Anda di halaman 1dari 30

TERAPI SINAR

Oleh : Ns.Yanti Riyantini, MKep.Sp.Kep.An.


RENCANA KESELURUHAN TATALAKSANA
NEONATUS CUKUP BULAN SEHAT

USIA PERTIMBANGKAN TERAPI TRANFUSI TRANFUSI


(JAM) TERAPI SINAR SINAR TUKAR TUKAR &
TERAPI
SINAR
25-48 > 12 mg/dl > 15 > 20 mg/dl > 25 mg/dl
mg/dl
49-72 > 15 mg/dl > 18 > 25 mg/dl > 30mg/dl
mg/dl
> 72 > 17 mg/dl > 20 > 25 mg/dl > 30mg/dl
mg/dl
TATALAKSANA HIPERBILIRUBINEMIA PADA
NEONATUS PREMATUR SEHAT & SAKIT
BERAT BAYI SEHAT : KADAR BAYI SAKIT : KADAR
TOTAL BILIRUBIN TOTAL BILIRUBIN
SERUM (mg/dl) SERUM (mg/dl)

TERAPI TRANFUSI TERAPI TRANFUSI


SINAR TUKAR SINAR TUKAR
Hingga 5-7 10 4-6 8-10
1.000 g
1.000-1.500 7-10 10-15 6-8 10-12
g
1.501-2.000 10 17 8-10 15
g
> 2.000 g 10-12 18 10 17
TERAPI SINAR
 Light teraphy
 Indikasi :
- Setiap klien dgn kadar bilirubin serum
lebih dari 10 mg/dl
- Pra tranfusi tukar
- Pasca tranfusi tukar
- Adanya ikterus pada hari I disertai
dengan proses hemolisis.
TERAPI SINAR

 Diperhatikan & dilaporkan oleh perawat di


Inggris  Perawat Ward
 Bayi yang mendapatkan sinar matahari,
ikterus lebih cepat menghilang.
 Diteliti oleh Cremer th 1958.
 Sinar spektrum biru dgn panjang gelombang
sinar 350-470 nanometer.
Cara kerja terapi sinar:

 Isomerisasi.
 Terjadi dibagian perifer kulit atau kapiler
jaringan subkutan
 Mengubah bilirubin indirek  direk
 Di ekskresi oleh hati ke dalam saluran empedu.
Hal-hal yg hrs diperhatikan dalam
perawatan terapi sinar:
 Usahakan bagian tubuh terpapar sinar seluas
mungkin, bayi tidak memakai baju (telanjang)
 Jarak permukaan tubuh bayi dengan sumber
sinar 45-60 cm.
 Kedua mata bayi ditutup.
 Ubah posisi setiap 3 jam.
 Ukur suhu bayi setiap 3 jam.
 Perhatikan hidrasi bayi.
 Catat lamanya pemakaian terapi sinar.
Komplikasi :
 Peningkatan I.W.L
 Frekuensi defekasi meningkat.
 Kelainan kulit flea bite rash & bronze baby
syndrome
 Gangguan retina
 Kenaikan suhu
 Gangguan minum, letargi & iritabilitas
V. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Perilaku.
• Lemah (kernikterik)
• Gelisah (kernikterik).
• Tangisan melengking (kernikterik).
2. Riwayat maternal dan keluarga.
• Orangtua / sibling dengan neonatal jaundice
atau penyakit liver.
• Antenatal care.
• Ibu dengan diabetes melitus.
• Infeksi seperti; toksoplasmosis, sipilis,
hepatitis, rubela, cytomegalovirus dan herpes
yang mungkin terinfeksi intra uterin melalui
plasenta selama kehamilan.
 Kedua orangtua menggunakan obat-obat
terlarang.
 Ibu dengan rhesus negatif dan ayah rhesus
positif.
 Pasca tranfusi dengan rhesus positif, tetapi ibu
rhesus negatif.
 Pemberian obat-obatan seperti; sulfonamides,
nitrofurantoins dan antimalaria selama
kehamilan.
 Persalinan dengan induksi oksitosin.
 Kelahiran dengan vacuum extraction.
3. Status kelahiran bayi.
• Prematur, I.U.G.R.
• Nilai apgar untuk melihat indikasi asfiksia.
• Keterlambatan pemutusan tali pusat.
• Persalinan traumatik dengan adanya
hematoma atau injuri.
• Sepsis neonatorum.
• Hepatosplenomegali.
4. Sistem kardiovaskuler
• Edema umum atau penurunan volume
darah petunjuk adanya gagal jantung
pada hydrops fetalis.
5. Sistem pernapasan
• Apnea, sianosis, dispnea pada kernikterik.
Asfiksia, effusion paru pada hydrops fetalis
6. Sistem gastrointestinal.

