Anda di halaman 1dari 5

Nama : Septian Yudhianto

NIM : 447424
Tanggal : 17 Februari 2020

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PENGAUDITAN FORENSIK - TEMU 2

I. RESUME MATERI CHAPTER 1, 2, DAN 3 BUKU “FRAUD EXAMINATION”


Statistik tentang berapa banyak fraud yang telah terjadi tidak mudah diperoleh. Hal itu disebabkan
banyak kasus fraud yang telah terdeteksi namun hanya ditangani oleh korban secara diam-diam dan tidak
pernah diungkap kepada khalayak luas. Para korban biasanya enggan untuk membuka kasus tersebut
secara luas karena merasa malu dan untuk mencari keadilan tak sedikit biaya investigasi harus
dipersiapkan untuk menyeret pelakunya ke muka pengadilan dan mengganti besarnya kerugian yang
diakibatkan. Fraud memiliki dampak yang sangat serius baik bagi para perusahaan dan negara sebagai
korban maupun perekonomian secara nasional. Studi yang dilakukan oleh The Association of Certified
Fraud Examiners (ACFE) pada 2012 menyebutkan bahwa organisasi diperkirakan kehilangan sekitar 5%
dari pendapatan tahunannya akibat fraud. Seberapa banyak angka tersebut bila terjadi di seluruh dunia?
Mengacu pada besaran Produk Dunia Bruto (Gross World Product) berarti kehilangan akibat fraud
sekitar 5% ditaksir sebesar US$3.5 triliun, angka yang sangat mencengangkan!. Masih dalam studi yang
sama, ACFE menyebutkan bahwa kerugian rata-rata yang diakibatkan fraud sebesar US$140,000 dan
lebih dari seperlima dari seluruh kasus menyebabkan kerugian sedikitnya US$1 juta. Melihat fakta-fakta
tersebut, perang terhadap fraud sungguh merupakan hal yang sangat serius. Oleh karena itu, kita perlu
memahami dengan baik tentang hakikat fraud, alasan seseorang melakukannya, dan cara melawan atau
memerangi fraud. Berikut ini ringkasan pembahasannya dari buku bertajuk Fraud Examination yang
ditulis oleh Albrecht, et al. (2016):
A. Hakikat Fraud
Terdapat dua metode dasar untuk menentukan perbuatan mengambil sesuatu dari orang atau pihak
lain disebut melanggar hukum (ilegal). Tipe pertama disebut dengan theft robbery atau armed robbery
(perampokan/pencurian), yakni mengambil dengan paksaan atau ancaman secara fisik. Tipe kedua
disebut dengan fraud (dalam bahasa Indonesia sering diistilahkan dengan kata “kecurangan”), yaitu
mengakali orang atau pihak lain untuk diambil asetnya. Perbedaan kedua tipe tersebut yang paling
menonjol adalah perampokan umumnya disertai dengan kekerasan dan lebih menimbulkan traumatik
bagi korban, sedangkan kerugian akibat fraud jauh lebih besar daripada kerugian akibat perampokan.
Menurut Webster’s New World Dictionary (1964), fraud diartikan sebagai istilah umum yang
mencakup aneka cara yang dapat dirancang oleh kecerdikan manusia untuk memperoleh keuntungan dari
orang lain dengan representasi palsu. Tidak ada aturan yang pasti dan tidak berubah yang dapat
ditetapkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan penipuan, karena itu mencakup cara-cara yang
mengejutkan, tipu daya, licik, dan tidak adil yang oleh karenanya orang lain tertipu. Fraud berbeda
dengan kesalahan yang tidak disengaja/diniatkan. Dalam fraud sudah pasti ada niat jahat untuk
mengambil keuntungan dari dan meninggalkan kerugian bagi korban atau pihak lainnya.
Banyak cara untuk mengklasifikasi tipe fraud, diantaranya adalah ACFE membagi tipe fraud yang
disebut dengan “occupational fraud” menjadi tiga,yaitu: (1) penyalahgunaan/penyelewengan aset (asset
misappropriations), (2) korupsi (corruption), dan (3) kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial
statements). Selain klasifikasi yang dilakukan ACFE tersebut, terdapat klasifikasi yang membagi fraud
berdasarkan korbannya, yaitu: (1) organisasi atau perusahaan sebagai korban (fraud dilakukan oleh
karyawan, penyedia/pemasok dan pelanggan), (2) pemegang saham sebagi korban (fraud dilakukan oleh
manajemen), (3) individu sebagai korban (fraud semisal penipuan investasi yang menyasar individu,
dll.), dan (4) lainnya sebagai korban yang tidak termasuk dalam ketiga kategori sebelumnya.

