Anda di halaman 1dari 22

PRE EKLAMSI DAN EKLAMSI

PREEKLAMSI DAN EKLAMSI

1.      Pengertian
a.       Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul
bukan akibat kelainan neurologi.  (6)
b.      Pre ekalmpsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklamsi yang disertai kejang dan/koma yang timbul
bukan akibat kelainan neurology (7)
c.       Menurut kamus saku kedokteran Dorland, preeclampsia adalah toksemia pada
kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,edema, dan proteinuria. Eklampsia
adalah konvulsi dan koma, jarang koma saja, yang terjadi pada wanita hamil atau
dalam masa nifas dengan disertai hipertensi, edema dan atau proteinuria.
2.      Etiologi
Penyebab eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada
teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
1)      Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
2)      Sebab bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan
3)      Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus
4)      Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
5)      Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
3.      Manifestasi klinik
Diagnosis preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu
pemambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi, dan
proteinuri.Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat
badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg
atau tekenen sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang
di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester
kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia.
Proteinuria apabila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein> 1g /l dalam urin
yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 x dengan jarak
waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut

1.      Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg


2.      Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup
3.      sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan 
4.      Nyeri epigastrium dan ikterus
5.      Edema paru atau sianosis
6.      Trombositopenia
7.      Pertumbuhan janin terhambat
Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai
kejang atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah
satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus, muntah-muntah,
nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien
tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani
dengan kasus eklampsia.

4.      Patofisiologi 
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik systemic
vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan
osmotik koloid Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga
terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini
membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit janin-
uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan
menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala yang menyertai
preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap
tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan
antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji
kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi
preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian
aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan rasio
untung-rugi pada ibu dan janin.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan
volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami preeklampsia mudah
menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan hiperdinamik dimana
temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk
mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi
vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan
mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk preeklampsia. Hubungan
sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi
memainkan peran penting dalam perkembangan preeklampsia. keberadaan protein
asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respons imunologis lanjut.

5.      Klasifikasi Pre eklampsia 


Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat
dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a.       Pre eklampsia Ringan 
1)      Tekanan darah sistole 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pmeriksaan 6
jam
2)      Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pmeriksaan 6
jam
3)      Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum, kaki, jari
tangan dan muka.
4)      Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter
atau urin aliran pertengahan.
b.      Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan satu/lebih
gejala/tanda di bawah ini: 
1)      Tekanan darah 160/110 mmHg 
a.       Ibu hamil dalam keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah
istirahat 10 menit) 
b.      Ibu hamil tidak dalam keadaan his. 
Q   Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam. 
Q   Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara kuantitatif.
Q   Terdapat edema paru dan sianosis. 
Q   Gangguan visus dan serebral. 
Q   Keluhan subjektif
c.       Nyeri epigastrium 
d.      Gangguan penglihatan 
e.       Nyeri kepala
f.       Gangguan pertumbuhan janin intrauteri.
g.      Pemeriksaan trombosit (Manuaba, 1998) 

