ANEMIA
b. Etiologi
Menurut Mansjoer 2011, Penyebab anemia antara lain :
1. Perdarahan/kehilangan darah
2. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
3. Kekurangan gizi seperti zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C
4. Penyakit tertentu yang menyebabkan perdarahan terus menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus
5. Penyakit radang kronis sepertis lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
kelenjar tiroid dan beberapa jenis kanker yang dapat menyebabkan anemia
karena mempengaruhi pembentukan sel darah merah.
6. Penghancuran eritrosit yang berlebihan
c. Anatomi dan Fisiologi Darah/Hematologi
1. Anatomi darah
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang darah dan
aspeknya pada keadaan sehat atau sakit, dalam keadaan normal volume darah
manusia 7-8% dari berat badan. Asal katanya dari bahasa yunani Haima artinya
darah. Darah adalah kendaraan atau medium untuk transportasi missal jarak jauh
berbagai bahan antara sel-sel itu sendiri. Darah adalah suatu suspensi partikel
dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu
medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkungan luar.
Plasma adalah suatu cairan kompleks yang berfungsi sebagai medium
transportasi untuk zat –zat yang diangkut dalam darah. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat,
yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan 1/12
berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalh cairan, sedangkan
45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai
hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47. Pada keadaan sehat volume darah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan Susunan
darah. Serum darah atau plasma terdiri atas:
Sisanya diisi sejumlah bahan organik, yaitu: glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol, dan asam amino.Plasma juga berisi: Gas oksigen dan
karbon dioksida, hormon-hormon, enzim, dan Antigen.
2. Fungsi Darah
3. Sel Darah
Sel darah terdiri atas 3 jenis, yaitu:
a. Eritrosit (sel darah merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Berupa cakram kecil bikonkaf,
cekung pada kedua sisimya, sehingga dilihat dari samping tampak seperti
dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Dalam setiap
milimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Kalau dilihat satu
persatu warnanya kuning tua pecat, tetapi dalam jumlah besar kelihatan
merah dan memberi warna pada darah. Strukturnya terdiri atas
pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin.
Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari
asam amino. Sel darah merah juga memerlukan zat besi, sehingga untuk
membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi.
Wanita memerlukan lebih banyak zat besi karena beberapa diantaranya
dibuang sewaktu menstruasi. Sewaktu hamil diperlukan zat besi dalam
jumlah yang lebih banyak lagi untuk perkembangan janin dan pembuatan
susu.
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang, terutama dari tulang
pendek, pipih, dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang
pipa, dari sumsum dalam batang iga-iga, dan dari sternum. Bila terjadi
perdarahan, sel merah denganhemoglobinnyasebagai pembawa oksigen
hilang. Pada perdarahan sedang, sel-sel itu diganti dalam waktu beberapa
minggu berikutnya. Tetapi bila kadar hemoglobin turun sampai 40% atau
di bawah nya, di perlukaan transfusi darah.
Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah.
Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimeter kubik darah. Peranannya
penting dalam penggumpalan darah.
Granulosit : rata-rata
Persen Persen
Monosi 4 sampai 8 5
Jumlah 100
Proses pembekuan darah : Di dalam darah juga ada plasma darah yang
menghasilkan protein darah yaitu protombin dan fibrinogen selain juga plasma
tersebut menghasilkan vitamn K dan ion calsium. Protrombin ini merupakan
senyawa globulin yang, dengan bantuan vitamin K serta ion kalsium, akan
secara otomatis diproduksi oleh hati. Protein protrombin akan bereaksi kimia
dengan enzim trombokinase dan vitamin K serta calcium dan menghasilkan
enzim untuk pembekuan darah yang bernama thrombin. Jumlah thrombin harus
seimbang, tidak boleh berlebihan apalagi kurang, sehingga thrombin hanya
dibentuk oleh tubuh saat benar – benar dibutuhkan, yaitu saat adanya jaringan
tubh yang terluka. Kemudian, protein – protein yang bernama fibrinogen dalam
plasma darah akan membentuk jarring fibrin ketika thrombin yang terbentuk
telah memadai. Jaring fibrin ini mirip serat yang berkumpul di tempat keluarnya
darah sehingga darah tidak akan terus menerus mengalir. Jaringan fibrin
terbentuk dan membeku melalui dua lintasan yakni, lintasan intrinsik dan
ekstrinsik.
4. Komponen Darah
1. Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit
alkali. Sebagai medium untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glikosa, dan
asam amino. Menyerap dan mendistribusikan banyak panas yang dihasilkan oleh
metabolisme di dalam jaringan. Tempat larutnya sejumlah besar zat organik dan
anorganik
2. Protein Plasma
Protein plasma atau albumin dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 g dalam
setiap 100 ml darah.
