PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain (Gilles, 1989). Dan menurut (Swanburg, 2000) mendefinisikan
manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber
daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. (Keliat, 2009).
Dalam kegiatan asuhan keperawatan di butuhkan yaitu kemahiran
dalam berkomunikasi, dan komunikasi yang baik itu mudah di mengerti,
singkat, jelas. Komunikasi juga sangat perlu saat melakukan segala hal dalam
kegiatan sehari-hari perawat dalam tindakan keperawatan maupun dalam
bentuk Operan. Dalam operan ini lah sering terjadi kekeliruan ataupun
kesalahpahaman informasi, dan disinilah perawat sangat di butuhkan dalam
kemahiran berkomunikasi.
Pada saat operan antar perawat, diperlukan suatu komunikasi yang jelas
tentang kebutuhan pasien, intervensi yang sudah dan yang belum
dilaksanakan, serta respons yang terjadi pada pasien. Perawat melakukan
operan bersama dengan perawat lainnya dengan cara berkeliling ke setiap
pasien dan menyampaikan kondisi pasien secara akurat di dekat pasien. Cara
ini akan lebih efektif dari pada harus menghabiskan waktu orang lain sekedar
untuk membaca dokumentasi yang telah kita buat, selain itu juga akan
membantu perawat dalam menerima operan secara nyata. (Nursalam, 2011).
Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan operan
disisi tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi
masing-masing ruangan. (Achmad, 2012). Operan tradisional hanya cukup di
meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan pasien secara langsung. Hal ini
menyebabkan ketidakpuasan dari pasien dan perawat karena tidak ada
1
komunikasi antara perawat dengan pasien yang nantinya bermanfaat bagi
pelayanan yang dilakukan. (Rina, 2012).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup
mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan bagaimana
mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk
memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar. Meskipun digunakan
setiap hari dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari,
dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka dapat
berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan yang serba
cepat dan menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan sistematik untuk
memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan cara komunikasi
teknik SBAR. (Rina, 2012).
Komunikasi Situasion Background Assessment Recommendation
(SBAR) dalam dunia kesehatan dikembangkan oleh pakar Pasien Safety dari
Kaiser Permanente Oakland California untuk membantu komunikasi antara
dokter dan perawat. Meskipun komunikasi SBAR di desain untuk kumunikasi
dalam situasi beresiko tinggi antara perawat dan dokter, teknik SBAR juga
dapat digunakan untuk berbagai bentuk operan tugas, misalnya operan antara
perawat. Di Kaiser tempat asalnya, teknik SBAR tidak hanya digunakan untuk
operan tugas antara klinis tapi juga untuk berbagai laporan oleh pimpinan unit
kerja, mengirim pesan via email atau voice mail serta bagian IT untuk
mengatasi masalah (JCI, 2010 dalam Penelitian Rina, 2012).
B. TUJUAN
1. Mengetahui definisi dari handover
2. Mengetahui tujuan dan manfaat handover
3. Mengetahui prosedur dan alur handover
2
BAB II
PEMBAHASAN
Handover atau yang dikenal dengan operan merupakan teknilk atau cara
untuk menerima atau menyelesaikan sesuatu atau laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien. Operan klien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang tindakan
mandiri, tindakan kolaboratif yang sudah dan belum dilakukan, serta
perkembangan klien saat itu.Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Operan dilakukan oleh perawaat primer keperawatan dengan
perawat primer keperawatan kepada perawat (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara lisan dan tertulis. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan terkait dengan handover (operan):
1. Operan dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift
2. Operan dipimpin oleh kepala di luar atau penanggung jawab klien (PP)
3. Operan diikuti oleh semua perawat yang telah dinas dan perawat yang
akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan sesuai
kondisi klien saat ini, serta menjaga kerahasiaan klien.