 Malas minum (menolak minum , muntah jika


kadar bilirubin meningkat).
 Penurunan berat badan sampai 5 % dalam 24
jam karena intake kurang akibat malas minum.
 Pasase mekonium terlambat atau jarang buang
air besar akan menyebabkan meningkatnya
sirkulasi enterohepatik.
 Hepatosplenomegali.
7. Sistem integumen
 Ikterik pada 24 jam pertama setelah lahir
adalah patologik, setelah 24 jam pertama
fisiologik dan setelah 1 minggu adalah breast
feeding jaundice.
 Pucat, disebabkan oleh anemia yang terjadi
bila ada hemolisis berat.
8. Sistem persarafan.
• Hipotonus.
• Tremor, tidak ada refleks moro & refleks
isap, kurangnya refleks otot jika terjadi
ensefalopati.
• Kejang, kaku otot dan ada opistotonus.
9. Sistem perkemihan
•Warna urin pekat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko injuri internal: kern ikterik


berhubungan dengan peningkatan
kadar bilirubin dalam darah.
Tujuan: Tidak terjadi injuri internal
Kriteria evaluasi :
 Keadaan umum baik.
 Kesadaran composmentis.
 Tidak ada tangisan melengking.
 Tidak ada kejang subtle ataupun nyata.
 Kadar bilirubin total < 12 mg / dl (Fullterm).
 Kadar bilirubin total < 10 mg / dl (Preterm).
Intervensi :
1. Kaji faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia.
2. Kaji & catat tanda/gejala hiperbilirubinemia.
3. Observasi keadaan umum, tangisan dan
tanda-tanda vital bayi setiap 3 jam dan kalau
perlu.
4. Observasi dan catat adanya gerakan-gerakan
abnormal/kejang subtle dan kejang nyata.
5. Kolaborasi dalam pemeriksaan kadar bilirubin
total/direk, darah rutin, trombosit dan G6PD.
6. Kolaborasi dalam pemberian photo therapy,
catat waktu pemasangan, pemberhentian, lama
penyinaran dan check keefektifan lampu.
7. Antisipasi kebutuhan untuk tranfusi tukar.
2. Risiko defisit cairan berhubungan dengan
peningkatan IWL dan diare karena efek dari
terapi sinar.
Tujuan: Status cairan baik
Kriteria evaluasi:
 Penurunan berat badan tidak boleh lebih dari
2 %.
 Turgor kulit elastik.
 Produksi urin 1-3 cc/kg BB/jam.
 Ubun-ubun tidak cekung.
 Mukosa lembab.
 Suhu 36,5C-37,2C
Intervensi :
 Pertahankan intake cairan.
 Berikan minum sesuai jadual.
 Timbang berat badan setiap hari.
 Observasi suhu tubuh setiap 3 jam/kalau perlu.
 Observasi mukosa, ubun-ubun & turgor kulit.
 Monitor dan catat intake, output.
 Monitor jumlah dan warna urin.
 Monitor dan catat konsistensi serta frekuensi
buang air besar.
 Berikan ekstra minum atau kolaborasi dalam
pemberian cairan intravena jika ada penurunan
berat badan > 2 %, peningkatan suhu tubuh,
buang air besar yang berlebihan, mencret serta
produksi urin kurang dari 1 cc/kg BB/jam.
3. Risiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan efek terapi
sinar dan diare.

Tujuan: Integritas kulit tubuh.


Kriteria evaluasi:
• Tidak ada rash pada kulit.
• Tidak ada iritasi pada kulit genital/sekitar
bokong.
Intervensi :
 Observasi dan catat adanya perubahan-
perubahan pada kulit seperti rash dan iritasi.
 Gunakan sabun yang lembut untuk
membersihkan kulit, hindari cairan yang
dapat mengakibatkan iritasi pada kulit.
 Jaga agar popok tetap kering dan bersih.
 Ubah posisi setiap 3 jam atau kalau perlu.
4. Risiko perubahan persepsi sensori: visual
berhubungan dengan penutupan mata
selama dilakukan terapi sinar.
Tujuan : Tidak terjadi perubahan persepsi
sensori : visual

Kriteria evaluasi:
• Tidak ada tanda-tanda konjungtivitis.
• Ada kontak mata ketika penutup mata
dibuka.
• Berespon terhadap suara dan sentuhan.
Intervensi :

 Pasang penutup mata selama terapi sinar.


 Pertahankan jarak lampu dengan bayi kira-
kira 60 cm.
 Buka seluruh pakaian bayi selama
pemberian terapi sinar.
 Pertahankan penutup mata, jangan sampai
menutupi hidung bayi.
 Matikan lampu dan buka penutup mata
setiap bayi akan dimandikan, pemberian
minum serta observasi keadaan mata.
 Ajaklah bayi berbicara dan sentuhlah
dengan lembut selama merawat bayi.
 Anjurkan orang tua untuk mengunjungi
dan berpartisipasi dalam perawatan
bayinya.

Anda mungkin juga menyukai