Judul Percobaan
Asam Amino dan Protein
B. Tujuan Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiwa diharapkan mahir mengenai hal-hal
berikut:
1. Mengetahui adanya ikatan peptide
2. Memahami reaksi xanthoproteat dan uji biuret terhadap bermacam-
macam kandungan dari protein
3. Memahami kelarutan dan sifat amfoter dari asam amino
C. Landasan Teori
Protein adalah polimer alam yang terbentuk dari unit-unit asam amino
yang berikatan satu dengan yang lainnya melalui ikatan peptida. Oleh karena
itu, pada hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asama amino yang dapat
mencapai 25 jenis asam amino (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 18). Istilah
protein, yang dikemukakan pertama kali oleh pakar kimia Belanda, G.J.
Mulder pada tahun 1939, berasal dari bahasa Yunani “Proteios”. Proteios
sendiri mempunyai arti “yang pertama” Protein ternyata memegang peranan
yang sangat penting pada organisme, yaitu dalam struktur, fungsi, dan
reproduksi (Sumardjo, 2009: 161). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Asam karboksilat dan gugus fungsi amina secara bersamaan berada
dalam asam amino, dimana satu gugus bersifat asam dan gugus lainnya
bersifat basa. Sebagai senyawa yang memiliki gugus amino dan karboksil,
tersebut sangat disederhanakan. Asam amino denga satu gugus amino dan
satu gugus karboksil lebih baik digambarkan sebagai struktur ion dipolar.
H – CH – COO-
Struktur dipolar dari asam amino α
+
NH3
Gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion amonium, sedangkan gugus
karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion karboksilat. Struktur
dipolar ini konsisten dengan sifat amino yang seperti garam, yang memiliki
titik leleh agak tinggi (glisina meleleh pada suhu 233 oC) dan kelarutannya
dalam pelarut organik relatif rendah (Hart, 2003: 523)
Diantara sekian banyak jenis-jenis asam amino yang menyusun
protein, beberapa mempunyai rasa manis, rasa pahit, dan ada yang tidak
mempunyai rasa. Glisin, prolin, alanin, valin, hidroksi prolin dan serin
mempunyai rasa manis. Isoleusin dan arginin mempunyai rasa pahit,
sedangkan leusin tidak mempunyai rasa. Asam amino mempunyai titik lebur
yang tinggi. Pada umumnya, titik lebur asam amino di atas 200 0C. Titik lebur
yang tinggi ini menggambarkan besarnya energi yang diperlukan untuk
merusak kekuatan ionik yang dapat mempertahankan kisi-kisi kristal.
Sebagian besar dari asam amino mengalami sedikit peruraian apabila
dipanaskan mendekati titik lebur atau titik lelehnya. Kecuali glisin, semua
asam amino mempunyai sebuah atau lebih atom karbon yang asimetris. Oleh
karena itu, semua larutan asam amino, kecuali glisin, dapat menunjukkan
kegiatan optis. Struktur kimia asam amino mengandung gugus karboksil dan
gugus amino sehingga sifat kimia asam amino ditentukan oleh beberapa sifat
gugus karboksil, sifat gugus amino, dan gabungan antara sifat kedua radikal
(Sumardjo, 2008: 139).
Asam amino mengandung dua gugus fungsi yang berlainan, yakni
gugus amin (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) asam-asam amino dalam
mengandung gugus amin yang terikat pada atom karbon ∝, terhadap gugus
karboksil. Asam – asam amino juga berfungsi sebagai basa atau asam yang
membentuk garam dengan asam kuat atau basa kuat. Rumus struktur yang
menggambarkan kandungan gugus fungsi asam amino, yakni gugus amin dan
gugus karboksil adalah sebagai berikut :
H H
-
R C COOH R C COO
+
NH 3 NH 3
A s a m a m in o A s a m a m in o b e n t u k d ip o la r
Kedua gugus amin dan karboksil didalam asam amino akan saling bereaksi
menghasilkan ion switter. Oleh karena struktur dipolar ini maka asam-asam
amino mudah larut dalam air (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 17).
