Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otak merupakan organ penting bagi kehidupan manusia yang terletak di dalam rongga
kranium. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun
neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
kecil), brainstein (batang otak) dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh 2 pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis.
Dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Wilis. Sebagai bagian dari organ tubuh manusia, otak dapat
mengalami gangguan yang dapat diakibatkan karena berbagai penyebab diantaranya tumor.
Klien yang menderita tumor otak akan mengalami gejala dan defisit neurologi yang
tergantung histologi, tipe, lokasi dan cara pertumbuhan tumor. Diagnosa awal dari tumor
sangat penting untuk mencegah kerusakan neurologis secara permanen.
Melihat fenomena di atas, tumor otak merupakan penyakit yang menjadi momok bagi
manusia. Orang yang menderita tumor otak sering tidak menyadari bahwa dia terkena
tumor otak. Tiba-tiba saja penderita merasakan dan mengalami nyeri kepala, kelainan pada
syarafnya, pandangan kabur dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang
terkena. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi
klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tumor
otak beserta keluarganya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit dan konsep dasar asuhan keperawatan pada
kasus SOP Cerebri,
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian SOP Cerebri
b. Mengetahui etiologi SOP Cerebri
c. Mengetahui manifestasi klinis SOP Cerebri
d. Mengetahui patofisiologi SOP Cerebri
e. Mengetahui penatalaksanaan SOP Cerebri
f. Mengetahui Konsep asuhan keperawatan SOP Cerebri

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
SOP (Space Occupying Procces) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan
tumor intracranial (Long C , 1996 : 130). Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada
intrakranial yang menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka lesi-
lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas pertama kali
diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium.
Akhirnya vena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan
serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa
menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan
meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada tanda-tanda
dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari cairan serebrospinal
atau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk
melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat
kerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan
akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak
merupakan keluhan yang umum.

B. Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer merupakan komponen besar dari beberapa gangguan
yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose,
neurofibromatosis.
2. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas.

2
3. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebabkan terbentuknya
neoplasma setelah dewasa.
4. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak).
Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

C. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu:
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat
(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan
sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a) Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat
didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun
membesar.
b) Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c) Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum,
angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
7. Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara
lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan
dijumpai pada dasar tengkorak.

3
D. Manifestasi Klinis
Berikut adalah tanda gejala SOP Cerebri :
1. Sakit kepala : Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus menerus,
tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih
menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti
membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi
aspirin dan kompres dingin pada tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah : Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan
peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi tanpa didahului
nausea dan dapat proyektif.
3. Papiledema : Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan pada
kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor
otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun
TIK tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi
beberapa gangguan penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis
fugun (perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal : Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi,
tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a) Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan menyebabkan gerakan
seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh yang disebut Kejang Jacksonian.
b) Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia humunimus
kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi
yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi penglihatan.
c) Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan) atau
gaya berjalan yang sempoyongan dengan kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi,
otot-otot tidak terkoordinasi dan nistagmus (gerakan mata berirama tidak
disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d) Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian perubahan status
emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering
menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.

4
e) Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf akustik dan
member rangkaian gejala yang timbul dengan semua karakteriatik gejala pada
tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada
abnormalitas pada fungsi motorik.
5. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia, diabetes insipidus,
obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
6. Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan
fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

E. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak disebabkan
oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan TIK.
1. Gangguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja
disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya
glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan perubahan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan
perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor: bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena ia
mengambil tempat dalam ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang
menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah-
5
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub araknoid
menimbulkan hidrosepalus.
3. Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu penyebab
yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu
berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna
apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi antara lain: bekerja menurunkan
volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan
herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan mensesefalon menyebabkan
hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada herniasi cerebellum tergeser ke bawah
melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari
henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia
progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan pernafasan

F. Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnose
SOP Cerebri
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah ukuran dan
kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder, selain itu alat ini juga
member informasi tentang system ventrikuler.
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil, membantu dalam
mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah hipofisis.
3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan untuk mendiagnosis
kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasadasarpengobatan dan
informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada
system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke dalam cairan serebrospinal.