1
B. Alasan Melakukan Fraud
Siapa saja bisa melakukan fraud. Ya, siapa saja!. Bahkan, mungkin, orang yang selama ini kita
percayakan kepadanya untuk mengelola sebuah atau beberapa urusan adalah orang yang melakukan
fraud. Lalu, mengapa seseorang bisa melakukan fraud? Hipotesis The Fraud Triangle yang dikemukakan
oleh Donald Cressey menjelaskan penyebab seseorang melakukan fraud, yaitu:
1. Perceived Pressure (Tekanan yang diterima/dirasakan)
Para pakar fraud membagi tekanan atau dorongan seseorang melakukan fraud menjadi: (1) terdorong
karena masalah keuangan seperti ketamakan, terlilit utang, dan sedang mengalami kerugian; (2)
terdorong karena kebiasaan/perilaku buruk seperti perjudian, kecanduan alkohol dan obat-obatan
terlarang, dan hubungan di luar nikah yang berbiaya tinggi; (3) tekanan terkait pekerjaan seperti
ketidakpuasan, takut kehilangan jabatan, mencari promosi, dan merasa dibayar di bawah harapan;
dan (4) tekanan lainnya seperti tuntutan pasangan untuk hidup melebihi kemampuan.
2. Opportuinty (Kesempatan)
Kesempatan melakukan fraud dapat muncul karena kurang atau lemahnya pengendalian internal;
ketidakmampuan menilai kualitas kinerja; kegagalan mendisiplinkan; kurangnya akses informasi
atau adanya informasi yang asimetris; pengabaian, apatis, atau ketidakcakapan; dan kurangnya jejak
audit.
3. Rationalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi yang dimaksud adalah upaya yang dibuat oleh pelaku fraud yang seolah logis atau
rasional sebagai pertahanan untuk menghindari dari penjelasan atau berperilaku secara benar.
Umumnya rasionalisasi ditunjukkan dengan ungkapan-ungkapan seperti: “organisasi berutang
padaku”, “saya hanya meminjam nanti juga saya kembalikan”, “tidak ada yang dirugikan kok”,
“seharusnya saya pantas mendapat lebih”, dan ungkapan lain yang semisal.
C. Melawan Fraud (Sebuah Tinjauan Umum)
Sebagaimana telah dikemukakan di bagian awal, fraud adalah masalah yang sangat serius dan harus
dilawan meskipun sulit atau bahkan mustahil menghilangkannya sama sekali. Setidaknya ada empat
aktivitas yang harus dilakukan oleh organisasi dalam melawan fraud, yaitu:
1. Fraud Prevention
“Sekali terjadi fraud, tidak ada pihak yang dimenangkan”, begitu ungkapannya sehingga mencegah
terjadinya fraud dipandang sebagai cara yang lebih efektif karena dapat mengurangi atau mencegah
kerugian akibat fraud. Pencegahan yang efektif melibatkan dua aktivitas fundamental, yaitu
menerapkan budaya kejujuran dan prinsip etika yang luhur, serta melakukan penilaian risiko fraud
dan membangun pengendaliannya untuk memitigasi risiko dan mengurangi kesempatan terjadinya
fraud.
2. Fraud Detection
Pendeteksian fraud dapat dilakukan dengan cara membuka akses kepada setiap orang untuk
melaporkan kecurigaan melalui sebuah sistem yang dikenal dengan whistle-blowing system (sistem
pengaduan), dan penggunaan teknologi yang dapat mendeteksi tren atau sesuatu yang tidak biasa
terjadi yang mengarah pada perbuatan fraud.
3. Fraud Investigation
Investigasi dilakukan apabila indikasi fraud mengarah pada kemungkinan besar telah terjadi dan
telah ada bukti-bukti permulaan yang dapat ditindaklanjuti. Tujuan dari investigasi adalah
membuktikan apakah fraud benar-benar terjadi atau tidak.
4. Follow-Up Legal Action
Tindakan yang bisa diambil oleh organisasi dalam menangani kasus fraud yang telah terjadi,
diantaranya adalah: (1) tidak menuntut di jalur hukum, (2) melakukan penuntutan secara hukum
perdata, dan/atau (3) melakukan penuntutan secara hukum pidana.

