Anda di halaman 1dari 27

HERNIA

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak (406182006)

Penguji:

dr. Enrico Saut, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI

PERIODE 20 MEI – 4 AGUSTUS 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


LEMBAR PENGESAHAN

HERNIA

Disusun oleh:

Stevania Nugralia Thielmanuela Izaak (406182006)

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, 30 Juli 2019

dr. Enrico Saut, Sp. B


BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J M N
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta (bongkar muat barang)
Alamat : Curug Dendeng
Agama : Islam
Ruang : Jasmine
Tanggal Masuk RS : 29 Juli 2019
Jaminan : BPJS

II. ANAMNESIS (30 Juli 2019, dilakukan secara auto anamnesis)


Keluhan Utama:
Benjolan pada skrotum sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Benjolan pada skrotum sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Awalnya
benjolan sebesar buah duku, dan membesar dalam 1 tahun ini. Benjolan kadang
dirasakan membesar, seperti saat berjalan. Pasien mengatakan benjolan tidak dapat
dinaikan kembali ke perut. Nyeri dirasakan sejak 1 bulan terakhir.
Keluhan demam disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan mual dan
muntah. BAK normal, tetapi BAB dirasakan lebih sering 3 hari terakhir. Frekuensi
BAB 3 kali/hari.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Pasien juga mengatakan
belum pernah operasi sebelumnya.
Riwayat Keluarga:
Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah megalami keluhan serupa.

Riwayat Pengobatan:
Pasien belum melakukan pengobatan sebelum masuk Rumah Sakit.

III. PEMERIKSAAN FISIK (29 Juli 2019)

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos mentis, E: 4, V: 5: M: 6, GCS: 15
Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 130/100 mmHg


- HR : 70 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36,3 ºC

- SpO2 : 99%

Data antropometri :
- Berat badan : 61 kg
- Tinggi Badan : 170 cm
- IMT : normal

A. Pemeriksaan Sistemik
1. Kepala : Normochephale
2. Mata : Pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
3. Hidung : Bentuk hidung normal, simetris, septum deviasi (-), sekret (-), tidak ada
pernapasan cuping hidung.
4.Telinga : Normotia, liang telinga lapang, discharge (-/-), serumen(-/-), sekret(-/-),
kelenjar getah bening pre/retroaurikuler tidak teraba membesar
5. Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-), carries (-)
6. Tenggorokan : Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, detritus(-/-), uvula ditengah, faring
tidak hiperemis.
7. Leher :
 Inspeksi : Tidak tampak deviasi trakea, tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada bekas luka pada leher.
 Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid
 Auskultasi : bruit -
8. Thorax :
 Jantung:
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di ICS IV, di linea midklavikula sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS IV sternal line dextra
Batas jantung kiri : ICS V mid clavicula line sinistra
Batas atas : ICS II parasternal line sinistra
Auskultasi : BJ I dan II normal, regular, murmur (-), gallop (-).
 Paru- paru :
Inspeksi : Gerakan hemi thorax dalam keadaan statis dan dinamis simetris,
retraksi (-/-)
Palpasi : Gerakan nafas simetris pada saat statis dan dinamis
Perkusi: Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
9. Abdomen : (lihat status lokalis)
10. Kulit : turgor kembali cepat, tidak ada kelainan kulit
11. Anus dan Genitalia : (lihat status lokalis)
12. Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik.

B. Pemeriksaan Status Lokalis


Abdomen:
Inspeksi: tampak datar
Auskultasi: BU (+) normal
Perkusi: timpani pada semua lapang abdomen
Palpasi: supel, nyeri tekan pada abdomen bawah kiri dan kanan
Genitalia:
Teraba benjolan pada skrotum sebelah kanan berbentuk lonjong, dan dapat digerakan.
Benjolan tidak dapat dinaikan ke perut.