Asam-asam amino yang terdapat dalam protein adalah asam α-amino
karboksilat, variasi struktur monomer-monomer terjadi dalam rantai samping
CO 2H Variasi struktur
Gugus α amino terjadi dalam rantau
H 2N H samping
R
Asam amino yang sederhana adalah asam amnioasetat
(H2NCH2CO2H) yang disebut glisilina yang tidak memiliki rantai samping
dan oleh karena itu tidak memiliki satu karbon kiral. Semua asam amino lain
memiliki rantai samping dank arena itu karbon α-nya bersifat kiral. Asam
amino larut dalam air dan pelarut polar lain, tetapi tidak larut dalam pelarut
non polar seperti dietil eter asam amino mempunyai momen dipol besar
( Fessenden, 1989 : 363-364)
Asam-asam amino dapat melangsungkan reaksi sebagai asam maupun
basa tergantung pada lingkungannya. Dalam pelarut air bersifat asam suatu
zwitter ion asam amino dapat menerima proton dan menghasilkan suatu
kation, sebalikny dalam pelarut air bersifat basa zwitter ion asam amino dapat
melepaskan proton dam membentuk anion. Anion karboksilat – COO - yang
bersifat sebagai basa yang menerima proton dari larutan asam, dan bukan
gugs amino. Sebaliknya dalam pelarut basa, gugus amino yang bersifat
sebagai asam mendonasikan proton dan bukan gugus karboksil yang bersifat
sebagai asam. Sifat inilah disebabkan zwitter ion tersebut (Parlan dan
Wahyudi, 2005: 116) Semua asam amino berada dalam bentuk asam α-amino.
Asam α-amino yang paling sederhana adalah asam amino asetat, yang disebut
glisina. Asam amino lainnya mempunyai rantai cabang yang terletak pada
atom karbon-α. Karena asam α-amino mempunyai dua gugus polar yang
berbeda, maka asam amino merupakan senyawa yang bersifat sangat polar
(Riswiyanto, 2009: 394).
Protein termasuk dalam kelompok senyawa yang terpenting dalam
organisme hewan. Dimana protein merupakan poliamida, dan hidrolisis
protein menghasilkan asam – asam amino. Hanya dua puluh asam amino
yang lazim dijumpai dalam protein tumbuhan hewan, namun kedua puluh
asam amino ini dapat digabungkan menurut berbagai cara, membentuk otot,
urat, kulit, kuku, bulu, sutera, hemoglobin, enzime, antibodi, dan masih
banyak hormon-hormon lainnya (Fessenden, 1986: 363).Jika larutan protein
encer yang dibuat basa dengan larutan NaOH ditambah dengan beberapa tetes
larutan CuSO4 encer, larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda
sampai violet. Reaksi ini disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang
terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambahkan dengan
larutan NaOH dan CuSO4. Reaksi biuret positif untuk semua jenis protein dan
hasil-hasil antara hidrolisisnya jika masih mempunyai dua / lebih ikatan
peptide, dan bersifat negarif untuk asam amino (Sumarjo, 2006: 186)
Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, yang
dibagi dalam dua kelompok,yaitu asam amino-esensial dan non-esensial.
Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering
harus ditambahkan dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non-
esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam amino esensial terdiri dari lysin,
methionin, valin, histidin, fenilalanin, arginin, isoleusin, threonin, leusin, dan
triptofan. Asam amino non-esensial terdiri dari asam aspartat, asam glutamat,
alanin, tirosin, sistin, glisin,serin, prolin, hidroksilin, glutamin, dan
hidroksiprolin (Muhsafaat, 2015:127). Asam amino terbagi menjadi dua
bagian yaitu asam amino essensial dan non essensial. Asam amino essensial
tidak dapat dibuat dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan sumber
protein yang lain. Asam amino essensial terdiri dari hustiddin, arginin,
treonin, valin, metionin, isoleusin, dan leusin. Asam amino non essensial
adalah asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh yang dimana terdiri dari
berbagai asam amino, contohnya asam aspartat, asam glutamate, serin, glisin,
alanin, prolin, tirosin, dan sistin (Sulistywibowo, 2013:101).