2
II. ANALISIS KASUS “ENRON, WORLDCOM, DAN SATYAM
A. UNSUR 5 W + 2 H
Unsur Enron*) WorldCom*) Satyam*)
What Fraud berupa rekayasa keuangan Fraud berupa rekayasa keuangan Fraud berupa rekayasa
dengan cara melaporkan utang dengan cara mengklasifikasi keuangan dengan memalsukan
sebagai kelebihan nilai kontrak beban jaringan sebagai 94% nilai kas dan bank
yang diakui sebagai pendapatan pengeluaran modal dan Satyam, memalsukan nilai
penjualan sehingga menipu para menggunakan akun cadangan pendapatan bunga diterima di
pemegang saham yang percaya untuk menutupi beban jaringan. muka, mencatat kewajiban
bahwa manajem telah Dengan demikian, WorldCom lebih rendah dan
menghasilkan laba yang lebih seolah-olah mampu menaikkan menggelembungkan nilai
baik bagi Enron setiap tahunnya. pendapatan atau laba di tengah piutang untuk menutupi
situasi permasalahan keuangan praktik penggelembungan laba
yang juga melanda beberapa perusahaan selama itu.
perusahaan lainnya.
When Fraud terjadi ketika Andrew Fraud terjadi ketika manajemen Fraud diperkirakan terjadi
Fastow memperoleh ide untuk mengambil langkah untuk selama kurun waktu enam
bekerja sama dengan KAP Arthur “menyelamatkan” WorldCom tahun sampai dengan
Andersen yang terlibat konflik dari masalah fundamental terbongkar pada tahun 2009
kepentingan dengan Enron, ekonomi sejak tahun 1990 dan ketika Ramalingga Raju
mendirikan 3 Special Purpose semakin parah ketika terjadi (chairman sekaligus co-
Entity (SPE) pada tahun 1999, resesi ekonomi global tahun 1998 founder) membuat pengakuan
dan berakhir pada pertengahan dengan praktik akuntansi yang yang mengejutkan atas praktik
2001. tidak benar, yang pada akhirnya manipulasi yang ia lakukan
terbongkar oleh auditor internal selama itu.
mereka sendiri yang bernama
Cynthia Cooper dan rekan
setimnya pada 2002
Where Fraud terjadi di dalam tubuh Fraud terjadi di dalam tubuh Fraud terjadi di dalam tubuh
perusahaan Enron yang berbasis perusahaan WorldCom yang perusahaan Satyam yang
di Houston, Texas, AS dan berbasis di AS dan berbasis di India dan
mempengaruhi eksistensi mempengaruhi eksistensi mempengaruhi eksistensi
perusahaan secara keseluruhan. perusahaan secara keseluruhan. perusahaan secara keseluruhan
Who Pihak-pihak utama yang terlibat Pihak-pihak utama yang terlibat Ramalingga Raju dan
dalam pengaturan fraud: dalam pengaturan fraud adalah saudaranya yang bernama B.
1. Manajemen Enron: Kenneth manajemen WorldCom, yaitu: Rama Raju.
Lay (CEO), Jeff Skilling Scott D. Sullivan (CFO), David
(COO), Andrew Fastow F. Myers (Controller), Ebbers
(CFO), Board of Directors. (CEO).
2. Auditor KAP Arthur Andersen KAP Arthur Andersen juga
didakwa karena seharusnya
mengetahui perihal salah saji
laporan keuangan WorldCom.
Why Pada 1990 Jeff Skilling merekrut Besarnya kapasitas Dipicu oleh keinginan
Andrew Fastow di tengah situasi telekomunikasi yang dimiliki Ramalingga Raju untuk
Enron menghadapi keputusan oleh WorldCom akibat aksi memperoleh dana dari bank
untuk mengambil utang besar akuisisi perusahaan yang besar. dalam rangka ekspansi. Untuk
dalam rangka membiayai Kapasitas yang besar tersebut mencapai tujuan tersebut,
masuknya Enron ke banyak pasar justru menimbulkan beban Ramalingga Raju membuat
perdagangan. Andrew Fastow jaringan dan mengurangi laba sejumlah manipulasi bisnis dan
menelurkan ide untuk perusahaan. Oleh karena tidak keuangan. Selain itu, Satyam
menggunakan nilai kelebihan ingin laba perusahaan terus memiliki benturan kepentingan