Fungsi protein plasma :
1. Menghambat pengeluaran berlebihan plasma dari kapiler kedalam cairan
intertisium dan dengan demikian membantu mempertahankan volume
plasma.
2. Menyangga perubahan PH darah
3. Menentukan viskositas darah
4. Menghasilkan energy bagi sel
3. Globulin
Dalam keadaan normal ada 2 sampai 3g globulin dalam setiap 100 ml darah.
Globulin memeiliki jauh lebih banyak macam susunan daripada albumin dan
sesungguhnya membentuk jumlah besar protein yang berbeda-beda.
Dibandingkan dengan albumin, penyediaan tekanan osmotik oleh globulin
kurang penting, tetapi dibidang lain lebih penting: misalnya semua antibodi(zat
penolak) yang melindungi tubuh adalah globulin.
1. Patofisiologi
Sel darah merah (eritrosit) tidak memiliki inti sel, mitokondria, atau ribosom.
Sel darah merah tidak dapat bereproduksi atau melakukan fosforilasi
oksidatif sel atau sintesis protein. Sel darah merah mengandung protein
hemoglobin, yang mengangkut sebagian besar oksigen dari paru ke sel-sel
diseluruh tubuh. Hemoglobin menempati sebagian besar ruang intrasel
eritrosit. Sel darah merah diproduksi di dalam sumsum tulang yang berespon
terhadap faktor pertumbuhan hemopoietik, terutama eritropoietin, dan
memerlukan zat besi, asam folat serta vitamin B12 untuk melakukan sintesis.
Pada saat sel darah merah hampir matang, sel akan dilepas keluar dari
sumsung tulang, dan mencapai fase matang di dalam aliran darah, dengan
masa hidup sekitar 120 hari. Selanjutnya, sel ini akan mengalami disintegrasi
dan mati. Sel-sel darah merah yang mati diganti sel-sel yang baru yang
dihasilkan dari sumsum tulang. Jika sel darah merah yang mati dalam jumlah
berlebih, sel darah merah yang belum matang akan dilepas dalam jumlah
yang lebih banyak dari normal, akibatnya meningkatkan kadar retikulosit
yang bersirkulasi yang dikenali sebagai salah satu jenis anemia. Anemia
akibat gangguan pembentukan sel darah merah terjadi jika jumlah besi tidak
adekuat atau tidak dapat diakses, atau kekurangan asam folat, vitamin B12,
atau globulin. Produksi sel darah merah juga dapat tidak mencukupi jika
mengalami penyakit sumsum tulang lainya. Defisiensi eritropoetin, yang
dapat terjadi pada gagal ginjal, juga dapat menyebabkan penurunan produksi
sel darah merah. Anemia akibat gangguan pembentukan sel darah merah
berukuran terlalu kecil (mikrositik) atau terlalu besar (makrositik), dan
kandungan hemoglobin yang secara abnormal rendah (hipokromik) (Corwin,
2009). Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
(misal berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi,
pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa faktor di luar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati
dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam
fagosit, akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direflesikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang, kadar di atas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sklera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi pada berbagai kelainan
hemolitik, maka hemoglobin akan muncul pada plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal
apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100mg/dl), hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau
tidak adanya hemoglobinemia dan hemoglobinuria dapat memberikan
informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada
pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui
sifat proses hemolitik tersebut. Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia
pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel
darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematanganya, seperti
terlihat pada biopsi, dan ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia (Smeltzer, 2002). Anemia yang terkait dengan kehilangan
darah dapat menjadi akut dan kronis, anemia akut adalah mempunyai
peredaran RBC dalam jumlah besar. Pada orang dewasa dapat kehilangan
darah sebanyak 500 ml (di luar jumlah yang 6000 ml) tanpa berakibat yang
seluas, tetapi bila kehilangan sebanyak 1000 ml atau lebih maka dapat
menyebabkan konsentrasi akut. Macam gejalanya tergantung pada hilangnya
darah dan pada tingkat akibat hypoxiannya (kurangnya oksigen pada
jaringan), bila jumlah RBC-nya menurun maka sedikit oksigen yang bisa
dikirim ke jaringan. Kehilangan volume darah sebanyak 30% atau lebih akan
menimbulkan gejala seperti diaphoresis, gelisah, tacycardia, tersengal-sengal
dan shock.
2. Pathway
Anemia
Sirkulasi tidak
Gelisah, keringat O2 yang dikirim
adekuat
dingin,lemas dan kejaringan
cepat lelah kurang
Kolaps sirkulasi
yang progresif
Intolerani Pucat, mata
cepat
aktivitas berkunang-kunang,
sakit kepala
Shock( kulit pucat dan
dingin,takikardi,TD
menurun dan dispnea Anoreksia
Resiko Infeksi
e. Klasifikasi Anemia
1. Anemia defisiensi besi
Anemia yang disebabkan oleh kurang gizi (malnutrisi, kurang zat besi dalam
diet, malabsorpsi, kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu dan
haid).