6
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga sedemikian rumitnya
sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias dilakukan karena kontra indikasi
peningkatan TIK.

G. Penatalaksanaan
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada
jenis dan stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi,
atau kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas (Barbara L.
Bullock 2000).
1. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah
untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin peluang
kehilangan fungsi otak.Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi.
Hal ini dilakukan dengan anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala
dicukur. Ahli bedah kemudian membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis
gergaji khusus untuk mengangkat sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus
sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah menutup kembali bukaan tersebut dengan
potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan. Ahli bedah kemudian menutup
sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat menggunakan saluran yang
ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari setelah operasi untuk
meminimalkan akumulasi darah atau cairan. Efek samping yang mungkin timbul pasca
operasi pembedahan tumor otak adalah sakit kepala atau rasa tidak nyaman selama
beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini dapat diberikan obat sakit kepala.
Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah menumpuknya cairan
cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak (edema). Biasanya
pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah operasi kedua
mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat menempatkan
sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini diletakkan di
bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak
dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya. Infeksi
adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan antibiotic).
Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah
serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga
mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini

7
berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa
permanen. Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
2. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk
menghancurkan tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan
untuk menentukan lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi
diarahkan ke tumornya dari berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya
bervariasi, mulai dari penggunaan pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton,
ataupun sinar proton. Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil
kemungkinan komplikasi pada pasien dan memperpendek waktu pemulihan.
Kekurangannya adalah tidak adanya sample jaringan tumor yang dapat diteliti lebih
lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak yang dapat terjadi setelah
radioterapi. Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang
otak (brainstem) atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat
mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat
menerima radioterapi atau perawatan lainnya.
3. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar
diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke
seluruh otak atau ke syaraf tulang belakang. Radioterapi biasanya dilakukan sesudah
operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang mungkin tidak dapat diangkat
melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi pengganti operasi. Jadwal
pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia pasien. Setiap sesi
radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
4. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel
kanker. Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh.
Obat-obatan biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan
periode pemulihan. Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan
bevacizumab (Avastin), baru-baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan
glioma ganas. Mereka lebih efektif, dan memiliki efek samping lebih sedikit jika
dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi lama. Temozolomide memiliki
keunggulan lain, yaitu bisa secara oral. Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker
otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan operasi pengangkatan tumor dan
kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung obat kemoterapi. Selama
8
beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat tersebut kemudian
membunuh sel kankernya

H. Komplikasi
1. Ganguan Fungsi Luhur
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi
luhur. Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior
sehubungan dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena
pembedahan maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan
fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah
gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi
seksual serta fatique. Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi
dengan berbagai tes. Di antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic
Personality Inventory (MMPI), dan Mini mental State Examination (MMSE).
Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran, orientasi lingkungan, level
aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan berpikir, emosional
afeksi serta persepsi.
2. Ganguan Wicara
Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita
mengenal istilah disartria dan aphasia. Disartria adalah gangguan wicara karena
kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang bertanggung jawab dalam proses
bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria adalah meningkatkan
kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal. Afasia
merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung
dari area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat
adalah kelancaran (fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif).
Pendekatan terapi untuk afasia meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi,
mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan memastikan sinyal-sinyal komunikasi
serta menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan metode alternatif. Terapi
wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.
3. Gangguan Pola Makan
Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan
makanan karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral,
pharingeal atau oesophageal. Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan
nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi pula karena muntahnya makanan ke paru.
9
Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx dan nervus vagus. Bisa juga
karena komplikasi radioterapi. Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala
ini sering bersamaan dengan dispepsia karena space occupying process dan kemoterapi
yang menyebabkan hilangnya selera makan serta iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini
adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral, stimulasi, dan modifikasi
kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak).
4. Kelemahan Otot
Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya
ditandai dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan terapi yang
dilakukan menggunakan prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara
lain adalah dengan EMG biofeedback, latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan
pergerakan sendi.
5. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak yang
memproses informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah penglihatan,
seperti penglihatan ganda atau penurunan lapang pandang. Tumor otak yang
mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat menyebabkan
gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
6. Stroke
Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak, yang
menyebabkan otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap gangguan dalam
aliran darah. Sel-sel otak mulai mati dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen
dan glukosa. Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua
mekanisme, yaitu hemorrhagic stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah
kecil yang memasok darah ke otak dan Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah
yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang memasok darah ke otak. Ada dua
jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke trombotik disebabkan
oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri otak. stroke emboli disebabkan
oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah otak, kemudian gumpalan
darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan
darah ini selanjutnya menyumbat suplay darah ke otak. Pada tumor otak, komplikasi
stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic stroke yang terjadi akibat pecahnya
pembuluh darah otak yang tertekan akibat pembesaran tumor.