3
Unsur Enron*) WorldCom*) Satyam*)
kontrak sebagai pendapatan. Ide tergerus sehingga berpengaruh dengan auditor eksternal
ini disambut baik oleh KAP pada harga saham, manajemen mereka (PWC India) dalam
Arthur Andersen yang juga melakukan praktik akuntansi bentuk hubungan istimewa
terlibat konflik kepentingan yang tidak benar. pada sebuah proyek IT yang
dengan Enron, yakni sebagai melibatkan Satyam
auditor eksternal dan konsultan, (pelaksana) dan PWC
yang kedua perannya tersebut (konsultan).
mereka dibayar terlalu tinggi.
How Modus fraud yang dilakukan: Modus fraud yang dilakukan: Modus fraud yang dilakukan:
1. Merekayasa transaksi dan 1. Mengklasifikasi beban 1. Persengkokolan pada saat
laporan keuangan dengan jaringan menjadi pengeluaran akuisisi perusahaan Maytas
menutupi utang (off-balance kapitalisasi sehingga nampak yang kemudian diketahui
sheet) diakui dalam laporan sebagai aset di neraca dan laba bahwa Maytas milik
keuangannya sebagai perusahaan tidak berkurang keluarga Ramalingga Raju.
pendapatan penjualan sehingga drastis. 2. Penyalahgunaan transaksi
mengecoh investor dan 2. Menggunakan akun cadangan berelasi dengan cara
pemakai laporan keuangan kerugian tidak semestinya. pengalihan utang piutang
lainnya. 3. Menutupi hal tersebut dari dari Satyam ke Maytas
2. Mendirikan special purpose pantauan auditor internal. sehingga utang dicatat
entity agar dapat mengajukan lebih rendah dan piutang
utang. dicatat lebih tinggi.
3. Manipulasi nilai kas dan
bank, serta pendapatan
bunga diterima di muka.

How Nilai kerugian akibat fraud jika Nilai kerugian akibat fraud jika Nilai kerugian akibat fraud
Much dikalkulasi secara keseluruhan dikalkulasi secara keseluruhan selisih kas yang dimanipulasi
(tidak hanya dari sisi nilai (tidak hanya dari sisi nilai sebesar 1,6 milyar rupees
kecurangan laporan keuangan): kecurangan laporan keuangan): ditambah dengan nilai
1. Harga saham Enron dari 1. Harga saham WorldCom yang kerugian akibat harga saham
semula pada tahun 2000 semula tercatat sebesar Satyam yang merosot dari 544
sebesar +/- US$90 menjadi US$64.5 pada 1999 menjadi rupees (2008) menjadi tinggal
kurang dari 45 sen sehingga kurang dari 1 sen sehingga 11,5 rupees (2009).
investor kehilangan US$ 32 karyawan kehilangan dana
miliar dan simpanan dana pensiun sekitar US$642,3 juta
pensiun karyawan hilang karena pengalihan dana
sebesar US$ 1 milyar karena pensiun ke dalam bentuk
pengalihan dana pensiun ke saham.
dalam bentuk saham. 2. PHK sebanyak 17.000
2. Enron bangkrut, karyawan di- karyawan dari total 85.000
PHK. karyawan.
3. KAP Arthur Andersen bubar. 3. WorldCom bangkrut namun
mengikuti program proteksi
dan berubah nama menjadi
MCI.
4. KAP Arthur Andersen bubar.
*) Diintisarikan dari: a) Enron: http://akuntansimaster.blogspot.com/2016/06/analisis-kasus-enron-coorporation.html; b) WorldCom: https://yvesrey.
wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-pada-worldcom/; c) Satyam: https://mukhsonrofi.wordpress.com/2009/02/09/skandal-satyam-
mengguncang-dunia/, serta beberapa sumber lainnya.