5. Operan harus berorientasi pada perbedaan klien.
6. Pada saat melakukan operan di kamar klien, sebaiknya menggunakan
volume suara yang cukup sehingga klien di sebelahnya tidak
mendengarkan sesuatu yang bersifat rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung di dekat
klien
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station
3
B. TUJUAN DAN MANFAAT HANDOVER
Handover (operan) memiliki tujuan antara lain:
1. Mengomunikasikan keadaan klien dan menyampaikan informasi yang
penting;
2. Menyampaikan kondisi dan keadaan klien (fokus data)
3. Menyampaikan hal yang sudah/ belum dilakukan di asuhan keperawatan
kepada klien;
4. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat
dinas berikutnya;
5. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Sementara itu, timbang terima (operan) juga memiliki beberapa manfaat
antara lain:
a) Meningkatkan kemampuan komunikasi antarperawat
b) Menjalin hubungan kerja sama dan rasa tanggung jawab antar perawat
c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan
d) Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna
e) Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang
belum terungkap
4
klien yang memiliki
permasalahanyang
belum/dapat teratasi,
serta yang
membutuhkan
observasi lebih lanjut.
3. PP menyampaikan
operan pada PP
berikutnya mengenai
hal yang perlu
disampaikan dalam
operan antara lain:
a. Jumlah klien
b. Identitas klien dan
diagnosis medis.
c. Data (keluhan
subjektif dan
objektif)
d. Masalah
keperawatan yang
muncul
e. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan
(secara umum)
f. Intervensi
kolaborasi dan
dependen
g. Rencana umum
dan persiapan
yang perlu
dilakukan
( persiapan
operasi,
pemeriksaan
penunjang, dan
lain lain)
Tahap 1. Kedua kelompok dinas 20 menit Nurse Karu, PP dan
kerja sudah siap (shift jaga) station PA
5
2. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
buku
3. Kepala ruangan
membuka acara operan
4. Perawatan yang
mendapat operan dapat
melakukan klarifikasi,
tanya jawab, dan
melakukan validasi
terhadap hal hal yan
telah disampaikan dan
berhak menanyakan
hal – hal yang kurang
jelas.
5. Kepala ruangan atau
PP menanyakan
kebutuhan dasar klien
6. Penyampain yang
jelas, singkat dan padat
7. Perawat yang
melaksanakan oeran
mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan,
kebutuhan , dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan serta hal-
hal penting lainnya
selama masa
perawatan
8. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan
memerlukan perincian
yang matang,
sebaiknya dicatat
secara khusus,
kemudian diserah
terimahkan kepada
6
petugas berikutnya
9. Lama operan untuk
tiap klien tidak lebih
dari 5 menit, kecuali
pada kondisi khusus
dan memerlukan
keterangan yang rumit
Post 1. Diskusi 5 menit Nurse Karu, PP/
Operan 2. Pelaporan untuk station Katim, dan
operan dituliskan PA
secara langsung pada
format operan yang
ditanda tangani oleh
PP yang jaga saat itu
dan PP yang jaga
berikutnya, serta
diketahui oleh kepala
ruangan
3. Ditutup oleh karu
Alur handover :
PASIEN
RENCANA TINDAKAN
PERKEMBANGAN KEADAAN
PASIEN
MASALAH :
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru
7
Bagian 1.2 Alur Handover. Narsalam (2011)
2. Tujuan
8
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan
klien yang meliputi :
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan
dirimelalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam
diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal
umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu
menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri,
penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa
putus asa dan depresi.
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan
diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon,
2010). Rogers (2013) dalam Abraham dan Shanley (2012)
mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam
proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk
mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan
kemampuan koping.
c. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
serta mencapai tujuan yang realistis
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa
mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (2012)
mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya
mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan
individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
d. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
9
3. Penggunaan Isbar Dalam Komunikasi
ISBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien
yang memerlukan perhatian atau tindakan segera:
I: Introduction (perkenalan):
- Mengucapkan salam
- Perkenalan perawat dengan pasien
S : Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)
- Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan,
serta dokter yang merawat.
- Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum
atau sudah teratasi/keluhan utama.
B : Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien
Terkini)
- Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari
setiap diagnosis keperawatan.
- Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat
invasif, dan obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.
- Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.
A : Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)
- Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti tanda
vital, skor nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain,
risiko jatuh, pivas score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan
lain-lain.
- Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.
R : Recommendation
- Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu
dilanjutkan (refer to nursing care plan) termasuk discharge planning
dan edukasi pasien dan keluarga.
Sebelum Serah Terima Pasien (Contoh Sesuai SBAR):
- Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
10
- Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan.
- Pastikan diagnosis medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
- Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat sif sebelumnya.
- Siapkan medical record pasien pasien termasuk rencana
perawatan hariannya. (Nursalam, 2013)
Tahap kerja
1 Memberikan kesempatan pada klien untuk
bertanya
2 Menanyakan keluhan utama
3 Memulai kegiatan dengan cara baik
4 Melakukan kegiatan sesuai dengan rencana
11
Terminasi
1 Menyimpulkan hasil wawancara (evaluasi
proses & hasil)
Memberikan reinforcement positif
Sumber : Nursalam,2014
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Perawat “Y” (35 tahun) adalah seorang head nurse diruang rawat inap
penyakit dalam laki-laki di Rumah Sakit. Dia memiliki 12 staff nurse yang terbagi
dalam dua tim yaitu Tim A dan Tim B, dimana masing-masing Tim terdiri dari
satu ketua Tim dan 5 anggota tim. Di ruangan tersebut ada 20 pasien, yaitu Tn A,
Tn B, Tn C dst. Pada setiap pergantian shift jaga, perawat diruaangan tersebut
selalu melakukan Handover Keperawatan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin
informasi antar shift jaga akurat demi kelancaran pelayanan dan keselamatan
pasien. Pada pagi hari, perawat jaga malam melaksanakan overan jaga dengan
perawat yang jaga pagi. Timbang terima dilakukan dengan 3 (Tiga) sesi, sesi I
dilaksanakan di Nurse Station, Sesi II dilaksanakan di kamar/bed pasien, dan sesi
III dilaksanakan kembali di Nurse Station. Pada sesi I, koordinator /Pj Shift
malam meminta anggota timnya melaporkan pasien yang menjadi tanggung
jawabnya, bentuk implemntasi komunikasi yang efektif yang digunakan dalam
pelaporan kondisi kesehatan pasien tersebut menggunakan metode ISBAR
(Introduction, Situation, Background, Assessment, Recommendation). Setelah itu,
perawat jaga pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan perawat jaga malam.
Pada sesi ke II, perawat jaga malam dan pagi mengkomunikasikan terkait masalah
keperawatan dan tindakan yang telah dilakukan, menginformasikan pergantian tim
yang bertanggung jawab terhadap pasien, menjelaskan tentang perawatan pagi,
serta memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya. Timbang
dilanjutkan dengan mendiskusikan pasien yang telah dilihat di Nurse Station.
13
(Sesi III ) dan juga melaporkan Inventarisasi obat dan Fasilitas lain (Jumalh alat,
laken dll).
14
1) Prinsip handover Australian Resource Centre for Health care
Innovation (2009); Friesen,White, dan Byers (2009) memperkenalkan
enam standar prinsip serah terima pasien,yaitu:
a) Kepemimpinan dalam serah terima pasien: Semakin luas proses
serah terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan serah terima),
peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola serah
terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman
yang komprehensif dari proses serah terima pasien dan perannya
sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin
pada eskalasi pasien yang memburuk.
b) Pemahaman tentang serah terima pasien: Mengatur sedemikian
rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa serah terima pasien
harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan
sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan
bahwa staf bersedia untuk menghadiri serah terima pasien yang
relevan untuk mereka. Meninjau roster dinas staf klinis untuk
memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan serah terima
pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk
memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat serah terima
pasien.
