhadap
kelancaran ASI pada ibu
nifas dengan nilai p =
0,004 (p<0,05).

46
Hasil analisis 3 jurnal PICOT diatas peneliti memilih intervensi dengan pengaruh pemberian sari kacang Hijau untuk membantu

proses kelancaran ASI. Karena Kacang hijau mengandung 20 – 25% protein. Daya cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan

oleh adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin (polifenol) pada kacang hijau . Dengan adanya polifenol pada beberapa jenis

tanaman dapat mempengaruhi peningkatan produksi ASI diharapkan dapat membantu proses kelancaran ASI sampai hari ke 7 agar ibu

bias menyusui dengan nyaman, sehingga penggunaan Sari kacang hijau dapat diterapkan oleh seluruh masyarakat khususnya Ibu

menyusui. Mengingat kacang hijau mudah di dapatkan dan harganyapun sangat ekonomis sehingga dapat di konsumsi oleh setiap

kalangan. Selain itu peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin dan hormon prolaktin. Peningkatankedua hormon ini

dipengaruhi oleh protein yaitu polifenol dan asam amino yang ada pada kacang hijau yang juga mempengaruhi hormon prolaktin untuk

memproduksi ASI dengan cara merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Peningakatan hormon oksitoksin akan

membuat ASI mengalir deras dibanding dengan biasanya. Selain itu kacang hijau mempunyai kandungan B1 yang sangat bermanfaat

untuk ibu menyusui. Oleh karena itu peneliti memilih jurnal pertama yang berjudul “Pengaruh pemberian sari kacang hijau pada ibu

nifas dengan kelancaran Produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti Amd.Keb Sumbermulyo Jogorot Jombang” sebagai bahan reverensi

peneliti.

47
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendekia.


Anggraini Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Asrinah, Shinta SP, dkk. 2010. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Patton, MQ. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif . Jakarta : Pustaka Belajar.


Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Varney, hellen. 2007.Buku AjarAsuhanKebidanan. Jakarta:EGC
Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Wiji, R.K. (2013) ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika
Martalia, Dewi. 2012. Asuhan Kebidnan Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemenkes Ri. 2013. Riset kesehatan dasar; RISKESDAS. Jakarta :


Balitbang Kemenkes Ri

Dewi,V.N.L & Tri, S.2011. Asuha Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta
salemba Medika.

Budiyanto, M.A.K, 2012. Gizi dan Kesehatan. Malang: Bayu Medika

Wulandari, D.T & Siti , R.J. 2015. Pengaruh Pemberian sari kacang
Hijau pada ibu nifas dengan kelancara produksi ASI di BPM Yuni
widaryanti. Jurnal Edu Health .

Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Nugroho T, Nurrezki, Desi Warmaliza & Wilis. 2014. Buku Ajar


Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

48

Anda mungkin juga menyukai