2. Anemia megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena kekurangan asam folik dan kekurangan
vitamin B12 tetapi jarang terjadi.
3. Anemia hipoblastik
Anemia jenis ini disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang belakang,
membentuk sel-sel darah merah yang baru.
4. Anemia hemolitik
Anemia jenis ini disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatan nya.
f. Manifestasi klinis
menurut Anie Kurniawan, 2012 manifestasi klinis anemia adalah sebagai
berikut:
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Anoreksia & penurunan BB
3. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
4. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
5. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Dispnea,
cepat lelah saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) .
g. Komplikasi
Menurut (Dallman dan Mentzer, 2010) Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung
2. infeksi
3. gagal pernafasam
4. gangguan fungsi hati
5. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
6. Daya konsentrasi menurun
h. Penatalaksanaan
1. Transfusi darah merah
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
4. Diet kaya besi yang mengandung sayuran hijau dan vitamin
i. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar
Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung
trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis
serta sumber kehilangan darah kronis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Apatis, lesu, kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan.
a. Tanda-tanda vital
Suhu : >37,5oC
TD : > 120/100 mmHg
RR : >24 x/mnt
Nadi : >100 x/mnt
b. Head to-toe
1) Kepala : kulit kepala nampak tidak kotor dan tidak berbau.
2) Rambut : hitam,penyebaran rambut merata dan bersih
3) Mata (penglihatan) : Konjungtiva anemis, mukosa pucat
4) Hidung (penciuman) : tidak ada lesi
5) Telinga (pendengaran) : Peka terhadap rangsangan
6) Mulut dan gigi : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk,
Inflamasi bibir
7) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Thoraks : Pada inspeksi dada simetris, Auskultasi bunyi nafas
dipsnea, Bunyi jantung takikardia kompensasi
9) Abdomen: Inspeksi tidak ada asites ,hepatomegali, ada nyeri tekan,
perkusi bunyi redup, distensi abdomen
10) Repoduksi: tidak lesi
11) Ekstremitas: pergerakan bebas tdak ada kelainan
12) Integumen: kulit pucat, petekie
3. Fungsional Gordon
a. Aktvitas / istirahat
- Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap
latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
- Tanda : Takikardi, takipnea, dipsnea saat beristirahat, apatis, lesu,
kelemahan otot, ataksia, berjalan lambat.
b. Sirkulasi
- Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi), perubahan frekuensi
jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi bradikardia, disritmia).
- Tanda : Pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir dan dasar kuku).
c. Integritas Ego
- Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis).
- Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung.
depresi dan impulsif.
d. Eliminasi
- Gejala : Penurunan haluaran urin, diare atau kontipasi
- Tanda : Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
- Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera, gangguan
menelan , penurunan BB.
- Tanda : Membran mukosa kering, turgor kulit buruk, Inflamasi bibir
f. Neurosensori
- Gejala : Sakit kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan, kelemahan,
keseimbangan buruk, kaki goyah saat berjalan.
- Tanda : Peka terhadap rangsangan, gelisah, depresi, cenderung tidur,
apatis, kemampuan merespon dangkal, epistaksis, Gangguan koordinasi.
g. Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda,
biasanya lama.
- Tanda : Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.
h. Pernafasan
- Tanda : Perubahan pola nafas ( napas pendek pada istirahat dan
aktivitas)
- Gejala : Takipnea, ortopnea, dispnea
i. Keamanan
- Gejala : Trauma baru / trauma karena kecelakaan,
- Tanda : Fraktur / dislokasi, gangguan penglihatan, kulit (laserasi,
abrasi), perubahan warna, gangguan kognitif, kekuatan secara umum
mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi tubuh
j. Interaksi Sosial
- Tanda : Aphasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang.