c) Peserta yang mengikuti serah terima pasien: Mengidentifikasi
dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan
berkala tentang proses serah terima pasien. Mengidentifikasi staf
yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus
dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan serah
terima pasien. Dalam tim multidisiplin, serah terima pasien
harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
d) Waktu serah terima pasien: Mengatur waktu yang disepakati,
durasi dan frekuensi untuk serah terima pasien. Hal ini Idea Nursing
Journal Vol. 4 No. 2146 sangat direkomendasikan, di mana
15
strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan
waktu. Serah terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal
kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab,
misalnya; ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain
untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu serah terimasangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan,
aman dan efektif,
e) Tempat serah terima pasien: Sebaiknya, serah terima pasien terjadi
secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika serah
terima pasien tidak dapat dilakukan secara tatap muka, maka
pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan serah terima
pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang
efektif, pastikan bahwa tempat serah terima pasien bebas dari
gangguan, misal; kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi
alat telekomunikasi.(siti nurhaliza)
Sumber : (Hughes 2008, dalam Hajjul Kamil, 2011 Judul : Handover
Dalam Pelayanan Keperawatan)
16
a. Serah terima pasien faceto-face lebih disukai untuk memungkinkan
pertukaran komunikasi verbal dan nonverbal yang interaktif.
b. Standarisasi bentuk, daftar, atau alat sehingga semua pengguna akan
memahami informasi dari konteks yang sama.
c. Memungkinkan peluang untuk mengajukan pertanyaan dan klarifikasi
selama serah terima pasien.
d. Gunakan kebiasaan "membaca kembali" dan "mengulang kembali"
untuk mengurangi kesalahan komunikasi.
e. Gunakan klarifikasi fonetik dan angka.
f. Berbicara sederhana, jelas, langsung dan spesifik dalam deskripsi
pasien dan situasi terkini.
g. Hindari penggunaan singkatan, istilah atau jargon yang tidak dapat
dipahami secara bersama.
h. Memberikan definisi pada istilah yang ambigu.
i. Memungkinkan penerima untuk meninjau ringkasan yang relevan dan
informasi saat ini. (Riandini)
Sumber : (Hughes 2008, dalam Hajjul Kamil, 2011 Judul : Handover
Dalam Pelayanan Keperawatan)
17
membantu mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan
dalam melakukan perawatan pada pasien. (Siti Maskanah)
(Sumber : Ruston, 2010 dalam Mursidah Dewi , 2012 judul: Pengaruh
Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Keselamatan Pasien Oleh
Perawat Pelaksana di RSUD Raden )
18
5) Beberapa jenis serah terima pasien yang berhubungan dengan perawat,
antara lain:
a) Serah terima pasien antar shift : Metode serah terima pasien antar shift
dapat dilakukaan dengan menggunakan berbagai metode, antara lain:
secara lisan, catatan tulisan tangan, di samping tempat tidur pasien,
melalui telepon,rekaman, nonverbal ,menggunakan laporan
elektronik,cetakan komputer, dan memori.
b) Serah terima pasien antar unit keperawatan: Pasien mungkin akan
sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka tinggal di
rumah sakit.
c) Serah terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan
diagnostik: Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk
pemeriksaan diagnostik selama rawat inap. Pengiriman dari unit
keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik (misalnya; radiologi,
kateterisasi jantung, laboratorium.
d) Serah terima pasien antar fasilitas kesehatan: Pengiriman pasien dari
satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara
pengaturan layanan yang berbeda Pengiriman berlangsung antar rumah
sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda
(Kartika Apriliyani)
Sumber : (Hughes 2008, dalam Hajjul Kamil, 2011 Judul : Handover
Dalam Pelayanan Keperawatan)
19
5. Timbang terima (handover) harus berorientasi pada permasalahan
pasien
6. Pada saat timbang terima dikamar pasien, menggunakan volume suara
yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu
rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung di dekat pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station. (Ita Riani)
Sumber : (Nursalam. 2014. keperawatan. Buku Aplikasi dalam praktik
keperawatanprofesional. Penerbit : Selemba Medika. Edisi 5)
20
9) Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk melakukan handover
disarankan oleh WHO adalah metoda SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recomendation). SBAR adalah kerangka komunikasi efektif
yang digunakan di RS . SBAR adalah alat komunikasi dalam melakukan
identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi antara perawat dan dokter, maupun antara perawat dengan
perawat. SBAR merupakan standar komunikasi handover untuk
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. (Dian
apriani )
Sumber : (jurnal Gambaran Penerapan Handover Antar Shift Oleh
Perawat dengan Menggunakan Metoda SBAR di Gedung Kemuning
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung).