Beberapa asam amino dapat disintesis oleh suatu organisme dari
“persediaan” senyawa organik. Satu cara sintesis semacam itu adalah
pengubahan suatu asam amino yang terdapat berlebih menjadi asam amino
yang diinginkan oleh suatu reaksi transamisasi.
R R" R" R
CH 3 CH 3
Tiap asam amino dalam suatu molekul peptida disebut suatu satuan (unit)
atau suatu residu. Alanilglisina mempunyai dua residu, residu alanina dan
residu glisina. Bergantung pada banyaknya satuan asam amino dalam
molekul itu, maka suatu peptida dirujuk sebagai dipeptida (dua satuan), suatu
tripeptida (tiga satuan), dan seterusnya (Fessenden, 1986: 375-376).
F. Hasil Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
.
1. Kelarutan dan sifat amfoterik
a. 0,1 gram glisin + 2 mL H2O Larut
uji dengan lakmus Kertas lakmus biru menjadi merah
Kertas lakmus merah tetap merah
0,1 gram L-Aspartat + 2 mL H2O Ada endapan
uji dengan lakmus Kertas lakmus biru menjadi merah
Kertas lakmus merah tetap merah
0,1 gram L-tirosin + 2 mL H2O Ada endapan
uji dengan lakmus Kertas lakmus biru menjadi merah
Kertas lakmus merah tetap merah
b. 0, 1 gram L-Tirosin + 2 mL H2O Ada endapan
uji dengan lakmus Kertas lakmus biru menjadi merah
Kertas lakmus merah tetap merah
+ 1 mL NaOH 10% (diuji Kertas lakmus merah menjadi biru
dengan lakmus ) Kertas lakmus biru tetap biru
+ 10 tetes HCl (diuji dengan Kertas lakmus merah tetap merah
lakmus) Kertas lakmus biru menjadi merah
5. Hidrolisis protein
a. 0,5 gram kasein + 20 mL HCl Berwarna putih (ada endapan)
20% Berwarna cokelat
dihidrolisis
Larutan berwarna cokelat
tabung 1 didinginkan pada air es
Larutan berwarna cokelat
tabung II didinginkan pada suhu Larutan berwarna cokelat
ruangan + 1.5 mL NaOH Larutan berwarna cokelat
10%
+ 2 tetes CuSO4 2%
Dipanaskan
G. Pembahasan
Prinsip dasar percobaan ini adalah mengidentifikasi asam amino dan
protein pada suatu larutan dengan pereaksi tertentu sedangkan prinsip
kerjanya adalah penimbangan, pencampuran, pengocokan, pemanasan,
penguapan dan penyaringan.
1. Kelarutan dan sifat amfoterik
Percobaan ini bertujuan untuk melihat kelarutan dan sifat amfoterik
dari asam amino. Amfoter adalah sifat suatu senyawa yang dapat berlaku
sebagai asam maupun basa (Parning, 2015: 122).Pada percobaan ini
digunakan glisin, Asam L-aspartat, dan L-tirosin. Kristal glisin ditambahkan
dengan aquades menghasilkan larutan bening. Fungsi dari H 2O yaitu sebagai
pelarut untuk melarutkan kristal. Kemudian diuji dengan menggunakan
lakmus menghasilkan larutan bersifat asam ditandai dengan perubahan kertas
lakmus menjadi warna merah pada hasil percobaan. Hal ini sesuai dengan
teori Riswiyanto (2009: 395) yang menyatakan bahwa asam amino glisin
bersifat polar sehingga dapat larut dalam air dan bersifat asam karena asam
amino bersifat amfoterik yang mana dapat bersifat asam jika dalam larutan
asam dan bersifat basa dalam larutan basa. Adapun reaksi yang terjadi:
H H
-
H C COOH + H2 O H C COO + H2 O
+
NH 2 NH 3
( G lis in ) ( I o n Z w it t e r G lis in )
- +
HO CH2 CHCOOH + H2 O HO CH2 CHCOO + H