4
B. KESESUAIAN DENGAN MATERI
Fraud yang terjadi pada ketiga perusahaan, Enron, WorldCom, dan Satyam berawal dari tekanan
keuangan yang dialami (financial pressure) oleh manajemen (Enron dan WorldCom) dan pendiri
(Satyam). Mereka, para pelaku fraud, juga menggunakan rasionalisasi bahwa yang mereka
lakukan adalah untuk menyelamatkan/mengembangkan perusahaan. Keinginan untuk melakukan
fraud juga semakin terbuka lebar manakala mereka melihat peluang (opportunity) bahwa auditor
eksternal memiliki benturan kepentingan dengan mereka sehingga diyakini akan memuluskan
modus fraud. Dampak fraud bukan hanya sebatas nilai kerugian yang dihasilkan dari rekayasa
keuangan, melainkan berakibat jauh lebih besar lagi seperti anjloknya harga saham, meruginya
para investor, hilangnya dana pensiun karyawan, pemecatan karyawan dan bubarnya perusahaan.
Para pelaku fraud juga didakwa sejumlah ancaman pidana dan perdata serta hukuman
administratif dari otoritas, termasuk auditor eksternal mereka seperti KAP Arthur Andersen yang
bubar dan PWC India yang terkena hukuman dilarang berpraktik seumur hidup. Kehormatan
profesi akuntan dan auditor pun pada akhirnya ikut tercoreng sehingga pada 2002 lahir undang-
undang yang bernama Sarbanes-Oxley Act di AS. Sedemikan besar dampak fraud sehingga ini
digolongkan sebagai kejahatan besar.
Oleh karena sifatnya yang tersembunyi, kasus fraud pada ketiga perusahaan tersebut sebenernya
sulit terbongkar jika tidak karena komisi sekuritas yang menginvestigasi (Enron), peran auditor
internal yang menjadi whistleblower (WorldCom), dan pengakuan pelaku fraud (Satyam).
C. UNSUR PELANGGARAN HUKUM
Secara akuntansi, praktik-praktik rekayasa keuangan seperti manipulasi dan window dressing
merupakan pelanggaran atas prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum. Secara hukum,
praktik-praktik tersebut dapat dihadapkan pada pasal-pasal yang mengatur tentang lararangan
korupsi, penggelapan, kecurangan dan penipuan.
D. BAGAN ALIR

BoD dan
Manajemen Enron
+ Dampak:
KAP Arthur • Harga saham anjlok
Andersen • Investor kehilangan
nilai investasinya
• Karyawan
BoD dan
Financial kehilangan dana
Pressures & Manajemen
WorldCom Rekayasa pensiun
Conflict of
Interest + /Manipulasi • Perusahaan bangkrut
Transaksi dan
KAP Arthur
Laporan
• Sanksi administratif,
Andersen
Keuangan pidana dan perdata
bagi para pelaku
• Dampak lainnya
Ketua dan Pendiri seperti rasa frustasi,
Satyam permasalahan
+ ekonomi dan sosial
KAP PWC India
secara nasional.

Penyebab Pelaku Modus Operandi Akibat


(awalnya sebagai pihak yang (pendirian SPE, (Pihak yang paling
paling diuntungkan dengan pengalihan akun, off- dirugikan adalah para
jabatan, reputasi naiknya harga balance sheet, investor dan pelaku pasar
saham dan bonus) penggelembungan modal, serta karyawan)
pendapatan/laba, dll.)
5

Anda mungkin juga menyukai