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Lab Darah
Pemeriksaan Hasil Nilai Referensi Satuan
Hemoglobin 14.2 13.2 – 17.3 g/dl
Hematokrit 44.3 45 – 52 %
Leukosit 8.4 4 – 11 10.000/Ul
Trombosit 206 150 – 440 10.000/ Ul
Masa pembekuan 10’30” 8 – 18 menit
Masa pendarahan 3’00” 1–6 Menit
Golongan Darah O A/B/AB/O mg/L
Rhesus (+) POS POSITIF mg/L
GD Sewaktu 72 80 – 120 mg/L
SGOT 24 0 – 50 U/L
SGPT 48 0 – 50 U/L
Kreatinin 0.84 0. 60 – 1.30 mg/Dl
Ureum 17.1 10. 0 – 50.0 null
Natrium 137 135 – 145 mmol/L
Kalium 4.3 3.5 – 5.3 mmol/L
Clorida 105 95 - 106 mmol/L

IV. RESUME
Telah diperiksa Tn. J M N usia 21 tahun dibawa ke RSUD Ciawi oleh
keluarganya dengan keluhan benjolan pada skrotum sebelah kanan sejak 1 tahun yang
lalu. Awalnya benjolan sebesar buah duku, dan membesar dalam 1 tahun ini. Benjolan
kadang dirasakan membesar, seperti saat berjalan. Pasien mengatakan benjolan tidak
dapat dinaikan kembali ke perut. Nyeri dirasakan sejak 1 bulan terakhir. Keluhan
demam disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan mual dan muntah. BAK
normal, tetapi BAB dirasakan lebih sering 3 hari terakhir. Frekuensi BAB 3 kali/hari.

Pada pemeriksaan status lokalis abdomen didapatkan nyeri tekan pada


abdomen bawah kiri dan kanan. Pada pemeriksaan genitalia didapatkan benjolan pada
skrotum sebelah kanan berbentuk lonjong dan dapat digerakan. Benjolan tidak dapat
dinaikan ke perut.
IV. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Irreponibel

V. TATA LAKSANA
- Non operatif :
- IVFD Ringer Laktat 20 tpm
- Ceftriaxone
- Operatif : Hernioraphy + Mesh Graft

VI. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : dubia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding.1

Anatomi
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentanag region ini penting untuk terapi
operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relative dari saraf,
pembuluh darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.3
* Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n
ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan
prosesus vaginalis. 2,3,4
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis
inginalis berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis
dibangun oleh aponeurosis obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun
oleh ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis
inguinalis dibentuk oleh fascia transfersalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar
kanalis inguinalils adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah.
3,4

Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum


Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum
inguinal menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai
direct hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect. 4
Gambar 1. Segitiga Hesselbach's

* Aponeurosis Obliqus External


Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
profunda. Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis,
mereka membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis
menjadi batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina
iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum. 3,4

Gambar 2. Otot Oblique

* Otot Oblique internus


Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian medial
dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus
abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. adanya conjoined
tendon yang sebenarnya te;ah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah
muncul pada 10% pasien. 2,3,4
* Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: "The
fascia transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang
lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada
bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea semulunaris. 3,4

Gambar 3. Fascia Transversalis


* Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh
ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode
perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. 3
* Preperitoneal Space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan saraf.
Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral
lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan
L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan
anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah
lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior. 4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari
L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang
genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk
ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal
space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi. 1,2,3,4
Etiologi
Penyebab terjadinya hernia 1,2,3,4,5:
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam
hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai defek
pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1 tahun)
setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).

4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
 Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering
mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
 Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena
banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban
kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
 Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
 Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
 Sikatrik.
 Penyakit yang melemahkan dinding perut.
 Merokok
 Diabetes mellitus

Klasifikasi
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu
hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain
hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring
dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL)
dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3

Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3


Hubungan Dibungkus
dengan vasa oleh fascia Onset biasanya
Tipe Deskripsi
epigastrica spermatica pada waktu
inferior interna
Penojolan melewati cincin
inguinal dan merupakan
Hernia Congenital
kegagalan penutupan cincin
ingunalis Lateral Ya Dan bisa pada
ingunalis interna pada waktu
lateralis waktu dewasa.
embrio setelah penurunan
testis
Hernia Keluar langsung menembus
ingunalis fascia dinding abdomen Medial Tidak Dewasa
medialis

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3


Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.

Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:3


Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
Kelas 4 : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3


1. Hernia Indirek
hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
hernia inguinalis indirek sliding.
2. Hernia Direk
Suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum pubicum.
hernia divertikular di dinding posterior. Hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus
di seluruh permukaan segitiga Hesselbach
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.

Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek,
sedangkan tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
Hernia tipe 1
berdiameter
(hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang
Hernia tipe 2
melewati cincin interna yang berdiameter ≤ 2 cm
hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang
Hernia tipe 3 berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.

mempunyai robekan dinding posterior atau defek posterior multipel.


Hernia tipe 4
Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.

merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat


Hernia tipe 5 kantung peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:3
Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.
Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
Tipe 3c adalah hernia femoralis.
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.