6.      Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia


Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat
mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk
mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat tentang dan
berkaitan dengan: 
            Diet-makanan 
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi
garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat
sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu
butir telur setiap hari.
            Cukup istirahat 
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya
disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring kearah kiri
sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. 
            Pengawasan antenatal (hamil) 
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat
pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: 
1)            Uji kemungkinan Pre eklampsia: 
a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya 
b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri 
c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 
d) Pemeriksaan protein dalam urin 
e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah
umum dan pemeriksaan retina mata. 
2)            Penilaian kondisi janin dalam rahim. 
a) Pemantauan tinggi fundus uteri 
b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air
ketuban 
7.      Penanganan Pre eklampsia 
a.       Penanganan Pre eklampsia Ringan 
Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan
optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Jika pre-eklamsinya bersifat
ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus memeriksakan
diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi, biasanya penderita
harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka persalinan dilakukan
sesegera mungkin.
Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan
memberikan
1.      Sedativa ringan 
2.      Obat penunjang
3.      Nasehat 
                                      i.      Lebih banyak istirahat baring penderita juga dianjurkan
untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan terhadap vena besar di dalam perut
yang membawa darah ke jantung berkurang dan aliran darah menjadi lebih lancar.
                                    ii.      Segera datang memeriksakan diri, bila tedapat gejala sakit
kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik. Pernafasan emakin
sesak, nyeri ulu hati, kesadaran makin berkurang, gerak janin berkurang, pengeluaran
urin berkurang.
4.      Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. 
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita
a.       Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih 
b.      Protein dalam urin 1 plus atau lebih
c.       Kenaikan berat badan ½ kg atau lebih dalam seminggu 
d.      Edema bertambah dengan mendadak 
e.       Terdapat gejala dan keluhan subjektif. 
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100
mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat jalan dan
anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga tercapai dosis
optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan kombinasi obat. Tekanan
darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu pengakhiran kehamilan sampai
40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat, kelainan fungsi hepar/ginjal,
dan peningkatan proteinuria. Pada kehamilan >37 minggu dengan serviks matang,
lakukan induksi persalinan. Persalinan dapat dilakukan spontan atau dipercepat
dengan ekstraksi. 
b.      Penanganan Pre eklampsia Berat
Penderita diusahakan agar: 
1)      Terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2)      Dipasang infus glukosa 5% 
3)      Dilakukan pemeriksaan: 
§  Pemeriksaan umum: pemeriksaan TTV tiap jam
§  Pemeriksaan kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan
dalam (evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim). 
§  Pemasangan dower kateter 
§  Evaluasi keseimbangan cairan 
§  Pemberian MgsO4 dosis awal 4 gr IV selama 4 menit 
4)      Setelah keadaan Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri
kehamilan berdasarkan: 
a.       Kehamilan cukup bulan 
b.      Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan 
c.       Kegagalan pengobatan, kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d.      Merujuk penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat. 
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan
Pre eklampsia menjadi eklampsia. 
8.      Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia 
a.       Tujuan Diet 
1)      Mencapai dan mempertahankan status gizi normal 
2)      Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal 
3)      Mencapai keseimbangan nitrogen 
4)      Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal 
5)      Mengurangi/mencegah timbulnya penyulit baru saat khamilan /setelah melahirkan
b.      Syarat Diet 
1)      Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan.
Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2)      Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air.
Penambahan berat badan diusahakan < 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3)      Protein tinggi (1 ½ g/kg berat badan)
4)      Lemak sedang, sebagian berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda
5)      Vitamin cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6)       Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7)       Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien 
8)      Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA

1)            Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC


2)            Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
3)            Gray, Huon H [et.al..]. 2009. Kardiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
4)            Harrison . 1999. Prinsip – Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
5)            Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP
6)            Mansjoer A,et al. 2001. Kapita Selekta. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius
FKUI
7)            Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta

Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/pre-eklamsi-dan-
eklamsi.html#ixzz2ClpvuTGM
laila anjar fitri

Jumat, 16 Maret 2012

hipertensi

2.1 Kehamilan dengan Hipertensi

Kehamilan dengan hipertensi terdiri dari beberapa macam kasus diantaranya :


hipertensi esensial, hipertensi karena kehamilan , dan pre-eklamsi yang akan kami
jelaskan sbb.

2.2 Hipertensi Esensial

Secara teoritis hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkatan tekanan darah,


dimana komplikasi yang mungkin timbul menjadi nyata. Penulisan tekanan darah
seperti 110/70 mmHg adalah didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung.
Nilai yang lebih tinggi (sistolik) menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh
jantung, nilai yang lebih rendah (diastolik) menunjukkan fase darah kembali ke dalam
jantung. Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi
tidaklah jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya
tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan
pembuluh darah.
Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih
dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut
sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas
18 tahun.
Hipertensi, menurut penyebabnya, dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer


2. Hipertensi sekunder

·   Dengan memperhatikan tekanan sistolik, WHO membagi hipertensi menjadi :

– Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik antara 95-104 mmHg,
disebut Golongan Rendah

– Apabila tekanan sistolik 180 mmHg dan tekanan diastolik diatas 105 mmHg,
disebut Golongan Tinggi.

Walaupun masih banyak perdebatan klasifikasi hipertensi dengan dasar tekanan


diastolik ternyata lebih banyak digunakan, yaitu :

– Hipertensi Ringan : bila tekanan diastolik antara 90 – 110 mmHg


– Hipertensi Sedang : bila tekanan diastolik antara 110 -130 mmHg
– Hipertensi Berat : bila tekanan diastolik diatas 130 mmHg

2.2.1 Penyebab Hipertensi Esensial


Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial
sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah
hpertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah
ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.

2.2.2 Gejala Hipertensi Esensial

·         – Gejala klinik yang mungkin timbul akibat hipertensi adalah sakit kepala, rasa
tidak nyaman di tengkuk (kenceng), sukar tidur, epistaksis, disines atau migren,
sampai keluhan mudah marah – Gejala lain yang dikeluhkan mungkin akibat dari
komplikasi yang timbul, seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala
gagal jantung, dan gejala gangguan fungsi ginjal. Tidak jarang hal ini menjadi
penyebab utama penderita untuk datang periksa ke dokter.