k. Seksualitas
- Gejala : perubahan aliran menstruasi, hilang libido ( pria dan wanita)
- Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
k. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan
konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake
makanan
3. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
b. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1 Perfusi jaringan tidak Setelah -manajemen sensasi
efektif b.d penurunan dilakukan perifer :
konsentrasi Hb dari tindakan 1. monitor adabya daerah
darah, suplai oksigen keperawatan tertentu yang hanya peka
berkurang selama 2x24 jam terhadap
perfusi jarinan panas/dingin/tajam/tumpul
klien adekuat 2. Gunakan sarung tangan
dengan kriteria : untuk proteksi
1. Membran 3. instruksikan keluarga
mukosa untuk mengobservasi kulit
merah jika ada lesi atau laserasi
2. Konjungtiva 4. batasi gerakan pada
tidak anemis kepala, leher dan
3. Akral hangat punggung
4. Tanda-tamda 5. kolaborasi pemberian
vital dalam analgetik
rentang
normal
2 Ketidakseimbangan Setelah -Manajemen nutrisi :
nutrisi kurang dari dilakukan 1. kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b.d tindakan makanan
intake yang kurang keperawatan 2. kolaborasi dengan ahli
anoreksia selama 2x24 jam gizi untuk menentukan
status nutrisi jumlah kalori dan nutrisi
klien adekuat yang dibutuhkan pasien
dengan kriteria 3. anjurkan pasien untuk
hasil : meningkatkan intake Fe
1. Adanya 4. anjurkan pasien untuk
peningkatan meningkatkan protein dan
berat badan Vitamin C
sesuai dengan 5. monitor jumlah nutrisi
tujuan berat dan kandungan kalori
badan ideal 6. berikan informasi
sesuai dengan tentang krbutuhan gizi
tinggi badan -Monitor nutrisi :
2. Mampu 1. BB pasien dalam batas
mengidentifik normal
asi kebutuhan 2. monitor adanya
nutrisi penurunan berat badan
3. Menunjukkan 3. monitor kulit kerin dan
peningkatan perubahan pigmentasi
fungsi 4. monitor turgor kulit
pengecapan 5. monitor makanan
dari menelan kesukaan
4. Membran 6. monitor kalori dan
konjungtiva intake nutrisi
dan mukosa 7. monitor pucat,
tidak pucat kemerahan, dan
5. Nilai lab : kekeringan jaringan
Protein total : konjungtiva
6-8 gr %
Albumin :
3.5-5.3 gr%
Globulin :
1.8-3.5 gr%
Hb tidak
kurang dari 12
gr %
3 Resiko infeksi Setelah -proteksi terhadap infeksi:
dilakukan 1. monitor tanda dan
tindakan gejala infeksi sistemik dan
keperawatan lokal
selama 2x24 jam 2. monitor kerentanan
status imun klien terhadap infeksi
meningkat 3. inspeksi kuit dan
dengan kriteria membran mukosa
hasil : 4. kolaborasi dalam
1. Klien bebas pemberian antibiotik
dari tanda dan 5. laporkan bila ada
gejala infeksi kecurigaan infeksi
2. Menunjukkan 6. pertahankan teknik
kemampuan asepsis pada pasien
untuk beresiko
mencegah
timbulnya
infeksi
3. Jumlah
leukosit
dalam batas
normal
4. Menunjukkan
perilaku
hidup sehat
4 Intoleran aktivitas b.d Setelah -toleransi aktivitas :
ketidakseimbangan dilakukan 1. menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan tindakan intoleran aktivitas
oksigen keperawatan 2. observasi adanya
2x24 jam klien pembatasan klien dalam
dapat : beraktivitas
1. Berpartisipasi 3. kaji kesesuaian aktivitas
dalam aktivitas dan istirahat sehari-hari
fisik dengan 4. ajarkan pasien untuk
TD, HR, RR mengubah posisi secara
yang sesuai bertahap
2. Warna kulit 5. lakukan latihan ROM
normal, hangat jika klien tidak dapat
dan kering beraktivitas
3. Peningkatan 6. bantu klien memilh
toleransi aktivitas yang mampu
aktivitas untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Bakta IM. Pendekatan terhadap pasien anemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi V. Jakarta pusat : Interna Publishing. 2011. H. 1109-15.
Bakta IM. Hematologi klinik. Jakarta: EGC; 2007.h.26-39.
Sayogo dkk. 2012. Anemia Akibat Kurang Zat Besi Keadan, Masalah dan
Program Penanggulangannya. Medika No.1 Tahun 17 ha.l 38-40. WH0.
2008. ”Worldwide Prevalence of Anemia. WHO Global Database on
Anaemia”. Geneva : WHO.
WHO. lron Deficiency Anemia assessment, Prevention and Control. A guide
for Programe Managcr. 2011
Saidin M. Efektifitas penambahan vitamin A dan zat besi pada garani
yodium terhadap status gizi dan konsentrasi belajar anak sekolah dasar.
Laporan Penelitian DIP tahur 2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi dan Maltanan. 2012
Smeltzer, Suzanne. C.& Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddart (Edisi12). Jakarta: EGC.
Suryani, Hafiani, (2015). Analisis Pola Makan Dan Anemia Gizi Besi Pada
Remaja Putri Kota Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
Vol.10(1).11-18
LAPORAN PENDAHULUAN
“ANEMIA”
Oleh :
NAMA : DIAN APRIANI
NIM : 21219017