Bagian – bagian hernia :


1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

Patofisiologi Hernia Inguinalis


A.   Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach*. Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous.
Hernia ini sama sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi
bilateral, khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah,
mengalami inkarserasi dan strangulasi. 4,5,6
Gambar Hernia Inguinalis direct

B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus
dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk
lonjong. Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,6

- Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali
tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum
tersebut. 1,2,3,4,5

- Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak
menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi
dalaman perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis. 1,2,3
Gambar hernia inguinais indirect

Gejala Dan Tanda Klinik


1. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha , pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan. Seringnya hernia ditemukan pada saat
pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien
mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis lateralis,
perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka
diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk
menguranginya.11
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.11

2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring
dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat
mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya
kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan
pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia
dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis
ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.9
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama.
hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9
Pada inspeksi pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat
pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang
bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.9
Pada palpasi dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada
hernia inguinalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia
direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis
sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara
akurat sebelum dilakukan operasi.9

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8

2. Pemeriksaan Radiologis
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8 Pada
pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu
gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse.
Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke
rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :
 Retropubic
 Intra abdominal
 Pre peritoneal
 Pre peritoneal locule

Diagnosa Banding

Penatalaksanaan Hernia
1. Penanganan DI IGD
 Mengurangi hernia.
 Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
 Menurunkan tegangan otot abdomen.
 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
 Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
 Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.
 Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti
kaki kodok)
 Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjutselam proses reduksi penonjolan
 Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan
isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis
hernia keluar dari pintu hernia.
 Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
 Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7

Konsul bedah jika :


 Reduksi hernia yang tidak berhasil
 Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
 Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi
hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
 Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang
cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
 Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko
infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
 Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka
operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di
beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
 Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada
gejala strangulasi.
 Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih
hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
 Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7

Indikasi operasi :
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,
Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
1) Konservatif :
Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi.
Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.

2) Operatif
Anak-anak : Herniotomy : Karena masalahnya pada kantong hernia, maka dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi
hernia, jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-
tinggi mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan
mudah, maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral.
Dewasa :Hernioraphy :Perawatan kantung hernia dan isi hernia
 Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted / Kirchner,
Lotheissen-McVay (Cooper’s ligament repair), Shouldice, Tension free
herniorrhaphy)
 Berliner repair
 The Lichtenstein repair
 The Wilkinson Technique
 Abrahamson Nylon Darn Repair
 Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement

Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV


 Rutkow Mesh-plug hernioplasty
 Rives Prosthetic Mesh Repair
 Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
 Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)
TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal
TEP = Total Extra Peritoneal

Teknik-Teknik Operasi Hernia


Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan
memperbaiki dinding abdomen.
Teknik Operasi;
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu :
Marcy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya.melewati
ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna. Lebih sering digunakan pada
anak-anak.
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan seanatomis
mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara
Bassini.
Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon
lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.₉‚₁₄
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan dalam 4
kategori utama:6
a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan funnikulus spermatikus.
Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis inguinalis hingga
ke cincin eksternal.
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot transversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.

-
Gambar Bassini technique

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi
akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang
akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

Gambar McVay open anterior repair.

b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair


Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space.
Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara
teknik ini dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior
repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut
dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau
anastesi umum.

c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh


Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan
fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang
tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan
jangka panjang penggunaan implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau
penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas dengan mesh telah mulai menghilangkan
anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal,
regional atau general.
Gambar Setelah pemasangan Mesh13

d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah
prosedur laparokopik langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk
diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

Gambar  Laparoscopic mesh repair

Komplikasi
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.12
BAB III
KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis.


Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah
yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia
obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-
laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap
terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 1st January 2011 Available
at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007. on 1st January 2011 Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004; hal. 523-38
7. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. on 1st January 2011 Available at
http://www.webmed.com
8. Inguinal hernia. Accesed on 1st January 2011 Available at
http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
9. Doherty GM. 2006. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment. Twelfth edition. New York. Mc Graw-Hill. 765-777
10. Inguinal hernia. Accesed on 10 Juli 2013 Available at www.healthsystem.virginia.
11. Inguinal hernia. Accesed on 1st January 2011 Available at
http://www.webmed.comHernia
12. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York.
WB Saunders Company. 795-801
13. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland.
WHO. 151-156.
14. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1. Tenth
edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

Anda mungkin juga menyukai