2.2.3        Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko timbulnya Hipertensi

v  Faktor Keturunan
Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan
ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi.
v  Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang olah raga juga
berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan
hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf simpatis. (saraf simpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita tidak beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti,
akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan
di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi


dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya
hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara
obesitas dan hipertensi esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa
jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi
dibandingan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga
isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan
untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh
(tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Kebiasaan lainnya
seperti merokok, mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan
resiko hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.

2.2.4        Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengukuran Tekanan Darah


– Beberapa faktor akan mempengaruhi hasil pengukuran, seperti faktor pasien, faktor
alat dan tempat pengukuran harus mendapat perhatian.
– Pengukuran ideal dilakukan dengan cara :
• Pengukuran dilakukan setelah penderita berbaring selama 5 menit.
• Pengukuran dilakukan sebanyak 3-4 kali dengan interval 5-10 menit.
• Tensi dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka perlahan dengan
kecepatan 2-3 mmHg per-denyut jantung.
• Tekanan sistolik dicatat saat terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) dan tekanan
diastolik dicatat pada saat pertama bunyi tidak terdengar lagi (Korotkoff V).

2.2.5        Prinsip Penatalaksanaan

1. Menurunkan tekanan darah sampai normal, atau sampai level paling rendah yang
masih dapat ditoleransi penderita.
2. Meningkatkan kemungkinan kwalitas dan harapan hidup penderita.
3. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul dan menormalkan kembali seoptimal
mungkin komplikasi yang sudah terjadi.

2.2.6        Penatalaksanaan Umum


1. Diet rendah garam : dengan mengurangi konsumsi garam dari 10 gram/hari
menjadi 5 gram/hari. Disamping bermanfaat menurunkan tekanan darah, diet rendah
garam juga berfungsi untuk mengurangi resiko hipokalemi yang timbul pada
pengobatan dengan diuretik.
2. Diet rendah lemak telah terbukti pula bisa menurunkan tekanan darah.
3. Berhenti merokok dan berhenti mengkonsumsi alkohol telah dibuktikan dalam
banyak penelitian bisa menurunkan tekanan darah.
4. Menurunkan berat badan : setiap penurunan 1 kg berat badan akan menurunkan
tekanan darah sekitar 1,5 – 2,5 mmHg.
5. Olah raga teratur : berguna untuk membakar timbunan lemak dan menurunkan
berat badan, menurunkan tekanan perifer dan menimbulkan perasaan santai, yang
kesemuanya berakibat kepada penurunan tekanan darah.
6. Relaksasi dan rekreasi serta cukup istirahat sangat berguna untuk mengurangi atau
menghilangkan stres, yang pada gilirannya bisa menurunkan tekanan darah.
7. Walaupun masih banyak diteliti konsumsi seledri, pace, ketimun, belimbung wuluh
dan bawang putih ternyata banyak membantu dalam usaha menurunkan tekanan
darah.

2.2.7 Pengobatan

1. Hipertensi Ringan (diastol 90 - 110 mmHg)


– Pilihan obat pertama : diuretik atau beta blocker
– Obat tambahan : Diuretik + Beta blocker

2. Hipertensi sedang (diastol : 110-130 mmHg)


– Pilihan obat pertama : Diuretik + Beta blocker
– Obat tambahan : Klonidin

3. Hipertensi Berat (diastol > 130 mmHg)


– Pilihan obat pertama : Klonidin + Diuretik.
– Obat tambahan : Beta Blocker

2.3      Hipertensi Dalam Kehamilan

2.3.1 Pengertian

ü  Hipertensi Gestasional (hipertensi dalam kehamilan) yaitu hipertensi tidak disertai


proteinuria sampai 12 minggu persalinan.
ü  Hipertensi Kronik : meningkatnya tekanan darah sebelum usia kehamilan 20 minggu
dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca persalinan

ü  Hipertensi kronik dengan superimposed pre eklampsia adalah hipertensi kronik yang
disertai proteinuria

ü  Hipertensi Transien yaitu hipertensi yang menghilang setelah 12 minggu  

2.3.2 Penyebab & Patofisiologi

Sampai sekarang penyebab penyakit belum diketahui. Pre eklampsia berhubungan


dengan implantasi abnormal placenta dan invasi dangkal tromboblastik yang
mengakibatkan berkurangnya perfusi placenta. Arteri spiralis maternal (arteri uterine)
gagal mengalami vasodilatasi fisiologis, sehingga aliran darah mengalami hambatan.
Gangguan aliran darah intervilosa berakibat ischemia dan hipoksia. Tanda dan gejala
muncul selama kehamilan trimester kedua.  

2.3.3 Faktor-Faktor Resiko Terhadap Hipertensi

         Usia

Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada
wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.

      Parietas

Pre eklampsia sepuluh kali lebih sering terjadi pada kehamilan pertama.