10) Jelas,pasien dilibatkan dalam kegiatan handover sesuai dengan prosedur
yangada diSesi ke II pasien dilibatkan langsung dalam melakukan Tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang telah di timbang
terimakan (Tita Fadiah)
Sumber : (Nursalam. Manajemen keperawatan. Buku Aplikasi dalam
praktik keperawatanprofesional. Penerbit : Selemba Medika. Edisi 5)
4. Pathway
Berikut ini adalah penjelasan dari alur pelaksanaan hand over :
I (identify) 1. Perawat memperkenalkan diri dan
mengucapkan salam.
a. Nama
b. Posisi
c. alamat
2. Penerima : konfirmasi siapa yang
anda ajak bicara
3. Pasien : nama, umur, jenis kelamin,
alamat.
S (situation) 1. Sebutkan nama pasien, umur, tanggal
masuk, dan hari perawatan, serta
dokter yang merawat.
2. Sebutkan diagnosis medis dan
masalah keperawatan yang belum
21
atau sudah teratasi/keluhan utama.
5. Learning Objective
Tujuan dari pembelajaran kasus ini adalah :
1. Mengetahui konsep hand over
2. Mengetahui alur dan prosedur dari hand over komunikasi terpeutik
3. Mengetahui contoh pelaksanaan handover dan komunikasi terapeutik
6. Belajar Mandiri
22
7. Manifestasi & Informasi Baru
Berdasarkan materi kasus yang sudah di pelajari dapat diambil
kesimpulan bahwa hand over itu sangat penting dalam manajemen
keperawatan. Pasien selalu dilibatkan dalam melakukan handover karena
secara tidak langsung pasien merupakan bagian dari proses hand over untuk
memvalidasi data.
Hand over sangat berpengaruh terhadap keselamatan pasien, hal ini di
buktikan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Cecep Triwibowo,ulhah
Yuliawati, Nur Amri Husna tahun 2016 dengan judul Handover sebagai
Upaya Peningkatan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Rumah Sakit
menghasilkan kesimpulan bahwa handover berkontribusi terhadap patient
safety di rumah sakit. Hasil penelitian menunjukan 53,2 % perawat
melaksanakan hand over dengan baik dan 51,6 % pasien safety termasuk
kategori baik. Hasi uji Chi-Square terdapat hubungan yang signifikan antara
pelaksanaan hand over pasien safety di Rumah Sakit p: 0,04.
23
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain
laporan antar shift, dapat disampaikan juga informasi-informasi yang
berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima bertujuan untuk kesinambungan informasi mengenai
keadaan klien secara menyeluruh sehingga tercapai asuhan keperawatan yang
optimal.
B. SARAN
1. Pembagian peran PP dan PA hendaknya lebih jelas baik saat di nurse
stasion atau saat di pasien
2. Pada laporan timbang terima hendaknya dilengkapi dengan tanda tangan
dari perawat penyerah dan penerima sebagai dokumentasi keperawatan
24
DAFTAR PUSTAKA
Rostandi Purba, Juli. Achmad fathi. 2012. Jurnal Gaya Kepemimpinan dan
Medan
Sumber : (Hughes 2008, dalam Hajjul Kamil, 2011 Judul : Handover Dalam
Pelayanan Keperawatan)
Suyanto,SKp,M.Kep; Kepemimpinan dan manajemen keperawatan; Jogjakarta :
25