+
NH 2 NH 3
( L - T ir o s in ) ( I o n z w it t e r L - T ir o s in )
a. Reaksi L- tirosin
b. Reaksi L- Aspartat
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
OH OH OH n
K a s e in
H O O O O
CH2 CH2
CH2 CH2
+ NaOH
+ H2O
OH OH OH OH
(Kasein)
O O O
HN CH C HN CH C HN CH C
OH OH OH n
K a s e in
NH 2 NH 2
G as
G lis in A s a m H id r o k s il N it r o g e n
E ta n o a t
+
+
H2N C NH2 H2N C NH2
H2N C NH C NH2 + NH 3
O O O O
(Urea) (Biuret) (gas amonia)
Uap yang terbentuk diuji dengan kertas lakmus, kertas lakmus merah
menjadi biru yang menandakan bahwa urea bersifat basa. Hal ini telah sesuai
dengan teori bahwa urea bersifat basa (Riswiyanto, 2009: 397). Selanjutnya
ditambahkan dengan air suling panas. Sehingga larutan dapat bercampur
homogen. Lalu dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dengan
endapannya. Filtrat kemudian ditambahkan NaOH yang bertujuan untuk
memberikan suasana basa, ini disebabkan intensitas ion Cu 2+ dalam suasana
basa akan bereaksi dengan ikatan peptida yang menyusun protein membentuk
senyawa kompleks ungu. NaOH juga dapat mencegah adanya endapan
Cu(OH)2, yang dapat mencegah ikatan peptida. Larutan ditambahkan dengan
CuSO4 sebagai pendonor ion Cu2+ yang bereaksi dengan ikatan peptida.
Sehingga diperoleh larutan berwarna ungu yang menandakan bahwa urea
memiliki ikatan peptida. Ini sesuai dengan teori bahwa ion tembaga (II) akan
menghasilkan ion kompleks yang berwarna merah ungu bila direaksikan
dengan biuret dalam suasana basa, atau senyawa lain yang mengandung
struktur yang sejenis (Tim Dosen Kimia Organik, 2019: 19).Reaksinya yaitu:
2+ -
Cu(OH) 2 Cu + 2OH
( T e m b a g a ( II) H id r o k s id a ) (Io n T e m b a g a ) ( I o n H id r o k s id a )
O O
2H2N - C - NH - C - NH2 - 2 NaOH + CuSO4 H2N - C - NH - C - NH2 + Na2SO4 + 2OH -
O O
H 2N NH2
O=C C=O
HN Cu 2+ NH
O=C C=O
H 2N NH2
H2N - C - NH - C - NH2
O O
(Senyawa kompleks)
Sebagai pembanding, urea dilarutkan dengan H2O menghasilkan larutan
tak berwarna (urea larut) dan ditambahkan larutan NaOH untuk mencegah
adanya Cu(OH)2 yang memecah ikatan protein dan CuSO4 sebagai donor
Cu2+ sehingga menghasilkan warna biru. Hal ini menandakan bahwa tidak
terdapat ikatan peptida karena urea tidak dipanaskan sehingga tidak terbentuk
biuret. Reaksinya yaitu:
HN C NH 2 + NaOH + CuSO4
O
U rea
CH2 O CH2
+ 2NaOH + 2CuSO 4
OH OH
(Kasein)
n
NH CH C NH CH C NH CH CO
OH OH
OH
2+ n -
Cu + Na 2SO 4 + 2OH
NH CH C NH CH C NH CH CO
OH OH
OH
(Senyawa kompleks)
n
4. Uji Xanthoproteat
Uji xanthoprotein dapat digunakan untuk menguji atau
mengidentifikasi adanya senyawa protein karena uji xantoprotein dapat
menunjukan adanya senyawa asam amino apabila larutan tersebut
mengandung protein maka endapat putih tersebut apabila dipanaskan
akan berubah menjadi warna kuning atau jingga. Uji xanthoprotein
merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk
menunjukkan adanya gugus benzena (cincin fenil). Reaksi positif ada uji
xantoprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning.