          Faktor maternal

Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi
bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru
mengembalikan resiko ibu sama seperyi primigravida

      Faktor gen


Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara
perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali

      Faktor janin

Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat

 2.3.4 Tanda Dan Gejala Yang Selalu Ada

v  Hipertensi dalam kehamilan :

Tekanan darah diastolik 90-110 mmhg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan
> 20 minggu

Proteinuria –

v  Hipertensi kronik :

                        Tekanan darah diastolik ≥ 90 mmhg pada kehamilan < 20 minggu

v  Hipertensi kronik dengan superimposed pre eklampsia ringan :

Tekanan darah diastolik 90-110 mmhg pada kehamilan <20 minggu                   
Proteinuria < ++  

2.3.5 Penatalaksanaan

·         Hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria

         Penatalaksanaan dengan rawat jalan

         Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria) dan kondisi janin setiap minggu
         Jika tekanan darah meningkat tangani sebagai pre eklampsia ringan

         Jika kondisi janin memburuk atau ter terjadi pertumbuhan janin terhambat rawat
untuk penilaian kesehatan janin

         Beritahu klien dan keluarga tanda bahaya dan gejala pre eklampsia atau eklampsia

         Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal

·         Penanganan komplikasi hipertensi dalam kehamilan:

Ø  Jika pertumbuhan janin terhambat lakukan terminasi kehamilan

Ø        Jika terjadi penurunan kesadaran atau koma, kemungkinan terjadi perdarahan
serebral : turunkan tekanan darah pelan-pelan, berikan terapi suportif

Ø    Jika terjadi gagal jantung, ginjal atau hati berikan terapi suportif

Ø  Jika uji beku darah menunjukkan gangguan tekanan darah kemungkinan terdapat
koagulopati

Ø  Jika pasien mendapat infus dan dipasang kateter, perhatikan upaya pencegahan
infeksi

Ø  Jika pasien mendapat cairan perinfus, perlu dipantau jumlah cairan masuk dan keluar
agar tidak terjadi overload cairan

2.4      Pre-Eklamsi
-Pre eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema.

-Pre eklampsia adalah Suatu kondisi hipertensi pada kehamilan dan proteinuria  yang
terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal
2.4.1        Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori –
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh
karena itu disebut “penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang
memuaskan.

2.4.2        Insiden
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi pre eklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta
penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak.

2.4.3 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu
sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus
(Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

2.4.4     Manifestasi klinik


Biasanya tanda-tanda pre eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada pre
eklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif. Pada pre eklampsia berat
didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah
epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini sering ditemukan pada pre
eklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul.

Tes Diagnostik
-Tes diagnostik dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urin, pemeriksaan edema,
pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan funduskopik.
-Tes laboratorium dasar
Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit pada sediaan
apus darah tepi).
Pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum, aspartat aminotransferase, dan
sebagainya).
Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).

2.4.5 Tanda Gejala Yang Selalu Ada     

·         Pre eklampsia ringan :

Tekanan darah diastolik 90-110 mmhg (2 pengukuran berjarak 4 jam) pada kehamilan
20 minggu

Proteinuria sampai ++

·         Pre eklampsia berat :

                        Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmhg pada kehamilan > 20 minggu

                        Proteinuria ≥ +++         

2.4.6        Tanda Dan Gejala Yang Kadang-Kadang Ada

            Pre eklampsia berat:


Hiperrefleksia,nyeri kepala ( tidak hilang dengan analgetik biasa ),penglihatan
kabur,oliguria ( < 400 ml/24 jam ),nyeri abdomen atas ( epigastrium ),edema paru

2.4.7        Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti mengenai tanda – tanda
sedini mungkin (pre eklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya
penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga
menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.

2.4.8        Prinsip Penanganan


Tujuan utama penanganan adalah :
Untuk mencegah terjadinya pre eklampsi dan eklampsi.
Hendaknya janin lahir hidup.
Trauma pada janin seminimal mungkin.

2.4.9 Penanganan Pre Eklampsia Ringan

                       Kehamilan kurang dari 37 minggu

         Jika belum ada perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:

         Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), refleks, dan kondisi janin

         Konseling pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklampsia dan
eklmapsia

         Lebih banyak istirahat

         Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)


         Tidak perlu diberi obat-obatan

Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :

        Diet biasa

        Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk proteinuria) sekali sehari

        Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau
gagal ginjal akut.   

Kehamilan lebih dari 37 minggu

 Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin

          2.4.10 Penanganan  Pre-Eklampsia Berat

       Penanganan preeklampsia berat , kecuali bahwa persalinan harus berlangsung


dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.

      Semua kasus pre eklmapsia berat harus ditangani secara aktif.

      Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti
hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak sahih

Anda mungkin juga menyukai