10
7. Epilepsi
Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan karena
rangsangan langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan listrik pada
otak dan juga tumor otak dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat
menyebabkan kejang
8. Depresi
Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau
karena keadaan klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul dapat
berupa menangis terus-menerus, kesedihan yang mendalam, social withdrawal, Mudah
marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan tidur, tingkah laku yang tidak wajar.
Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes, ganguan bipolar
(manicdepression).
9. Hidrosephalus
Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS,
akibatnya aliran LCS akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus.
Selain itu peningkatan tekanan intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.
10. Cerebral Hernia
Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui
pembukaan dalam tengkorak. Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial, yang kemudian menyebabkan penggeseran parenkim otak ke foramen
Magnum atau transtentorial
11. Ganguan Seksualitas
Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor melibatkan
daerah otak yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi libido, termasuk
estrogen, progesteron testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak
oleh terapi radiasi, yang yang dapat juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu
dapat pula menyababkan menopouse dini.
12. Terbentuknya Gumpalan Darah
Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah.
Pembekuan ini disebut "trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah
kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri betis, bengkak, dan perubahan warna kaki,
meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya itu DVT adalah bahwa
mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana mereka
menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.

11
I. Pathway
Herediter, Radiasi, Virus,
Susbtansi karsinogenik, Trauma
kepala
Tumor otak

Penekanann jaringan otak Bertambahnya massa

Penyerapan cairan otak


Invasi jaringan otak Nekrosis jar. otak

Obstruksi vena di otak


Kerusakan jar. Neuron Gang. Hipoksia
( Nyeri ) Suplai darah jaringan
Oedema
Resiko Gang.
Kejang Gang. Neurologis Gang.Fungsio Perfusi jaringan
Crebral
fokal tak

Hidrosefalus
Defisit Disorientasi Peningkatan TIK
neurologis

 Aspirasi sekresi Resiko Cidera


 Obs. Jalan nafas
 Dispnea
 Henti nafas
 Perubahan pola Merangsang
nafas hipotalamus

Nosireseptor
Ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi

Nyeri
Gangguan
Pertukaran gas

( Suddart, Brunner. 2001)

12
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda :
perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam
keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur
seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
2. Sirkulasi, gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada
tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung.
3. Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda :
cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
4. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi.makanan /
cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda :
muntah ( mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur keluar, disfagia )
5. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran,
tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda :
perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi
pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris,
genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese,
quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
6. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan
biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur.
7. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi.
8. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
9. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan, keamanan, Gejala :
pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan.
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi, seksualitas, gejala: masalah pada seksual (dampak
pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
10. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan
rumah tangga, dukungan ), fungsi peran. ( Doenges, 2000 )

13
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, masalah-masalah utama pasien mencakup hal berikut:
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi
3. Resiko Cedera
4. Resiko perfusi jaringan cerebral tidak efektif

C. Intervensi Keperawatan

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010). Implementasi
adalah pelaksanaan dari rencana intervensiuntuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap
implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing
orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping, selama tahap implementasi perawat terus melakukan pengumpulan
data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien
(Nursalam,2008).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012). Tahap evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).

14

Anda mungkin juga menyukai