Pada uji ini, digunakan larutan HNO3 yang berfungsi untuk memecah
protein menjadi gugus benzene. Tujuan pemanasan yaitu untuk
mempercepat berlangsungnya proses reaksi karena salah satu faktor dari
laju reaksi adalah suhu. Setelah dipanaskan, ditambahkan dengan NaOH
menghasilkan larutan berwarna kuning dan menghasilkan uap. Hal ini
menandakan bahwa adanya cincin aromatik pada kasein yang
mengalami nitrasi pada saat penambahan asam nitrat sehingga
menghasilkan nitro yang berwarna kuning. Fungsi penambahan NaOH
adalah memberikan suasana basa dalam larutan dan dapat bersifat
katalis.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa uji
xanthoprotein membuktikan, jika protein yang mengandung cincin
benzena ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa
nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warna
menjadi jingga (Putri, dkk, 2016: 93).
Adapun reaksi yang terjadi, yaitu :
O O
HN - CH - C - NH - CH - CO + 4HNO3 HN - CH - C - NH - CH - CO + 4H2O
CH2 CH2 CH2 CH2
O2N NO2 O2N NO2
OH OH OH OH
(Larutan Kuning)
(Kasein)
O O
HN - CH - C - NH - CH - CO + NaOH HN - CH - C - NH - CH - COONa + H2O
OH OH OH OH
(Larutan Orange)
(Larutan Kuning)
NO2
HO CH2 - CH - COOH + 2 HNO3 HO CH2 - CH - COOH + 2 H2O
NH2 NO2 NH2
(L-Tirosin) (Orange)
NO2 NO2
5. Hidrolisis Protein
Percobaan ini bertujuan untuk memutuskan ikatan peptida pada
protein. Pada percobaan ini kasein dilarutkan dalam HCl menghasilkan
larutan berwarna coklat keruh. Fungsi penambahan HCl adalah
memberikan suasan asam dalam larutan dan bersifat katalis untuk
mempercepat reaksi. Setelah itu larutan dipanaskan. Larutan dibagi dua
agar dapat membandingkan hasil hidrolisis pada protein. Pada larutan
tersebut dimana Bagian pertama didinginkan dengan air es dan bagian
kedua didinginkan pada suhu kamar. Fungsi pendinginan untuk
mempercepat berlangsungnya reaksi dalam larutan karena salah satu
faktor laju reaksi adalah suhu. Larutan kedua ditambahkan dengan
NaOH dan CuSO4. Fungsi penambahan NaOH untuk memberikan
suasana basa dan CuSO4 berfungsi untuk mengurai protein menjadi
asam-asam amino penyusunnya sehingga tidak ditemui lagi ikatan
peptidanya. Pada tabung pertama menghasilkan larutan berwarna coklat
dan pada tabung kedua juga berwarna coklat. Hal ini menandakan
bahwa pada kedua tabung proses hidrolisis ikatan peptidanya terputus.
Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hidrolisis
protein akan menghasilkan asam-asam amino (Tim Dosen Kimia
Organik, 2019: 18). Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
O O
H2N CH C NH CH C OH H2N CH C OH
OH OH OH
n
O
H2N CH C OH + HNO2 HO CH COOH + N2 + H2O
CH2 CH2
OH OH
O
H2 N CH C N CH CH H2N CH COOH
CH2 O H CH2
H C l
+ H2O
OH
OH OH
O
H2N CH COOH + H2O + NaOH H2 N CH CONa + H2O
CH2
OH
OH
O O
H2N CH CONa + H2O + CuSO 4 H2N CH CONa + Cu(OH) 2+ H2SO4
CH2 CH2
OH OH
Mandila, Surya Putri dan Nurul Hidajati. 2013. Identifikasi asam amino pada
cacing sutra yang diekstrak dengan pelarut asam asetat dan asam laktat.
Jurnal Of Chemistry Vol. 2, No. 1
Muhsafaat, La Ode., Heri Ahmad Sukria dan Suryahadi. 2015. Kualitas Protein
dan Komposisi Asam Amino Ampas Sagu Hasil Fermentasi Aspergillus
niger dengan Penambahan Urea dan Zeolit. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. Vol 20 No 2.
Parlan dan Wahyudi. 2005. Kimia Organik II. Malang: Universitas Negeri Malang
Sulityobowo, Wahyu. 2013. Analisis Asam Amino dan Mineral Essensial pada
Ubur-Ubur (Aorelia Avrita). JKK. Vol 2 No 2.
Tim Dosen Kimia Organik. 2019. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar: Jurusan Kimia FMIPA UNM